Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

JURKAMI:Jurnal Pendidikan Ekonomi

http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/JPE
JURKAMI Volume 3, no 2, 2018

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6M


MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI KEEMPAT
DI SMK NEGERI 6 PONTIANAK

Nuraini Asriati1, Sulistyarini2, Maria Ulfah3, Endang Purwaningsih4


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, Indonesia1234
Email: nuraini_fkip@yahoo.co.id1

Diterima: 2 Oktober 2018; Disetujui: 20 Oktober 2018; Diterbitkan: 1 November 2018

Abstract: the background of this research is ineffective character development and


entrepreneurship soul graduates on 6th Pontianak Vocational Schools. Learning activities
program learning productive in smk still did not cover the aspect of soft competence,
especially entrepreneurship skills. The purpose of this research is put to the test and the
implementation of teaching factory 6M and 4D on kria textile class in 6th Pontianak
Vocational Schools as the country effort in handling the industrial revolution 4.0. To develop
the effectiveness of the of the context of teaching factory, input, and the products of the
process. A method to be used that is of research and development with the subject of study
kria textile in college students. The result showed that there are differences the
entrepreneurial study results before and after implementing learning model teaching factory
6M and 4D. Based on the research done it can be concluded that learning model teaching
factory 6M and 4D effective in improving entrepreneurship study results they came in terms
of context, input, processes and product on students of kria textile at 6th Pontianak
Vocational Schools.

Keywords: the effectiveness of, learning, teaching factory, entrepreneurship


Abstrak: latar belakang penelitian ini adalah belum optimalnya pengembangan karakter dan
jiwa kewirausahaan lulusan SMK Negeri 6 Pontianak. Kegiatan pembelajaran pembelajaran
program produktif di SMK masih belum mencakup aspek soft competence, terutama
kecakapan kewirausahaan. Tujuan penelitian ini yakni keterapan uji dan terlaksananya model
pembelajaran Teaching Factory 6M dan 4D kelas kria tekstil pada SMK Negeri 6 Pontianak
sebagai upaya menghadapi revolusi industri 4.0. untuk mengembangkan efektivitas
pelaksanaan teaching factory ditinjau dari segi konteks, input, proses dan produk. Metode
yang digunakan yakni penelitian dan pengembangan (R&D) dengan subjek penelitian siswa
jurusan kria tekstil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan capaian hasil
belajar kewirausahaan sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran Teaching
Factory 6M dan 4D. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Teaching Factory 6M dan 4D efektif dalam meningkatkan hasil belajar
kewirausahaan yang ditinjau dari segi konteks, input, proses dan produk pada siswa jurusan
kria tekstil SMK 6 Pontianak.

Kata Kunci: efektivitas, pembelajaran, teaching factory, kewirausahaan

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 71

PENDAHULUAN penggunaan daya komputasi dan data yang


Transisi proses produksi dalam tidak terbatas karena dipengaruhi oleh
berbagai skala dan jenis memang bukan perkembangan internet dan teknologi
hal yang baru dalam peradaban manusia digital yang masif sebagai tulang
modern. Revolusi Industri Pertama, yang punggung pergerakan dan konektivitas
dimulai pada abad ke-18, terjadi ketika manusia dan mesin dalam berbagai
mesin bertenaga uap digunakan secara aktivitas termasuk bidang pendidikan.
massal untuk proses produksi. Kemudian, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
penggunaan mesin uap berkembang merupakan satuan pendidikan formal
menjadi pemanfaatan tenaga listrik yang kejuruan yang menghasilkan lulusan yang
memungkinkan produksi massal yang memiliki kompetensi yang siap memasuki
lebih efektif dan efisien. Hal tersebut dunia kerja. Mata-mata pelajaran di SMK
memulai Revolusi Industri Kedua, yang pada prinsipnya terdiri dari tiga kelompok
berlangsung pada 1870 sampai dengan yaitu mata pelajaran normatif, adaptif, dan
dimulainya Perang Dunia I. Setelah itu, produktif. SMK harus mampu
Revolusi Industri Ketiga muncul dengan melaksanakan pembelajaran secara
mengedepankan perangkat elektronik dan maksimal, tetapi fakta di lapangan
teknologi informasi untuk otomatisasi menunjukkan, tidak semua SMK mampu
produksi yang mulai menggeser peran menyelenggarakan proses pembelajaran
sumber daya manusia. Hal ini merujuk dengan maksimal karena kurang
pada hasil penelitian Attar (2014:34) maksimalnya keadaan sarana penunjang
tentang Entrepreneurship, Knowledge, and kegiatan praktikum serta penerapan
the Industrial Revolution, model pembelajaran yang kurang
The model of this paper, as a uni¿ed diterima siswa. Untuk itu diperlukan upaya
model, captures such a relationship
untuk mengatasi keadaan ini; salah satunya
between population and technology. The
model predicts that an industrial melalui pengembangan model
revolution may start while population
pembelajaran yang sesuai.
growth is accelerating. Besides,
productivity gains would be modest during Paradigma baru pembelajaran
the early stages of the industrial revolution
menengah kejuruan yaitu pembelajaran
Perubahan dunia kini memasuki era yang memperhatikan demand driven,
revolusi industri dunia keempat (4.0) mengacu kepada standar kompetensi yang
dimana teknologi informasi telah menjadi berlaku di dunia kerja atau dunia industri
basis dalam kehidupan manusia. Segala hal (SKKNI), dilaksanakan dengan sistim
menjadi tanpa batas (borderless) dengan

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


72 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

ganda di sekolah dan di industri atau dunia Hal ini sesuai dengan roadmap
usaha, dalam bentuk kegiatan nyata. pengembangan SMK 2010-2014
Direktorat Jendral Pendidikan (Direktorat PSMK: 2009), teaching
Sekolah Menengah Kejuruan (Direktorat factory digunakan sebagai salah satu
PSMK) 2010-2014 menerangkan bahwa model untuk memberdayakan SMK
visi PSMK adalah terwujudnya Sekolah dalam menciptakan lulusan yang berjiwa
Menengah Kejuruan (SMK) yang dapat wirausaha dan memiliki kompetensi
menghasilkan tamatan berjiwa wirausaha keahlian melalui pengembangan kerjasama
yang siap kerja, cerdas, kompetitif dan dengan industri dan entitas bisnis yang
memiliki jati diri bangsa, serta mampu relevan. Dengan demikian, model
mengembangkan keunggulan lokal dan pembelajaran teaching factory diharapkan
dapat bersaing di pasar global. dapat dijadikan sarana untuk mencetak
Berdasarkan data Dirjen Pembinaan tenaga kerja yang berkompeten pada
SMK tahun 2013 80% tamatan SMK bidangnya.
belum mampu menciptakan lapangan Selain itu Roadmap SMK 2010-2014
pekerjaan sendiri karena tidak mempunyai mentargetkan diakhir tahun 2014 sebanyak
spirit kewirausahaan. Hal ini disebabkan 70% SMK memiliki unit pembelajaran
karena selama mengikuti pendidikan di usaha dalam model pembelajaran teaching
sekolah kejuruan pembelajarannya belum factory. Model Teaching factory
berorientasi pada dunia kerja/industri mengintegrasikan seluruh proses
masih sebatas transfer knowledge. Oleh pembelajaran untuk menghasilkan produk
karena itu, perlu dilakukan terobosan baru maupun jasa yang memiliki nilai jual
dan paradigma baru dengan model tinggi sehingga sekolah memiliki nilai
pembelajaran yang dinamakan teaching tambah. Program teaching factory saat ini
factory (Burhan Wijaya, 2013). merupakan terobosan baru bagi dunia
The Teaching Factory paradigm pendidikan kejuruan karena mampu
comprises the in dustrial project, the
menciptakan lulusan SMK yang
relevant educational approach and the
necessary ICT configuration for the berkompetensi dan siap kerja sesuai
facilitation of interaction between industry
tuntutan dunia kerja (Dadang Hidayat:
and academia. The current status of the
paradigm is tested on a real-life pilot, 2011)
between a university and a construction
Dalam konsep sederhana Teaching
equipment factory. The conclusions of the
pilot, show the promising nature of the factory merupakan suatu konsep
Teaching Factory and the numerous
pembelajaran dalam suasana
benefits accruing, both for academia and
industry (Rentzos, 2014) sesungguhnya, sehingga dapat

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 73

menjembatani kesenjangan kompetensi kewirausahaan belum dikembangkan


antara kebutuhan industri dan secara optimal.
pengetahuan sekolah (Gozali,dkk: 2017). Hasil penelitian Rahmad
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Kurniawan (2014) menyatakan:
Triatmoko (2009: 35) bahwa SMK masih Setidaknya ada dua alternatif model
kesulitan untuk menerapkan pendidikan pendidikan kejuruan yang dapat
berbasis produksi (production based ditawarkan untuk memadukan aspek hard
education and training). Pembelajaran skills dan soft skills secara komprehensif.
teaching factory merupakan perpaduan (1) Pembelajaran pada aspek soft skills,
pembelajaran yang sudah ada dasar-dasar kejuruan, dan kewirausahaan
yaitu Competency Based Training (CBT) dilaksanakan di sekolah, (2) Pembelajaran
dan Prodution Based menghasilkan aspek hard skills dilaksanakan di industri.
produk yang sesuai dengan tuntutan pasar sambil praktik kerja di teaching factory
atau industri. Proses penerapan Penerapan model pembelajaran
pembelajaran teaching factory adalah TEFA-6M dan 4D ini, suasana proses
dengan memadukan konsep bisnis dan pembelajarannya dirancang seperti suasana
pendidikan kejuruan sesuai dengan industri yang nyata. Melalui model seperti
kompetensi keahlian yang relevan. ini diharapkan siswa dapat lebih banyak
(Akhmad, dkk, 2015) memahami tentang industri, dan siswa
Namun kenyatannya belum dengan lebih mudah mendalami ilmu
dimanfaatkan secara optimal khususnya pelajaran karena siswa dapat mengenal
untuk pengembangan karakter dan jiwa secara langsung pelajaran yang
kewirausahaan lulusan SMK Negeri 6 disampaikan oleh guru (Agung
Pontianak. Kegiatan pembelajaran di SMK Kuswantoro, 2012). Model pembelajaran
Negeri 6 selama ini baru sebatas praktik teaching factory ini merupakan
yang memproduksi barang yang tidak pembelajaran yang berorientasi pada 6M
memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, yaitu menerima order, menganalisis order,
pembelajaran program produktif di SMK menyatakan kesiapan mengerjakan order,
masih lebih banyak berorientasi pada mengerjakan order, melakukan
pembekalan dan pencapaian hard pengawasan kualitas dan menyerahkan
competence kompetensi/keterampilan order. Sedangkan 4D yaitu define, design,
teknis sesuai standar kompetensi kerja Develop, dan Dissemination.
(SKKNI). Sementara aspek soft Belajar dari pengalaman nyata di
competence, terutama kecakapan atas diharapkan pembelajaran teaching

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


74 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

factory di SMK Negeri 6 Pontianak akan hanya memenuhi kebutuhan manusia


lebih jauh bermakna dan optimal dalam (needs), namun sudah membidik pasar di
mengembangkan potensi siswa, daripada atas kebutuhan, yaitu keinginan (wants).
lebih banyak memaparkan teori di kelas Semua yang dahulu masih dalam bayangan
dan sedikit melakukan praktik. Penelitian (keinginan) sekarang sudah mulai
ini dilaksanakan pada kelas Kria Desain diwujudkan oleh penyedia produk dan
Tekstil. Hal ini dilakukan karena kelas kria jasa. Oleh karena itu, penelitian ini sangat
tekstil merupakan kelas unggulan bagi urgen dan harus diakukan karena
SMK Negeri 6 Pontianak. Mutu lulusan menawarkan suatu model pembelajaran
SMK secara ideal ditentukan pada yang mampu mengatasi persoalan
penguasaan Standar Kompetensi Kerja persoalan pendidikan kejuruan dan
Nasional Indonesia (SKKNI). Namun kesenjangan kompetensi di dunia kerja.
kenyataan di lapangan, ditemukan fakta Berdasarkan latar belakang di atas,
bahwa tidak semua program keahlian di maka permasalahan penelitian ini
SMK telah tersedia SKKNI-nya, beberapa adalah: 1) efektivitas pelaksanaan teaching
SKKNI yang sudah ada, belum factory 6M dan 4D ditinjau dari
terefleksikan dalam kurikulum SMK. segi context; 2) efektivitas pelaksanaan
Hasil kajian yang yang telah teaching factory 6M dan 4D ditinjau dari
dilakukan menunjukkan bahwa masih segi input; 3) efektivitas pelaksanaan
rendahnya keterserapan tenaga kerja teaching factory 6M dan 4D di ditinjau
lulusan SMK disebabkan berbagai dari segi process; dan 4) efektivitas
komponen, diantaranya yaitu kurikulum, pelaksanaan teaching factory 6M dan 4D
tenaga pengajar, infrastruktur dari ditinjau dari segi product.
pendidikan kejuruan yang LANDASAN TEORI
diselenggarakan. Dari pihak penyedia Model Teaching Factory (TEFA)
lapangan kerja yaitu Dunia Usaha dan merupakan perpaduan pembelajaran
Dunia Industri (DU/DI) mengeluhkan Competency Based Training (CBT) dan
akan kualifikasi lulusan SMK yang belum Production Based Training (PBT). Dalam
sesuai dengan tuntutan DU/DI, sehingga pengertiannya bahwa suatu proses
konsep link and match belum tercapai. keterampilan (life skill) dirancang dan
Selain itu, DU/DI juga mengeluhkan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan
terjadinya overbalance dan scarcity pada standar bekerja yang sesungguhnya
lulusan SMK. Seiring Revolusi Industri untuk menghasilkan produk yang sesuai
keempat. kreatifitas dan Inovasi bukan dengan tuntutan pasar kerja.

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 75

Pelaksanaan Teaching Factory menuntut masing. Hasil penelitian Hidayat (2010)


keterlibatan mutlak pihak industri sebagai mengungkapkan pelaksanaan teaching
pihak yang relevan menilai kualitas hasil factory di SMK meliputi tujuan, proses,
pendidikan di SMK. (Burhan Widjaya, mekanisme dan penyusunan model
2013). Adanya model Teaching Factory pembelajaran dimana sekolah kejuruan
merupakan langkah positif yang akan efektif jika proses pembelajaran
ditawarkan melalui kebijakan pemerintah dilakukan pada lingkungan replika dari
guna mengembangkan jiwa enterpreneur lingkungan kerja yang sebenarnya seperti
dengan harapan tamatan sekolah yang dilakukan di dunia industri.
menengah kejuruan (SMK) mampu Untuk mewujudkan teaching factory
menjadi aset daerah dan bukan menjadi di SMK diperlukan beberapa komponen
beban daerah. pendukung agar tujuan dapat dicapai.
Soft and hard skills are embedded Menurut Direktorat PSMK (2008),
in the TF-6M model. Activities in the
komponen- komponen teaching factory
PRGHO DUH H[SHFWHG WR GHYHORS VWXGHQWV¶
potential with regards to personal, social, terdiri atas: Operational management,
academic and vocational capacity in an
Human resource, Financial dan
integrated manner in every learning
cycle. There are three actors in a learning Investment, Entrepreneur, Partnership,
process, (i) students as workers, (ii)
Curriculum, Learning process of product
teachers as assessors, consultants and
facilitators in charge of the whole realization, infrastructure dan Facilities,
learning process, and (iii) the instructor
serta Product/service. Pelaksana-
(consumer) either from the industry or the
private sector or from within the schools an Teaching Factory sesuai Panduan
(Martawijaya, 2012. Journal of Technical
TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4
Education and Training).
model, dan dapat digunakan sebagai alat
Berdasarkan aspek di atas dapat
pemetaan SMK yang telah melaksanakan
disimpulkan bahwa manfaat pelaksanaan
TEFA.
model pembelajaran teaching factory
Secara umum pembelajaran model
dapat meumbuhkan jiwa kewirausahaan
Teaching Factory bertujuan untuk melatih
muda sedini mungkin karena sudah
siswa untuk mencapai ketepatan waktu,
terbentuk sejak siswa di sekolah kejuruan.
kualitas yang dituntut oleh industri,
Kegiatan Model Pembelajaran
mempersiapkan siswa sesuai dengan
Teaching Factory merupakan kesatuan
kompetensi keahliannya, menanamkan
lingkungan sekolah berbasis industri.
mental kerja dengan beradaptasi secara
Setiap kegiatan mempunyai fungsi dan
langsung dengan kondisi dan situasi
tugas serta tanggung jawab masing
indsutri, menguasai kemampuan

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


76 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

manajerial dan mampu menghasilkan diterapkan di Cal Poly ± San Luis Obispo
produk jadi yang mempunyai standar mutu USA ( Sema E. Alptekin : 2011) dengan
industri. Secara khusus tujuan langkah-langkah yang disesuaikan dengan
pembelajaran teaching factory antara lain: kompetensi keahlian: 1) Merancang
a) Mempersiapkan lulusan SMK menjadi produk; 2) Membuat prototype; 3)
pekerja dan wirausaha; b) Membantu Memvalidasi dan memverifikasi prototype
siswa memilih bidang kerja yang sesuai dan 4) Membuat produk masal.
dengan kompetensinya; c) Menumbuhkan Berdasarkan hasil penelitian Akhmad,dkk
kreatifitas siswa melalui learning by (2015), mengembangkan langkah-langkah
doing; d) Memberikan keterampilan yang pembelajaran Teaching Factory 6M
dibutuhkan dalam dunia kerja; e) (TEFA-6M) sebagai berikut: 1) Menerima
Memperluas cakupan kesempatan order; 2) Menganalisis order; 3)
rekruitmen bagi lulusan SMK; dan f) Menyatakan Kesiapan mengerjakan order;
Membantu siswa SMK dalam 4) Mengerjakan order; 5) Mengevaluasi
mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja produk; dan 6) Menyerahkan order
dan membantu menjalin kerjasama dengan (disarikan dari Bahan Penyegaran
dunia kerja yang aktual; Kurikulum 2013 SMK tahun 2017).
Hasil tinjauan empiris menyebutkan Perubahan dunia kini memasuki era
bahwa The"teaching factory"in Singapore revolusi industri 4.0 atau revolusi industri
is a teaching model and teaching dunia keempat dimana teknologi informasi
thought,which is school-based, and its telah menjadi basis dalam kehidupan
prominent characteristics are:integrating manusia. Segala hal menjadi tanpa batas
theory into practice,integrating teaching (borderless) dengan penggunaan daya
environment into enterprise environment, komputasi dan data yang tidak terbatas
integrating specialty teaching into (unlimited), karena dipengaruhi oleh
industry requirement,emphasizing the perkembangan internet dan teknologi
combination of industry with learning, digital yang masif sebagai tulang
modeling field practice and outstanding punggung pergerakan dan konektivitas
industrial features (Pan Wei-Rong, LI- manusia dan mesin. Era ini juga akan
Jun. 2009). mendisrupsi berbagai aktivitas manusia,
Atas dasar uraian di atas, sintaksis termasuk di dalamnya bidang ilmu
pembelajaran teaching factory dapat pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta
menggunakan sintaksis PBET/PBT atau pendidikan tinggi. As industrial
dapat juga menggunakan sintaksis yang revolutions have moved from the

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 77

mechanization of production in the first 4.0, yaitu: 1) Persiapan sistem


industrial revolution, to the mass pembelajaran yang lebih inovatif seperti
production in the second, and then to the penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan
automation of production in third, the kemampuan Information Technology (IT),
standards of living for most people around Operational Technology (OT), Internet of
the world have greatly improved. Things (IoT), dan Big Data Analitic,
Undoubtedly, the capability of advancing mengintegrasikan objek fisik, digital dan
technology coming forth from the latest manusia untuk menghasilkan lulusan yang
industrial revolution has the potential to kompetitif. 2) Rekonstruksi kebijakan
make even bigger and greater kelembagaan yang adaptif dan responsif
improvements on every aspect of our lives terhadap revolusi industri 4.0 dalam
changes than the first three industrial mengembangkan transdisiplin ilmu dan
revolutions summed together (Min Xu, program studi yang dibutuhkan. 3)
Jeanne M. David & Suk Hi Kim. 2018). Persiapan sumber daya manusia yang
Secara garis besar, revolusi industri responsive, adaptif dan handal untuk
4.0 mengintegrasikan dunia online dengan menghadapi revolusi industri 4.0. 4)
lini produksi di industri, di mana semua Terobosan dalam riset dan pengembangan
proses produksi berjalan dengan internet yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan
sebagai penopang utama. Mohamad Nasir ekosistem riset dan pengembangan untuk
mengatakan bahwa tantangan revolusi meningkatkan kualitas dan kuantitas. 5)
industri 4.0 harus direspon secara cepat Terobosan inovasi dan perkuatan sistem
dan tepat oleh seluruh pemangku inovasi untuk meningkatkan produktivitas
kepentingan di lingkungan Kementerian, industri berbasis teknologi
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (http://www.kemenperin.go.id/artikel/
(Kemenristekdikti) agar mampu 17508/Industri-4.0-Ciptakan-Peluang-
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia Baru).
GL WHQJDK SHUVDLQJDQ JOREDO ³.HELMDNDQ Adapun dalam implikasinya
strategis dirumuskan dalam berbagai aspek ³,PSOLFDWLRQV IRU WKH SUDFWLFDO
mulai dari kelembagaan, bidang studi, implementation are amongst other things
kurikulum, sumber daya, serta that enterprises are indeed willing to face
pengembangan cyber university, risbang digitization/Industry 4.0, but that
hingga inovasi (Adreaas Hassim; 2016). risks/obstacles reduce their readiness or
Ada lima elemen penting yang slow down the process. Furthermore, the
harus dilaksanakan di era Revolusi Industri enterprise size plays an important role.

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


78 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

This leads to the following practical lingkungannya yang menghasilkan


challenges: 1) insecurities, like for perubaha yg bersifat relatif konstan.
example data security or maturity of Sedangkan menurut Daryanto (2012:5)
Industry 4.0 technologies have to be Pendidikan kewirausahaan merupakan
reduced; 2) the benefit of Industry 4.0 has proses di mana seseorang menggunakan
to be transferred from vision level to segenap kemampuan dan keterampilan
reality level; 3) investments in Industry 4.0 dalam berkreasi dan berinovasi demi
technologies have to be encouraged by menciptakan produk baru untuk kemudian
public funding in order to lower the perkenalkan guna memperoleh
barriers explicitly for SMEs; 4) internal keuntungan. Dengan demikian,
staff qualification programs and training pembelajaran kewirausahaan merupakan
programs for schools and universities have suatu perubahan perilaku seseorang dalam
to be called for; 5) SMEs have to be melakukan tindakan berusaha. Hasil
supported separately as they are less penelitian Papagiannis (2018)
capable of coping with the financial, menyimpulkan bahwa ³7KH RSLQLRQV RI
technological and staffing challenges than young people who have attended
large enterprises (Sommer, 2015. Journal equivalent programs about
of Industrial Engineering and )entrepreneurship are recorded.
Management). Moreover, an effort is made to examine the
Berdasarkan pendapat di atas, relation in between the above programs
dapat disimpulkan bahwa pada era revolusi and factors connected to the decision of
industri keempat (4.0) ini diformulasikan entrepreneurial activity, as well as their
empat tahapan sebagai berikut:1) Sinyal di contribution to the estimated feasibility,
tengah kebisingan (signals amidst the desirability and possibility of young people
noise); 2) Perubahan lingkungan bisnis LQ DFWLQJ LQ HQWUHSUHQHXUVKLS´
tampak lebih jelas (change takes hold); 3) Model pembelajaran
Transformasi yang tak terelakkan (the kewirausahaan selama ini masih bersifat
inevitable transformation).; dan 4) klasikal yang bercirikan teacher centered
Adaptasi pada keseimbangan baru learning sehingga obyektif pembelajaran
(adapting to the new normal). hanyalah aspek kognitif, sedangkan aspek
Menurut Eveline Siregar dan afektif dan psikomotorik tidak tercapai.
Hartini Nara (2010:5) pembelajaran Oleh karena itu, pembelajaran
sebagai suatu aktivitas mental yang kewirausahaan di SMK harus diubah
berlangsung dalam interaksi dengan menjadi model pembelajaran yang

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 79

bercirikan student centered learning, yaitu didasarkan pada penelitian Fayolle and
model pembelajaran kewirausahaan Gailli (2013):
berbasis portofolio, dimana model Our main research results show that the
positive effects of an EEP are all the more
pembelajaran ini menggunakan
marked when previous entrepreneurial
pendekatan siswa aktif, multi metode exposure has been weak or inexistent.
Conversely, for those students who had
pengajaran dan multi sumber
previously significantly been exposed to
pembelajaran. entrepreneurship, the results highlight
significant countereffects of the EEP on
Pada mata pelajaran
those participants.
kewirausahaan dapat ditanamkan sikap
Daryanto (2012:24) menyebutkan
prilaku untuk membuka bisnis, agar
bahwa karakteristik mata pelajaran
mereka menjadi seorang wirausaha yang
kewirausahaan sebagai berikut: a)
berbakat. Adapun tujuan pembelajaran
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam
kewirausahaan sebagai berikut:
mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif)
1) Meningkatkan jumlah para wirausaha
dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat
yang berkualitas
dalam memberikan nilai lebih; b)
2) Mewujudkan kemampuan dan
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
kemantapan para wirausaha untuk
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
menghasilkan kemajuan dan
penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan
kesejahteraan masyarakat.
hasil bisnis; c) Berani mengambil resiko
3) Membudayakan semangat sikap,
dan percaya diri; d) Berjiwa
prilaku, dan kemampuan
kepemimpinan; e) Berorientasi ke depan
kewirausahaan dikalangan pelajar
dan mempunyai pemikiran yang kreatif;
danmasyarakat yang mampu, handal
dan f) Mempunyai komitmen yang tinggi
dan unggul.
dan tanggung jawab terhadap tugasnya.
4) Menumbuhkembangkan kesadaran dan
Berdasarkan pernyataan di atas dapat
orientasi kewirausahaan yang tangguh
disimpulkan bahwa pembelajaran mata
dan kuat terhadap para siswa dan
pelajaran kewirausahaan dapat
PDV\DUDNDW -DPDO 0D¶PXU
menumbuhkan jiwa jiwa wirausaha yang
Oleh sebab itu mata pelajaran
handal
kewirausahaan diberikan di SMK
bertujuan untuk membentuk manusia METODE PENELITIAN
secara utuh (holistik), sebagai insan yang Penelitian ini akan dilakukan dengan
memiliki karakter, pemahaman dan pendekatan kualitatif . Subyek penelitian
ketrampilan sebagai wirausaha. Hal ini

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


80 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

ini adalah siswa kelas XII Kria Tekstil persiapan rancangan dan mendiskusikan
SMK Negeri 6 Pontianak sejumlah 37 model pembelajaran teaching factory 6M;
orang dimana menjadi tempat uji (2) Melakukan validasi model dengan ahli
keefektifan penerapan model pembelajaran pembelajaran; (3) Melakukan uji coba
teaching factory 6 M dan 4 D. terbatas dengan ahli materi kewirausahaan;
Penelitian ini berupa Implimentasi (4) Evaluasi dan perbaikan; (4) Melakukan
pengembangan keefektifan model uji coba yang lebih luas; (5) Melakukan
pembelajaran teaching factory 6M. Tehnik FGD (masukan dari ahli pembelajaran,
pengumpulan data melalui observasi ahli materi, guru kewirausahaan, ketua
langsung, dan wawancara mendalam prodi, wali kelas, siswa); (6) Evaluasi dan
(Bogdan dan Taylor, 1993:27). Pendekatan perbaikan model pembelajaran teaching
penelitian digunakan Development factory 6M. Tahap Ketiga; penyempurnaan
Research (Borg & Gall, 1989:781-802) dari tahap tahap sebelumnya dan
yang diawali dengan pengembangan model melakukan evaluasi berbagai aspek yang
pembelajaran teaching factory 6M dan berorientasi pada model pembelajaran
dilanjutkan dengan tahapan implimentasi teaching factory 6M
membangun kelas wirausaha di SMK
HASIL DAN PEMBAHASAN
Negeri 6 Pontianak.
. Penelitian ini direncanakan melalui Berdasarkan data awal tentang
tiga tahap yaitu tahap pengembangan dan aspek penelitian, maka tim peneliti
perancangan, tahap uji coba dalam lingkup memutuskan untuk mengembangkan
terbatas dan tahap eksperimental yang model pembelajaran Teaching Factory
lebih luas. Teknik analisis data dengan menambahkan inovasi aspek 4D
menggunakan model analisis interaktif (Define, Design, Develop dan
(interactive model of analysis) yang Dissemination). Penambahan aspek 4D ini
memiliki tiga komponen yakni reduksi merupakan hasil pengkajian terhadap teori
data, penyajian data, dan penarikan dan kajian empiris yang telah ada tentang
kesimpulan (Miles & Huberman, 1985). Teaching Factory. Kajian teori dan empiris
Adapun rincian tahapan dapat diuraikan yang telah ada belum sesuai dengan
sebagai berikut: karakteristik siswa SMK 6 Pontianak
Tahap Pertama; merupakan Jurusan Kria Tekstil sehingga aspek 4D
identifikasi pengembangan model merupakah inovasi agar manfaat
pembelajaran teaching factory 6M. Tahap pembelajaran Teaching Factory lebih
Kedua; (1) Penyempurnaan draft awal,

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 81

optimal pada siswa. Adapun langkah- e. Merevisi hasil uji coba (main product
langkahnya sebagai berikut: revision); Hasil evaluasi dijadikan
a. Penelitian dan pengumpulan data dasar untuk memperbaiki atau
(research and information collecting); menyempurnakan model pembelajaran
pengukuran kebutuhan, studi literatur, Teaching Factory 6M dengan inovasi
penelitian dalam skala kecil dan 4D.
pertimbangan-pertimbangan dari segi f. Uji coba lapangan (main filed testing)
nilai yang dilaksanakan melalui Hasil revisi pertama model
penyebaran angket, observasi dan pembelajaran Teaching Factory 6M
wawancara kepada responden. dengan inovasi 4D selanjutnya diuji
b. Perencanaan (planning); menyusun coba pada kelompok yang lebih luas
rencana penelitian, meliputi yakni 3 sampai dengan 4 kelompok
kemampuan-kemampuan yang dengan 9 sampai 12 orang subjek uji
diperlukan pelaksanaan penelitian, coba. Data kuantitatif yang
rumusan tujuan yang hendak dicapai dikumpulkan pada tahap ini yakni
dengan penelitian tersebut, desain atau penampilan guru sebelum dan
langkah-langkah penelitian, pengujian sesudah menggunakan model yang
dalam lingkup terbatas. dicobakan serta aspek pembelajaran
c. Pengembangan draf produk (develop siswa (kognitif, afektif dan
preliminary from of product); Data psikomotorik).
awal dijadikan dasar untuk g. Penyempurnaan produk hasil uji
pengembangan bahan pembelajaran, lapangan (operational product
proses pembelajaran dan instrumen revision).; Penyempurnakan model
evaluasi model pembelajaran Teaching pembelajaran Teaching Factory 6M
Factory 6M dan inovasi 4D. dengan inovasi 4D berdasarkan hasil
d. Uji coba lapangan awal (preliminary uji lapangan pada kelompok kedua.
field testing); uji coba dilapangan h. Uji pelaksanaan lapangan (operational
pada 1 sampai 2 kelompok dengan 3 field testing); Hasil penyempurnaan
sampai dengan 6 subjek uji coba model pembelajaran Teaching Factory
(siswa SMK). Selama proses ujicoba 6M dengan inovasi 4D diujicobakan
diadakan pengamatan, wawancara dan pada lingkup yang lebih besar yakni 5
pengedaran angket sebagai bahan sampai dengan 8 kelompok melibatkan
monitoring dan evaluasi desain 15 sampai dengan 24 subjek penelitian.
pembelajaran yang telah disusun. Pengujian dilakukan melalui angket,

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


82 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

wawancara, dan observasi dan analisis sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat
hasilnya. perbedaan yang signifikan.
i. Diseminasi dan implementasi Berdasarkan hasil uji statistik,
(dissemination and implementation); Perbedaan Aspek Psikomotorik dapat
meliputi diseminasi (penyebarluasan diketahui bahwa nilai t hitung sebesar
informasi) tentang efektivitas model 30,500 dan t tabel sebesar 1,980 atau t
pembelajaran kepada pihak-pihak yang hitung > t tabel sehingga dapat
memerlukan serta implementasi disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
(pelaksanaan) model pembelajaran antara aspek psikomotorik siswa sebelum
kepada siswa SMK 6 Pontianak dengan sesudah penerapan model
Jurusan Tekstil. pembelajaran Teaching Factory 6M
Berdasarkan hasil uji statistik, Inovasi 4D. Adapun nilai signifikansi
Perbedaan Aspek Kognitif dapat diketahui sebesar 0,000 ( lebih kecil dari 0,05)
bahwa nilai t hitung sebesar 41,50 dan t sehingga dapat dinyatakan bahwa tingkat
tabel sebesar 1,980 atau t hitung > t tabel perbedaannya signifikan.
sehingga dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan Pelaksanaan model
terdapat perbedaan antara aspek kognitif pembelajaran Teaching Factory 6M
siswa sebelum dengan sesudah penerapan Inovasi 4D dari segi Konteks, maka dapat
model pembelajaran Teaching Factory 6M dinyatakan bahwa model pembelajaran
Inovasi 4D. Adapun nilai signifikansi Teaching Factory 6M Inovasi 4D memiliki
sebesar 0,041 lebih kecil dari 0,05) efektivitas dari segi konteks pembelajaran.
sehingga dapat dinyatakan bahwa tingkat Pembelajaran TeFA model 6 M meliputi:
perbedaannya signifikan. a. Menerima order
Berdasarkan hasil uji statistik, Pada langkah belajar ini peserta didik
Perbedaan Aspek Afektif dapat diketahui berperan sebagai penerima order dan
bahwa nilai t hitung sebesar 14,007 dan t berkomunikasi dengan pemberi order
tabel sebesar 1,980 atau t hitung > t tabel berkaitan dengan pesanan/layanan jasa
sehingga dapat disimpulkan bahwa yang diinginkan. Terjadi komunikasi
terdapat perbedaan antara aspek afektiv efektif dan santun serta mencatat
siswa sebelum dengan sesudah penerapan keinginan/keluhan pemberi order.
model pembelajaran Teaching Factory 6M b. Menganalisis order
Inovasi 4D. Adapun nilai signifikansi Siswa berperan sebagai teknisi untuk
sebesar 0,091 ( lebih kecil dari 0,05) melakukan analisis terhadap pesanan
pemberi order baik berkaitan dengan

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 83

benda produk/layanan jasa sehubungan persyratan spesifikasi order telah


dengan gambar detail, spesifikasi, terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi
bahan, waktu pengerjaan dan harga di produktif dengan pelanggan.
bawah supervisi guru yang berperan
Adapun inovasi yang dilakukan oleh
sebagai supervisor.
tim peneliti yakni dengan menambahkan
c. Menyatakan Kesiapan mengerjakan
langkah 4D:
order
a. Define
Siswa menyatakan kesiapan untuk
b. Design
melakukan pekerjaan berdasarkan hasil
c. Develop
analisis dan kompetensi yang
d. Dissemination
dimilikinya sehingga menumbuhkan
Berdasarkan Pelaksanaan model
motivasi dan tanggung jawab.
pembelajaran Teaching Factory 6M
d. Mengerjakan order
Inovasi 4D dari segi Input, maka dapat
Melaksanakan pekerjaan sesuai
dinyatakan bahwa model pembelajaran
tuntutan spesifikasi kerja yang sudah
Teaching Factory 6M Inovasi 4D memiliki
dihasilkan dari proses analisis order.
efektivitas dari segi input pembelajaran.
Siswa sebagai pekerja harus menaati
Input model pembelajaran berupa
prosedur kerja yang sudah ditentukan.
kemampuan siswa yang meliputi aspek
Dia harus menaati keselamatan kerja
kognitif (pengetahuan) afektif (sikap) dan
dan langkah kerja dengan sungguh-
psikomotorik (keterampillan). Hasil
sunguh untuk menghasilkan benda
penelitian menunjukkan perbedaan pada
kerja yang sesuai spesifikasi yang
ketiga aspek tersebut pada data awal
ditentukan pemesan
sebelum pelaksanaan model dengan data
e. Mengevaluasi produk
sesudah pelaksanaan model pembelajaran.
Melakukan penilaian terhadap benda
Berdasarkan Pelaksanaan model
kerja/layanan jasa dengan cara
pembelajaran Teaching Factory 6M
membandingkan parameter benda
Inovasi 4D dari segi Proses, maka dapat
kerja/layanan jasa yang dihasilkan
dinyatakan bahwa model pembelajaran
dengan data parameter pada spesifikasi
Teaching Factory 6M Inovasi 4D memiliki
order pesanan atau spesifikasi pada
efektivitas dari segi proses pembelajaran
service manual.
yang inovatif dengan mereapkan metode
f. Menyerahkan order
³%HUPDLQ 3HUDQ´ VHKLQJJD VLVZD OHELK
Siswa menyerahkan order baik benda
mampu memahami model pembelajaran
kerja/ layanan jasa setelah yakin semua

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


84 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

TeFa 6M Inovasi 4D. Proses pembelajaran diterapkan oleh para guru SMK sebagai
yang efektif mempu meningkatkan kualitas upaya mengoptimalkan proses dan hasil
output pembelajaran. pembelajaran kewirausahaan guna
Kolaborasi yang tepat antara proses melahirkan generasi pengusaha di masa
Kegiatan Magang Usaha dengan yang akan datang.
Pengetahuan Kewirausahaan pada siswa
DAFTAR PUSTAKA
memberikan kontribusi terhadap Minat
Kewirausahaan siswa. Kolaborasi yang Agung Kuswantoro, Joko Widodo, Asih
Kuswardinah¸ 2012, Perencanaan
tepat antara ranah teoritis dengan ranah
Teaching Factory Dalam Upaya
aplikatif memberikan gambaran nyata Menanamkan Nilai Nilai
Enterpreneur di SMK Negeri 6
terhadap siswa bahwa mengelola usaha
Semarang. JERE 1 (2) (2012) .
adalah kegiatan yang memberikan banyak Journal of Educational Research
and Evaluation
manfaat bagi diri sendiri dan lingkungan
sekitar. Akhmad F. Amar, Dadang Hidayat, Amay
Suherman, 2015, Penerapan
Berdasarkan Pelaksanaan model Model Pembelajaran Teaching
pembelajaran Teaching Factory 6M Factory 6 langkah (model6M)
untuk meningkatkan motivasi
Inovasi 4D dari segi Produk, maka dapat berprestasi Siswa di SMK ,
dinyatakan bahwa model pembelajaran Journal of Mechanical
Engineering Education Vol.2
Teaching Factory 6M Inovasi 4D memiliki Desember 2015.
efektivitas dari segi produk model Andreas Hassim , 2016, Revolusi Industri
pembelajaran karena terbutkti mampu 4.0, | Jumat, 17 Juni 2016 | 7:14
http://id.beritasatu.com/home/rev
menambah kualitas dan hasil pembelajaran olusi-industri-40/145390
kewirausahaan dibandigkan dengan model
Attar, Aykut. 2015. Entrepreneurship,
konvensional. Knowledge, And The Industrial
SIMPULAN Revolution. Economics E-Journal.
Vol 9 2015-3.
Berdasarkan hasil uraian di atas
Borg. W & Gall, 1989, Educational
dapat disimpulkan bahwa model Research Introduction, New
pembelajaran Teaching Factory 6M York.
dengan inovasi 4D efektiv dalam Burhan R Wijaya , Model Pengelolaan
meningkatkan hasil pembelajaran Teaching Factory SMK, Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 30
kewirausahaan dari segi konteks, input, Nomor 2 tahun 2013
proses dan produk pada siswa jurusan kria Dadang Hidayat M., 2011, Model
tekstil di SMK Negeri 6 Pontianak. Pembelajaran Teaching Factory
untuk Meningkatkan Kompetensi
Implikasi dari penelitian dapat langsung

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


JURKAMI: Jurnal Pendidikan Ekonomi JURKAMI Volume 3, no 2, 2018 | 85

Siswa dalam Mata pelajaran Activity Decision And To


Produktif, Jurnal Ilmu Pendidikan Entrepreneurial Spirit And
Jilid 17 No.4 Februari 2011, hlm Mindset Of Young People In
270-278. Greec. Journal of
Entrepreneurship Education.
Dadang Hidayat Martawijaya. 2012. Volume 21, Issue 1
Developing A Teaching Factory
Learning Model To Improve Gozali, Ahmad Dardiri, Soenar
Production Competencies Among Soekopitojo, 2017, Penerapan
Mechanical Engineering Teaching Factory Jasa Boga
Students In A Vocational Senior untuk Meningkatkan Kompetensi
High School. Journal of Technical Entrepreneur Siswa Sekolah
Education and Training (JTET), Menengah Kejuruan, Jurnal
Vol. 4, No.2) Sosial Humaniora dan Pendidikan
Vol 2 No.1 (ISSN2580-5398)
Daryanto, 2012, Pendidikan
Kewirausahaan, Yokyakarta Hidayat M., Dadang. (2011). Model
:Gava Media Pembelajaran Teaching Factory
untuk Meningkatkan Kompetensi
Direktorat PSMK. 2009). Roadmap Siswa dalam Mata Pelajaran
Pengembangan SMK 2010-2014, Produktif. Jurnal Ilmu
Jakarta: Departemen Pendidikan Pendidikan, Vol.17,No 4.
Nasional [Online], Diakses di:
http://id.scribd.com/ [9 Oktober
Direktorat Pembinaan Sekolah
2016].
Menengah Kejuruan. 2008.
Kewirausahaan dalam kurikulam Http://www.kemenperin.go.id/artikel/1750
SMK. Makalah disajikan dalam 8/Industri-4.0-Ciptakan-Peluang-
Seminar Nasional Wirausaha Baru, Koran Sindo (03/05/2017)
Kuliner, di Jurusan Teknologi
Industri , Fakultas Teknik , -DPDO 0D¶PXU $VPDQL Sekolah
Universitas Negeri Malang. Entrprenur, Jokjakarta: Harmoni.
Dikmenjur. ,2006. Kurikulum SMK Lutz Sommer. 2015. Industrial Revolution
Edisi2006. Diperoleh 22 Februari - Industry 4.0: Are German
2013 Manufacturing SMEs the First
http://www.scribd.com/doc/86459 Victims of this
24/Smk. Revolution?.Journal of Industrial
Engineering and Management,
Falloy, Alan and Gailly Benoit. 2013. The 2015 ± 8(5).
Impact of Entrepreneurship
Education on Entrepreneurial Miles, M. B. & Huberman, A. M.
Attitudes and Intention: 1985.Qualitative Data Analysis:
Hysteresis and Persistence. A Sourcebook of New Methods.
Journal of Small Business London: Sage Publications
Management. Vol 53 Issue .
Min Xu, Jeanne M. David & Suk Hi Kim.
Georgios D. Papagiannis. 2018. 2018. The Fourth Industrial
Entrepreneurship Education Revolution: Opportunities and
Programs: The Contribution Of Challenges.. International Journal
Courses, Seminars And of Financial Research, Vol. 9, No.
Competitions To Entrepreneurial 2

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938


86 | Nuraini Asriati, Sulistyarini, Maria Ulfah, Endang Purwaningsih, Pengembangan

Pan Wei-rong, LI Jun. 2009. Analysis of


"Teaching Factory" Model of
Nanyang Polytechnic. Journal of
Guangdong Communications
Polytechnic
Rahmat Kurniawan, 2014, Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran
Teaching Factory 6 Langkah (TF
6M) dan prestasi belajar
kewirausahaan Terhadap Minat
wirausaha, Jurnal INVOTEC,
Volume X, No.1, hlm 57- 66
Siregar E dan Hartini Nara, 2010, Teori
Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sommer, 2015. Implications for the
practical implementation are
amongst other things that
enterprises to face
digitization/Industry 4.0, Journal
of Industrial Engineering and
Management.
Triatmoko, SJ. (2009). The ATMI story,
rainbow of excellence. Surakarta:
Atmipress

Copyright © 2018 STKIP Persada Khatulistiwa Sintang | e-ISSN 2541-0938

You might also like