Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Manajemen Layanan Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Siswa di

SMAN 30 Jakarta

Muhammad Riyas Amir1*


1
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

*Email: m.riyasamir@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the management of library services at SMAN 30 Jakarta in improving student literacy
by implementing four management functions, namely planning, organizing, implementing, and controlling. The
types of literacy found at SMAN 30 Jakarta, namely language literacy, scientific literacy, digital literacy, and
cultural and civic literacy. This study uses a qualitative approach with data collection techniques through
observation, interviews, and document studies. The collected data is then analyzed through the process of data
reduction, data presentation, verification and drawing conclusions. The validity of the data was tested by
triangulation of sources and techniques. The results of the analysis show that library service management has
succeeded in increasing students' literacy skills in terms of language literacy, scientific literacy, digital literacy,
and civic cultural literacy. This is evidenced by the fact that SMAN 30 Jakarta won various academic achievements
at the provincial or national level, and received a title from the Jakarta Provincial Education and Culture Office
to become a cultural school. Some points still need to be maximized, for example planning for celebrating holidays
with literacy, organizing literacy learning, controlling student literacy activities, and implementing the provision
of reading corners for every room in the school, these can be a reference for other school libraries who want to
improve student literacy.

Keywords: library service management and literacy

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen layanan perpustakaan SMAN 30 Jakarta dalam
meningkatkan literasi siswa dengan menerapkan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Jenis literasi yang terdapat di SMAN 30 Jakarta, yaitu literasi bahasa, literasi sains,
literasi digital, dan literasi budaya dan kewargaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
melalui proses reduksi data, penyajian data, verifikasi serta penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan
dengan triangulasi sumber dan teknik. Hasil analisis menunjukan bahwa manajemen layanan perpustakaan berhasil
meningkatkan kemampuan literasi siswa dari segi literasi bahasa, literasi sains, literasi digital, dan literasi budaya
kewargaan. Hal tersebut dibuktikan dengan SMAN 30 Jakarta meraih berbagai prestasi akademik baik pada tingkat
provinsi atau nasional, dan mendapatkan gelar dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jakarta menjadi
sekolah budaya. Beberapa point masih perlu dimaksimalkan, misalnya rencana perayaan hari besar dengan literasi,
pengorganisasian pembelajaran literasi, pengendalian kegiatan literasi siswa, dan pelaksanaan penyediaan sudut
baca setiap ruangan di sekolah, hal tersebut bisa menjadi acuan bagi perpustakaan sekolah lain yang ingin
meningkatkan literasi siswa.

Kata kunci: manajemen layanan perpustakaan dan literasi.

PENDAHULUAN

Literasi sangat erat kaitannya dengan siswa dalam dunia pendidikan. Di situasi pandemic
Covid-19 seperti ini literasi pada siswa menjadi tantangan tersendiri berkat perkembangan
teknologi. Pemerintah sangat mendukung kegiatan pembelajaran sistem daring yakni siswa
diharuskan mengakses pembelajaran melalui media digital dengan layanan internet, hal tersebut
merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan pengetahuan siswa terhadap dunia
digital, supaya generasi bangsa bisa memanfaatkannya untuk hal kebaikan. Berkenaan dengan
upaya dalam melakukan peningkatan literasi di sekolah, perpustakaan bisa memanfaatkan teknologi
informasi untuk meningkatkan semangat baca para siswa dan memudahkan mencari buku yang
dibutuhkan, serta meningkatkan kualitas layanan sehingga siswa merasa nyaman dan mudah dalam
membaca. Sering sekali siswa kesulitan mendapatkan buku di perpustakaan dengan sistem manual,
dengan perkembangan teknologi informasi dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk
menemukan buku atau informasi yang dibutuhkan, serta membantu dalam mengembangkan
kemampuan literasi. Apabila siswa mempunyai kemampuan literasi yang unggul, maka literasi
dapat membuka pintu cakrawala dunia dan mampu menciptakan generasi literat. Mengingat hasil
Program For International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019, Indonesia mendapatkan
peringkat 72 dari 78 negara yang mengikuti tes kompetensi PISA, dengan nilai 371 dalam hal
kemampuan membaca.1 Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa kemampuan membaca siswa
Indonesia tertinggal jauh dari negara lain. Dalam hal ini peran pemerintah sangat diperlukan dalam
mengembangkan dan meningkatkan literasi siswa Indonesia, sehingga para siswa mempunyai
kemampuan literasi yang unggul dan dapat melahirkan generasi literat.
Perpustakaan merupakan sarana penyediaan berbagai informasi yang bisa digunakan dalam
meningkatkan kualitas pengetahuan dan informasi masyarakat. Telah disebutkan dalam pasal 4 UU
Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan,2 bahwa perpustakaan memiliki tujuan untuk
memberikan pelayanan kepada pemustaka, tujuan dari pelayanan tersebut untuk meningkatkan
literasi, serta memperluas wawasan dan informasi guna membentuk masyarakat yang mempunyai
pengetahuan informasi yang luas, sehingga mampu menjadikan Indonesia sebagai negara maju.
Perpustakaan memiliki beragam jenis, salah satunya adalah perpustakaan sekolah, sesuai dengan
penjelasan UU No. 45 Pasal 20 Tahun 2007 jenis-jenis perpustakaan meliputi: perpustakaan
nasional, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, dan
perpustakaan khusus.3 Dasar pembentukan perpustakaan sekolah telah tercantum dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989, yang isinya bahwa sekolah mampu menyediakan
sumber belajar di lingkungannya sehingga dapat membantu proses kegiatan pembelajaran dan
membantu sekolah dalam meraih tujuannya.4
Perpustakaan sekolah dimaknai sebagai sumber belajar dan sumber informasi yang memiliki
kedudukan strategis dalam mengembangkan potensi pengetahuan siswa. Siswa dapat melakukan
proses pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang telah disediakan oleh perpustakaan.
Keberadaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dan sumber informasi di tengah-tengah
lingkungan siswa diharapkan mampu mendorong dan mengembangkan kualitas pengetahuan siswa,
mengembangkan kemampuan siswa dalam mencari informasi, dan dapat memperkuat budaya
literasi di lingkungannya.5 Siswa yang gemar membaca akan membuka pintu perhatiannya dalam
dunia informasi, sehingga mampu meningkatkan daya saing di era kompetitif saat ini. Pada
pelaksanaannya perpustakaan sekolah perlu menyediakan layanan koleksi untuk mempermudah
siswa dalam mencari buku atau informasi yang dibutuhkan. Apabila perpustakaan ingin
memberikan kenyamanan kepada pemustaka, maka pelayanan perpustakaan harus diberikan secara
prima, di mana pelayanan prima itu adalah layanan dengan standar kualitas tinggi dan selalu
mengikuti perkembangan kebutuhan pelanggan setiap saat, secara konsisten dan akurat.6
Kualitas layanan perpustakaan berasal dari kepuasan yang didapatkan oleh setiap pemustaka
dilihat dari ketelitian, ketepatan, kelengkapan, dan sesuai kebutuhan. Kualitas layanan perpustakaan

1 ‘Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia " hasil PISA 2019"
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas
di akses 5 Junuari 2022.
2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, Perpustakaan Nasional RI, 67.6 (2007), 14–21.
3
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016, Pedoman Pelestarian Tradisi,
Pasal 2, ayat (3).
4 ‘Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 6, ayat (3).
5 Prastowo Andi, Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional (Yogyakarta: Diva Press, 1982).
6 Nina Rahmayanty, Manajemen Pelayanan Prima, Ed. 1 Cet. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013).
berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pemustaka serta ketepatan penyampaian
untuk mengimbangi harapan para pemustaka.7 Dengan demikian layanan perpustakaan harus sesuai
dengan kebutuhan pemustaka, dan memberikan pelayanan prima sehingga pemustaka merasakan
kenyamanan di perpustakaan. Layanan perpustakaan memiliki peran penting untuk meningkatkan
daya minat pemustaka, karena kualitas layanan perpustakaan merupakan hasil persepsi dari
perbandingan harapan pemustaka dengan kinerja layanan aktual.8 Apabila layanan perpustakaan
menggunakan teknologi informasi, maka akan memberikan kemudahan dan kenyamanan terhadap
pemustaka, dan dapat meningkatkan minat literasi pemustaka. Hal tersebut menunjukan
perpustakaan memiliki peran penting untuk meningkatkan literasi informasi siswa.
Perpustakaan Nasional memperkuat semangat masyarakat dalam menghidupkan literasi, hal ini
dibuktikan dengan tersedia layanan pemustaka yang sudah memakai teknologi informasi sehingga
dalam mengakses layanannya bisa secara online. Adapun layanan tersebut yaitu, E-Resource, IOS
(Indonesia OneSearch), iPusnas, dan E-Res. Berbagai layanan tersebut dapat dimanfaatkan secara
online oleh siapa saja, termasuk semua civitas sekolah antara lain Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) 30 Jakarta.
SMAN 30 Jakarta dahulu adalah SMA Filial dengan bangunan yang sederhana. Masyarakat
turut prihatin dengan kondisi SMA Filial karena harus berbagi tempat dengan SMPN 47, sehingga
masyarakat memutuskan bergotong-royong untuk memindahkan SMA Filial ke lokasi Rawasari
Barat. Keberhasilan dari gotong-royong masyarakat SMA Filial tidak lagi satu lokasi dengan SMPN
47. Dengan perpindahan SMA Filial, lahirlah SMAN 30 Jakarta, yang diresmikan pada tanggal 1
April 1974. SMAN 30 Jakarta adalah salah satu sekolah favorit di Jakarta dan memperoleh
akreditasi A. SMAN 30 Jakarta berlokasi di Jakarta Pusat, yang memiliki luas tanah 4.200 m2 dan
luas bangunan 4.200 m2, dan mempunyai berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan civitas sekolah
salah satunya menyediakan perpustakaan. Perpustakaan SMAN 30 Jakarta telah menyediakan tiga
jenis koleksi buku. Adapun tiga jenis koleksi buku tersebut:

Tabel.1.1 Jenis Koleksi Buku Perpustakaan SMAN 30 Jakarta

Klasifikasi Jumlah Judul Jumlah Exemplar

Non Fiksi 4.430 5.465

Fiksi 371 442

Buku Paket

1. Kurikulum 1994 20 12.642

2. Kurikulum 2004 24 3.417

3. KTSP 48 675

4. Kurikulum 2013 73 2.545

Jumlah 4.966 45.512

7 G Siagian, ‘Pengaruh Kualitas Pelayanan Perpustakaan Terhadap Minat Baca Siswa Di Sekolah Dasar’, Jurnal Basicedu,
5.3 (2021), 1683–88.
8
Endang Fatmawati, ‘Matabaru Penelitian Perpustakaan Dari Servqual Ke Libqual Âoâ„¢’, Jurnal Pustakawan Indonesia,
13.2 (2014), 1–3.
Berbagai layanan juga disediakan oleh Perpustakaan SMAN 30 Jakarta, yaitu layanan sirkulasi,
referensi, dan bimbingan membaca. Adapun luas bangunan perpustakaan SMAN 30 Jakarta 18 m x
7 m = 126 m² dengan pustakawan berjumlah 2 orang, dan tenaga kebersihan 1 orang.
Adapun misi perpustakaan SMAN 30 Jakarta, yaitu: berfungsi sebagai sumber informasi dalam
mewujudkan dan menciptakan peserta didik berprestasi, berbudaya, terampil, dan bertakwa serta
mampu menggali ilmu pengetahuan, dan teknologi melalui literasi baca. Perpustakaan bekerja sama
dengan pihak sekolah dalam mengembangkan kemampuan literasi siswa dengan menerapkan
gerakan literasi sekolah. Gerakan literasi sekolah merupakan gerakan sosial dengan dukungan
kolaboratif dari berbagai elemen. Salah satu yang ditempuh untuk mewujudkan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang literat dan mengembangkan potensi peserta didik secara utuh.
Gerakan literasi sekolah adalah program yang dibuat oleh pemerintah, program gerakan literasi
sekolah bentuk tindak lanjut dari Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 9tentang penguatan
pendidikan karakter pada Satuan Pendidikan Formal. Program gerakan literasi sekolah mendorong
integrasi penguasaan enam literasi dasar: baca-tulis, digital, numerasi, finansial, sains, serta budaya
dan kewargaan.
Adapun implementasi gerakan literasi sekolah di SMAN 30 Jakarta adalah mewajibkan semua
guru untuk menerapkan literasi dan numerasi dalam pembelajaran, hal tersebut tercermin pada
penilaian dengan menggunakan Metode Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang muatannya
adalah literasi dan numerasi. Sekolah mengadakan lomba debat yang wajib diikuti para siswa, terdiri
dari perwakilan setiap kelas 10 dan 11, tujuan lomba tersebut untuk mempertajam kemampuan
dalam mencari informasi, dan memperkuat minat siswa dalam dunia literasi. Sekolah memberikan
tugas kepada siswa untuk mencari informasi di perpustakaan melalui layanan yang tersedia
mengenai mata pelajaran, lalu dipresentasikan di hadapan guru dengan menggunakan power point.
Perpustakaan menyediakan ruang baca untuk siswa dengan dilengkapi fasilitas karpet, sofa, BI
corner, komputer, dan jaringan Wi-Fi, sehingga siswa dapat memanfaatkan layanan tersebut untuk
meningkatkan kemampuan literasi informasi.
Dengan terlaksananya kerjasama antara sekolah dengan perpustakaan dalam mensukseskan
gerakan literasi sekolah dapat menghasilkan siswa berprestasi, hal tersebut dibuktikan dengan
keberhasilan siswa SMAN 30 Jakarta dalam meraih juara pertama pemilihan Abang None tahun
2019, berhasil meraih juara 2 Duta Genre Jakarta tahun 2020, berhasil meraih piagam penghargaan
medali kompetisi matematika tingkat kota Jakarta tahun 2020, dan meraih penghargaan kejuaraan
tingkat nasional perlombaan Kompetisi Penelitian Indonesia 2020 (KOSPI). Hal tersebut yang
mendasari penelitian tentang manajemen layanan perpustakaan dalam meningkatkan literasi siswa
di SMAN 30 Jakarta. Peneliti memandang bahwa manajemen layanan perpustakaan dalam
meningkatkan literasi siswa di SMAN 30 Jakarta menjadi acuan bagi sekolah lain untuk
meningkatkan literasi siswa.

METODE
Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif, Alasan peneliti menggunakan metode
kualitatif deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan keadaan yang akan diamati di lapangan
dalam bentuk narasi kata-kata yang dihasilkan dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dengan demikian, pembaca akan merasakan kenyamanan dalam membaca kajian ini tidak berupa
angka. Penelitian dilakukan sejak dari penyusunan proposal penelitian pada tanggal 3 Januari 2022
hingga penyajian data dalam bentuk skripsi pada tanggal 2 Juni 2022. Sumber data penelitian ini
menggunakan dua sumber data pada penelitian ini, yaitu sumber data primer penelitian ini diperoleh
dari observasi, dan hasil wawancara kepala sekolah, kepala perpustakaan, pustakawan, guru, dan

9Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Pedoman Pelestarian Tradisi,
Kemendikbud, Pasal 2, ayat (3).
siswa (sebagai informant penelitian ini) yang membantu memberikan keterangan secara menyeluruh
mengenai layanan perpustakaan sekolah dan kondisi literasi siswa. Sumber data sekunder penelitian
ini berasal dari dokumen resmi perpustakaan SMAN 30 Jakarta, yaitu profil perpustakaan, struktur
perpustakaan, layanan perpustakaan, program tahunan perpustakaan, fasilitas perpustakaan,
program literasi siswa, foto kegiatan literasi siswa, dan data prestasi siswa.
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, karena peneliti merasakan sampel yang
akan diambil bersifat akurat, paling mengetahui tentang masalah yang akan diteliti. Tujuan
penggunaan purposive sampling dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana interaksi
pustakawan, siswa, dan guru dalam perpustakaan sekolah. Adapun kriteria informant pada
penelitian ini, yaitu berada di daerah yang diteliti, mengetahui kejadian atau permasalahan,
merasakan dampak dari kejadian atau masalah, terlibat langsung dengan permasalahan. Berikut
informant pada penelitian ini:
Tabel 1.2 Data Informant Penelitian
No Informant Jumlah
1 Kepala sekolah 1
2 Kepala perpustakaan 1
3 Pustakawan 1
4 Guru 1
5 Siswa 1
Total 5
Pada informant pustakawan, peneliti memilih pustakawan yang paling memahami literasi,
pada informant guru, peneliti memilih guru yang paling mengetahui literasi, dan pada informant
siswa, peneliti memilih satu siswa yang paling berprestasi. Berikut nama-nama informant pada
penelitian ini, yaitu Ibu Ratu Mulyanengsih, M.Pd (wakil kepala sekolah SMAN 30 Jakarta), Bapak
Drs. Amiruddin (kepala perpustakaan SMAN 30 Jakarta), Ibu Dessy Maryanti, S.Pd (pustakawan
SMAN 30 Jakarta), Zahra Arzam (siswa SMAN 30 Jakarta).

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi tidak langsung (observasi non
partisipan), wawancara semi terstruktur, dan studi dokumen. Data penelitian ini diuji dengan
validitas dan realibilitasnya dengan cara uji kredibilitas, yakni dengan cara triangulasi sumber dan
teknik. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, serta penarikan
simpulan dan verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Manajemen Layanan Perpustakaan SMAN 30 Jakarta


Manajemen layanan perpustakaan SMAN 30 Jakarta menerapkan empat fungsi manajemen,
yakni

Perencanaan
Perencanaan pada hakekatnya adalah aktivitas manajer dalam merumuskan strategi untuk
mencapai tujuannya. Langkah-langkah perencanaan, yaitu menetapkan sasaran, merumuskan
strategi pencapaian, menentukan sumber daya dan menetapkan standar atau indikator keberhasilan.
Perpustakaan menentukan perencanaan dalam layanan yang telah disediakan, contohnya membuat
berbagai program dalam pemberian layanan terhadap pemustaka.10

10 Hanun Ashrohah, Manajemen Mutu Pendidikan (Surabaya: UIN SA Press, 2014) hlm 7.
Kepala perpustakaan SMAN 30 Jakarta membuat suatu program dalam memberikan
kemudahan bagi pemustaka untuk memanfaatkan layanan perpustakaan, program ini bertujuan
untuk memberikan kemudahan pemustaka dalam memanfaatkan layanan ketika berada di luar
perpustakaan. Program perpustakaan itu adalah penyediaan sudut baca setiap ruangan di sekolah,
penyediaan sudut baca sesuai dengan kebutuhan siswa. Perpustakaan telah menyediakan buku di
sudut baca sesuai dengan kebutuhan siswa, contoh: sudut baca di kelas, perpustakaan menyediakan
buku yang dibutuhkan siswa ketika pembelajaran di kelas
.
Pengorganisasian
Pengorganisasian bisa diartikan sebagai kegiatan pemimpin dalam membagi tugas kepada
orang yang terlibat atau ikut dalam organisasi. Pengorganisasian juga diartikan sebagai kegiatan
yang melibatkan pemimpin mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Keefektifan organisasi tergantung terhadap kemampuan pemimpin dalam mengarahkan sumber
daya yang tersedia. Kepala perpustakaan harus melakukan pengorganisasian yang tepat, supaya
kegiatan perpustakaan berjalan dengan baik dan bisa tercapai tujuan perpustakaan, contohnya
kepala perpustakaan membagi pekerjaan terhadap pustakawan seusai dengan keahliannya. 11
Kepala perpustakaan mengkoordinasikan sumber daya perpustakaan untuk penyediaan sudut
baca. Pertanyaan pertama terkait mengorganisasi penyediaan sudut baca setiap ruangan di sekolah.
Perpustakaan memberikan layanan kepada pemustaka untuk dimanfaatkan ketika di luar
perpustakaan, yaitu penyediaan sudut baca setiap ruangan di sekolah, yakni sudut baca di kelas,
sudut baca di kantin sekolah, sudut baca di depan ruang tata usaha, dan sudut baca di perpustakaan.
Kepala perpustakaan memberikan tugas kepada pustakawan untuk menyediakan buku di sudut
baca, jenis buku perpustakaan yang disediakan di sudut baca, yaitu buku fiksi, buku non fiksi, dan
jurnal penelitian.

Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah proses melaksanakan program supaya dapat dijalankan oleh seluruh
pihak dalam organisasi dengan penuh kesadaran. Pemimpin menggerakkan dan mengarahkan
anggota untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan. Kepala perpustakaan memastikan bahwa
pustakawan dapat melakukan tugas yang telah diberikan sehingga tugas tersebut dapat dijalankan
oleh pustakawan dengan baik dan sesuai harapan.12
Pelaksanaan penyediaan sudut baca tersedia setiap kelas yang disediakan perpustakaan
berhasil terlaksana. Pustakawan menyediakan buku perpustakaan di sudut baca setiap ruangan di
sekolah, yaitu di kelas, di depan kantor tata usaha, di kantin sekolah, dan di perpustakaan,
penyediaan buku di sudut baca oleh perpustakaan sesuai dengan kebutuhan siswa. Pada
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% jarang dimanfaatkan sudut baca oleh siswa karena
terbatasnya waktu, dengan hadirnya peraturan sekolah yang terbaru bahwa semua siswa harus
pulang pada jam 10.30. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi pandemi Covid-19 sehingga proses
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dibatasi.

Pengendalian
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja anggota,
sehingga rencana-rencana yang telah dibuat bisa tercapai. Kepala perpustakaan memastikan
kegiatan perpustakaan berjalan dengan baik, dan kegiatan layanan yang dberikan oleh pustakawan
terhadap pemustaka dapat terkontrol dengan maksimal.13

11 Hanun, “Manajemen Mutu Pendidikan…” hlm 7.


12
Hanun, “Manajemen Mutu Pendidikan…” hlm 7.
13 Hanun, “Manajemen Mutu Pendidikan…” hlm 7.
Kepala perpustakaan melakukan pengendalian terhadap penyediaan sudut baca setiap
ruangan di sekolah. Pertama, pengukuran keberhasilan dalam penyediaan sudut baca setiap ruangan
di sekolah dilihat dari jumlah siswa yang memanfaatkan atau menggunakan sudut baca tersebut.
Kedua, Pengendalian penyediaan sudut baca setiap ruangan di sekolah dilihat dari antusias siswa
dalam membaca yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah dalam menyediakan sudut baca.
Sementara bentuk pengendalian yang dilakukan sekolah dalam penyediaan sudut baca adalah
menjaga dan mengawasi terhadap sudut baca setiap ruangan di sekolah, supaya tidak rusak dan
dirawat sudut baca.

Jenis-Jenis Literasi SMAN 30 Jakarta

Literasi Bahasa
Literasi bahasa adalah kemampuan untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat
maupun tersurat, dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri.
Literasi bahasa adalah kemampuan menuangkan gagasan atau ide dalam bentuk tulisan dengan
susunan yang baik untuk berpartisipasi di lingkungan masyarakat.14
SMAN 30 Jakarta melakukan pembelajaran literasi sudah dijadwalkan dan alokasi waktu 15
menit sebelum pembelajaran pertama dimulai. Pembelajaran literasi siswa dengan membaca buku
yang disediakan di pojok baca kelas atau buku yang dibawa siswa dari rumahnya, merangkum
singkat hasil yang dibacanya, membaca Al-Qur’an dan Al-Kitab, menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Sekolah memperingati hari sumpah pemuda dengan mengadakan lomba puisi yang diikuti
siswa 10 dan 11, hasil lomba puisi tersebut diupload Instagram.
Namun hal tersebut dilakukan sebelum pandemi Covid-19, sekarang ini sekolah membuat
peraturan terbaru bahwa Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dilaksanakan sampai pukul 10.30 siswa
sudah harus pulang, dari hal tersebut mengakibatkan pembelajaran literasi di kelas disingkat
waktunya dan dilakukan dengan siswa membaca Al-Qur’an bagi muslim dan Al-Kitab bagi non
muslim, dan siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Literasi Sains
Literasi sains adalah kecakapan memahami fenomena alam dan sosial di sekitar kita. Literasi
sains adalah kecakapan untuk mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah agar kita dapat hidup
dengan lebih nyaman, lebih sehat, dan lebih baik.15 SMAN 30 Jakarta bahwa sekolah memperingati
hari pendidikan dengan cara sekolah mengadakan lomba debat, lomba debat tersebut wajib diikuti
para siswa, terdiri dari perwakilan setiap kelas 10 dan 11. Pada pelaksanaan lomba debat tersebut,
perpustakaan membantu sekolah dalam mensukseskan perayaan lomba tersebut dengan
menyediakan informasi yang dibutuhkan siswa.

Literasi Digital
Literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi
atau jaringan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, dan membuat informasi secara
bijak.16 Siswa SMAN 30 Jakarta memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi yang
bersifat edukasi, contohnya pamflet save water yang diupload Instagram bertujuan untuk
memberikan edukasi terhadap masyarakat digital mengenai save water.

14Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah Dasar (Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2019),hlm 17.
15 Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, Buku Panduan Gerakan Literasi… hlm 17.
16 Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, Buku Panduan Gerakan Literasi… hlm 17.
Literasi Budaya dan Kewargaan
Literasi budaya dan kewargaan adalah kemampuan untuk memahami, menghargai, dan
bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Literasi budaya dan kewargaan
adalah kemampuan untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dan warga
negara.17 Sekolah memajang hasil karya siswa setiap area di sekolah, yaitu di depan perpustakaan,
di depan ruang multimedia, di lorong tangga sekolah, di depan ruang guru. Hasil karya siswa
tersebut berupa karya seni budaya dari provinsi yang sudah ditentukan oleh sekolah. Sekolah
mengadakan kegiatan festival budaya, pada kegiatan festival tersebut civitas sekolah memakai
pakaian adat provinsi yang sudah ditentukan sekolah.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis selesaikan dengan proses analisis menurut
instrumen manajemen layanan perpustakaan dalam meningkatkan literasi siswa maka dapat
disimpulkan bahwa:
Manajemen layanan perpustakaan dalam meningkatkan literasi siswa di SMAN 30 Jakarta
berjalan sesuai dengan empat fungsi manajemen, yaitu (1) pada perencanaan kepala perpustakaan
SMAN 30 Jakarta membuat suatu program dalam memberikan kemudahan bagi pemustaka untuk
memanfaatkan layanan perpustakaan. Program itu adalah penyediaan sudut baca setiap ruangan di
sekolah, yakni di kantin, di depan ruang multimedia, di kelas, dan di perpustakaan. Program ini
bertujuan untuk memberikan kemudahan pemustaka dalam memanfaatkan layanan ketika berada di
luar perpustakaan. (2) Pengorganisasian yang dilakukan oleh kepala perpustakaan, yaitu
memberikan tugas kepada pustakawan untuk menyediakan buku di sudut baca, jenis buku
perpustakaan yang disediakan di sudut baca, yaitu buku fiksi, buku non fiksi, dan jurnal penelitian.
Jenis buku perpustakaan tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan siswa. (3) Pelaksanaan penyediaan
sudut baca tersedia setiap ruangan di sekolah berhasil terlaksana dilakukan dengan pustakawan
menyediakan buku perpustakaan di sudut baca setiap ruangan di sekolah, yaitu di kelas, di depan
kantor tata usaha, di kantin sekolah, dan di perpustakaan, penyediaan buku di sudut baca oleh
perpustakaan sesuai dengan kebutuhan siswa. (4) Pengendalian yang dilakukan oleh kepala
perpustakaan terhadap penyediaan sudut baca setiap ruangan di sekolah. Pertama, pengukuran
keberhasilan dalam penyediaan sudut baca setiap ruangan di sekolah dilihat dari jumlah siswa yang
memanfaatkan atau menggunakan sudut baca tersebut. Kedua, Pengendalian penyediaan sudut baca
setiap ruangan di sekolah dilihat dari antusias siswa dalam membaca yang menjadi tolok ukur
keberhasilan perpustakaan dalam menyediakan sudut baca. Dengan terlaksananya manajemen
layanan perpustakaan di SMAN 30 Jakarta dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa dari segi
literasi bahasa, literasi sains, literasi digital, dan literasi budaya kewargaan. Hal tersebut dibuktikan
dengan SMAN 30 Jakarta meraih berbagai prestasi akademik baik pada tingkat provinsi atau
nasional, dan mendapatkan gelar dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jakarta menjadi
sekolah budaya. Manajemen layanan perpustakaan dalam meningkatkan literasi di SMAN 30
Jakarta mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah manajemen layanan
perpustakaan berhasil meningkatkan kemampuan literasi siswa dari segi literasi bahasa, literasi
sains, literasi digital, dan literasi budaya kewargaan. Hal tersebut dibuktikan dengan SMAN 30
Jakarta meraih berbagai prestasi akademik baik pada tingkat provinsi atau nasional, dan
mendapatkan gelar dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jakarta menjadi sekolah
budaya. Kekurangannya SMAN 30 Jakarta terbatas waktu melakukan kegiatan literasi di sekolah
disebabkan kondisi pandemi Covid 19 sehingga sekolah membuat peraturan baru bahwa semua
siswa harus pulang pada jam 10.30.

17 Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, Buku Panduan Gerakan Literasi… hlm 17.
DAFTAR PUSTAKA

Endang Fatmawati, ‘Mata Baru Penelitian Perpustakaan Dari Servqual Ke Libqual, Jurnal
Pustakawan Indonesia, 13.2 (2014), 1–3

Hanun Ashrohah, Manajemen Mutu Pendidikan Surabaya: UIN SA Pres, 2017, hlm 17

Indonesia, UU Republik, ‘UU No 45 Tahun 2007’, Perpustakaan Nasional RI, 67.6 (2007), 14–21

Kemendikbud RI, Buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah Dasar (Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan), 2019

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia " hasil PISA 2019"
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-
meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas di akses 5 Januari 2022.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016,
Pedoman Pelestarian Tradisi, Kemendikbud,

Prastowo Andi, Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional (Yogyakarta: Diva Press, 1982).

Press, 2014 hlm 7.

Rahmayanty, Nina, Manajemen Pelayanan Prima, Ed. 1 Cet. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Siagian, G, ‘Pengaruh Kualitas Pelayanan Perpustakaan Terhadap Minat Baca Siswa Di Sekolah
Dasar’, Jurnal Basicedu, 5.3 2021, 1683–88

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 6, ayat (3).

You might also like