Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No.

Kompetensi Penyuluh Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian


di Kabupaten Garut, Jawa Barat

Competence of Agricultural Extension Assistant Worker in Garut, West Java

Herry Pramono1, Anna Fatchiya2, Dwi Sadono2


1
Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
2
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Abstract

The government has set a target of a sustainable self-sufficiency in rice, corn and soybean to be achieved by 2018. The
agricultural extension activity is an effort in achieving these targets. One of the constraints in agricultural extension activities
is the limited number of agricultural extension workers, so the government recruits assistant workers. The competence of an
extension worker is needed to carry out activities based on the knowledge and skills. This study was aieds to measure the
competence of agricultural extension assistant workers and analyze the factors that influence it. This study used a survey method
and was carried out in Garut, West Java. Data was collected using a census from 119 agricultural extension assistant workers.
Generally, the competence of the agricultural extension assistants is in the low category (57,80%), with the average competency
score of 32.49. The resulted analysis using a regression model found that the understanding of the farmer’s needs was affected
by motivation, and an effective communication influenced by the amount of training, the number of villages and motivation.
Overall, the competence of agricultural extension assistants is influenced by the number of farmer groups, the number of village
and motivation.

Keywords: agricultural extension assistant worker, competence, farmer groups, motivation

Abstrak

Pemerintah telah menetapkan target swasembada berkelanjutan padi, jagung dan kedelai yang harus dicapai pada tahun 2018.
Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya untuk mencapai target tersebut. Salah satu kendala dalam kegiatan
penyuluhan pertanian adalah jumlah tenaga penyuluh pertanian yang masih sangat kurang sehingga pemerintah merekrut
penyuluh Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP). Kompetensi penyuluh sangat dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan karena merupakan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang dilandasi pengetahuan
dan keterampilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kompetensi penyuluh THL TBPP dan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa
Barat. Data dikumpulkan secara sensus pada 119 penyuluh THL TBPP. Secara umum, kompetensi penyuluh THL TBPP
berada dalam kategori rendah (57,80%) memiliki nilai kompetensi rata-rata 32,49. Hasil analisis menggunakan model regresi
menemukan bahwa pemahaman kebutuhan petani dipengaruhi oleh motivasi, pemahaman komunikasi yang efektif dipengaruhi
oleh jumlah pelatihan, jumlah desa dan motivasi. Secara keseluruhan kompetensi penyuluh THL TBPP dipengaruhi oleh faktor
jumlah kelompok tani binaan, jumlah desa binaan dan motivasi.

Kata kunci: penyuluh THL TBPP, kompetensi, kelompok tani, motivasi

Pendahuluan konsumsi beras. Di tengah kondisi tersebut, pemerintah


menetapkan target swasembada berkelanjutan padi dan
Pemerintah masih menghadapi berbagai jagung serta swasembada kedelai yang harus dicapai
kendala dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan pada tahun 2018 (Kementan, 2015). Berbagai upaya
masyarakat, diantaranya jumlah penduduk yang terus telah dilaksanakan untuk mencapai target tersebut,
meningkat, kerusakan lingkungan dan perubahan antara lain melalui fasilitasi sarana produksi pertanian
iklim, terbatasnya infrastruktur (jaringan irigasi, jalan dan kegiatan penyuluhan pertanian.
usahatani), belum cukup tersedianya benih unggul Salah satu kendala dalam pelaksanaan
bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan penyuluhan pertanian adalah kurangnya jumlah tenaga
mesin pertanian hingga ke tingkat usahatani, konversi penyuluh. Hal tersebut mengakibatkan beban kerja
lahan pertanian produktif ke penggunaan non- setiap penyuluh cukup besar karena wilayah binaan
pertanian yang tidak terkendali dan ketergantungan penyuluh cukup luas dan jumlah kelompok tani binaan
1
Korespondensi penulis
194 E-mail: herrypramono67@gmail.com
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

cukup banyak. Pada tahun 2016, jumlah penyuluh tahun 2014 produktivitas tanaman jagung sebesar 7,9
pertanian di seluruh Indonesia sebanyak 47.898 orang ton/ha yang merupakan produktivitas tertinggi urutan
terdiri dari PNS 25.932 orang (54,14%), penyuluh pertama, produktivitas tanaman padi sebesar 6,1 ton/
THL APBN 19.083 orang (39,84%) dan penyuluh ha yang merupakan produktivitas tertinggi ketujuh
THL APBD 2.883 orang (6,02%) sedangkan jumlah dan produktivitas tanaman kedelai sebesar 1,5 ton/
desa/kelurahan di seluruh Indonesia sebanyak 78.063 ha yang merupakan produktivitas tertinggi ke 15 di
sehingga untuk memenuhi kebutuhan satu desa satu Jawa Barat (BPS Jawa Barat, 2015). Pada tahun 2015
penyuluh masih terdapat kekurangan tenaga penyuluh produktivitas tanaman jagung sebesar 8,3 ton/ha yang
pertanian sebanyak 30.165 orang (Pusluhtan, 2016). merupakan produktivitas tertinggi urutan pertama,
Pada lima hingga sepuluh tahun ke depan diperkirakan produktivitas tanaman padi sebesar 6,2 ton/ha yang
jumlah penyuluh pertanian akan berkurang banyak merupakan produktivitas tertinggi urutan keenam,
karena pensiun. produktivitas tanaman kedelai sebesar 1,6 ton/ha
Pemerintah telah berupaya mengatasi yang yang merupakan produktivitas tertinggi urutan
kekurangan jumlah penyuluh pertanian dengan ke sebelas di Jawa Barat (BPS Kabupaten Garut,
merekrut penyuluh THL APBN/Tenaga Harian Lepas 2016). Produktivitas tanaman jagung, padi dan kedelai
Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP). mengalami peningkatan pada tahun 2015 dibandingkan
Penyuluh THL TBPP direkrut oleh pemerintah pada tahun 2014, namun demikian produktivitas tanaman
tahun 2007 hingga 2009 untuk membantu penyuluh padi dan kedelai masih rendah dibandingkan dengan
pertanian PNS melaksanakan kegiatan penyuluhan beberapa kabupaten lainnya.
pertanian. Penyuluh THL TBPP direkrut selama kurun Kondisi petani pada saat ini menunjukkan
waktu tertentu untuk melaksanakan tugas dan fungsinya adanya peningkatan wawasan, pengetahuan,
serta tidak menuntut untuk diangkat menjadi Pengawai keterampilan, kemampuan dan sikap kritis terhadap
Negeri Sipil (PNS). Sebenarnya tugas penyuluh THL pembangunan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan
TBPP hanya sebatas membantu penyuluh pertanian tuntutan petani terhadap pelayanan penyuluhan yang
PNS, namun karena jumlah penyuluh pertanian PNS bermutu sesuai kebutuhannya. Kondisi ini tentunya
yang sangat kurang, maka banyak penyuluh THL memerlukan adanya penyuluh pertanian yang memiliki
TBPP yang harus melaksanakan tugas penuh sebagai kompetensi di bidangnya yakni memiliki kemampuan
penyuluh pertanian (Paay, 2012). untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan
Penyuluh THL TBPP masih dihadapkan pada pengetahuan dan keterampilan.
beberapa keterbatasan diantaranya tingkat pendidikan Kompetensi mempunyai arti sebagai
yang masih rendah (sebagian besar SMK), jumlah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi, serta
pelatihan yang masih kurang, honor yang sangat mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
kecil dan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu fungsi
penyuluhan pertanian yang sangat terbatas. Dengan dan tugas atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan
segala keterbatasan tersebut, penyuluh THL TBPP pekerjaan yang ditetapkan (Kemennakertrans, 2010).
dituntut untuk melaksanakan tugas yang sama dengan Stone (Brodeur et al., 2011) mendefinisikan kompetensi
penyuluh pertanian PNS. Selain itu kurangnya jumlah sebagai penerapan pengetahuan, keterampilan teknis,
tenaga penyuluh pertanian menambah beban bagi dan karakteristik pribadi yang menghasilkan kinerja
penyuluh THL TBPP karena wilayah binaan cukup yang luar biasa yang harus digunakan sebagai landasan
luas dan jumlah kelompok tani binaan cukup banyak untuk meningkatkan kinerja profesional penyuluh.
(Sapar, 2011; Hernanda, 2015). Sumardjo (2010) menyebutkan bahwa kompetensi
Kabupaten Garut memiliki jumlah penyuluh yang dimiliki penyuluh setidaknya terdiri dari empat
THL TBPP sebanyak 119 orang yang merupakan hal.
terbanyak keempat di Jawa Barat setelah Kabupaten Pertama, kompetensi personal yaitu kesesuaian
Kuningan, Cirebon dan Tasikmalaya. Kabupaten sifat bawaan dan kepribadian penyuluh yang tercermin
Garut memiliki potensi yang cukup besar dalam dari kemampuan membawakan diri, kepemimpinan,
pengembangan pertanian, memiliki luas lahan pertanian kesantunan, motif berprestasi, kepedulian, disiplin,
171.831 ha dengan komoditas pertanian unggulan padi terpercaya, tanggung-jawab, dan ciri kepribadian
dan jagung (BP4K Kabupaten Garut, 2016). Pada penyuluh lainnya. Kedua, kompetensi sosial

195
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

menyangkut kemampuan-kemampuan berinteraksi/ program penyuluhan (Lewis, 1972). Motivasi


berhubungan sosial, melayani, bermitra, bekerjasama didefinisikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan
dan bersinergi, mengembangkan kesetiakawanan, tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi,
kohesif, dan mampu saling percaya mempercayai. yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk
Ketiga, kompetensi andragogik menyangkut memenuhi sesuatu kebutuhan individual (Robbins,
kemampuan metodik dan teknik pembelajaran/ 1996). Menurut Lindner (1998), motivasi didefinisikan
mengembangkan pengalaman belajar untuk sebagai proses psikologis yang menentukan kegunaan
mempengaruhi dan merubah pengetahuan/wawasan, dan arah perilaku, kecenderungan untuk bertindak
ketrampilan/tindakan dan sikap (minat) sasaran dalam mencapai kebutuhan tertentu yang belum
penyuluhan, membangkitkan kebutuhan belajar/ terpenuhi, suatu dorongan internal untuk memuaskan
berubah, menyadari tanggung jawab dan kebutuhan kebutuhan yang belum terpenuhi dan kemauan untuk
sasaran penyuluhan. Keempat, kompetensi komunikasi mencapainya.
inovatif menyangkut reaktualisasi diri, penguasaan Mc Clelland mengemukakan teorinya yaitu Mc
teknologi informasi, kemampuan berempati, Clelland Achievement Motivation Theory atau Teori
kemampuan komunikasi partisipatif/konvergensi, Motivasi Berprestasi Mc Clelland yang berpendapat
menggali dan mengembangkan pembaharuan, serta bahwa karyawan mempunyai cadangan energi
kewiraswastaan (entrepreneurship). potensial, bagaimana energi dilepaskan dan digunakan
Berkaitan dengan penyelenggaraan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi
penyuluhan pertanian, Sumardjo (Nuryanto, 2008) seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia
mengemukakan bahwa ada delapan kompetensi yang (Robbins, 1996). Hal-hal yang memotivasi seseorang
diperlukan oleh penyuluh untuk dapat mendukung adalah: (1) kebutuhan akan prestasi, (2) kebutuhan
pelaksanaan pekerjaannya yaitu: (1) kemampuan akan afiliasi, dan (3) kebutuhan akan kekuasaan.
berkomunikasi secara konvergen dan efektif, (2) Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak
kemampuan bersinergi kerjasama dalam tim, (3) yang memotivasi semangat bekerja seseorang sehingga
kemampuan akses informasi dan penguasaan akan mendorong seseorang untuk mengembangkan
inovasi, (4) sikap kritis terhadap kebutuhan atau kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan
keterampilan analisis masalah, (5) keinovatifan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi
atau penguasaan teknologi informasi dan disain kerja yang maksimal. Karyawan akan antusias untuk
komunikasi multi media, (6) berwawasan luas dan berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk itu
membangun jejaring kerja, (7) pemahaman potensi diberi kesempatan. Seseorang menyadari bahwa hanya
wilayah dan kebutuhan petani, dan (8) keterampilan dengan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat
berpikir logis (berpikir sistem). memperoleh pendapatan yang besar. Pendapatan yang
Kompetensi diduga dipengaruhi oleh beberapa besar akhirnya memiliki serta memenuhi kebutuhan-
faktor diantaranya karakteristik individu, motivasi kebutuhannya.
dan persepsi. Robbins (1996) mengungkapkan Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak
karakteristik individu akan menjadikan seseorang yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang
berperilaku positif yang berarti disiplin dan sebaliknya sehingga merangsang gairah bekerja karyawan karena
jika tidak sesuai cenderung berperilaku tidak disiplin. setiap orang menginginkan hal-hal: kebutuhan akan
Mardikanto (2009) menyatakan beberapa karakteristik perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia
diantaranya karakteristik pribadi, mencakup jenis tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan
kelamin, umur, suku/etnis, agama dan karakteristik akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa
status sosial ekonomi, meliputi tingkat pendidikan, dirinya penting (sense of importance), kebutuhan akan
tingkat pendapatan dan keterlibatan dalam kelompok/ perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement),
organisasi kemasyarakatan. dan kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of
Motivasi adalah tindakan atau aktivitas oleh patcipation). Seseorang karena kebutuhan berafiliasi
satu orang yang dirancang untuk merangsang atau akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta
membangkitkan suatu keadaan pada orang kedua atau memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan
kelompok orang yang berhubungan dengan suatu tujuan tugas-tugasnya. Kebutuhan akan kekuasaan merupakan
dan merupakan proses kunci dalam pengembangan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

196
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

karyawan sehingga akan merangsang dan memotivasi Metode Penelitian


gairah kerja karyawan serta mengarahkan semua
kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau Penelitian dilaksanakan dengan metode
kedudukan yang terbaik. Ego manusia ingin lebih sensus. Lokasi penelitian di Kabupaten Garut, Jawa
berkuasa dari manusia lainnya akan menimbulkan Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
persaingan. Persaingan ditumbuhkan secara sehat penyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut sebanyak
oleh manajer dalam memotivasi bawahannya, supaya 119 orang. Data lapang dikumpulkan mulai bulan
mereka termotivasi untuk bekerja giat. Kebutuhan akan Juli-Oktober 2016. Kuesioner yang disusun untuk
pekerjaan juga diduga menjadi motivasi bagi seorang memperoleh data primer terdiri atas 79 pertanyaan
penyuluh pertanian. Pilihan akan suatu pekerjaan dan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik
bertahan dalam pekerjaan tersebut karena keinginan individu (X1), motivasi kerja (X2), persepsi terhadap
mengabdikan diri ke masyarakat akan mendorong dukungan pemerintah (X3) dan kompetensi penyuluh
seseorang untuk bersemangat dalam pekerjaan yang THL TBPP (Y). Uji validitas dan reliabilitas instrumen
dipilihnya. Hal yang tidak kalah penting adalah jumlah penelitian dilakukan pada penyuluh THL TBPP di
pendapatan yang diperoleh sesuai dengan harapan Kabupaten Bogor. Hasil uji coba memperlihatkan
untuk memenuhi kebutuhan. Motivasi yang tinggi bahwa kuesioner layak digunakan dengan nilai uji
dari seorang penyuluh pertanian diharapkan dapat validitas sebesar 0,362-0,877 dan nilai uji reliabilitas
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan sebesar 0,638-0,858. Data mengenai kondisi penyuluh
tugasnya dengan baik. THL TBPP diperoleh dari Pusat Penyuluhan Pertanian
Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan
bahwa persepsi adalah proses menerima informasi dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Garut. Data
atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dianalisis menggunakan tabel frekuensi dan uji Regresi
dalam kesadaran psikologis. Seseorang tidak dituntut Linear Berganda dengan program SPSS 16. Sebelum
memahami psikologi persepsi manusia yang rumit, data diolah menggunakan model regresi, dilakukan
tetapi mereka diminta untuk menghargai timbulnya transformasi data menggunakan Method of Successive
tafsiran yang berbeda serta bagaimana perbedaan tersebut Interval (MSI).
mempengaruhi perilaku komunikasinya. Mardikanto
(2009) menyatakan bahwa seorang penyuluh harus Hasil dan Pembahasan
menghayati dan bangga terhadap profesinya serta
merasakan bahwa kehadirannya untuk melaksanakan Karateristik Individu
tugas penyuluhan sangat dibutuhkan masyarakat
penerima manfaatnya. Berkaitan dengan masyarakat Tabel 1 menunjukkan bahwa umur rata-rata
sasaran, penyuluh harus menyukai dan mencintai penyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut adalah 40,16
masyarakat sasarannya dalam arti selalu siap memberikan tahun masuk dalam kategori dewasa. Penyuluh THL
bantuan dan atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi TBPP yang berusia dewasa jika dibandingkan dengan
berlangsungnya perubahan-perubahan usahatani maupun penyuluh yang berusia muda biasanya memiliki fisik
perubahan kehidupan masyarakat penerima manfaatnya. yang mulai kurang bugar namun memiliki pengalaman
Persepsi yang baik seorang penyuluh pertanian terhadap yang cukup luas dan rasa tanggungjawab yang mulai
lingkungannya diharapkan juga berpengaruh baik dalam tinggi. Selain itu penyuluh THL TBPP yang berusia
meningkatkan kemampuannya. dewasa akan berpikir panjang untuk berganti profesi
Berkaitan dengan kompetensi, beberapa hasil karena persaingan dalam mendapatkan pekerjaan
penelitian menemukan bahwa tingkat kompetensi sangat ketat. Pegawai yang berusia lebih tua dianggap
penyuluh pertanian PNS masih berada pada kategori kurang menguasai teknologi, namun kemungkinan
rendah (Nuryanto, 2008;Anwas, 2011). Lalu bagaimana untuk beralih pekerjaan lain sangat kecil (Wuriani et
dengan kompetensi penyuluh THL TBPP? Hal ini al., 2014). Pemerintah telah menjanjikan bahwa bagi
menjadi alasan penting untuk diteliti. Berdasarkan penyuluh THL TBPP yang berusia 35 tahun ke bawah
hal yang diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dapat mengikuti seleksi penerimaan Calon Pegawai
ini adalah menganalisis tingkat kompetensi penyuluh Negeri Sipil (CPNS) sedangkan yang berusia di atas
THL TBPP dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 35 tahun dapat mengikuti seleksi penerimaan Pegawai

197
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

Tabel 1. Rataan Karakteristik Penyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut


Variabel Rataan Kategori Standar Deviasi

Umur (tahun) 40,16 dewasa 6,92


Pendidikan formal (tahun) 14,60 Diploma III 1,90
Pelatihan 3 tahun terakhir (kali) 3,00 rendah 2,32
Jumlah desa binaan (desa) 2,00 sedang 0,52
Jumlah kelompok tani binaan (kelompok) 10,00 sedang 3,73

Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sehingga mengikuti 3 kali pelatihan disebabkan jumlah pelatihan
diharapkan statusnya bisa lebih baik dibandingkan yang diselenggarakan masih sangat terbatas karena
sebagai pegawai kontrak. Potensi penyuluh THL TBPP keterbatasan anggaran dan lebih banyak diperuntukkan
dari sisi usia dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan bagi penyuluh PNS. Hal ini harus menjadi perhatian
sumberdaya manusia yang ada. Penyuluh THLTBPP bagi pemerintah mengingat penyuluh THL TBPP dan
yang berusia lebih tua dapat memberikan bimbingan penyuluh PNS memiliki tugas yang sama melaksanakan
dan masukan kepada yang lebih muda. kegiatan penyuluhan pertanian sehingga perlu jumlah
Pendidikan formal rata-rata telah ditempuh pelatihan yang sama. Pelatihan yang diikuti oleh
selama 14,60 tahun (setara DIII) diharapkan mampu penyuluh THL TBPP sebagian besar hanya memenuhi
menjadi bekal dalam melaksanakan tugasnya. undangan pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar
Sebagian penyuluh THL TBPP masih berpendidikan Pelatihan Pertanian Pemerintah Pusat. Pelatihan
SMA/SMK disebabkan pada saat penerimaan memiliki fungsi untuk meningkatkan keterampilan
tahun 2007-2009, tingkat pendidikan minimal dan pengetahuan penyuluh dalam waktu yang relatif
yang disyaratkan adalah SMK Pertanian, sehingga lebih singkat. Di dalam pelatihan diciptakan suatu
tingkat pendidikannya masih belum memadai untuk lingkungan di mana para penyuluh dapat memperoleh
melaksanakan tugas melakukan kegiatan penyuluhan atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian,
pertanian. Pemerintah perlu mendorong penyuluh pengetahuan, dan perilaku yang spesifik yang berkaitan
THL TBPP untuk melanjutkan pendidikan ke dengan pekerjaan. Pelatihan biasanya terfokus pada
jenjang yang lebih tinggi terutama bagi yang masih penyediaan keahlian-keahlian khusus atau membantu
berusia muda untuk meningkatkan kemampuan dan peserta mengoreksi kelemahan-kelemahan dalam
memperluas wawasanPendidikan sebagai landasan kinerja mereka. Kebutuhan pelatihan harus sangat
untuk membentuk, mempersiapkan, membina dan diperhatikan dan harus didukung dengan metode
mengembangkan kemampuan sumber daya manusia pelatihan, materi pelatihan, pelatih atau pengajar, dan
yang sangat menentukan dalam keberhasilan di masa fasilitas pelatihan yang baik agar memberikan hasil
yang akan datang (Ningrum et al., 2013). Pendidikan yang maksimal (Ningrum et al., 2013). Pelatihan
penyuluh akan sangat mempengaruhi kemampuan merupakan salah satu upaya fasilitasi meningkatkan
atau penguasaan materi yang diberikan, kemampuan kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) (Cyr,
mengembangkan ide, mengorganisasikan masyarakat 2008). Semakin banyak jumlah pelatihan yang diikuti
sasaran serta kemampuan untuk menumbuhkan, oleh penyuluh pertanian maka semakin banyak
menggerakkan dan memelihara partisipasi masyarakat pengetahuan serta keterampilan yang didapatkan oleh
(Mardikanto, 1993). Tingkat pendidikan yang penyuluh (Putri et al., 2016).
tinggi dapat meningkatkan kompetensinya. Jenjang Penyuluh THL TBPP rata-rata membina
pendidikan memberikan konsekuensi pada peningkatan 2 desa disebabkan terbatasnya jumlah penyuluh
peran dan status sehingga banyak penyuluh pertanian pertanian. Hal ini tentunya cukup memberatkan karena
yang melanjutkan pendidikan sarjana maupun S2 baik jarak antar desa kadang-kadang cukup jauh sehingga
dengan biaya sendiri maupun beasiswa dari pemerintah memerlukan banyak waktu dan biaya operasional
(Suhanda et al., 2008). untuk mengunjungi desa binaannya. Semakin banyak
Jumlah pelatihan dalam kurun waktu tiga desa binaan akan semakin terbatas seorang penyuluh
tahun terakhir tergolong rendah yakni rata-rata hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya

198
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

dalam rangka mempersiapkan kegiatan penyuluhan. Tingkat kebutuhan untuk berprestasi penyuluh
Idealnya satu penyuluh pertanian hanya membina THL TBPP sebagian besar berada pada kategori tinggi
satu desa binaan supaya tersedia waktu yang cukup dengan nilai rata-rata 21,04. Hal ini sesuai dengan
memadai untuk belajar dalam rangka meningkatkan hasil penelitian Hernanda (2015) yang menemukan
pengetahuan dan keterampilannya. Konsekuensi dari bahwa penyuluh THL TBPP menganggap prestasi
kondisi ini sebagaimana disampaikan Mardikanto merupakan hal yang penting untuk mendorong
(1993) bahwa kegiatan penyuluhan pertanian harus mereka mencapai target yang telah ditetapkan.
dilaksanakan dengan menggunakan sedikit penyuluh Penyuluh THL TBPP memiliki keinginan yang besar
yang andal. untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan
Penyuluh THL TBPP rata-rata membina 10 melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya supaya
kelompok tani. Hal ini tentu sangat memberatkan mendapatkan rekomendasi perpanjangan kontrak. Hal
dalam hal membagi waktu untuk mempersiapkan yang masih menjadi kendala adalah penyuluh THL
materi penyuluhan dan melakukan kunjungan lapang TBPP kurang memiliki keinginan besar untuk bersaing
ke masing-masing kelompok tani guna menyampaikan dan mengungguli sesama penyuluh THL TBPP karena
materi penyuluhan. Penyuluh THL TBPP dengan merasa sebagai teman seperjuangan. Kebutuhan akan
jumlah kelompok tani binaan yang cukup banyak, prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi
tidak akan memiliki waktu yang cukup memadai semangat bekerja seseorang sehingga akan mendorong
untuk menambah dan memperdalam pengetahuan seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan
dan keterampilannya dalam rangka menjaga kualitas mengarahkan semua kemampuan serta energi yang
kegiatan penyuluhannya sehingga dikhawatirkan dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang
tidak akan mengutamakan kualitas melainkan hanya maksimal (Robbins, 1996).
kuantitas penyuluhannya saja. Departemen Pertanian Tingkat kebutuhan untuk berafiliasi masuk
telah menyatakan bahwa idealnya satu penyuluh dalam kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata
pertanian hanya membina 6-8 kelompok tani 21,17. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hernanda
(Hernanda, 2015). (2015) yang menemukan bahwa indikator kebutuhan
untuk berafiliasi/berhubungan dengan orang lain
Motivasi Kerja memiliki nilai tertinggi dibandingkan indikator
motivasi lainnya. Penyuluh THL TBPP banyak
Secara umum, nilai motivasi dari penyuluh terlibat dalam beberapa organisasi diantaranya Forum
THL TBPP berada pada kriteria tinggi dengan nilai Komunikasi THL TBPP, Perhimpunan Penyuluh
rata-rata 47,14. Motivasi diukur berdasarkan tingkat Pertanian Indonesia (Perhiptani) dan Himpunan
kebutuhan untuk berprestasi, berafiliasi dan tingkat Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Mereka aktif
kebutuhan akan pekerjaan. Tingkat kebutuhan akan dalam pertemuan rutin kelompok tani dan selalu hadir
pekerjaan masuk dalam kategori rendah sedangkan dalam Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
tingkat kebutuhan untuk berprestasi masuk dalam Desa (Musrenbangdes). Mereka memiliki keinginan
kategori tinggi. Rataan indikator motivasi penyuluh yang besar untuk berpartisipasi membantu petani
THL TBPP di Kabupaten Garut dapat dilihat pada meningkatkan kesejahteraan, membangun jejaring
Tabel 2. kerjasama dalam hal permodalan dan pemasaran,

Tabel 2. Rataan Indikator Motivasi Penyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut


Indikator Rataan Kategori Standar Deviasi
Tingkat kebutuhan untuk berprestasi 21,04 tinggi 2,31
Tingkat kebutuhan untuk berafiliasi 21,17 sangat tinggi 2,20
Tingkat kebutuhan akan pekerjaan 4,93 rendah 1,04
Total 47,14 tinggi 4,15

199
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

mendapatkan respon positif dan dihargai petani dan penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok mereka
menjadi tempat berkonsultasi mencari solusi bagi secara maksimal seperti kunjungan ke wilayah
petani. Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak binaan yang jauh dan membuat materi penyuluhan
yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang sesuai dengan tuntutan lapangan. Hubeis (2009)
sehingga merangsang gairah bekerja karyawan karena menemukan bahwa gaji yang diterima penyuluh
setiap orang menginginkan hal-hal: kebutuhan akan tidak memungkinkan mereka memberdayakan diri
perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia dalam menyiapkan materi penyuluhan, sesuai dengan
tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan tuntutan lapangan. Pemerintah pusat perlu melakukan
akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa upaya untuk meningkatkan motivasi penyuluh THL
dirinya penting (sense of importance), kebutuhan akan TBPP dalam rangka mengabdikan ilmunya untuk
perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement), membantu petani antara lain dengan menambah
dan kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of jumlah honor yang disesuaikan dengan peraturan
participation). Seseorang karena kebutuhan berafiliasi menteri keuangan yakni tingkat pendidikan SMA
akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta senilai Rp2.100.000,00, DIII senilai Rp2.400.000,00
memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan dan S1/DIV senilai Rp2.600.000,00 (Kemenkeu 2014)
tugas-tugasnya (Robbins, 1996). sedangkan pemerintah daerah perlu mengalokasikan
Tingkat kebutuhan akan pekerjaan masuk anggaran untuk membayar honor penyuluh THL
dalam kategori rendah dengan nilai rata-rata 4,93. TBPP selama dua bulan yang disesuaikan dengan
Penyuluh THL TBPP memilih pekerjaan sebagai Upah Minimum Kabupaten/Kota.
penyuluh kontrak dan sejak tahun 2007 hingga tahun
2016 masih bertahan dalam pekerjaannya bukan Persepsi
semata-mata karena ingin mengabdikan ilmu bidang
pertanian yang dimilikinya untuk membantu petani Secara umum, nilai persepsi penyuluh THL
tetapi karena keterbatasan lapangan pekerjaan lain TBPP berada pada kriteria baik dengan nilai rata-
di Kabupaten Garut. Hal lain yang menyebabkan rata 84,18 (Tabel 3). Persepsi diukur berdasarkan
nilai indikator ini rendah adalah kecilnya honor yang pandangannya tentang pekerjaannya, masyarakat
diterima untuk menunjang pelaksanaan tugasnya. sasarannya, keberadaan penyuluh PNS dan dukungan
Pada tahun 2016 besarnya honor penyuluh THL TBPP yang diberikan pemerintah. Sebagian besar penyuluh
tingkat pendidikan SMK senilai Rp1.200.000,00, DIII THL TBPP memiliki persepsi yang sangat baik
senilai Rp1.500.000,00 dan S1 senilai Rp2.000.000,00. terhadap masyarakat sasarannya. Rataan indikator
Pemerintah pusat hanya memberikan honor selama 10 persepsi penyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut
bulan sedangkan honor selama dua bulan yang menjadi dapat dilihat pada Tabel 3.
tanggungjawab pemerintah daerah Kabupaten Garut Persepsi penyuluh THL TBPP tentang
tidak diberikan karena keterbatasan anggaran. Kondisi pekerjaannya masuk dalam kategori baik dengan
ini sama dengan hasil penelitian Firmansyah et al., nilai rata-rata 20,96. Mereka merasa bangga dan
(2015) yang menemukan bahwa gaji dan tunjangan senang memiliki pekerjaan sebagai penyuluh kontrak
operasional penyuluh kurang sesuai dengan kondisi serta tetap bersemangat meskipun tidak yakin bahwa
kerja yang mereka hadapi serta kurang menunjang pekerjaannya tersebut dapat menjamin masa depannya

Tabel 3. Rataan Indikator Persepsi Penyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut


Indikator Rataan Kategori Standar Deviasi
Persepsi tentang pekerjaannya 20,96 baik 2,23
Persepsi tentang masyarakat sasaran 13,18 sangat baik 1,33
Persepsi tentang keberadaan penyuluh PNS 28,31 baik 3,02
Persepsi tentang dukungan pemerintah 21,72 baik 2,09
Total 84,18 baik 6,18

200
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

karena statusnya hanya sebagai tenaga kontrak. Di Kepala/Koordinator Balai Penyuluhan dan Penyuluh
sisi lain, mereka menyadari bahwa pekerjaannya Pertanian PNS; (3) dalam melaksanakan tugasnya
sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. diwajibkan melapor kepada Kepala/Koordinator Balai
Mardikanto (2009) menyatakan bahwa seorang Penyuluhan; (4) dilarang melaksanakan kegiatan
penyuluh harus menghayati dan bangga terhadap di luar tugas dan fungsinya; (5) membuat laporan
profesinya serta merasakan bahwa kehadirannya untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan setiap bulan kepada
melaksanakan tugas penyuluhan sangat dibutuhkan Kepala/Koordinator Balai Penyuluhan (Kementan,
masyarakat penerima manfaatnya. 2011). Pemerintah melalui Kepala/ Koordinator Balai
Persepsi tentang masyarakat sasaran masuk Penyuluhan dapat melakukan beberapa kegiatan
dalam kategori sangat baik dengan nilai rata-rata untuk mengatasi kurangnya interaksi dan kepedulian
13,18. Penyuluh THL TBPP selalu berupaya menjalin penyuluh PNS terhadap penyuluh THL TBPP dengan
hubungan yang baik dengan masyarakat sasaran, mengadakan kegiatan bersama yang melibatkan
sehingga respon petani cukup baik. Mereka juga seluruh penyuluh di tingkat balai penyuluhan
merasa masih minim pengalaman dalam usaha tani kecamatan seperti senam pagi bersama dan kerja bakti
sehingga merasa terbuka terhadap masukan dan untuk memperkuat keakraban dan mengurangi jarak
saran serta akan berupaya memperbaiki kelemahan antara penyuluh PNS dan penyuluh THL TBPP.
dan kekurangan yang ada. Seorang penyuluh harus Persepsi terhadap dukungan pemerintah masuk
menyukai dan mencintai masyarakat sasarannya dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 21,72.
dalam arti selalu siap memberikan bantuan dan atau Dukungan pemerintah adalah segala dukungan dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan demi berlangsungnya fasilitas yang diberikan kepada penyuluh THL TBPP
perubahan-perubahan usahatani maupun perubahan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
kehidupan masyarakat penerima manfaatnya. Sikap Keinginan penyuluh THL TBPP untuk diangkat
seperti ini harus dimiliki oleh seorang penyuluh dalam menjadi penyuluh tetap sangat tinggi dan merasa
memandang tugasnya sebagai seorang pelaksana yakin bahwa pemerintah akan mengangkat mereka
kegiatan penyuluhan dalam memandang masyarakat sebagai penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau
sasarannya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
Mardikanto (2009) yang menyatakan bahwa penyuluh Pemerintah telah menjanjikan bahwa penyuluh THL
harus menyukai dan mencintai masyarakat sasarannya, TBPP yang berusia di bawah 35 tahun dapat mengikuti
selalu siap memberikan bantuan demi berlangsungnya seleksi penerimaan PNS sedangkan penyuluh THL
perubahan-perubahan usaha tani maupun perubahan TBPP yang berusia di atas 35 tahun dapat mengikuti
perubahan kehidupan masyarakat sasarannya. seleksi penerimaan P3K. Hal ini menimbulkan
Persepsi tentang keberadaan penyuluh PNS kecemburuan pada penyuluh THL TBPP yang berusia
masuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata di atas 35 tahun. Mereka menginginkan supaya hak
28,31. Penyuluh THL TBPP menganggap keberadaan untuk mengikuti seleksi penerimaan PNS disamakan
penyuluh PNS sangat penting sebagai tempat bertanya karena telah memulai tugas sebagai penyuluh THL
terkait permasalahan yang dihadapi namun interaksi TBPP secara bersama-sama. Berkaitan dengan fasilitas
dan kepedulian penyuluh PNS terhadap penyuluh THL kegiatan penyuluhan, hal yang masih kurang menurut
TBPP masih dirasakan kurang. Hal ini disebabkan mereka adalah fasilitas sarana kantor di BP3K yaitu
penyuluh PNS banyak yang sudah mendekati masa komputer dengan jaringan internet, anggaran untuk
pensiun sehingga sudah kurang aktif dalam beberapa kaji terap, materi penyuluhan berupa brosur dan
kegiatan. Selain itu perbedaan status penyuluh PNS leaflet. BP3K di Kabupaten Garut telah memiliki lahan
dan penyuluh THL TBPP menyebabkan adanya sedikit untuk demplot/percontohan, namun anggaran untuk
jarak diantara mereka. Berkaitan dengan hubungan pelaksanaan kegiatan kaji terap tidak tersedia sehingga
antara penyuluh THL TBPP dengan penyuluh PNS, lahan percontohan tidak dapat dimanfaatkan dengan
pemerintah telah menetapkan tata kerja penyuluh THL baik.
TBPP diantaranya: (1)menyusun rencana kerja tahunan
penyuluh THL TBPP yang disahkan oleh Kepala/ Kompetensi
Koordinator Balai Penyuluhan; (2) melaksanakan tugas
sesuai rencana kerja tahunan dengan bimbingan dari Secara umum, nilai kompetensi penyuluh THL

201
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

TBPP berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata wilayah kerja merupakan persyaratan mutlak bagi
32,49. Kompetensi diukur berdasarkan pengetahuan seorang penyuluh. Dengan memahami potensi wilayah
tentang potensi wilayah, kebutuhan petani, pengenalan kerja, dapat membantu penyuluh untuk memahami
informasi teknologi, pengetahuan tentang komunikasi keadaan masyarakat, lingkungan dan budaya
efektif dan penyusunan laporan kegiatan. Sebagian sasaran penyuluhan. Selain dari itu dapat membantu
besar penyuluh THL TBPP memiliki pengetahuan yang penyuluh untuk memahami permasalahan yang
rendah terhadap beberapa indikator kompetensi tersebut dihadapi petani, kendala-kendala dan faktor-faktor
disebabkan terbatasnya fasilitas yang disediakan oleh pendukung kegiatan penyuluhan. Sehubungan dengan
pemerintah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan rendahnya pemahaman penyuluh THL TBPP terhadap
penyuluhan pertanian diantaranya jumlah pelatihan potensi wilayah, maka perlu dilakukan upaya untuk
yang sangat kurang dan jumlah honor yang sangat meningkatkan pemahaman terhadap potensi wilayah
kecil. Rataan indikator kompetensi penyuluh THL melalui kegiatan pelatihan tentang inventarisasi potensi
TBPP di Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 4. wilayah.
Pengetahuan sebagian besar penyuluh THL Pengetahuan sebagian besar penyuluh THL
TBPP tentang potensi wilayah berada pada kategori TBPP terhadap kebutuhan petani masuk dalam
rendah dengan nilai rata-rata 7,03. Mereka tidak kategori rendah dengan nilai rata-rata 7,21. Mereka
mengetahui unsur-unsur data potensi wilayah dalam tidak mengetahui cara melakukan inventarisir
sebuah kegiatan penyuluhan, tidak mengetahui bahwa kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani.
data luas lahan pertanian, data kelompok tani termasuk Selain dari itu, mereka tidak mengetahui bahwa
data potensi wilayah yang diperoleh secara langsung rencana kerja penyuluh pertanian adalah hasil
(data primer), tidak mengetahui bahwa komoditas akhir dari kegiatan identifikasi potensi wilayah,
unggulan merupakan komoditas unggul yang agroekosistem dan kebutuhan teknologi petani. Hal
menguntungkan dan layak dikembangkan pada suatu ini bermakna bahwa penyuluh THL TBPP belum
daerah. Hal ini sama dengan kompetensi penyuluh mengetahui kebutuhan petani dan belum membantu
PNS (Anwas et al., 2010) yang ditemukan bahwa upaya memecahkan permasalahan-permasalahan
tingkat kompetensi penyuluh PNS dilihat dari dimensi yang dihadapi petani. Kondisi ini berbeda dengan
kemampuan pemahaman potensi wilayah cenderung kompetensi penyuluh pertanian PNS hasil penelitian
rendah. Namun kondisi tersebut berbeda dengan hasil Nuryanto (2008) yang menemukan bahwa kompetensi
penelitian Nuryanto (2008) yang menemukan bahwa penyuluh dalam memahami kebutuhan petani relatif
penyuluh cukup memahami potensi sumberdaya baik, kegiatan penyuluhan berpihak pada kebutuhan
alam dan komoditas-komoditas unggulan yang ada petani dan mampu memberikan kepuasan kepada
di wilayah kerjanya sebagaimana pendapat Sumardjo petani dengan cara memenuhi sebagian atau seluruh
(Nuryanto, 2008) yang menyatakan bahwa pemahaman kebutuhan dan harapan petani. Hal ini sesuai pendapat
potensi wilayah merupakan salah satu kompetensi Sumardjo (Nuryanto, 2008) yang menyatakan bahwa
yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian pemahaman kebutuhan petani merupakan salah
untuk mendukung pelaksanaan pekerjaannya. satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
Menurut Mardikanto (2009), pemahaman potensi penyuluh pertanian untuk mendukung pelaksanaan

Tabel 4. Rataan Indikator Kompetensi Penyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut


Indikator Rataan Kategori Standar Deviasi
Pengetahuan potensi wilayah 7,03 rendah 1,00
Pengetahuan kebutuhan petani 7,21 rendah 1,19
Pengenalan teknologi informasi 3,30 tinggi 0,50
Pengetahuan komunikasi efektif 11,24 tinggi 1,60
Pengetahuan menyusun laporan 3,71 sangat rendah 0,80
Total 32,49 rendah 3,40

202
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

pekerjaannya. Ibrahim (2001) mengemukakan memutuskan waktu dan tempat menjual hasilnya.
beberapa kebutuhan petani yaitu: (1) kebutuhan untuk Dengan berkembangnya teknologi informasi, penyuluh
meningkatkan produktivitas, (2) kebutuhan keamanan dapat memberikan petunjuk kepada petani secara cepat
usaha, (3) kebutuhan kesinambungan usaha, (4) dan tepat untuk mengembangkan usahanya. Kondisi
kebutuhan identitas petani. Slamet (Nuryanto, 2008) ini berbeda dengan hasil penelitian Nuryanto (2008)
menekankan bahwa kebutuhan atau kepentingan terhadap kompetensi penyuluh pertanian PNS yang
petani harus selalu menjadi titik pusat perhatian menemukan tingkat pengetahuan penyuluh dalam
penyuluhan pertanian. Kebutuhan petani sederhana mengakses informasi tergolong rendah, pengetahuan
yaitu mendapatkan imbalan yang wajar dan adil penyuluh tentang sumber-sumber informasi dan cara-
dari jerih payah dan pengorbanan lainnya dalam cara mengakses media internet untuk pengembangan
berusahatani, dan mendapatkan kesempatan kegiatan penyuluhan masih tergolong rendah.
untuk memberdayakan dirinya sehingga mampu Penyuluh THL TBPP yang direkrut pada tahun 2007
mensejajarkan dirinya dengan unsur masyarakat hingga 2009 rata-rata berusia lebih muda dibandingkan
lainnya. Dengan demikian pemahaman penyuluh penyuluh PNS, sehingga mereka lebih banyak
THL TBPP terhadap kebutuhan petani masih harus mengenal informasi dan teknologi. Namun sayangnya
ditingkatkan melalui pelatihan tentang inventarisasi hal ini kurang didukung dengan fasilitas yang memadai
kebutuhan petani dan upaya pemecahan masalah untuk menunjang kegiatan penyuluhan pertanian.
yang dihadapi oleh petani. Pemerintah pusat sebetulnya telah memberikan
Pengenalan penyuluh THL TBPP terhadap fasilitas seperangkat komputer dan modem pada setiap
teknologi informasi masuk dalam kategori tinggi BP3K untuk membantu penyelenggaraan kegiatan
dengan nilai rata-rata 3,30. Mereka cukup memahami penyuluhan, namun tidak adanya anggaran untuk biaya
bahwa materi penyuluhan dapat diunduh menggunakan operasional menyebabkan fasilitas tersebut tidak dapat
komputer melalui jaringan internet namun kurang dimanfaatkan secara maksimal.
memahami tentang cyber extention yang telah Pengetahuan penyuluh THL TBPP terhadap
disediakan oleh pemerintah sebagai sumber informasi komunikasi yang efektif masuk dalam kategori tinggi
pertanian. Hal ini terjadi karena penyuluh THL TBPP dengan nilai rata-rata 11,24. Mereka cukup memahami
masih jarang memanfaatkan informasi teknologi bahwa materi penyuluhan adalah pesan yang ingin
dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Hanya sebagian disampaikan oleh penyuluh pertanian kepada petani,
kecil penyuluh THL TBPP yang memanfaatkan yang harus disampaikan dengan bahasa yang mudah
telepon seluler untuk mengakses informasi dalam dipahami agar petani mau dan mampu menerapkan
mempersiapkan materi penyuluhan sedangkan inovasi baru. Namun demikian, mereka belum
sebagian yang lain bertanya kepada sesama penyuluh memahami bahwa materi penyuluhan tidak harus
THL TBPP. Pemerintah perlu mendorong penyuluh berupa informasi terbaru dan umumnya disajikan
THL TBPP untuk mempelajari dan memanfaatkan kepada petani dalam bentuk poster dan leaflet. Hal
teknologi informasi sebagaimana yang dikemukakan ini hampir sama dengan hasil penelitian terhadap
Sumardjo (Nuryanto, 2008) bahwa penyuluh harus kompetensi penyuluh pertanian PNS (Nuryanto,
memiliki kemampuan akses informasi dan keinovatifan 2008; Anwas, 2011) yang menemukan bahwa
atau penguasaan teknologi informasi karena petani penyuluh memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
sangat membutuhkan informasi dan teknologi untuk secara efektif sehingga sesuai dengan pendapat
pengambilan keputusan. Menurut van de Ban dan Sumardjo (Nuryanto, 2008) yang menyatakan bahwa
Hawkins (1999), informasi yang dibutuhkan oleh penyuluh harus memiliki kemampuan berkomunikasi
petani meliputi laporan hasil penelitian, data pasar, data secara konvergen dan efektif berkaitan dengan
tentang pertumbuhan dan proses pengelolaan lahan penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Mardikanto
pertaniannya dan yang serupa sebagai pembanding. (2009) menekankan bahwa agar komunikasi dapat
Informasi ini digunakan untuk memilih teknologi berjalan secara efektif, perlu diperhatikan beberapa
produksi yang paling menguntungkan, menciptakan hal. Pertama, bagi penyuluh, perlu: (a) meningkatkan
kondisi pertumbuhan yang optimal untuk tanaman keterampilannya berkomunikasi, (b) menyampaikan
dan ternaknya, menentukan anggaran pengeluaran pesan dengan cara/bahasa yang mudah dipahami,
dan melihat usaha yang paling menguntungkan serta (c) bersikap baik, (d) memahami, mengikuti atau

203
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

setidak-tidaknya tidak menyinggung nilai-nilai pemahaman tentang penyusunan laporan kegiatan


sosial budaya sasaran. Kedua, pesan, (a) mengacu yang baik tidak diperhatikan. Selama ini kegiatan
kepada kebutuhan masyarakat dan disampaikan pada pelaporan belum menjadi prioritas dalam pelaksanaan
saat sedang dan atau segera akan dibutuhkan, (b) penyuluhan pertanian dan hanya dilakukan sesekali
disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami, (c) saja (Hernanda et al., 2015). Pengetahuan penyuluh
tidak memerlukan pengorbanan yang memberatkan, THL TBPP tentang penyusunan laporan kegiatan
(d) memberikan harapan peluang keberhasilan yang masih dapat ditingkatkan melalui kegiatan pelatihan
tinggi, dengan tingkat manfaat yang merangsang, (e) non teknis.
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi (pengetahuan,
keterampilan, sumberdaya yang dimiliki/dapat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
diusahakan) masyarakatnya. Ketiga, unsur media/
saluran komunikasi yang digunakan harus bebas dari Kompetensi diduga dipengaruhi oleh
gangguan, baik gangguan teknis maupun gangguan karakteristik (umur, pendidikan formal, pelatihan,
sosial budaya dan psikologi. Pilihan media yang jumlah desa, jumlah kelompok tani), motivasi dan
digunakan perlu disesuaikan dengan selera masyarakat persepsi. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan
setempat dengan mempertimbangkan kemampuan bahwa terdapat hubungan sangat nyata dan positif
sumberdaya (dana, keterampilan dan peralatan yang antara pendidikan formal, jumlah desa binaan, jumlah
tersedia). kelompok tani binaan, motivasi dan persepsi dengan
Pengetahuan penyuluh THL TBPP dalam hal kompetensi penyuluh THL TBPP seperti dapat dilihat
penyusunan laporan kegiatan penyuluhan masuk dalam pada Tabel 5.
kategori sangat rendah dengan nilai rata-rata 3,71. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa faktor
Laporan kegiatan penyuluhan adalah penyampaian pendidikan formal, jumlah desa, jumlah kelompok tani,
secara tertulis fakta-fakta yang terjadi dalam kegiatan motivasi dan persepsi memiliki hubungan yang cukup
penyuluhan pertanian yang telah dilaksanakan. kuat dengan nilai korelasi (r) masing-masing 0,793,
Penyuluh THL TBPP tidak mengetahui bahwa 0,769, 0,735, 0,951 dan 0,894. Hal ini bermakna bahwa
laporan kegiatan penyuluhan harus disusun secara semakin baik atau semakin tinggi dukungan kelima
mandiri dengan menuliskan kegiatan-kegiatan yang faktor ini maka tingkat kompetensi akan menjadi
dilaksanakan pada aktivitas penyuluhan pertanian. semakin baik. Faktor umur dan jumlah pelatihan
Mereka juga tidak mengetahui bahwa laporan memiliki hubungan tidak nyata dengan kompetensi.
pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian adalah Hal ini berarti faktor umur dan jumlah pelatihan yang
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Hal diikuti belum belum memberikan dukungan dalam
ini disebabkan laporan kegiatan penyuluhan pertanian meningkatkan kompetensi penyuluh THL TBPP.
selama ini masih sebatas formalitas untuk persyaratan Kompetensi yang diteliti pada penelitian ini
pencairan honor dan biaya operasional sehingga terdiri dari lima variabel yakni pengetahuan terhadap

Tabel 5. Nilai Koefisien Korelasi (r) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kompetensi Penyuluh THL TBPP
di Kabupaten Garut
No Variabel Bebas Koefisien Korelasi (r) Nilai Probabilitas Sig. (2-tailed)
1 X1.1 Umur -0,178 0,064
2 X1.2 Pendidikan formal 0,793** 0,000
3 X1.3 Pelatihan -0,028 0,774
4 X1.4 Jumlah Desa 0,769** 0,000
5 X1.5 Jumlah Kelompok tani 0,735** 0,000
6 X2 Motivasi 0,951** 0,000
7 X3 Persepsi 0,894** 0,000
Keterangan : ** sangat nyata pada α = 0,01

204
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

Tabel 6. Nilai koefisien Regresi (r) Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kompetensi Penyuluh THL TBPP
di Kabupaten Garut
Kompetensi

Potensi Informasi Penyusunan


Variabel Bebas Kebutuhan Komunikasi Total
No wilayah teknologi laporan
(X) petani (Y1.2) efektif (Y1.4) (Y1)
(Y1.1) (Y1.3) (Y1.5)

β β β β β β
1 Umur (X1.1) 0,019 0,030 -0,005 -0,051 -0,026 -0,033
2 Pendidikan (X1.2) -0,064 0,303 0,033 0,426 -0,272 0,426
3 Pelatihan (X1.3) 0,063 0,039 0,008 -0,149* -0,020 -0,059
4 Jumlah desa (X1.4) 0,480 -0,920 0,225 -1.653* 0,184 -1,685*
5 Jumlah kelompok 0,080 0,084 0,030 -0,008 0,068 0,254**
tani (X1.5)
6 Motivasi (X2) 0,062 0,181* 0,013 0,390** 0,149 0,795**
7 Persepsi (X3) 0,051 0,004 0,002 -0,025 0,002 0,033
Konstanta 0,064 -4,393 3,241 -0,989 1,710 -0,377
R² 0,459 0,462 0,165 0,627 0,346 0,930
Keterangan : ** sangat nyata pada α = 0,01
* nyata pada α = 0,05

potensi wilayah, kebutuhan petani, pengenalan disampaikan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan
teknologi informasi, pengetahuan komunikasi efektif
THL TBPP terhadap kebutuhan petani dapat dilakukan
dan pengetahuan terhadap penyusunan laporan dengan meningkatkan motivasi untuk berafiliasi
kegiatan. Hasil analisis regresi linier berganda untuk
atau berhubungan dengan orang lain yang dalam hal
menganalisis pengaruh karakteristik individu, motivasi
ini adalah untuk membantu petani meningkatkan
kesejahteraannya. Nilai R2 sebesar 0,462 yang
kerja dan persepsi terhadap masing-masing variabel
kompetensi dapat dilihat pada Tabel 6. berarti bahwa besarnya pengaruh motivasi terhadap
Berdasarkan Tabel 6 ditemukan bahwa pengetahuan kebutuhan petani sebesar 46,20%
pengetahuan THL TBPP terhadap kebutuhan petani sedangkan sisanya sebesar 53,80% dipengaruhi oleh
dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi berpengaruhfaktor lain yang tidak diteliti.
nyata terhadap pengetahuan kebutuhan petani dengan Pengetahuan tentang komunikasi efektif
nilai koefisien regresi 0,181. Hal ini bermaknapenyuluh THL TBPP di Kabupaten Garut dipengaruhi
bahwa semakin besar motivasi seorang THL oleh jumlah pelatihan, jumlah desa binaan dan
TBPP untuk berafiliasi dalam rangka membantu motivasi. Jumlah pelatihan berpengaruh nyata terhadap
petani meningkatkan kesejahteraannya maka akan pengetahuan komunikasi efektif dengan nilai koefisien
mendorongnya untuk meningkatkan pengetahuan regresi -0,149. Nilai koefisien regresi negatif karena
sehingga pengetahuannya tentang kebutuhan petani
jumlah pelatihan yang diikuti oleh penyuluh THL
akan semakin meningkat. Persamaan regresi untukTBPP dalam tiga tahun terakhir rata-rata hanya tiga
variabel kompetensi pengetahuan THL TBPP terhadap
kali (Tabel 12) masuk dalam kategori rendah. Selain
kebutuhan petani dapat dituliskan sebagai berikut:
dari itu, pelatihan yang diikuti sebagian besar hanya
Y1.2 = - 4,393 + 0,181X2 berdasarkan undangan dari Balai Besar Pelatihan
Pertanian Pusat yang menyelenggarakan pelatihan
Keterangan : Y1.2 = Pemahaman kebutuhan petani teknis bagi THL TBPP dari berbagai daerah sehingga
X2 = Motivasi belum didasarkan pada kebutuhan di lapangan.
Pengetahuan komunikasi efektif merupakan variabel
Berdasarkan persamaan tersebut dapat kompetensi yang bersifat non teknis dalam kegiatan

205
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

bidang pertanian sehingga untuk meningkatkannya diduga mempengaruhi kompetensi penyuluh THL
diperlukan pelatihan non teknis bagi penyuluh THL TBPP yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan
TBPP. Jumlah desa binaan berpengaruh nyata terhadap formal, jumlah pelatihan, jumlah desa binaan dan
pengetahuan komunikasi efektif dengan nilai koefisien jumlah kelompok tani binaan), motivasi kerja dan
regresi -1,653. Semakin banyak jumlah desa binaan persepsi. Berdasarkan Tabel 6 dilihat bahwa faktor
maka semakin banyak waktu tersita di perjalanan jumlah kelompok tani dan motivasi berpengaruh
sehingga THL TBPP tidak memiliki waktu yang sangat nyata terhadap kompetensi. Hal ini bermakna
cukup memadai untuk meningkatkan pengetahuannya bahwa kedua faktor ini merupakan faktor penting
tentang materi penyuluhan yang mudah dipahami yang berperan terhadap peningkatan kompetensi, atau
petani. Selain itu waktu untuk berkomunikasi dengan kata lain tinggi rendahnya tingkat kompetensi
menyampaikan materi penyuluhan kepada kelompok penyuluh THL TBPP dipengaruhi seberapa besar
tani juga menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan pengaruh faktor-faktor tersebut. Faktor jumlah desa
pemahaman THL TBPP tentang komunikasi efektif berpengaruh nyata terhadap kompetensi namun
menjadi rendah. Motivasi berpengaruh sangat nyata dengan nilai koefisien negatif, artinya jumlah desa
terhadap pengetahuan komunikasi efektif dengan berbanding terbalik dengan tingkat kompetensi. Faktor
nilai keofisien regresi 0,390. Hal ini bermakna bahwa umur, pendidikan, pelatihan dan persepsi ternyata
semakin besar motivasi maka pengetahuan tentang tidak berpengaruh nyata terhadap kompetensi. Hal
komunikasi yang efektif akan semakin meningkat. ini berarti keempat faktor tersebut kurang berperan
Motivasi THL TBPP untuk berprestasi, berafiliasi dan dalam peningkatan kompetensi penyuluh THL TBPP.
motivasi atas pekerjaannya memberikan dorongan Umur dan persepsi penyuluh THL TBPP cenderung
yang besar untuk meningkatkan pengetahuan tentang homogen dengan persentase jumlah yang hampir
komunikasi efektif sehingga THL TBPP berupaya agar sama, tingkat pendidikan formal rata-rata masih
pesan/materi penyuluhan yang disampaikan kepada rendah (DIII) dengan latar belakang penyuluhan sangat
petani mudah dipahami. Persamaan regresi untuk sedikit. Jumlah pelatihan yang diikuti sangat terbatas
variabel kompetensi pengetahuan penyuluh THL karena keterbatasan anggaran sehingga kompetensinya
TBPP terhadap komunikasi efektif dapat dituliskan masih rendah. Rata-rata penyuluh THL TBPP hanya
sebagai berikut: mengikuti pelatihan sebanyak tiga kali dalam tiga
tahun terakhir yakni pelatihan budidaya tanaman cabai,
Y1.4 = -0,989 – 0,149X1.3 – 1,653X1.4 + 0,390X2 pelatihan penanganan limbah ternak dan pelatihan
agribisnis tanaman jagung.
Keterangan : Y1.4 = Pemahaman komunikasi efektif Faktor motivasi berpengaruh sangat nyata
X1.3 = Jumlah pelatihan terhadap kompetensi penyuluh THL TBPP dengan
X1.4 = Jumlah desa binaan nilai koefisien regresi 0,795. Hal ini bermakna bahwa
X2 = Motivasi motivasi sangat berperan dalam meningkatkan tingkat
kompetensi. Semakin besar motivasi maka akan
Berdasarkan persamaan tersebut dapat semakin tinggi tingkat kompetensinya. Hal ini sesuai
disampaikan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dengan hasil penelitian Nuryanto (2008) dan Ma’ruf et
THL TBPP terhadap komunikasi efektif dapat al., (2010) yang menemukan bahwa pengaruh motivasi
dilakukan dengan menambah jumlah pelatihan (teknis terhadap peningkatan kompetensi sangat signifikan.
dan non teknis), mengurangi jumlah desa binaan Apabila motivasi ditingkatkan maka kompetensinya
dengan menambah jumlah penyuluh pertanian dan akan meningkat. Tingginya tingkat motivasi akan
meningkatkan motivasi untuk berprestasi, berafiliasi mengakibatkan tingginya tingkat kompetensi penyuluh
dan meningkatkan jumlah honor. Nilai R2 sebesar THL TBPP. Hasil analisis menunjukkan bahwa rataan
0,627 yang berarti bahwa besarnya pengaruh jumlah nilai motivasi berada pada kategori tinggi dengan nilai
pelatihan, jumlah desa binaan dan motivasi terhadap 47,14. Tingginya dukungan motivasi ditunjukkan
pengetahuan komunikasi efektif sebesar 62,70% dengan tingginya kebutuhan untuk berprestasi dan
sedangkan sisanya sebesar 37,30% dipengaruhi oleh sangat tingginya kebutuhan untuk berafiliasi. Namun
faktor lain yang tidak diteliti demikian dukungan motivasi masih dapat ditingkatkan
Secara keseluruhan, faktor-faktor yang karena dukungan motivasi dari indikator kebutuhan

206
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

akan pekerjaan masih tergolong rendah (Tabel 2). penelitian Sapar et al., (2011) yang menemukan bahwa
Faktor jumlah kelompok tani berpengaruh jumlah desa/luas wilayah binaan tidak berpengaruh
sangat nyata terhadap kompetensi penyuluh THL nyata terhadap kompetensi penyuluh. Hasil analisis
TBPP dengan nilai koefisien regresi 0,254. Jumlah menunjukkan bahwa rataan jumlah desa binaan 2
kelompok tani binaan berperan meningkatkan yang masuk kategori sedang. Banyaknya jumlah
kompetensi penyuluh THL TBPP. Hal ini berbeda desa binaan menjadi kendala bagi penyuluh THL
dengan hasil penelitian Sapar et al., (2011) yang TBPP menyebabkan banyaknya waktu tersita di
menemukan bahwa jumlah kelompok tani binaan tidak perjalanan sehingga waktu bagi penyuluh THL TBPP
berpengaruh nyata terhadap kompetensi penyuluh. untuk menambah pengetahuan dan ketrampilannya
Rata-rata jumlah kelompok tani yang dibina penyuluh guna mempersiapkan materi penyuluhan menjadi
THL TBPP sebanyak 10 kelompok yang masuk sangat terbatas. Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dalam kategori sedang. Banyaknya jumlah kelompok telah berupaya untuk mengatasi permasalahan ini
tani binaan akan menyebabkan penyuluh THL TBPP dengan cara memberikan bantuan uang muka senilai
lebih banyak belajar dan mencari informasi tentang Rp4.000.000,00 untuk pembelian kendaraan bermotor
materi penyuluhan yang akan disampaikan dan supaya seluruh penyuluh THL TBPP memiliki
upaya pemecahan masalah yang dihadapi kelompok sepeda motor untuk menunjang aktivitasnya. Namun
tani sehingga akan menambah pengetahuan dan sepertinya upaya tersebut belum cukup berhasil
keterampilannya. Semakin banyak kelompok tani sehingga perlu dilakukan upaya mengurangi jumlah
binaan maka tingkat kompetensinya akan semakin desa binaan setiap penyuluh THL TBPP dengan
meningkat. Namun demikian, Departemen Pertanian cara menambah jumlah penyuluh pertanian. Dengan
telah menyatakan bahwa idealnya seorang penyuluh demikian beban jumlah desa binaan akan berkurang
hanya membina 6-8 kelompok tani (Hernanda, 2015). karena terbagi kepada penyuluh pertanian yang baru
Kegiatan penyuluhan hanya akan berjalan dengan sehingga penyuluh THL TBPP akan memiliki waktu
efektif jika seorang penyuluh pertanian memiliki yang memadai untuk menambah pengetahuan dan
jumlah kelompok tani binaan tidak lebih dari delapan ketrampilannya supaya kompetensinya meningkat.
kelompok tani (Sapar, 2011). Penyuluh pertanian yang Berdasarkan nilai koefisien regresi pada Tabel 5, dapat
memiliki jumlah kelompok tani binaan terlalu banyak dituliskan model regresi sebagai berikut:
tidak akan memiliki waktu yang cukup memadai
untuk menambah dan memperdalam pengetahuan Y = - 0,377 – 1,685X1.4 + 0,254X1.5 + 0,795X2
dan keterampilannya dalam rangka menjaga kualitas
kegiatan penyuluhannya sehingga kurangnya waktu Keterangan : Y1 = Kompetensi
dan tingginya beban kerja akan menjadi hambatan X1.4 = Jumlah desa
bagi seorang penyuluh pertanian untuk meningkatkan X1.5 = Jumlah kelompok tani
kompetensinya (Lakai et al., 2012). Kondisi ini dapat X2 = Motivasi
diatasi dengan penambahan jumlah penyuluh pertanian
untuk mengurangi beban jumlah kelompok tani binaan Berdasarkan persamaan tersebut dapat
yang terlalu banyak. Dengan penambahan jumlah disampaikan bahwa untuk meningkatkan kompetensi
penyuluh pertanian maka beban jumlah kelompok penyuluh THL TBPP dapat dilakukan dengan
tani akan terbagi kepada penyuluh pertanian yang cara menambah jumlah penyuluh pertanian untuk
baru sehingga beban setiap penyuluh THL TBPP akan mengurangi jumlah desa binaan dan jumlah kelompok
semakin berkurang. Dengan demikian akan tersedia tani binaan, meningkatkan motivasi dengan menambah
waktu yang cukup memadai bagi penyuluh THL TBPP jumlah honor. Nilai R2 sebesar 0,930 artinya pengaruh
untuk menambah dan memperdalam pengetahuan dan faktor-faktor tersebut di atas terhadap kompetensi
keterampilan untuk meningkatkan kompetensinya. sebesar 93%, sedangkan sisanya sebesar 7%
Faktor jumlah desa berpengaruh nyata terhadap dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
kompetensi penyuluh THL TBPP namun dengan nilai
koefisien regresi negatif yakni -1,685. Hal ini bermakna Kesimpulan
semakin banyak jumlah desa maka tingkat kompetensi
akan semakin rendah. Kondisi ini berbeda dengan hasil Tingkat kompetensi penyuluh THL TBPP

207
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

di Kabupaten Garut rata-rata berada pada kategori new county extension personnel training program:
rendah, yang berarti belum memiliki kompetensi yang A Novel Approach. Journal of Extension. 49(3):1-
diperlukan sebagai penyuluh pertanian. Rendahnya 16.
tingkat kompetensi disebabkan tugasnya yang Cyr LF. 2008. Facilitation Competence: A Catalyst for
cukup banyak namun fasilitas yang disediakan oleh Effective Extension Work. Journal of Extension.
pemerintah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan 46(4):18-23.
penyuluhan pertanian sangat terbatas diantaranya Firmansyah, Amanah S, Sadono D. 2015. Motivasi,
kurangnya jumlah pelatihan dan kecilnya honor yang kepuasan kerja dan kinerja penyuluh kehutanan di
diterima. Hal ini terlihat pada rendahnya tiga variabel Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan,
kompetensi yakni pemahaman potensi wilayah, 11(1): 11-22.
pemahaman kebutuhan petani, dan pemahaman Hernanda TAP. 2015. Kinerja penyuluh pertanian di
penyusunan laporan meskipun dua variabel berada pada Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan
kategori tinggi yakni pemahaman tentang informasi Provinsi Sumatera Selatan. [tesis]. Bogor (ID):
teknologi dan pemahaman tentang komunikasi yang Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
efektif. Pemahaman terhadap kebutuhan petani Hernanda TAP, Fatchiya A, Sarma M. 2015. Tingkat
dipengaruhi oleh motivasi sedangkan pemahaman kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Ogan
tentang komunikasi yang efektif dipengaruhi oleh Komering Ulu (OKU) Selatan. Jurnal Penyuluhan.
jumlah pelatihan, jumlah desa binaan dan motivasi 11(1):79-90.
kerja. Hubeis AVS. 2009. Motivasi, kepuasan kerja dan
Secara keseluruhan, kompetensi penyuluh produktivitas penyuluh pertanian lapangan: Kasus
THL TBPP dipengaruhi oleh faktor jumlah kelompok Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penyuluhan. 3 (
tani binaan, jumlah desa binaan dan motivasi kerja. 2):90-99.
Untuk meningkatkan kompetensi penyuluh THL Ibrahim JT. 2001. Kajian reorientasi penyuluhan
TBPP di Kabupaten Garut dapat dilakukan dengan pertanian ke arah pemenuhan kebutuhan petani
cara menambah jumlah penyuluh pertanian untuk di Propinsi Jawa Timur. [disertasi]. Bogor (ID):
mengurangi jumlah desa binaan dan jumlah kelompok Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
tani binaan, menambah jumlah pelatihan dan [Kemenkeu] Kementerian Keuangan. 2014. Peraturan
menyesuaikan materi pelatihan dengan kebutuhan Menteri Keuangan No.53 Tahun 2014 Tentang
serta menambah jumlah honor untuk meningkatkan Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015.
motivasi kerja. Jakarta (ID): Kemenkeu.
[Kemennakertrans] Kementerian Tenaga Kerja dan
Daftar Pustaka Transmigrasi. 2013. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No 43 Tahun 2013 tentang
Anwas OM, Sumardjo, Asngari PS, Tjitropranoto P. Penetapan Rancangan Standar Kompetensi
2010. Model pengembangan kompetensi penyuluh Kerja Nasional Indonesia Kategori Pertanian
berbasis pemanfaatan media. Jurnal Penyuluhan. Golongan Pokok Jasa Pelayanan Teknis Golongan
6(1):1-10. Penyuluhan Sub Golongan Penyuluhan Pertanian
Anwas OM. 2011. Kompetensi penyuluh pertanian Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional
dalam memberdayakan petani. Jurnal Matematika, Indonesia. Jakarta (ID): Kemennakertrans.
Saint dan Teknologi. 12(1):46-55. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2011. Peraturan
BP4K Kabupaten Garut. 2016. Programa Penyuluhan Menteri Pertanian No.03 Tahun 2011 Tentang
BP4K Kabupaten Garut Tahun 2016. Pedoman Pembinaan Tenaga Harian Lepas
BPS Jawa Barat. 2015. Jawa Barat dalam Angka 2015. Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian. Jakarta (ID):
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Kementan.
BPS Kabupaten Garut. 2016. Kabupaten Garut dalam [Kementan] Kementerian Pertanian. 2015. Peraturan
Angka 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Menteri Pertanian No. 14 Tahun 2015 Tentang
Garut. Pedoman Pengawalan dan Pendampingan Terpadu
Brodeur CW, Higgins C, Gonzalez SG, Craig DD, Penyuluh, Mahasiswa, dan Bintara Pembina
Haile T. 2011. Designing a competency-based Desa dalam Rangka Upaya Khusus Peningkatan

208
Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2

Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Jakarta (ID): Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kementan. Sapar, Jahi A, Asngari PS, Saleh A, Purnaba IGP.
Lakai D, Jayaratne KSU, Moore GE, Kistler MJ. 2011. Faktor - faktor yang berpengaruh pada
2012. Barriers and effective educational strategies kinerja penyuluh pertanian dan dampaknya pada
to develop extension agents’ professional kompetensi petani kakao di empat wilayah
competencies. Journal of Extension. 50(40):1-7 Sulawesi Selatan. Jurnal Forum Pascasarjana.
Lewis RB. 1972. Motivation model for extention. 34(4):297-305.
Journal of Extension. 10(4):23-34 Suhanda NS, Jahi A, Sugihen BG, Susanto D. 2008.
Lindner JR. 1998. Understanding employe motivation. Kinerja penyuluh pertanian di Jawa Barat. Jurnal
Journal of Extension. 36(3): 26-30 Penyuluhan. 4(2):100-108.
Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Sumardjo. 2010. Penyuluhan menuju pengembangan
Pertanian. Sebelas Maret University. Press. kapital manusia dan kapital sosial dalam
Surakarta mewujudkan kesejahteraan rakyat. Orasi Ilmiah
Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Guru Besar dalam Rangka Dies Natalis IPB ke-
Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. 47. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Ma’ruf NA, Siswanto. 2010. Pengaruh motivasi Van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan
terhadap peningkatan kompetensi bidan desa di Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kabupaten Malang. Jurnal Sistem Kesehatan. Wuriani, Zakso A, Suib M. 2014. Kontribusi
13(1):77-82. karakteristik individu dan komitmen profesional
Ningrum W, Sunuharyo BW, Hakam MS. 2013. terhadap kepuasan kerja dosen prodi keperawatan.
Pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 3(8):1-15.
kinerja karyawan (studi pada karyawan joint
operating body pertamina-PetroChina Jawa
Timur). Malang (ID): Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB). 6(2): 1-8.
Nuryanto BG. 2008. Kompetensi penyuluh dalam
pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat.
[disertasi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Paay P. 2012. Strategi peningkatan kinerja tenaga
harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian
di Kabupaten Merauke. [tesis]. Makassar (ID):
Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin
Makassar.
[Pusluhtan] Pusat Penyuluhan Pertanian. 2016. Sistem
Manajemen Informasi Pertanian. BPPSDMP
Kementerian Pertanian. [internet]. [diacu 2016
Januari 18]. Tersedia pada: https://app2.pertanian.
go.id/simluh.
Putri IW, Fatchiya A, Amanah S. 2016. Pengaruh
pelatihan non teknis terhadap kinerja penyuluh
pertanian BP4K di Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi. Jurnal Penyuluhan. 12(1):43-50.
Robbins SP. 1996. Perilaku Organisasi edisi Bahasa
Indonesia, Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo.
Sapar. 2011. Faktor - faktor yang mempengaruhi
kinerja penyuluh pertanian dan dampaknya pada
kompetensi petani kakao di empat wilayah
Sulawesi Selatan. [disertasi]. Bogor (ID): Program

209

You might also like