Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

JIEFeS

Journal of Islamic Economics and Finance Studies


Volume X, No. x (Month, 20xx), pp. 00-00 ISSN 2723 - 6730 (Print)
DOI. http://dx.doi.org/10.47700/jiefes.xxx.xxxx ISSN 2723 - 6749 (Online)

Analisis Fungsi dan Konsep Uang


dalam Perspektif Islam

Raditya Prayata Putra Fai


UPN “Veteran” Jakarta
2110116016@mahasiswa.upnvj.ac.id

Sofhie Viola Vania


UPN “Veteran” Jakarta
2110116023@mahasiswa.upnvj.ac.id

Azzahra Fitriani Putri


UPN “Veteran” Jakarta
2110116030@mahasiswa.upnvj.ac.id

Diterima: xx Bulan 20xx Direvisi: xx Bulan 20xx Dipublikasi: xx Bulan 20xx

Abstract
Humans in meeting their needs, whether clothing, food, and shelter, must have sacrifices in getting
them. At first, humans exchanged goods or bartered to meet their needs, but now humans use
advanced technology with money. This paper describes how money can be viewed as an economic
component in Islamic macroeconomic thought. In addition, the discussion in this scientific article or
paper is narrowed down by taking a subject, namely the Function of Money in an Islamic Perspective.
In an economic perspective, money has two main functions, namely as public goods and money flows
or can be called a flow concept. In contrast, the concept of money in modern economics is often
interpreted back and forth or interchangeability that money is money and money is capital. At first,
the function of money was still in its main function, namely as a medium of exchange. However, in its
development, the main function began to experience a shift. The capitalist economic system views
the function of money not only as a medium of exchange, but also as a commodity, so that money
can be traded like a commodity. While in the modern financial concept taught by the Capitalists and
Socialists, money becomes the object of trade.

Keywords: Money in Islam, Functions of Money in Islam, Islamic Economics

Abstrak
Manusia dalam memenuhi kebutuhannya entah sandang, pangan, dan papan pasti memiliki
pengorbanan di dalam mendapatkannya. Pada awalnya manusia melakukan pertukaran barang atau
barter dalam memenuhi kebutuhannya, tetapi sekarang manusia memakai teknologi yang sudah
maju dengan adanya uang. Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana uang dapat dipandang sebagai
suatu komponen ekonomi dalam pemikiran ilmu ekonomi makro Islam. Selain itu pembahasan pada
artikel atau paper ilmiah ini dipersempit dengan mengambil suatu pokok bahasan yaitu Fungsi Uang
dalam Perspektif Islam. Dalam perspektif ekonomi, uang memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai
public goods dan uang mengalir atau bisa disebut flow concept. Sebaliknya, dalam ekonomi modern
konsep uang sering diartikan secara bolak-balik bahwa uang sebagai uang dan uang sebagai modal.
Pada awalnya fungsi uang masih pada fungsi utamanya yaitu sebagai alat tukar. Namun, seiring
perkembangannya fungsi utama itu mulai mengalami pergeseran. Sistem ekonomi kapitalis
memandang fungsi uang tidak hanya sebagai alat tukar, tetapi juga dijadikan sebagai sebuah
komoditas, sehingga uang bisa diperjualbelikan layaknya sebagai suatu komoditas. Sedangkan dalam
konsep keuangan modern yang diajarkan oleh kaum Kapitalis dan Sosialis, uang menjadi obyek
perdagangan.

Kata kunci: Uang dalam Islam, Fungsi Uang dalam Islam, Ekonomi Islam

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 1


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

PENDAHULUAN
Manusia pada umumnya mempunyai kebutuhannya masing-masing tanpa
terkecuali, mulai dari kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Pada zaman dahulu
manusia memenuhi kebutuhannya dalam ekonomi melalui sistem barter, dimana
pada sistem ini manusia saling menukarkan barang demi suatu barang yang mereka
butuhkan, namun terdapat syarat pada barter yaitu adanya terjadi sinkronisasi
ganda antara keinginan pihak-pihak yang melakukan diluar jenis pertukaran ini,
karena semakin kompleksnya kebutuhan manusia, maka akan semakin sulit
melakukan barter. Inovasi pada mata uang pun mulai terjadi dan saat ini uang
menjadi alat pembayaran yang sah di semua negara untuk melakukan kegiatan
ekonomi mulai dari berdagang, produksi, dan konsumsi. Posisi uang pada masa kini
mencapai titik tertinggi sehingga sulit digantikan oleh barang lainnya.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka peradaban akan semakin


maju sehingga aktivitas dan interaksi antar manusia juga akan meningkat. Jumlah
dan jenis kebutuhan manusia juga akan semakin beragam. Oleh karena itu,
diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Alat tukar ini disebut uang. Dapat dikatakan bahwa uang
adalah penemuan tertinggi dalam bidang ekonomi. “Uang adalah salah satu ciptaan
manusia yang paling dasar,” kata ekonom Inggris Geoffrey Crowther, yang juga
merupakan seorang jurnalis Inggris. Setiap cabang ilmu pengetahuan memiliki
penemuan-penemuan mendasar. Dalam ekonomi, di sisi bisnis dari keberadaan
sosial masyarakat, uang adalah inovasi mendasar yang menjadi dasar segala
sesuatu. Uang saat ini selain dari manfaat, terkadang juga memiliki kekurangan,
oleh karena itu uang dipelajari dari beberapa sudut pandang, beberapa di antaranya
akan kita bahas dalam artikel “Fungsi Uang Dalam Perspektif Islam”.

Fungsi uang dalam ekonomi konvensional tentu berbeda dengan fungsi uang
dari sudut pandang ekonomi Islam yang lebih mengedepankan kemaslahatan
bersama dibanding dengan keuntungan pribadi dan golongan saja yang dianut oleh
ekonomi konvensional. Oleh karena itu pembahasan ini menjadi suatu esensi
penting untuk membuka pikiran dan worldview kita mengenai fungsi uang dalam
perspektif Islam.

2 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Uang

Pada awal peradaban manusia, dimana manusia dapat dengan bebas


memenuhi kebutuhannya seperti berburu dan bertani karena kebutuhan manusia
pada waktu itu sederhana dan tidak serumit sekarang ini, sehingga manusia tidak
mengetahui transaksi ekonomi seperti jual beli. Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan manusia dan pemikirannya, dapat dipastikan kebutuhan manusia
semakin bertambah atau meningkat dari waktu ke waktu.

Menurut Al-Arif (2011) seiring dengan kemajuan manusia, kebutuhan serta


interaksinya akan meningkat, ekonomi akan mulai berkembang dan tumbuh dari
waktu ke waktu dan taraf hidup manusia meningkat. Karakteristik terpenting dari
ekonomi modern adalah spesialisasi dan pertukaran dalam kegiatan ekonomi.
Dalam media pertukaran, pertukaran efektif dicapai melalui penggunaan uang
sebagai media. Oleh karena itu, uang sebagai alat tukar selalu berkaitan dengan
fungsinya.

Menurut Sukirno (2012), uang adalah suatu komoditi yang digunakan oleh
manusia dan disetujui oleh masyarakat untuk digunakan sebagai alat pembayaran
dalam transaksi ekonomi. Ekonomi Islam mendefinisikan uang sebagai fasilitas atau
alat tukar, bukan sesuatu yang dapat ditukar dan disimpan sebagai uang milik
pribadi

Teori Permintaan Uang

Teori ini merupakan teori yang melibatkan pengalokasian sumber daya


ekonomi yang terbatas dan tidak semua orang dapat memilikinya. Siapapun dengan
sumber daya saya yang terbatas, dalam hal ini uang, dihadapkan pada dua pilihan
ekonomi yaitu menang atau kehilangan properti berupa uang. Siapapun yang
memiliki uang akan memiliki tingkat likuiditas yang dapat dibelanjakan tetapi akan
kehilangan uang dan kesempatan untuk mendapatkan nilai lebih dari uang jika
disimpan diinvestasikan atau lebih akan meningkatkan nilai totalnya melalui
pengalaman peningkatan kekayaan masa depan. Selain itu, memegang uang tunai
meningkatkan risiko bahwa nilai riil uang tunai akan turun karena inflasi.

Dalam teori permintaan uang konvensional, suku bunga adalah biaya yang
digunakan untuk menjelaskan perilaku individu dalam manajemen moneter
mereka. Secara umum, teori permintaan uang konvensional dapat dibagi menjadi 3
teori permintaan uang, yaitu teori permintaan uang klasik, teori Keynesian, dan
teori permintaan uang pasca-Keynes.

a. Teori Permintaan Uang klasik

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 3


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

Teori ini tercermin dalam teori kuantitas uang. Teori ini pada awalnya
dimaksudkan untuk menjelaskan peran uang dalam perekonomian. Menurut
Irving Fisher, jika terjadi transaksi antara penjual dan pembeli maka akan terjadi
pertukaran uang dan barang, sehingga nilai uang yang dipertukarkan harus sama
dengan nilai barang yang dipertukarkan, Irving Fisher dengan jelas
mengungkapkan rumus perputaran uang: MV = PT.
Menurut Fisher, keberadaan uang pada hakikatnya merupakan konsep aliran
yang sejalan dengan ekonomi Islam. Uang bertindak sebagai alat tukar dan tidak
ada hubungannya dengan suku bunga. Dengan demikian, ketersediaan uang atau
permintaan uang tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, tetapi jumlah uang
akan ditentukan oleh perputaran uang atau velocity of money (kecepatan uang).
Sementara itu, Marshall-Pigou sebagaimana diungkapkan oleh Suprayitno
(2005: 190) dari Cambridge School juga membuat formulasi yang sedikit berbeda
dari Fisher School yang menurutnya fungsi uang selain sebagai alat tukar, juga
sebagai penyimpan nilai. Setiap orang memiliki pilihan pribadi dalam kepemilikan
asetnya, apakah berupa aset non finansial atau aset finansial, dan uangnya
adalah apa yang dia rumuskan dengan rumus M = kPT, dan ini menunjukkan
bahwa permintaan untuk memegang uang adalah bagian dari total pendapatan.
Semakin tinggi k, semakin besar permintaan untuk memegang uang pada tingkat
pendapatan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Marshall mengatakan
bahwa uang adalah konsep saham. Dengan demikian, Cambridge Group
mengatakan bahwa uang adalah alat penyimpan kekayaan (warehouses of
wealth). Meskipun Marshall tidak menyebutkannya secara eksplisit, ini adalah
awal dari gagasan bahwa uang sebagai nilai terkait erat dengan tingkat bunga,
yang pada gilirannya menjadikan uang sebagai komoditas.

b. Teori Permintaan Uang Keynesian


1) Money demand for transactions (permintaan uang untuk bertransaksi).
Permintaan uang untuk transaksi ditentukan oleh tingkat pendapatan.
Permintaan uang ini muncul dari kebutuhan untuk membayar dalam transaksi
biasa. Uang bertindak sebagai alat tukar ketika uang tunai diperlukan untuk
transaksi.
2) Money demand for precautionary (permintaan uang untuk berjaga-jaga).
Permintaan uang tunai untuk tujuan pencegahan muncul karena setiap
orang menghadapi ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa
depan (kemungkinan yang tidak terduga telah terwujud) dan ketidakpastian
ini menyebabkan orang memegang uang tunai lebih dari yang diperlukan
untuk transaksi. Menurut Keynes, jumlah uang yang dimiliki untuk tujuan ini
tergantung pada tingkat pendapatan.

c. Teori Permintaan Uang Pasca-Keynes

4 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

Teori permintaan uang Keynes dianggap tidak sesuai dengan perkembangan


waktu, beberapa di antaranya adalah Baumol dalam teorinya tentang
pendekatan saham yang membuktikan permintaan uang yang didorong oleh
transaksi dan Tobin dengan analisis portofolio mendominasi permintaan uang
terkait ikan teri untuk tujuan spekulatif.

Uang sebagai Public Goods dan Flow Concept

Dalam konsep Syariah, aliran uang adalah barang publik dan konsep aliran.
Uang digunakan hanya untuk tujuan umum saja dan uang tidak boleh disimpan atau
ditimbun bahkan dikeluarkan dari peredaran. Uang dalam konsep Syariah adalah
konsep aliran, oleh karena itu uang bukanlah termasuk pada konsep saham (stock
concept). Seseorang yang mengumpul atau menimbun uang yang berujung menjadi
tidak produktif berarti orang tersebut membuat jumlah uang yang beredar
berkurang dan jika seseorang mengumpulkan uang dengan sengaja (tanpa
pengeluaran) itu sama saja seperti mencegah proses atau menghambat transaksi
jual beli di sektor perekonomian. Implikasinya, proses pertukaran dalam
perekonomian terganggu dan mendorong masyarakat menjadi serakah, serakah,
dan malas berbuat baik atau beramal di jalan Allah. Oleh karena itu, Islam
mengharamkan riba, dan mengharamkan harta yang ditimbun. Teori ekonomi Islam
ini sejalan dengan teori Irving Fisher, ekonom neo-klasik Amerika pertama, yang
menurutnya teori tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan uang,
semakin besar pendapatan yang diperoleh. Untuk alasan ini, Islam menolak
pandangan bahwa uang termasuk pada konsep saham (stock concept).

Berkiblat kepada Al-Quran, al-Ghazali dalam bukunya yang berudul “Gamal Al


Banna” mengemukakan bahwa orang yang menimbun uang dapat dikatan sebagai
seorang penjahat, karena menimbun uang berarti mengeluarkan uang untuk
sementara waktu dari peredaran. Dalam teori moneter modern, mengakumulasi
atau menimbun uang berarti memperlambat perputaran uang. Hal ini berarti
memperkecil terjadinya transaksi, sehingga perekonomian menjadi lesu dan
stagnan. Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa mencetak atau mengedarkan uang
palsu lebih berbahaya daripada mencuri seribu dirham, karena mencuri termasuk
dalam suatu perbuatan dosa, dan apabila mencetak dan mengedarkan uang palsu
akan tetap mendapat dosa setiap kali uang palsu itu digunakan dalam kegiatan
transaksi dan akan merugikan seseorang atau siapapun yang menerimanya dalam
jangka waktu yang lama.

Fungsi Uang

Secara garis besar, uang bertindak sebagai alat tukar dan sebagai unit hitung yang
sah. Namun, apabila dilihat dari perspektif ekonomi konvensional maupun ekonomi

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 5


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

Islam, fungsi uang tentu berbeda. Dalam sistem ekonomi konvensional, uang tidak
hanya bertindak sebagai alat tukar yang sah tetapi juga sebagai komoditas.
Sedangkan menurut pandangan sistem ekonomi Islam, uang bertindak hanya
sebatas alat tukar (medium of exchange) dan bukanlah sebagai komoditas yang
dapat diperjualbelikan. Fungsi uang dalam perspektif Islam tentunya lebih
mengutamakan kemaslahatan atau kepentingan bersama di atas keuntungan
pribadi atau individu atau bahkan suatu golongan (kolektif) saja seperti yang dianut
oleh ekonomi konvensional.

METODE PENELITIAN
Dalam penulisan paper ilmiah mengenai fungsi uang dalam perspektif Islam ini,
kelompok kami menggunakan metode penelitian berupa studi literatur dimana kami
mencari sumber-sumber literature dari berbagai media berupa jurnal dan buku
yang relevan dengan tema kami yang kami angkat. Studi literatur merupakan
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat, serta mengelola bahan penelitian (Zed, 2008:3). Studi
literatur ini menggambarkan sebagaimana fungsi uang sebagai flow concept dan
public goods secara jelas. Alasan kami mengambil metode studi literatur karena
metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan
dan memiliki sumber yang lebih akurat dibanding metode yang lain. Studi literatur
ini telah kami lakukan saat tugas ini dimulai dimana terdapat sebanyak 2 buku dan
sejumlah jurnal yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan artikel ini. Dalam
pengerjaannya kami juga membagi tugas kepada masing-masing anggota kelompok
untuk mencari sumber referensi sesuai poin permasalahan yang diangkat dalam
topik Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam ini sehingga penulisan
artikel dapat diselesaikan tepat waktu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengertian Uang dalam Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam

Dari sudut pandang ekonomi konvensional atau para ekonomnya, uang


mewakili jumlah aset yang dipergunakan dalam transaksi kegiatan ekonomi oleh
masyarakat luas pada wilayah yang telah disetujui antara pemangku kekuasaan
yaitu bank dengan masyarakatnya. Menurut buku yang bertajuk “Prinsip-Prinsip
Ekonomi” yang ditulis oleh Case dan Fair, uang merupakan suatu wujud yang dapat
diterima atas transaksi suatu benda atau barang bahkan jasa yang dijual. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), uang didefinisikan sebagai alat penukaran
yang mempunyai nilai seperti seribu, sepuluh ribu, dan lain sebagainya yang

6 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

dikeluarkan oleh negara dan diakui bentuknya secara sah dalam undang-undang
yaitu uang yang berbentuk kertas, emas, perak, dan logam yang tercetak dengan
gambar yang beragam. Dapat disimpulkan dari definisi yang telah dijelaskan diatas
bahwa uang merupakan alat yang dapat digunakan dan diterima oleh masyarakat
umum sebagai alat pembayaran yang sah untuk kegiatan transaksi ekonomi berupa
pembelian barang maupun jasa.

Dari sudut pandang etmologi Ekonomi Islam atau Ekonomi Syariah, uang biasa
disebut dengan nuqud yang memiliki beragam makna dalam mendefinisikannya.
Pertama, uang disebut al-naqdu yang bermakna dirham yang baik dan kepemilikan
dirham, dan suatu yang mendiferensiasikan dirham. Kedua dapat diartikan sebagai
uang tunai. Pada zaman arab dahulu terkadang masyarakatnya tidak mengkatakan
nuqud untuk merujuk pada harga, melainkan menyebutnya sebagai dinar yang
berarti nilai moneter dari emas. Nuqud (dinar dan dirham), menurut Abu Ubaid
merupakan suatu nilai harga suatu benda yang merupakan standar ukuran suatu
barang ataupun jasa. Sedangkan menurut Ibnu Qayyim, nasehat beliau mengatakan
bahwa dinar dan dirham merupakan nilai harga barang komoditas yang
menunjukkan bahwa uang yang merujuk kepada keduanya merupakan satuan
standar ukuran untuk nilai barang yang diukur.

Dalam sejarah Islam, al-Maqrizi mengemukakan bahwa mata uang yang


beredar di kalangan bangsa Arab pada masa jahiliyah adalah emas dan perak, tidak
lebih, yang berasal dari berbagai kerajaan. Dinar Heraclius (Kaisar Byzantin) berasal
dari Romawi, sedangkan dirham perak berasal dari Persia antara lain adalah nuqud,
tsaman, fulus, sikkah, dan ’umlah. Istilah Tsaman memiliki berbagai arti, antara lain
berarti qimah, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mempunyai sesuatu dan
harga bayar atas barang yang dijual. Istilah ini merujuk pada uang emas dan perak.
Sedangkan, istilah fulus merujuk pada logam bukan emas dan perak yang diproduksi
dan berlaku di masyarakat sebagai uang untuk melakukan transaksi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa uang yang digunakan oleh umat Islam
pada masa Nabi SAW. adalah dinar emas Romawi dan dirham perak Persia dalam
bentuk yang asli. Khalifah yang pertama kali meluncurkan dinar dan dirham untuk
dipergunakan di negara Islam pada tahun 74 H adalah khalifah Bani Umayah, Abdul
Malik bin Marwan. Pemerintah Muslim melanjutkan kebijakan pembuatan uang
Islam sesudahnya hingga akhir Kekaisaran Ottoman yang mulai beredar uang kertas
yang berlaku di hampir semua wilayah Islam. Demikian dapat dikatakan bahwa
nuqud dan tsaman yaitu keduanya merupakan subjek tradisi dan praktik (adat
Ashlatah) yang digunakan oleh masyarakat dan tidak dibatasi oleh materi atau
bahan tertentu.

Menurut para ekonom Islam kontemporer, definisi uang tidaklah jauh


berbeda dari seperti yang dikemukakan oleh ahli ekonomi Islam terdahulu. Mereka
berpendapat bahwa uang merupakan sarana atau alat tukar menukar didalam

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 7


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

masyarakat yang dapat menukarkan suatu barang dan jasa dengan uang yang
dimilikinya dan secara otomatis barang tersebut berpindah hak milik. Baik uang
yang berasal dari emas, perak, kertas, maupun logam yang terpenting sudah ada
persetujuan pada masyarakat suatu daerah yang menggunakan uang tersebut. 

Pemikiran Al-Ghazali mengenai Uang dan Fungsinya

Salah satu tokoh ekonom Muslim yang bernama Abu Hamid al-Ghazali sangat
memperhatikan tentang masalah dalam kegiatan ekonomi yang khususnya tentang
masalah uang. Bahasannya tentang ekonomi dapat ditemukan dalam karyanya yang
sangat fenomenal Ihya ulum al-Din, disamping dalam usul-fiqh, al-Mustofa, Mizan
al-amal dan al-Masbuk fil-Nasihat al-Muluk. Didalam karyanya sangat banyak sekali
cakupan yang dibahas dengan luas. Dapat ditarik benang merah jika karya-karya al-
Ghazali ini dapat dikelompokkan menjadi pertukaran dan evolusi pasar, produksi,
barter dan evolusi uang, serta peranan negara dan keuangan publik.

Beliau mempunyai pengaruh yang besar mengenai pemikirannya mengenai


uang yang mana akan berkenaan dengan sistem barter dan pentingnya uang
sebagai alat tukar dan pengukur nilai barang dari suatu barang atau jasa, Namun
seiring berkembangnya zaman ke arah yang lebih modern pemikiran Al-ghazali
mengenai uang sudah tak digunakan lagi dan dianggap sudah tak relevan dengan
masa kini. Pada saat ini masyarakat menggunakan uang dengan konsep fiat money
yang didalamnya ada uang logam dan uang kertas yang tidak memilki nilai sesuai
dengan nominalnya. Pada awalnya penciptaan fiat money didasari oleh cadangan
semas yang ada yang kian menipis yang pada akhirnya emas bukan lagi landasan
dasar sebagai pencentakan uang. Hal inilah yang menimbulkan beragam masalah
dan sampai saat ini masih menjadi perbincangan dikalangan ilmuwan ekonomi
muslim.

Menurut Al-Ghazali dalam karyanya yang bertajuk “Ihya Ulum Ad-Din”, beliau
menjelaskan bahwa uang merupakan benda yang berperan sebagai alat atau sarana
untuk mendapatkan hal yang diinginkan untuk pemenuhan kebutuhan.
Menurutnya, uang mulai muncul karena masyarakat atau manusia mengadakan
sistem jual beli, yang dimana semisal seseorang ingin mendapatkan baju yang ia
tidak punya kemampuan akan hal itu, maka dari itu ia harus membayar jika ingin
mendapatkan baju untuk menambal kemampuan yang ia tidak miliki dengan barang
yang ia mau. Al-Ghazali menyatakan bahwa uang muncul disebabkan adanya sistem
jual beli, misalnya seseorang ingin membeli sebuah baju dengan makanan,
darimana dia mengetahui ukuran baju dari nilai makanan tersebut. Jual beli diatas
terjadi dengan jenis-jenis barang yang berbeda, kedua barang tersebut tidak sama,
maka diperlukan, hakim yang adil‟ Sebagai penengah antara kedua orang yang ingin
bertransaksi dan berbuat adil satu dengan yang lain.

8 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

Uang juga diposisikan sebagai penengah diantara pembeli dengan penjual


yang menolong transaksi atas barang ataupun jasa. Selain itu uang juga diposisikan
sebagai alat simpan, oleh karena itu al-Ghazali berpikiran bahwa uang harus tahan
lama dengan bahan bahan tertentu dibuatnya seperti emas dan perak pada zaman
itu. Selain itu, beliau berpendapat bahwa uang memiliki kiasan atau perumpamaan
seperti cermin yang tak berwarna namun dapat membiaskan segala warna, dalam
perumpamaan ini berarti uang bukan komoditas sehingga bukan ditujukan untuk
diperjual belikan. Pemikiran Al-Ghazali dari kedua fungsi yang bersifat umum diubah
kepada persempitan fungsi uang yang terbagi atas 3 fungsi diantaranya ada; qiwam
al-dunya (satuan hitung), hakim mutawasitah (pengukur nilai barang), dan al-
mu‘awwidlah (alat tukar / medium of exchange). Menurut al-Ghazali, fungsi uang
yang pertama adalah sebagai satuan hitung dimana uang dapat menilai suatu
barang yang akan kita dapatkan dan membandingkannya dengan barang lain,
sedangkan fungsi uang sebagai pengukur nilai barang yaitu uang mampu
memberikan standar yang jelas dalam penentuan jenis barang yang berbeda. Fungsi
uang yang ketiga adalah alat tukar yaitu uang dapat menjadi alat penukar barang
yang menjadikan adanya perubahan hak milik kepada orang lain yang membelinya.

Time Value of Money dan Pandangan Islam mengenai Time Value of Money

Ekonomi konvensional mengibaratkan uang sebagai time value of money yaitu


sejumlah uang yang ada sekarang selalu memiliki nilai tambah di kemudian hari
atau di waktu lain jika uang tersebut dipakai kepada investasi yang akan menambah
nilai uang tersebut. Dapat diambil kesimpulan bahwa uang yang pada masa depan
akan bertambah karena didalamnya ada unsur waktu yang mempengaruhi nilai
uang untuk bertambah pada nilai investasi yang kita lakukan. Faktor waktu yang ada
tersebut mempunyai relasi terhadap tingkat diskonto yaitu tingkat bunga yang
berperan sebagai penambah nilai pada konsep time value of money ini. Bunga ini
kita kenali dari beberapa teori yang menjelaskan tentang bunga (Theory of Interest).
Dimana teori ini mengemukakan bunga mencerminkan kompensasi sebagai balas
jasa dari uang yang disimpan atau dipinjamkan beberapa periode tertentu. Konsep
nilai waktu uang diperlukan oleh manajer keuangan dalam mengambil keputusan
ketika akan melakukan investasi pada suatu aktiva dan pengambilan keputusan
ketika akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan di pilih. Suatu jumlah
uang tertentu yang diterima waktu yang akan datang jika dinilai sekarang maka
jumlah uang tersebut harus didiskon dengan tingkat bunga tertentu (discount
factor).

Konsep time value of money mempunyai beberapa alasan mengapa konsep ini
muncul yaitu presence of inflation atau bisa disebut kehadiran inflasi, konsep ini
berjalan lurus dengan konsep time value of money dimana kehadiran inflasi
membuat time value of money bekerja dengan bunga seperti contoh kita membeli
beras tahun ini 10 kg dengan harga Rp90.000, lalu tahun depan bisa saja harga

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 9


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

tersebut naik atau malah turun yang bisa menyebabkan kerugian maupun
keuntungan jika uang yang dipakai untuk membeli beras digunakannya untuk 1 atau
2 tahun kedepan. Alasan kedua adalah preference present consumption to future
consumption yaitu alasan dimana manusia lebih memilih mengkonsumsi untuk
masa ini daripada disimpan untuk masa yang akan datang, alasan ini datang saat
manusia bisa memilih untuk membeli sesuatu berdasarkan nilai guna barang, yang
kebanyakan manusia menginginkan barang yang ada untuk saat ini dibanding pada
saat yang akan datang.

Islam menganggap konsep atau teori time value of money terdapat


kesimpangsiuran didalamnya, disini Islam memposisikan uang menjadi alat tukar
dan penyimpan nilai, serta uang tak dapat dijadikan komoditas perdagangan. Uang
didalam Islam dinilai sebagai economic value of time yang didukung beberapa
alasan, yaitu; karena pada ekonomi konvensional uang dianggap sebagai sel yang
akan terus bertumbuh seiring berjalannya waktu dengan bunga tetapi Islam
melarang bunga yang dianggap sebagai riba. Keuntungan dapat diperoleh setelah
melakukan transaksi ekonomi. Maka seseorang yang melakukan yang melakukan
kegiatan dan transaksi ekonomi secara efektif akan memperoleh keuntungan. Solusi
atas permasalahan nilai waktu yaitu dengan konsep economic value of time, yaitu
disini yang mempunyai nilai waktu bukanlah uang tetapi waktulah yang mempunyai
nilai ekonomis. Ekonomi Islam menghadirkan solusi agar keseluruhan uang yang kita
miliki tak mengalami penurunan yang terus menerus. Yang pertama adalah
investasi, menabung sesuai syariat dan bisa mengandalkan bank syariah untuk
menghindari riba dan bunga. Yang kedua dengan margin keuntungan dengan bisnis
yang sesuai.

Ekonomi Islam menawarkan solusi dimana uang saat ini akan tetap bernilai
tinggi di masa mendatang, meskipun cenderung mengalami penurunan jika tidak
dikendalikan dari waktu ke waktu dalam kondisi inflasi, yaitu dengan berinvestasi,
menabung, dan bisnis tanpa risiko yang menerapkan sistem bagi hasil (berdasarkan
hasil nisbah) dengan akad mudharabah dan musyarakah untuk produk-produk
pembiayaan ekonomi yang berakad Natural Uncertainty Contracts (NUC), yaitu akad
bisnis yang tidak terdapat kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah
(amount) maupun waktu (timing) di dalam perjanjiannya. Solusi yang kedua, yaitu
dengan margin keuntungan, margin keuntungan hanya dapat dipergunakan untuk
mendanai produk-produk pembiayaan yang berakad Natural Certainty Contracts
(NCC), yakni akad bisnis yang terdapat atau memberikan kepastian pembayaran,
baik dalam segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan
murabahah, ijarah, salam, dan istisna’.

Sehingga dapat kita simpulkan secara kolektif bahwa nilai waktu uang
merupakan konsep sentral atau menjadi pusat dalam manajemen moneter atau
nilai waktu dari uang dalam pengambilan keputusan jangka panjang, dalam
pandangan ini nilai waktu memegang peranan yang sangat penting. Seorang
10 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam
Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

manajer keuangan tentunya membutuhkan konsep nilai waktu uang ketika akan
mengambil keputusan saat melakukan investasi pada suatu aset (aktiva) dan ketika
akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan di pilih.

Uang didalam Al-Quran

Pada zaman Rasulullah SAW, di Madinah tepatnya, uang yang digunakan


adalah perak, yaitu dinar dan dirham. Dinar berasal dari Roma dan dirham dari
Persia. Dinar dan dirham digadang-gadang sebagai mata uang pada saat itu dan
sebagai simbol kemakmuran yang dapat disimpan. Dalam QS. At-Taubah (9) ayat 34
menyebutkan bahwa:

۞ ِ ‫ص ُّدوْ نَ ع َْن َسبِي ِْل هّٰللا‬


ُ َ‫اس بِ ْالبَا ِط ِل َوي‬ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ ااْل َحْ بَار َوالرُّ ْهبَ ِ ْأ‬
ِ َّ‫ان لَيَ ُكلُوْ نَ اَ ْم َوا َل الن‬ ِ
‫هّٰللا‬ َّ ِ‫َب َو ْالف‬
َ
‫ب الِي ۙ ٍْم‬ ُ ِّ َ َ ُ
ٍ ‫ضةَ َواَل يُ ْنفِقوْ نهَا فِ ْي َسبِ ْي ِل ِ ۙفبَشرْ ه ْم بِ َعذا‬
َ َ ‫ۗ َوالَّ ِذ ْينَ يَ ْكنِ ُزوْ نَ ال َّذه‬
artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang


alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan
jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-
orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih”.

Selain itu juga pada Surah Al-Kahfi ayat 19:

َ ‫َو َك ٰذلِكَ بَ َع ْث ٰنهُ ْم لِيَتَ َس ۤا َءلُوْ ا بَ ْينَهُ ۗ ْم قَا َل قَ ۤا ِٕى ٌل ِّم ْنهُ ْم َك ْم لَبِ ْثتُ ۗ ْم قَالُوْ ا لَبِ ْثنَا يَوْ ًما اَوْ بَع‬
‫ْض يَوْ ۗ ٍم قَالُوْ ا َربُّ ُك ْم اَ ْعلَ ُم بِ َما لَبِ ْثتُ ۗ ْم فَا ْب َعثُ ْٓوا‬
‫ف َواَل يُ ْش ِع َر َّن بِ ُك ْم اَ َحدًا‬ ٍ ‫اَ َح َد ُك ْم بِ َو ِرقِ ُك ْم ٰه ِذ ٖ ٓه اِلَى ْال َم ِد ْينَ ِة فَ ْليَ ْنظُرْ اَيُّهَٓا اَ ْز ٰكى طَ َعا ًما فَ ْليَْأتِ ُك ْم بِ ِر ْز‬
ْ َّ‫ق ِّم ْنهُ َو ْليَتَلَط‬

artinya:

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya.
Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di
sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata
(yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini).
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan
bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut
dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.”

Ayat ini mengisahkan sekolompok pemuda yang mendapat sebutan Ashabul


Kahfi yang baru saja terbangun dari tidur mereka selama 300 tahun, dan seseorang
dari mereka dimita mencari makanan lalu berbelanja menggunakan uang peraknya
lalu ia tersadar bahwa uangnya itu sudah tidak berlaku kembali. Al-Quran disini
menggunakan kata wariq untuk mengiaskan uang perak atau yang disebut dengan
dirham.

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 11


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

Kebebasan diberikan oleh agama Islam terhadap umatnya dalam melakukan


pertukaran dengan menggunakan uang atau barang apa saja. Hanya saja pertukaran
barang telah ditetapkan dengan satuan yang sah oleh Islam yaitu uang. Bahkan
Islam menunjuk emas dan perak sebagai bahan dari pencetakan uang. Namun tak
semudah itu, Islam tidak menyerahkan secara cuma-cuma kepada masyarakat
untuk mensahkan standar kegunaan barang atau tenaga sebagai satuan yang tetap,
atau yang berubah dan bisa ditukarkan sesuka hati. Islam telah menetapkan bagi
kaum Muslimin jenis bahan yang digunakan, yaitu emas dan perak. Penetapan ini
tentunya berdasar pada beberapa alasan seperti salah satunya Islam
mengharamkan orang yang menimbun emas dan perak. Larangan pada ayat di atas
merujuk kepada penimbun emas dan perak, sebagai emas dan perak yang dijadikan
sebagai mata uang dan alat tukar.

Fungsi Uang dalam Ekonomi Konvensional

Di dalam perspektif ekonomi konvensional terdapat fungsi uang yang nantinya


dapat kita bandingkan dengan fungsi uang dalam ekonomi Islam. Fungsi uang dalam
ekonomi konvensional diantaranya, yaitu:

1. Satuan Hitung (unit of account), dimana uang berposisi sebagai alat pembayaran
yang menunjukkan harga komoditas dalam skala umum, sehingga tidak lagi
diperlukan syarat untuk memenuhi keinginan ganda.

2. Penyimpan Nilai (store of value), maksudnya berarti bahwa fungsi uang sebagai
penyimpan nilai terkait dengan kemampuan uang untuk menyimpan hasil
transaksi atau pemberian yang meningkatkan daya beli, sehingga uang tidak
perlu dihabiskan dalam satu waktu transaksi dilakukan.

3. Alat transaksi (medium of exchange), yang bermakna bahwa uang yang berposisi
sebagai alat transaksi asalkan uang tersebut dapat diterima dan dipercaya sah
oleh masyarakat umum. Dalam perspektif konvensional, pemerintah
memberikan jaminan kepercayaan berdasarkan peraturan yang disebut dalam
undang-undang atau keputusan yang memiliki nilai di mata hukum.

4. Standar pembayaran masa depan, yang di sini berarti bahwa fungsi uang sebagai
standar pembayaran masa depan dikaitkan dengan banyak kegiatan ekonomi
yang tidak dihargai pada saat itu. Dengan fungsi uang sebagai standar
pembayaran masa depan, akan lebih mudah untuk menghitung dalam bentuk
upah atau gaji, karena diukur dengan daya beli relatif terhadap nilai barang
tertentu.

Fungsi Uang dalam Ekonomi Islam

12 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

Dalam perspektif Ekonomi Islam, fungsi uang berbeda dengan sistem ekonomi
konvensional, dalam ekonomi Islam uang berposisi sebagai sarana pertukaran dan
standar ukur harga komoditas. Sedangkan fungsi uang sebagai standar pembayaran
masa depan dan sebagai penyimpan nilai masih diperdebatkan oleh para ahli
ekonomi Islam di dunia.

1. Uang sebagai alat tukar atau media pertukaran (medium of exchange)

Uang bisa kita gunakan sebagai alat tukar menukar dalam pemindahan suatu
kepemilikan barang dari satu individu untuk transaksi. Transaksi ini biasanya
digunakan didalam membeli barang dan jasa. Misalnya orang memiliki roti
sebagai pengganti beras dalam memenuhi kehidupannya akan makanan,
daripada roti itu mubazir dan terbuang ia bisa saja menjual roti tersebut kepada
orang yang sedang mencari dan menginginkan roti untuk memenuhi
kebutuhannya dan menerima uang sebagai pengganti dari menjual rotinya. Kira-
kira seperti itulah jika fungsi uang dilihat dari ekonomi Islam sebagai medium of
exchange. Fungsi ini juga menjadi satu hal yang penting dalam kehidupan
modern manusia karena setiap orang atau manusia pasti tidak mampu untuk
memproduksi segala kebutuhannya entah sandang, pangan, maupun papan
sekaligus. Pada kondisi keterbatasan keahlian manusia inilah peranan uang
sebagai sarana atau alat tukar menjadi semakin esensial.

Pentingnya peranan uang sebagai alat tukar dalam arus perekonomian,


memudahkan proses pertukaran tanpa diharuskan adanya kesamaan keinginan
dalam barter. Dan Islam sendiri mendukung hal tersebut, sebagaimana dikiaskan
pada hadits berikut ini:

‫ من اين ىذا؟ فقال بالل‬: ‫ جاء بالل بتمربرين فقال لو رسول اهلل ص م‬:‫ عن سعيد يقول‬:

‫متر كان عندنارديئي فبعت منو صاعني ه عنيالربا ال تفعل ولكن إذا اردت ان اشرتى التمر فبعو بيعا أخر‬
‫مث املسلم‬

“Diriwayatkan dari abu said yang mengatakan: Bilal datang membawa kurma
barni (kualitas terbaik). Rasulullah menanyakan kepadanya: “darimana ini?”,
bilal menjawab: “Kurma kita rendah mutunya, karena itu aku tukarkan dua sha’
kurma kita dengan satu sha’ kurma barni untuk makanan Rasulullah SAW”. Pada
saat itu rasul bersabda: “betul-betul riba!” jangan lakukan itu! Bila kamu ingin
membeli kurma, maka juallah kurma yang ini, dan dari hasil penjualannya,
belilah kurma yang lain.” (HR. Bukhari Muslim). Hadits tersebut menjelaskan
perlu adanya uang sebagai alat perantara dalam jual beli. Sekaligus
menghindarkan dari praktek riba fadl.”

2. Uang sebagai penyimpan kekayaan (store of value atau store of wealth)

Yang dimaksudkan disini uang sebagai penyimpan kekayaan adalah tidak


semua orang akan mengeluarkan seluruh kemampuan atau uangnya di dalam

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 13


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

satu waktu sekaligus, karena bisa jadi ia sisihkan sebagian uangnya atau
kekayaan dalam bentuk uang untuk membeli kebutuhan yang ia butuhkan pada
waktu yang ia inginkan juga. Hal ini merupakan unsur penting uang yang
berkaitan manusia bahwa uang itu yang disimpan juga sebagai alat jaga dari
kebutuhan mendesak yang ia butuhkan nantinya. Dalam ekonomi Islam
tersendiri masih terdapat perbedaan pandangan mengenai fungsi uang ini,
diantaranya ada pendapat dari Abu Su’ud yang memiliki pandangan bahwa
fungsi uang sebagai penyimpan kekayaan adalah kesalahan dna merupakan hal
yang batil, karena uang tidak bisa dianggap sebagai komoditas layaknya barang
barang pada umumnya. Pendapat oleh Abu Su’ud ini sejalan dengan pendapat
Adnan at-Tukirman yang membenarkan pendapat Abu Su’ud bahwa uang
sebagai alat penyimpan kekayaan akan menimbulkan adanya penimbunan uang
secara tidak langsung selain itu juga sifat uang yang tahan lama akan
mmumungkinkan untuk menyimpannya inilah salah satu faktor lagi yang
menyebabkan pandangan ini semakin kuat.

Disamping itu pendapat berlainan juga ditemukan pada pandangan Monzer


Kahf yang membantah pendapat Abu Su’ud dimana menurut Monzer Kahf,
pelaku ekonomi atau manusia memungkinkan memilih waktu yang sesuai untuk
melakukan transaksinya. Zaki Syafi'i juga sependapat dengan Monzer Kahf
dengan tambahan menyimpan uang atau menabung dianjurkan oleh Allah
karena setiap apa yang lebih dari kebutuhan setelah menunaikan hak Allah
adalah saving atau tabungan, sedangkan memendam uang berarti mencegah
untuk melaksanakan kewajiban di jalan Allah untuk menyisihkan harta. Menurut
pandangan kami sebagai alat untuk menganalisis dan dengan bukti yang kuat di
dalam teori ekonomi Islam, motif yang mempengaruhi manusia untuk
mendapatkan dan memiliki uang untuk setiap transaksi dan berjaga-jaga. Secara
riil, uang yang didapatkan oleh manusia perlu disimpan untuk menghadapi hal
hal yang tak terduga, baik disimpan dirumah atau di bank syariah sebagai sarana
investasi, jadi kekhawatiran untuk pendapat Abu Su’ud dan Adna at-Tukirman
tidak beralasan karena pada zaman yang modern ini inflasi terus terjadi setiap
tahunnya, jika seseorang menyimpan uangnya dengan menumpuknya didalam
rumah maka alam kelamaan akan merugikan diri sendiri karena nilai uang yang
terkadang semakin menurun akibat adanya inflasi. Ekonomi Islam mendorong
menyimpan uang untuk investasi asalkan dengan syariat yang benar dan yang
paling penting tidak ada bunga di dalam investasi itu karena lebih
menguntungkan untuk investasi di bank syariah atau platform investasi syariah
lainnya.

3. Uang sebagai Unit of Account atau satuan nilai


Uang adalah satuan nilai dalam transaksi barang dan jasa dalam
perekonomian Islam. Dengan adanya uang sebagai satuan nilai akan
memudahkan terlaksananya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

14 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

Uang sebagai standar nilai harus memiliki kekuatan daya beli yang bersifat tetap
agar dapat berfungsi dan berguna secara semestinya. Menurut Ibnu Taimiyah,
uang berfungsi sebagai ukuran nilai atau satuan nilai yang dimana melalui uang,
sejumlah benda dapat diketahui nilai atau harganya dalam hal ini. Uang bukan
ditujukan untuk dirinya sendiri, akan tetapi untuk mengukur nilai benda yang
akan kita bayar dalam transaksi sebagai alat tukar. Hal ini memiliki sedikit
persamaan dengan pandangan Al-Ghazali dimana ia mengibaratkan uang sebagai
cermin yang kita pakai didalam melihat diri, dalam artian uang sebagai ukuran
nilai yang dapat merefleksikan harga benda yang ada dihadapannya.

4. Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deferred payment)


Sebagian ekonom, berpendapat bahwa uang adalah unit ukuran dan
standar untuk pembayaran tunda, misalnya transaksi terhadap barang dan jasa
terjadi pada waktu saat ini dengan harga tertentu tetapi uang diserahkan pada
masa yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan standar ukuran yang tepat untuk
menentukan harga yang harus dibayar dimasa yang akan datang. Ahmad Hasan
mempunyai pandangan bahwa uang sebagai ukuran dan standar pada masa yang
akan datang tidak bisa diterima, jika uang ini dimaksudkan adalah menunda
pembayaran harga. Jadi, tidak tepat ungkapan yang menyatakan bahwa uang
adalah standar pembayaran tunda karena fungsi ini merupakan pengulangan
(tashilul hasil) terhadap fungsi uang sebagai standar nilai. Uang adalah ukuran
dan standar harga komoditas dan jasa baik bersifat tunai atau tunda.
Muhammad Usman Sabir juga menjelaskan, karena nilai uang itu fluktuatif maka
tidak layak untuk menjadi ukuran nilai pembayaran tunda.

Perubahan Fungsi Uang didalam Ekonomi Islam


Sebelum uang koin ditemukan, komoditas yang telah disediakan oleh alam
seperti hewan ternak, pada zaman dahulu yang tadinya dijadikan ternak namun
berubah fungsi yaitu menjadikannya sebagai uang. Demikian pula, logam seperti
emas dan perak yang telah digunakan di masa lampau beribu tahun yang lalu.
Negara-negara Islam menemukan koin Eropa dari Byzantium pada abad ke-17. Pada
masa Islam, khususnya pada dinasti Umayyah, koin Islam digantikan oleh koin emas
dan perak Iran, yang memiliki nilai yang sama dengan uang dalam ekonomi Islam,
yaitu unit hitung.
Jika diurutkan berdasarkan urutan historis, terdapat tiga tahapan perubahan
sirkulasi fungsi uang, yaitu:
a. Comodity of Money
Uang komoditas adalah alat tukar dengan nilai komoditas apabila barang
barang tersebut digunakan bukan sebagai uang. Namun, tidak semua barang bisa
menjadi uang, diperlukan tiga hal penting, yaitu:

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 15


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

1) Kelangkaan (scarcity), yaitu ketersediaan barang itu harus dibatasi.


2) Daya tahan (durability), yaitu barang harus dapat bertahan lama.
3) Nilai tinggi, yaitu nilai barang yang dijadikan uang harus sedemikian tinggi
sehingga tidak diperlukan uang dalam jumlah besar untuk bertransaksi.

Dari uraian tentang tiga kualifikasi di atas, dapat diketahui bahwa logam
(emas dan perak) sebagai alat tukar di masa lalu telah memenuhi persyaratan di
atas. Tetapi seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas dari
pertukaran tersebut, maka logam-logam tersebut menjadi tidak memuaskan
(inconvinient). Perkembangan perdagangan dan skala bisnis yang semakin
meningkat melebihi kemampuan uang sebagai bentuk yang efisien untuk
transaksi moneter yang besar, maka akan digunakan uang dalam bentuk yang
lain.

b. Token money (uang kertas/tanda)


Meskipun koin masih digunakan sebagai mata uang resmi dunia, beberapa
pihak, yaitu bank dan para pemberi pinjaman (rentenir), memiliki peluang untuk
mendapatkan keuntungan dari kepemilikan emas dan perak. Oleh karena itu,
bank dan rentenir menerbitkan kuitansi atau uang kertas, yang kemudian
menjadi alat tukar. Dengan demikian, tanda terima titipan atau uang kertas yang
selanjutnya disebut uang simbolik telah diganti dengan uang komoditi.
Dikarenakan pemerintah bertanggung jawab atas stabilitas nilai uang,
pemerintah memiliki hak monopoli pencetakan uang dan masyarakat dilarang
mencetak dan mendistribusikan uang palsu.
c. Deposit money (uang giral)
Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, pertumbuhan industri
yang pesat telah meningkatkan permintaan uang dalam jumlah besar, seperti
membangun pabrik, membeli mesin, membeli bahan baku dalam jumlah besar,
dan bertransaksi dalam jumlah besar antar negara. Untuk itu perlu dilakukan
perubahan di bidang keuangan khususnya pada cara pembayaran dengan cek.
Beginilah penampakan setoran piutang waktu itu, yaitu uang yang diterbitkan
dalam bentuk cek oleh bank umum. Menurut Irving Fisher, cek adalah perintah
tertulis untuk mentransfer uang, dan bukan merupakan uang.

Implementasi Fungsi Uang dalam Ekonomi Islam

Fungsi uang yang sudah dijelaskan dan tertera pada poin-poin di atas memiliki
implementasi tertentu pada bidang ekonomi. Salah satu implementasi fungsi uang
adalah seperti yang dilakukan oleh bank Islam atau yang biasa dikenal dengan istilah
Bank Syariah. Bank Syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang bertugas
sebagai perantara dalam menghimpun atau menggalang dana dan penyediaan jasa
keuangan yang berkiblat pada etika dan nilai-nilai Islam, seperti tidak ada praktik

16 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif seperti perjudian, dan bebas dari
ketidakjelasan atau yang dikenal dengan sebutan gharar.

Bank Syariah mempunyai fungsi yang sama di dalam hubungannya dalam


uang dimana uang di bank menjadi tempat penyimpan kekayaan yang produktif
semisal dimasukan ke dalam investasi bisa termasuk saham, reksa dana, obligasi.
Bank Syariah juga sebagai investor dan sumber jasa pelayanan bagi masyarakat.
Bank syariah menghimpun dana dari investor atau klien berdasarkan prinsip Wadiah
yad dhamanah (produk rekening giro) dan mudharabah. Ketika produk yang dibiayai
berjenis musyarakah dan mudharabah dalam mendistribusikan uang atau dana, hal
itu dilakukan atas dasar prinsip pembagian keuntungan.

Penjelasan diatas merupakan contoh dari sekian banyak implementasi fungsi


uang yang berkaitan dengan konsep dan perspektif ekonomi Islam yang tentunya
dalam pengimplementasiannya berbeda dengan ekonomi konvensional. Dari contoh
implementasi diatas secara kolektif dapat kita simpulkan bahwa kepentingan dalam
ekonomi Islam ini membuat uang terus tumbuh dan berkesinambungan dengan
tujuan memenuhi kebutuhan bagi yang memilkinya. Bank Syariah disini
memposisikan diri sebagai contoh lembaga keuangan berbasis syariah yang
membuat uang menjadi produktif dan tidak diendapkan hanya pada suatu tempat
atau menjadi milik pribadi yang berujung pada penurunan nilai uang akibat dari
terjadinya inflasi.

Analisis Kasus terkait Fungsi Uang

Dilansir dari CNN Indonesia, Presiden RI, Joko Widodo, kecewa karena tahu
banyak anggaran yang ditransfer ke daerah justru mengendap di perbankan. Dia
pun mengungkap daftar provinsi, kabupaten, dan kota dengan jumlah simpanan
terbesar di bank. Menurutnya, Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah dengan
anggaran terbesar yang mengendap di bank, yakni sebesar Rp13,9 triliun.
Selanjutnya adalah Jawa Barat (Rp8 triliun), Jawa Timur (Rp3,9 triliun), Riau (Rp2,86
triliun), Papua Rp2,59 triliun, dan Jawa Tengah (Rp2,46 triliun). Mantan Gubernur
DKI itu sangat menaruh perhatian pada percepatan pencairan anggaran, baik di
pusat maupun di daerah. Menurutnya, jika anggaran pemerintah cepat cair maka
akan semakin banyak uang yang beredar di masyarakat dan pada akhirnya akan
menggerakan perekonomian.

Dalam menanggapi dan menganalisis permasalahan diatas, kami sepakat


bahwasanya penimbunan atau pengendapan uang dilarang dalam ekonomi Islam.
Seperti teori yang dikemukakan oleh Irving Fisher yang sejalan dengan teori
ekonomi Islam, bahwasanya semakin cepat perputaran uang maka semakin besar
income yang diperoleh, penimbunan dilarang karena dapat menghalangi orang lain
untuk menggunakan public goods. Dengan banyaknya anggaran yang mengendap di
perbankan di beberapa provinsi, kota dan kabupaten yang jumlahnya tidak sedikit

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 17


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

nantinya akan berdampak pada target-target pertumbuhan ekonomi tidak tercapai.


Maka dari itu, dengan membuat manajemen yang sangat ketat merupakan solusi
untuk mengatasi kasus tersebut, bisa dengan menerbitkan surat utang di beberapa
kota/kabupaten, karena jika anggarannya tetap diendapkan dan jumlahnya tetap
besar maka surat hutangnya juga akan semakin banyak. Jika pencairan anggaran
cepat dilakukan maka akan memulihkan ekonomi Indonesia dan manfaat kepada
masyarakat bisa dirasakan dengan cepat pula.

SIMPULAN
Uang merupakan unsur penting dalam perekonomian dunia dan tidak dapat
dihilangkan keberadaannya. Dengan adanya uang hakikat ekonomi dalam perspektif
ekonomi Islam juga menarik pandangan yang berbeda dengan ekonomi
konvensional dimana uang dinilai di dalam Islam sebagai unsur perputaran harta.
Dengan keberadaan uang, aktivitas zakat, infaq, sedekah, wakaf, dan lain-lain dapat
lebih cepat terselenggara. Dalam literatur ekonomi Islam, uang dipahami berbeda
dengan uang dalam kerangka ekonomi konvensional. Salah satunya arti dari uang
itu sendiri dimana dalam Islam dipahami sebagai salah satu instrumen dalam
kehidupan manusia namun bukan sebagai fokus dari kehidupan manusia. Uang
bukanlah komoditas atau barang yang diperjualbelikan, uang tidak sama dengan
modal dan uang termasuk bagian dari public goods (barang milik umum).
Sedangkan konvensional uang adalah komoditas, sehingga bisa diperjualbelikan.
Dalam Islam jual beli uang masuk kategori riba, dan riba haram hukumnya.

Perbedaan konsep uang dalam ekonomi Islam dan konvensional terdapat


pada uang yang tidak identik dengan modal, uang adalah public goods, modal
adalah private goods, uang adalah flow concept, dan modal adalah stock concept
dalam konsep uang secara Islam. Sedangkan konsep uang dalam konvensional yaitu
uang seringkali diidentikkan dengan modal, uang (modal) adalah private goods,
Uang (modal) adalah flow concept bagi Fisher, dan Uang (modal) adalah stock
concept. Kemudian dalam perubahan fungsi uang terbagi menjadi tiga yaitu
commodity money atau uang barang, token money atau uang kertas serta deposit
money atau uang giral. Diktonomi sektor riil dan moneter tidak terjadi dalam
ekonomi islam karena absennya sistem bunga dan dilarangnya memperdagangkan
uang sebagai komoditi sehingga corak ekonomi islam adalah ekonomi sektor riil
dengan fungsi uang sebagai alat tukar untuk memperlancar kegiatan investasi,
produksi di sektor riil.

18 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam


Volume x, No. x (December, 20xx) | pp. 00-00

Lebih jauh dan mendalami pada keberadaan uang dalam perspektif ekonomi
Islam ini mempunyai fungsi-fungsi penting yang berbeda dengan worldview lain,
diantaranya adalah ada dua fungsi yaitu uang sebagai uang sebagai public goods
dan uang sebagai flow concept. Uang sebagai flow concept menjelaskan bagaimana
uang berputar, uang berputar dan tidak boleh terjadi endapan di dalamnya
sehingga perekonomian menjadi lebih sehat. Untuk uang sebagai public goods
menjelaskan bahwa uang dapat digunakan untuk masyarakat tanpa menghalangi
orang lain untuk menggunakannya. 

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, F. (2021). FUNGSI UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. EKSYA:


Jurnal Ekonomi Syariah, 1(1), 82-91. 
Al-Arif, Nur Rianto. 2011. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Era Adicitra Intermedia. Solo.
Al-Arif, Nur Rianto.2010. Teori Makroekonomi Islam: Konsep, Teori, dan Analisis.
Bandung: Alfabeta.
Antonio, Muhammad Syafi’i Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta:
Cendekia Institute, 1999.
Gamal, Merza. (2007).Fungsi Uang dalam Islam, [online], (tersedia):
(http://jacksite.wordpress.com).
Harahap, S. A. (2019). Pemikiran Imam Al-Ghaszali Tentang Fungsi Uang. LAA
MAISYIR: Jurnal Ekonomi Islam, 6(1), 1-15.
Ichsan, M. (2020). Konsep Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Profetika: Jurnal
Studi Islam, 21(1), 27-38.
Iggi H. Achsien. 2003. Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan
Praktik Manajemen Portofolio Syariah Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ilyas, R. (2016). Konsep Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam. BISNIS: Jurnal Bisnis
dan Manajemen Islam, 4(1), 35-57.
Ilyas, R. (2017). Time Value of Money dalam Perspektif Hukum Islam. AL-ADALAH
Vol. 14, Nomor 1.
Iswardono, Uang dan Bank, (Yogyakarta: BPFE-Yogya, 1993).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (Journal of Islamic Economics and Business) Volume
1, Nomor 1, Mei.
Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Mansur, Ahmad. 2016. “Konsep Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam Dan Ekonomi

Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam | 19


Journal of Islamic Economics and Finance Studies

Konvensional”. Al-Qanun: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam 12


(1):155-79.
Muhaimin. (2010). Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam.[online].(tersedia):
(http://muhaiminkhair.wordpress.com).
Mursyidi. (2011). Uang, Kapitalisme, dan Islam. [online]. (tersedia):
(http://jurnalekis.blogspot.com).
Nurlaili. 2016. Uang Dalam Perspektif EKonomi Islam (Depresiasi Nilai Rupiah),
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta. 2008.
Ekonomi Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Rosia, Rina. 2018. Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Uang, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, 4(01).
Yuliono. (2017). Time Value of Money dalam Perspektif Ekonomi Islam. El Jizya
(Jurnal Ekonomi Islam) Vol 5. No 1.

20 | Analisis Fungsi dan Konsep Uang dalam Perspektif Islam

You might also like