Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada


kerupuk berwarna merah: Studi pasar Kepanjen-Malang

(Food Sanitation Hygiene and Analysis of P-IRT Number on


Red Coloring Crackers: Study at Kepanjen Market in Malang)
Dieka Armanda Kurniasari1, Rahayu Sri Pujiati2, Prehatin Trirahayu Ningrum3
1
Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Jember
Email : Diekaarmanda10ks@gmail.com

Abstract

Food sanitation and hygiene is conducted to control food factor, people, place and tools in order to prevent
cross contamination between food and eater. Household food industry must possess household food
industry certificate or SPP-IRT to aid supervision by involved parties. Crackers is highly demanded side
dishes, especially red-colored cracker which had been sold at Kepanjen Market, Malang. The research
aimed to discover food sanitation and hygiene and analysis P-IRT number on red-coloring crackers at
Kepanjen Market, Malang. This was a descriptive study with observation and interview methods to cracker
industry workers. There were 12 kinds of red-coloring crackers distributed in Kepanjen Market. The
research used univariant analysis to describe variables. This study described three stages in cracker
making process, food sanitation hygiene, and P-IRT number on red-coloring crackers. There were 3
respondents were < 40 years old, all respondents had moderate education, and 2 respondents worked for
< 3 years of working period. The food hygiene and sanitation application was categorized good. There
were 7 red-coloring crackers traded at Kepanjen Market had BPOM No. 22/2018 standardized, but 4
products were not standard-updated and 1 product was not fulfilled the BPOM requirement..

Keywords: sanitation hygiene, number P-IRT, cracker.

Abstrak

Higiene sanitasi makanan merupakan upaya mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapan untuk menghindari kontaminasi silang antara makanan dan penjamah. Industri rumah tangga
pangan harus memiliki SPP-IRT untuk memudahkan pengawasan dinas terkait. Kerupuk memiliki peminat
yang tinggi terutama berwarna menarik, salah satunya berwarna merah yang beredar di pasar Kepanjen
kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui higiene sanitasi makanan dan analisis nomor
P-IRT pada kerupuk berwarna merah di pasar Kepanjen, Malang. Penelitian ini merupakan penelitian
deskritif dengan metode observasi dan wawancara kepada pekerja industri “CV kerupuk “Mandiri” dan 12
sampel kerupuk berwarna merah yang beredar di pasar Kepanjen, Malang. Penelitian menggunakan teknik
analisis univariat untuk menggambarkan masing- masing variabel yang diteliti. Penelitian ini menjelaskan
tahapan pembuatan kerupuk, prinsip higiene sanitasi makanan pada industri kerupuk dan nomor P-IRT
pada kerupuk yang beredar di pasar Kepanjen. Dari penelitian ini diketahui bahwa 3 responden berusia
<40 tahun, berpendidikan menengah, dan 2 memiliki masa kerja <3 tahun. Penerapan hygiene sanitasi
makanan industri “CV kerupuk “Mandiri” memiliki kategori yang cukup baik. Produk kerupuk berwarna
merah yang beredar di pasar Kepanjen 7 sampel sesuai, 4 sampel belum dilakukan pembaharuan dan 1
sampel tidak yang tidak sesuai dengan peraturan kepala BPOM RI No 22 Tahun 2018.

Kata kunci: higine sanitasi makanan, P-IRT number, kerupuk

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 1


Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

Pendahuluan Tingkat konsumsi masyarakat yang


Makanan adalah bahan selain obat yang tinggi maka banyak masyarakat yang terjun
mengandung zat gizi dan atau unsur/ ikatan kimia diusaha pembuatan kerupuk. Menurut data
yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, Disperindag Kabupaten Malang pada tahun 2015
yang berguna bila dimasukkan kedalam tubuh terdapat 16 industri kerupuk ataupun keripik yang
(Almatsier, 2009:3) [1]. Berdasarkan Peraturan memproduksi lebih dari 2000kg/th (Disperindag
Pemerintah RI No 86 tahun 2019 tentang Kab. Malang, 2015. Kerupuk banyak ditemui di
keamanan pangan, pangan adalah segala seluruh wilayah Indonesia, dan beberapa daerah
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk bahkan memiliki kerupuk khas dari daerah
pertanian, perairan, dan air baik yang diolah tersebut. Pasar Kepanjen merupakan salah satu
maupun tidak [2]. Berdasarkan Permenkes pasar yang menjual beberapa jenis kerupuk yang
Nomor 1096 tahun 2011 bahwa higiene sanitasi beredar di kabupaten Malang. Pasar Kepanjen
merupakan upaya mengendalikan faktor risiko merupakan pasar kelas 1 dengan jumlah
terjadinya kontaminasi makanan, baik yang pedagang sebanyak 1.388 di kabupaten Malang
berasal dari bahan makanan, orang tempat dan setelah pasar Lawang 2.253 pedagang dan
peralatan agar aman untuk dikonsumsi [3]. Dampit 1.512 pedagang (Disperindag Kab.
Penjamah makanan berperan langsung dalam Malang, 2015). Pasar Kepanjen memiliki jumlah
melakukan kegiatan keamanan pangan agar penjual kerupuk 55 kios terdiri dari 45 penjual
terhindar kontaminasi antar makanan. Terdapat 6 kerupuk mentah, 10 pedagang menjual kerupuk
prinsip hygiene sanitasi makanan, antara lain matang.
pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan Berdasarkan studi pendahuluan yang
makanan, pengolahan makanan, penyimpanan, dilaksanakan pada bulan April 2020 yang
pengangkutan hingga penyajian makanan. dilakukan oleh penulis di Kabupaten Malang
Prinsip hygiene sanitasi makanan di lakukan oleh terdapat beberapa industri rumah tangga yang
pemilik jasa dalam bidang makanan antara lain memproduksi kerupuk. Dari beberapa industri
restoran, hotel, warung makan, catering bahkan kerupuk sebagian besar belum terdaftar P-IRT
industry rumah tangga. nya, salah satunya CV kerupuk “Mandiri” yang
Pada Industri Rumah Tangga Pangan berada di kabupaten Malang. Menurut pemilik,
(IRTP) dilakukan pengawasan untuk memenuhi kerupuk yang di hasilkan perhari bisa mencapai
keamanan pangan sebelum diedarkan pada 1 kwintal. Di Pasar Kepanjen terdapat 45 jenis
masyarakat untuk dikonsumsi. Sertifikat Produksi kerupuk yang beredar dan 21 di antaranya
Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang merupakan kerupuk berwarna. Kerupuk
dikeluarkan oleh pemerintah wilayah terkait akan berwarna merah lebih mendominasi yakni
menjamin keamanan suatu produk makanan. sebanyak 12 jenis kerupuk berwarna merah yang
Makanan yang tidak memiliki Produk Industri memiliki nomer P-IRT dan ada juga yang tidak
Rumah Tangga (P-IRT) pasti tidak terdaftar sesuai dengan nomor P-IRT. Berdasarkan data
terdaftar di Dinas Kesehatan maupun dan uraian diatas, peneliti tertarik untuk
Disperindag sehingga susah untuk dilakukan melakukan penelitian terkait identifikasi higiene
pengawasan. Nomor P-IRT pada suatu label sanitasi makanan dan analisis kerupuk bernomor
makanan sebagai tanda bahwa makanan di jamin P-IRT yang beredar di pasar Kepanjen Malang
mutu dan keamanannya. Pendahuluan mengandung pengantar yang
Pengusaha dari industri rumah tangga berisi justifikasi, hipotesis (jika ada), dan tujuan
belum mendaftarkan P-IRT bisa disebabkan penelitian.
karena ketidaktahuan tentang bagaimana alur
pendaftaran. No P-IRT (Pangan Industri Rumah Metode Penelitian
tangga) harus dimiliki oleh industri rumah tangga Penelitian ini merupakan penelitian
yang menggunakan alat manual maupun semi deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi
otomatis, salah satunya makanan kerupuk. hygiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-
Kerupuk adalah salah satu jenis makanan kering IRT pada kerupuk berwarna merah. Penelitian
yang terbuat dari bahan yang mengandung pati dilakukan di Pasar Kepanjen dan industri kerupuk
cukup tinggi (Koswara, 2009:3) [5]. Bahkan di kabupaten Malang. Populasi dalam penelitian
kerupuk bisa menjadi lauk yang wajib ada bagi ini adalah kerupuk berwarna merah yang beredar
sebagian orang karena rasa yang gurih. Warna di pasar kepanjen sebanyak 12 industri kerupuk
merah lebih banyak ditemukan di pasaran karena dan 12 industri kerupuk di kabupaten Malang.
warna yang sangat mencolok dan menarik Sampel yang digunakan 12 sampel kerupuk dan
sehingga lebih menarik bagi konsumen. pelaksanaan pnelitian mengenai hygiene sanitasi
e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 2
Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

makanan pada CV kerupuk “Mandiri” meliputi 4 a. Pemilihan bahan baku


responden. Pemilihan sampel menggunakan Tabel 2 Distribusi pemilihan bahan baku kerupuk
teknik total sampling atau sampel jenuh,
penelitian menggunakan teknik analisis univariat Pemilihan Bahan Baku
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan No Kategori Jumlah Presentase
dari masing- masing variable yang diteliti terkait (n) (%)
hygiene sanitasi makanan dan analisis kerupuk 1 Baik 3 75
berlabel nomor P-IRT. 2 Cukup 1 25
3 Buruk - -
Hasil Penelitian Total 4 100%
Proses pembuatan kerupuk di bagi menjadi 3
tahap: Berdasakan tabel 2 diketahui bahwa
1. Pembuatan adonan, bahan di jadikan satu kualitas pemilihan bahan baku produksi kerupuk
dalam suatu wadah lalu dilakukan kategori baik sebanyak 3 responden, bahan baku
pencampuran dengan bantuan mesin (mixer) yang baik memiliki kualitas baik karena terdapat
selama lebih dari 30 menit agar adonan tanggal kadaluarsa, tidak menggumpal, bau
tercampur ratadan kalis. normal tepung terigu, berwarna putih khas
2. Pencetakan, adonan menggunakan satu alat tepung dan berbentuk serbuk.
yang besar dan dilakukan menggunakan
mesin otomatis. b. Penyimpanan bahan baku
3. Pengeringan. kerupuk dilakukan dengan cara Tabel 3 Distribusi penyimpanan bahan baku
menjemur dengan matahari secara langsung. kerupuk
Karakteristik produsen kerupuk No Kategori Penyimpanan Bahan
Tabel 1 Karakteristik Produsen kerupuk Baku
Jumlah Persentasi
No Karakteristik Jumlah Presentasi (n) (%)
Responden (n) (%)
1 Memenuhi 2 50
1 Umur 2 Syarat 2 50
18 -<40 tahun 3 75% Tidak Memenuhi
40 ->60 tahun 1 25% Syarat
Total 4 100% Total 4 100
2 Tingkat
. Pendidikan Berdasarkan tabel 3 tentang pengolahan
Dasar 1 25% kerupuk 2 responden memiliki kategori yang
Menengah 3 75% buruk dalam penyimpanan bahan baku dengan
Total 4 100% persentase 50%. Hal ini disebabkan tempat
3 Masa Kerja penyimpanan bahan baku yang lembab karena
< 3 tahun 2 50% jarak dengan lantai hanya 10 cm dan dilapisi
>3 tahun 2 50% dengan kayu serta tempat yang terbuka.
Total 4 100%
c. Pengolahan Kerupuk
Hasil penelitian menurut sebaran umur Tabel 4 Distribusi pengolahan kerupuk
paling banyak responden yang berusia 18 - <40
tahunyaitu 3 responden (75%). Pada tingkat Pengolahan Kerupuk
pendidikan responden menunjukan semua No Kategori Jumlah Persentase
responden yakni 1 orang berpendidikan (n) (%)
dasarartinya tamat/ tidak tamat SD, serta2 1 Memenuhi 1 50
responden yang bekerja <3 tahun. Syarat
2 Tidak 3 50
Higiene sanitasi proses produksi kerupuk memenuhi
meliputi pemilihan bahan baku, penyimpanan syarat
bahan baku, pengolahan kerpuk, Total 4 100
penyimpanan kerupuk, pengangkutan dan
penyajian kerupuk di kabupaten Malang
e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 3
Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

Berdasarkan pada tabel 4 diketahi bahwa 1 Memenuhi


hampir semua responden yaitu sebanyak 3 2 Syarat 1 25%
responden (75%) dalam pengolahan kerupuk Tidak Memenuhi 3 75%
tidak memenuhi syarat dan memiliki kategori Syarat
yang buruk dalam pengolahan makanan Total 4 100%
kerupuk.
Berdasarkan pada table 7 diketahui bahwa
d. Penyimpanan Kerupuk pada penyajian kerupuk yang tidak memenuhi
Tabel 5 Distribusi Penyimpanan Kerupuk syarat hampir semua responden yaitu 3
responden (75%). Pada tempat penyajian
Penyimpanan (wadah) dari plastik produk lain yang berbeda
Kerupuk dan tidak sesuai dengan produk yang dihasilkan,
No Kategori
Jumlah Persentase tidak tertutup dengan rapat (terbuka) dan
(n) (%) peralatan yang digunakan kurang bersih.
Memenuhi
Syarat 1 g. Penjamah Makanan
1 100
Tidak Table 8 Distribusi Penjamah Makanan Kerupuk
2 -
Memenuhi 3
Syarat Pengangkutan Kerupuk
Total 4 100 No Kategori Persentase
Jumlah (n)
(%)
Berdasarkan pada table 5 diketahui Baik
bahwa pada penyimpanan kerupuk hamper 1 Cukup 2 50
semua responden beranggapan jika 2 2 50
penyimpanan kerupuk tidak memenuhi syarat Total 4 100%
yakni sebanyak 3 responden (75%). Hal ini
disebabkan karena tempat penyimpanan tidak
Berdasarkan table 8 dapat diketahui
terlindung dari debu, serangga dan hewan dan
bahwa penjamah makanan yang termasuk dalam
wadah yang digunakan terbuat dari plastic.
kategori cukup sebanyak 2 penjamah makanan
dengan persentase sebesar (50%), dengan nilai
e. Pengangkutan Kerupuk
4-6. Penjamah makanan dikategorikan cukup
Tabel 6 Distribusi Penyimpanan Kerupuk
dikarenakan terdapat kuku yang masih kotor,
tidak memakai celemek, tidak memakai penutup
Pengangkutan Kerupuk kepala danada yang merokok ketika proses
No Kategori Jumlah Persentase pengolahan.
(n) (%)
Memenuhi Analisis kesesuaian nomor P-IRT pada label
1
Syarat 4 100 pangan kerupuk di pasar Kepanjen Malang
Tidak
2
Memenuhi - - Table 9 Analisis kesesuaian nomor P-IRT pada
2
Syarat label pangan kerupuk di pasar Kepanjen
Total 4 100%
No No P-IRT Hasil
Berdasarkan pada table 6 diketahui bahwa 1 2-06-3515- Sesuai dengan peraturan
pada pengangkutan kerupuk semua responden 01-0536- BPOM No 22 tahun 2018
dalam kategori memenuhi syarat. Wadah yang 20
digunakan bersih dan ukuran memadai dan 2 2-06-3515- Sesuai dengan peraturan
ditutup dengan baik, terbuat dari plastik. 06-0695- BPOM No 22 tahun 2018
21
f. Penyajian Kerupuk 3 2-06-3515- Sesuai dengan peraturan
Table 7 Distribusi Penyajian Kerupuk 01-0170- BPOM No 22 tahun 2018
Pengangkutan Kerupuk 18 tetapi sudah Kadaluarsa
No Kategori Jumlah Persentase 4 2-06-3515- Sesuai dengan peraturan
(n) (%) 02-0375- BPOM No 22 tahun 2018
20
e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 4
Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

5 2-06-3516- Sesuai dengan peraturan dan digiling selama beberapa menit. Proses
01-0133- BPOM No 22 tahun 2018 mixer/pengadonan dilakukan hingga adonan
18 tetapi sudah kadaluarsa menjadi rata dan kalis. Setelah proses
6 2-06-3504- Menggunakan P-IRT lama pengadonan selesai maka dapat dilanjutkan di
01-938 yaitu 12 digit tahap selanjutnya.
7 095/13.10/ Tidak menggunakan no P- b. Pencetakan adonan
91 IRT Tahapan pembuatan kerupuk yang kedua
8 2-06-3515- Sesuai dengan peraturan yakni proses pencetakan adonan kerupuk.
01-0375- BPOM No 22 tahun 2018 Pencetakan adonan bertujuan untuk
20 menyeragamkan bentuk dari kerupuk (Rosiani N,
9 2-06-3515- Sesuai dengan peraturan 2015:87). Berdasarkan hasil observasi pada
14-0655- BPOM No 22 tahun 2018 penlitian diketahui jika proses pencetakan
21 adonan menggunakan mesin otomatis. Hal ini
10 2-06-3514- Menggunakan P-IRT lama disebabkan untuk mempermudah pekerja
01-068 yaitu 12 digit sehingga mendapatkan ukuran yang sama dan
11 2-73-5130- Menggunakan P-IRT lama seragam, lebih efisien dan tidak membutuhkan
04-055 yaitu 12 digit banyak waktu untuk mencetak. Ukuran adonan
12 -06-3571- Sesuai dengan peraturan yang sama sangat mempengaruhi kualitas
03-0549- BPOM No 22 tahun 2018 produk (kerupuk), jika ukuran yang berbeda
20 maka proses pengeringan dan penggorengan
akan berbeda dan hasilnya menjadi kurang baik.
Berdasarkan table 9 analisis kesesuaian c. Pengeringan.
nomor P-IRT pada label pangan kerupuk di pasar Tahap terakhir dalam pembuatan kerupuk
Kepanjen diketahui bahwa lebih dari (50%) yaitu proses pengeringan. Pada tahap ini
sampel sudah sesuai dengan peraturan Sesuai merupakan tahapan yang sangat penting.
dengan peraturan BPOM No 22 tahun 2018 Beberapa factor yang dapat mempengaruhi
tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pengeringan meliputi luas permukaan dari
pangan industry rumah tangga tentang pedoman kerupuk, ketebalan dan kecepatan arus angin
pemberian SPP-IRT sebanyak 7 sampel meliputi (Purwanti H, 2011:56). Berdasarkan hasil
sampel ke- 1, 2, 3, 4 ,5, 9 dan 12. Beberapa observasi proses pengeringan dilakukan dengan
sampel sisanya masih menggunakan nomor P- bantuan matahari secara langsung. Cuaca
IRT yang lama, tidak sesuai dengan peraturan sangat mempengaruhi proses pengeringan pada
pedoman pemberian SPP-IRT, kadaluarsa dan kerupuk. Pengeringan dilakukan lebih dari 3 hari
ada yang tidak menggunakan nomor P-IRT pada hingga adonan menjadi kering. Jika kerupuk
label pangan. dalam keadaan belum kering sempurna ketika di
goreng tidak bisa mengembang dan keras.
Pembahasan
Karakteristik Responden
Proses Produksi Kerupuk pada Industri
a. Umur
Rumah Tangga Di Kabupaten Malang
Berdasarkan penelitian di atas diketahui
Menurut Koswara (2009, 10-11) pada
jika menurut sebaran umur semua responden
proses pengolahan ada tiga tahap yang penting
berusia 18 - <40 tahun yakni 3 orang (75%) dan
meliputi:
satu lainnya berusia 40>60 tahun. Menurut
a. Pembuatan adonan
Hurlock (2003:214) semakin cukup umur, maka
Pembuatan adonan merupakan tahap
seseorang akan kuat dan matang dalam berfikir
pertama dalam proses produksi kerupuk.
dan bekerja. Umur responden dapat
Berdasarkan penelitian oleh Rosiani N (2015:87)
memengaruhi tingkat pengetahuan, pengalaman
pembuatan adonan merupakan tahap yang
bekerja dan wawasan dari responden. Semakin
sangat penting. Pada proses ini bahan yang
cukup umur seseorang lebih. Responden dalam
disiapkan akan di masukan kedalam wadah yang
penelitian ini memiliki umur yang matang
akan diaduk hingga homogeny. Berdasarkan
sehingga bisa memahami dan tahu mengenai
penelitian yang dilakukan, bahan- bahan yang
hygiene sanitasi makanan pada produk makanan
digunakan meliputi: tepung tapioca, tepung
kerupuk.
terigu, bawang putih, garam, merica, ketumbar
b. Tingkat Pendidikan
dan air. Pada proses pembuatan adonan semua
Berdasarkan Undang- Undang Republik
bahan di mix/ campur dalam satu wadah besar
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, menyatakan
e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 5
Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

jika pendidikan merupakan usaha sadar dan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, air
terencana untuk mewujudkan suasana belajar yang digunakan dalam pengolahan kerupuk
dan proses pembelajaran agar peserta didik berasal dari sumur gali dan memiliki ciri- ciri tidak
secara aktif mengembangkan potensi dirinya berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa.
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, b. Penyimpanan Bahan Makanan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, Proses penyimpanan bahan makanan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan tidak semua yang tersedia langsung dikonsumsi
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. oleh masyarakat. Bahan makanan tidak segera
Berdasarkan penelitia diketahui bahwa pada diolah karena mengingat sifat bahan makanan
tingkat pendidikan responden menunjukan yang berbeda-beda dan dapat membusuk,
semua responden yakni 4 orang responden sehingga kualitasnya dapat terjaga (Mundiatun
berpendidikan menengah. Berdasarkan proses dan Daryanto, 2015:199). Berdasarkan penelitian
wawancara dengan responden mendapatkan tempat pengolahan kurang bersih. Dari hasil
informasi tidak hanya dari tempat pendidikan saja observasi produsen menempatkan bahan baku
tetapi dari media, dan rekan kerja. dan makanan jadi secara terpisah. Hasil
c. Masa Kerja observasi tentang tempat penyimpanan yaitu ada
Masa kerja merupakan lamanya waktu produsen yang tidak menyusun dalam rak yang
yang dibutuhkan dari awal bekerja hingga saat sejenis namun untuk bahan yang digunakan
ini. Masa kerja juga akan berpengaruh pada adalah bahan yang lebih dulu masuk. Hal ini
pengetahuan dan pengalaman responden dikarenakan produsen tidak menggunakan
mengenai hygiene sanitasi makanan. Menurut dalam jumlah yang sangat banyak.
sebaran masa kerja responden pada penelitian c. Pengolahan Makanan
ini yakni, responden yang bekerja <3 tahun Pengolahan makanan adalah proses
sebanyak 2 orang dan 2 orang lainnya bekerja >3 pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi
tahun dengan presentasi 50%. Masa kerja yang makanan yang siap santap. Pengolahan
msih sedikit atau sebentar akan membuat makanan yang baik adalah yang mengikuti
produsen cenderung kurang berhati- hati dan kaidah dan prinsip-prinsip higiene dan sanitasi
mentaati peraturan dengan baik (wawan dan (Rejeki, 2015:76). Menurut Mundiatun dan
Dewi, 2010:67). Masa kerja mempengaruhi Daryanto. Tempat pengolahan makanan adalah
perilaku kebiasaan responden ketika bekerja, suatu tempat dimana makanan diolah, Tempat
kebiasaan baik ketika bekerja dalaam mentaati pengolahan ini sering disebut dapur (Mundiatun
peraturan tentang hygiene sanitasi makanan dan Daryanto, 2015:200).
dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi Berdasarkan penelitian 3 responden tidak
silang dan ada kesalahan dalam pengoperasian/ memenuhi syarat memiliki kategori yang buruk
prosedur dalam bekerja. dalam pengolahan makanan kerupuk karena
hanya memperoleh nilai 7 dari 16 pertanyaan.
Higiene Sanitasi Makanan Berdasarkan observasi tempat pengolahan
Menurut Departemen Kesehatan Republik makanan terdapat produsen yang kondisi lantau,
Indonesia Tahun 2015 terdapat 6 (enam): atap dan langit – langit yang kurang baik. Lantai
a. Pemilihan Bahan Baku Makanan, masih terbuat dari tanah, atap dan permukaan
Pemilihan semua jenis bahan makanan langit- langit yang tidak rata dan tidak berwarna
perlu mendapat perhatian secara fisik serta terang karena langsung oleh genteng. Hasil
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan observasi pada kondisi dapur produsen tempat
makanan yang mudah membusuk atau rusak sampah yang digunakan tidak memiliki tutup.
seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam Hasil observasi tentang kondisi peralatan kurang
kaleng, buah. Bedasarkan penelitian pemilihan memenuhi syarat karena ada beberapa alat yang
tepung terigu yang menggumpal, tidak terdapat tidak di cuci tetapi untuk container/ wadah, alat
tanggal kadaluarsa, garam dan pemilihan pengaduk dan penggorengan selalu dicuci ketika
pewarna makanan yang digunakan termasuk akan digunakan. Sebagian besar produsen terus
dalam kualitas rendah. Item yang diteliti meliputi menggunakan wadah plastic yang tidak terbuat
kualitas tepung, air dan garam yang digunakan. dari bahan yang kuat ketika mengolah kerupuk
Tepung yang digunakan dalam proses yang panas ketika mengukus kerupuk.
pengolahan kerupuk dari hasil observasi dijual d. Penyimpanan Makanan Jadi
sesuai memenuhi kebutuhan produsesn Menurut Departemen Kesehatan RI (2015)
kerupukdan dibungkus dalam wadah yang lain prinsip penyimpanan makanan jadi bertujuan
karena harga menjadi relative lebih terjangkau. untuk mencegah pertumbuhan dan
e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 6
Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

perkembangan bakteri pada makanan, merokok ketika proses pengolahan. Berdasarkan


mengawetkan makanan dan mencegah hasil observasi responden menutup luka, kuku
pembusukan makanan, dan mencegah timbulnya bersih namun tidak memakai penutup kepala dan
sarang hama dalam makanan. Berdasarkan hasil tidak memakai celemek. Responden mencuci
observasi tempat makanan jadi terlindung dari tangan ketika akan melakukan pengolahan
debu, bahan kimia berbahaya, serangga tikus kerupuk dengan menggunakan sabun dan air
dan hewan lainnya. Wadah yang digunakan bersih. Berdasarkan hasil observasi ada
kerupuk terbuat dari plastic dan tidak baik responden yang merokok ketika proses
digunakan oleh kesehatan karena tidak sesuai pengolahan berlangsung.
persyaratan menurut Depkes (2015) yaitu wadah Berdasarkan hasil wawancara yang
yang bersih kuat dan aman untuk digunakan. Hal dilakukan terhadap 4 responden diajukan 9
ini dapat mempengaruhi kualitas kerupuk karena pertanyaan dan 4 responden tidak bekerja ketika
dapat tercemar bahan kimia dari plastic yang sedang sakit dan digantikan oleh teman yang
digunakan. lainnya. Responden rutin keramas minimal 2 kali
e. Pengangkutan Makanan seminggu sebagai bentuk dari hygiene personal.
Menurut Mundiatun dan Daryanto Saat batuk bersin penjamah menutup mulut atau
(2015:200), pengangkutan makanan dari tempat memalingkan muka agar makanan tidak
pengolahan ke tempat penyajian atau terkontaminasi. Sebagaian besar responden
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak ada yang merokok ketika proses
tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, pengolahan makanan berlangsung.
debu, maupun bakteri. Wadah yang
dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat Analisis kesesuaian nomor P-IRT pada label
atau bocor. penelitian wadah yang digunakan pangan kerupuk di pasar Kepanjen
bersih, utuh, kuat dan ukurannya memadai Menurut Peraturan Sesuai dengan
dengan makanan yang diisi serta ditutup dengan peraturan BPOM No 22 tahun 2018 tentang
baik. Hal ini sesuai dengan prinsip pengangkutan pedoman pemberian sertifikat produksi pangan
makanan yang baik adalah tidak terjadinya industry rumah tangga, nomor Produk Industri
pencemaran selama proses pengangkutan baik Rumah Tangga (P-IRT) adalah nomor pangan
pencemaran fisik, mikroba, maupun kimia industri rumah tangga (IRT) yang menjadi bagian
f. Penyajian Makanan tidak terpisahkan dari Sertifikat Produksi Pangan
Menurut Rejeki (2015:77) bahwa makanan yang Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dan wajib
disajikan adalah makanan yang siap santap atau dicantumkan pada label Industri Rumah Tangga
layak santap. Prinsip penyajian makanan wadah (IRT) yang telah memenuhi persyaratan
untuk setiap jenis makanan ditempatkan dalam pemberiaan Sertifikat Produksi Pangan Industri
wadah terpisah, dan diusahakan tertutup. Rumah Tangga (SPP-IRT). Sampel penelitian
Berdasarkan penelitian wadah yang digunakan sebanyak 12 sampel kerupuk berwarna merah.
untuk membungkus tidak terbuat dari bahan yang Untuk mengetahui analisis kesesuaian nomor P-
aman dan peralatan yang digunakan kurang IRT pada label pangan kerupuk dilakukan
bersih. Pada penyajian kerupuk di pasar, wadah analisis dengan cara melakukan pencocokan
terbuat dari plastic, tidak tertutup karena sudah di kode tiap nomor yang terdapat pada label.
buka oleh penjual kerupuk da nada beberapa Berdasarkan table 9 Analisis kesesuaian
kerupuk yang wadahnya tidak sesuai dengan nomor P-IRT pada label pangan kerupuk di pasar
jenis produk (kerupuk). Penyajian makanan yang Kepanjen diketahui bahwa terdapat 7 sampel
tidak memiliki penutup memungkinkan untuk yang sesuai dengan peraturan kepala Sesuai
adanya kontaminasi silang dengan peraturan BPOM No 22 tahun 2018
g. Penjamah Makanan tentang pedoman pemberian sertifikat produksi
Penjamah makanan adalah orang yang pangan industry rumah tangga yaitu pada sampel
secara langsung maupun tidak langsung 1, 2, 3, 4 ,5, 9 dan 12. Terdapat 4 sampel
berhubungan dengan makanan dan peralatan menggunakan 12 digit dan belum dilakukan
sejak tahap persiapan, pembersihan, perbaharuan yakni pada sampel 6, 8, 10 dan 11.
pengolahan, pengakutan sampai penyajian Pada sampel 11 tidak sesuai dengan pedoman
(Kepmenkes RI, 2003). Berdasarkan penelitian pemberian SPP-IRT pada angka ke 2 dan 3.
penjamah makanan yang termasuk dalam Pada sampel 3 dan 5 sudah kadaluarsa di angka
kategori kategori cukup, dikarenakan terdapat 14 dan 15. Pada kode sampel 7 tidak
kuku yang masih kotor, tidak memakai celemek, menggunakan nomor P-IRT.
tidak memakai penutup kepala dan ada yang
e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 7
Kurniasari 1, et al, Higiene sanitasi makanan dan analisis nomor P-IRT pada kerupuk….

Simpulan dan Saran Daftar Pustaka


Proses pembuatan kerupuk ada 3 tahap, [1] Almatsier S. 2010. Prinsip dasar ilmu gizi.
yaitu pembuatan adonan, pencetakan adonan Jakarta: Gramedia Utama
dan pengeringan. Umur, pendidikan dan masa [2] Arikunto S. 2010. Prosedur Peneltian:
kerja berpengaruh pada pengetahuan, Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi).
pengalaman dan kebiasaan untuk tahu dan Jakarta: Rineka Cipta.
mematuhi prinsip hygiene sanitasi makanan agar [3] BPOM RI. 2018.Peraturan Badan
berjalan dengan baik sehingga produk makanan Pengawas Obat dan Makanan Republik
yang dihasilkan aman untuk di konsumsi. Indonesia Nomor 22 Tahun 2018 Tentang
Penerapan prinsip higiene sanitasi kerupuk CV Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi
kerupuk “Mandiri” memiliki kategori cukup baik. Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta:
Analisis kesesuaian nomor P-IRT pada label Kepala BPOM RI.
pangan kerupuk di pasar Kepanjen diketahui [4] Bungin B. 2009. Metodologi Penelitian
bahwa 7 sampel sesuai dengan peraturan BPOM Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media.
No 22 tahun 2018 tentang pedoman pemberian [5] Dinas Perindustrian dan Perdagangan
SPP-IRT, 4 sampel menggunakan 12 digit dan Kabupaten Malang. 2015. Daftar Industri
belum dilakukan perbaharuan, 1 sampel tidak Rumah Tanggan Kabupaten Malang tahun
sesuai dengan pedoman pemberian SPP-IRT, 2 2015. Malang: Disperindag Kabupaten
sampel sudah kadaluarsa, dan 1 sampel tidak Malang
menggunakan nomor P-IRT. [6] Fajriansyah. 2016. Hygine dan Sanitasi
Direkomendasikan kepada Dinas Pengolahan Roti pada Pabrik Roti Paten
Kesehatan dan Dinas Peridustrian dan Bakery. Jurnal Action: Aceh Nutrition
Perdagangan Kabupaten Malang untuk Journal, November 2016, 1(2) : 116- 120.
meningkatkan pengawasan dan pembinaan [7] Hurlock EB. 2003. Psikologi Perkembangan.
secara rutin pada industri kerupuk secara berkala Jakarta: Erlangga.
terkait penerapan hygiene sanitasi makanan [8] Koswara S. 2009. Pengolahan Aneka
dalam proses pembuatan kerupuk dan Kerupuk. Sumatera Utara. USU
memberikan penghargaan berupa piagam [9] Moelyaningrum AD. 2019. Boric Acid and
kepada IRTP yang selalu menjaga keamanan Hazard analysis critical control point
dan kualitas produk pangan, meningkatkan dan (HACCP) on kerupuk to improve the
pengawasan dengan melakukan sidak secara Indonesian’S Traditional Foods Safety.
berkala minimal 3 bulan sekali untuk mengetahui International Journal of Scientic and
produk makanan yang berijin dan tidak berijin technology Vol, 8, pp.50-54.
yang beredar di masyarakat. Selain itu, untuk [10] Ristianingrum CT, Moelyaningrum AD,
industry kerupuk diharapkan dapat mentaati Pujiati RS. 2017. Identifikasi Higiene
ketentuan label pangan IRTP untuk memberikan Sanitasi Dan Zat Pewarna Rhodamin B
informasi kepada konsumen sehingga konsumen Pada Kue Cenil (Studi Di Pasar Kecamatan
lebih selektif dalam memilih makanan yang akan Sumbersari, Kaliwates Dan Patrang
dikonsumsinya, dan lebih memperhatikan dan Kabupaten Jember). Jurnal. Jember :
meningkatkan lagi penerapan prinsip hygiene Fakultas Kesehatan Masyarakat
dan sanitasi makanan terutama pada penjamah Universitas Jember
dengan melakukan pengecekan secara fisik [11] Undang-Undang republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2012 Tentang Pangan [serial
online]http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU18-
2012Pangan.pdf[3 Maret 2017].

e-Journal Pustaka Kesehatan, vol. 9 (no. 1), Januari 2021 8

You might also like