Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016

Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

KLAUSA VERBAL DALAM CERPEN UCHIBBUKA KAL-MĀ´I


KARYA LĪNA KĪLANĪ: (ANALISIS SINTAKSIS)

Bunga Suryani
208628@gmail.com

Afnan Arummi
afnanarummy85@gmail.com

Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Sebelas Maret

Abstract
This research studies about verbal clause or jumlahfi’liyah. Clause is a series or
combination of words comprises of subject and predicate which potentially
becomes a sentence. The analysis is done based on the structure and the types of
clause within the data. Data collection is done by scruntinizing (simak) and note-
taking (cakap) method. Apportion method is used as the data analysis by
applicating direct elemenets-dividing as the ground technique and divestation,
alteration, and mark reading technique as the following techniques. Afterward, the
result of the analysis is presented informally. This study results
severalconclusions. First, there are 87 verbal clauses found within Uchibbuka kal-
Ma>´i short story. Second, structurally, there are 24 full clauses and 63 partial
clauses found in the short story. Third, based on the types of clauses in Arabic,
there are 26 functionated clauses within sentence; they are: 20 al jumlatu al-
wa>qi’atukhabaran, 3 al-jumlatu al-wa>qi’atu cha>lan, and 3 al-jumlatu al-
wa>qi’atushifatan. However, there are 61 data included as unfunctionated clause
within sentence; they are: 11 al-jumlatu al-ibtidaiyyatu, 12 al-jumlatu al-
wa>qi’atushillati al-maushuli, 1 al-jumlatu al-wa>qi’atu jawa>b li’s-
syarthighairujazi>m, 1 al-jumlatua’t-tafsiriyatu, 36 a’t-ta>bi’atu li jumlatin.

Keywords: verbal clause, Uchibbukakal-Ma>´i short story, the structure and the
types of clause

‫ملخص البحث‬
‫ فاجلملة ىي الوحدة اللغوية اليت تًتكب من مسند و مسند إليو على األقل حبيث‬.‫ىذا البحث يتناول اجلملة الفعلية‬
‫ يف مجع البياانت‬.‫تستطيع أن تكون كالما يبٌت التحليل على تركيب اجلملة ونوعها الذي يتمثل يف البياانت‬
‫ و يف حتليل البياانت استفادت ادلنهج اللغوي بطريقة التوزيع ادلباشر‬.‫استخدمت الباحثة ادلنهج السماعي والكتايب‬
.‫ حيصل البحث على عدة النتائج‬.‫ وعرض حتليل البياانت بطريقة إخبارية‬.‫للعناصر واحلذف والتبديل وقراءة النص‬
، ‫ بناءا على تركيبها توجد ٕٗبياان للجملة الكاملة‬، ‫ الثانية‬.‫ بياان‬۸٧ ‫ عدد اجلملة الفعلية يف تلك القصة‬،‫األوىل‬
‫ٕبياان للجملة اليت ذلا زلل من اإلعرب وىي ٕٓ بياان‬٦ ‫ نظرا من نوعها توجد‬.‫ بياان للجملة غَت الكاملة‬٦ٖ‫و‬
‫زلل ذلا من‬
ّ ‫ وللجملة اليت ال‬.‫ بياانت للجملة الواقعة صفة‬۳‫ و‬،‫ ٖبياانت للجملة الواقعة حاال‬،‫للجملة الواقعة خربا‬

40
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

‫ وبيان واحد‬، ‫ و ٕٔبياانت للجملة الواقعة صلة للموصل‬، ‫بياان للجملة اإلبتدئية‬۱ٔ ‫ بياان وىي‬٦ٔ ‫اإلعرب توجد‬
.‫ وبيان واحد للجملة التفسَتية‬،‫ٖ بياان للجملة التابعة جلملة‬٦‫ و‬،‫للجملة الواقعة جوااب للشرط‬
‫ تركيباجلملة و نوعها‬،‫ قصة أحبّك كادلاء‬،‫ اجلملة الفعلية‬:‫الكلمات ادلفتاحية‬

A. Pendahuluan kurang dikenal dikalangan pengkaji


Salah satu unsur bahasa yang sintaksis bahasa Arab. Hal tersebut
termasuk dalam sintaksis adalah disebabkan oleh terbatasnya bahasan-
klausa. Klausa merupakan satuan bahasan atau bab-bab khusus mengenai
sintaksis yang bersifat predikatif klausa dalam buku-buku nahwu. Di
(Chaer, 2009: 150). Artinya, di dalam dalam buku-buku nahwu terdapat tiga
satuan atau konstruksi itu terdapat istilah kunci yaitu kalimah, jumlah, dan
sebuah predikat. Bila di dalam satuan kalām. Jumlah dan kalām merupakan
tidak terdapat predikat, maka satuan itu dua istilah bahasa Arab yang lazim
bukan sebuah klausa. Senada dengan disepadankan dengan istilah bahasa
pendapat di atas, Kridalaksana, (2008: Indonesia yaitu, kalimat. Sedangkan
124) mendefinisikan klausa sebagai kalimah lazim disepadankan dengan
satuan gramatikal yang berupa kata. Hal itu berarti dalam bahasa Arab
kelompok kata, sekurang-kurangnya tidak terdapat istilah khusus untuk
terdiri atas subjek dan predikat dan menyatakan klausa. Meskipun
berpotensi menjadi kalimat. Definisi demikian bukan berarti dalam bahasa
tersebut menunjukkan bahwa klausa itu Arab tidak terdapat konsep klausa,
bukan kalimat, melainkan bagian dari terbukti dengan adanya pernyataan-
kalimat. Kalimat itu sendiri diartikan pernyataan sintaksis yang mengacu
sebagai satuan sintaksis yang disusun pada konstruksi di atas frasa tetapi
dari konstituen dasar, yang biasanya tidak dapat berdiri sendiri, misalnya
berupa klausa, dilengkapi dengan khabar jumlah, yaitu konstruksi di atas
konjungsi bila diperlukan, serta disertai frasa yang berkedudukan sebagai
dengan intonasi final (Chaer, 2007: predikat (Asrori, 2004: 73).
240). Intonasi final ini merupakan salah Al Ghulayaini (2007: 18)
satu sebab yang membedakan antara menjelaskan dengan lebih terperinci
klausa dengan kalimat. Jika kalimat perbedaan antara jumlah dan kalām.
memperhatikan intonasi final maka Kalām adalah jumlah yang mempunyai
klausa sebaliknya. faidah terhadap makna yang sempurna
Sejalan dengan Kridalaksana yang tanpa konstiutuen lainnya. Apabila
membedakan antara klausa dan suatu jumlah belum mempunyai suatu
kalimat, dalam bahasa Arab dikenal faidah terhadap suatu makna yang
adanya istilah jumlah dan kalām. sempurna yang cukup dengan dirinya,
Dalam hal ini Asrori (2004: 67) maka tidak disebut dengan kalām.
berusaha membedakan kedua istilah Penjelasan diatas memberikan
tersebut. Ia berpendapat bahwa klausa pengertian bahwa dalam bahasa Arab
dapat disepadankan dengan jumlah, juga mengenal tentang adanya klausa.
adapun kalimat dapat disepadankan Ma‟ruf (2002: 64) mengungkapkan
dengan kalām. Lebih lanjut Asrori bahwa dalam bahasa Arab terdapat
(2004: 67) menyatakan bahwa istilah enam susunan (tarkīb) yaitu; isnādī,
klausa dalam bahasa Arab memang

41
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

idhāfī, bayānī, „athfī, mazjī, dan (klausa) yang diawali dengan ism atau
„adadī. Dari keenam jenis susunan nomina. Menurut Asrori (2004: 67),
tersebut terdapat satu jenis yang analisis jumlah atau klausa dapat
berpotensi untuk menjadi klausa atau dilakukan berdasarkan beberapa hal
kalimat, yaitu tarkīb isnādī. Sedangkan salah satunya analisis berdasarkan
lima jenis yang lainnya hanya sebatas struktur intern klausa. Struktur intern
pada frasa. Berdasarkan pemaparan di klausa dianalisis dengan
atas, dapat disimpulkan bahwa istilah memperhatikan ada tidaknya unsur inti
jumlah adalah istilah yang sesuai untuk klausa yaitu subjek atau musnad ilaihi
disepadankan dengan istilah klausa (MI) dan predikat atau musnad (M).
dalam bahasa Indonesia. Jika klausa menghadirkan kedua unsur
Al-Ghulayaini (2007: 17) dalam inti klausa maka klausa tersebut disebut
bukunya menyebut istilah jumlah dan klausa lengkap, sedangkan klausa yang
al-murakkab al-isnadi yang tidak menghadirkan salah satu unsur
mempunyai pengertian mā ta'allafa inti klausa maka disebut klausa tidak
min musnadwa musnad ilaihii (sesuatu lengkap. Maksud ketidakhadiran unsur
yang tersusun atas musnad ilaihi inti tersebut adalah adanya sebuah
(subjek) dan musnad (predikat). pelesapan unsur karena terdapat
Pengertian tersebut sejalan dengan persamaan pada unsur sebelumnya.
pengertian yang disampaikan oleh Penelitian ini difokuskan pada
Ramlan (2001: 79) yang menerangkan pembahasan klausa verbal (dalam
bahwa dalam bahasa Indonesia klausa linguistik umum) yang selanjutnya
diartikan sebagai satuan gramatik yang akan disebut dengan jumlah fi’liyah
terdiri dari P (predikat), baik disertai S (dalam linguistik Arab). Pemilihan
(subjek), O (objek), Pel (pelengkap), jumlah fi’liyah dalam penelitian ini
dan Ket (keterangan) atau tidak. Secara dikarenakan adanya asumsi penulis
ringkas, klausa ialah susunan dari (S) P yang beranggapan bahwa jumlah
(O), (Pel) (Ket). Tanda kurung fi’liyah dalam objek yang dikaji -
menandakan bahwa apa yang terletak Cerpen Uchibbuka kal-Mā´i- adalah
dalam kurung itu bersifat manasuka, jumlah atau klausa yang lebih sering
artinya boleh ada, boleh juga tidak ada. ditemukan dalam kalimat daripada
Dengan demikian, dapat disimpulkan Jumlah ismiyyah atau klausa nominal.
bahwa klausa adalah satuan gramatik Untuk itu, analisis akan dilakukan
yang unsur-unsurnya minimal terdiri dengan mengambil klausa verbal yang
atas Subjek-Predikat dan maksimal ada dalam kalimat majemuk dan
unsurnya terdiri atas Subjek-Predikat- kalimat tunggal pada objek dengan
Objek-Pelengkap-Keterangan. tujuan ingin mengetahui bagaimana
Menurut Al Khuli (1987:348), bentuk klausa verbal (jumlah fi’liyah)
dalam bahasa Arab terdapat dua jenis yang ada pada cerpen.
jumlah (klausa), yaitu Jumlah ismiyyah Cerpen Uchibbuka kal-Mā´i
dan jumlah fi‟liyah. Di dalam bahasa merupakan salah satu cerita dari
Indonesia Jumlah ismiyyah dapat kumpulan cerpen karya līna kīlanī
diartikan sebagai klausa nominal dalam bukunya yang berjudul
sedangkan jumlah fi‟liyah diartikan Uchibbuka kal-Mā´i. Cerpen ini
sebagai klausa verbal. Jumlah ismiyyah menceritakan kisah seorang raja dan
(klausa nominal) merupakan jumlah ketiga putrinya.Dalam kisah ini

42
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

diceritakan bahwa raja ingin menandakan banyaknya klausa,


mengetahui seberapa besar cinta ketiga khususnya klausa verbal.
putri itu kepadanya. Putri pertama
berkata bahwa cintanya seperti istana B. Kerangka Teori
dan seluruh isinya, putri kedua berkata 1. Klausa dalam bahasa Arab
bahwa cintanya seperti semua harta dan Badri (1986, dalam Asrori, 2004:
fasilitas yang ada di kerajaan, adapun 69) menggunakan istilah at-tarkīb yang
putri bungsu raja berkata bahwa ia mendefinisikan klausa sebagai satuan
mencintai raja seperti ia mencintai air. linguistik yang terdiri atas dua unsur
Perkataan itu membuat raja salah pokok, yaitu musnad ilaihi (pokok
paham karena menurut raja, air adalah kalimat, tema, mubtada´, fā‟il, ism
sesuatu yang tidak berharga. Hal itu inna, dan lainnya) dan
membuat raja marah dan mengusir musnad(predikat, khabar, rema, khabar
sang putri dari istana. Hingga suatu inna, khabar kāna). Al-Ghulayaini
hari datang kemarau panjang yang (2007: 17) menyebut klausa dalam
membuat banyak penduduk sakit dan bahasa Arab dengan istilah jumlah
tanaman-tanaman mati karena yang merupakan suatu susunan yang
kekurangan air. Kejadian tersebut terdiri dari subjek (musnad ilaihi) dan
membuat raja mengerti perkataan putri predikat (musnad). Al-Ghulayaini juga
bungsunya. Raja menyadari bahwa air menyebut jumlah sebagai murrakab
adalah sesuatu yang paling penting isnādī.
dalam kehidupan. Raja menyesali Adapun Dahdah mendefinisikan
kesalahannya pada sang putri sehingga jumlah sebagai satuan predikatif yang
raja berusaha mencarinya. Dalam kisah mengandung musnad (predikat) dan
itu diceritakan bahwa putri tinggal musnad ilaihi (subjek), keduanya
didekat aliran sungai. Singkat cerita, menyusun bagian jumlah ini serta
putri itu mengetahui bahwa raja menegaskan makna yang sempurna
mencarinya, kemudian ia berusaha (2000:116).
menghilangkan benda-benda yang Berbeda dengan Dahdah, Al-
menyumbat aliran sungai. Akhirnya, Ghulayaini mengartikan jumlah
tidak lama setelah raja mencari sebagai susunan yang terdiri dari S dan
putrinya tiba-tiba ia melihat aliran P tanpa mensyaratkan adanya makna
sungai mengalir deras dan setelah itu yang utuh. Pendapat Al-Ghulayaini
kehidupan raja kembali seperti semula. didukung oleh adanya konsep jumlah
Penulis menjadikan cerpen ini syarthiyah (klausa syarat) dan khabar
sebagai objek penelitian karena penulis jumlah (predikat yang berupa klausa)
mempunyai asumsi bahwa cerita ini dalam bahasa Arab. Keduannya dapat
merupakan cerita fiktif yang dimasukkan dalam kategori jumlah,
dikhususkan untuk anak-anak sehingga namun tidak disebut sebagai kalām
bahasa yang digunakan cukup yang mempunyai syarat makna yang
sederhana dan mudah dipahami. Hal ini sempurna dan dapat berdiri sendiri.
mempermudah penulis dalam Telah dijelaskan sebelumnya
melakukan analisis. Selain itu, bahwa apabila suatu jumlah belum
berdasarkan pengamatan penulis mempunyai faidah terhadap suatu
terhadap cerpen ini, penulis melihat makna yang sempurna yang cukup
banyak kalimat majemuk yang

43
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

dengan dirinya, maka tidak disebut fi’liyah terdiri dari fi’l dan f‘il,
dengan kalām (2004: 18). atau nā´ibul fā‘il, atau fi’l nāqish
Dari penjelasan di atas dapat beserta ism dan khabar-nya.
disimpulkan bahwa istilah klausa Dari penjelasan di atas dapat
dalam bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa jumlah fi’liyah
disepadankan dengan istilah jumlah merupakan jumlah yang diawali
dalam bahasa Arab. Konsep jumlah oleh musnad yang berupa fi’l atau
tidak bertentangan dengan konsep kata kerja. Adapun musnad ilaihi
klausa dalam bahasa Indonesia karena atau subjeknya dapat berupa fā’i l
dari beberapa definisi yang telah ataupun nā´ibul fā‘il.
disebutkan,jumlah juga diartikan b. Jumlah ismiyyah(Klausa Nominal)
sebagai satuan yang mengandung Al-Ghulayaini (2007:579)
subjek dan predikat serta tidak berdiri mendefinisikannya sebagai Jumlah
sendiri. ismiyyah merupakan apa-apa yang
Asrori (2004: 69) memberi terdiri dari mubtada´ dan khabar.
kesimpulan dari berbagai pengertian Dari pengertian di atas dapat
mengenai klausa. Ia memaparkan disimpulkan bahwa Jumlah
bahwa dari berbagai definisi yang ada, ismiyyah merupakan jumlah yang
semua menetapkan dua hal, (a) berupa diawali oleh musnad ilaihi yang
satuan kebahasaan dan (b) minimal berupa ism dan disebut dengan
dibentuk oleh S dan P, atau tema rema, mubtada´.Adapun musnad-nya
atau musnad ilaihi dan musnad. Dari berupa khabar.
dua unsur yang membentuk klausa 3. Jenis klausa berdasarkan
tersebut dapat diketahui bahwa klausa kedudukan atau fungsi suatu
merupakan tataran yang lebih besar klausa di dalam susunan kalimat
daripada frasa. Hubungan antar unsur bahasa arab
frasa tidak melebihi batas fungsi atau Berdasarkan kedudukan atau
tidak predikatif. Sedangkan hubungan fungsi suatu klausa di dalam susunan
antar unsur dalam klausa harus bersifat kalimat, klausa atau jumlah dalam
predikatif dan harus melebihi batas bahasa Arab dibagi pula menjadi dua
fungsi. jenis, yaitu:
a. Al-Jumlatul-latī lahā Machallun
2. Jenis Klausa dalam Bahasa Arab minal-I’rāb (Klausa yang
Al-Ghulayaini (2007:579) Menempati Fungsi dalam Susunan
memaparkan bahwa dalam bahasa Kalimat)
Arab, jenis-jenis klausa dibagi menjadi Al-Jumlatul-latī lahā machallun
beberapa bagian yang didasari pada minal-I‟rāb merupakan klausa
kategori kata yang mengawalinya dan yang menempati suatu fungsi
didasari oleh fungsinya di dalam tertentu di dalam susunan kalimat,
kalimat. Berdasarkan kategori kata baik dalam susunan Jumlah
yang mengawali susunan klausa, maka ismiyyah atau jumlah fi‟liyah.
klausa atau jumlah dalam bahasa Arab Fungsi-fungsi tersebut mencakup
dibagi menjadi dua jenis, yaitu: predikat, objek, keterangan, dll.
a. Jumlah Fi‟liyah (Klausa Verbal) Al-Ghulayaini (2007: 580)
Al-Ghulayaini (2007:579) membagi jenis jumlah ini menjadi
mendefinisikannya sebagai Jumlah tujuh macam, diantaranya: (1) Al-

44
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jumlatu al-Wāqi‟atu Khabaran (8) A‟t-Tābi‟atu li Jumlatin lā


(Klausa yang Menempati Fungsi Machalla lahā minal-i‟rāb (Klausa
Predikat), (2) Al-Jumlatu al- Subordinat yang Tidak Menempati
Wāqi‟atu Chālan (Klausa yang Fungsi dalam Susunan Kalimat),
Menempati Fungsi Keterangan (9) Al Jumlah a‟t-Tafsīriyyah
Keadaan), (3) Al-Jumlatu al- (Klausa Eplikatif).
Wāqi‟atu Maf‟ūlan Bihi (Klausa C. Pembahasan
yang Menempati Fungsi Objek), 1. Klausa Verbal dalam cerpen
(4) Al-Jumlatu al-Wāqi‟atu Uchibbuka kal-Mā´I berdasarkan
Mudhāfan Ilaihi (Klausa yang strukturnya
Menempati Fungsi Mudhāf Ilaih), Klausa verbal atau jumlah
(5) Al-Jumlatu al-Wāqi‟atu fi‟liyah adalah klausa yang dibangun
Jawāban li Syarthin Jāzimin dan diawali oleh verba (fi‟l) dan
(Klausa yang Menempati Fungsi diikuti oleh subjek (fā„il) sebagai
Jawaban dari Klausa Syarat), (6) konstituen dasar atau inti disertai
Al-Jumlatu al-Wāqi‟atu Shifatan oleh objek (maf‟ūl bihi), keterangan
(Klausa yang Menempati Fungsi dan pelengkap (jar majrur) sebagai
Adjektif), (7) Tābi‟atul-Jumlati konstituen pelengkap (Dahdah,
Lahā Machallun minal-I‟rāb 2000: 117). Asrori (2004: 77)
(Klausa Subordinat yang membagi klausa verbal berdasarkan
Menempati fungsi dalam Susunan struktur internalnya menjadi dua
Kalimat) yaitu klausa lengkap dan klausa
b. Al-Jumlatul-latī lā Machalla lahā tidak lengkap. Klausa lengkap
minal-I’rāb(Klausa yang Tidak adalah klausa yang mengandung
Mempunyai Fungsi dalam Susunan fungtor S (Subjek) dan P (Predikat)
Kalimat) atau MI (Musnad ilaihi) dan M
Al-Jumlatul-latī lā Machalla (Musnad). Sedangkan klausa tidak
lahā minal-I‟rāb merupakan klausa lengkap adalah klausa yang tidak
yang tidak mempunyai fungsi mengandung (melesapkan) fungtor
tertentu di dalam susunan kalimat. S/MI.
Al Ghulayaini (2007: 581-582)
membagi klausa ini menjadi a) Klausa Lengkap
beberapa keadaan, yaitu sebagai Klausa lengkap adalah klausa yang
berikut: (1) Al-Jumlah Al- menghadirkan dua unsur inti klausa
Ibtidāiyyah (Klausa Introduktif), yaitu subjek dan predikat.
(2) Al-Jumlah al-Isti´nāfiyyah, (3) Berdasarkan hasil analisis data
Al-Jumlatu a‟t-Ta‟līliyah (Klausa terdapat 24 data yang merupakan
Sebab), (4) Al-Jumlatu Shilatil- klausa lengkap. Berikut beberapa
Maushūli (Klausa Relatif), (5) Al- contohnya yang diklasifikasikan
Wāqi‟atu Jawaban li‟s-Syarti berdasarkan fungtor-fungtornya:
Ghairi Jāzim (Klausa
Kondisional), (6) Al Wāqi‟atu a) Berfungtor S dan P
Jawāban lil-Qasami (Klausa )8:‫مات الزرع (كيالن‬
Sakramental), (7) Al-Jumlah al-
māta’z-zar’u (Kīlani :8)
I‟tirādhiyyah (Klausa Interfektif),

45
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

‫الزرع‬ ‫مات‬
a‟z-zar‟u māta Transliterasi
benih-benih mati Terjemah
N V Kategori
S/MI P/M Fungsi
Tabel 1
Klausa di atas termasuk ke dalam karena kehadiran dua unsur inti
klausa verbal (jumlah fi‟liyah) klausa yaitu S/MI dan P/M.
karena predikatnya berupa verba
yang berada di awal klausa. b) Berfungtor S, P, dan O
Berdasarkan struktur intinya klausa )8:‫ال يراىا أحد(كيالن‬
tersebut tergolong klausa lengkap
Lā yarāhā achadun (Kīlani:8)

‫أحد‬ ‫ىا‬ ‫يرا‬ ‫ال‬


Achadun hā yarā la
Transliterasi
Seseorang -nya melihat tidak Terjemah
N N V Part Kategori
S/MI O/MB P/M Fungsi
Tabel 2
Klausa di atas berjenis klausa verbal klausa yaitu S/MI dan P/M serta
atau jumlah fi‟liyah karena dilengkapi dengan O/MB.
predikatnya berupa verba dengan
diikuti penanda negasi „lā‟ (tidak) c) Berfungtor S, P, dan K atau Pel
yang berada di awal klausa. )10:‫مرض ادللك مرضا شديدا(كيالن‬
Berdasarkan struktur intinya klausa
maridhal-maliku mardhan
tersebut tergolong klausa lengkap
karena kehadiran dua unsur inti
syad īdan(Kīlani :10)

‫مرضا شديدا‬ ‫ادللك‬ ‫مرض‬


mardhan syadīdan al-maliku maridha Transliterasi
sakit yang sangat raja sakit Terjemah
Fadj N V Kategori
Maf‟ūl Muthlaq/K S/MI P/M Fungsi
Tabel 3
Klausa di atas berjenis klausa S/MI dan P/M serta dilengkapi
verbal (jumlah fi‟liyah) karena dangan keterangan keadaan.
predikatnya berupa verba yang )10:‫سقطت من عيٍت ادللك دمعة ندم(كيالن‬
berada di awal klausa. Berdasarkan
saqathat min ‘ainai al-maliki
struktur intinya klausa tersebut
tergolong klausa lengkap karena
dam’atu nadamin (Kīlani :10)
kehadiran dua unsur inti klausa yaitu

46
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

‫دمعة ندم‬ ‫عيٍت ادللك‬ ‫من‬ ‫سقطت‬


dam’atu nadamin ainai al-maliki min saqathat Transliterasi
air mata penyesalan mata raja dari mengalir Terjemah
Fnom FNom Konj V Kategori
S/MI Pel P/M Fungsi
Tabel 4
Klausa di atas termasuk ke dalam Ketiga klausa bergaris bawah di atas
klausa verbal atau jumlah fi’liyah termasuk ke dalam klausa verbal
karena predikatnya berupa verba (jumlah fi‟liyah) karena predikatnya
yang berada di awal klausa. berupa verba. Berdasarkan struktur
Berdasarkan struktur intinya klausa intinya, klausa tersebut tergolong
tersebut tergolong klausa lengkap klausa tidak lengkap karena
karena kehadiran dua unsur inti melesapkan salah satu unsur inti
klausa yaitu S/MI dan P/M. klausa yaitu S/MI. Ketiga klausa
verbal tersebut hanya terdiri dari
b) Klausa Tidak Lengkap satu konstituen. Dalam hal ini
Klausa tidak lengkap adalah klausa mengambil satu contoh yaitu nāmat.
yang melesapkan salah satu unsur Konstituen nāmat dalam klausa
inti klausa yaitu subjek. Berdasarkan tersebut menduduki fungsi P/M.
hasil analisis data terdapat 63 data Berdasarkan waktu kejadiannya
yang merupakan klausa lengkap. verba nāmat termasuk fi‟l mādhī
Berikut beberapa contoh yang yang dilekati morfem „ ‫ ‟ ْت‬berupa
diklasifikasikan berdasarkan pronominal ketiga tunggal feminim.
fungtor-fungtornya: Verba tersebut menunjukkan adanya
dhamīr muttasil bāriz (tampak) yang
a) Berfungtor P(S) mengacu pada dhamir „hiya‟ dan
‫ومحلت ذلا أغصاان وفروعا من األشجار وبعض‬ jika dilihat dari klausa sebelumnya
kembali pada subjek al-amiratu.
‫أكلت وشربت‬ ‫ ف‬،‫الفواكو والثمار‬ Verba tersebut berjenis fi‟l lāzim,
)8:‫وانمت(كيالن‬ yaitu fi‟l yang tidak membutuhkan
objek. Verba nāmat merupakan
wa chamalat lahā aghshānan wa
konstituen yang sangat penting,
furū’an minal-asyjāri wa ba’dhal- sehingga walaupun verba tersebut
fawākiha wa’ts-tsimari, fa akalat tidak diikuti subjek yang sharīh atau
wa syaribat wa nāmat (Kī lani :8) jelas, akan tetapi maknanya tetap
dapat tersampaikan.
)‫انمت(ىي‬
nāmat (hiya) Transliterasi b) Berfungtor P(S) dan O
(dia) tidur Terjemah )4:‫ال ترى أحدا(كيالن‬
V Kategori Lā tarā achadan (Kīlani :4)
P/M (S/MI) Fungsi
Tabel 5

47
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

‫أحدا‬ )‫ترى(ىي‬ ‫ال‬


achadan Tarā (hiya) lā
Transliterasi
seseorang (dia) melihat tidak Terjemah
N V Part Kategori
O/MB P/M (S/MI) Fungsi
Tabel 6
Klausa di atas termasuk ke dalam melesapkan salah satu unsur inti
klausa verbal (jumlah fi’liyah) klausa yaitu S/MI.
karena predikatnya berupa verba
dengan penanda negasi yang berada c) Berfungtor P(S), dan K atau Pel
di awal klausa. Berdasarkan struktur )4:‫ىتفن بصوت واحد(كيالن‬
intinya klausa tersebut tergolong
hatafna bishautin wāchidin (Kīlani :4)
klausa tidak lengkap karena

‫صوت واحد‬ ‫ب‬ )‫ىن‬


ّ (‫ىتفن‬
shautin wachidin bi hatafna (hunna)Transliterasi
satu suara (serentak) dengan (mereka) bersorak (menjawab) Terjemah
FAdj Konj V Kategori
Pel P/M (S/MI) Fungsi
Tabel 7
Klausa di atas termasuk ke dalam
klausa verbal (jumlah fi’liyah) d) Berfungtor P(S), O, dan K atau
karena predikatnya berupa verba Pel
yang berada di awal klausa. )4:‫مجعهن قرب سرير ملكو(كيالن‬
Berdasarkan struktur intinya klausa
jama’ahunna qurba sariīri mulkihi
tersebut tergolong klausa tidak
(Kīlani :4)
lengkap karena melesapkan salah
satu unsur inti klausa yaitu S/MI.

‫قرب سرير ملكو‬ ‫ىن‬ )‫مجع(ىو‬


qurba sarīri mulkihi hunna jama’a(huwa) Transliterasi
di dekat tempat tidur raja mereka (dia) mengumpulkan Terjemah
FD Pron V Kategori
Ket/MF O P/M (S/MI) Fungsi
Tabel 8
Klausa di atas termasuk ke dalam 2. Klausa Verbal dalam cerpen
klausa verbal atau jumlah fi’liyah Uchibbuka kal-Mā´i berdasarkan
karena predikatnya berupa verba jenisnya
yang berada di awal klausa. Jenis jumlah tersebut
Berdasarkan struktur intinya klausa merupakan pembagian jumlah
tersebut tergolong klausa tidak menurut Musthafa Al Ghulayaini
lengkap karena melesapkan salah (2007: 579-583) yang dibagi
satu unsur inti klausa yaitu S/MI. menjadi dua kelompok yaitu al-
jumlatul-latī lahā machallun min al-

48
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

i‟rāb yang terdiri dari tujuh kategori jumlah (klausa) pada kalimat
dan Al-Jumlatul-latī lā Machalla majemuk yang berkategori
lahā minal-I‟rāb yang terdiri dari al-jumlah al-wāqi‟atu
sembilan kategori. khabaran. Berikut adalah
a. Al-jumlatul-latī lahā machallun contohnya:
min al-i‟rāb (klausa yang ‫كان ألحد ادللوك يف قدًن الزمان‬
menempati suatu fungsi dalam
susunan kalimat) ‫حيبهن‬ ‫ وكان‬، ‫بنات ثالث‬
a) al-jumlatu al-wāqi‟atu )4:‫جدا(كيالن‬
khabaran
Kāna li achadil-mulūki
Al-jumlatu al-wāqi’atu
fī qadīmi’z-zamāni
khabaran merupakan klausa
banātun tsalātsun, wa
yang menempati fungsi
kāna yuchibbuhunna
khabar atau predikat
(Ghulayaini, 2007: 580).
jiddan (Kīlani:4)
Dalam cerpen ini terdapat 20

‫جدا‬ ‫هن‬ (‫حيب)هو‬ (‫كان)ادللك‬


jiddan hunna yuchibbu kāna(al-maliku)
sangat mereka mencintai raja
khabar ka>na (ism ka>na)
MMu MB fi’l (fa>’il)
Al-jumlatu al-wāqi’atu khabaran
Tabel 9
Jumlah (klausa) yang bergaris Al-jumlatu al-wāqi‟atu chālan
bawah di atas merupakan merupakan klausa yang
jumlah fi‟liyah (klausa verbal) menempati fungsi chāl atau
yang menempati fungsi khabar keterangan keadaan (Ghulayaini,
(predikat) dengan konstruksi 2007: 580). Ni‟mah (t.t. : 176)
S/MI berupa fā‟il dhamīr menyatakan bahwa klausa yang
mustatīr huwa, P/M fi‟l mādhī, menempati fungsi cha>l berada
O/MB berupa dhamīr hunna, setelah ism ma‟rifah atau setelah
dilengkapi Ket/MMu. Jumlah dhamīr atau terletak setelah
„yuchibbuhunna jiddan‟ penanda pengikat. Berdasarkan
merupakan khabar dari kāna, deskripsi tersebut, dari beberapa
sehingga menempati i‟rāb data yang dianalisis terdapat 3
nashab. Adapun ism kāna jumlah (klausa) pada kalimat
kembali kepada subjek yang majemuk yang berkategori al-
ada pada klausa sebelumnya jumlah al-wāqi‟atu chālan.
yaitu achadil-mulūki. Berikut adalah contohnya:
)9:‫وضج الناس يشكون قلة ادلاء(كيالن‬
b) al-jumlatu al-wāqi‟atu chālan
wa dhajja’n-nāsu yasykūna
qillatal-mā´i (Kīlani:9)

49
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

‫قلة املاء‬ ‫يشكوف‬ ‫الناس‬ ‫وضج‬


qillatal-mā´i yasykūna a’n-nāsu (wa) dhajja
air yang sedikit mengeluhkan orang-orang (dan) berteriak
chāl fā’il fi’l
MB fi’l(fā’il)
al-jumlatu al-wāqi’atu chāl
Tabel 10
Jumlah (klausa) yang bergaris tersebut menempati i’rā b
bawah di atas merupakan jumlah nashab.
fi’liyah (klausa verbal) yang
menempati fungsi chāl dengan c) al-jumlatu al-wāqi‟atu shifatan
konstruksi S/MI berupa dhamīr Al-jumlatu al-wāqi‟atu shifatan
‘hum’ yang kembali pada ism merupakan klausa yang
‘a’n-nāsu’, P/M berupa fi’l menempati fungsi sifah atau
mādhī, kemudian disertai O/MB na‟at (Ghulayaini, 2007: 580).
yang berupa frasa atau syibhu Ni‟mah (t.t. : 176) menyatakan
jumlah. Jumlah ‘yasykūna bahwa klausa yang menempati
qillatal-mā´i’ merupakan objek fungsi shifah berada setelah ism
yang berbentuk susunan jumlah nakirah. Berdasarkan deskripsi
(klausa). Hal itu dikarenakan tersebut, dari beberapa data yang
jumlah tersebut terletak setelah dianalisis terdapat 3 jumlah
ism ma’rifah dan menjadi (klausa) pada kalimat majemuk
keterangan bagi susunan kalimat yang berkategori al-jumlatu al-
di atas. Dari penjelasan itu dapat wāqi‟atu shifatan. Berikut adalah
disimpulkan bahwa jumlah contohnya:
‘yasykūa qillatal-mā´i’ berjenis ‫سقطت من عيٍت ادللك دمعة ندم حتولت إىل‬
al-jumlatu al-wāqi’atu chālan
)10:‫هنر صغَت(كيالن‬
(klausa yang menempati fungsi
keadaan) sehingga jumlah saqathat min ‘ainai al-maliki
dam’atu nadamin tachawwalat
ilā nahrin shaghīrin(Kīlani:10)
‫إىل هنر صغَت‬ ‫حتولت‬ ‫دمعة ندم‬ ‫من عيٍت ادللك‬ ‫سقطت‬
Ilā nahrin tachawwalat dam’atu min ‘ainai al- saqathat
shaghīrin nadamin maliki
sungai kecil membawa air mata dari mata raja menetes
(menjadi) penyesalan
Fā’il MF fi’l
shifah li dam’atu nadamin
MF fi’l (fa’il)
al-jumlatu al-wāqi’atu shifatan
Tabel 11
Klausa yang bergaris bawah di atas berupa dhamīr „hiya‟ yaitu
merupakan klausa verbal (jumlah pronominal ketiga tunggal feminim,
fi‟liyah) dengan konstruksi S/MI P/M berupa fi‟l mādhī, kemudian

50
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

disertai Ket/MF yang berupa a) Al-jumlatu al-ibtidā‟iyyatu


keterangan tempat. Jumlah itu Al-Jumlatu al-ibtida´iyyah
menempati fungsi shifah yaitu merupakan klausa yang terdapat
sesuatu yang mensifati subjek. Hal pada awal kalimat (Ghulayaini,
tersebut ditandai dengan ism 2007: 581). Sesuai dengan deskripsi
sebelumnya yang berupa ism tersebut, dari beberapa data yang
nakirah. Jumlah tachawwalat ilā dianalisis terdapat 11 jumlah
nahrin shaghīrin menjadi penjelas (klausa) pada kalimat majemuk
berupa sifat yang mengacu pada yang berkategori jumlah ibtidaiyyah
dam‟atu nadamin air mata atau klausa introduktif.
penyesalan. Jumlah tersebut ، ‫ واألشجار تيبس‬، ‫أخذت األرض تعطش‬
menerangkan sifat air mata
penyesalan raja yang sampai )9:‫ وجف الضرع(كيالن‬،‫ومات الزرع‬
membawanya menuju sungai kecil. Achadzat al-ardhu ta’thasyu, wal-
Karena fungsinya sebagai shifah asyjāru taibasu, wa māta’z-zar’u,
maka jumlah tersebut mengikuti wa jaffa’d-dhar’u, (Kīlani:9)
i‟rāb dari konstituen yang Jumlah (klausa) yang bergaris
disandarinya yaitu dam‟atu bawah di atas termasuk ke dalam
nadamin, sehingga ia menempati jumlah fi‟liyah (klausa verbal) yang
i‟rāb rafa‟. berjenis jumlah ibtida´iyyah. Hal
tersebut dikarenakan jumlah
b. Al-jumlatul-latī lā machalla lahā achadzat al-ardhu ta‟thasyu „bumi
min al-i‟rāb (klausa yang tidak menjadi gersang‟ adalah klausa
menempati suatu fungsi dalam yang berada di awal kalimat baru.
susunan kalimat) c) Al-jumlatu al-wāqi‟atu shillah
Al-jumlatul-latī lā machalla laha al-maushūl
minal-i‟rāb merupakan klausa yang Al-jumlatu al-wāqi‟atu shillah
tidak menempati fungsi dalam suatu al-maushūl merupakan klausa yang
susunan kalimat (Ghulayaini, 2007: terletak setelah ism maushūl (2007:
581). Jumlah ini mempunyai 582). Dari beberapa data yang
sembilan jenis, yaitu: (1) al-jumlatu dianalisis terdapat 12 jumlah
al-ibtidaiyyah, (2) al-jumlatu al- (klausa) pada kalimat majemuk
wāqi‟atu shillati al-Maushūli (3) al- yang berkategori al-jumlatu al-
jumlatu al-wāqi‟atu li jawāb a‟s- wāqi‟atu shilatil-maushūli atau
syarth ghairu jazīm (4) al-jumlatu klausa konjungtif. Salah satunya
jawab al-qasam (5) al-jumlatu al- sebagai berikut:
i‟tirādhiyyatu, (6) al-jumlatu a‟t- ‫تذكر ابنتو الصغرى اليت ظلمها ومل يقدر قيمة‬
tafsīriyatu, (7) A‟t-tābi‟atu li
jumlatin, (8) al-jumlatu al- ‫حبها لو فأمر أن يعودوا هبا يف‬
isti‟nafiyyatu, (9) al-jumlatu a‟t- )10:‫احلال(كيالن‬
ta‟līliyyatu. Dari 9 jenis yang telah
disebutkan, dalam cerpen uchibbuka Tadzkuru ibnatahu a’s-shugrā al-
kal-mā‟i hanya ditemukan 5 jenis latī zhalamaha wa lam yaqdir
jumlah yang tidak menempati fungsi qīmata chubbihā lahu fa amara an
dalam susunan kalimat. Berikut ya’ūdū bihā fīl-chāli (Kīlani:10)
beberapa data:

51
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jumlah (klausa) yang bergaris yang biasanya ditandai dengan ai


bawah di atas termasuk ke dalam atau an atau tidak menggunakan
jumlah fi‟liyah. Jumlah tersebut charf tafsīr (2007: 582). Sesuai
terletak setelah ism maushūl dengan penjelasan tersebut, dari
sehingga jumlah tersebut berfungsi beberapa data yang dianalisis
sebagai shilah untuk ism maushūl terdapat 1 jumlah (klausa) pada
(konjungsi) yang berupa kata„al-latī/ kalimat majemuk yang berkategori
yang‟. Hal tersebut menandakan al-jumlatu a‟t-tafsīriyyatu.
bahwa jumlah „zhalamaha‟ ‫وعادت احلياة للمملكة وشفي ادللك بعد أن‬
merupakan jumlah fi‟liyah yang
berjenis al-jumlatu shilati al- ‫((أحبك‬ :‫عرف أن ابنتو عندما قالت لو‬
Maushūli. )10:‫كادلاء))(كيالن‬
d) Al-jumlatu al-wāqi‟atu jawāb
li‟s-syarth ghairu jāzim wa ‘adat al-chayātu li al-mamlikati
Al-jumlatu al-wāqi‟atu jawaban li wa syufiyyal-maliku ba’da an ‘arafa
a‟s-syarti ghairu jāzim merupakan anna ibnatahu ‘indamā qālat lahu :
klausa yang menjadi jawab syarth (Uchibbuka kal-Ma>´i ) ( Kīlani:10)
yaitu yang biasanya klausa Jumlah (klausa) „Uchibbuka kal-
syaratnya diawali kata idza, lau, Mā´i‟ „aku mencintaimu
laula, atau penanda syarat lainnya sebagaimana aku mencintai air‟
(2007: 582). berfungsi sebagai jumlah tafsīriyah
yaitu klausa yang menjelaskan
‫ودلا أراد أن يتأكد من حبهن لو أمر فجمعهن‬ klausa sebelumnya, yaitu klausa
)4:‫قرب سرير ملكو(كيالن‬ „indama qalat lahu„ ketika
mengatakan suatu hal kepadanya‟.
wa lamma arada an yata´akada min
Klausa (jumlah) yang bergaris
chubbihinna lahu, amara fa
bawah menerangkan suatu perkataan
jama’ahunna qurba sarīri mulkihi
yang pernah dikatakan putri
(Kīlani: 6)
terhadap raja. Dari penjelasan
Jumlah (klausa) yang bergaris
tersebut dapat disimpulkan bahwa
bawah di atas termasuk ke dalam
klausa „Uchibbuka kal-Mā´i
jumlah fi‟liyah. Jumlah dalam
merupakan jumlah tafsīriyah atau
contoh di atas („amara‟„maka raja
klausa eplikatif yang terlepas dari
memerintahkan‟) berfungsi sebagai
charf tafsīr karena tidak
jawab dari ism syarth yang tidak
dihubungkan dengan penanda an
dibaca jazm. Syarth-nya berupa
atau ai.
jumlah „lamma arada an yata´akada
f) A‟t-tābi‟atu li jumlatin
min chubbihinna lahu‟. Dari
Al-jumlatu a‟t-tābi‟atu li
penjelasan tersebut dapat
jumlati lā machalla lahā min al-
disimpulkan bahwa jumlah yang
i‟rāb merupakan klausa yang
bergaris bawah jenisnya adalah al-
hukumnya mengikuti klausa
jumlatu al-wāqi‟atu jawaban li‟s-
sebelumnya yang biasanya di tandai
syarthi ghairu jazim.
dengan penanda-penanda „athaf
e) Al-jumlatu a‟t-tafsīriyyatu
(Ghulayaini, 2007: 583). Ni‟mah
Al-Jumlatu a‟t-tafsīriyyatu
(t.t.: 151) menyatakan bahwa
merupakan klausa yang menjadi
penanda charf „athaf ada beberapa
penjelas bagi klausa sebelumnya
macam diantaranya adalah wau, fā´,

52
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

tsumma, au, chatta, lakin, am, lā, kerja.Selanjutnya, dari penjelasan dan
dan bal. Sesuai dengan penjelasan penelitian sebelumnya maka dapat
tersebut, dari beberapa data yang ditarik beberapa kesimpulan:
dianalisis terdapat 36 jumlah 1. Berdasarkan struktur internalnya,
(klausa) pada kalimat majemuk klausa dibagi menjadi dua yaitu
yang berkategori a‟t-tābi‟atu li klausa lengkap dan klausa tidak
jumlatin lā machalla lahā minal- lengkap. Klausa lengkap merupakan
i‟rāb. klausa yang menghadirkan kedua
‫ذىب‬ ‫أما أبوىا فقد ظل غاضبا منها حىت‬ unsur inti klausa yaitu S/MI dan
P/M. Adapun klausa tidak lengkap
)8:‫شتاء وبعده ربيع وحل صيف(كيالن‬ adalah klausa yang melesapkan
Ammā abūhā faqad zhalla salah satu unsur inti klausa. Dari
ghādhiban minhā chattā dzahaba semua data yang ada, dalam cerpen
syitā´un wa ba’dahu rabī’un wa Uchibbuka kal-Mā´i, terdapat 87
challa shaifun (Kīlani: 8) data berjenis klausa verbal atau
Klausa (jumlah) yang bergaris jumlah fi‟liyah dengan rincian 24
bawah merupakan jumlah fi‟liyah data berjenis klausa lengkap dan 63
yang tidak menempati fungsi dalam data berjenis klausa tidak lengkap.
i‟rāb dengan jenis a‟t-tābi‟atu li 2. Berdasarkan jenis klausa (jumlah),
jumlatin atau pengikut bagi jumlah berdasarkan fungsinya di dalam
yang sebelumnya. Hal itu dibuktikan kalimat, dalam bahasa Arab terdapat
dengan adanya penanda penghubung dua jenis klausa atau jumlah yaitu
berupa „athaf „‫’حىت‬ yang al-jumlatul-latī lahā machallun
minal-i‟rāb (klausa yang
menunjukkan bahwa jumlah menempati suatu fungsi dalam
„dzahaba syitā´un‟ „musim dingin susunan kalimat) dan al-jumlatul-
berlalu‟ menyambung kepada latī lā machalla lahā minal-i‟rāb
jumlah yang ada di depannya yaitu (klausa yang tidak menempati suatu
„ammā abūhā faqad zhalla fungsi dalam susunan kalimat). Dari
ghādhiban minhā „adapun raja 87 data ditemukan 26 data berjenis
masih sangat marah‟. al-jumlatul-latī lahā machallun
C. Kesimpulan minal-i‟rāb, dengan rincian 20 data
Penelitian ini merupakan studi berjenis al-jumlatu al-wāqi‟atu
analisis sintaksis yang berkenaan khabaran, 3 data berjenis al-jumlatu
dengan klausa verbal atau dalam al-wāqi‟atu chālan dan 3 data
bahasa Arab dapat disepadankan berjenis al-jumlatu al-wāqi‟atu
dengan istilah jumlah fi‟liyah. shifatan. Kemudian, dari data
Keduanya memiliki tolak ukur yang tersebut menunjukkan bahwa 61
sama dalam penentuan jenis klausa data berupa al-jumlatul-latī lā
(jumlah) yaitu kata kerja. Namun, ada machalla lahā minal-i‟rāb atau
sedikit perbedaan untuk klausa yang tidak menempati suatu
mendefinisikan kedua istilah tersebut, fungsi dalam susunan kalimat,
dalam bahasa Indonesia,disebut klausa dengan rincian 11 data berjenis al-
verbal jika predikatnya berupa kata jumlatu al-ibtidaiyyatu, 12 data
kerja, adapun dalam bahasa berjenis al-jumlatu al-wāqi‟atu
Arab,disebut jumlah fi‟liyah jika klausa shillati al-maūshuli, 1 data berjenis
(jumlah)diawali dengan fi‟l atau kata

53
Jurnal CMES Volume IX Nomor 1 Edisi Januari – Juni 2016
Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

al-jumlatu al-wāqi‟atu li jawāb a‟s- Kridalaksana, H. 2008. Kamus


syarth ghairu jāzim, 1 berjenis al- Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
jumlatu a‟t-tafsīriyatu, 36 berjenis
a‟t-tābi‟atu li jumlatin lā machalla Ma‟ruf, Amir. 2002. “Istilah Kalimat
lahā minal-i‟rāb. dan Klausa dalam Bahasa Arab”.
Dalam Humaniora XIV (I): 63-
Daftar Pustaka 69. Yogyakarta.

Al Ghulayaini, Musthafa. 2007. Munawwir, A.W. 1997. Kamus Al


Jāmi‟ud-Durūs al-Arabiyyah. Munawwir Arab-Indonesia.
Kairo: Dār al-Chadīts. Surabaya: Pustaka Progressif.

Al Khuli, Muhammad Ali. 1982. A Ni‟mah, Fuad. T.T.


Dictionary of The Theoritical MulakhosQowaidul-Lughoh Al-
Linguistic English-Arabic. Arabiyah. Beirut: Dar Ats-
Beirut: Librarie du Liban. Tsaqāfah Al Islamiyah.

Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Nugroho, Gilar Rizki. 2014. Klausa
Arab Frasa Klausa Kalimat. pada Kalimat Majemuk dalam
Malang: Misykat Bahasa Arab Berstuktur Minimal
pada Fungsi Sintaksisnya dalam
Astuti, Harduwining. 2010. Klausa Buku Tazkiyyatun-Nufūs.
Verbal dalam Wacana Hukum Semarang: UNNES
dan Kriminal pada Surat Kabar
Kedaulatan Rakyat Edisi Maret Ramlan, M. 1981. Sintaksis.
2010. Yogyakarta: UAD. Yogyakarta: CV. Karyono

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. ----------.. 2001. IlmuBahasa Indonesia:


Jakarta: RinekaCipta. Sintaksis. Yogyakarta: C.V.
Karyono
___________. 2009. Sintaksis Bahasa
Indonesia: Pendekatan Proses. Sudaryanto. 1993. Metodedan Aneka
Jakarta: Rineka Cipta. TeknikAnalisisBahasa.
Yogyakarta: Duta Wacana
El Dahdah, Antonie. 2000. Qamusul- University Press.
Jaibi fīl-Lughatin-Nahwi al-
Arabiy. Bairut: Maktabah Lubnan Surya, Irdana. 2010. AnalisisKlausa
Nasyirun. Verbal
dalamHikayatJundiyyunMuslimu
Kīlani, Līna. 2007. Uchibbuka kal- ndalambuku al Qira‟atu al
Mā´i“ Majmu‟ah Qishashshiyyah Arabiyyatukaryailmu Malik dkk.
lil-Athfāl”. Qahirah: al-Hay‟atu Medan: USU.
al-Mishriyyah.

54

You might also like