Peran Bapas Sebagai Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum (Studi Pada Bapas Kelas I Medan)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PERAN BAPAS SEBAGAI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN

DALAM PENANGANAN ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN


HUKUM (STUDI PADA BAPAS KELAS I MEDAN)
Oleh:
Samuel Panjaitan 1)
Gomgom T.P. Siregar 2)
Syawal Amry Siregar 3)
Universitas Darma Agung, Medan 1,2,3)
E-Mail:
samuelpanjaitan18@gmail.com 1)
gomgomsiregar@gmail.com 2)
Syawalsiregar59@gmail.com 3)

ABSTRACT

The problems of this research are what the role of Bapas is as a community guide in
handling children in conflict with the law at Bapas Class I Medan, what the factors of
constraints faced by Bapas in handling children in conflict with the law at Bapas Class
I Medan, and what efforts to overcome the obstacles faced by Bapas in handling
children in conflict with the law at Bapas Class I Medan. The results show that Bapas
Class I Medan had provided a lot of assistance to child suspects in conflict with the law
in various types of criminal acts, both at the request of law enforcers and at the request
of the suspect's child's family. Bapas performs its role by conducting field research on
criminal cases committed by children, namely by gathering information from the
surrounding community, child suspects, and also from victims of criminal acts. Then
Bapas analyzes all the information to be able to make recommendations on the
completion of child cases submitted to law enforcers. Furthermore, Bapas also provides
assistance to child suspects during the settlement of cases or in the legal process by
attending any invitations to diversion deliberations, and seeks to ensure that children
get their rights according to children's needs during the investigation process by
investigators. The obstacles faced by Bapas in handling children in conflict with the law
are: a peace agreement between the parties in deliberation is difficult to achieve, the
existence of a negative stigma from the community towards diversion efforts which are
considered as an effort to protect criminals, the economic condition of the child
perpetrator's family which is classified as weak so it is difficult to fulfill payment of
compensation to victims of criminal acts, as well as restrictions on diversion in the
SPPA Law. Efforts can be made to overcome the obstacles faced by Bapas in handling
children in conflict with the law: more intensive socialization of the SPPA Law to the
public, revisions to the SPPA Law to remove restrictions on diversion, impose
restrictions on parties involved in diversion, and strive to ensure that all Rehabilitation
costs for suspected child drug addicts are borne by the government so that diversion
efforts become easier to determine. It is suggested that the government needs to conduct
more intensive socialization regarding the SPPA Law to the general public by not only
involving law enforcers, but also involving other agencies, especially agencies related
to social society, such as religious and social agencies. Thus, it will be easier for Bapas
to conduct community research to recommend the best for the child suspect. The
government needs to consider that the SPPA Law is revised, especially to remove

JURNAL RETENTUM, Volume 2 Nomor 1, Tahun 2021 (Februari) ; 79-89 79


restrictions on child diversion, so that diversion efforts can be made against all types of
criminal acts as well as against children who commit repetition of crimes. The
government needs to simplify the deliberation process by reducing the parties involved.
Diversion deliberations should only involve the families of the children and their
victims, as well as investigators and Bapas officers.
Keywords: Bapas, Community Advisor, Handling and Children in conflict with the
law

ABSTRAK

Rumusan masalah penelitian ini adalah apa peran Bapas sebagai pembimbing
kemasyarakatan dalam penanganan anak berkonflik dengan hukum pada Bapas Kelas I
Medan, apa faktor kendala yang dihadapi Bapas dalam penanganan anak berkonflik
dengan hukum di Bapas Kelas I Medan, dan apa upaya mengatasi kendala yang
dihadapi Bapas dalam penanganan anak berkonflik dengan hukum di Bapas Kelas I
Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bapas Kelas I Medan telah banyak
melakukan pendampingan terhadap tersangka anak berkonflik dengan hukum di
berbagai jenis tindak pidana, baik atas permintaan penegak hukum maupun atas
permintaan dari keluarga tersangka anak. Bapas melakukan perannya dengan
melakukan penelitian lapangan terhadap perkara pidana dilakukan oleh anak, yaitu
dengan mengumpulkan informasi masyarakat sekitar, tersangka anak, dan juga dari
korban tindak pidana. Kemudian Bapas melakukan analisis terhadap semua informasi
untuk dapat membuat rekomendasi atas penyelesaian perkara anak diserahkan kepada
penegak hukum. Selanjutnya, Bapas juga melakukan pendampingan terhadap tersangka
anak selama dalam penyelesaian perkara atau dalam proses hukum dengan menghadiri
setiap undangan musyawarah diversi, serta berupaya menjamin bahwa anak
mendapatkan hak-haknya sesuai kebutuhan anak selama diproses pemeriksaan oleh
penyidik. Kendala yang dihadapi Bapas dalam penanganan anak berkonflik dengan
hukum adalah: kesepakatan damai antara para pihak dalam musyawarah sulit dicapai,
adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap upaya diversi yang dianggap sebagai
upaya perlindungan terhadap pelaku kejahatan, kondisi ekonomi keluarga pelaku anak
yang tergolong lemah sehingga sulit untuk memenuhi pembayaran ganti rugi kepada
korban tindak pidana, serta adanya pembatasan diversi pada UU SPPA. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi Bapas dalam penanganan anak
berkonflik dengan hukum: sosialisasi yang lebih gencar mengenai UU SPPA kepada
masyarakat, revisi terhadap UU SPPA untuk menghilangkan pembatasan diversi,
melakukan pembatasan terhadap pihak-pihak terlibat dalam diversi, serta
mengupayakan agar seluruh biaya rehabilitasi bagi tersangka anak pecandu narkotika
ditanggung oleh pemerintah sehingga upaya diversi menjadi lebih mudah ditetapkan.
Disarankan pemerintah perlu melakukan sosialisasi yang lebih gencar mengenai UU
SPPA kepada masyarakat umum dengan tidak hanya melibatkan penegak hukum, tetapi
juga melibatkan instansi lain khususnya instansi yang berhubungan dengan sosial
kemasyarakatan, seperti instansi keagamaan dan instansi sosial. Dengan demikian
Bapas akan lebih mudah melakukan penelitian kemasyarakatan guna
merekomendasikan yang terbaik bagi tersangka anak. Pemerintah perlu
mempertimbangkan agar UU SPPA direvisi, khususnya untuk menghilangkan
pembatasan terhadap diversi anak, agar upaya diversi dapat dilakukan terhadap semua
jenis tindak pidana serta terhadap anak yang melakukan pengulangan tindak pidana.
Pemerintah perlu menyederhanakan proses musyawarah dengan mengurangi pihak yang
terlibat. Musyawarah diversi sebaiknya hanya melibatkan keluarga anak dan
korbannya, serta penyidik dan petugas Bapas.

Kata Kunci: Bapas, Pembimbing Kemasyarakatan, Penanganan dan Anak


Berkonflik dengan Hukum

80 PERAN BAPAS SEBAGAI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DALAM PENANGANAN ANAK YANG


BERKONFLIK DENGAN HUKUM (STUDI PADA BAPAS KELAS I MEDAN)
Samuel Panjaitan 1) Gomgom T.P. Siregar 2) Syawal Amry Siregar 3)
1. PENDAHULUAN secara aktif produktif juga berguna di
Latar Belakang Masalah masyarakat. Selain itu juga berdasarkan
Anak merupakan tumpuan dari Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012
harapan orang tua serta harapan dari tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
bangsa dan negara akan melanjutkan Bapas dalam Pembimbing
kelangsungan eksistensi bangsa pada Kemasyarakatan juga dapat membantu
masa depan. Pemerintah telah memperlancar tugas dari penyidik,
melakukan upaya untuk mewujudkan penuntut umum dalam menangani
anak Indonesia sehat secara mental juga perkara anak nakal dengan membuat
fisik, memiliki karakter yang kuat dan Litmas. Kemudian tercantum dalam
memiliki kemampuan yang tinggi untuk Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995
berpartisipasi dalam proses tentang Pemasyarakatan pada pasal 8
pembangunan bangsa dan negara di ayat (1) disebutkan petugas
masa mendatang. Pemerintah telah Pemasyarakatan adalah pejabat
berupaya menjamin perlindungan anak. fungsional penegak hukum. Dengan
Pada pasal 2 ayat (4) UU demikian Pembimbing Kemasyarakatan
Perlindungan Anak juga dinyatakan (PK) sebagai bagian dari personil yang
bahwa: Anak berhak untuk mendapat bertugas di Pemasyarakatan juga harus
perlindungan pada lingkungan hidup dapat berdiri secara sejajar dengan
dapat membahayakan dan menghambat aparat dari penegak hukum
pertumbuhan juga perkembangannya lainnya.Lembaga tersebut juga telah
dengan wajar. Salah satu faktor banyak menangani kasus anak dengan
lingkungan hidup dapat menghambat memberikan sejumlah rekomendasi
pada pertumbuhan dan perkembangan kepada penegak hukum.Tetapi dari
anak adalah „konflik dengan hukum‟, pengamatan penulis bahwa hanya
yaitu seorang anak yang diduga telah sedikit dari rekomendasi Bapas yang
melakukan tindak pidana. benar-benar dijadikan pedoman oleh
Dalam pasal 9 UU SPPA penegak hukum dalam penanganan
menyatakan bahwa penyidik harus perkara anak.
mempertimbangkan hasil penelitian Bapastelah banyak menangani
kemasyarakatan di Bapas yang kasus anak dengan memberikan
mempunyai peran sebagai pembimbing sejumlah rekomendasi kepada penegak
kemasyarakatan.Balai Pemasyarakatan hukum.Tetapi dari pengamatan penulis
disingkat Bapas merupakan unit dari bahwa hanya sedikit dari rekomendasi
pelaksana teknis pemasyarakatan Bapas yang benar-benar dijadikan
melaksanakan tugas dan juga fungsi pedoman oleh penegak hukum dalam
penelitian dari kemasyarakatan, penanganan perkara anak. Hal ini
pembimbingan, pengawasan, dan menjadi gambaran bahwa laporan dari
pendampingan. Bapas sering kurang tepat untuk
Balai Pemasyarakatan (Bapas) digunakan dalam penyelesaian perkara
adalah institusi yang erat hubungannya anak, sehingga penulis tertarik
dengan penegakan hukum sebagai melakukan penelitian dalam bentuk
pranata melaksanakan bimbingan pada tesis dengan judul: Peran Bapas
klien Pemasyarakatan supaya tidak Sebagai Pembimbing
akanlagi melakukan pelanggaran dari Kemasyarakatan Dalam Penanganan
hukum dan akan menjadi warga Negara Anak Yang Berkonflik Dengan
taat pada peraturan dan dapat Hukum (Studi Pada Bapas Kelas I
melakukan fungsi dari sosialnya yang Medan).

JURNAL RETENTUM, Volume 2 Nomor 1, Tahun 2021 (Februari) ; 79-89 81


dari bangsa, yang memiliki peran
Perumusan Masalah strategis juga mempunyai ciri yang sifat
Berdasarkan uraian pada latar khusus menjamin kelangsungan
belakang maka rumusan masalah eksistensi bangsa juga negara di masa
sebagai berikut: depan. Pengertian anak yang digunakan
1. Apa peran Bapas sebagai penulis adalah pengertian anak sebagai
pembimbing kemasyarakatan dalam korban penelantan dilakukan orang tua
penanganan anak berkonflik dengan kandungnya sendiri. Peneliti
hukum di Bapas Kelas I Medan ? menggunakan penegertian berdasar
2. Apa faktor kendala yang dihadapi pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Bapas dalam penanganan anak No.35 Tahun 2015 yang telah
berkonflik dengan hukum di Bapas disebutkan diatas, dimana pengertian
Kelas I Medan ? tersebut dipandang lebih luas dalam
3. Apa upaya mengatasi kendala yang memberikan perlindungan pada anak
dihadapi Bapas dalam penanganan yang mencakup seseorang yang belum
anak berkonflik dengan hukum di mencapai dari usia 1 tahun dan juga
Bapas Kelas I Medan ? belum kawin termasuk juga anak masih
dalam kandungan dari ibunya.
2. TINJAUAN PUSTAKA Salah satu instrumen digunakan
Menurut Basyir bahwa “Anak dalam perlindungan pada anak adalah
merupakan asset bangsa. Anak juga hukum, dimanaperlindungan hukum
masa depan bangsa juga negara dimasa bagi seorang anak diartikan sebagai
mendatang berada ditangan anak suatu upaya perlindungan hukum pada
sekarang”. Semakin baik keperibadian berbagai kekerasan dan hak dari anak
dari anak sekarang maka akansemakin serta berbagai dari upaya yang saling
baik pula kehidupan di masa depan berhubungan dengan suatu
bangsa, begitu pula sebaliknya apabila kesejahteraan anak, ada beberapa
keperibadian anak buruk maka bobrok konsep juga pengertian telah
pula kehidupan suatu bangsa dimasa dikemukakan tentang perlindungan
yang akan datang. anak. Perlindungan anak menurut
Manusia merupakan subyek Gosita “merupakan suatu usaha
hukum yang berarti manusia memiliki membuat kondisi dan situasi yang
hak juga kewajiban dalam hal lalu lintas memungkinkan dari pelaksanaan hak
hukum. Namun tidak semua manusia juga kewajiban anak yang secara
dipandang cakap mengenai hal tersebut. manusiawi”. Setiap hak dari anak harus
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata orang dijunjung dengan tinggi untuk
yang tidak cakap dari hukum yaitu pencapaian tujuan yakni lahirnya
meliputi: Orang-orang yang belum generasi muda sehat untuk
dewasa, mereka ditaruh di bawah kelangsungan dari kehidupan berbangsa
pengampuan. dan bernegara.
Menurut Undang-Undang Anak adalah manusia
Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2015, merupakan pembawa hak, yang segala
anak adalah amanah dari Tuhan Yanag sesuatu mempunyai hak juga kewajiban
Maha Esa, yang dalam dirinya ada disebut juga subjek hukum. Pengertian
melekat harkat juga martabat sbagai anak sudah diatur dalam Pasal 1 angka
makhluk seutuhnya, serta anak adalah 1 Undang-Undang 35 Tahun 2014
suatu tunas, potensi, juga generasi muda Tentang Perlindungan Anak yang
sebagai penerus cita-cita perjuangan berbunyi: “Anak merupakan seseorang

82 PERAN BAPAS SEBAGAI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DALAM PENANGANAN ANAK YANG


BERKONFLIK DENGAN HUKUM (STUDI PADA BAPAS KELAS I MEDAN)
Samuel Panjaitan 1) Gomgom T.P. Siregar 2) Syawal Amry Siregar 3)
yang belum mencapai 18 (delapan berkonflik dengan hukum pada tahap
belas) tahun, dimana termasuk juga pemasyarakatan antara lain:
anak masih dalam kandungan”. Tiap- a. Penempatan Pada Lembaga
tiap peraturan perundang-undangan Pemasyarakatan Anak
sudah mengatur secara tersendiri Anak yang dijatuhi pidana penjara
tentang kriteria anak. Kriteria anak ditempatkan di Lembaga Pembinaan
sangat berpengaruh terhadap kedudukan Khusus Anak yang selanjutnya
hukum dari anak sebagai subjek dari disingkat dengan LPKA. LPKA
hukum. Hukum Indonesia sudah adalah lembaga atau tempat anak
terdapat pluralisme tentang batasan menjalani masa pidanaya. Lembaga
usia, dimana hal ini menyebabkan tiap- lain yang juga serupa tugas dan
tiap peraturan dari perundang-undangan fungsinya dalam melakukan
yang mengatur secara tersendiri tentang pembinanaan terhadap narapidana
kriteria anak. anak yaitu:
Negara memiliki kewajiban Lembaga Pemasyarakatan Anak
dalam melindungi seluruh warga di (LAPAS Anak). Berdasarkan pasal
negaranya dan sudah wajar negara 1 ayat 1 Undang-Undang No. 12
memberikan perhatian lebih kepada Tahun 1995 tentang
para korban kejahatan mungkin Pemasyarakatan menyebutkan
mengalami penderitaan yang baik bahwa pemasyarakatan berarti suatu
secara ekonomi, juga fisik maupun kegiatan untuk melakukan
psikis. Dimana negara mempunyai pembinaan bagi warga binaan
tanggung jawab dalam memberikan pemasyarakatan berdasarkan sistem
kesejahteraan untuk masyarakatnya kelembagaan, dan cara pembinaan
warga negaranya. Dengan demikian saat yang merupakan bagian akhir dari
anggota dari masyarakatnya mengalami sistem pemidanaan dalam tata
suatu kejadian/peristiwa yang juga peradilan pidana.
mengakibatkan kesejahteraan menjadi Pelaksanan hukuman dengan
terusik dan menjadi korban kejahatan, menempatkan anak di lembaga
maka sewajarnya apabila negaranya pembinaan khusus anak
juga bertanggung jawab dalam dimaksudkan untuk menjadikan
memulihkan kesejahteraan dari warga manusia yang seutuhnya yaitu
negaranya, yang mengingat negara juga upaya untuk memulihkan
gagal dalam memberikan suatu narapidana dan anak didik
kesejahteraan untuk masyarakatnya. pemasyarakatan kepada fitrahnya
Perlindungan hukum dalam dalam hubungan manusia dengan
proses penyidikan pada anak terhadap Tuhannya dan manusia dengan
tindak pidana dilakukannya merupakan pribadinya, manusia dengan
sebagai bentuk perhatian juga perlakuan sesamanya dan manusia dengan
khusus dalam melindungi kepentingan lingkungannya. Hal ini sesuai
anak, yaituperhatian dan perlakuan dengan pasal 84 ayat 3 Undang-
khusus ini berupa perlindungan dari Undang No. 11 tahun 2012 yang
hukum agar anak tersebut tidak menjadi menyatakan LPAS wajib
korban penerapan hukum salah yang menyelenggarakan pendidikan,
dapat menyebabkan penderitaan mental, pelatihan keterampilan, dan
maupun fisik dan sosialnya. pemenuhan hak lain sesuai dengan
Bentuk perlindungan hukum ketentuan peraturan perundang-
diberikan terhadapa anak yang undangan.

JURNAL RETENTUM, Volume 2 Nomor 1, Tahun 2021 (Februari) ; 79-89 83


b. Hak-Hak Anak Narapidana selama dalam menjalani masa
Selama anak dalam proses pidana nya.
pembinaan di LPKA maka anak Pembimbing kemasyarakatan
narapidana berhak memperoleh juga bertugas mendampingi, melakukan
pembinaan, pembimbingan, pengawasan terhadap anak yang
pengawasan, pendampingan, memperoleh asimilasi, pembebasan
bersyarat, cuti menjelang bebas, dan
pendidikan dan pelatihan serta hak cuti bersyarat.
lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. 3. METODE PELAKSANAAN
Pembinaan yang dilakukan oleh
lembaga pembinaan ini tidak diatur Penelitian ini adalah penelitian
secara jelas dalam Undang-Undang lapangan (field research), dan juga
Sistem Peradilan Pidana Anak ini, merupakan penelitian kualitatif, yakni
sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan berdasarkan
sistem pembinaan yang dilakukan analisis atas sikap tindak masyarakat
sama dengan pembinaan terhadap dari berbagai aspek secara mendalam
orang dewasa. Aturan hukum yang dan nilai informasi mengenai suatu
dipergunakan dalam pembinaan temuan tidak digantungkan pada jumlah
anak adalah sama dengan ketentuan tertentu namun didasarkan pada
Undang-Undang No.12 Tahun 1995 kenyataan adanya gejala tersebut yang
tentang Pemasyarakatan. dilihat dari beberapa aspek dilihat
LPKA wajib menyelenggarakan secara mendalam.
pendidikan, pelatihan keterampilan, Sesuai dengan penggunaan
pembinaan dan pemenuhan hak lain data sekunder dalam penelitian
sesuai dengan ketentuan peraturan ini, maka pengumpulan datanya
perundang-undangan. Pelaksanaan dilakukan dengan cara
kegiatan tersebut dilakukan terhadap mengumpulkan, mengkaji dan
anak narapidana berdasarkan mengolah secara sistematis bahan-
penelitian pembimbing bahan kepustakaan serta dokumen-
kemasyarakatan untuk menentukan dokumen yang berkaitan. Data
penyelenggaraan program sekunder baik menyangkut primer,
pendidikan dan pembinaan yang sekunder maupun tertier diperoleh
sesuai dan dalam pengawasan dari bahan pustaka yang
Bapas. Ketentuan perlindungan memperhatikan prinsip pemutakhiran
hukum yang diberikan oleh undang- juga relevansi.
undang sistem peradilan pidana Mengingat penelitian ini
anak ini yaitu dengan melibatkan memusatkan perhatian pada data
lembaga pembimbing masyarakat sekunder, maka pengumpulan data
dapat mendidik anak selama dalam ditempuh dengan melakukan
proses pelaksanaaan masa wawancara dan studi dokumentasi.
pidananya dengan menentukan Bahan hukum sekunder merupakan
program-program yang sesuai bahan hukum yang sudah tersedia dan
dengan kebutuhan anak. diolah berdasarkan bahan-bahan hukum.
Pembimbing Kemasyarakatan juga Analisis data dalam penelitian ini
harus melakukan pengawasan secara kualitatif. Data sekunder
terhadap anak yang menjalani diperoleh dari hasil penelitian yang
hukumannya serta memperhatikan disusun sedemikian rupa demikian
pertumbuhan dan kepentingan anak analisis secara deskriptif, logis dan

84 PERAN BAPAS SEBAGAI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DALAM PENANGANAN ANAK YANG


BERKONFLIK DENGAN HUKUM (STUDI PADA BAPAS KELAS I MEDAN)
Samuel Panjaitan 1) Gomgom T.P. Siregar 2) Syawal Amry Siregar 3)
sistematis, yang dinyatakan oleh pihak terjadi dalam suasana yang
terkait secara lisan dan dituangkan menegangkan, sehingga pertengkaran
secara tertulis, serta dikaitkan bahan menjadi mudah untuk terjadi. Dalam hal
hukum sekunder menggunakan metode ini biasanya keluarga korban akan lebih
deduktif dan indukatif yang mudah untuk terpancing, sehingga
berpedoman pada hukum pidana dan kesepakatan damai menjadi sulit untuk
perundang-undangan yang berhubungan dicapai, dan musyawarah dapat berakhir
dengan permasalahan diteliti untuk pada kondisi masalah yang semakin
menjawab permasalahannya. meruncing.
beberapa kasus yang terjadi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN justru menunjukkan niat yang kurang
Hasil yang diperoleh dari baik dari para pihak. Pihak korban
penelitian ini sebagai berikut: meminta ganti rugi dalam jumlah yang
Faktor Kendala yang Dihadapi Bapas cukup besar diluar kemampuan keluarga
Dalam Penangnan Anak yang pelaku dalam memenuhinya, atau bisa
Berkonflik dengan Hukum Pada juga karena memang pihak korban sama
Bapas Kelas I Medan sekali tidak menghendaki perdamaian.
Bapas telah melakukan tugasnya Tetapi pada sisi lain, terdapat juga
sebagai pembimbing kemasyarakatan kemungkinan pihak keluarga pelaku
dengan melakukan penelitian anak justru tidak mempunyai itikad baik
kemasyarakatan sesuai dengan perkara untuk memberikan ganti rugi yang
anak yang ditangani serta melakukan layak, sehingga mengakibatkan masalah
pendampingan terhadap tersangka anak menjadi semakin meruncing. Hal ini
yang berkonflik dengan hukum selama menjadi kendala bagi Bapas dalam
menjalani proses hukum atau selama menangani perkara anak, dan kendala
dalam proses penyelesaian perkara tersebut tergolong sulit diatasi selama
pidana yang dilakukan oleh anak. Peran berlangsungnya musyawarah untuk
Bapas diharapkan dapat lebih mufakat dalam penanganan perkara
menguatkan penerapan UU SPPA dan anak.
UU Perlindungan Anak sebagai upaya B. Stigma Negatif dari Masyarakat
menyelamatkan masa depan anak Stigma negatif dari masyarakat
dengan berupaya menyelesaikan terhadap upaya diversi secara mudah
perkara di luar pengadilan. Tetapi pada mempengaruhi korban sehingga
kenyataannya masih terdapat banyak menyulitkan dalam upaya pendekatan
anak yang berkonflik dengan hukum atau upaya musyawarah. Tentu hal
dijatuhi hukuman pidana sehingga tersebut akan menjadi hambatan
berdampak pada masa depan anak yang mencapai titik temu antara kepentingan
semakin suram. Hal ini disebabkan korban dengan kepentingan keluarga
dalam penanganan anak, Bapas pelaku anak, yang berarti akan
dihadapkan pada sejumlah kendala menyebabkan musyawarah menjadi
sebagaimana akan dijelaskan berikut sulit menghasilkan kesepakatan
ini. bersama.
A. Adanya Kesulitan Mencapai Terdapat anggapan dimasyarakat
Kesepakatan Dalam Musyawarah bahwa upaya melepaskan tersangka
Diversi anak dari proses hukum adalah
Pertemuan antara keluarga diskriminasi hukum. Masyarakat akan
pelaku anak dengan keluarga korban melakukan penolakan terlebih jika
dalam pelaksanaan musyawarah sering tersangka anak telah melakukan tindak

JURNAL RETENTUM, Volume 2 Nomor 1, Tahun 2021 (Februari) ; 79-89 85


pidana yang tergolong tabu di tengah kerugian yang sesungguhnya diderita
masyarakat, seperti tindak pidana oleh korban.
pelecehan seksual yang biasanya
menyebabkan kerusakan fisik dan Upaya Mengatasi Kendala yang
mental kepada korban yang sulit untuk Dihadapi Bapas Dalam Penanganan
diobati sepanjang hidupnya. Anak yang Berkonflik dengan hukum
pada Bapas Kelas I Medan
C. Pembatasan Dalam Syarat Diversi Berbagai kendala yang dihadapi adalah
Adanya pembatasan diversi kesepakatan dalam musyawarah sulit
sesuai dengan persyaratan yang dicapai, adanya stifma negatif dari
ditetapkan telah menyebabkan UU masyarakat, kondisi ekonomi keluarga
SPPA tidak sepenuhnya dapat tersangka anak, serta adanya
melindungi anak dari penekanan mental pembatasan syarat diversi sehingga
dan fisik, karena beberapa kasus yang Bapas tidak dapat memberi
melibatkan anak tidak dapat diberi rekomendasi penanganan perkara di luar
rekokendasi untuk dilakukan diversi pengadilan terhadap semua perkara
sehingga tetap harus diproses melalui anak. Untuk mengatasi berbagai
sistem peradilan pidana.Salah satu kendala tersebut maka penulis telah
kasus yang terkendala dengan melakukan analisis serta dan
persyaratan diversi adalah tindak pidana mengemukakan hal-hal yang dapat
narkotika. dilakukan untuk mengatasi kendala
Banyak anak yang melakukan yang ada, dengan penjelasan sebagai
tindak pidana narkotika harus diproses berikut.
melalui sistem peradilan pidana karena A. Sosialisasi Yang Lebih Gencar
ancaman pidananya sangat berat. Pada Tentang UU SPPA
pasal 114 UU Narkotika dinyatakan Upaya yang harus dilakukan
bahwa ancaman pidana perantara jual untuk menghindari stigma negatif
beli narkotika paling lama 20 tahun, dan masyarakat terhadap upaya diversi
bila diterapkan kepada pelaku anak adalah dengan melakukan sosialisasi
yang lebih intentif kepada masyarakat
maka ancamannya masih di atas 7 mengenai pentingnya UU SPPA.
tahun, sehingga tidak dapat diberi Dalam hal ini pemerintah masih perlu
rekomendasi diversi oleh Bapas. lebih aktif untuk melakukan sosialisasi
Padahal sebenarnya anak tersebut tidak UU SPPA kepada masyarakat, sehingga
benar-benar memahami apa yang masyarakat dapat memahami makna
dilakukannya, karena hanya yang terkandung dalam proses diversi,
dimanfaatkan oleh orang dewasa. yaitu makna keadilan restoratif, agar
D. Kondisi Ekonomi Keluarga masyarakat memberikan dukungan
Tersangka Anak positif
B. Revisi terhadap UU SPPA
Permasalahan ekonomi yang dengan menghilangkan
sulit pada keluarga pelaku anak pembatasan bukan merupakan
berdampak serius terhadap upaya pengulangan tindak pidana maka
perdamaian karena biasanya keluarga petugas Bapas dapat memperluas upaya
korban tidak hanya melihat jumlah yang rekomendasi diversi terhadap tersangka
ditawarkan sebagai ganti rugi, tetapi anak. Anak-anak yang berkonflik
juga merasa dilecehkan oleh keluarga dengan hukum akan lebih banyak
pelaku jika jumlah ganti ruginya kurang menjalani diversi jika lepas dari
layak atau jauh lebih rendah dibanding pembatasan „bukan pengulangan tindak
pidana‟. Hal tersebut juga terkait
dengan pemaknaan bukan pengulangan

86 PERAN BAPAS SEBAGAI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DALAM PENANGANAN ANAK YANG


BERKONFLIK DENGAN HUKUM (STUDI PADA BAPAS KELAS I MEDAN)
Samuel Panjaitan 1) Gomgom T.P. Siregar 2) Syawal Amry Siregar 3)
tindak pidana telah dilakukan secara tersangka anak, dan juga dari korban
luas, yaitu mancakup tindak pidana tindak pidana. Kemudian Bapas
yang berbeda jenis ataupun tindak melakukan analisis terhadap semua
pidana yang sebelumnya pernah informasi untuk dapat membuat
diselesaikan melalui diversi.
rekomendasi atas penyelesaian
C. Membatasi Pihak Yang Terlibat
perkara anak yang diserahkan
Dalam Diversi
kepada penegak hukum.
Pihak yang diperlukan terlibat
Selanjutnya, Bapas juga melakukan
secara langsung dalam musyawarah
pendampingan terhadap tersangka
diversi terhadap tersangka anak adalah
anak selama dalam penyelesaian
hanya penyidik dan keluarga anak, serta
perkara atau dalam proses hukum
korban, yang didampingi dengan
dengan menghadiri setiap undangan
petugas Bapas. Pembatasan pihak yang
musyawarah diversi, serta berupaya
terlibat dalam diversi tentu akan
menjamin bahwa anak mendapatkan
mempercepat proses penyelesaian serta
hak-haknya sesuai kebutuhan anak
mengurangi beban biaya.
selama dalam proses pemeriksaan
D. Seluruh Biaya Rehabilitasi
oleh penyidik.
Tersangka Narkotika Sebaiknya 2. Kendala yang dihadapi Bapas dalam
Ditanggung Pemerintah penanganan anak yang berkonflik
Biaya rehabilitasi yang dengan hukum adalah: kesepakatan
ditanggung pemerintah selama ini tidak damai antara para pihak dalam
benar-benar mencukupi kebutuhan anak musyawarah sulit dicapai, adanya
penyalahguna narkotika selama dipanti stigma negatif dari masyarakat
rehabilitasi.Biaya yang diberikan terhadap upaya diversi yang
pemerintah tidak memenuhi standar dianggap sebagai upaya
sehingga pihak panti rehabilitasi tetap perlindungan terhadap pelaku
kejahatan, kondisi ekonomi keluarga
memungut biaya dari keluarga pelaku anak yang tergolong lemah
penyalahguna narkotika dalam jumlah sehingga sulit untuk memenuhi
besar. pembayaran ganti rugi kepada
korban tindak pidana, serta adanya
pembatasan diversi pada UU SPPA,
5. SIMPULAN yaitu tindak pidana dengan ancaman
Simpulan pidana penjara di bawah 7 tahun dan
Berdasarkan hasil penelitian serta bukan merupakan pengulangan
pembahasan maka disimpulkan sebagai tindak pidana. Kendala tersebut
menyebabkan petugas Bapas
berikut: menjadi lebih terbatas dalam
1. Bapas Kelas I Medan telah banyak memberikan rekomendasi
melakukan pendampingan terhadap penanganan anak di luar pengadilan
tersangka anak yang berkonflik melalui diversi.
dengan hukum dengan berbagai 3. Upaya yang dapat dilakukan untuk
jenis tindak pidana, baik atas mengatasi kendala yang dihadapi
permintaan penegak hukum maupun Bapas dalam penanganan anak yang
atas permintaan dari keluarga berkonflik dengan hukum:
tersangka anak. Bapas melakukan sosialisasi yang lebih gencar
mengenai UU SPPA kepada
perannya dengan melakukan masyarakat sehingga stigma
penelitian lapangan terhadap perkara masyarakat negatif terhadap upaya
pidana yang dilakukan oleh anak, melepaskan anak dari proses hukum
yaitu dengan mengumpulkan dapat dihindari, melakukan revisi
informasi dari masyarakat sekitar, terhadap UU SPPA untuk

JURNAL RETENTUM, Volume 2 Nomor 1, Tahun 2021 (Februari) ; 79-89 87


menghilangkan pembatasan diversi terhadap semua anak yang
sehingga Bapas dapat berkonflik dengan hukum.
merekomendasikan perlindungan 3. Pemerintah perlu menyederhanakan
menyeluruh kepada tersangka anak, proses musyawarah dengan
melakukan pembatasan terhadap
mengurangi pihak yang terlibat.
pihak-pihak yang terlibat dalam
diversi agar proses musyawarah Musyawarah diversi sebaiknya
diversi menjadi lebih sederhana serta hanya melibatkan keluarga anak dan
mengurangi beban biaya bagi korbannya, serta penyidik dan
keluarga tersangka anak, serta petugas Bapas.
mengupayakan agar seluruh biaya 4. Pemerintah perlu
rehabilitasi bagi tersangka anak mempertimbangkan agar biaya
pecandu narkotika ditanggung oleh rehabilitasi anak yang terlibat
pemerintah sehingga upaya diversi sebagai pecandu narkotika secara
menjadi lebih mudah ditetapkan. penuh ditanggung oleh pemerintah,
Dengan demikian petugas Bapas sehingga upaya penyelesaian
akan lebih mudah membuat perkara melalui rehabilitasi yang
rekomendasi penyelesaian perkara direkomendasikan oleh Bapas
anak melalui musyawarah diversi. menjadi lebih mudah diterima.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas
maka penulis mengajukan saran sebagai 6. DAFTAR PUSTAKA
berikut:
1. Pemerintah perlu melakukan
Buku:
sosialisasi yang lebih gencar
mengenai UU SPPA kepada
Arief, Barda Nawawi, Masalah
masyarakat umum dengan tidak
Perlindungan Hukum Bagi
hanya melibatkan penegak hukum,
Anak, Makalah disampaikan
tetapi juga melibatkan instansi lain
padaSeminar Nasinal. Peradilan
khususnya instansi yang
Anak, Fakultas hukum UNPAD,
berhubungan dengan sosial
Bandung, 5 Oktober 1996.
kemasyarakatan, seperti instansi
Basyir, Ahmad Azhar, Hukum
keagamaan dan instansi sosial.
Perkawinan Islam, UI Press,
Dengan demikian Bapas akan lebih
Yogyakarta, 2007, halaman.
mudah melakukan penelitian
kemasyarakatan untuk
Gosita, Arief,Masalah Korban
merekomendasikan yang terbaik
kejahatan, Akademindo
bagi tersangka anak.
Pressindo, Jakarta,2003.
2. Pemerintah perlu
mempertimbangkan agar UU SPPA
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian
direvisi, khususnya untuk
Hukum, Edisi Revisi, Kencana
menghilangkan pembatasan
Prenada Media Grup, 2010,
terhadap diversi anak, agar upaya
Bandung.
diversi dapat dilakukan terhadap
semua jenis tindak pidana serta
Prints, Darwan, Hukum Anak Indonesia,
terhadap anak yang melakukan
Citra Aditya Bakti, Bandung,
pengulangan tindak pidana. Dengan
2002.
demikian Bapas dapat
mengupayakan rekomendasi diversi

88 PERAN BAPAS SEBAGAI PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DALAM PENANGANAN ANAK YANG


BERKONFLIK DENGAN HUKUM (STUDI PADA BAPAS KELAS I MEDAN)
Samuel Panjaitan 1) Gomgom T.P. Siregar 2) Syawal Amry Siregar 3)
Perundang-undangan:

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012


Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014


Tentang Perlindungan Anak.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(KUHPer)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP)

JURNAL RETENTUM, Volume 2 Nomor 1, Tahun 2021 (Februari) ; 79-89 89

You might also like