Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

POLA TRAUMA TUMPUL TULANG HUMERUS PADA KORBAN KECELAKAAN

1) Intan Sari Nuraini (Department of Forensic Science, Postgraduate School, Universitas


Airlangga), Email: intan.sari.nuraini-2021@pasca.unair.ac.id

Abstrak: Analysis of the damage and changes in the skeletal remains can help in relation to the circumstances of
death and/or identification of the individual by trauma to the bone. In the analysis of trauma and bone damage can
estimate the estimated time of trauma compared to the time of death, the mechanism, and the type of force that
caused the trauma. Fracture is the cause of a high number of disabilities worldwide. e. One of the fractures is
humerus fracture, often occur because of injury. The classic symptoms of a fracture are a history of trauma, pain
and swelling in the fractured bone, deformity, and musculoskeletal malfunction. The occurrence of these fractures
includes incidents of accidents, sports injuries, fire disasters, natural disasters and so on. Based on data from the
Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2011 in Indonesia, it was found that around 8 million people
experienced fractures with different types of fractures and different causes. It was found that 25% of fracture
patients died, 45% experienced physical disabilities, 15% experienced psychological stress due to anxiety or
depression, and 10% experienced a good recovery. One type of humeral fracture, fraktur humerus proksimal (FHP)
has the most frequent distribution of events in children and adolescents which accounts for 0.5% to 3.5% of all
fractures. This study aims to determine the prevalence of humeral blunt force fractures in relationship accidents
which are influenced by the mechanism of injury, energy strength, type of object, and accident chronology.

Latar belakang: :Analisis kerusakan dan perubahan pada sisa-sisa kerangka dapat membantu terkait hubungan
dengan keadaan kematian dan atau identifikasi individu hal tersebut dapat dilihat dari trauma pada tulang. Pada
analisis trauma dan kerusakan tulang dapat memperkirakan perkiraan waktu trauma dibandingkan dengan waktu
kematian, mekanisme, dan jenis kekuatan yang menyebabkan trauma. Fraktur adalah penyebab kecacatan dengan
jumlah tertinggi di seluruh dunia. Salah satu fraktur adalah fraktur humerus, sering terjadi karena dari cedera.
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, nyeri, dan pembengkakan pada tulang yang retak, deformitas,
dan musculoskeletal malfungsi. Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan, cedera
olahraga, bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan
RI tahun 2011 di Indonesia didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang
berbeda dan penyebab yang berbeda. Didapatkan data 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45%
mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas maupun depresi, dan 10% mengalami
kesembuhan dengan baik. Salah satu jenis fraktur humerus yaitu fraktur humerus proksimal (FHP) memiliki
distribusi kejadian paling sering pada anak-anak dan remaja dimana menyumbang 0,5% menjadi 3,5% dari semua
fraktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi humerus fraktur benda tumpul pada kecelakaan
hubungan yang dipengaruhi oleh mekanisme cedera, kekuatan energi, tipe benda, dan kronologis kecelakaan.

Kata kunci: Forensic anthropology, types of accidents, types of fractures, blunt trauma.

PENDAHULUAN
Antropologi forensik menggunakan prinsip tulang biomekanik untuk mendukung trauma
pada tulang. Tulang biomekanik ditentukan oleh bahan dan sifat struktural (variabel intrinsik)
dan sifat beban (variabel ekstrinsik) yang digunakan. Itu variabel intrinsik terdiri dari sifat
material seperti: seperti struktur mikro tulang, ketebalan kortikal, dan ketebalan trabekular,
sedangkan sifat structural termasuk morfologi tulang (yukuran dan bentuk). Variabel ekstrinsik
meliputi besaran, arah, tingkat, tingkat penggunaan, dan durasi beban yang diterapkan ke tulang.
Variabel intrinsik adalah sesuatu terkait dengan senjata atau benda yang menyebabkan cedera
(Tersigni-Tarrant & Natalie, 2013)
Penyakit muskuloskeletal adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan di hampir
seluruh dunia, bahkan World Health Organization (WHO) sudah menetapkan bahwa tahun
2000–2010 sebagai “The Bone and Joint Decade”. Penyakit muskuloskeletal merupakan
penyakit yang terjadi pada otot, tendon, persendian, atau tulang, antara lain nyeri pada tulang
punggung serta fraktur (Woolf, 2000). Fraktur itu dapat diakibatkan oleh penyakit degeneratif
misalnya pada osteoporosis, keadaan patologis, dan yang disebabkan berbagai jenis kecelakaan
(traumatic fracture) seperti kecelakaan domestik atau kecelakaan rumah tangga, kecelakaan
kerja, kecelakaan olahraga, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya (Triono, 2015).
Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan, cedera olahraga,
bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya (Karladani, 2001).
Secara umum fraktur tersebut dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi, salah satunya
adalah berdasar atas hubungan tulang dengan jaringan sekitar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur
tertutup. Berdasar atas lokasi bagian tubuh yang terkena, fraktur ekstremitas bawah merupakan
kontinuitas jaringan tulang yang terputus terjadi pada tulang yang menyusun ekstremitas bawah,
dan tulang panjang ekstremitas bawah meliputi femur, tibia, dan fibula (Solomon, 2010).
WHO mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan
insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden
kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur sekitar 40% dari insiden
kecelakaan yang terjadi. Dari semua jenis fraktur, fraktur ekstrimitas memiliki insiden yang
cukup tinggi (Amin, 2014). Salah satu jenis fraktur humerus yaitu fraktur humerus proksimal
(FHP) memiliki distribusi kejadian paling sering pada anak-anak dan remaja dimana
menyumbang 0,5% menjadi 3,5% dari semua fraktur (Lefevre,2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat
mengakibatkan fraktur tulang humerus. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara jenis
kecelakaan dan tipe fraktur tulang humerus untuk di analisis trauma dan perubahan lain pada
kerangka dalam membantu menggungkap hubungan dengan keadaan kematian atau identifikasi
individu. Perubahan berupa perubaha sifat fisik dari tulang, sedangkan trauma mengacu pada
gangguan pada jaringan hidup karena faktor eksternal. Kesimpulan yang diperoleh dari trauma
tulang analisis termasuk waktu relatif yang dihabiskan untuk peroses kematian, dan mekanisme
atau jenis kekuatan yang menyebabkan trauma. Waktu trauma dapat dikategorikan sebagai:
antemortem (terjadi sebelum kematian) atau perimortem (terjadi sekitar waktu kematian). Pada
postmortem perubahan tidak dianggap traumatis (karena mereka tidak mengganggu jaringan
hidup). Mekanisme trauma dikategorikan sebagai kekuatan tumpul dan tajam. (Christensen et al.,
2014).

METODE
Menurut Ramadhani, 2019 penelitian yang digunakan pada rancangan penelitian tersebut
dilakukan secara kuantitatif dengan metode observasional analitik melalui cross sectional study.
Penelitian ini mengukur variabel independen dan dependen pada waktu yang bersamaan untuk
melihat hubungan jenis kecelakaan, yaitu kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan non-lalu lintas
dengan tipe fraktur pada fraktur tulang panjang ekstremitas bawah di Rumah Sakit Khusus
Bedah Halmahera tahun 2017.

HASIL DAN DISKUSI


HASIL
Gambar 1. X-ray kedua patah tulang yang kedua ke tulang rusuk kelima yang terkait dengan sisi
kiri hemopneumothorax dan fraktur kominutif humerus kiri (Tsai,2013)

Gambar 2. Pemindaian tomografi terkomputasi pada dada (CT) menunjukkan Fraktur kepala
humerus intratoraks (panah putih) dan udara subkutan di lengan proksimal kiri (Tsai,2013)

DISKUSI
Fraktur merupakan kontinuitas tulang atau kesatuan struktur tulang terputus yang dapat
merupakan retak, remah, atau bagian korteks pecah. Tipe fraktur berdasar atas hubungan tulang
dengan jaringan di sekitarnya dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka
adalah fraktur yang merusak jaringan kulit sehingga terdapat hubungan fragmen tulang dengan
dunia luar, sedangkan fraktur tertutup merupakan fraktur tanpa hubungan antara fragmen tulang
dan dunia luar. Fraktur yang disebabkan oleh peristiwa trauma (traumatic fracture) dapat terjadi
pada kecelakaan lalu lintas maupun non-lalu lintas (Solomon, 2010).
Tabel 2 menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kecelakaan dan tipe fraktur. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat memengaruhi mekanisme fraktur pada kecelakaan,
antara lain mekanisme cedera (direct, indirect force), besar kekuatan energi (lowenergy,
high-energy), tipe benda yang terlibat dalam kejadian fraktur (tajam dan tumpul), serta
kronologis tertentu dalam suatu kecelakaan (Solomon, 2010).
Fraktur yang tertutup diakibatkan oleh mekanisme cedera dan kekuatan energi yang tidak
terlalu besar, tidak terdapat perlibatan benda tajam, dan kronologis seperti terjatuh, terkilir, dan
tertimpa benda berat yang terjadi pada kecelakaan non-lalu lintas.10 Sementara fraktur terbuka
diakibatkan oleh mekanisme direct force dengan kekuatan high-energy dan keterlibatan benda
tajam seperti badan kendaraan yang lebih sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas (Lopez,
2016).
Pada penelitian ini ternyata kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan fraktur yang
tertutup lebih besar daripada fraktur terbuka. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada
kecelakaan lalu lintas angka kejadian fraktur terbuka lebih tinggi dibanding dengan fraktur
tertutup. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktorfaktor seperti mekanisme cedera serta kekuatan
energi yang tidak terlalu besar, kurang keterlibatan benda tajam, serta kronologis tertentu seperti
posisi korban dan jenis kendaraan pada kecelakaan lalu lintas pada penelitian ini memengaruhi
tipe fraktur. fraktur terbuka lebih tinggi dibanding dengan fraktur tertutup. Hal ini mungkin
disebabkan oleh faktorfaktor seperti mekanisme cedera serta kekuatan energi yang tidak terlalu
besar, kurang keterlibatan benda tajam, serta kronologis tertentu seperti posisi korban dan jenis
kendaraan pada kecelakaan lalu lintas pada penelitian ini memengaruhi tipe fraktur (Ramadhani,
2019).
Selain kekuatan tekanan, mekanisme trauma dan jenis benda tajam atau tumpul terdapat
beberapa faktor risiko yang memengaruhi fraktur tulang panjang pada kejadian kecelakaan,
antara lain usia, jenis kelamin, kekuatan otot, dan juga kekuatan struktur tulang per individu.
Usia anak dan remaja lebih sering mengalami fraktur tulang panjang karena proses pertumbuhan
terjadi pada lempeng fisis yang lebih rapuh. Usia tua sering disertai dengan keadaan patologis
tulang atau kepadatan tulang yang berkurang. Perempuan lebih mudah mengalami fraktur pada
usia lansia yang dipengaruhi oleh proses pengeroposan tulang. Namun, laki-laki pada penelitian
ini lebih sering mengalami fraktur. Hal ini merupakan faktor-faktor yang mungkin menjadi
variabel perancu yang tidak diteliti pada penelitian ini (Ramadhani, 2019).
Memar dada terkait dengan patah tulang rusuk dan perpindahan kepala humerus ke dalam
rongga dada adalah cedera yang relatif jarang yang tidak terdeteksi selama pemeriksaan awal.
Kasus pertama intratoraks fraktur-dislokasi dijelaskan pada tahun 1949. Sangat sedikit kasus
fraktur-dislokasi intratoraks telah dilaporkan dalam literatur. Mekanisme dislokasi humerus di
dalam toraks masih belum jelas. Mekanisme dislokasi dapat disebabkan oleh benturan dari
trauma energi tinggi yang tiba-tiba di lengan saat itu dalam posisi abduksi dan rotasi eksternal.
Tiba-tiba kekuatan dapat membuat kepala humerus ke toraks rongga.Fraktur kepala humerus
dapat dideteksi dengan rontgen dada langsung, dan CT scan dada berikutnya dengan kontras
intravena sangat membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mengevaluasi pembuluh darah
(Tsay, 2013).
Pada pemeriksaan radiografi di dada menunjukkan tanda-tanda hemopneumothorax sisi
kiri. Selain fraktur pada iga kedua hingga iga kelima, fraktur kominutif kiri humerus juga dicatat
(Gbr. 1). Computed tomography (CT) scan toraks menunjukkan adanya humeral head yang
terfragmentasi di rongga dada sebelah kiri (Gbr. 2) (Tsay, 2013).

KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara jenis kecelakaan dan tipe fraktur pada pasien fraktur tulang
panjang ekstremitas bawah di Rumah Sakit Khusus Bedah Halmahera pada tahun 2017
(Solomon, 2010). Pergeseran intratoraks dari kepala humerus menyebabkan oleh trauma serius
dapat mengancam jiwa. Setelah stabilisasi dengan melakukan torakostomi tabung, intervensi
bedah dini dianjurkan. Penghapusan satu tahap dari fraktur kepala humerus intratoraks melalui
VATS bersama dengan rekonstruksi humerus proksimal melalui hemiarthroplasty adalah
pengobatan yang efektif untuk fraktur-dislokasi intratoraks humerus (Tsai,2013)

DAFTAR PUSTAKA
Amin S, Achenbach SJ, Atkinson EJ, Khosla S, Melton LJ 3rd. 2014. Trends in fracture
incidence: a population-based study over 20 years. J Bone Miner Res. 29(3):581–589.
Christensen, AM., Passalacqua, NV, Bartelink. 2014. Forensic Anthropology Current Methods
and Practice. United States: Elsevier. pp. 331, 347-351
Karladani AH, Granhed H, Kärrholm J, Styf J. 2001. The influence of fracture etiology and type
on fracture healing: a review of 104 consecutive tibial shaft fractures. Arch Orthop Trauma
Surg. 121(6):325–328
Lefevre Y, Journeau P, et  al. 2013. Proximal humerus fractures in children and adolescents.
Orthopaedics & Traumatology: Surgery & Research 100 (2014) S149–S156
López-Arquillos A, Rubio-Romero JC. Analysis of workplace accidents in automotive repair
workshops in Spain. Saf Health Work. 2016 Sep;7(3):231–6
Ramadhani, RP, Romadhona N. 2019.Hubungan Jenis Kecelakaan dengan Tipe Fraktur pada
Fraktur Tulang Panjang Ekstremitas Bawah. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, Vol. 1
No.1
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. 2010. Apley’s system of orthopaedics and fractures (9th
Edition). Malaysian Orthopaedic J. 4(3):39.
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures (9th Edition).
Malaysian Orthopaedic J. 2010;4(3):39.
Triono P, Murinto. 2015. Aplikasi pengolahan citra untuk mendeteksi fraktur tulang dengan
metode deteksi tepi. J Inform. 9(2):1115–23.
Tsay YM, Shen PH, Chang H. 2013. Intrathoracic Displacement of a Fractured Humeral Head
due to Blunt Trauma. Ann Thorac Cardiovasc Surg. Supplement: 592–594
Woolf AD. 2000. The bone and joint decade 2000-2010. Ann Rheum Dis. 2000 Feb;59(2):81–2.

You might also like