Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Penyuluhan Tentang Pengetahuan Ibu dan Social Ekonomi Keluarga

Terhadap Pencegahan Gizi Buruk Pada keluarga Ibu Balita di


Puskemas Cot Glie Aceh
Ambia Nurdin1,Muhammad2, Bukhari3, Murtadhahadi4, Mohd Isa T Ibrahim5, Mahyuddin6
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Abulyatama Aceh.
Jalan Blang Bintang Lama KM 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar.
Email : ambianurdi_fkm@abulyatama.ac.id
2,3
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Abulyatama Aceh
Jalan Blang Bintang Lama KM 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar.
4
Politeknik Negeri Lhokseumawe Jalan Medan – Banda Aceh Buket rata Kota Lhokseumawe.
5,6
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Abulyatama Aceh
Jalan Blang Bintang Lama KM 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar.

Email Korespondensi : ambianurdin_fkm@abulyatama.ac.id

Abstract : Malnutrition is a condition characterized by a toddler's weight and height being far below the average. Based on
statistical data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2005, out of 241,973,879 people in Indonesia,
6% or about 14.5 million people suffer from malnutrition. The impact of malnutrition is not only dangerous for sufferers,
but in a wider scope has an impact on the continuity of the Indonesian generation. This condition is very likely to occur
because the majority of sufferers of malnutrition are children. If the malnutrition rate is not immediately suppressed, the
infant and under-five mortality rate will also continue to increase. Even if some survive, the mental, physical and
intellectual development of children with a history of malnutrition will be disrupted. This community service activity is
carried out in the form of counseling about the influence of mother's knowledge and family socio-economics on the
prevention of malnutrition in the mother's family of toddlers. The activity was carried out on Monday, April 18, 2022, this
activity was attended by 16 mothers of toddlers. Counseling activities regarding the effect of maternal knowledge and
family socioeconomics on the prevention of malnutrition, outreach activities on the effect of maternal knowledge and
family socioeconomics on the prevention of malnutrition received a good response from mothers of children under five.
Judging from the results of counseling before being given counseling on the effect of maternal knowledge and family
socioeconomics on the prevention of malnutrition, there were 13 respondents (81.25%), while mothers of children under
five who knew about the effect of maternal knowledge and family socioeconomics on the prevention of malnutrition were
3 respondents. (18.75%). After being given counseling, there were 12 respondents (75%), while mothers of children under
five who did not know about the effect of mother's knowledge and family socioeconomic on the prevention of malnutrition
were as many as 25 respondents (25%). It can be concluded that there is an increase in the knowledge of mothers who have
toddlers because the posttest value is higher than the pretest value.
Keywords: Malnutrition, toddlers and counseling.
Abstrak : Gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berat dan tinggi badan balita jauh dibawah rata-
rata. Berdasarkan data statistik Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia,
6% atau sekitar 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Dampak gizi buruk tidak hanya berbahaya bagi
penderita, namun dalam lingkup lebih luas berakibat pada kelangsungan generasi bangsa Indonesia. Kondisi
ini sangat mungkin terjadi karena mayoritas penderita gizi buruk adalah anak-anak. Jika angka gizi buruk
tidak segera ditekan, maka angka kematian bayi dan balita juga terus meningkat. Kalaupun ada yang bertahan
hidup perkembangan mental, fisik dan kecerdasan dari anak-anak yang mempunyai riwayat gizi buruk akan
terganggu. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan tentang
pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada keluarga ibu
balita. Kegiatan dilakukanpada hari senin, 18 April 2022 kegiatan ini diikuti oleh 16 ibu balita. Kegiatan
penyuluhan mengenai pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi
buruk, kegiatan penyuluhan tentang pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga terhadap
pencegahan gizi buruk mendapat respon yang baik dari ibu balita. Dilihat dari hasil penyuluhan sebelum
diberikan penyuluhan mengenai pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga terhadap pencegahan
gizi buruk yaitu sebanyak 13 responden (81,25%), sedangkan ibu balita yang mengetahui mengenai pengaruh
pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk sebanyak 3 responden
(18,75%). Sesudah diberikan penyuluhan yaitu sebanyak 12 responden (75%), sedangkan ibu balita yang tidak
mengetahui mengenai pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk
ada sebanyak Responden (25%). Dapat disimpulkan bahawa terjadi peningkatan pengetahuan ibu yang
memiliki balita karena nilai posttest lebih tinggi dari nilai pretest.
Kata Kunci : Gizi buruk, balita dan penyuluhan
1
PENDAHULUAN
Angka gizi buruk di Indonesia masih tinggi, tidak memperoleh makanan cukup dan seimbang,
bahkan dari tahun ke tahun kecenderungannya daya tahan tubuhnya (imunitasnya) dapat melemah
semakin meningkat. Berdasarkan data statistik (Soekirman, 2000).
Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari Gizi merupakan peranan yang penting dalam
241.973.879 penduduk Indonesia, 6% atau sekitar tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan
14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi kita dapat melakukan aktifitas dengan baik. Gizi
buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima harus dipenuhi justru sejak masih anak – anak,
tahun (balita). Departemen Kesehatan juga telah karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan,
melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukkan juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu,
bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan
kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2–4 dari 10 gizi anak agar anak tidak mengalami kurang gizi.
balita menderita gizi kurang.Fakta ini memaksa Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan
banyak pihak untuk kembali melakukan evaluasi bagaimana kurang gizi itu (Siswono, 2001).
terhadap program penanggulangan masalah gizi Fungsi zat gizi dalam tubuh adalah memberi
yang pernah digulirkan (Depkes RI, 2005). energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
Dampak gizi buruk tidak hanya berbahaya bagi tubuh, mengatur proses tubuh. Unsur – unsur gizi
penderita, namun dalam lingkup lebih luas berakibat yang diperlukan balita harus disediakan dalam menu
pada kelangsungan generasi bangsa Indonesia. makanan sehari – hari untuk memenuhi kebutuhan
Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena mayoritas akan gizi, Zat – zat gizi yang diperlukan adalah
penderita gizi buruk adalah anak-anak. Jika angka karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral
gizi buruk tidak segera ditekan, maka angka (Almatsier, 2006).
kematian bayi dan balita juga terus meningkat. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi
Kalaupun ada yang bertahan hidup perkembangan utama dan alami yang sudah dikenal sejak manusia
mental, fisik dan kecerdasan dari anak-anak yang itu ada. Dengan ASI bayi akan sempurna tumbuh
mempunyai riwayat gizi buruk akan terganggu sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah lembut,
(Champakan,1986). dan mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan
Pada dasarnya terdapat dua penyebab utama karena ASI mengandung Asam Dekosa Heksaenoit
terjadinya gizi buruk yaitu jumlah konsumsi yang (DHA). Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya
kurang dan adanya gangguan utilisasi akibat diberi ASI saja, tanpa diberi cairan lain seperti susu
penyakit infeksi maupun gangguan fisiologis yang formula, jeruk, madu, dan makanan padat lainnya.
lain. Masalah konsumsi yang kurang, sering Pemberian ASI eksklusif ini hanya diberikan selama
dikorelasikan dengan kondisi ekonomi keluarga 6 bulan (Roesli, 2000). Apabila konsumsi gizi
yang rendah. Maka program pemberian makanan makanan pada seseorang tidak seimbang dengan
tambahan dan usaha peningkatan pendapatan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat
keluarga diyakini sebagai langkah tepat untuk gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup
menyelesaikan masalah gizi buruk (Berg, 1986). kelebihan gizi disebut gizi lebih dan kekurangan gizi
Realitasnya tidak semua masalah gizi buruk diderita antara lain :
oleh anak dari keluarga miskin. Beberapa daerah di a. Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) Penyakit
Indonesia penyakit gizi buruk juga diderita oleh ini terjadi karena ketidak seimbangan antara
anak dari keluarga berkecukupan. Untuk itu perlu konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein
dilakukan kajian yang lebih komperehensif karena dengan kebutuhan energi, atau terjadinya
masalah gizi tidak hanya masalah ekonomi dan defisiensi atau energi dan protein.
kesehatan, tetapi juga masalah budaya, ekologi dan b. Kurang Vitamin A (KVA) Penyakit ini di
faktor psikososial lainnya (Anwar, 2007). sebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin
Penyebab langsung timbulnya gizi buruk atau A di dalam tubuh.
kurang pada anak adalah makanan yang tidak c. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
seimbang dan penyakit infeksi. Kedua penyebab Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi
tersebut saling berpengaruh. Sebaliknya anak yang
2
tubuh karena merupakan komponen dari masyarakat yang kurang sejahtera. Rendahnya
hormon thyroxin (Notoatmojo, 2003). tingkat pendidikan anak berkaitan dengan kondisi
Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan sosial ekonomi masyarakat (Becca, Bernadetta,
bersumber pada akar masalah yaitu pendidikan dan 2011). Keterbatasan ekonomi menyebabkan ibu
ekonomi keluarga serta keterampilan memanfaatkan balita tidak melakukan upaya pencegahan gizi
sumber daya keluarga dan masyarakat.Akhirnya buruk, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-
semuanya dapat berpangkal pada masalah pokok hari sudah merasa kesulitan. Dalam melakukan
lebih besar dimasyarakat dan bangsa secara upaya pencarian pelayanan kesehatan, seseorang
keseluruhan, seperti masalah ekonomi, politik dan akan mengukur kemampuannya, termasuk dari segi
sosial (Soekirman, 2000). biaya.
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor (Apriadji, 1986), faktor – faktor tersebut Gizi Buruk Pada Keluarga
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Banyaknya faktor yang melatar belakangi
a. Faktor gizi internal munculnya negative deviance, perlu upaya serius
Merupakan faktor yang menjadi dasar dan komprehensif yang melibatkan semua
pemeriksaan tingkat kebutuhan gizi seseorang komponen masyarakat. Mustahil masalah tersebut
yang meliputi umur, jenis kelamin, berat badan dapat diselesaikan oleh orang kesehatan saja. Pada
dan status kesehatan. kasus negative deviance, masalah keuangan bukan
b. Faktor gizi eksternal kendala utama terjadinya gizi buruk. Artinya,
Merupakan faktor yang berpengaruh diluar diri keluarga tersebut sebenarnya mampu membeli
seseorang yang meliputi tingkat pendapatan makanan yang bergizi. Tetapi karena berbagai hal
keluarga, tingkat pendidikan dan pengetahuan mereka memilih untuk mengkonsumsi makanan
gizi serta jumlah anggota keluaranya. yang nilai gizinya rendah. Ada beberapa langkah
yang harus dilakukan agar fenomena negative
Sosial Ekonomi Keluarga deviance tidak meluas, antara lain sebagai berikut :
Keluarga merupakan lembaga sosial a. Pendidikan Gizi Masyarakat
pertama yang dikenal oleh anak dan dalam keluarga b. Promosi Makanan Bergizi secara Masif
ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat c. Pemerataan Distribusi Pangan
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. d. Peran Kreatif Ibu
Keluarga bertanggung jawab menyediakan dana e. Pendekatan Sosial Budaya
untuk kebutuhan pendidikan anak. Keluarga (orang f. Optimalisasi Peran Posyandu
tua) yang keadaan Sosial Ekonominya tinggi tidak g. Pola Asuh Anak
akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi h. Kebijakan Pemerintah
kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua
yang keadaan Sosial Ekonominya rendah. Ibu balita yang berpendidikan tinggi
Faktor utama yang biasa menjadi alasan mempunyai pemahaman gizi buruk lebih baik
masyarakat adalah: Mahalnya biaya pendidikan dibandingkan dengan ibu balita yang berpendidikan
untuk sekolah menengah, sehingga parah orang tua rendah.Ibu balita gizi baik mempunyai pendidikan
lebih cenderung menyekolahkan anaknya sampai setingkat SMA/ Perguruan tinggi dan rutin
pendidikan dasar saja. Faktor lainnya adalah: masih menimbang anaknya ke posyandu. Sementara ibu
kurang perhatiannya orang tua terhadap pentingnya balita gizi kurang dan gizi buruk mempunyai
pendidikan bagi anak-anak mereka. Kebanyakan pendidikan setingkat SD/SMP dan tidak rutin
orang tua menyuru anaknya bekerja setelah tamat menimbang anaknya ke posyandu.
dari SD dan SMP hal ini juga tidak lepas dari Upaya ibu balita mencegah gizi buruk
pendapatan orang tua dan jenis pekerjaan pada seperti perilaku ibu dalam memberikan ASI
lingkungan masyarakat tersebut. dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Ibu balita yang
berpendidikan rendah cenderung tidak memberikan
Ketentuan wajib belajar 9 tahun. ASI eksklusif. Pada keluarga yang berpendidikan
Mayoritas perekonomian masyarakat rendah, berpendapatan rendah, dan tidak
tergolong rendah dapat di lihat dari banyaknya memberikan ASI pada balitanya dapat menyebabkan
3
terjadinya peningkatan status gizi buruk. Ibu balita dilanjudkan dengan posttest untuk mengukur
yang berpendidikan rendah mempersepsikan badan pengetahuan ibu mengenai pengaruh pengetahuan
kurus diakibatkan karena faktor keturunan. Ibu ibu dan social ekonomi keluarga terhadap
balita pendidikan rendah menganggap badan kurus pencegahan gizi buruk.
bukan gangguan kesehatan, sehingga tidak berupaya
mencari pengobatan. Sementara, ibu balita yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berpendidikan tinggi menganggap bahwa anak yang Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
berbadan kurus diakibatkan karena kurang dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan tentang
terpenuhinya asupan makanan yang bergizi sehingga pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi
menimbulkan masalah kesehatan. keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada
Salah satu upaya ibu balita mencegah gizi keluarga ibu balita. Kegiatan dilakukanpada hari
buruk adalah pergi ke posyandu. Di posyandu, ibu senin, 18 April 2022 kegiatan ini diikuti oleh 16 ibu
balita mendapatkan layanan penimbangan, balita. Kegiatan penyuluhan mengenai pengaruh
pencatatan KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga
mengetahui pertumbuhan anak, jika timbangan anak terhadap pencegahan gizi buruk, kegiatan
di bawah garis merah diberi PMT (Pemberian penyuluhan tentang pengaruh pengetahuan ibu dan
Makanan Tambahan). Pemberian PMT (Pemberian social ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi
Makanan Tambahan) perlu disertai dengan buruk mendapat respon yang baik dari ibu balita.
penyuluhan gizi kepada ibu balita untuk Hasil distribusi karakteristik responden berdasarkan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku akan umur, pendidikan, pekerjaan responden dapat dilihat
asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak. pada table 1.
PTM (Pemberian Makanan Tambahan)
adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita Tabel 1 distribusi karakteristik responden berdasarkan
dalam bentuk kudapan (makanan ringan) yang aman umur, pendidikan dan pekerjaan.
dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya
No Identitas responden f %
dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan 1 Umur
pangan. Serta mengandung gizi yang sesuai dengan 17-24 tahun 9 56
kebutuhan sasaran. 25-34 tahun 4 25
35-49 tahun 3 19

METODE PENGABDIAN MASYARAKAT. 2 Pendidikan


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang SD 8 50
SLTP 5 31
dilaksanakan melalui penyuluhan mengenai SLTA 3 19
pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi
3 Pekerjaan
keluarga terhadap pencegahan gizi buruk, kegiatan
Buruh 2 12
penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas Cot Glie. Pedagang 4 25
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian Ibu Rumah Tangga 10 63
Jumlah 16 100
masyarakat ini adalah ceramah dan diskusi dengan
menggunakan media leafleat dan powerpoint. Hasil table 1 menunjukan dari 16 responden usia
Tahap pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang paling tinggi berusia 17-24 tahun 56%,
mengenai pengaruh pengetahuan ibu dan social pendidikan yang paling tinggi SD 8 responden
ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk, 50%, dan pekerjaan yang paling tinggi yaitu ibu
penyuluhan pada ibu yang memiliki balita dibagi rumah tangga 10 responden 63%.
menjadi, sebelum dilakukan penyuluhan ibu balita Tabel 2. Distribusi pretest pengetahuan Ibu
diberikan kuesioner pre test pengetahuan mengenai
pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi No Pengetahuan ibu f %
1 Ya 3 18,75
keluarga terhadap pencegahan gizi buruk,, kemudian
2 Tidak 13 81,25
dilanjudkan dengan penyuluhan mengenai pengaruh Total 16 100
pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga Berdasarkan table 2 menunjukan ibu balita tidak
terhadap pencegahan gizi buruk. Setelah penyuluhan mengetahui pengaruh pengetahuan ibu dan social
4
ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi
pada keluarga ibu balita belum diberikan setelah orang melakukan penginderaan terhadap
penyuluhan yaitu sebanyak 13 responden obyek tertentu (Lailiand Andriani, 2019). Ibu yang
(81,25%), sedangkan ibu balita yang mengetahui memiliki balita yang bekerja sebagai IRT lebih
pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi banyak memiliki waktu untuk mengurus
keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada keluarganya terutama dalam kebutuhan gizi pada
keluarga ibu balita sebanyak 3 responden anak balitanya. Kegiatan pengabdian kepada
(18,75%). Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat ini, para ibu yang memiliki balita di
ibu balita tidak mengetahui pengaruh pengetahuan berikan penyuluhan mengenai pengaruh
ibu dan social ekonomi keluarga terhadap pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga
pencegahan gizi buruk pada keluarga ibu balita. terhadap pencegahan gizi buruk. Harapan dari
kegiatan pengabdian mengenai pengaruh
Tabel 3 Hasil posttest pengaruh pengetahuan ibu dan pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga
social ekonomi keluarga terhadap pencegahan terhadap pencegahan gizi buruk, sehingga ibu yang
gizi buruk pada keluarga ibu balita
memiliki balita dapat meningkatkan peran sertanya
Pengetahuan ibu f % mengenai pengaruh pengetahuan ibu dan social
Ya 12 75 ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk..
Tidak 4 25 Kesimpulan
Total 16 100 Setelah dilakuakan kegiatan pengabdian kepada
Berdasarkan table 3 menunjukkan bahwa ibu balita masyarakat tentang pengaruh pengetahuan ibu dan
mengetahui pengaruh pengetahuan ibu dan social social ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi
ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk buruk pada keluarga ibu yang memiliki balita maka
pada keluarga ibu balita. sesudah diberikan kesimpulan dari kegiatan pengabdian kepada
penyuluhan yaitu sebanyak 12 responden (75%), masyarakat sebagai berikut: Ibu yang memiliki
sedangkan ibu balita yang tidak mengetahui balita di Kecamatan Cot Glie sebagian besar
pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi berpendidikan SD 8 ibu 50%. Pengetahuan ibu
keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada tentang pengaruh pengetahuan ibu dan social
keluarga ibu balita sebanyak 4 responden (25%). ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu balita pada keluarga ibu balita berdasarkan hasil pre test
meningkat setelah diberikan penyuluhan pengaruh 13 ibu 81,25%, sebagaian ibu tidak mengetahui
pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga pengaruh pengetahuan ibu dan social ekonomi
terhadap pencegahan gizi buruk pada keluarga ibu keluarga terhadap pencegahan gizi buruk pada
balita keluarga ibu balita, sedangkan berdasarkan hasil
Dilihat dari hasil penyuluhan sebelum posttest 12 ibu 75% hampir seluruh ibu sudah
diberikan penyuluhan mengenai pengaruh mengerti tentang pengaruh pengetahuan ibu dan
pengetahuan ibu dan social ekonomi keluarga social ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi
terhadap pencegahan gizi buruk yaitu sebanyak 13 buruk pada keluarga ibu balita.
responden (81,25%), sedangkan ibu balita yang
mengetahui mengenai pengaruh pengetahuan ibu Daftar Rujukan
dan social ekonomi keluarga terhadap pencegahan 1. Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu
gizi buruk sebanyak 3 responden (18,75%). Sesudah Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
diberikan penyuluhan yaitu sebanyak 12 responden 2. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan aplikasinya
(75%), sedangkan ibu balita yang tidak mengetahui Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat
mengenai pengaruh pengetahuan ibu dan social Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
ekonomi keluarga terhadap pencegahan gizi buruk Pendidikan Nasional.
ada sebanyak Responden (25%). Dapat 3. Siswono. 2001. Gizi Kurang Pada Anak.
disimpulkan bahawa terjadi peningkatan Surabaya : http://www.gizinet.ac.id Diakses
pengetahuan ibu yang memiliki balita karena nilai Pada Tanggal 7 Februari 2011.
posttest lebih tinggi dari nilai pretest.
5
4. Anwar. 2007. Pola Asuh dalam Hubungannya
dengan Status Gizi Balita Ditinjau dari
Pekerjaan, Pendapatan dan Pengeluaran Orang
Tua di Daerah Sulawesi Selatan. Tesis.
Universitas Hasanudin. Makasar.

5. Berg, A. 1986. Peranan gizi dalam


pembangunan national (terjemahan). CV.
Rajawali. Jakarta.

You might also like