Penelitian Kuantitatif

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2017, Volume 8, Number 1: 82-86


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Gambaran status gizi balita pada penggunaan


garam beryodium di Desa Sangkan Gunung
Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem Bali CrossMark
Published by DiscoverSys
Thivyadharshini Uvaraju,1 G.N. Indraguna Pinatih2

ABSTRACT

Introduction: Nutritional status is one indicator of growth, nutritional population of affordable homes that were accessible to researchers and
status is a result of any use, absorption, and utilization of food. Iodine have a toddler. This study used a total of 57 samples. Sample collection
is needed in the body growth during gestation and early life, because technique used is non-random consecutive sampling.
iodine is an essential component in the formation of thyroid hormones. Results: Nutritional Status based on Upper Arm Circumference
Thyroid hormone deficiency can reduce the activity of growth hormone (UAC), 5.3% Toddlers in the village Sangkan Gunung experiencing
such as (insulin growth hormone), which resulted in a number of Malnutrition, and no toddlers (under 5 years old) were suffering
developmental abnormalities and other functional. Toddlers (under Malnutrition. At 6 households using iodized salt, 5 infants (83%) with
five years) are one of age group in society most likely to suffer from good nutrition and 1 infants (16.7%) with malnutrition. Meanwhile,
nutritional disorders (susceptible nutrition) from 51 families to use non-iodized salt, 49 infants (96.1%) with
Methods: This study was a quantitative descriptive to describe normal nutrition and 2 infants (3.9%) with malnutrition.
the nutritional status of children in the use of iodized salt Sangkan Conclusion: The family of children who used iodized salt has the
Mountain Village district of Sidemen Karangasem regency. The higher proportion of stunting than the family of children who did not
target population was all Toddler Village Sangkan Mountains with a use iodized salt.

Keywords: iodine, nutritional status


Cite This Article: Uvaraju, T., Pinatih, G.N.I. 2017. Gambaran status gizi balita pada penggunaan garam beryodium di Desa Sangkan Gunung
Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem Bali. Intisari Sains Medis 8(1): 82-86. DOI: 10.15562/ism.v8i1.116

ABSTRAK

Pendahuluan: Status gizi merupakan salah satu indikator oleh peneliti dan memiliki balita. Penelitian ini menggunakaan total
pertumbuhan, status gizi adalah akibat dari pemakaian, penyerapan, 57 sampel. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah non
dan penggunaan makanan. Yodium diperlukan dalam pertumbuhan random consecutive sampling.
tubuh pada masa gestasi dan awal kehidupan, karna yodium Hasil: Status Gizi berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) Balita di
merupakan komponen penting dalam pembentukan hormon tiroid. Desa Sangkan Gunung diketahui 5,3% mengalami Gizi kurang, dan
Kekurangan hormon tiroid dapat menurunkan aktifitas hormon tidak ada balita yang mengalami Gizi buruk. Pada 6 rumah tangga
pertumbuhan seperti (insulin growth hormon) yang berakibat pada yang menggunakan garam beryodium, 5 balita (83%) dengan gizi baik
sejumlah kelainan perkembangan dan fungsional lainnya Salah satu dan 1 (16,7%) balita dengan gizi kurang. Sedangkan dari 51 keluarga
kelompok umur dalam masyarakat yang paling mudah menderita dengan menggunakan garam tidak beryodium, 49 balita dengan gizi
kelainan gizi (rentan gizi) adalah anak balita (bawah lima tahun). normal (96,1%) dan 2 balita (3,9%) dengan gizi kurang.
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif untuk Kesimpulan: Jadi dapat dikatakan bahwa keluarga balita yang
2
Bagian Ilmu Kedokteran mengetahui gambaran status gizi balita pada penggunaan garam menggunakan garam beryodium memiliki proporsi balita gizi
Komunitas/Ilmu Kedokteran
Pencegahan Fakultas Kedokteran
beryodium di Desa Sangkan Gunung Kecamatan Sidemen Kabupaten kurang yang lebih tinggi dibandingkan keluarga balita yang tidak
Universitas Udayana Karangasem. Populasi target adalah semua Balita yang di Desa Sangkan menggunakan garam beryodium.
Gunung dengan populasi terjangkau rumah yang dapat dijangkau
Correspondence to:
*

Kata Kunci : yodium, status gizi


Diterima: 9 Januari 2017 Cite Pasal Ini: Uvaraju, T., Pinatih, G.N.I. 2017. Gambaran status gizi balita pada penggunaan garam beryodium di Desa Sangkan Gunung
Disetujui: 9 Maret 2017
Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem Bali. Intisari Sains Medis 8(1): 82-86. DOI: 10.15562/ism.v8i1.116
Diterbitkan: 15 Maret 2017

82 Open access: http://isainsmedis.id/

15_ism.v8i1.116.indd 82 15-Mar-17 3:06:36 PM


ORIGINAL ARTICLE

PENDAHULUAN itu untuk mencegah kekurangan asupan yodium di


indonesia diwajibkan mengkonsumsi garam beryo-
Status gizi merupakan salah satu indikator pertum- dium. Garam beryodium adalah garam yang telah
buhan, status gizi adalah akibat dari pemakaian, diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan untuk
penyerapan, dan penggunaan makanan. Status pertumbuhan dan kecerdasan6
nutrisi anak dipengaruhi oleh banyak hal, seperti Salah satu kelompok umur dalam masyarakat
berat badan lahir, kemiskinan, asupan makanan, yang paling mudah menderita kelainan gizi (rentan
pengerahuan orang tua. Pertumbuhan anak gizi) adalah anak balita (bawah lima tahun). Pada
sangat berkaitan dengan nutrisi yang dikonsumsi. anak balita terjadi proses pertumbuhan yang pesat,
Kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi sehingga memerlukan zat gizi tinggi untuk setiap
setiap hari menentukan status gizi anak. Status gizi kilogram berat badannya. Anak balita justru paling
yang baik mampu meningkatkan daya tahan tubuh sering menderita akibat kekurangan gizi. Sedangkan
yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk masa balita ini merupakan periode penting dalam
memudahkan timbulnya penyakit. Oleh karena pertumbuhan, dimana pertumbuhan dasar yang
itu makan bukan hanya kebutuhan fisik utama berlangsung pada masa balita akan menentukan
semata namun juga diperlukan sebagai faktor perkembangan anak selanjutnya.1 Peran orang tua
penunjang pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena
itu merupakan langkah awal bagi perkembangan.1 seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah
Asupan makanan yang buruk, pelayanan kesehatan tangga dan berperan dalam mementukan jenis
yang kurang, dan imunisasi yang tidak lengkap makanan yang akan dikonsumsi keluarganya.
merupakan faktor resiko terjadinya gizi kurang.2 Beberapa studi menemukan ada pengaruh pengeta-
Gangguan pertumbuhan dini dapat disebabkan huan, sikap praktek ibu tentang gizi dan pendapatan
oleh kekurangan gizi masa janin, pemberian keluarga terhadap tingkat kecukupan energi dan
ASI-Ekslusif yang kurang tepat, pemberian MP-ASI protein anak balita. Hasil penelitian Lutviana dan
yang terlalu dini.3 Budiono ada hubungan antara tingkat pendapatan
Yodium diperlukan dalam pertumbuhan tubuh dengan status gizi balita.7
pada masa gestasi dan awal kehidupan, karna
yodium merupakan komponen penting dalam
pembentukan hormon tiroid. Ketika asupan METODE
yodium tidak sesuai dengan kebutuhan yodium, Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuan-
maka sintesis hormon tiroid anakn tergannggu. titatif untuk mengetahui gambaran status gizi
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita balita pada penggunaan garam beryodium di Desa
merupakan dampak yang terjadi saat hipotiroid Sangkan Gunung Kecamatan Sidemen Kabupaten
selama gestasi. Kekurangan hormon tiroid dapat Karangasem yang dilakukan pada tanggal 11-12 Juli
menurunkan aktifitas hormon pertumbuhan 2015, dengan populasi target adalah semua Balita
seperti (Insulin Growth Hormon) yang berakibat yang di Desa Sangkan Gunung. Populasi terjangkau
pada sejumlah kelainan perkembangan dan fung- penelitian ini adalah rumah yang dapat dijangkau
sional lainnya atau disebut GAKY.4 Hasil peneli- oleh peneliti dan memiliki balita. Penelitian ini
tiaan Samba tahun 2008 yang menemukan bahwa menggunakaan total 57 sampel. Teknik pengum-
keluarga yang tidak menggunakan garam beryo- pulan sampel yang digunakan adalah non random
dium memiliki kecendrungan memiliki anak berat consecutive sampling dengan cara mengunjungi
badan kurang, pendek dan kurus. Kelompok rumah rumah-rumah penduduk di Desa Sangkan
yang yang tidak menggunakan garam beryodium Gunung. Pengumpulan data dilakukan dengan
dalam penelitian tersebut secara signifikan memi- melakukan pengukuran lingkar lengan atas pada
liki prevalensi malgizi, kematian neonatus,bayi dan balita untuk memperoleh variabel status gizi balita
balita yang lebih tinggi. Namun dalam penelitan dengan mengukur lingkar lengan atas kiri balita
tersebut tidak disimpulkan hubungan kausal antara kemudian megkonveris hasil pengukuran menjadi
keduanya.5 normal, gizi kurang dan gizi buruk serta pemberian
Sumber yodium yang paling utama yaitu laut. Jadi kuisioner dan pengecekan garam dengan tes iodina
makanan yang berasal dari laut seperti ikan, udang, pada responden.
kerang, serta ganggang laut merupakan sumber
yodium. Dan tanaman yang tumbuh didaerah
HASIL
pantai dan sekitar pantai banyak mengandung
yodium, oleh karena tanah dan air tersebut banyak Tabel 1. menunjukan gambaran Status Gizi
,mengandung yodium, maka semakin jauh tanah berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) Balita di
tersebut dari laut, semakin sedikit sekali kandungan Desa Sangkan Gunung . Pada tabel tersebut terlihat
yodium bahkan tidak ada sama sekali. Oleh karena bahwa dari 57 balita usia 6 bulan hingga 60 bulan,

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 82-86 | doi: 10.15562/ism.v8i1.16 83

15_ism.v8i1.116.indd 83 15-Mar-17 3:06:37 PM


ORIGINAL ARTICLE

Tabel 1  S
 tatus Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) di Desa kelompok responden yang menggunakan garam
Sangkan Gunung beryodium memiliki proporsi balita gizi normal
lebih rendah daripada kelompok responden yang
Status Gizi (n = 57) Frekuensi Presentase (%)
menggunakan garam beryodium. Demikian halnya
Normal 54 (94,7%) dengan proporsi balita gizi kurang, kelompok
Gizi kurang 3 (5,3%) responden yang menggunakan garam beryodium
(LILA 11,5-12,5cm) memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan
Gizi buruk 0 (0%) kelompok responden yang tidak menggunakan
(LILA <11,5 cm) garam beryodium.

Tabel 2  T
 abulasi Silang antara Tingkat Pendidikan Responden dan PEMBAHASAN
Penggunaan Garam Beryodium dengan Status Gizi Status Gizi di Desa Sangkan Gunung
Normal Gizi kurang Total Lingkar lengan atas merupakan salah satu indikator
n(%) n(%) n(%) status gizi, disamping berat badan terhadap umur
Tingkat Pendidikan maupun berat badan terhadap tinggi badan. Pada
Rendah 36(92,3%) 3(7,7%) 39 (100%) suatu situasi dimana umur pasti anak tidak dapat
Tinggi 18 (100%) 0 (0%) 18 (100%) diketahui maka lingkar lengan atas relatif inde-
penden terhadap usia hingga usia 5 tahun. Lingkar
Pengguaan Garam Beryodium (Iodina
lengan atas mampu membedakan anak normal
Tes)Beryodium 5(83,3%) 1(16,7%) 6 (100%)
dengan malnutrisi. Dengan titik potong <11,5cm
Tidak Beryodium 49 (96,1%) 2 (3,9%) 51 (100%) sebagai Gizi Buruk, dan 11,5cm-12,5cm sebagai
gizi kurang.8 Dari Tabel 1. gambaran Status Gizi
yang dilakukan pengukuran lingkar lengan atas, berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) Balita di
terdapat 3 balita atau 5,3% yang mengalami Gizi Desa Sangkan Gunung diketahui jika 5,3% Balita
Kurang, dan tidak ada balita yang mengalami di Desa Sangkan Gunung mengalami Gizi kurang,
Gizi Buruk, dan 54 balita lainya dalam status gizi dan tidak ada balita yang mengalami Gizi buruk .
Normal. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan Status
Tabel 2. menggambarkan status gizi balita Gizi Desa Sangkan Gunung Juni 2015, terdapat
terhadap tingkat pendidikan responden di Desa 2,09% balita mengalami gizi kurang, dan 0,46%
Sangkan Gunung. Pada tabel tersebut terlihat balita mengalami gizi buruk dan 97,45% balita
dari 39 responden dengan pendidikan kategori gizi baik.9 Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan
Rendah (Tidak Sekolah dan SD), 92% anaknya gizi oleh perbedaan jumlah populasi yang diperiksa
Normal, 7,7% anaknya Gizi Kurang, dan tidak ada dan variasi dalam jumlah sampel yang digunakan
anak yang mengalami gizi buruk. Sedangkan dari peneliti yaitu 11%. Dalam penelitian ini peneliti
18 responden dengan pendidikan kategori tinggi menggunakan lingkar lengan atas sebagai indikator
(SMP dan SMA), 100% anaknya gizi Normal dan gizi sedangkan evaluasi status gizi yang digunakan
tidak ada anak yang mengalami gizi buruk. Balita oleh Bidan Desa Sangkan Gunung adalah BB/U dan
yang berstatus gizi normal lebih besar proporsinya BB/TB. Perbedaan cara evaluasi status gizi yang ini
(100%) dengan responden yang bependidikan kate- tidak dapat disingkirkan sebagai penyebab temuan
gori tinggi dibandingkan dengan anak gizi normal yang berbeda.
pada kelompok responden dengan tingkat pendi-
dikan rendah (92,3%). Sedangkan proporsi balita Tingkat Pendidikan Responden
Gizi kurang pada kelompok responden tingkat dan Status Gizi
pendidikan tinggi lebih kecil (0%) dibandingkan Status Gizi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor
dengan balita gizi kurang dari kelompok responden diantaranya status kesehatan, pola makan, umur,
dengan pendidikan rendah (7,7%). jenis kelamin, kegiatan dan aktivitas juga tingkat
Status Nutrisi menurut Lingkar Lengan Atas pendidikan orang tua. Pada bagian hasil tentang
(LILA) di Desa Sangkan Gunung terhadap peng- Status Gizi Balita di Desa Sangkan Gunung terh-
gunaan garam beryodium, dimana dari 6 rumah adap Tingkat Pendidikan responden diapatkan
tangga yang menggunakan garam beryodium, hasil bahwa proporsi Gizi Kurang pada kelompok
5 balita (83%) dengan gizi baik dan 1 (16,7%) balita responden dengan tingkat pendidikan rendah
dengan gizi kurang. Sedangkan dari 51 keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
dengan menggunakan garam tidak beryodium, responden dengan pendidikan tinggi. Hal serupa
49 balita dengan gizi normal (96,1%) dan 2 balita ditemukan oleh Marzina Devi tahun 2010 dalam
(3,9%) dengan gizi kurang. Jika dibandingkan, penelitiannya di 7 provinsi di Indonesia, dimana

84 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 82-86 | doi: 10.15562/ism.v8i1.16

15_ism.v8i1.116.indd 84 15-Mar-17 3:06:37 PM


ORIGINAL ARTICLE

kelompok orangtua khususnya ibu dengan pendi- Dalam penelitian lain tentang Pengaruh Status
dikan SD memiliki proporsi anak dengan Gizi Gizi terhadap Kadar Yodium Urin di Kabupaten
Kurang dibandingkan dengan kelompok ibu Sukabumi disana disimpulkan bahwa Anak status
dengan pendidikan SMP, SMA.10 Dalam Tabel 2. gizi kurang (BB/TB) mempunyai resiko kekurangan
tersebut juga memperlihatkan bahwa proporsi yodium lebih besar dari anak bergizi baik setelah
gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan gizi 6 bulan pemberian kapsul yodium.12 Karenanya
kurang pada kelompok orangtua berpendidikan anak-anak yang malnutrisi dalam penelitaian ini
rendah. Hal ini berbeda dengan yang dilaporkan yang berasal dari keluarga dengan konsumsi garam
oleh Marzina Devi yahun 2010 dalam penelitian- beryodium yang sangat rendah memiliki resiko
nya di 7 provinsi di Indonesia dimana persentase kekurangan yodium yang lebih tinggi.
gizi kurang lebih tinggi daripada status gizi baik Kelemahan penelitian ini adalah terletak pada
pada balita dari ibu yang berpendidikan hanya cara pengambilan sampel yang menggunakan
sampai tingkat SD dan ibu yang tidak bersekolah. metode non random sehingga hasil yang di peroleh
Namun dalam hasil Uji Chi-Square dalam peneli- mungkin tidak dapat menggambarkan populasi
tiannya peroleh bahwa tidak ada hubungan yang secara keseluruhan. Penggunaan pengukuran LILA
nyata antara tingkat pendidikan orangtua dengan untuk menentukan status gizi hanya dapat digu-
status gizi.10 Sedangkan dalam penelitian Linda nakan pada usia di atas 6 bulan. Hal ini lah yang
tahun 2011, menemukan bahwa dari kelompok menyebabkan tidak semua sampel dapat diperiksa
ibu yang berpendidikan dasar, proporsi anak yang dengan menggunakan LILA.
mengalami gizi baik lebih tinggi (68%) diband-
ingkan dengan gizi kurang (31,5%). Sedangkan
dari kedua kelompok pendidikan Ibu, ibu dengan SIMPULAN
pendidikan lanjut memiliki proporsi balita gizi Dilihat dari hasil dan pembahasan penelitian dapat
kurang lebih rendah dibandingkan dengan kelom- disimpulkan Status gizi balita di Desa Sangkan
pok ibu dengan pendidikan dasar.10,11 Gunung terbanyak adalah dalam kategori normal,
Balita yang berstatus gizi normal lebih banyak
Penggunaan Garam Beryodium
berasal dari responden yang berpendidikan kate-
dan Status Gizi
gori tinggi dan keluarga balita yang menggunakan
Didapatkan bahwa kelompok rumah tangga di
garam beryodium memiliki proporsi balita gizi
Desa Sangkan Gunung yang menggunakan garam
kurang yang lebih tinggi dibandingkan keluarga
beryodium memiliki proporsi balita kurang gizi
balita yang tidak menggunakan garam beryodium.
yang lebih tinggi dibandingkan kelompok rumah
tangga yang tidak menggunakan garam beryodium.
Temuan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil DAFTAR PUSTAKA
penelitiaan Samba tahun 2008 yang menemukan 1. Sujudi. Pengarahan Menteri Kesehatan. Widyakarya
bahwa keluarga yang tidak menggunakan garam Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004.
beryodium memiliki kecendrungan memiliki anak 2. Chakraboroty, Pyrianka. Determintant of Nutritional
Status in Children Under 5 Year in India: Multilevel
berat badan kurang, pendek dan kurus. Kelompok Approach Georgia. 2011.
rumah yang yang tidak menggunakan garam beryo- 3. Sartika RAD. Analisis Pemanfaatan Program Pelayanan
dium dalam penelitian tersebut secara signifikan Kesehatan Status Gizi Balita, Kesmas. 2011. Vol 5 .No 2.
Oktober 2010)
memiliki prevalensi malgizi, kematian neonatus,- 4. Farebrother, Jessica. Systematic review of the effects of
bayi dan balita yang lebih tinggi.5 Namun dalam iodised salt and iodine supplements on prenatal and post-
penelitan tersebut tidak disimpulkan hubungan natal growth: study protocol. BMJ Open. 2015. 5:e007238.
doi:10.1136/bmjopen-2014- 07238Masyarakat
kausal antara keduanya. Hasil yang berbeda dalam 5. Samba, Richard.Child Malnutrition and mortalityamong
penelitian ini bisa terjadi akibat perbedaan karak- families not utilizaing adequate iodinzed salt in Indonesia.
teristik populasi yang digunakan, dimana dalam Am J Clin Nutr 2008; 438-44; USA: American Society for
Nutrition
penelitian Samba menggunakan sampel Balita di 6. Adi,Tukul R. Pusriswilnon BRKP, Departemen Kelautan
daerah Sumatra, Jawa, Lombok dan Sulawesi. Efek dan Perikanan, Buku Panduan Pengembangan Usaha
size 11% yang digunakan dalam penelitin ini dapat Terpadu Garam dan artemia. Pusat Riset Wilayah Laut
dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Kelautan dan
menyebabkan perbedaan hasil jika dibandingkan Perikanan, Departemen kelautan dan Perikanan. 2006.
dengan penelitian lainya. Hasil yang berbeda juga 7. Fardhiasih D A, Taurina F S. Hubungan Tingkat Pendidikan
dapat disebabkan oleh indikator yang digunakan Ibu Dan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status
Gizi Anak Prasekolah Dan Sekolah Dasar Di Kecamatan
dalam penelitian tersebut berbeda dengan yang Godean I Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. KES
digunakan peneliti dimana peneliti penggunakan MAS Vol. 7 No. 1, Maret 2013.)
LILA sebagai indikator status gizinya. Dalam 8. Syaiful, Iip. Permasalahan Gizi di Indonesia dan
Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Direktorat Bina
penelitian itu disebutkan kalau peningkatan status Gizi Masyarakat Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
yodium dapat meningkatkan pertumbuhan anak.5 Departemen Kesehatan RI. 2008.

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 82-86 | doi: 10.15562/ism.v8i1.16 85

15_ism.v8i1.116.indd 85 15-Mar-17 3:06:37 PM


ORIGINAL ARTICLE

9. Laporan Tahunan Program Perbaikan Gizi Tahun 2014 Diakses melalui : http://grey.litbang.depkes.go.id/gdl.
Puskesmas Sidemen php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-2002-
10. Devi, Marzina. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh. sri-2339-yodium.
2010.
11. Linda, Ony. Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Orang
Tua serta Pola Asuh Dengan Status Gizi Balita di Kota dan
Kabupaten Tanggerang Banten. 2011.
12. Prihatini, Sri. Pengaruh Status Gizi Terhadap Kadar
Yodium Urin Setelah Pemberian Kapsul Yodium pada
This work is licensed under a Creative Commons Attribution
Anak Sekolah Dasar di Daerah Gondok Endemik. 2002.

86 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 82-86 | doi: 10.15562/ism.v8i1.16

15_ism.v8i1.116.indd 86 15-Mar-17 3:06:38 PM

You might also like