Jurnal Skripsi Jul

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR MAGNESIUM TERHADAP SIFAT

MEKANIK PADA PENGECORAN PADUAN ALUMINIUM (Piston Bekas)


Julmansyah, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Jl. Majapahit no. 62,
Mataram.
*E-mail : julmansyah_mga@yahoo.com

The problem in this research is how the changes in the mechanical properties of
alumunium alloy piston-based scrap a result of addition of the element magnesium. The
purpose of this study was to know the effect the addition of magnesium element on mechanical
properties of alumunium alloy piston-based scrap and increase return the mechanical properties
(Hardness) of alumunium alloy piston-based scrap. The method used is a lab experiments. The
materials used are alumunium alloy piston-based scrap and the element magnesium. Al-Si
alloys (scrap piston) and the element Mg was added to the furnace to be dissolved according to
the composition, after the second material is smelted and then stirred for 1 minute to be
homogeneous. The resulting mixture was poured into the mold, then the formation of speciment.
The result showed that the addition of Mg elements effect the result castings (a) The addition of
2
the elements Mg hardness values of 0% by weight is 83.08 Kg/mm , 5% by weight is 94.40
2 2 2
Kg/mm , 10% by weight is 98.78 Kg/mm , 15% by weight is 106.52 Kg/mm , (b) Impact value
2 2
addition of the elements Mg 0% by weight is 0.026 J/mm , 5% by weight is 0.021 J/mm , 10%
2 2
by weight is 0.019 J/mm , 15% by weight is 0.016 J/mm . The conclusion of this study is the
hardness value increases with the element magnesium. But inversely propotional to the value of
the test result impact declining with increasing elements of magnesium and (hardness) of the
result of the former foundry alumunium piston with the addition of magnesium element of the
better.

Keywords : Piston-Based Alumunium Scrap, The Element Magnesium, Hardness Testing,


Impact Testing And Microstructure Observation.

I. PENDAHULUAN dan handal, maka perlu dilakukan studi


lebih lanjut tentang daur ulang limbah
Latar Belakang piston bekas menjadi material piston baru.
Kebutuhan akan paduan aluminium Pada penelitian ini fokus masalah yang
yang terus meningkat dan keterbatasan biji ingin dipelajari adalah tentang studi
aluminium yang ada, merupakan masalah karakterisasi material piston original dan
yang harus dicari solusinya. Hal ini bagaimana membuat piston baru berbasis
disebabkan banyaknya komponen otomotif material limbah piston bekas dengan
yang terbuat dari paduan aluminium, kualitas yang sama atau mendekati dengan
diantaranya adalah piston, blok mesin, kualitas piston original.
cylinder head, valve dan lain sebagainya. Salah satu kasus kerusakan pada suku
Penggunaan paduan aluminium untuk cadang yang sering ditemui pada alat
komponen otomotif dituntut memiliki transportasi selama ini adalah keausan
kekuatan yang baik. Untuk meningkatkan piston. Keausan pada piston dikarenakan
sifat mekanis dari aluminium harus kondisi kerja piston yang bekerja menahan
menambahkan unsur lain seperti suhu yang tinggi, tekanan yang besar dan
magnesium, mangan, nikel, dan gaya gesek secara terus menerus dalam
sebagainya yang dapat merubah sifat jangka waktu yang lama, sehingga piston
paduan aluminium. mengalami keausan. Hal inilah yang
Karena masalah ketersediaan bahan menyebabkan komponen piston perlu
baku biji aluminium ini akan menyababkan dilakukan penggantian dalam jangka waktu
terganggunya proses produksi pada tertentu sesuai dengan penggunaan.
industri-industri pengguna logam Piston merupakan material paduan Al-
aluminium, termasuk industri pembuatan Si yang mempunyai karakteristik kekuatan
piston. Untuk mengatasi masalah dan kekerasan tinggi, tahan korosi, dan
keterbatasan bahan baku piston tersebut ringan. Tetapi setelah mengalami
salah satu usaha yang dimungkinkan kerusakan akibat overheating maka
adalah dengan melakukan daur ulang beberapa sifat mekanik tadi akan
limbah piston bekas. Agar piston hasil daur mengalami penurunan. Sehingga akan
ulang bisa digunakan dengan baik, aman menurunkan kinerja dari piston.

1
Berdasarkan permasalahan tersebut, paduan alumunium berbasis piston bekas
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akan sangat berpengaruh terhadap sifat
pengaruh penambahan magnesium mekaniknya. Berdasarkan referensi dari
terhadap sifat mekanik pada piston. hasil penelitian-penelitian sebelumnya,
maka dugaan awal dalam penelitian ini
Rumusan Masalah adalah semakin besar penambah unsur
Berdasarkan latar belakang diatas magnesium maka semakin bagus pula sifat
maka dapat ditarik sebuah rumusan mekanik paduan alumunium berbasis
masalah dalam penelitian ini, yaitu piston bekas.
bagaimanakah perubahan sifat mekanik
paduan alumunium berbasis piston bekas II. LANDASAN TEORI
akibat dari penambahan unsur magnesium.
Tinjauan Pustaka
Batasan Masalah Eddy (2008), melakukan penelitian
Agar pembahasan dalam penelitian ini tentang perlakuan panas T6 terhadap
tidak meluas, maka dibutuhkan batasan- kekerasan dan struktur mikro pada paduan
batasan masalah sebagai berikut : AL-Si-Mg dengan waktu tahan 4 jam
o
1. Material piston bekas yang dengan suhu yang bervariasi, yaitu 30 C,
o o o o
digunakan untuk membuat semua 150 C, 180 C, 210 C, dan 240 C, ternyata
spesimen adalah dari merek yang mampu meningkatkan nilai kekerasan dari
sama. 63,3 HVN menjadi 93,30 HVN dan
2
2. Pengujian sifat mekanik yang kekuatan impak 5,13 J/cm pada suhu
o
dibahas dalam penelitian ini adalah 210 C.
uji kekerasan brinell dan uji impak. Tjokorda (2010), dalam penelitiannya
3. Perlakuan terhadap semua material tentang studi struktur mikro silikon dalam
dalam proses pembentukan paduan Aluminium-Silikon pada piston dari
dianggap sama. berbagai merk, menyimpulkan bahwa
4. Besarnya jumlah penambahan struktur mikro silikon dari masing-masing
unsur magnesium adalah 0%, 5%, merk sepeda motor ternyata berbeda-beda
10% dan 15%. yang menunjukkan piston tersebut dibuat
5. Porsentase penambahan adalah melalui proses dan komposisi yang
fraksi berat. berbeda. Perbedaan ditemukan khusunya
dalam ukuran dan bentuk silikon.
Tujuan Penelitian Perbedaan ini selanjutnya menentukan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sifat-sifat dari masing-masing piston
sebagai berikut : tersebut dihubungkan dengan ketahanan
1. Mengetahui pengaruh penambahan aus.
unsur magnesium terhadap sifat Rusnoto (2013) melakukan penelitian
mekanik paduan alumunium tentang Studi Kekuatan Impak pada
berbasis piston bekas. Pengecoran Padu Pengecoran Padu Al Al-
2. Meningkatkan kembali sifat Si (Piston Bekas) Dengan Penambahan
mekanik (Kekerasan) piston bekas. Unsur Mg dengan variasi magnesium
Manfaat Penelitan dengan komposisi fraksi berat 0%, 5%,
Manfaat yang diharapkan dari 10% dan 15% dapat meningkatkan
penelitian ini adalah sebagai berikut: kekuatan impak pada piston bekas
1. Menambah nilai guna limbah piston tersebut. Kenaikan tersebut seiring dengan
bekas. meningkatnya penambahan fraksi berat
2. Menambah wawasan ilmu Mg. Harga Impak rata-rata terbesar terjadi
pengetahuan tentang penambahan pada penambahan Mg sebesar 15% yaitu
2
unsure lain dalam pengecoran sebesar 0,035 J/mm . Tanpa penambahan
2
ulang piston bekas. (Mg 0%) sebesar 0,021 J/mm .
3. Dapat menjadi acuan bagi
penelitian-penelitian berikutnya Landasan Teori
khususnya dalam penelitian Piston
dengan topik-topik yang sama. Piston pada mesin juga dikenal dengan
istilah torak / seher adalah bagian (parts)
Hipotesis dari mesin pembakaran dalam yang
Pada umumnya besarnya jumlah berfungsi sebagai penekan udara masuk
penambahan unsur lain pada pengecoran dan penerima tekanan hasil pembakaran

2
pada ruang bakar. Piston terhubung ke
poros engkol (crankshaft,) melalui batang Aluminium
piston (connecting rod). Material piston Aluminium merupakan logam ringan
umumnya terbuat dari bahan yang ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik
dan tahan tekanan, misal aluminium yang dan hantaran listrik yang baik serta memiliki
sudah dicampur bahan tertentu (aluminium sifat-sifat yang baik lainya. Untuk
alloy), atau bahan tempa yang kuat dan meningkatkan sifat mekanisya yaitu dengan
ringan. Dikarenakan bahan tersebut maka menambahkan paduan Cu, Mg, Si, Mn, Zn,
piston memiliki muaian yang lebih besar Ni, secara satu persatu atau bersama-
dibandingkan dengan rumahnya (cylinder sama, sehingga sifat-sifat baik lainya
blok) (Anonim, 2015). meningkat seperti ketahanan korosi,
Piston merupakan salah satu dari spare ketahanan aus, dan koefisien pemuaian
part untuk kendaraan bermotor yang sangat rendah. Material ini dipergunakan didalam
vital dan sering dilakukan pergantian setiap bidang yang luas bukan saja untuk
overhould (Solechan, 2010). Piston bekerja peralatan rumah tangga tapi juga dipakai
tanpa henti selama mesin hidup. untuk keperluan material pesawat terbang,
Komponen ini mengalami peningkatan mobil, kapal laut dan kontruksi (Supriyanto,
temperatur dan tekanan tinggi sehingga 2009).
mutlak harus memiliki daya tahan tinggi. Aluminium mempunyai berat jenis 2,69
3 o
Piston akan mengalami kurasakan seperti g/cm dan titik leburnya 660 C. Dengan
Keausan. Keausan pada piston berat jenis yang rendah, alumunium sangat
dikarenakan kondisi kerja piston yang cocok sebagai bahan konstruksi, meskipun
bekerja menahan suhu yang tinggi, tekanan kekuatan dari aluminium murni agak rendah
yang besar dan gaya gesek secara terus akan tetapi kekuatan itu dapat ditingkatkan
menerus dalam jangka waktu yang lama, dengan menambahkan unsur paduan pada
sehingga piston mengalami keausan. Hal aluminium tersebut (aluminium alloy)
inilah yang menyebabkan komponen piston sehingga kekuatanya mendekati kekuatan
perlu dilakukan penggantian dalam jangka yang dimiliki baja konstruksi, yaitu dengan
waktu tertentu sesuai dengan penambahan unsur paduan tembaga (Cu),
penggunaan(Nurhadi, 2010). Menyebabkan silikoin (Si), magnesium (Mg), mangan
komponen piston perlu dilakukan (Mn), nikel (Ni) dan sebagainya, yang dapat
penggantian sesuai penggunaan (Fuad., mengubah sifat-sifat mekanis Aluminium
2010). (Supriyanto, 2009).
Piston bekas yang telah rusak akan Aluminium murni adalah logam yang
menjadi limbah. Piston bekas ini dapat lunak, tahan lama, ringan, dan dapat
didaur ulang menjadi aluminium. Piston ditempa dengan penampilan luar bervariasi
bekas didaur ulang untuk memenuhi antara keperakan hingga abu-abu,
kebutuhan aluminium dalam bidang tergantung kekasaran permukaannya.
otomotif, rumah tangga, bagian pesawat Aluminium memiliki berat sekitar satu
dan sebagainya. Tidak ada perbedaan pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan
kualitas antara paduan aluminium murni dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan
dan daur ulang, membuat penggunaanya diekstrusi. Resistansi terhadap korosi
aluminium paling banyak digunakan setelah terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu
baja (Aalco., 2013). Selain itu dengan terbentuknya lapisan Aluminium Oksida
memanfaatkan piston bekas ini dapat ketika Aluminium terpapar dengan udara
mengurangi pencemaran lingkungan. bebas. Lapisan Aluminium Oksida ini
mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.
Aluminium paduan dengan tembaga kurang
tahan terhadap korosi akibat reaksi
galvanik dengan paduan Tembaga
(Nasution, 2012).
Aluminium juga merupakan konduktor
panas dan elektrik yang baik. Jika
dibandingkan dengan massanya,
Aluminium memiliki keunggulan
dibandingkan dengan Tembaga, yang saat
2.1 Gambar Piston Bekas ini merupakan logam konduktor panas dan
listrik yang cukup baik, namun cukup berat.
Aluminium murni 100% tidak memiliki

3
kandungan unsur apapun selain Aluminium konsentrasi bahan dan perlakuan yang
itu sendiri, namun Aluminium murni yang diberikan terhadap bahan tersebut.
dijual di pasaran tidak pernah mengandung Aluminium terkenal sebagai bahan yang
100% Aluminium, melainkan selalu ada tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan
pengotor yang terkandung di dalamnya. oleh fenomena pasivasi, yaitu proses
Pengotor yang mungkin berada di dalam pembentukan lapisan aluminium oksida di
Aluminium murni biasanya adalah permukaan logam aluminium segera
gelembung gas di dalam yang masuk setelah logamterpapar oleh udara bebas.
akibat proses peleburan dan Lapisan aluminium oksida ini mencegah
pendinginan/pengecoran yang tidak terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun,
sempurna, material cetakan akibat kualitas pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika
cetakan yang tidak baik, atau pengotor dipadukan dengan logam yang bersifat
lainnya akibat kualitas bahan baku yang lebih katodik, karena dapat mencegah
tidak baik (misalnya pada proses daur oksidasi aluminium.
ulang Aluminium). Umumnya Aluminium
murni yang dijual di pasaran adalah Sifat Fisik Aluminium
Aluminium murni 99%, misalnya Aluminium Alumunium memiliki beberapa sifat
Foil. fisik. Hal ini berpengaruh kepada
keunggulan alumunium untuk dapat dipakai
Sifat-Sifat Aluminium pada berbagai kegunaan. Sifat fisik dari
Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium dapat dilihat pada tabel 2.1.
aluminium paduan dipengaruhi oleh

Tabel 2.1 Sifat fisik aluminium

(Sumber: Amanto dan Daryanto, 2006)

perlakuan umumnya sangat rendah, yaitu


Sifat Mekanik Aluminium sekitar 90 MPa, sehingga untuk
Adapun sifat-sifat mekanik dari penggunaan yang memerlukan kekuatan
aluminium adalah sebagai berikut tensil yang tinggi, aluminium perlu
(Nasution, 2012) : dipadukan. Dengan dipadukan dengan
a. Kekuatan tensil logam lain, ditambah dengan berbagai
Kekuatan tensil adalah besar tegangan perlakuan termal.
yang didapatkan ketika dilakukan pengujian
tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai b. Kekerasan
tertinggi dari tegangan pada kurva Kekerasan gabungan dari berbagai
tegangan-regangan hasil pengujian, dan sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang
biasanya terjadi ketika terjadinya necking. mencegah terjadinya suatu deformasi
Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan terhadap bahan tersebut ketika
yang sebenarnya dapat terjadi di lapangan, diaplikasikan suatu gaya. Kekerasan suatu
namun dapat dijadikan sebagai suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas,
acuan terhadap kekuatan bahan.Kekuatan plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan tensil,
tensil pada aluminium murni pada berbagai ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat
diuji dan diukur dengan berbagai metode.

4
Yang paling umum adalah metode Brinnel,
Vickers, Mohs, dan Rockwell. Kekerasan e. Recyclability (daya untuk didaur ulang)
bahan aluminium murni sangatlah kecil, Aluminium adalah 100% bahan
yaitu sekitar 65 skala Brinnel, sehingga yang didaur ulang tanpa down grading dari
dengan sedikit gaya saja dapat mengubah kualitas. Yang kembali dari aluminium,
bentuk peleburannya memerlukan sedikit energy,
logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang hanya sekitar 5% dari energy yang
membutuhkan kekerasan, aluminium perlu diperlukan untuk memproduksi logam
dipadukan dengan logam lain dan/atau utama yang pada awalnya diperlukan
diberi perlakuan termal atau fisik. dalam proses daur ulang.
Aluminium dengan 4,4% Cu dan
diperlakukan quenching, lalu disimpan pada f. Reflectivity (daya pemantulan)
temperatur tinggi dapat memiliki tingkat Aluminium adalah reflektor yang terlihat
kekerasan Brinnel sebesar 135. cahaya serta panas, dan yang bersama-
sama dengan berat rendah, membuatnya
c. Ductility ideal untuk bahan reflektor misalnya
Ductility didefinisikan sebagai sifat perabotan ringan
mekanis dari suatu bahan untuk
menerangkan seberapa jauh bahan dapat Aluminium Paduan
diubah bentuknya secara plastis tanpa Aluminium dipakai sebagai paduan
terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian dari pada sebagian logam murni, sebab
tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat
neckingnya; material dengan ductility yang mekaniknya dan mampu cornya diperbaiki
tinggi akan mengalami necking yang sangat dengan menambah unsur-unsur lain.
sempit, sedangkan bahan yang memiliki Unsur-unsur paduan itu adalah tembaga,
ductility rendah, hampir tidak mengalami silisium, magnesium, mangan, nikel, dan
necking. Sedangkan dalam hasil pengujian sebagainya, yang dapat mengubah sifat-
tensil, ductility diukur dengan skala yang sifat paduan aluminium (Saputra, 2014) :
disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa
besar pertambahan panjang suatu bahan a. Paduan Al-Si
ketika dilakukan uji kekuatan tensil. Paduan Al-Si termasuk jenis yang tidak
Elongasi ditulis dalam persentase dapat diperlaku-panaskan tapi dengan
pertambahan panjang per panjang awal penambahan unsur Mg, Cu atau Zn akan
bahan yang diujikan. merespon terhadap perlakuan panas. Jenis
Aluminium murni memiliki ductility paduan ini dalam keadaan cair mempunyai
yang tinggi. Aluminium paduan memiliki sifat mampu alir yang baik dan dalam
ductility yang bervariasi, tergantung proses pembekuannya hampir tidak ada
konsentrasi paduannya, namun pada retak. Karena sifat-sifatnya, maka jenis
umumnya memiliki ductility yang lebih paduan Al-Si banyak digunakan sebagai
rendah dari pada aluminium murni, karena bahan atau logam las dalam pengelasan
ductility berbanding terbalik dengan paduan alumunium baik paduan cor
kekuatan tensil, serta hampir semua maupun paduan tempa.
aluminum paduan memiliki kekuatan tensil
yang lebih tinggi dari pada aluminium b. Paduan Al-Mg
murni. Paduan Al-Mg, sering disebut
Hidronalium, merupakan paduan dengan
d. Modulus Elastisitas tingkat ketahanan korosi yang paling baik
Aluminium memiliki modulus dibandingkan dengan paduan alumunium
elastisitas yang lebih rendah bila lainnya, Paduan ini mempunyai sifat yang
dibandingkan dengan baja maupun besi, baik dalam daya tahan korosi, terutama
tetapi dari sisi strength to weight ratio, korosi oleh air laut, dan dalam sifat mampu
aluminium lebih baik. Aluminium yang lasnya. Paduan Al-Mg banyak digunakan
elastis memiliki titik lebur yang lebih rendah tidak hanya dalam konstruksi umum, tetapi
dan kepadatan. Dalam kondisi yang juga untuk tangki-tangki penyimpanan gas
dicairkan dapat diproses dalam berbagai alam cair dan oksigen cair.
cara. Hal ini yang memungkinkan produk-
produk dari aluminium yang akan dibentuk
pada dasarnya dekat dengan akhir dari c. Paduan Al-Mg-Si
desain produk.

5
Kalau sedikit Mg ditambahkan kepada suhu rendah kekuatan Magnesium tetap
Al, pengerasan penuaan sangat jarang tinggi.
terjadi, tetapi apabila secara simultan Magnesium dan paduannya lebih
mengandung Si, maka dapat dikeraskan mahal daripada Alumunium atau baja dan
dengan penuaan setelah perlakuan hanya digunakan untuk industri pesawat
pelarutan. Hal ini disebabkan karena terbang, alat potret, teropong, suku cadang
senyawa Mg2Si berkelakuan sebagai mesin dan untuk peralatan mesin yang
komponen murni dan membuat berputar dengan cepat dimana diperlukan
keseimbangan dari sistem biner semu nilai inersia yang rendah. Logam
dengan Al. Magnesium ini mempunyai temperatur
650°C.
Magnesium Karena ketahanan korosi yang rendah
Magnesium merupakan logam yang ini maka Magnesium memerlukan
ringan, putih keperak-perakan dan cukup perlakuan kimia atau pengecekan khusus
kuat. Magnesium mudah ternoda di udara, segera setelah benda dicetak tekan.
dan Magnesium yang terbelah-belah Paduan Magnesium memiliki sifat tuang
secara halus dapat dengan mudah terbakar yang baik dan sifat mekanik yang baik
di udara dan mengeluarkan lidah api putih dengan komposisi 9% Al, 0,5% Zn, 0,13%
yang menakjubkan. Magnesium digunakan Mn, 0,5% Si, 0,3% Cu, 0,03% Ni dan
di fotografi, flares, pyrotechnics, termasuk sisanya Mg. Kadar Cu dan Ni harus rendah
incendiary bombs. Magnesium sepertiga untuk menekan korosi (Nasution, 2012).
lebih ringan dibanding Aluminium dan
dalam campuran logam digunakan sebagai Pengecoran Logam
bahan konstruksi pesawat dan missile. Pengecoran logam merupakan salah
Logam ini memperbaiki karakter mekanik, satu ilmu pengetahuan tertua yang
fabrikasi dan las Aluminium ketika dipelajari oleh umat manusia. Ilmu
digunakan sebagai alloying agent. pengecoran logam terus berkembang
Magnesium digunakan dalam memproduksi dengan pesat. Berbagai macam metode
grafit dalam cast iron, dan digunakan pengecoran logam telah ditemukan dan
sebagai bahan tambahan conventional terus disempurnakan, diantaranya adalah
propellants. Magnesium juga digunakan centrifugal casting, investment casting, dan
sebagai agen pereduksi dalam produksi sand casting serta masih banyak lagi
uranium murni dan logam-logam lain dari metode-metode lainnya. Pengecoran
garam-garamnya. Hidroksida (milk of adalah membuat komponen dengan cara
magnesia), klorida, sulfat (Epsom salts) dan menuangkan bahan yang icairkan ke dalam
sitrat digunakan dalam kedokteran. cetakan. Bahan di sini dapat berupa metal
Magnesite digunakan untuk refractory, maupun non-metal. Untuk mencairkan
sebagai batu bata dan lapisan di tungku- bahan diperlukan furnace (dapur kupola).
tungku pemanas (Nasution, 2012). Furnace adalah sebuah dapur atau
Magnesium adalah unsur yang dapat tempat yang dilengkapi dengan heater
meningkatkan kekuatan dan kekerasan (pemanas). Bahan padat dicairkan sampai
pada paduan heat-treated Al-Si dan suhu titik cair dan dapat ditambahkan
umumnya digunakan pada paduan Al-Si campuran bahan seperti chrome, silikon,
kompleks yang mengandung Cu, Ni dan titanium, Aluminium dan lain-lain agar
elemen lain yang berfungsi sama. Mg bahan menjadi lebih baik.Aplikasi dari
adalah unsur logam, berwarna putih proses pengecoran sangat banyak salah
dengan titik lebur 648,8° C dan titik didih satunya dapat ditemukan dalam pembuatan
1.107° C. Selain meningkatkan kekuatan komponen permesinan. Proses pengecoran
dan kekerasan, unsur Mg juga dilakukan melalui beberapa tahap mulai
meningkatkan ketahanan terhadap korosi dari pembuatan cetakan, persiapan dan
paduannya (Rusnoto,2013). peleburan logam, penuangan logam cair ke
Paduan Magnesium merupakan logam dalam cetakan, pembersihan coran dan
yang paling ringan dalam hal berat proses daur ulang pasir cetakan. Hasil
jenisnya. Magnesium mempunyai sifat yang pengecoran disebut dengan coran atau
cukup baik seperti Alumunium, hanya saja benda.
tidak tahan terhadap korosi. Magnesium Proses pengecoran bisa dibedakan
tidak dapat dipakai pada suhu diatas 150°C atas 2 yaitu proses pengecoran dan proses
karena kekuatannya akan berkurang pencetakan. Proses pengecoran tidak
dengan naiknya suhu. Sedangkan pada menggunakan tekanan sewaktu mengisi

6
rongga cetakan sedangkan proses Pengecoran dengan cetakan pasir
pencetakan adalah logam cair ditekan agar adalah proses pengecoran dengan
mengisi rongga cetakan. Cetakan untuk menggunakan pasir sebagai bahan yang
kedua proses ini berbeda dimana proses digunakan untuk membuat cetakan.
pengecoran cetakan biasanya dibuat dari Proses pengecoran ini merupakan suatu
pasir sedangkan proses pencetakan, proses yang paling dikenal dan dipakai.
cetakannya dibuat dari logam. Proses ini sendiri tidak lain adalah
menuangkan logam cair kerongga dari
Proses Pengecoran cetakan pasir, sehingga diperlukan bahan
Proses pengecoran akan dihasilkan cetakan yang mampu menahan temperatur
Aluminium dengan sifat-sifat yang yang lebih tinggi dari temperatur logam
diinginkan. Aluminium murni memiliki sifat yang dituangkan. Cetakan ini dibuat
mampu cor dan sifat mekanis yang tidak dengan jalan memadatkan pasir yang
baik, maka dipergunakanlah Aluminium berupa pasir alam atau pasir buatan yang
alloy untuk memperbaiki sifat tersebut. mengandung tanah lempung. Pasir cetak
Beberapa elemen alloy yang sering harus lebih halus, karena untuk
ditambahkan diantaranya Tembaga, mendapatkan permukaan yang rata. Pasir
Magnesium, Mangan, Nikel, Silikon dan cetak tidak perlu tahan panas yang tinggi
sebagainya. karena suhu pengecoran untuk paduan
Pada desain coran perlu alumunium rendah. Untuk memperkuat
dipertimbangkan beberapa hal sehingga cetakan atau mempermudah operasi
diperoleh hasil coran yang baik, yaitu pembuatan cetakan, pasir dicampur
bentuk dari pola harus mudah dibuat, dengan pengikat khusus misalkan: air-kaca,
cetakan dari coran hendaknya mudah, semen, resin fenol, resin furan atau minyak
cetakan tidak menyebabkan cacat pada pengering. Untuk menghindari terjadinya
coran. Untuk membuat cetakan, dibutuhkan oksidasi pada cairan paduan alumunium
saluran turun yang mangalirkan cairan pada waktu penuangan, kadar air dalam
logam kedalam rongga cetakan. cetakan harus serendah mungkin.
Besar dan bentuknya ditentukan oleh Sehingga penuangan pasir kering adalah
ukuran, tebalnya irisan dan macam logam lebih baik untuk pengecoran dengan
dari coran. Selanjutnya diperlukan cetakan pasir. Dalam pembuatan cetakan
penentuan keadaan-keadaan penuangan diperlukan pola yang digunakan untuk
seperti temperatur penuangan dan laju pembuatan cetakan benda coran, pola ini
penuangan. Karena kualitas coran dibuat dengan menyerupai benda yang
tergantung pada saluran turun, penambah, diinginkan, pola dibuat dari kayu, karena
keadaan penuangan, maka penentuannya dengan kayu memudahkan pembuatan
memerlukan pertimbangan yang teliti. pola dan ongkos pembuatan yang murah.
Sistem saluran adalah jalan masuk bagi Kadang-kadang pola dibuat dari logam
cairan logam yang dituangkan ke dalam seperti magnesium, alumunium, maupun
rongga cetakan. besi atau baja. Pola logam digunakan agar
dapat menjaga ketelitian ukuran benda cor,
Pembuatan Cetakan terutama dalam masa produksi, sehingga
Cetakan adalah suatu alat yang unsur pola bisa lebih lama dan produktifitas
digunakan sebagai tempat cairan logam lebih tinggi. Pola kayu adalah pola yang
yang akan dibentuk oleh model. mudah dibuat, cepat pembuatannya dan
Pembuatan cetakan dalam proses murah harganya. Oleh karena itu pola kayu
pengecoran merupakan hal yang sangat umunya dipakai untuk cetakan pasir. Kayu
penting sesuai dengan modelnya masing- yang dipakai untuk pola adalah kayu seru,
masing. Proses pembuatan cetakan dapat kayu aras, kayu pinus, kayu mahoni, kayu
dilakukan dengan menggunakan tangan jati dan lain-lain. Pemilihan kayu menurut
sampai mesin yang paling modern. macam dan ukuran pola, jumlah produksi,
Pembuatan cetakan dengan menggunakan dan lamanya pemakaian. Kayu yang kadar
tangan dilakukan apabila produksinya airnya lebih dari 14% tidak dapat dipakai
dalam jumlah yang kecil sedangkan untuk karena akan terjadi pelentingan yang
bentuk coran yang sulit dan dalam jumlah disebabkan perubahan kadar air dalam
yang besar dapat dilakukan dengan kayu. Selain pola kayu digunakan resin
menggunakan mesin. epoksida ataupun resin polisterena sebagai
bahan untuk pola. Dari berbagai macam
a. Cetakan Pasir resin sintetis, hanya resin epoksidalah yang

7
banyak dipakai. Ia mempunyai sifat-sifat Cetakan logam merupakan cetakan
penyusutan yang kecil pada waktu yang dapat memberikan hasil coran dengan
mengeras, tahan aus yang tinggi, ketelitian ukuran coran yang sangat baik
memberikan pengaruh yang lebih baik kalau dibanding pengecoran dengan
dengan menambah pengencer, dan dipakai cetakan pasir dan memiliki permukaan
untuk coran yang kecil. Untuk resin coran yang halus, menghasilkan struktur
polistirena dipakai sebagai bahan untuk yang rapat serta sifat mekanis dan sifat
pola yang dibuang setelah dipakai dalam tahan tekanan yang sangat baik. Secara
cara pembuatan cetakan yang lengkap. metalurgi pengaruh pendinginan cetakan
Resin ini tidak dapat menahan penggunaan logam menghasilkan logam coran dengan
yang berulang- ulang sebagai pola. butir-butir yang halus, sehingga
memberikan kekuatan maksimum, hal ini
b. Cetakan Logam karena semakin cepat pendinginannya
Pengecoran dalam cetakan logam maka semakin halus butir kristal dendrit
dilaksanakan dengan menuangkan logam sehingga semakin kuat baik kekerasan
cair ke dalam cetakan logam seperti pada maupun kekuatan tariknya. Disamping itu
cetakan pasir. Proses penuangannya, kekurangan dari cetakan logam adalah
logam cair mengalir melalui pintu cetakan, tidak sesuai dengan jumlah produksi yang
dimana tidak menggunakan tekanan kecil karena biaya produksi yang mahal,
kecuali tekanan yang berasal dari tinggi sukar untuk membuat coran yang
cairan logam dalam cetakan. Pada umunya berbentuk rumit, pembutan cetakan logam
logam cair dituangkan dengan penuh gaya sukar dan mahal, ukuran benda kerja
berat walaupun kadang-kadang diperlukan terbatas, serta tidak dapat dipakai untuk
tekanan pada logam cair selama atau pengecoran baja. Bahan yang lazim dipakai
setelah penuangan. Sebagai bahan untuk pola logam adalah besi cor. Biasanya
cetakan terutama dipakai besi cor paduan. dipakai besi cor kelabu karena sangat
Cara ini dapat membuat coran yang tahan aus, tahan panas, dan tidak mahal.
mempunyai ketelitian dan kwalitas yang Pola logam dipergunakan agar dapat
tinggi. Akan tetapi biaya pembuatan menjaga ketelitian ukuran benda coran,
cetakan adalah tinggi sehingga apabila termasuk masa produksinya. Bila
umur cetakan itu dibuat panjang, baru dibandingkan dengan pola kayu, pola
produksi yang ekonomis mungkin logam lebih lama pembuatannya dan sulit
dilaksanakan. Di dalam cetakan logam dibentuk.
perlu memberikan bahan pelapis
permukaan cetakan agar memudahkan Uji Kekerasan
proses pembebasan cetakan dan Metode uji kekerasan yang diajukan
mengurangi keausan cetakan serta oleh J.A. Brinell pada tahun 1900 ini
menurunkan kecepatan coran sehingga merupakan uji kekerasan lekukan yang
terhindar dari cacat-cacat. Bahan pelapis pertama kali banyak digunakan serta
yang digunakan untuk melapisi permukaan disusun pembakuannya (Dieter, 1987). Uji
cetakan logam adalah bahan anorganik kekerasan in berupa pembentukan
yang bersifat tahan api, seperti tanah lekukan pada permukaan logam memakai
lempung atau grafit. Untuk bahan yang bola baja yang dikeraskan yang ditekan
digunakan sebagai bahan umumnya dengan beban tertentu. Beban diterapkan
diambil dari paduan bukan besi yang selama waktu tertentu, biasanya 30
mempunyai titik cair rendah seperti paduan detik, dan diameter lekukan diukur
alumunium, paduan magnesium atau dengan mikroskop, setelah beban
paduan tembaga serta paduan lain yang tersebut dihilangkan. Permukaan yang
memiliki titik cair rendah”. akan dibuat lekukan harus relatif halus,
rata dan bersih dari debu atau kerak

8
Tabel 2.2. Macam – Macam Teknik Pengujian Kekerasan

Sumber : (Wiliam D. Calister,Jr.)

Pada umumnya, kekerasan Uji Kekerasan Brinell


menyatakan ketahanan terhadap deformasi Pengujian kekerasan Brinell
dan merupakan ukuran ketahanan logam dilakukan dengan penekanan bola baja
terhadap deformasi plastis atau deformasi yang telah dikeraskan dengan diameter (D)
permanen. Untuk para insinyur perancang, dan beban (P) terhadap spesimen.
kekerasan sering diartikan sebagai ukuran Diameter identasi pada permukaan
kemudahan dan kuantitas khusus yang spesimen setelah beban dibebaskan (d).
menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan Angka kekerasan Brinell dari
dan perlakuan panas dari suatu logam. spesimen tersebut adalah beban (P) dibagi
Tujuan melakukan pengujian kekerasan dengan luas permukaan identasi yaitu :
yaitu :
1) Pada bahan yang sama dapat BHN =

diklasifikasikan berdasarkan
kekerasannya. Dengan kekerasan itu …………(2-1)
dapat ditentukan penggunaan dari
bahan tersebut.
Dimana :
2) Sebagai control kualitas dari suatu
BHN = angka kekerasan Brinell
produk.
(kg/mm²)
Alat yang digunakan untuk
P = beban (kg)
mengukur tingkat kekerasan pada
D = diameter identor (mm)
pengujian kekerasan adalah “Hardness
d = diameter rata-rata
Tester”.
identasi(mm)

Gambar 2.2 Hardness Tester


Gambar 2.3 pengujian kekerasan Brinell
(Sumber : Smith, 1996)

9
Ketebalan spesimen minimum memberikan beban minor 10 kg, dan
adalah 10 x kedalaman identasi dan waktu kemudian beban mayor diaplikasikan.
penekanan biasa diambil 10 detik, 15 detik Beban mayor biasanya 60 atau 100 kg
untuk logam ferrous dan 30 detik harus untuk indentor bola baja dan 150 kg untuk
dicantumkan pada angka kekerasan. Jarak indentor brale. Mesikpun demikian, dapat
antara identasi yang satu terhadap yang digunakan beban dan indentor sesuai
lain dan antara tepi identasi terhadap tepi kondisi pengujian.
spesimen harus lebih besar dari (2d). Karena pada pengujian rockwell, angka
Kelemahan dari uji kekerasan Brinell yaitu : kekerasan yang ditunjukkan merupakan
tidak dapat digunakan pada benda yang kombinasi antara beban dan indentor yang
tipis dan kecil,untuk benda yang sangat dipakai, maka perlu diberikan awalan huruf
keras seperti titanium, platinum dll pada angka kekerasan yang menunjukkan
digunakan bola karbida untuk memperkecil kombinasi beban dan penumbuk tertentu
distorsi identor. Kelebihannya adalah tidak untuk skala beban yang digunakan. Dial
dipengaruhi oleh permukaan material yang pada mesin terdiri atas warna merah dan
kasar dan bekas penekas yang cukup hitam yang didesain untuk mengakomodir
besarsehingga mudah diamati. pengujian skala B dan C yang seringkali
dipakai. Skala kekerasan B digunakan
Uji Kekerasan Rockwell untuk pengujian dengan kekerasan medium
Pengujian rockwell mirip dengan seperti baja karbon rendah dan baja karbon
pengujian brinell, yakni angka kekerasan medium dalam kondisi telah
yang diperoleh merupakan fungsi derajat dianil(dilunakkan). Range kekerasannya
indentasi. Beban dan indentor yang dari 0–100. Bila indentor bola baja dipakai
digunakan bervariasi tergantung pada untuk menguji bahan yang kekerasannya
kondisi pengujian. Berbeda dengan melebihi B 100, indentor dapat terdefomasi
pengujian brinell, indentor dan beban yang dan berubah bentuk. Selain itu, bola baja
digunakan lebih kecilsehingga tidak sesensitif brale untuk membedakan
menghasilkan indentasi yang lebih kecil kekerasan bahan-bahan yang keras.Tetapi
dan lebih halus. Banyak digunakan di jika indentor bola baja dipakai untuk
industri karena prosedurnya lebih cepat. menguji bahan yang lebih lunak dari B 0,
Indentor atau “penetrator” dapat berupa dapat mengakibatkan pemegang indentor
bola baja atau kerucut intan dengan ujung mengenai benda uji, sehingga hasil
yang agak membulat (biasa disebut pengujian tidak benar dan pemegang
“brale”). Diameter bola baja umumnya 1/16 indentor dapat rusak. Kelebihan dari
inchi, tetapi terdapat juga indentor dengan pengujian ini adalah mendapatkan lekukan
diameter lebih besar, yaitu 1/8, 1/4, atau yang lebih efisien, dan kekurangannya
1/2 inchi untuk bahan-bahan yang lunak. adalah perlu factor konversi agar hasil
Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu dapat dibandingkan.

Tabel 2.3 Skala kekerasan Rockwell dan huruf awalannya

(Sumber : Surdia dan Saito, 1995)

Uji Kekerasan Vickers diagonalnya, lalu diambil rata-ratanya.


Pada pengujian kekerasan vickers Keuntungan dari uji vickers adalah skala
digunakan identor intan yang terbentuk kekerasannya yang continue untuk rentang
piramida. Beralas bujur sangkar dan sudut yang luas, dari yang sangat lunak dengan
puncak antara dua sisi yang berhadapan nilai 5 maupun material yang sangat keras
136º, yang diukur adalah panjang kedua dengan nilai 1500 karena identor intan yang

10
sangat keras, dapat juga dilakukan pada
benda-benda yang tipis dengan ketebalan
0,6 inchi. Dan kekurangannya adalah
membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk menetukan nilai kekerasan sehingga
jarang di pakai pada pengujian yang rutin.
angka kekerasan vickers dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
………………………….(2-2)
Dimana :
A= ………………..2-3)
Gambar 2.5 Ilustrasi skematis pengujian impak
Jadi, HV= 1,854 kg/mm ………(2-4) dengan benda uji Charpy
(Sumber : Ismail, 2012)

Uji ini bertujuan untuk mengukur


Dimana : ketangguhan atau kemampuan suatu
HV = angka kekerasan Vickers bahan dalam menyerap energi sebelum
(kg/mm ) patah (toughness). Energi yang diserap
P = beban (kg) material .
A = luas identasi (mm )
d = diagonal injakan (mm) E = mg (ℎ0-ℎ1) = mgL (cos β – cos α)…(2.2)

P Dimana m adalah massa pendulum


(kg), g adalah percepatan gravitasi, L
adalah panjang lengan (m), h0 adalah tinggi
awal pendulum, ℎ1 adalah tinggi akhir
pendulum, α adalah sudut awal lengan (º),
dan β adalah sudut akhir lengan (º).

Kekuatan impak =

Kemudian dari pengujian ini dapat dihitung


kekuatan impak.

Gambar 2.4 Pengujian kekerasan Vickers Struktur Mikro


(Sumber : Smith, 1996) Struktur mikro bertujuan untuk
mengetahui struktur logam dan mengetahui
Uji Impact sifat –sifat lainnya. Pada proses
Pengujian kuat impak merupakan suatu pengamplasan untuk uji kekerasan dan uji
pengujian yang mengukur ketahanan impak dilakukan dengan nomor amplas
bahan terhadap beban kejut. Dasar 240, 600 dan 1.000. Tetapi untuk uji
pengujian impak adalah penyerapan energy struktur mikro, harus di amplas dengan
potensial dari pendulum beban yang nomor amplas yang lebih tinggi lagi yaitu
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan 2.000 dan 5.000 dan dilanjutkan dengan
menumbuk benda uji sehingga benda uji pemolesan, bahan poles yang digunakan
mengalami deformasi. Gambar 1.3 adalah kain Bludru dan autosol.
memberi ilustrasi suatu pengujian impak Struktur mikro pada logam alumunium
dengan metode Charpy. memerlukan larutan etsa yaitu larutan
NHO3 dan H2O untuk menghilangkan sisa
kotoran akibat proses pengamlplasan dan
proses pemolesan serta memperjelas
parmukaan yang akan di uji struktur
mikronya (Maliwemu, 2012).
Jika waktu etsa melebihi waktu
maksimal maka akan terjadi kelebihan
reaksi yang menyebabkan permukaan
logam terbakar akibat panas yang

11
dihasilkan interaksi antara larutan etsa dan Waktu Penelitian
logam. Rentan waktu dalam penelitian ini
Alat uji struktur mikro yang digunakan direncanakan dimulai dari Januari 2016
memiliki perbesaran 100X, 200X, 400X dan sampai dengan Maret 2016.
1000X perbesaran. Namun yang digunakan
adalah perbesaran 400X, karena memiliki Alat dan Bahan
tampak yang lebih luas dan lebih mudah Alat
untuk mengetahui persentase kandungan 1. Tungku Pembakaran (Peleburan)
Magnesiumnya. 2. Cetakan
3. Tabung Gas
4. Sarung Tangan
5. Sendok Pengangkat
6. Panci Tanah Liat
7. Sabun
8. Amplas
9. Alat uji kekerasan
10. Alat uji impak

Bahan
1. Piston Bekas
2. Magnesium
Gambar 2.6 alat uji struktur mikro
Prosedur penelitian
Peleburan dan Pencetakan Piston
METODE PENELITIAN dengan Penambahan Unsur Mg
Langkah-langkah peleburan
Metode Tahapan Penelitain piston dengan penambahan unsure
Metode pelaksanan program kegiatan magnesium:
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Material piston bekas
1. Metode studi pustaka sebelum dilebur dibersihkan
Pada tahap ini mempelajari referensi dari kotoran terutama kerak
yang berhubungan dengan metalurgi, dengan menggunakan
untuk selanjutnya digunakan untuk kajian larutan pembersih dan
pada penelitian dan pengujian yang digosok dengan
dilakukan. menggunakan kertas
2. Metode eksperimental amplas.
Pada tahap ini dilakukan dengan 2. Kemudian material piston
mengacu pada standar uji yang sudah bekas dipotong dan unsur
ada dan disesuaikan dengan standar Mg juga dipotong lalu
pengujian yang dipakai dalam penelitian. ditimbang dengan komposisi
Pengujian yang dilakukan meliputi uji % berat Mg adalah 0%,
kekerasan, uji tarik dan uji impak. 5%, 10% dan 15%.
3. Paduan Al-Si (piston bekas)
Tempat dan Waktu Penelitian dimasukkan terlebih dahulu
Tempat Penelitan kedalam tungku pemanas
Tahapan penelitian dilakukan di untuk dilebur. Setelah
beberapa tempat sebagai berikut : piston bekas tadi lebur
1. proseses pembuatan spesimen barulah unsur Mg
dilakukan dilaboratorium produksi dimasukkan sesuai
teknik mesin fakultas teknik komposisi tadi. Setelah
univresitas mataram. kedua bahan tersebut lebur
2. proses pengujian spesimen dan tercampur kemudian
dilakukan di laboratorium metalurgi diaduk selama 1 menit.
teknik mesin fakultas teknik 4. Hasil campuran tadi dituang
universitas mataram. ke dalam cetakan dan
kemudian didinginkan pada
temperatur ruangan.
5. Setelah itu spesimen
dilepaskan dari cetakan.

12
Pembentukan Spesimen Sesuai Standar  Memasang indentor bola baja
Uji berdiameter 2,5 mm.
Spesimen uji dibuat dari hasil  Memasang benda kerja pada
peleburan dan pencetakan yang telah landasan Handel diatur pada
dilakukan sebelumnya. Pembuatan posisi ke atas.
spesimen uji mengikuti standar benda uji b. Menyentuhkan benda kerja
yang telah ditentukan, yaitu meliputi pada indentor dengan memutar
standar pengujian yang akan dilakukan piringan searah jarum jam
dalam penelitian ini. Adapun langkah sampai jarum besar pada
pembuatan, dimensi dan jumlah spesimen
skala berputar 2 1/2 kali dan
yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
1. Langkah-langkah pembuatan spesimen jarum kecil menunjuk pada
untuk 2 pengujian yang telah angka Jika terasa berat,
ditentukan : jangan dipaksakan tetapi harus
a. Spesimen hasil dari cetakan diputar balik dan diulangi.
dibentuk sesuai dengan dimensi c. Melepaskan handel ke depan
yang telah ditentukan seperti yang secara perlahan-lahan. Jangan
terlihat pada gambar 3.1, 3.2 dan. menekan handel ke bawah,
b. Khusus untuk spesimen uji tetapi biarkanlah handel
kekerasan Setelah dipotong bergerak sendiri turun ke
kemudian diratakan kedua bawah. Jarum besar pada
permukaan benda kerja skala akan bergerak seiring
menggunakan kikir dan amplas dengan turunnya handel ke
kasar, sehingga kedua bidang bawah. Tunggu hingga jarum
permukaan tersebut sejajar. besar pada skala berhenti
Kemudian menghaluskn dengan sendirinya.
permukaan benda kerja d. Menunggu selama 30 detik
menggunakan amplas. dari saat berhentinya jarum,
2. Jumlah dan dimensi spesimen yang kemudian gerakan handel ke
akan dibuat adalah sebagai berikut : atas secara perlahan-lahan
a. Pada pengujian kekerasan jumlah sampai maksimal.
spesimen yang akan dibuat adalah e. Melepaskan benda kerja
4 buah dengan dimensi seperti dengan memutar piringan
yang ditunjukan pada gambar 3.1 berlawanan arah jarum jam.
di bawah ini. f. Mengukur panjang diameter
indentasi dengan kaca
30 mm 20 mm pembesar berskala.
g. mengulangi pengujian sampai
10 mm tiga kali pada tiga titik
berbeda.
Gambar 3.1 Dimensi spesimen uji kekerasan
b. Pada pengujian impak jumlah 2. Pengujian Impak
spesimen yang akan dibuat adalah a. Membka “the safety lock key”.
12 buah dengan dimensi standar b. Membuka “triggers”.
ASTM E23 seperti yang ditunjukan c. Merentangkan “the outer tup”
pada gambar di bawah ini. dan “the inner tup”.
d. Memasang benda kerja pada
“the V notch”.
0
60 e. Mengatur jarum dial pada
angka nol.
f. Menarik “the spring loaded
pin” sambil menghentakkan
Gambar 3.2 dimensi benda uji impak pada knop pelepas pada
“triggers”, sampai “outer tup”
Pengujian Spesimen dan “inner tup” berayun.
1. Pengujian Kekerasan g. Membaca pada dial, besar
a. Menyiapkan perangkat uji energi yang diserap oleh
kekerasan Brinell pada Universal batang uji.
Hardness Tester:
 Memasang bandul beban 62,5 kg

13
h. Mengulang pengujian sebanyak penambahan unsure
3 kali untuk setiap variasi magnesium.

Diagram Alir Penelitian


Mulai

Studi literatur

Persiapan alat dan bahan

Peleburan dan Peleburan dan Peleburan dan Peleburan dan


pencetakan pencetakan pencetakan pencetakan
alumunium tanpa alumunium dengan alumunium dengan alumunium dengan
penambahna unsur penambahna unsur penambahna unsur penambahna unsur
Mg Mg sbesar 5% Mg sbesar 10% Mg sbesar 15%

Pembentukan spesimen benda uji

Pengujian Kekerasan Pengamatan Struktur Mikro Pengujian Impak

Hasil Pengujian

Analisa data dan pembahasan

Kesimpulan

Selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kekerasan Brinel


Hasil Penelitian Pengujian kekerasan pada penelitian
Sesuai dengan uraian metodelogi ini bertujuan untuk mengetahui kekerasan
penelitian, akan dibahas hasil pengujian pada specimen dengan variasi 0%, 5%,
yang telah dilakukan pada specimen 10% dan 15%. Pengujian kekerasan
meliputi uji kekerasan, uji impak dan dilakukan dengan menggunakan alat uji
struktur mikro. kekerasan mikro Brinell dengan diameter
identor 2,5 mm dan beban 62,5 kg yang

14
terdiri dari tiga titik pada specimen. Tiga titik Tabel 4.2 Perhitungan Uji Kekersan variasi
pada specimen hasil dari uji kekerasan 5% magnesium
brinel dengan variasi 0%, 5%, 10% dan No d D Beban HBN
(mm) (mm) (kg)
15%.dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
1 0,89 2,5 62,5 97,22
2 0,89 2,5 62,5 97,22
3 0,93 2,5 62,5 88,75
Rata-rata 0,90 2,5 62,5 94,40

Tabel 4.3 Perhitungan Uji Kekersan variasi


(0%) (5%)
10% magnesium
No d D Beban HBN
(mm) (mm) (kg)
1 0,89 2,5 62,5 97,22
2 0,87 2,5 62,5 101,90
(10%) (15%) 3 0,89 2,5 62,5 97,22
Gambar 4.1 Spesimen uji kekerasan dengan variasi Rata-rata 0,88 2,5 62,5 98,78

Dari pengujian kekerasan Brinel Tabel 4.4 Perhitungan Uji Kekersan variasi
dengan diameter identor 2,5 mm dan beban 15% magnesium
62,5 kg pada specimen diproleh data No d D Beban HBN
sebagai berikut: (mm) (mm) (kg)
1 0,84 2,5 62,5 109,56
a. Analisis data variasi 0% 2 0,87 2,5 62,5 101,90
Diketahui beban yang digunakan 3 0,82 2,5 62,5 115,13
Rata-rata 0,84 2,5 62,5 106,52
sebesar 62,5 kg dan diameter identor
2,5 mm.
Dengan perhitungan yang sama harga
HB = kekerasan dari variasi 5%,10% dan 15%

HB1= magnesium dapat dicari, dapat dilihat pada



= 83,08 lampiran pada hal.
HB2=

= 83,08
b. Statistic anova satu jalur
HB3=

Tabel 4.5 Statistic anova satu jalur pada uji
= 83,08
kekerasan brinel
Perhitungan Uji Kekerasan variasi 0%
Hasil pengujian pada variasi
magnesium dapat dibuat tabel sebagai No.
berikut: 0% 5% 10% 15%
Tabel 4.1 Perhitungan Uji Kekersan variasi 1. 83,08 97,22 97,22 109,56
0% magnesium 2. 83,08 97,22 101,9 101,13
No d D Beban HBN 3. 83,08 88,75 97,22 108,86
(mm) (mm) (kg) Total 249,24 283,19 296,34 319,55
1 0,96 2,5 62,5 83,08
Rata-rata 83,08 94,40 98,78 106,52
2 0,96 2,5 62,5 83,08
3 0,96 2,5 62,5 83,08
Rata-rata 0,96 2,5 62,5 83,08 Berdasarkan data hasil pengukuran
kekerasan Brinell dari hasil pengecoran
aluminium dengan penambahan unsur
magnesium (Mg) sebesar 0%, 05%, 10%

15
dan 15%, untuk mengetahui perbandingan pada pengecoran aluminium piston bekas
nilai kekerasan dari masing-masing nilai kekerasan semakin besar. Hal ini
spesimen maka data yang diperolah dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
disajikan dalam bentuk histogram untuk
memudahkan dalam menganalisa hasil 150.00

HBN (Kg/mm2)
pengujian. Data hasil pengujian juga akan 100.00 94.40 98.78 106.52
83.08
disajikan dalam bentuk grafik dengan 50.00

tujuan untuk mengetahui kenaikan atau 0.00


0% 5% 10% 15%
penurunan nilai kekerasan dari hasil Variasi
pengecoran aluminium dengan
penambahan unsur magnesium (Mg) Gambar 4.3 Grafik Uji Kekerasan Brinell

sebesar 5%, 10% dan 15% yang


digunakkan. Uji Impak
Dalam perhitungan, langkah yang
150.00
94.40 98.78 106.52
HBN (Kg/mm2)

83.08 pertama adalah menghitung besarnya


100.00
50.00 energi yang diserap sebelum patah.
0.00
0% 5% 10% 15% Kemudian langkah berikutnya adalah
Variasi menghitung kekuatan impak.
a. Analisis data variasi 0% magnesium
Gambar 4.2 Histogram Hasil Uji Kekerasan Brinell
Mencari luas penampang
patahan
Hasil pengujian kekerasan
Luas (L) = l x h
menunjukkan bahwa specimen tanpa Luas1 (L) = l1 x h1
campuran magnesium mempunyai tingkat = 10,06 x 7,87
2
= 79,17 mm
kekerasan yang paling rendah bila Luas2 (L) = l2 x h2
dibandingkan dengan hasil pengecoran = 10,03 x 7,90
2
= 79,24 mm
aluminium dengan penambahan unsur Luas3 (L) = l3 x h3
magnesium (Mg) sebesar 5%, 10% dan = 9,91 x 7,83
2
= 78,92 mm
15%. Hasil pengujian kekerasan Mencari energi yang dihasilkan, data
menunjukkan bahwa penambahan unsur yang diketahui massa pendulum (m) 10 kg,
2
magnesium sebesar 5% pada pengecoran percepatan gravitasi (g) 10 m/s , panjang
aluminium mempunyai kekerasan sebesar lengan (L) 1 m, sudut awal lengan (α) dan
2
94,40 kg/mm , penambahan unsur sudut akhir lengan (β) variasi 0%
magnesium sebesar 10% pada pengecoran magnesium pada tabel dibawah ini.
aluminium mempunyai kekerasan sebesar
2
98,78 kg/mm , dan penambahan unsure Tabel 4.6 sudut awal lengan (α) dan sudut
magnesium sebesar 15% pada pengecoran akhir lengan (β) variasi 0% magnesium
aluminium mempunyai kekerasan sebesar Spesimen β α
106,52 kg/mm . Jadi dapat disimpulkan
2 1 28 30
2 27 30
semakin besar penambahan magnesium 3 27,5 30

16
E = mgL(cosβ-cosα) = 0,021
E1= 10x10x1x(cos28-cos30) H2 = (angka lum masuk)
= 1,69 Joule
E2= 10x10x1x(cos27-cos30) =
= 2,49 Joule = 0,031
E3= 10x10x1x(cos27,5-cos30)
= 2,09 Joule H3 = (angka lum masuk)
Mencari harga impak
=
H= = 0,026
H1 = (angka lum masuk)
=
Dari perhitungan dapat diproleh tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7 Perhitungan Uji Impak variasi 0% magnesium


2
No p (mm) l (mm) t (mm) h (mm) L (mm ) Energi Hl (J/mm2)
(J)
1 54,36 10,06 10,07 7,87 79,17 1,69 0,021
2 54,23 10,03 10,10 7,90 79,24 2,49 0,031
3 54,12 10,08 9,91 7,83 78,92 2,09 0,026
Rata-rata 52,24 10,06 10,03 7,87 79,11 2,09 0,026

Tabel 4.8 Perhitungan Uji Impak variasi 5% magnesium


2
No p (mm) l (mm) t (mm) h (mm) L (mm ) Energi (J) Hl (J/mm2)
1 54,55 10,03 10,06 7,75 77,733 1,69 0,022
2 54,53 10,04 10,1 8,04 80,722 1,69 0,021
3 54,02 9,9 9,91 8 79,200 1,69 0,021
Rata-rata 54,367 9,990 10,023 7,930 79,218 1,690 0,021

Tabel 4.9 Perhitungan Uji Impak variasi 10% magnesium


2
No p (mm) l (mm) t (mm) h (mm) L (mm ) Energi (J) Hl (J/mm2)
1 54,01 9,91 10,05 8,01 79,379 1,53 0,019
2 54,2 10,04 9,91 8,02 80,521 1,69 0,021
3 54,51 9,89 9.90 7,82 77,340 1,28 0,017
Rata-rata 54,240 9,947 6,653 7,950 79,080 1,500 0,019

Tabel 4.10 Perhitungan Uji Impak variasi 15% magnesium


2
No p (mm) l (mm) t (mm) h (mm) L (mm ) Energi (J) Hl (J/mm2)
1 55,02 10,09 10,03 7,85 79,207 1,61 0,020
2 55 9,89 9,9 7,8 77,142 1,19 0,015
3 54,9 9,9 9,91 7,83 77,517 1,03 0,013
Rata-rata 54,973 9,960 9,947 7,827 77,955 1,277 0,016

b. Statistic anova satu jalur pada uji


Tabel 4.11 Statistic anova satu jalur pada uji Impak dengan metode Brinell
Hasil pengujian pada variasi
No.
0% 5% 10% 15%
1. 0,021 0,022 0,019 0,020
2. 0,031 0,021 0,021 0,015
3. 0,026 0,021 0,017 0,013
Total 0,079 0,064 0,057 0,049
Rata-rata 0,026 0,021 0,019 0,016

17
Berdasarkan data hasil pengukuran impak sebesar 0,026 J/mm2. Setelah
nilai impak (HI) dari hasil pengecoran ditambahkan Mg sebesar 5% nilai
aluminium dengan penambahan unsur impaknya menurun menjadi 0,021 J/mm2,
magnesium (Mg) sebesar 0%, 05%, 10% penambahan Mg sebesar 10% didapat nilai
dan 15%, untuk mengetahui perbandingan impak 0,019 J/mm2 dan penambahan Mg
nilai impak (HI) dari masing-masing sebesar 15% didapat nilai impaknya
spesimen maka data yang diperolah sebesar 0,016 J/mm2.
disajikan dalam bentuk histogram untuk 0.030
0.026
memudahkan dalam menganalisa hasil

HI (J/mm2)
0.020 0.021
0.019
pengujian. Data hasil pengujian juga akan 0.016
0.010
disajikan dalam bentuk grafik dengan
0.000
tujuan untuk mengetahui kenaikan atau
0% 5% 10% 15%
penurunan nilai ketangguhan dari hasil Variasi
pengecoran aluminium dengan
Gambar 4.5 Grafik Uji Impak
penambahan unsur magnesium (Mg).
Gambar 4.6 merupakan histogram hasil uji
Struktur Mikro
impak dari hasil pengecoran aluminium
Berdasarkan hasil pengamatan struktur
dengan penambahan unsur magnesium
mikro dengan . Adapun hasilnya adalah
(Mg).
sebagai berikut.
0.030 0.026
0.021
HI (J/mm2)

0.019 0.016
0.020
0.010
0.000
0% 5% 15% 15% (0%) (5%)
Variasi

Gambar 4.4 Histogram Hasil Uji impak

(10%) (15%)
Gambar 4.6 Photo Struktur mikro
Hasil pengujian impak menunjukkan
Berdasarkan hasil pengamatan struktur
bahwa spesimen tanpa campuran
mikro pada aluminium paduan daur ulang
magnesium mempunyai harga impak yang
dari piston bekas dengan penambahan
paling tinggi bila dibandingkan dengan hasil
magnesium beberapa fasa, diantaranya
pengecoran aluminium dengan
fasa Al, fasa CuAl2 dan fasa AlSi. Adapun
penambahan unsur magnesium (Mg)
karakteristik dari fasa-fasa tersebut adalah
sebesar 5%, 10% dan 15%. Hasil
sebagai berikut :
pengujian impak material dengan variasi
1.Fasa Al (berwarna terang) adalah
penambahan unsur Mg secara umum
larutan padat primer.
diperoleh Harga Impak (HI) material
2.Fasa Si (berwarna kelabu terang).
menurun secara linier dengan penambahan
3.Fasa Mg (berwarna kelabu kehitam-
Mg. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji impak
hitaman). Pada umumnya akan
material dengan penambahan Mg 0% nilai

18
dapat meningkatkan tingkat Anonim. 2015. Torak. From
https://id.wikipedia.org/wiki/Torak,
kekerasan dan dapat menghambat
diunduh pada 20 agustus 2015.
laju korosi. Callister Jr., WD., 1997, Materials Science
and Engineering An Introduction,
Berdasarkan hasil pengamatan struktur th
4 edition, John Wiley and Sons,
mikro pada aluminium paduan daur ulang New York.
Dieter, G. 1987. Metalurgi Mekanik. Jilid
dari piston bekas dengan penambahan
1.edisi ketiga, Erlangga, Jakarta.
magnesium beberapa fasa, diantaranya Eddy, Djatmiko, Budiarto. 2008. Pengaruh
Perlakuan Panas T6 Terhadap
fasa Al, fasa CuAl2 dan fasa AlSi. Adapun
Kekerasan Dan Struktur Mikro
karakteristik dari fasa-fasa tersebut adalah Pada Paduan Al-Si-Mg.
Fuad, Abdillah. 2010. Pengaruh perlakuan
sebagai berikut :
panas pada paduan aluminium
1.Fasa Al (berwarna terang) adalah dalam upaya meningkatkan sifat
mekanis material piston berbasis
larutan padat primer.
material piston pegas., Prosiding
2.Fasa Si (berwarna kelabu terang). penelitian RAPI UMS., hal 132-
137.
3.Fasa Mg (berwarna kelabu kehitam-
Ismail, F., 2012, Rancang Bangun Alat Uji
hitaman). Pada umumnya akan dapat
Impak Charpy. Skripsi, Fakultas
meningkatkan tingkat kekerasan dan
Teknik Program Diploma III Taknik
dapat menghambat laju korosi.
Mesin. Semarang.
Nasution, Muhammad Syahreza. 2012 .
Kesimpulan
Pengaruh Penambahan Kadar
1. Nilai kekerasannya meningkat
Magnesium Pada Aliminium
seiring bertambahnya unsur
Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Magnesium. Tetapi berbanding
Struktur Mikro. Fakultas Teknik.
terbalik dengan nilai hasil pengujian
Universitas Sumatra Utara.
impak yang menurun dengan
Nurhadi. 2010.,Studi Karakterisasi Material
seiring bertambahnya unsur
Piston dan Pengembangan
Magnesium.
Prototipe Piston Berbasis Limbah
2. Sifat mekanik (kekerasan) dari hasil
Piston Bekas. Jurnal RETII 4., Vol
pengecoran alumunium piston
4, No1, 201-207
bekas dengan penambahan unsur
Rusnoto.2013. Studi Kekuatan Impak pada
magnesium semakin baik.
Pengecoran Padu Pengecoran
Padu Al Al-Si (Piston Bekas)
Saran
Dengan Penambahan Unsur Mg.
1. Untuk penelitian selanjutnya dicoba
Program Studi, Teknik Mesin.
untuk menambahkan unsur lain
Unversitas Pancasakti Tegal.
pada pengecoran alumunium
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 2
berbasis piston bekas agar
Oktober 2013 ISSN : 2087-225924
semakin baik.
Saputra, Toga Agung. 2014. Heat
2. Sebaiknya pada proses
Treatment Pada aluminium
pengecoran dilakukan pengadukan
Magnesium Silikon (Al-Mg-Si)
yang merata dan durasi waktu yang
Dengan Silikon (Si) (1%, 3%, 5%)
bersamaan pada saat piston bekas
Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis.
dan magnesium mencair dengan
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
menggunakan mixer logam, agar
Teknik. Universitas
paduannya merata.
Muhammadiyah Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, W. F., 1996, Principles Of Materials
Aalco Metals Ltd., 2013., Aluminium Alloy:
Science And Engineering.
Introduction to Aluminium and its
Mc.Grrow-Hill, Cheltenham.
alloys ., 25 High
Solechan., 2010., Studi pembuatan material
Amanto, A., dan Daryanto., 2006, Ilmu
piston menggunakan limbah
Bahan. Bumi Aksara, Jakarta
piston bekas dan ADC 12 yang
diperkuat dengan insert ST 60 dan

19
besi cor., Jurnal RETII 4., Vol 4,
No1, hal 213-219. Street,
Cobham, Surrey KT11 3DH., 12
Januari., hlm 1-3.
Supriyanto. 2009. Analisis Hasil
Pengecoran Aluminium Dengan
Variasi Media Pendingin. Jurusan
Teknik Mesin. Universitas
Janabadra Yogyakarta.
JANATEKNIKA VOL.11
NO.2/JULI 2009. ISSN 1441 –
1152117
Surdia, T., dan Saito, S., 1995,
Pengetahuan Bahan Teknik.
Pradana Paramita, Jakarta.
Tjokorda, Gde Tirta Nindhia. 2010. Studi
Struktur Mikro Silikon Dalam
Paduan Al-Si Pada Piston dari
Berbagai Merk Sepeda Motor,
Volume 4, No. 1

20
21
22

You might also like