Professional Documents
Culture Documents
Admin,+3 +Arfella+Dara
Admin,+3 +Arfella+Dara
Admin,+3 +Arfella+Dara
ABSTRACT
Background: Incident reporting systems are designed to obtain information about patient safety and used for
organizational and individual learning.
Aim: The objective is to evaluate the implementation of patient safety incident reporting system at a hospital of
Surabaya.
Method: This study was an observational descriptive research supported by qualitative data. This study used
Health Metrics Network (HMN) model.
Results: The results of the input evaluation show that there was a policy that regulates the incident report, but
its implementation was still not appropriate with no direct funding. However, facilities were provided for
reporting. There was socialization for employees who have different understanding and responsibility,
organizational structure of the patient safety team, problem solving method which had not used PDSA (Plan,
Do, Study, Action), and computerized technology.
Conclusion: The process evaluation shows that the indicators were in line with the rules. The data sources
were in accordance with the guidelines. Data collection, process, presentation, and analysis were in line with
the theory. The output evaluation shows the submission of incident reports had not been timely. Moreover, the
report was complete and suitable to the existing guidelines, and it had been used for decision-making. It is
required for the hospital to revise the guidebook of incidence reporting and improve the human resource skill.
ABSTRAK
Latar Belakang: Sistem pelaporan insiden dirancang untuk memperoleh informasi tentang keselamatan pasien yang
digunakan sebagai pembelajaran organisasi dan individu.
Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah
sakit. Penelitian berupa deskriptif observasional yang ditunjang dengan data kualitatif. Evaluasi dalam penelitian ini
menggunakan model Health Metrics Network (HMN).
Hasil: Hasil evaluasi sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di sebuah rumah sakit di Surabaya menunjukkan
bahwa dari segi input telah ada kebijakan yang mengatur pelaporan insiden keselamatan pasien akan tetapi pada
pelaksanaan kebijakan ini sayangnya masih belum sesuai, tidak ada dana yang secara langsung namun diberikan fasilitas
untuk pembuatan laporan, para petugas telah diberikan sosialisasi namun adanya perbedaan pemahaman serta rasa
tanggung jawab petugas, struktur organisasi tim keselamatan pasien telah ada, metode penyelesaian masalah belum
menggunakan PDSA (Plan, Do, Study, Action), teknologi yang digunakan sudah terkomputerisasi.
Kesimpulan: Evaluasi segi proses, indikator sudah sesuai dengan peraturan, sumber data sudah sesuai dengan pedoman
dan panduan insiden keselamatan pasien, serta pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis sudah sesuai dengan
teori. Evaluasi segi output, penyerahan laporan insiden belum tepat waktu, laporan telah lengkap dan sesuai dengan
panduan yang ada, dan laporan telah digunakan untuk pengambilan keputusan. Rumah sakit diharapkan dapat
memperbaiki panduan pelaporan insiden dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
PENDAHULUAN
INPU
1) Kebijakan/ Panduan
2) Pendanaan
OUTPUT PROSES
Ketepatan waktu Indikator
Kelengkapan data Sumber data
Pengambilan keputusan Pengumpulan data
Pengolahan data
Penyajian data
Analisis data
EVALUASI
Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
Pasien dari Segi Input utama 1, informan utama 3, dan informan penunjang,
Evaluasi sistem pelaporan insiden keselamatan didapatkan kesimpulan bahwa laporan insiden keselamatan
pasien dilihat dari segi input terdiri dari enam aspek. pasien langsung diserahkan
Enam aspek tersebut yaitu kebijakan atau panduan yang
dimiliki oleh rumah sakit, pendanaan, sumber daya
manusia (SDM), organisasi atau manajemen, metode
penyelesaian masalah, dan teknologi. Rekapitulasi hasil
evaluasi sistem pelaporan insiden keselamatan pasien dari
segi input dijelaskan pada Tabel 1.
Kebijakan/ Panduan
Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun
2017 Pasal 5 disebutkan bahwa terdapat tujuh langkah
menuju Keselamatan Pasien dan salah satunya adalah
mengembangkan sistem pelaporan. Rumah sakit ini telah
memiliki panduan terkait insiden keselamatan pasien
yang disahkan berdasarkan SK Direksi Rumah Sakit
Nomor: AY.A.SKR.1120.07.15. Panduan tersebut
berjudul Panduan Insiden Keselamatan Pasien. Pada
panduan tersebut terdapat prosedur pelaporan, alur
pelaporan, dan formulir pelaporan insiden keselamatan
pasien.
Berdasarkan hasil telaah dokumen yaitu
membandingkan Panduan Insiden Keselamatan Pasien
Rumah Sakit dengan Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien yang dikeluarkan oleh KKP-RS
tahun 2015. Panduan yang dimiliki rumah sakit belum
mencantumkan faktor kontributor penyebab insiden
keselamatan pasien. Sedangkan faktor kontributor
penyebab insiden keselamatan pasien dapat membantu
para petugas dan pengambil keputusan dalam
menganalisis penyebab insiden keselamatan pasien.
Pada bagan alur pelaporan insiden keselamatan
pasien yang dimiliki rumah sakit ini pembuatan alur
pelaporan belum sesuai kaedah pembuatan diagram alur
yaitu penggunaan simbol- simbol dalam diagram alur.
Pada pedoman yang dikeluarkan KKP-RS tahun 2015
terdapat contoh bagan alur pelaporan insiden keselamatan
di rumah sakit, akan tetapi Rumah sakit masih
menggunakan penjelasan dan belum jelas siapa yang
bertanggung jawab pada setiap tahapan di alur pelaporan.
Evaluasi Sistem Pelaporan… 4 Tristant
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.83-94
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dari Segi Input
d. Organisasi/ Telah adanya tim Keselamatan Sudah sesuai dengan Laporan insiden
Manajemen Pasien Rumah Sakit yang Permenkes No 11 Tahun keselamatan pasien
bertanggung jawab akan sistem 2017 tentang Keselamatan masih sering sering
pelaporan insiden keselamatan Pasien diserahkan kepada
pasien di rumah sakit Sekretaris atau Ketua
PMKP bukan kepada
koordinator
keselamatan pasien
rumah sakit
e. Metode Metode penyelesaian masalah Belum sesuai dengan teori Belum paham akan
Penyelesaian menggunakan metode PDCA yang ada. Metode yang penggunaan metode
masalah (Plan, Do, Check, Action) digunakan seharusnya PDSA yang tepat dalam
(Plan, Do, Study, Action) penyelesaian masalah
keselamatan pasien
f. Teknologi Pelaporan insiden masih dalam Sudah sesuai dengan teori Pelaporan insiden yang
bentuk formulir yang ditulis tentang Health Metrics masih dalam bentuk
tangan. Akan tetapi dalam Networks bahwa perlu manual atau penggunaan
pengolahan data telah dibantu adanya teknologi yang formulir yang membuat
dengan aplikasi Ms.Excell dan Epi mampu mempercepat laporan telat diterima oleh
Info proses analisis data tim keselamatan pasien
rumah sakit
“Sosialisasi kita berikan untuk seluruh sesuai dengan perencanaan. Pada metode PDSA terdapat
petugas rumah sakit, baik dari petugas proses pembelajaran dimana hal tersebut sesuai dengan
pelayanan hingga non pelayanan. Waktu tujuan dari sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
pelaksanaannya setahun sekali sekitar bahwa hasil dari pelaporan dijadikan pembelajaran bagi
bulan Maret dan April” (Informan Utama 1, 47 individu dan organisasi dalam proses perbaikan
tahun) pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Seluruh anggota organisasi saling berkoordinasi
agar program keselamatan pasien berjalan dengan baik.
Salah satu kegiatan dari koordinasi tersebut adalah
“Sebenarnya,semua petugas di setiap unit
mengadakan rapat rutin mingguan dan bulanan yang
udah diberikan sosialisasi tentang
bertujuan untuk menyampaikan hasil pemantauan dan
pelaporan insiden keselamatan pasien.
evaluasi terhadap pelaksanaan program keselamatan
Cuma pemahaman dan rasa tanggung
pasien. Akan tetapi, pelaporan insiden keselamatan pasien
jawab setiap petugas beda-beda apalagi
belum seutuhnya berjalan sesuai dengan alur pelaporan
jika banyaknya kerjaan dan formulir laporan
yang telah ada. Laporan insiden keselamatan pasien
yang terlalu banyak yang harus diisi,
masih sering diserahkan kepada Sekretaris atau Ketua
meraka merasa hal itu jadi beban
PMKP bukan kepada koordinator keselamatan pasien
tambahan.” (Informan Penunjang, 25 tahun)
rumah sakit.
Hasil evaluasi sistem pelaporan insiden
Keterbatasan sumber daya dan kurangnya
keselamatan pasien pada aspek organisasi atau
pelatihan petugas atau faktor manusia dalam investigasi
managemen sejalan dengan penelitian Hakim dan
inisiden membuat sistem pelaporan insiden sering kali
Pudjihardjo (2014) bahwa keselamatan pasien adalah
tidak mampu untuk dilakukan analisis yang lebih
program kerja yang melibatkan banyak unit kerja di
mendalam atau menghasilkan intervensi yang kuat untuk
rumah sakit secara holistik sehingga dibutuhkan
mengurangi risiko (Pham et al., 2013). Rumah sakit ini
koordinasi antar unit untuk mencapai tujuan program
perlu melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap
secara optimal. Selain itu, dibutuhkan komitmen direksi,
para petugas agar sistem pelaporan insiden keselamatan
manajemen, dan tim keselamatan pasien rumah sakit
pasien dapat berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah
untuk memantau dan mengevaluasi pelaporan insiden
dibuat oleh manajemen rumah sakit.
dengan cara visitasi secara pperiodicdan melakukan rapat
Upaya pembinaan dan pengembangan sumber
yang diadakan tiap bulan (Adrini T et al., 2015).Agar
daya manusia di rumah sakit sangat diperlukan. Upaya
program keselamatan pasien dapat berjalan optimal,
tersebut dapat dilakukan dengan adanya sosialisasi atau
koordinasi secara rutin dan komitmen yang kuat dari
pelatihan terkait keselamatan pasien yang dapat
segala pihak dibutuhkan agar program keselamatan
dilakukan secara rutin. Manfaat dari upaya tersebut yaitu
pasien berjalan dengan baik terutama pada proses
agar rumah sakit memilki sumber daya manusia yang
pelaporan insiden keselamatan pasien.
mampu membantu organisasi dalam mencapai tujuan.
Sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
Rumah sakit telah memiliki struktur organisasi
untuk melaksanakan program keselamatan pasien. Tim rumah sakit ini menggunakan metode penyelesaian
Keselamatan Pasien Rumah Sakit termasuk ke dalam masalah dengan metode PDCA (Plan, Do, Check,
bagian Komite PMKP Rumah Sakit dan terdiri dari Action). Hasil analisis plan pada indikator ketepatan
koordinator keselamatan pasien rumah sakit, anggota, waktu pelaporan insiden keselamatan pasien dalam 2 x 24
serta Champion mutu. jam tercapai 100%. Ketepatan waktu pelaporan pada do
Rumah sakit ini belum menggunakan metode dalam 2 x 24 jam belum memenuhi standar 100% dengan
PDSA (Plan, Do, Study, Action) dalam penyelesaian
masalah. Pedoman pelaporan memberikan peluang hasil bulan April sebesar 28,1%, bulan Mei sebesar
tentang transparansi isu kesehatan sehingga dapat 65,0%, dan bulan Juni sebesar 42,1%. Analisis check
membangun pengetahuan tentang bagaimana tidak tercapai karena keterlambatan penulisan laporan di
menggunakan metode PDSA yang efektif serta prinsip- form insiden dan keterlambatan penyerahan form insiden
prinsip untuk meningkatkan peluang keberhasilan. ke Komite PMKP. Sebagian besar insiden ditemukan di
Metode PDSA diharapkan mampu diimplementasikan unit Farmasi sehingga membutuhkan waktu untuk
sesuai dengan pedoman siklus yang disusun oleh pendiri.
penulisan laporan serta penyerahannya ke Komite PMKP.
Metode PDSA harus diimplementasikan dengan
konsistensi yang lebih besar. Hasil dari penggunaan Sedangkan pada aspek action yaitu pendisiplinan
PDSA untuk pembelajaran dan perbaikan mutu sehingga pelaporan insiden, komite PMKP aktif menanyakan
dapat mewujudkan tujuan dari Komite PMKP yaitu progres, dan penulisan laporan insiden tidak
peningkatan mutu dan terjaminnya keselamatan pasien ditanggungjawabkan hanya pada 1 orang saja, tetapi pada
(Taylor, 2013). siapa yang menemukan insiden tersebut. Pelaporan
Metode penyelesaian dengan menggunakan insiden keselamatan pasien di rumah sakit ini masih
PDCA hanya mampu sebatas memeriksa apakah
secara manual yaitu menggunakan formulir laporan
perencanaan dan pelaksanaan sudah sesuai tetapi tidak
bisa dijadikan pembelajaran. Hal ini terjadi tidak adanya insiden keselamatan pasien yang ditulis tangan. Formulir
kegiatan yang menggali lebih dalam terkait faktor yang laporan insiden
menjadi penyebab pelaksanaan tidak
kemudian diserahkan kepada komite PMKP untuk yang digunakan pada pelaporan indisen telah sesuai
dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dengan ketentuan yang berlaku pada pedoman dan
menggunakan program Ms. Excel dan Epi Info untuk panduan insiden keselamatan pasien.
menunjang penyusunan laporan insiden keselamatan
pasien setiap tiga bulan sekali. Pengumpulan Data
Teknologi sistem informasi dapat sangat Pengumpulan data tentang insiden keselamatan
membantu suatu organisasi yang komplek seperti institusi pasien dilakukan dengan menemukan adanya insiden
pelayanan kesehatan di mana institusi pelayanan melaporkan insiden tersebut dengan menulis di formulir
kesehatan berada di bawah tekanan dari penerima jasa laporan insiden keselamatan pasien yang kemudian
pelayanan kesehatan. Adanya teknologi dapat membantu diserahkan ke sub komite keselamatan pasien. Data ini
meningkatkan keuntungan bagi organisasi (Handayani et dilaporkan dalam waktu 2 x 24 jam. Data yang
al., 2013). dikumpulkan untuk menyusun laporan antara lain data
pasien, rincian kejadian, hasil grading risiko, hasil
Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan investigasi sederhana untuk grading risiko biru dan hijau.
Pasien dari Segi Proses Pengumpulan dan pengambilan data harus valid
Evaluasi sistem pelaporan insiden keselamatan (akurat, tepat waktu, lengkap, dan dapat dipercaya)
pasien dilihat dari segi proses terdiri dari enam aspek karena digunakan untuk menganilisis tren, menilai
yaitu indikator, sumber data, pengumpulan data, peningkatan pelayanan, dan membandingkan perbedaan
pengolahan data, penyajian data, dan analisis data. cara pelayanan (WHO, 2008).
Rekapitulasi hasil evaluasi sistem pelaporan insiden Data insiden yang dilaporkan oleh rumah sakit
keselamatan pasien dari segi proses dijelaskan pada Tabel sudah akurat karena sesuai dengan yang terjadi pada saat
2. terjadi insiden. Data yang dilaporkan juga telah lengkap
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan karena sebagian besar data telah berisi aspek-aspek yang
Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2008 tentang harus dilaporkan dan sesuai dengan formulir laporan
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit bahwa angka insiden keselamatan pasien walaupun pada saat terjadinya
dari insiden keselamatan pasien di rumah sakit insiden, laporan belum ditulis secara langsung di formulir
seharusnya 0% atau dapat diartikan tidak adanya kejadian laporan insiden keselamatan pasien.
yang dapat membahayakan pasien seperti kejadian pasien Data insiden yang dikumpulkan dapat dikatakan
jatuh, kesalahan obat, dan kesalahan penyerahan hasil dipercaya karena pada saat kejadian, petugas yang
pemeriksaan. menemukan insiden segera melaporkan kepada kepala
Hasil pelaporan insiden keselamatan pasien ruangan atau unit untuk segera diselesaikan dan dibuat
triwulan 2 tahun 2017 di rumah sakit ini didapatkan laporan tertulis. Akan tetapi, masih adanya laporan
bahwa jenis insiden keselamatan pasien yang dilaporkan insiden keselamatan yang belum tepat waktu diserahkan
ada empat dimensi yaitu Kejadian Nyaris Cedera (KNC), kepada koordinator keselamatan pasien rumah sakit.
Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Pelaksanaan pengumpulan data melalui komputer
Diharapkan (KTD), dan Sentinel. Selama Bulan April dengan berbasis sistem informasi di negara berkembang
hingga Juni tahun 2017 Kejadian Nyaris Cidera (KNC) belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Masalah
sebanyak 54 insiden, Kejadian Tidak Cedera (KTC) umum yaitu sumber daya yang kurang, jumlah dan
sebanyak 14, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) kapasitas petugas, infrastruktur, intregasi dan distribusi
sebanyak 3 insiden, dan tidak ada kejadian sentinel. Pada data, survei peraturan, dan pendekatan regional
Triwulan 2 tahun 2017 jumlah insiden sebanyak 71 (Nurmansyah et al., 2015). Data yang dikumpulkan dapat
insiden. Walaupun KTD sedikit dan tidak ada sentinel, dikatakan kurang valid karena masih ada aspek yang
pelaporan harus tetap dilakukan karena dapat dijadikan belum terpenuhi yaitu ketepatan waktu pengumpulan dan
data untuk pencegahan dan data tersebut dapat digunakan pengambilan data.
untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Pengolahan data merupakan sebuah proses untuk
Sumber data yang digunakan untuk menyusun mendapatkan data dari setiap variabel yang diteliti untuk
laporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit dapat dianalisis. Pada Panduan Insiden Keselamatan
bersumber dari formulir laporan insiden yang diserahkan Pasien Rumah Sakit belum disebutkan tentang teknik
ke sub komite keselamatan pasien. Formulir laporan pengolahan data insiden keselamatan pasien maupun
bersifat rahasia dan hanya pihak berwenang yang dapat aplikasi untuk mengolah data yang digunakan. Sedangkan
mengakses data tersebut. berdasarkan hasil observasi, proses pengolahan data
Sumber data yang digunakan ini telah sesuai menggunakan program Epi Info dan Ms. Excel untuk
dengan dengan pedoman pelaporan insiden keselamatan mengetahui distribusi frekuensi setiap jenis insiden
pasien yang dikeluarkan oleh KKP-RS tahun 2015 dan keselamatan, tempat terjadinya insiden, kategori insiden
panduan insiden keselamatan pasien yang dimiliki. Data yang terjadi, dan hasil grading dari setiap insiden. Proses
penyusunan laporan insiden keselamatan pasien berasal pengolahan data tentang insiden keselamatan pasien telah
dari formulir laporan insiden. Menurut Elliot, Martin, dan terkomputerisasi.
Neville (2014), pengembangan sistem pencatatan dan
pelaporan insiden keselamatan pasien harus dilakukan
dengan cara anonim, rahasia, dan dapat digunakan secara
multiuser secara bersamaan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan sumber data yang
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dari Segi Proses
Komponen
Pelaksanaan Sistem Pelaporan
Evaluasi Kesesuaian dengan Kebijakan
Insiden Keselamatan Pasien di Hambatan
berdasarkan dan teori
Rumah Sakit tempat penelitian
Model HMN
a. Indikator Adanya pelaporan tentang jenis Sudah sesuai dengan Permenkes Tidak ada
insiden KTD, KNC, KTD, dan RI No. 11 Tahun 2017 dan hambatan.
sentinel. Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien
KKP-RS tahun 2015.
b. Sumber data Formulir laporan insiden yang Sudah sesuai dengan dengan Tidak ada
diserahkan ke sub komite pedoman pelaporan insiden hambatan
keselamatan pasien keselamatan pasien yang
dikeluarkan oleh KKP-RS tahun
2015
c. Pengumpulan Petugas yang menemukan adanya Belum sesuai dengan ketentuan Data yang
data insiden melaporkan insiden tersebut WHO tahun 2008 bahwa dikumpulkan
dengan menulis pada formulir pengumpulan dan pengambilan belum tepat
laporan insiden keselamatan pasien data harus valid waktu
yang kemudian diserahkan ke sub
komite keselamatan pasien dan
dilaporkan dalam waktu 2 x 24
jam
d. Pengolahan data Pada panduan pelaporan rumah Sudah sesuai dengan teori HMN Tidak ada
sakit belum dijelaskan tentang bahwa penggunaan teknologi yang hambatan.
teknik pengolahan data akan tetapi digunakan dapat mendukung proses
pada pelaksanaannya proses pengolahan data.
pengolahan data menggunakan
program Epi Info
dan Ms. Excel
e. Penyajian data Penyajian data disajikan dalam Belum sesuai dengan Panduan Ada kendala
bentuk tabel dan diagram. Hasil Rumah Sakit dan Pedoman pada penentuan
laporan insiden yang disajikan yaitu Pelaporan Insiden Keselamatan insiden ke dalam
tentang jenis insiden, unit kerja Pasien KKP-RS tahun 2015 tipe dan
penyebab insiden, kategori subtipe insiden
insiden, rekapitulasi insiden
f. Analisis data Analisis matriks grading Analisis data telah sesuai dengan Tidak ada
Panduan Insiden Keselamatan hambatan
Pasien Rumah sakit dan
Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
KKP-RS tahun 2015
Penyajian data pada laporan insiden keselamatan pasien Gambar 3. Ketepatan waktu pelaporan insiden
triwulan rumah sakit menggunakan tabel yang kemudian keselamatan pasien dalam 2x24 jam Berdasarkan
diberikan narasi. Gambar 3 dapat diketahui
Pelaporan insiden keselamatan pasien yang dibuat bahwa waktu pelaporan insiden keselamatan pasien lebih
sudah dilakukan analisis dengan cara menganalisis dari 2 X 24 (dua kali dua puluh empat) jam.
dampak risiko dari insiden yang terjadi serta analisis “Setiap ada insiden sebenarnya langsung
frekuensi atau probabilitas insiden. Berdasarkan pedoman diselesaikan saat itu juga oleh kepala
yang dikeluarkan oleh KKP- RS tahun 2015 dan panduan ruang dan Champion mutu dan
insiden keselamatan pasien rumah sakit ini, analisis yang keselamatan pasien di unit terjadinya
digunakan untuk data insiden keselamatan pasien insiden, cuma memang untuk penulisan
menggunakan analisis matriks grading. Analisis yang laporan insiden di formulir insiden
dilakukan oleh rumah sakit telah sesuai dengan panduan keselamatan pasien biasanya ga
insiden keselamatan pasien rumah sakit ini dan pedoman langsung karena tidak ada waktu.”
pelaporan insiden keselamatan pasien yang dikeluarkan (Informan utama 1, 47 tahun)
oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada
tahun 2015. Hasil analisis data harus sesuai dengan “Laporan insiden keselamatan pasien ga
tujuan adanya sistem pelaporan dan dapat memenuhi bisa langsung dibuat dan diserahkan ke
kebutuhan organisasi. Hasil analisis data nantinya akan Komite PMKP karena masih banyaknya
menjadi informasi penting bagi organisasi terutama untuk kerjaan yang lain, antrian pasien yang
pengambilan keputusan dan mendukung untuk proses panjang, waktu shift udah habis, dan
pembelajaran. petugas pada males menulis laporan
yang harus manual di formulir insiden.
Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Jadi kalau ada insiden kita catat dulu di
Pasien dari Segi Output buku baru nanti disalin ke formulir.
Evaluasi sistem pelaporan insiden keselamatan Insiden juga kejadian yang sama dan
pasien dilihat dari segi output terdiri dari tiga aspek yaitu sering terjadi jadi kadang males menulis
ketepatan waktu, kelengkapan data, dan pengambilan hal yang sama.” (Informan utama 3, 25
keputusan. Rekapitulasi hasil evaluasi sistem pelaporan tahun)
insiden keselamatan pasien dari segi output dijelaskan
pada Tabel 3. “Unit yang sering telat menyerahkan
Ketepatan waktu menurut WHO tahun 2008 laporan insiden karena yang menulis
adalah periode pengumpulan data dan ketersediaanya ke laporan diserahkan ke satu petugas aja,
tingkat yang lebih tinggi atau saat data tersebut sedangkan beban kerja petugas tersebut
dipublikasi. Berdasarkan ketepatan waktu pelaporan, juga sudah berat ditambah tugas yang
rumah sakit ini belum mampu melakukan kewajibannya seharusnya menjadi tanggung jawab
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 setiap petugas ketika menemukan
tahun 2017. Pada Pasal 18 disebutkan bahwa setiap insiden.” (Informan penunjang, 25 tahun)
insiden harus dilaporkan kepada tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (internal) dalam waktu paling lambat 2x24 Berdasarkan jawaban dari para informan dapat
jam. Hal tersebut terbukti dari grafik ketepatan waktu ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi penyebab tidak
pelaporan insiden keselamatan pasien dalam 2 x 24 jam tepat waktunya pelaporan insiden yaitu tidak ada waktu
pada triwulan kedua atau pada April sampai dengan Juni untuk menuliskan laporan insiden. Para petugas sudah
Tahun 2017. Ketepatan waktu pelaporan insiden mengetahui tentang pelaporan insiden hanya saja masih
keselamatan pasien tersebut dijadikan sebagai indikator menyerahkan tugas untuk menuliskan laporan insiden ke
mutu kunci tahun 2017 yaitu indikator mutu kunci area satu orang saja dikarenakan masih adanya tugas lain yang
manajemen nomor dua yaitu indikator pelaporan kegiatan harus diselesaikan. Beban kerja yang tinggi dan
yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. kurangnya sumber daya manusia membuat petugas
Ketepatan waktu pelaporan insiden merasa kelelahan dalam bekerja sehingga sering telat
keselamatan pasien dalam 2 x 24 jam dalam menuliskan laporan dan menyerahkan laporan
insiden. Formulir insiden yang berbentuk manual (tulis
tangan) membuat petugas membutuhkan waktu untuk
100% 100% 100% menulis laporan insiden. Adanya insiden yang sama
membuat petugas merasa jenuh harus melaporkan hal
Capaian yang serupa berkali-kali.
65,0% Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian
42,1% Kurniavip dan Damayanti (2017) yang menyatakan
28,1%
bahwa kelelahan saat kerja lebih cenderung terdapat
April Mei Juni hubungan dengan insiden keselamatan pasien. Jika
petugas merasa kelelahan dalam bekerja, maka pada saat
Sumber: Komite PMKP Rumah Sakit Tahun 2017
terjadi insiden dan petugas tersebut telat melaporkan
insiden dapat menyebabkan insiden yang sama terulang
atau insiden baru. Keluhan yang disampaikan oleh para
petugas sesuai dengan hasil penelitian Arfan, Pasinringi,
dan Sidin (2013), penyebab kelelahan karena tidak
sesuai antara
jumlah pegawai yang ada dengan beban kerja di unit terhadap insiden tersebut dan program keselamatan
kerja. Telatnya pelaporan insiden keselamatan pasien, pasien dalam rangka adanya pencegahan terhadap insiden
bisa berdampak pada telatnya tindak lanjut keselamatan pasien pun dapat terhambat.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dari Segi Output
Pelaksanaan Sistem
Komponen
Pelaporan Insiden
Evaluasi Kesesuaian dengan
Keselamatan Pasien di Hambatan
berdasarkan Kebijakan dan Teori
Rumah Sakit Tempat
Model HMN
Penelitian
a. Ketepatan Pelaporan insiden keselamatan Ketepatan waktu belum sesuai Adanya faktor dari
waktu pasien belum dilaporkan dalam dengan Permenkes RI No. 11 petugas yang tidak ada
waktu 2x24 jam tahun 2017 tentang Keselamatan waktu dalam
Pasien. Pada Pasal 18 disebutkan melaporkan karena
bahwa setiap insiden harus beban kerja yang tinggi
dilaporkan kepada tim dan pembuatan laporan
Keselamatan Pasien Rumah masih manual (tulis
Sakit (Internal) dalam waktu tangan)
paling lambat 2x24 jam.
b. Kelengkapan Kelengkapan data pada laporan Kelengkapan data telah sesuai Tidak ada hambatan
data insiden keselamatan pasien dapat dengan ketentuan yang ada pada
dilihat dari aspek yang harus panduan insiden keselamatan
dilengkapi pada formulir laporan pasien rumah sakit ini dan
insiden keselamatan pasien Pedoman Pelaporan Insiden
rumah sakit Keselamatan Pasien KKP-RS
tahun 2015
c. Pengambilan Hasil laporan tentang insiden Penggunaan hasil laporan Tidak ada hambatan
keputusan keselamatan pasien di rumah insiden keselamatan telah
sakit ini telah digunakan sebagai sesuai dengan teori HMN
dasar dalam pengambilan bahwa hasil digunakan untuk
keputusan terutama untuk proses pengambilan keputusan
pembelajaran dan peningkatan terutama untuk sistem
mutu pelayanan perencanaan dan
pengembangan
adalah adanya kegiatan sosialisasi tentang keselamatan Hakim, L. and Pudjirahardjo, W. J. (2014)
pasien yang dilakukan secara rutin tiap tahun sebagai ‘Optimalisasi Proses Koordinasi Program
upaya untuk meningkatkan pengetahuan karyawan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Rumah
tentang keselamatan pasien. Adanya perencanaan untuk sakit Optimization of Coordinating Process of
mengikuti pelatihan keselamatan pasien yang Patient Safety Program in Hospital X Surabaya’,
diselenggarakan di luar rumah sakit bagi karyawan rumah Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia,
sakit juga dapat ditentukan dari laporan ini. Hal tersebut 2(3), pp. 198–208. Available at:
dapat disimpulkan insiden keselamatan pasien telah journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
dimanfaatkan oleh pengambil keputusan sebagai dasar jaki3404f1d0abfull.pdf.
pertimbangan perbaikan pelayanan Rumah sakit . Handayani, T. et al. (2013) ‘Evaluasi pelaksanaan sistem
pelaporan rekam medis di klinik asri medical
SIMPULAN
center’, Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia, 1(2), pp. 26–32.
Rumah sakit ini telah memiliki sistem pelaporan Available at:
insiden keselamatan pasien. Sistem pelaporan insiden https://jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/artic
keselamatan pasien tersebut sudah sesuai dengan le/viewFile/47/33.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Indonesia, M. K. R. (2017) Peraturan menteri
tentang Keselamatan Pasien. Kebijakan dan panduan
kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
yang mengatur pelaporan tentang insiden keselamatan Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien,
pasien pada pelaksanaannya masih belum sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
standar.
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Rumah sakit ini diharapkan mampu memperbaiki
Keselamatan Pasien Dengan. Indonesia.
kembali panduan terkait pelaporan insiden keselamatan
Available at: jdih.baliprov.go.id/produk-
pasien. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia
hukum/download/12274.
juga perlu direncanakan karena evaluasi pada semua
Jakti, U. B. (2016) Evaluasi Sistem Informasi Jejaring
aspek menunjukkan sistem yang gagal karena kelemahan
Rujukan Maternal-Neonatal (SIJARIEMAS)
sumber daya manusia. Peningkatan kualitas SDM ini juga
di Kabupaten Tegal dengan Pendekatan
harus diiringi dengan mengembangkan sistem
Model Health Metrics Network (HMN).
komputerisasi untuk formulir laporan insiden
Universitas Diponegoro. Available at:
keselamatan pasien.
http://eprints.undip.ac.id/49454/.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2015)
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien (IKP), Komite Keselamatan Pasien
Arfan, A. N., Pasinringi, S. A. . and Sidin, A. . I. (2013)
Rumah Sakit. Jakarta. Available at:
Gambaran Determinan Insiden Keselamatan
www.pdpersi.co.id.
Pasien pada Petugas Kesehatan di Rumah
Kurniavip, A. L. L. and Damayanti, N. A. (2017)
Sakit Universitas Hasanuddin. Universitas
‘Hubungan Karakteristik Individu Perawat
Hasanuddin, Makasar. Available at:
dengan Insiden Keselamatan Pasien Tipe
repository.unhas.ac.id.
Administrasi Klinik di Rumah Sakit Umum Haji
Çeken, C. (2014) ‘A Framework Study for Healthcare
Surabaya’, Jurnal Administrasi Kesehatan
Information Systems’, Journal of Computer
Indonesia, 5(2), pp. 117–122. doi:
and Communications, 2(September), pp. 61–
10.20473/jaki.v5i2.2017.117-122.
67. doi:
Mbondji, P. E. et al. (2014) ‘Health information systems
http://dx.doi.org/10.4236/jcc.2014.211008 A.
in Africa: descriptive analysis of data sources,
Doherty, C., Stavrapoulou, C. and Tosey, P. (2015)
information products and health statistics’,
‘How Effective Are Incident-Reporting Systems
Journal of The Royal Society of Magazine,
for Improving Patient Safety? A Systematic
107(15), pp. 34–45. doi: DOI:
Literature Review’, The Milbank Quarterly,
10.1177/0141076814531750.
93(4), pp. 826–866. doi: 10.1111/1468-
Network, H. M. (2012) Framework and standards for
0009.12166.
country health information systems - second
Elliott, P., Martin, D. and Neville, D. (2014) ‘Electronic
edition, World Health Organization.
clinical safety reporting system: A benefits
Switzerland. doi: 10.4018/978-1-60566-988- 5.
evaluation’, Journal of Medical Internet
Nurmansyah, M. I. et al. (2015) ‘Assessment of
Research, 2(1), pp. 1–10. doi:
Nutrition Information System Using Health
10.2196/medinform.3316.
Metrics Network Framework’, Jurnal
Gunawan, Widodo, F. Y. and Harijanto, T. (2015)
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol., 10(1),
‘Analisis Rendahnya Laporan Insiden
pp. 1–9. Available at:
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit’, Jurnal
https://www.neliti.com/id/publications/147013
Kedokteran Brawijaya, 28(2), pp. 206–213.
/assessment-of-nutrition-information-system-
Available at:
using-health-metrics-network-framewor.
jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/9
Pham, J. C., Girard, T. and Pronovost, P. J. (2013) ‘What
62/479.
to do with healthcare Incident Reporting
Systems’, Journal of Public Health Research,
2(27), pp. 154–159. doi:
10.4081/jphr.2013.e27.