Professional Documents
Culture Documents
9 GK Moh Roky Huzaeni 114 125 Acc
9 GK Moh Roky Huzaeni 114 125 Acc
9 GK Moh Roky Huzaeni 114 125 Acc
Abstract
The absence of Pancasila in the Articles of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia is
a matter of debate. Its existence as stated in the Preamble to the 1945 Constitution of the Republic
of Indonesia is considered merely to be symbolic without having binding legal force. In addition,
the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia is the highest hierarchical type of legislation.
So it becomes a question about how the position of Pancasila and the 1945 Constitution of the
Republic of Indonesia in the Indonesian constitutional system if Pancasila is interpreted as the
source of all sources of state law. The purpose of this study is to describe the absence of Pancasila
in the article and find conclusions on the debate about the position of Pancasila and the 1945
Constitution of the Republic of Indonesia in the Indonesian constitutional system. Using the type
of theoretical research and conceptual approach resulted in two discussions. First, the absence of
Pancasila in the Articles of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia for historical
reasons to maintain a “one process” event, namely the process of the formation of the Indonesian
State. This process is a historical event, it only happens once and cannot be repeated. If this is
changed or abolished, then what is changed and abolished is the State of Indonesia, which means
disbandment. Second, the position of Pancasila as enshrined in the preamble to the 1945
Constitution of the Republic of Indonesia makes it permanent and eternal as long as the state of
Indonesia is established, because the object of changes in the provisions of Article 37 is only those
related to the articles in the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. This conclusion shows
that the position of Pancasila higher than the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, it
will not be possible to abolish a regulation which has a higher legal standing with a lower legal
basis than the one that was amended.
Abstrak
Ketiadaan Pancasila dalam Pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menjadi perdebatan. Keberadaannya yang termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinilai hanya menjadi simbolis semata tanpa memiliki
kekuatan hukum mengikat. Di samping itu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 merupakan jenis peraturan perundang-undangan yang paling tinggi secara hierarki.
Sehingga menjadi pertanyaan tentang bagaimana kedudukan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam sistem ketatanegaraan Indonesia jika Pancasila
dimaknai sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Tujuan penelitian ini untuk
menguraikan ketiadaannya Pancasila dalam pasal dan menemukan konklusi atas perdebatan
tentang kedudukan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Menggunakan tipe penelitian teoritis dan pendekatan
114
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
konseptual menghasilkan dua bahasan. Pertama, tidak dicantumkannya Pancasila dalam pasal
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena alasan historis untuk tetap
menjaga suatu peristiwa “satu proses” yaitu proses terbentuknya Negara Indonesia. proses ini
adalah peristiwa sejarah, hanya terjadi satu kali dan tidak bisa diulang. Apabila hal tersebut diubah
atau ditiadakan, maka yang berubah dan ditiadakan adalah Negara Indonesia yang artinya
pembubaran. Kedua, kedudukan Pancasila yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang
1945 menjadikannya kekal dan abadi sepanjang negara Indonesia berdiri, sebab yang menjadi
objek perubahan dalam ketentuan pasal 37 hanyalah yang terkait dengan Pasal-pasal dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesimpulan ini menunjukkan
bahwa kedudukan Pancasila lebih tinggi dari pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, maka tidak akan mungkin meniadakan suatu peraturan yang memiliki
kedudukan hukum lebih tinggi dengan landasan hukum yang lebih rendah dari pada yang diubah.
115
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
116
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
117
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
118
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Undang-Undang 15 Tahun 2019 perubahan maknanya sebagai norma paling tinggi jika
kedua tentang Pembentukan Peraturan norma itu masih dibentuk berdasarkan norma
Perundang-Undangan menyatakan hal serupa. yang berada di atasnya. Norma tertinggi
Pancasila memiliki pengaruh sangat memiliki sifat pre-supposed yang
kuat terhadap adanya Undang-Undang Dasar keberlakuannya tidak dapat dilacak lagi, tetapi
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diterima tanpa diperdebatkan, yakni
terdiri 3 bagian penting di antaranya sebagai hipotesis, fiktif, dan suatu aksioma
Pembukaan, Batang Tubuh, Penjelasan. Dari (Anggono et al., 2021, p. 31).
ketiga bagian penting tersebut Pancasila Keberadaan Pancasila menjadi
merupakan hal utama dan paling utama yang pertanyaan tentang tidak tertuliskannya
mendasari ketiganya, jika di telaah secara secara utuh dengan bunyi silanya dalam
lebih dalam ketiga bagian itu maka akan bentuk Pasal-pasal di Undang-Undang Dasar
kembali ke dasar utamanya yaitu Pancasila. Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Secara teoritis Pembukaan dan Undang- Ketiadaannya Pancasila dalam Pasal Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 memiliki hakikat yang berbeda Tahun 1945 bukan berati Pancasila tidak
dalam konteks hierarki. Kedudukan memiliki kedudukan hukum, justru tidak
Pembukaan UUD 1945 memuat 4 pokok beradanya Pancasila dalam Pasal membuat
pikiran yang kemudian di tuangkan ke dalam nilai dan posisi Pancasila lebih tinggi
Pasal-pasal Batang Tubuh Undang-Undang kedudukannya dari pada Undang-Undang
Dasar. Sedangkan Batang Tubuh Undang- Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Tahun 1945 merupakan tempat Dalam 199 butir ketentuan Undang-
tertuangkannya 4 pokok pikiran Pembukaan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Oleh karenanya pembukaan Undang-Undang Tahun 1945 yang telah mengalami 4 kali
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perubahan, tidak ada satupun ketentuan baik
mempunyai kedudukan hukum yang lebih bab atau Pasal yang menyebutkan Pancasila
tinggi dari pada batang tubuh Undang- beserta dengan kelima silanya secara utuh.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Namun Pancasila secara eksplisit dapat dilihat
Tahun 1945 (Wreksosuhardjo, 2001, p. 7). dalam Pasal 36A Undang-Undang Dasar
Pengaruh kedudukan ini dikarenakan faktor Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
historis yang terlebih dahulu dibentuk atau menyatakan “Lambang Negara ialah Garuda
dalam istilah Maria Farida Indrati Soeprapto Pancasila....” Sedangkan dalam ketentuan
adalah pre-supposed (Wiguna, 2021, p. 142). Pasal 37 ayat 5 menyatakan terkait hal-hal
Dengan demikian Undang-Undang Dasar yang tidak dapat di rubah dengan alasan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 apapun “Khusus Mengenai bentuk negara
merupakan manifestasi dari Pancasila yang Kesatuan republik Indonesia tidak dapat
menentukan validitas, isi dan pengujiannya. dilakukan perubahan”.
Dalam teori jenjang norma hukum, Jika memahami Undang-Undang Dasar
Pancasila disebut sebagai norma fundamental hanya sebatas pemaknaan teks tanpa
negara merupakan norma tertinggi dan karena membaca secara komprehensif Pasal 37, maka
itu tidak lagi dibentuk oleh norma di atasnya. akan menimbulkan permasalahan terkait
Pancasila yang hadir pre-supposed atau di dengan keberadaan Pancasila. Pasal 37 ayat 5
tetapkan terlebih dahulu yang fungsinya ini sering kali digunakan sebagai alat untuk
sebagai tempat bergantung norma-norma mendebatkan Pancasila dan menyatakan
hukum yang berada di bawahnya. Sehingga bahwa Pancasila merupakan kesepakatan
segala jenis peraturan yang berada di bawah ideologi yang masih dapat di rubah. Jika di
harus dibentuk berdasarkan norma uraikan secara lengkap dalam Pasal 37 ayat 1
fundamentalnya dan suatu norma akan hilang – 5 Bab Tentang Perubahan Undang-Undang
119
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Dasar, maka setidaknya terdapat 3 pokok- Republik Indonesia Tahun 1945. Sebab yang
pokok pikiran yang perlu diperhatikan menjadi objek perubahan dalam ketentuan
Pertama adalah terkait dengan materi Pasal 37 adalah Pasal-pasal yang termuat
perubahan, dalam Pasal 1 berbunyi bahwa dalam Undang-Undang Dasar Negara
“Usul Perubahan Pasal-pasal Undang- Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan
Undang Dasar.......” yang menjadi materi kedudukan Pancasila berada di Pembukaan
pokok dalam perubahan adalah Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik
begitu juga dengan ayat 2-4 membahas Indonesia Tahun 1945. Dalam hal ini
tentang perubahan Pasal. Kedua, dari ayat 1-4 pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
menjelaskan terkait dengan mekanisme Republik Indonesia Tahun 1945 yang di
perubahan yang hendak dilakukan di dalamnya terdapat bunyi kelima sila tidak
antaranya mengatur tentang batas minimal dapat diubah dan memiliki kedudukan hukum
anggota MPR dalam pengusulan perubahan, yang kokoh, kuat dan abadi (Wreksosuhardjo,
adanya pengajuan usulan yang jelas beserta 2001, p. 4).
alasan secara tertulis, adanya batas minimal Undang-Undang Dasar Negara
anggota MPR yang menghadiri sidang, dan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
sekurang-kurangnya harus lima puluh persen dasar hukum bagi seluruh peraturan
di tambah satu untuk mendapat persetujuan perundang-undangan lain yang diakui Negara
perubahan . Ketiga, dalam ayat 5 tentang Republik Indonesia. jadi Pasal-pasal yang
materi-materi yang tidak dapat diubah di terdapat dalam Undang-Undang Dasar
antaranya Mengenai bentuk Negara Kesatuan mempunyai kedudukan hukum tertinggi
Republik Indonesia. dalam hierarki perundang-undangan
Dari BAB XVI tentang Perubahan Indonesia, tetapi lebih rendah kedudukan
Undang-Undang Dasar ini jika memahami hukumnya dari pada pembukaan Undang-
Pasal 37 secara komprehensif dapat ditarik Undang Dasar Negara Republik Indonesia
kesimpulan bahwa yang menjadi objek Tahun 1945 dan Pancasila. Dalam
perubahan dalam Undang-Undang Dasar keadaannya yang demikian, tidak ada
adalah yang terkait dengan Pasal-pasal, landasan hukum yang dapat dipergunakan
kecuali yang telah disebutkan dalam ayat 5 untuk mengubah atau
dengan rincian yaitu 1) Negara Kesatuan 2) meniadakan/menghilangkan Pembukaan
Berbentuk Republik dan 3) Nama Negara Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. maka pertanyaannya adalah Indonesia Tahun 1945 (segala bentuk
apakah Pancasila menjadi objek perubahan?. peraturan). Tidak akan mungkin meniadakan
Jelas dari di sini bahwa Pancasila bukan suatu peraturan yang memiliki kedudukan
merupakan objek perubahan, bukan hanya itu hukum lebih tinggi (Pembukaan dan
seluruh isi dari Pembukaan Undang-Undang Pancasila) dengan landasan hukum yang lebih
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 rendah (Undang-Undang Dasar Negara
tidak dapat di rubah atau di tiadakan. Kelima Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan
sila tersebut merupakan kesepakatan para lain) dari pada yang diubah. Setiap usaha atau
pendiri bangsa yang di sahkan pada tanggal 18 perbuatan mengubah atau meniadakan
Agustus 1945, sedangkan nama Pancasila Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
adalah yang pertama kali di perkenalkan oleh Republik Indonesia Tahun 1945 pastilah
Sukarno dalam pidato 1 Juni 1945 yang bertentangan dengan hukum, apa bila ada
sampai sekarang masih dipakai. Selain itu pertentangan dengan hukum pasti dikenai
kedudukan Pancasila yang tidak tertuang sanksi hukum. Dengan kata lain kedudukan
dalam Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Republik Indonesia Tahun 1945 dalam segi
menjadikan Pancasila lebih tinggi derajatnya hukum memiliki kedudukan lebih tinggi dari
dari pada Undang-Undang Dasar Negara pada segala peraturan yang ada. Kedudukan
120
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara putusan hakim. Selain itu Putusan No.
Republik Indonesia Tahun 1945 bersifat kuat, 100/PUU-XI/2013 tentang Undang-undang
kokoh dan abadi ini mempengaruhi Nomor 2 tahun 2011 tentang partai politik,
kedudukan hukum Pancasila, sehingga alasan pemohon karena adanya pertentangan
Pancasila juga mempunyai kedudukan hukum dengan Undang-Undang Dasar Negara
yang abadi. Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam isi
Soal tidak dapat ditiadakannya putusannya Hakim Mahkamah konstitusi
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara mengabulkan permohonan pemohon dengan
Republik Indonesia Tahun 1945 termasuk alinea Ke-4 sebagai bahan batu uji dan
Pancasila merupakan sejarah historis dari pertimbangan hukum.
pendiri bangsa. Keseluruhan proses Dalam perkara di Mahkamah Agung
terbentuknya Negara Kesatuan Indonesia putusan No.42 P/HUM/2012 uji materiil atas
sejak 17 Agustus 1945 dan pengesahan Keppres Nomor 3 Tahun 1997 terhadap
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009,
Republik Indonesia Tahun 1945 itu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 dan
merupakan suatu peristiwa dalam “Satu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Proses” yaitu proses terbentuknya Negara pangan. Dalam permohonan yang di ajukan
Indonesia. proses ini adalah peristiwa sejarah, oleh FPI (Front Pembela Islam) salah satu
hanya terjadi satu kali tidak bisa diulang. dalil yang di gunakan batu uji adalah
Apabila hal tersebut diubah atau ditiadakan, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
maka yang berubah dan ditiadakan adalah Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pancasila
Negara Indonesia dengan Proklamasi 17 khususnya alinea ke-4, walaupun dalam
Agustus 1945, yang berati pembubaran putusan tersebut Mahkamah Agung tidak
Negara Kesatuan Republik mengelaborasikan secara lebih terkait
Indonesia(Wreksosuhardjo, 2001, p. 11). Dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
sini dapat dipahami bahwa Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
final dan bersifat mengikat bagi warga negara 1945, namun permohonan tersebut
Indonesia (Kusumohamidjojo, 2020, p. 195). dikabulkan.
kedudukan Pancasila dalam konstitusi bukan Putusan Mahkamah Konstitusi dan
hanya sekedar simbol namun keberadaannya Mahkamah Agung dalam praktiknya
abadi sepanjang negara Indonesia berdiri. menjadikan indikator bahwa Pembukaan
Keberadaan Pembukaan Undang- Undang-Undang Dasar Negara Republik
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945 memiliki fungsi
Tahun 1945 selain memiliki sifat yang abadi sebagai bahan pertimbangan hukum. Maka
juga berfungsi sebagai bahan pertimbangan dari itu pengujian Yudisial Review
dalam memutus perkara. Dalam hal in Mahkamah Konstitusi tidak hanya dimaknai
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara dengan pengujian Undang-undang dengan
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pancasila Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara
sebagai bahan pertimbangan hukum dan Republik Indonesia Tahun 1945, melainkan
dibuktikan dengan putusan perkara juga terhadap pembukaan UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi No. 140/PUU- Begitupun dengan putusan Mahkamah Agung
VII/2009 tentang pengujian Pencegahan walau yang di lakukan pengujian adalah
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. peraturan di bawah Undang-Undang terhadap
Bahwa dalam pertimbangannya Hakim Undang-Undang, tidak pula meniadakan
Mahkamah Konstitusi menggunakan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Pembukaan Undang-Undang Dasar Alinea Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
ke-3 dan alinea ke-4 (bunyi Pancasila) “... perspektif konstitusional yang dapat dijadikan
Berdasar Kepada Ketuhanan Yang Maha pertimbangan dalam memutus perkara
Esa....” sebagai baku uji dalam pertimbangan
121
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
122
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
123
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
124
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125
Kedudukan Hukum Pancasila dan Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
125
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 114-125