Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

MENELAAH FENOMENA KLITIH DI YOGYAKARTA DALAM PERSPEKTIF

TINDAKAN SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL MAX WEBER

Ahmad Putra
Sartika Suryadinata
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, The Majors
Interdisciplinary Islamic Studies and Alqur’an and Islamic Studies
pratamaahmad954@gmail.com
sartikasuryadinata4@gmail.com

Abstrak
This paper explains that the phenomenon of klitih in Yogyakarta is an action that is contrary
to existing norms in society. The perpetrators of klitih who incidentally are students, enter
into the trap of delinquency that causes victims. Actions that they do actually damage their
own personality and unsettle for motorists at night. Besides that, it causes deep sadness that
educational institutions have not succeeded in establishing good character for students and
adolescents in this country, especially for perpetrators. This research connects the
phenomenon of klitih in Yogyakarta with Max Weber's views through his two theories,
namely social action and social change. This research is qualitative in nature with its
descriptive analysis and through accurate sources. The results of this research are: First, the
action of the perpetrators who do a kind of a game and as a form of recognition by their
peers: Second, parents, educational institutions and the community are not optimal in
providing supervision to adolescents and students, so that many teenagers in this epoch are
involved on various delinquents; Third, the target of the clitih action is motorists who pass
certain areas at night. Overall the phenomena that occur are consistent with Max Weber's
theory that humans have an action done with a sense of emotion, prioritizing their own
interests, so they no longer pay attention to existing norms and think irrationally.

Keywords: Klitih, Action and Social Change, Max Weber

I. PENDAHULUAN kelompok yang mereka anggap memberikan


kontribusi dalam membentuk dirinya eksis
Perkembangan zaman di era digital ikut
serta dikenal banyak orang. Tidak berlebihan
mempengaruhi bagaimana remaja bertindak,
rasanya, dengan mengatakan bahwa kemajuan
bersikap dan memperlihatkan eksistensi
segala hal yang ada dalam kehidupan
dirinya yang terkadang bersifat brutal serta
masyarakat menjadikan remaja ikut terbawa
membahayakan, inilah yang menjadi hal yang
arus penyimpangan-penyimpangan sehingga
serius dihadapi bangsa Indonesia. Remaja
menjadi korban ganasnya modernisasi dan
seperti tertantang dalam bertindak dan
globalisasi.
menjalankan perannya dengan kelompok-

1
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
Penyimpangan tersebut menjadikan para menjalani kehidupan (Zainudin
remaja seperti tidak mengingat lagi bahwa Fanani:2010:5).
akhlak adalah kunci utama agar menjadi Dari beberapa penelitian yang membahas
pribadi yang baik, diterima banyak orang dan permasalahan klitih tersebut, terlihat bahwa
nilai positif bagi orang yang melihat. Hanya klitih seperti sebuah geng/kelompok-
saja, berkembangnya zaman menjadikan para kelompok yang bertindak anarkis dan dari
remaja mudah terperangkap pada lubang aksinya menimbulkan korban. Aksi-aksi ini
kenakalan dan pada akhirnya menganggu terlihat dari beberapa media dan sumber
kenyamanan banyak orang serta terjadi informasi yang menyampaikan terkait dengan
kegelisahan bagi masyarakat (Indra Saputra kasus klitih, seperti Media cetak Kedaulatan
Jaya:2014:2). Akibatnya, para remaja yang Rakyat pada tanggal 2 Maret 2017
seharusnya menjadi generasi bangsa dan mengabarkan bahwa ada dua korban yang
estafet perubahan, malah terbawa kepada mengalami luka yang cukup serius akibat
aksi-aksi yang menakutkan serta jauh dari pembacokan yang dilakukan oleh gangster
kata benar, salah satunya ialah kenakalan klitih. Belum lama ini muncul kabar ada
yang tengah hangat-hangatnya terulang beberapa sekelompok gangster klitih yang
kembali di kota-kota besar seperti melakukan tindak kriminal serius. Tribun
Yogyakarta, yang remajanya terlibat dalam Jogja mecatat selama 2016 ada enam kasus
kenalakan yang disebut dengan istilah yang menimbulkan korban dan diantaranya
“klitih”. ada yang meninggal. Kabar berita yang
Melihat fenomena yang kembali terulang disiarkan oleh NET.JOGJA (11 April 2017)
dan tentunya memberikan ketakutan bagi mengabarkan bahwa dua anggota gangster
banyak orang, terlihat bahwa fungsi dan klitih membakar warung dan menganiaya
tujuan pendidikan yang diberikan orang tua, pemilik warung (Azka Anjani: 2017: 1).
sekolah serta nilai-nilai yang ada dalam Fenomena klitih yang terjadi di
masyarakat belumlah dianggap penting bagi Yogyakarta juga telah tercatat dan diketahui
sebagian siswa yang terlibat dalam kenakalan beberapa kasus yang terjadi, kasus – kasus
seperti demikian, sehingga remaja masih klitih ini juga semakin memancing perhatian
belum memahami bahwa pendidikan sejatinya dengan adanya peningkatan kasus
memiliki kedudukan yang sangat vital dalam kriminalitas di Yogyakarta. Pada tahun 2012

2
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
tercatat ada 6. 780 kasus kriminal yang yang mana maraknya terjadi fenomena
tercatat oleh Polda DIY dan pada tahun 2013 “Klitih”.
jumlah kasus kriminalitas menurun menjadi Sumber data kami peroleh dari beberapa
6.513 kasus. Selanjutnya pada tahun 2014 berita dan artikel yang dipaparkan oleh
tercatat jumlah kasus kriminal meningkat 193, beberapa media terkait dengan fenomena
98 % (Seksi Statistik Ketahanan Nasional dan “Klitih” di beberapa wilayah di Yogyakarta.
Bidang Statistik, 2015). Adapun sumber datanya telah kami
Berdasarkan fenomena klitih yang terjadi cantumkan sebelumnya. Proses analisis data
tentunya menjadi sebuah polemik serius bagi kami lakukan dengan mengkaji dan
semua lapisan masyarakat, karena sejatinya memaknai beberapa artikel yang relevan
para remaja masih berkewajiban menuntut dengan fenomena tersebut yang kemudian
ilmu, belajar mengisi otak dengan pendidikan kami kaitkan dengan konsep-konsep dari teori
yang akan membawa dirinya kepada pribadi tindakan sosial yang dicetuskan oleh Max
yang berilmu pengetahuan. Dengan Weber yang mana menurutnya manusia
pendidikanlah, mereka akan terbentuk aqidah, memiliki sebuah tindakan yang dilakukan
ibadah, akhlak yang benar. Sebagai pedoman dengan rasa emosi, mementingkan
yang dapat dicontoh dari cara Luqman kepentingannya sendiri, sehingga tidak lagi
mendidik anak-anaknya, Allah telah mementingkan norma yang ada dan berpikir
menjelaskannya dalam Q.S Luqman ayat 13- secara irrasional.
19, yang mana Luqman lebih menekankan III. PEMBAHASAN
kepada empat aspek, yaitu aqidah, ibadah, A. Biografi Max Weber
akhlak dan dakwah (Anjani: 2017:1).
Weber lahir pada tanggal 21 April 1864
II. METODOLOGI PENELITIAN
di Efrurt Jerman, dari keluarga kelas
Metode penelitian yang kami gunakan menengah. Ayahnya adalah seorang birokrat
dalam melakukan riset ini bersifat kualitatif yang menduduki kursi politik yang relative
dengan analisis deskriptif, yang mana kami penting dan bisa dikatakan ayahnya seorang
memaparkan data berdasarkan atas beberapa penikmat urusan duniawi, seorang yang suka
pendapat yang relevan dari berbagai sumber bekerja dan bisa dibilang gila dengan
kemudian menganalisisnya. Dalam hal ini jabatannya. Berbeda dengan ibu Weber, dia
kami mengambil fokus pada Kota Yogyakarta seorang calvinis yang taat dan religious, yang
3
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
berusaha untuk tidak banyak terlibat dengan berinteraksi dengan politikus Berlin.
urusan duniawi. Dengan perbedaan yang Pergaulan ini membentuk watak ayahnya
dimilik orang tuanya, akhirnya memberikan sebagai seorang yang sangat kompromistis.
pengaruh bagi psikologis Weber (Max Ayahnya juga menerapkan gaya hidup ala
Weber; 2012;552). kaum borjouis (Arisandi; 2015:61). Pada usia
Ayahnya adalah ahli hukum yang 15 tahun, ia membaca layaknya seorang
cakap dan penasihat kotapraja, berasal dari mahasiswa membaca, membuat catatan
keluarga pedagang linen dan produsen tekstil panjang lebar. Agaknya ia sudah
di Jerman bagian barat. Pada 1869, Weber menyibukkan diri sejak usia muda dengan
pindah ke Berlin, yang tidak lama kemudian pernyataan yang seimbang dan bermutu.
menjadi ibukota Reich-nya Bismarck yang Mengkritik selera agak rendah teman
berkembang. Pada usia 4 tahun, Weber sekelasnya yang bukannya membaca novel
pernah mengalami penyakit meningitis, sejarah Scoot, membaca sampah
namun ia memang dari kecil meyukai buku kontemporer, hati-hati ia menambahkan:
dari pada olahraga dan pada awal masa “mungkin congkak kedengarannya jika aku
dewasanya ia sudah membaca banyak sekali berpendapat begitu, karena aku paling muda
buku serta mengembangkan minat di kelasku, tetapi keadaan itu sedemikian
intelektualnya sendiri. Pada usia 13, ia mencolok mata sehingga aku tidak perlu
menulis esai-esai sejarah, yang salah satu takut bicara kebenaran kalau kusampaikan
judulnya ialah “merenungkan perjalanan dengan cara ini.
sejarah Jerman, dengan tinjauan khusus pada Karya-karya yang dibuat oleh Weber
kedudukan Kaiser dan Paus”, judul lainnya sempat di baca oleh ibunya, ibunya menilai
“Didedikasikan bagi egoku yang tidak bahwa apa yang dibuat oleh anaknya bisa
signifikan juga bagi orang tua dan saudara- membuat orang-orang disekitar merasa
saudaraku”. terkejut dan takutnya nanti Weber serta
Ayah Weber tercatat sebagai seorang ibunya dianggap asing dalam hal intelektual.
penasihat di pemerintahan kota. Tidak hanya Weber dengan ayah dan ibunya tidak sejalan
itu, ia juga terlibat dalam partai liberal perihal pemikiran serta cara berfikir, namun
nasional. Ayah Weber sangat kuat dalam motto konfirmasi yang bisa Weber terima
pemahaman politik Karena sering ialah Tuhan adalah roh, dan di mana ada roh

4
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
Tuhan, di situ juga ada kebebasan (Weber: risalah tentang apa yang pernah disebut Marx
1946:5). sebagai sejarah rahasia Romawi, yakni “The
Masa sekolah pra Universitas Weber History of Agrarian Instutions (1891). Tidak
berakhir pada musim semi 1882. Mempunyai lama kemudian, ia pun menikah dengan
bakat yang luar biasa. Namun, gurunya Marianne pada musim gugur 1893.
menegaskan bahwa ia tidak punya kerajinan Setelah Weber menikah, ia menjalani
belajar rutin dan meragukan kematangan karirnya dengan baik. Ia menggantikan salah
moralnya. Seperti kebanyakan pemikir abad satu dosen tersohor kala itu yang tengah
19, ia menimbulkan kesan kurang mengalami sakit, Weber pun tampil di
menyenangkan bagi guru-nya. Usia 17, anak gedung kuliah dan seminar Sembilan belas
muda canggung dengan bahu tidak kokoh itu jam seminggunya. Ia juga ambil bagian
terlihat masih membutuhkan respek yang dalam ujian Negara bagi para pengacara dan
selayaknya pada otoritas. Masa hidup Weber sebagai tambahan membebankan kerja berat
juga di isi dengan hal-hal yang biasa orang bagi dirinya sendiri. Ia juga aktif dalam kerja
eropa lakukan, seperti minum-minuman konsultasi bagi berbagai badan pemerintahan,
keras, jalan-jalan bersama teman-teman dan dan melakukan studi khusus bagi kelompok-
membaca buku tentunya. kelompok reformasi swasta, satu berkenaan
Weber menyelesaikan studinya dan dengan bursa efek, satunya lagi menggarap
bertugas di pengadilan Berlin, di kota itu ia estates di kawasan Jerman Timur.
tinggal bersama orang tuanya. Pada awal 80- Weber banyak menghabiskan
an, ia duduk sebagai seorang mahasiswa waktunya dengan peran agama dan
hukum yang rajin, di ruang-ruang kuliah para pengaruhnya terhadap ekonomi. Pada usia 18
yuris terkemuka masa itu. Weber menulis tahun, Weber pergi belajar ke Universitas
disertasi doctor tentang sejarah kongsi Heidelberg, ia awalnya merasa malu karena
dagang selama Abad Pertengahan (1989), masalah derajat sosial, akan tetapi dirinya
mengkaji beratus-ratus referensi berbahasa sangat tertarik dengan dunia ayahnya yang
Italy dan Spanyol. Ia pun mempelajari kedua pada akhirnya ia mencoba untuk
bahasa itu dalam rangka melakukan kajian menggelutinya (Weber:552). Selain itu,
tersebut. Di Berlin, ia menekuni hukum Weber telah memberikan sumbangan
dagang, hukum Jerman, dan Romawi tentang terhadap perkembangan ilmu sosiologi

5
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
politik terutama mengenai masalah melaksanakan survey yang lebih baru dan
pemerintahan. Weber mengambil pendekatan lebih luas tentang kondisi petani-petani
berbeda dengan filsuf social klasik lainya, di penggarap di Jerman Timur untuk kongres
mana Weber menaruh perhatian besar pada Injil Sosial. 1894, ia menjadi Guru Besar
cara bagaimana kekuasaan berfungsi dalam dalam Ekonomi Politik di Universitas
masyarakat dan bukan dengan otoritas politik Freiberg, tahun 1897 ia menjadi Guru Besar
“tipe-tipe ideal, yaitu tradisional, dalam Ilmu Negara di Universitas
kharismatik, dan hukum” (Mahfudz: Heildelberg. Namun Weber tidak lama
2009:175). kemudian mengundurkan diri karena pihak
Pada tahun 1896, giatnya dalam kampus mengorbankan kesejahteraan
bekerja membawanya pada posisi sebagai nasional demi kepentingan tuan-tuan tanah.
seorang profesor di Heidelberg. Namun, pada Pada tahun 1903, Weber mengalami
tahun 1897 ketika karier akademiknya mulai serangan syaraf serta sakit yang
berkembang, ayahnya meninggal dunia berkepanjangan. Ia pun melepaskan tugas
setelah bertengkar hebat dengannya. Setelah mengajar dan menjadi Guru Besar honorer di
ayahnya meninggal Weber mengalami Heilderberg. Memasuki tahun 1904, ia sudah
kegamangan dan insomnia. Kejadian ini sembuh kembali dan kembali memulai
memaksanya untuk mengurangi aktivitas melanjutkan karya-karyanya (Abdullah:84).
mengajar. Pada tahun 1904 Weber Sungguh sangat banyaknya proses perjalanan
menerbitkan karya yang banyak hidup yang dilalui oleh Max Weber sehingga
diperbincangkan yaitu The Protestan Ethic mencatatkan namanya sebagai tokoh klasik
and The Spirit of Capitalism. yang mempengaruhi berbagai lini kehidupan
Di tahun 1886-1889, ia mengambil masyarakat, ia meninggal karena penyakit
studi Purna Sarjana di Berlin, peserta dalam komplikasi influenza pada 1920 (Turner:67).
Seminar of Proffessor Ludwing Goldschmidt 1. Tindakan Sosial Dan Perubahan Sosial
tentang hukum dagang dan peserta Seminar Max Weber
of August Meitzen tentang sejarah pertanian. a. Pengertian Teori Tindakan Sosial
Pada tahun 1893, ia menjadi Guru Besar
Tindakan social merupakan suatu
dalam Hukum Dagang dan Hukum Jerman di
perilaku, perbuatan seorang individu atau
Universitas Berlin. Di tahun 1893-1899, ia
kelompok dalam upaya pencapaian
6
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
tujuan dirinya. Tindakan tersebut juga untuk ikut, dan tindakan yang dilakukan
bisa dilakukan secara berkelompok, karena munculnya sebuah tanggapan
sehingga memberikan pengaruh bagi kepada orang lain.
lingkungannya. Max Weber mengatakan c. Teori Tindakan Sosial Max Weber
bahwa tindakan sosial adalah sebuah
Salah satu pemikiran yang
tindakan manusia yang dapat
muncul dari Max Weber dalam karyanya
memengaruhi individu-individu lain yang
ialah bahwa kenyataan sosial lahir tidak
ada dalam masyarakat.
terlepas dari pemahamannya tentang
Tokoh lain, seperti Emil
motivasi seseorang dan tindakan sosial.
Durkheim dan Karl Marx juga ikut
Metode yang dimaksud dalam pemikiran
memberikan pendapatnya terkait dengan
ini dinamakan Vertehen, berupaya
tindakan sosial. Emil Durkheim
menemukan pemahaman yang benar dan
mengatakan bahwa tindakan sosial ialah
jelas mengenai maksud dari tindakan
berhubungan dengan perilaku seseorang
sosial. Tindakan sosial yang dimaksud
yang diarahkan oleh norma-norma
oleh Max Weber ialah tindakan yang
(aturan) dan tipe solidaritas kelompok
dilakukan seorang individu memiliki
tempat ia tinggal. Sedangkan menurut
sebuah makna dan tujuan bagi dirinya
Karl Marx, tindakan sosial adalah sebuah
(yang melakukan) dan diarahkan kepada
tindakan atau perilaku yang tujuannya
tindakan bagi orang lain (Ritzer:
ialah untuk menghasilkan sebuah barang
2011:88).
dan mengejar sebuah tujuan tertentu.
Weber mangatakan bahwa dalam
b. Ciri-Ciri Tindakan Sosial
tindakan sosial, manusia melakukan
Adapun beberapa ciri-ciri yang sesuatu dikarenakan ada sebuah tujuan
ada pada tindakan sosial, diantaranya: yang ingin didapatkan, barulah setelah
tindakan yang dilakukan mempunyai itu dilakukan sebuah
sebuah makna/arti, tindakan tersebut tindakan/pergerakan (Usman: 2004:40-
adalah sifat nyata yang telah membatin, 41). Ada empat tipe tindakan sosial yang
tindakan yang dilakukan memberikan dikemukakan oleh Weber, yaitu:
pengaruh yang baik, tindakan yang 1. Tindakan rasionalitas Intrumental
dilakukan dapat membuat orang tertarik yaitu tindakan ini ditujukan dalam
7
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
mencapai tujuan-tujuan yang secara positif bagi dirinya atau malah merugikan
rasional dan diperhitungkan dengan banyak orang lain.
baik oleh aktor yang melakukannya. d. Pengertian Perubahan Sosial
2. Tindakan rasionalitas nilai, yaitu
Perubahan sosial memiliki banyak
sebuah tindakan rasional yang
aspek dan bagian-bagian, seperti
berdasarkan nilai, dilakukan dengan
berkaitan dengan kaidah-kaidah sosial,
tujuan yang ada kaitannya dengan
nilai-nilai sosial, lapisan-lapisan dalam
ilia-nilai yang diyakini secara sendiri
masyarakat dan sebagainya. Perubahan
tanpa memperhitungkan prospek-
sosial yang terjadi tentunya tidak terjadi
prospek yang ada kaitannya dengan
begitu saja, pastinya ada penyebab
berhasil atau gagalnya sebuah
kenapa bisa terjadi perubahan tersebut.
tindakan yang dilakukan tersebut.
Berikut adalah beberapa penyebab
3. Tindakan tradisional, yaitu tindakan
terjadinya perubahan sosial, yaitu ilmu
yang dilakukan karena telah bersifat
pengetahuan, kemajuan teknologi,
turun-temurun dan akhirnya
komunikasi, alat transportasi, urbanisasi,
berkelanjutan.
bencana alam, dan ke semua itulah yang
4. Tindakan Afektif, yaitu sebuah
memberikan pengaruh serta perubahan
tindakan yang dilakukan dengan
dalam kehidupan manusia (Ishomuddin:
dorongan emosi, dan tentunya
2002:91).
dilakukan dengan pemikiran yang
Salah satu tokoh, bernama Moore
irrasional (tidak rasional) (Ritzer &
mengatakan bahwa perubahan sosial
Goodman:2011:137).
terjadi pada struktur-struktur sosial baik
Dapat disimpulkan bahwa secara itu pada pola perilaku dan interaksi
keseluruhan pengutaraan yang dijelaskan sosial. Perubahan tersebut bisa saja
oleh Max Weber terkait dengan tindakan bersifat sistem sosial, bisa saja berkaitan
sosial sebenarnya memiliki tujuan yang dengan sesuatu yang terjadi di tengah-
baik di tengah-tengah masyarakat, hanya tengah masyarakat. Dengan kata lain,
saja kembali lagi kepada individu yang perubahan-perubahan sosial yang terjadi
melakukan suatu tindakan sosial tersebut. pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
Tindakan yang dilakukan bisa bersifat yang ada di suatu masyarakat, sehingga
8
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
memberikan pengaruh pada sistem sosial, lakukan selama di dunia tentunya akan
mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan
perilaku terhadap individu yang ada pada Yang Maha Kuasa, begitupun dengan
masyarakat tersebut (Soekanto: sesama manusia. Dengan akhlaklah, akan
2003:100-101). terlihat seperti apa hubungan seseorang
Perubahan sosial yang dimaksud dengan orang-orang yang ada di sekitarnya,
oleh Max Weber ialah pada dasarnya secara tidak langsung akan diketahui pula
perubahan sosial yang terjadi di dalam watak serta kepribadiannya (Suryadarma
masyarakat adalah akibat dari pergeseran dan Haq: 2015:362-381). Maka, akhlak
nilai yang pada akhirnya dijadikan memiliki hubungan yang erat baik dengan
orientasi dalam kehidupan masyarakat. Tuhan maupun dengan sesama manusia
Max Weber mengatakan bahwa dalam (Muhaimin:2004:305-306).
perubahan sosial yang terjadi terdapat Menurut etimologi, akhlak berasal
pengaruh dari interaksi sosial yang dari kata khuluq, yang artinya budi pekerti,
berhubungan dengan perilaku manusia, perangai dan tabi’at, atau bisa dikatakan
dan perilaku sosial sebagai usaha juga sebagai sebuah kondisi yang meresap
melakukan aksi-aksi social (Alfiyan: dalam jiwa dan kepribadian hingga timbul
2018:44). berbagai macam perbuatan dengan cara
spontan tanpa dibuat-buat, terbentuk dengan
B. Akhlak mandiri (Asamaran As:2002:3). Mu’jam
Berbicara mengenai akhlak, tentunya Lisan Al-Arab menambahkan bahwa akhlak
kita sadar bahwa akhlak telah menjadi merupakan agama (Alghozali: 2005:86) Hal
sebuah ajaran dalam Islam yang mestinya itu karena didalamnya terdapat perintah,
dimiliki setiap orang, terutama muslim. larangan serta arahan guna perbaikan
Dengan akhlak yang baik, tentunya segala seseorang (Dahruj:2008:16).
aktivitas yang dijalankan dalam kehidupan Secara terminologi, akhlak berarti
sehari-hari akan memberikan hasil yang sifat yang tumbuh dan telah menyatu dalam
baik dan diterima oleh lingkungan sekitar. diri seorang individu. Dengan sifat yang
Maka dengan itu, akhlak sangat penting bagi demikian itu terjalankan sebuah sikap dan
diri setiap individu, karena apa yang kita tingkah laku seorang dalam bertindak,

9
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
seperti sabar, berkasih sayang dengan melakukan kebaikan, tidak sembarangan
sesama, menghormati perbedaan, ataupun dalam berbicara, tidak banyak mengeluh,
sebaliknya, bisa saja timbul sikap pemarah, tidak terlalu mengikuti kesibukan duniawi,
tidak sabaran dan tidak menghormati orang bersikap baik dengan sesama, tidak
lain (Salim:1986:5). Maka pada dasarnya memutuskan hubungan silaturahmi dengan
akhlak melekat dalam diri seorang individu, sesame dan saling bahu membahu dalam
meyatu dengan perilaku atau perbuatan yang kebaikan (Rusn:1998:99).
dilakukan. Jika perilaku yang dilakukan itu Beliau juga menambahkan bahwa
buruk, maka itu disebut perilaku mazmumah akhlak bukan hanya sekedar perbuatan saja,
(buruk), sedangkan perilaku yang baik bukan juga hanya sekedar kemampuan
disebut dengan perilaku mahmudah (baik) berbuat, dan juga bukan pengetahuan
(Habibah: 2015:73-87). semata. Tetapi, akhlak adalah gabungan dari
Di dalam Al-Mu’jam al-Was, akhlak dirinya dengan situasi jiwa yang selalu siap
ialah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa melakukan perbuatan-perbuatan dan
manusia, disanalah muncul berbagai macam menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan
perbuatan, baik dan buruk, tanpa adanya sehari-hari. Maka, terlihat jelas dan tepat
pemikiran serta sebuah pertimbangan bahwa Islam benar-benar salah satu agama
(Meriza:2014:107-115). yang mengandung hidayah dari Tuhan untuk
Al-Ghazali mengatakan bahwa menusia sehingga keseharian yang manusia
akhlak ialah ungkapan yang telah jalani berisikan nilai-nilai penuh rahmat dan
bersemayam di dalam hati manusia, berakhlak yang benar (Bafadol: 2017:45-
sehingga mengkoordinir segala bentuk apa 61).
yang dihadapi dan merespon segala sesuatu Muhammad Rabbi Muhammad
dengan spontan/alami, sehingga pada diri Jauhari mengatakan bahwa akhlak adalah
manusia terdapat akhlak yang baik serta dorongan pada diri seseorang dalam
akhlak yang buruk (Gazali: 52). Al Ghazali melakukan sebuah tindakan secara langsung
juga menyampaikan bahwa orang yang tanpa banyak pertimbangan. Aplikasi yang
berakhlak mulia memiliki beberapa dilakukan tersebut disebabkan oleh dua hal,
karakteristik, diantaranya: memiliki rasa yaitu melalui tabi’at yang diperoleh dari
malu, tidak suka menyakiti orang, banyak kebiasaan dan dari kebiasaan yang

10
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
dilakukan secara berulang-ulang (Rabbi dan spontan adanya. Sehingga apa yang Nampak
Jauhari:2014:88). dan muncul, itulah bentuk cerminan yang
Selanjutnya, Sutarjo mengatakan ada pada diri dan akhlaknya (Rohman:
bahwa akhlak merupakan pengajaran yang 2012: 155–178).
menampilkan bagaimana seseorang tersebut Melihat uraian yang telah
berinteraksi dengan Tuhan (Allah) dan menjelaskan perihal akhlak, jelas terlihat
bagaimana ia berinteraksi dengan sesama bahwa akhlak sangat penting dalam
manusia. Sehingga akhlak ini adalah niat kehidupan manusia, akhlak yang baik akan
kuat untuk berbuat atau tidaknya sesuai membawa kepada kebaikan, dan sebaliknya.
dengan keridhaan Allah SWT (Adosusilo: Maka, ketika melihat banyaknya fenomena-
2012:55). Tokoh selanjutnya yaitu Sutrisna, fenomena yang melibatkan para remaja,
mengatakan bahwa akhlak adalah sebuah sejatinya perlu kembali diberikan
aturan yang mengatur bagaimana manusia pendidikan akhlak secara maksimal,
berhubungan dengan Tuhan (Allah), sehingga terbentuk perangai remaja yang
manusia dengan sesama, bahkan dengan benar-benar berakhlak (Khairuni:2016: 91–
lingkungan sekalipun (Rafiudin:2002:13). 106).
Menurut Halim, akhlak adalah 1. Krisis Akhlak
sebuah system yang terdiri beberapa Kata krisis memiliki makna
karakteristik akal atau tingkah laku yang kemelut, masa yang gawat, Suasana yang
menjadikan seseorang tersebut menjadi darurat, suatu keadaan yang merosot
istimewa. Hal ini menjadi psikologi (Partanto dan Barry:2001: 379). Awalnya,
seseorang tersebut sesuai dengan dirinya fenomena krisis akhlak hanya menerpa
dan dimanapun ia berada tetap dapat sesuai beberapa kecil elit politik dan birokrasi,
dengan akhlak yang telah ada di dirinya. namun sekarang telah mulai menular
Dengan kata lain, jika sifat yang tertanam kepada masyarakat luas, bahkan merambah
dalam dirinya itu baik, maka segala bentuk kepada kalangan pelajar serta remaja.
aplikasi dari perbuatannya juga akan baik Ketika melihat krisis akhlak pada kaum
dan benar. (Raharjo:2010: 229–238) elit, yang terjadi yaitu korupsi, selingkuh,
Seseorang yang bisa dikatakan berakhlak, menjilat, penyelewengan kekuasaan dan
jika keinginannya melakukan sesuatu itu lainnya. Sedangkan krisis akhlak yang

11
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
terjadi pada masyarakat sekarang yaitu norma dalam kehidupan masyarakat
pelecehan seksual, bersikap anarkis, main (Syamsu S: 2015: 373–396.).
hakim sendiri, menyogok, merampas hak Akhlak adalah persoalan yang
orang lain dan lain sebagainya. Bentuk esensial dalam kehidupan manusia,
krisis akhlak yang mengkwatirkan yaitu ketegasannya termaktub dalam 467 ayat
yang melibatkan remaja atau para pelajar yang tersebar dalam berbagai surat al-
yang sering disaksikan saat ini seperti Quran. Salah satunya dalam Surat An Nahl
remaja terlibat tawuran, membolos, ayat 125, yang artinya “Ajaklah (manusia)
merokok di sekolah, pergaulan bebas, ke jalan Allah\dengan bijaksana, dan
sering keluar malam, tidak menghargai nasehatilah mereka dengan sopan, dan
guru dan masih banyak lagi. Inilah yang berdiskusilah dengan cara yang baik” (QS.
merusak diri dan karakter remaja tanah air An-Nahl : 125). Disamping perintah Allah
saat ini yang awalnya terkenal dengan Swt dalam al-Quran untuk memperbaiki
pekerti luhur yang bagus namun sekarang akhlak, Nabi Muhammad Saw juga
malah semuanya sirna (Daulay, Haidar memprioritaskan permasalahan akhlak
Putra:2004:217). dalam hadis-hadisnya, salah satu hadis
Munculnya berbagai bentuk gejala Nabi yang berbicara tentang pentingnya
kemerosotan akhlak yang terjadi di tengah- akhlak mulia bagi manusia adalah, “Aku
tengah masyarakat, merupakan sisi negatif diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
dari era modernisasi saat ini yang Agama Islam merupakan agama
menimpa kebanyakan kalangan remaja yang paling menjunjung tinggi akhlak pada
yang mulai menimbulkan kekwatiran semua umat manusia. Bahkan kita semua
serius. Kalangan remaja saat ini begitu tahu bahwa kehadiran Rasulullah di muka
mudah terlibat dengan tawuran, bumi bertujuan untuk memperbaiki akhlak
penggunaan obat terlarang, minuman manusia. Maka jelaslah terlihat bahwa
keras, penganiayaan, pembacokan, akhlak begitu penting dalam menjalani
pelanggaran seksual dan perbuatan hidup, karena memberikan kontribusi bagi
kriminal lainnya. Keadaan tersebut semua manusia dalam hidup dan
semakin memburuk seiring dengan krisis berkehidupan (Hay:2004: 27).
akhlak yang pada akhirnya mencederai

12
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
Akhlak merupakan suatu hal yang fenomena-fenomena yang merugikan,
sangat penting sekali dalam kehidupan sekarang malah begitu sering kita melihat
manusia. Dengan akhlaklah, setiap kita banyaknya segala bentuk penyimpangan
dapat menilai bagaimana karakter yang terjadi. Hari ini benar-benar krisis
seseorang, baik buruknya, benar salah, akhlak terjadi dimana-mana, banyak para
halal dan haram serta dengan akhlaklah remaja yang terlibat pada pergaulan yang
yang membedakan manusia dengan hewan. salah sehingga akhlakpun menjadi kacau
Maka dengan itu, manusia tanpa akhlak tak karuan. Kehidupan penuh nilai-nilai
seperti kehilangan derajat yang penting materialisme dan hedonisme telah
dalam dirinya sehingga jauh dari kata menggeser nilai akhlak dari kehidupan
muliah. Dengan akhlaklah manusia dapat khususnya generasi muda, remaja salah
memberikan bantuan kepada banyak orang satunya. Praktek hidup yang menghalalkan
atau orang-orang disekitarnya, kepada segala cara dan mementingkan diri sendiri
bangsa dan masyarakat pada umumnya serta hidup yang mengejar kepentingan
(Zahruddin dan Sinaga: 2004:13). duniawi dianggap telah meracuni pola
Hanya saja, dengan perkembangan pikir para generasi muda.
zaman dan kehidupan banyak sekali Ada beberapa penyebab terjadinya
manusia yang jauh dari akhlak yang mulia, krisis akhlak, yaitu : Pertama, lemahnya
sehingga perlu rasanya kembali diberikan pegangan agama; Kedua, lemahnya
bimbingan akhlak agar pondasi akhlak pengawasan dan pendidikan moral dari
benar-benar dimiliki di diri masing- sekolah, orang tua dan masyarakat kepada
masing. Karena pada dasarnya, akhlak remaja atau siswa ; Ketiga, berkembang
snagatlah jelas perannya yang akan pesatnya kehidupan yang materialistic,
mengarahkan kehidupan manusia kepada hedonistic dan sekuleristik ; Keempat,
jalan yang Allah ridhai (Dewi:2011: 57– Pemerintah belum maksimal dalam
266.). membentuk pembinaan akhlak bangsa ini
Kemajuan kehidupan dan (Nata: 2009:224).
berubahnya cara hidup, menjadikan segala Adapun upaya-upaya yang bisa
lini aspek kehidupan manusia berubah dilakukan dalam mencegah krisis akhlak,
total. Dari yang sebelumnya jarang terjadi yaitu ; Pertama, menciptakan suasana

13
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
yang religious dan menghidupkan dengan menggunakan senjata tajam berupa
kegiatan-kegiatan keagamaan pedang atau dengan senjata lainnya. Pelaku
(Muhaimin:2012:64); Kedua, pembinaan klitih dalam beberapa kasus yang sudah
keagamaan melalui program diidentifikasi oleh pihak kepolisian adalah
ekstrakulikuler ; Ketiga, menjalin anak-anak yang masih duduk di bangku
kerjasama dan komunikasi yang baik Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
dengan orangtua siswa/pelajar Menengah Atas.
(Elmubarok:2009:95) Keempat, guru PAI Klitih awalnya hanya diartikan
yang ada di sekolah sama-sama memiliki sebagai sebuah kegiatan jalan- jalan biasa
tujuan yan jelas dengan guru PAI yang yang tanpa tujuan yang jelas. Nglitih/klitih
lain, sehingga sama-sama sinergi dalam dalam konteks kenakalan remaja adalah
menyelesaikan permasalahan krisis akhlak berkeliling menggunakan kendaraan yang
pada remaja. dilakukan sekelompok oknum kelompok
Krisis akhlak akan terjadi bila pelajar dengan maksud mencari pelajar
norma-norma akhlak mulia tidak lagi sekolah lain yang dianggap sebagai musuh.
dijalankan dengan bagaimana semestinya, Klitih juga bisa diasumsikan sebagai putar-
melanggar aturan yang ada dan itulah yang putar kota kemudian melakukan tanpa
menandakan salah satu bentuk krisis tujuan (Fuadi dkk:2019;88-98). Perilaku
akhlak. Maka, telah saatnyalah untuk klitih di Yogyakarta sudah sangat
memperbaiki akhlak dan merubah kegala mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Hal
bentuk perbuatan yang melanggar aturan ini disebabkan karena hampir tiap bulan, ada
agama, menjadi sebuah perubahan yang saja korban pelaku klitih.
dapat menghantarkan diri kepada jalan Maraknya aksi klitih yang terjadi di
kebenaran. Yogyakarta merupakan bentuk kenakalan
C. Fenomena Klitih remaja yang kompleks, melibatkan banyak
hal yang mempengaruhi alasan terjadinya
Klitih adalah fenomena baru yang
aksi klitih di kalangan pelajar Yogyakarta.
meresahkan masyarakat Yogyakarta dalam
Lingkungan, teman bermain, sekolah, dan
bentuk kekerasan secara cepat dan tidak
orangtua serta saudara adalah pihak-pihak
terduga. Klitih terjadi pada malam hari
yang sangat mempengaruhi pembentukan
dengan jumlah pelaku diatas dua orang
14
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
karakter, kepribadian, serta pemikiran dengan proses pendidikan dan belajar.
seorang anak dalam masa pertumbuhan dan Disisi lain, orangtua tidak menyadari
perkembangannya. Anak akan berkembang bahwa perhatian yang kurang akan
dengan baik jika didukung oleh orangtua membuat anak berperilaku
yang perhatian, teman sebaya yang baik menyimpang. Orangtua harusnya
serta lingkungan yang sesuai. menyadari bahwa dalam proses
1. Penyebab terjadinya Klitih pertumbuhan dan perkembangan anak,
perhatian adalah salah satu faktor yang
Motif dan alasan pelaku
membuat anak terhindar dari pergaulan
melakukan klitih dalam masyarakat
yang menyimpang. Kesibukan orangtua
tidak jelas, korban yang menjadi
dalam mengurus pekerjaan dan aktivitas
sasaran mengaku aksi ini berlangsung
diluar rumah, membuat anak merasa
secara cepat dan tiba-tiba. Fenomena
tidak diperhatikan, tidak memiliki
klitih dalam dunia pendidikan dan
tempat untuk mengadu, sehingga anak
kemasyarakatan di wilayah Yogyakarta
akan merasa kesepian dan semakin acuh
adalah masalah yang kompleks dan
dengan keadaan di rumah, sibuk dengan
berdampak luas, pelaku yang masih
aktivitas bersama teman-temannya dan
duduk di bangku sekolah membuktikan
justru berbuat yang anarkis.
bahwa kenakalan remaja berdampak
Aksi klitih yang terjadi di
luas dalam segala aspek kehidupan
kalangan pelajar Yogyakarta tidak dapat
masyarakat (Subekti:2017).
dipisahkan dari tanggungjawab
Kasus klitih yang terjadi di
bersama, orangtua sebagai orang paling
kalangan pelajar Yogyakarta, membuat
dekat dengan anak harus menjadi pihak
orangtua khawatir tentang keselamatan
yang mengetahui dan mengawasi anak-
anak-anaknya, terutama ketika
anaknya agar tidak terjerumus dalam
bepergian di malam hari. Orangtua
tindak kejahatan. Lingkungan
menyesalkan aksi klitih justru dilakukan
masyarakat juga harus aktif dalam
oleh kalangan pelajar yang masih duduk
mengawasi, mengedukasi, anak
di bangku sekolah menengah atas atau
sehingga dapat tumbuh dan berkembang
bahkan sekolah menengah pertama
dengan benar, sesuai ajaran agama dan
yang pada hakikatnya masih disibukkan
15
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
tidak menyimpang. Sekolah dan teman penganiayaan kepada pengendara yang
bermain merupakan tempat untuk anak menjadi target dalam misinya.
saling berinteraksi, teman bermain akan Melihat awal terjadinya fenomena
membuat saling berpengaruh antara satu yang dilakukan ini, sejatinya mereka
anak dengan anak yang lain. Sekolah hanyalah menganggap perilakunya
diharapkan mampu mendidik anak-anak tersebut sebagai permainan belaka,
agar dapat tumbuh dan berkembang namun dampak yang dihasilkan sangat
baik secara pengetahuan maupun sikap merugikan bagi banyak orang, bukan
dan sifat yang lebih baik. tidak mungkin terjadinya kekerasan,
pencurian bahkan sampai memakan
D. Klitih dalam Perspektif Tindakan Sosial korban jiwa. Fenomena klitih di
Dan Perubahan Sosial Max Weber Yogyakarta yang hari-hari ini
1. Klitih dalam Perspektif Tindakan memunculkan kegelisahan bagi
Sosial masyarakat dan pengendara yang keluar
malam. Sesuai yang dikatakan oleh Max
Ketika berkaca mengenai
Weber bahwa aksi mereka dilakukan
tindakan social yang diutarakan melalui
dengan berkelompok, sambil membawa
perspektif Max Weber, fenomena klitih
senjata tajam untuk mencederai
di Yogyakarta yang kembali terjadi
targetnya.
akhir-akhir ini sangat sesuai dengan apa
Melihat apa yang terjadi, tentunya
yang disampaikan oleh Max Weber
kenakalan yang melibatkan remaja ini
bahwa Tindakan sosial ialah tindakan
memberikan sebuah sinyal bahwa ada
yang dilakukan seorang individu
yang tidak beres pada akhlak pelaku,
memiliki sebuah makna dan tujuan bagi
sehingga tidak berpikir secara rasional
dirinya (yang melakukan) dan diarahkan
sebelum melakukan aksinya. Max Weber
kepada tindakan bagi orang lain. Remaja
mengatakan, dibalik aksi remaja
yang terlibat pada kenakalan seperti itu
melakukan aksi negatif tersebut ada teori
tentunya melakukan karena ada sebuah
yang menjadikan mereka berinisiatif
tujuan yang ingin dicapai, mereka
melakukan klitih kepada korbannya.
melakukan pembacokan dan
Tindakannya itu disebut dengan tindakan

16
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
afektif, yang mana tindakan afektif yaitu perilaku dan tindakan yang mereka
sebuah tindakan yang dilakukan dengan lakukan sangatlah berbenturan hebat
dorongan emosi, dan tentunya dilakukan dengan kaidah-kaidah agama dan norma-
dengan pemikiran yang irrasional (tidak norma yang ada dalam masyarakat.
rasional). mereka seperti tidak menyadari bahwa
Tindakan tersebut terlihat jelas apa yang dilakukan dapat menimbulkan
bahwa semua tindakan dan perilaku stigma negative oleh masyarakat bahwa
remaja yang dilakukan cenderung melanggar aturan yang ada dalam
dilakukan karena adanya emosi yang kehidupan.
tidak benar, dan tidak rasional. Sehingga, Max Weber mengatakan bahwa
mereka berinisiatif untuk melakukan dalam perubahan sosial yang terjadi,
sebuah aktivitas yang membuat terdapat pengaruh dari interaksi sosial
kegelisahan serta menimbulkan korban. yang berhubungan dengan perilaku
Fenomena inilah yang saat ini dialami manusia, dan perilaku sosial sebagai
remaja dan pelajar yang pada hakikatnya usaha melakukan aksi-aksi social. Ini
mereka masih mempunyai tanggung menandakan bahwa fenomena klitih yang
jawab dalam belajar serta mempersiapkan dilakukan oleh remaja dan pelajar ini
bekal di masa depan. Dengan demikian, adalah sebuah aksi buruk yang
peran Pemerintah dan orang tua serta menimbulkan korban dan mencederai
lembaga pendidikan sejatinya mampu nilai-nilai social yang seharusnya dijaga
meminimalisir fenomena klitih yang dengan baik. banyak yang menjadi
sangat memberikan efek buruk bagi penyebab remaja terlibat dengan
masyarakat umum dan pengendara yang kenakalan ini dan seharusnya perubahan
tidak bersalah. social yang tidak bermanfaat tersebut
2. Klitih dalam Perspektif Perubahan tidak menjadi berkelanjutan, sehingga
Sosial tercipta para pelajar dan remaja yang
berpendidikan.
Fenomena klitih yang dilakukan
Fenomena klitih ini memberikan
oleh remaja dan pelajar tentunya
sebuah jawaban bahwa apa yang mereka
merupakan sebuah perubahan social yang
lakukan menimbulkan benturan nilai-
tidak bisa dianggap sepele. Dibalik
17
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
nilai dan perubahan social yang kemungkinan bisa memberikan dampak buruk
dihasilkan juga tidak sesuai dengan bagi pelaku dan masyarakat umum.
norma yang ada dalam masyarakat. Fenomena klitih tidak bisa dibiarkan begitu
Masyarakat tentunya tidak bisa menerima saja dan perlu ada upaya-upaya dalam
perubahan social yang pelaku lakukan, mencegah kenakalan ini menjadi
karena jelas-jelas telah melanggar nilai- berkelanjutan. Peran orangtua, lembaga
nilai yang ada, merusak hubungan social pendidikan dan masyarakat sangatlah penting,
yang ada serta menimbulkan stigma sehingga fenomena ini dapat diminimalisir
buruk dari masyarakat. Perkembangan sehingga tidak lagi menimbulkan korban jiwa
zaman, permasalahan dalam keluarga, serta tercipta generasi terdidik dan rasional
pergaulan yang salah dan majunya dalam bertindak.
teknologi menjadi salah satu penyebab
para remaja terlibat dalam aksi tercela DAFTAR KEPUSTAKAAN
ini, sehingga pada akhirnya apa yang
mereka lakukan melanggar norma yang Azka, Anjani, Fenomena Klitih dalam
ada dan terbawa arus perubahan sosial Perspektif Perubahan Sosial Selo
Soemardjan, (Yogyakarta : Tugas
yang salah.
Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia,
IV. PENUTUP 2017)

Berdasarkan uraian di atas, dapat As, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak,


dipahami bahwa fenomena klitih yang (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002)
melibatkan remaja dan pelajar adalah bentuk
krisisnya akhlak di era penuh perubahan dan Al-Ghozali, Muhammad Ihya Ulumuddin,
kemajuan seperti sekarang. Aksi-aksi yang (Bairut, Libanon: 2005)
mereka lakukan berhubungan dengan teori
Adisusilo, Sutarjo, Pembelajaran Nilai
yang dijelaskan oleh Max Weber yaitu Karakter: Konstruktivisme dan VCT
tindakan social dan perubahan social. Sebagai Inovasi Pendekatan
Sejatinya, kedua teori tersebut memberikan Pembelajaran Afektif Sutarjo Adisusilo,
Ed.1. Cet, 1, (Jakarta: Rajawali Pres,
dampak yang baik jika setiap individu mampu
2012)
menempatkan dirinya pada aktivitas yang
benar, hanya saja tidak menutup
18
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
Abdul Rohman, Pembiasaan Sebagai Basis Ilmiah Peuradeun II, no. 01 Januari
Penanaman Nilai-Nilai Akhlak (2014): 107–115.
Remaja, Jurnal Nadwa 6, no. 1 Mei
(2012): 155–178. Ibrahim Bafadhol, “Pendidikan Akhlak
Dalam Perspektif Islam,” Jurnal
Ahmad Fuadi, Titik Muti’ah, Hartosujono, Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam
Faktor-Faktor Determinasi Perilaku 06, no. 12 Juli (2017): 45–61.
Klitih, Jurnal Spirits 09, no. 2 Mei
(2019). hlm. 88-98 Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002)
Arisandi, Herman, Pemikiran Tokoh-tokoh
Sosiologi dari Klasik sampai Jauhari, Muhammad Rabbi Muhammad,
Modern, (Yogyakarta : IRCiSoD, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani,
2015) 2004)

Al-Haydari, Kamal, Manajemen Ruh, (Bogor: Jaya, Indra Saputra, Model Pembinaan Moral
Cahaya, 2004) Keagamaan Siswa di SMA Negeri I
Teladan Yogyakarta, Skripsi Sarjana,
Alfiyan, Ahmad Andi, Fenomena Tradisi (Yogyakarta: Universitas Islam
Tedhak Siti Ditinjau Dari Analisis Indonesia, 2014)
Tindakan Sosial Dan Perubahan Sosial
Max Weber ( Studi Kasus Di Desa Pepe Muhaimin, Wacana Pengembangan
Kecamatan Sedati Kabupaten Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Sidoarjo), (Surabaya : UIN Sunan Pustaka Pelajar, 2004)
Ampel, 2018, Skripsi
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum
Dahruj, Ali Farid, Al-Akhlak Dirosah Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Tarikhiyah Fikriyah wa Islamiyah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Ed.
(Bairut: 2008) I, Cet. V; Jakarta: Rajawali Pers, 2012)

Ernita Dewi, Akhlak Dan Kebahagiaan Hidup Mahfud, Choirul, 39 Tokoh Sosiologi
Ibnu Maskawih, Jurnal Substantia 13, Politik Dunia, (Surabaya : Jaring Pena,
no. 2 Oktober (2011): 57–266. 2009)

Elmubarok, Zaim, Membumikan Pendidikan Nata, Abuddin, Perspektif Islam tentang


Nilai, Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2009) Strategi Pembelajaran, Cet. I; (Jakarta:
Kencana 2009)
Iin Meriza, “Peran Kerabat Dalam
Pendidikan Akhlak Anak,” Jurnal

19
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
Nisa Khairuni, Dampak Positif Dan Negatif Salim, Abdullah Akhlaq Islam Media dakwah,
Sosial Media Terhadap Pendidikan (Jakarta: 1986)
Akhlak Anak (Studi Kasus Di SMP
Negeri 2 Kelas VIII Banda Aceh), Syarifah Habibah, “Akhlak Dan Etika Dalam
Jurnal Edukasi 2, no. 1 Januari (2016): Islam,” JURNAL PESONA DASAR 1,
91–106. no. 4 Oktober (2015): 73–87.

Partanto, Pius A dan al Barry, M. Dahlan, Soekanto, Soerjono, Pokok–pokok Sosiologi


Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya, Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Arloka, 2001) Persada. 2003)

Putra, Daulay Haidar Pendidikan Islam dalam Subekti, April Kharis Persepsi Guru SMP
Sistem Pendidikan Nasional di Muhammadiyah 5 Yogyakarta
Indonesia. Ed. I, Cet. I; Jakarta: Terhadap Dampak Negatif Pasca
Kencana, 2004) Maraknya Aksi Klitih Di Kalangan
Pelajar, (Yogyakarta : Program S1
QS. An-Nahl : 125 PPKN Universitas PGRI Yogyakarta,
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu 2017), Skripsi
Berparadigmaa Ganda, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011) Syamsu S, Strategi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Antisipasi Krisis Akhlak
Ritzer, George & Goodman Douglas J., Teori Peserta Didik Pada Sma Negeri Di
Sosiologi, (Bantul: Kreasi Wacana, Palopo, INFERENSI, Jurnal Penelitian
2011) Sosial Keagamaan 9, no. 2 Desember
(2015): 373–396.
Rusn, Abidin Ibnu Pemikiran Al Ghazali Usman, Sunyoto, Sosiologi Sejarah, Teori
Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: dan Metodologi, CIRED, (Yogyakarata,
Pustaka Pelajar, 1998) 2004)

Rafi’uddin, Sutrisna Sumadi, Pedoman Weber M, Sosiologi Agama, terj. Yudi


Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Quantum Santoso, (Yogyakarta : IRCisod,
Prima, 2002) 2012)

Sabar Budi Raharjo, “Pendidikan Karakter Weber, Max, Sosiologi, (Yogyakarta :


Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Pustaka Pelajar, 1946)
Mulia,” Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan 16, no. 3 (2010): 229–238. Yoke, Ahmad Hifdzil Haq, Pendidikan
Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali,

20
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020
Jurnal At-Ta’dib 10, no. 2 Desember
(2015): 362–381. Zainudin, Fanani, Pedoman Pendidikan
Modern, (Arya Surya Perdana, 2010)
Zahruddin & Sinaga, Hasanuddin, Pengantar
Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004)

21
Jurnal Asketik: Agama dan Perubahan Sosial
Volume 4 Nomor 1, Juli 2020

You might also like