Professional Documents
Culture Documents
ID Metode Komunikasi Persuasif Sebagai Upay
ID Metode Komunikasi Persuasif Sebagai Upay
ID Metode Komunikasi Persuasif Sebagai Upay
Naskah masuk: 19 Maret 2014, naskah direvisi: 4 Juni 2014, naskah disetujui terbit: 19 Juni 2014
ABSTRACT
Iodine Deficiency Disorders (IDD) refered to all of the consequences of iodine
deficiency in population that can be prevented by ensuring that all population has
adequate intake of iodine. IDD prevention have been conducted but the problem.
One of the strategies of health promotion in the context of IDD prevention is health
education using persuasive communication method. This research was aimed to
measure the effect of persuasive communication method toward changes in attitudes
of childbearing age women about IDD in Kepil district, Wonosobo regency. This was
a quasi experimental study with non equivalent with pre test and post test of control
group design. Subject of the study were 68 childbearing age women in Pulosaren
village. These sample were divided into 2 groups. The experiment group was given
persuasive communication method, the control group was given counseling method.
Sample size was based on inclusion criteria. The data then were analyzed using t-test
for normally distributed data and using Mann-Whitney, Wilcoxon for skewed distributed
data. Persuasive communication method was more effective in improving attitude of
childbearing women toward IDD compared with counseling method in a month after
intervention. This was indicated from statistically significant increase difference in
variable of attitude between group with persuasive communication method (5.65),
compare with the group using counseling method (2.03). Persuasive communication
method was more effective in improving the attitudes of childbearing age women
towards IDD than counseling method.
ABSTRAK
Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) adalah semua akibat kekurangan iodium
yang terjadi dalam suatu populasi, yang dapat dicegah dengan kecukupan asupan
iodium. Upaya penanggulangan GAKI telah dilakukan, tetapi GAKI masih menjadi
masalah. Salah satu strategi promosi kesehatan dalam rangka penanggulangan GAKI
adalah pendidikan kesehatan menggunakan metode komunikasi persuasif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh metode komunikasi persuasif terhadap
perubahan sikap wanita usia subur tentang GAKI di Kecamatan Kepil, Kabupaten
Wonosobo. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan non equivalent (pre
test and post test) control group design. Subjek adalah wanita usia subur di Desa
Pulosaren. Jumlah sampel sebanyak 68 orang. Sampel ini bagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat
metode komunikasi persuasif, kelompok kontrol mendapat metode penyuluhan.
Besar sampel berdasar kriteria inklusi. Data diambil menggunakan kuesioner dan
dianalisa menggunakan t-test untuk data yang terdistribusi secara normal, dan
97
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110
Mann-Whitney, Wilcoxon untuk data yang tidak terdistribusi secara normal. Metode
komunikasi persuasif lebih efektif meningkatkan sikap wanita usia subur tentang GAKI
dibanding metode penyuluhan dalam waktu sebulan setelah intervensi. Efektivitas
dibuktikan dari perbedaan peningkatan sikap yang secara statistik signifikan, pada
kelompok yang mendapat metode komunikasi persuasif (5.65), dibanding kelompok
yang mendapat metode penyuluhan (2.03). Metode komunikasi persuasif lebih efektif
meningkatkan sikap wanita usia subur tentang GAKI dibanding metode penyuluhan.
98
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)
diberikan dengan hal-hal lain di luar ma- hatikan, dipahami dan mempersuasi sa-
salah kesehatan yang merupakan kebutu- saran, dan 5) variabel outcome atau tujuan
han masyarakat.5 Komunikasi persuasif di- yang terdiri dari waktu, ruang lingkup dan
rancang untuk mengubah keyakinan (apa target.
yang kita ketahui tentang sesuatu), sikap Penggunaan 5 komponen tersebut
(bagaimana kita merasakan sesuatu), dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel
niat (niat untuk bertindak), dan perilaku sumber, di mana pembawa pesannya
(bagaimana kita bertindak terhadap se- adalah peneliti yang telah dilatih tentang
suatu).6 metode komunikasi persuasif oleh pakar
Komunikasi persuasif dapat disam- komunikasi persuasif dari UGM, 2)
paikan secara langsung maupun tidak Variabel pesan, tentang materi GAKI yang
langsung. Secara langsung diantaranya sudah disesuaikan dengan karakteristik
melalui ceramah, konseling, wawancara, pendidikan dan sosial ekonomi responden,
dan diskusi. Secara tidak langsung, yaitu 3) Variabel saluran, yaitu melalui tatap
melalui media cetak, media audiovisual, muka dengan metode diskusi kelompok
maupun media massa. Tujuan komunikasi kecil dengan responden setelah sebelum-
persuasif diantaranya adalah untuk men- nya melakukan Focus Group Discussion
ciptakan kesadaran, membentuk sikap, dan wawancara mendalam, 4) Variabel
mengingatkan perilaku.7 Upaya melaku- penerima, yaitu responden (WUS). Setelah
kan komunikasi persuasif dimulai dari memahami karakteristik pendidikan dan
membangkitkan perhatian, upaya ini dila- sosial ekonomi WUS, diharapkan materi
kukan dengan gaya bicara dengan kata- GAKI lebih dapat diperhatikan, dipahami
kata dan penampilan yang menarik, sasaran, dan 5) Variabel tujuan, adalah
ditambah senyum. Bila perhatian sudah untuk mengubah pengetahuan dan sikap
terbangkitkan, dilanjutkan dengan upaya WUS tentang GAKI.
menumbuhkan minat yang dilakukan Tujuan komunikasi persuasif,
dengan mengutarakan hal-hal yang me- yaitu mencakup kesadaran, pemahaman
nyangkut kepentingan komunikan.8 (pengetahuan), penerimaan (keyakinan),
Pemahaman komunikasi persuasif dan mempengaruhi (sikap).7 Dampak dari
dan perubahan sikap melibatkan beberapa karakteristik sumber tentang perubahan
komponen, yaitu sumber, saluran/media, sikap telah banyak yang diteliti, seperti:
dan penerima.9, 10 Komunikasi persuasif kemampuan, kredibilitas, dan kekuatan.9
terdiri dari 5 komponen, yaitu: 1) variabel Sumber yang dianggap lebih menarik dan
sumber yang terdiri dari kredibilitas lebih memahami karakteristik penonton
sumber, menarik tidaknya sumber dan akan menghasilkan lebih banyak peru-
kekuatan sumber; 2) variabel pesan yang bahan sikap.10 Komunikasi persuasi dapat
terdiri dari tipe dan penampakan dari meningkatkan penerimaan informasi yang
pesan, isi dan discrepancy, 3) variabel ingin disampaikan dengan cara men-
saluran yang terdiri dari media, 4) variabel cocokkan ke beberapa aspek yang dimiliki
penerima yang terdiri dari karakteristik oleh penerima.6
demografi dan psikososial. Semakin baik Penelitian ini menggunakan me-
pembuat pesan memahami karakteristik tode komunikasi persuasif tentang pe-
sasaran, kemungkinan pesan dapat diper- nanggulangan masalah GAKI yang dalam
99
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110
100
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)
masih rendah.15 Tujuan penelitian ini ada- (1) untuk sikap yang setuju, nilai (2) untuk
lah untuk
ntuk mengukur pengaruh metode ko- sikap yang tidak setuju dan nilai (3) untuk
munikasi persuasif terhadap perubahan sikap yang sangat tidak setuju. Instrumen
sikap wanita usia subur tentang GAKI di penelitian berupa kuesioner ini dibuat oleh
Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo. peneliti dengan menggali informasi dari
masyarakat dengan metode wawancara
METODE menggunakan pedoman pertanyaan.
Jenis penelitian ini adalah quasi Instrumen penelitian berupa kuesioner
eksperimen dengan non equivalent (pre pertanyaan tertutup dan materi GAKI
test and post test) control group design, ini telah diuji cobakan ke 30 responden
yaitu pemilihan kelompok eksperimen dan di desa lain yang memiliki karakteristik
kelompok kontrol tanpa acak.16 Pengaruh penduduk hampir sama dengan wilayah
intervensi dilakukan dengan membanding- penelitian.
kan variabel-variabel hasil pada kelompok Responden penelitian ini dibagi
eksperimen dengan kelompok kontrol.17 menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eks-
Daerah penelitian dipilih secara purposif, perimen dan kontrol. Kelompok eksperi-
yaitu di Kecamatan Kepil, Kabupaten Wo- men mendapat intervensi komunikasi per-
nosobo. Dari Kecamatan Kepil dipilih 1 suasif, dan kelompok kontrol mendapat
desa secara purposif (menurut pemetaan penyuluhan. Besar sampel masing-ma-
2004 termasuk endemik), kemudian diam- sing kelompok berdasarkan perhitungan
bil 2 dusun secara purposif yaitu Dusun sampel minimal adalah 30 ditambah anti-
Krajan, dan Dusun Brongkol yang mewa- sipasi DO 4 orang.18 Pemilihan lokasi ini
kili desa. Kedua dusun tersebut memili- berdekatan, namun pertukaran informasi
ki kriteria pendidikan pada WUS hampir tentang materi pelatihan minimal terjadi
sama. Kriteria inklusi dalam penentuan karena melihat latar belakang pendidikan
sampel penelitian adalah: berdomisili di mereka yang masih rendah, sehingga
wilayah penelitian, wanita usia subur usia tidak mudah untuk mengkomunikasikan
15-49 tahun, bisa membaca dan menulis, informasi tentang GAKI ini ke orang lain.
dan bersedia menjadi responden. Komunikasi persuasif dilakukan
Variabel penelitian ini adalah melalui 3 tahap yaitu, pertama melaku-
penyuluhan dengan komunikasi persuasif kan Focus Group Discussion (FGD) ke
(variabel bebas) dan sikap WUS dalam responden tentang kondisi sosial ekonomi
penanggulangan GAKI (variabel terikat). responden, konsep responden tentang
Sikap adalah tanggapan responden kesehatan, dan harapan responden ter-
tentang upaya penanggulangan GAKI. hadap masalah kesehatan dan pendidik-
Untuk pertanyaan yang favourable diberi an dikaitkan dengan GAKI. Tahap kedua
nilai (3) untuk sikap yang sangat setuju melakukan wawancara mendalam ter-
(SS), nilai (2) untuk sikap yang setuju hadap tokoh masyarakat (Ketua RW dan
(S), nilai (1) untuk sikap yang tidak setuju RT, Kader, guru, Kepala Dusun) mengenai
(TS) dan nilai (0) untuk sikap yang sangat kondisi sosial ekonomi masyarakat, masa-
tidak setuju (STS). Sedangkan untuk lah kesehatan, dan pendidikan dikaitkan
pertanyaan yang unfavourable diberi nilai dengan GAKI. Tahap ketiga melakukan
(0) untuk sikap yang sangat setuju, nilai metode ceramah dan diskusi kelompok
101
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110
kecil (8-10 orang) tentang temuan hasil cara normal. Sedangkan analisis untuk
FGD, wawancara mendalam yang dilaku- membandingkan peningkatan rerata nilai
kan sebelumnya, dan materi GAKI. Pre test sikap wanita usia subur dari pre test ke
dan post test untuk mengetahui sikap res- post test 1 maupun pre test ke post test
ponden tentang GAKI dilakukan sebelum 2 antara kelompok eksperimen dengan
dan sesudah intervensi. Metode ceramah kelompok kontrol menggunakan uji t tidak
dan diskusi kelompok kecil dilakukan se- berpasangan untuk data yang terdistribusi
lama 45 menit. Pelaksanaan penyuluhan secara normal. Uji Mann-Whitney diguna-
pada kelompok kontrol dilakukan dengan kan untuk membandingkan peningkatan
ceramah menggunakan media LCD, de- rerata nilai sikap wanita usia subur dari
ngan materi berupa pengertian, dampak, pre test ke post test 1 maupun pre test ke
siapa saja yang bisa terkena GAKI, dan post test 2 antara kelompok eksperimen
cara pencegahan GAKI. Pemberi materi dengan kelompok kontrol menggunakan
adalah peneliti. Penyuluhan berlangsung uji t tidak berpasangan untuk data yang
45 menit. tidak terdistribusi secara normal.19
Analisis bivariat untuk memban-
dingkan rerata sikap wanita usia subur HASIL
tentang GAKI antara pre test dengan post Karakteristik Responden
test 1 maupun pre test dengan post test Kelompok eksperimen adalah
2 menggunakan uji t berpasangan untuk WUS di Dusun Krajan, Desa Pulosaren,
data yang terdistribusi secara normal. Uji sedangkan kelompok kontrol adalah WUS
Wilcoxon digunakan untuk membanding- di Dusun Brongkol, Desa Pulosaren. Ka-
kan rerata sikap wanita usia subur ten- rakteristik responden yang diambil dalam
tang GAKI antara pre test dengan post penelitian ini meliputi 11 Karakteristik Res-
test 1 maupun pre test dengan post test ponden.
2 untuk data yang tidak terdistribusi se-
102
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)
103
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110
tingkat SMP, setelah itu anak diperboleh- seorang berpendidikan lebih tinggi. Ada
kan untuk bekerja. Harapan yang sedikit satu orang responden yang menyatakan
berbeda, pada kelompok yang berpen- bahwa anak tidak perlu sekolah tinggi, ka-
didikan di atas sekolah dasar mengharap rena setelah lulus SD akan dilamar.
anaknya mengenyam pendidikan sampai Tahapan komunikasi persuasif
tingkat SMA. ketiga adalah melakukan diskusi kelompok
kecil dan ceramah. Diskusi diawali dengan
“Nek
Nek kula dugi SM�. Wong bapak- penyampaian hasil wawancara mendalam
ne SMP mangke ..harapane SM�, dan FGD yang dilakukan sebelumnya
pinginane mangke sakduwure dengan responden. Pemandu diskusi
bapakne.. kemudian mengkaitkan temuan mengenai
(Kalau saya sekolahnya sampai kondisi sosial ekonomi dengan pendidikan.
SM�. Bapaknya hanya sampai Harapan orang tua agar anaknya kelak
SMP, harapannya anaknya sam- dapat bekerja lebih layak akan tercapai
pai SM� jadi lebih tinggi dibanding bila anak mengenyam pendidikan yang
bapaknya) (R4) lebih tinggi. Lahan pertanian yang di-
“nggih SMP mpun dhuwur, mboten miliki, selama ini disewakan atau hanya
mampu biayane” dikerjakan pas musimnya saja (tidak terus
(Lulus SMP sudah tinggi, tidak menerus). Hasil dari lahan pertanian ter-
mampu membiayai) (R5) sebut hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Lahan pertanian yang
“Kalo seumpama keinginan ya dimiliki bila dikerjakan oleh orang yang
pak ya, keinginan kalo bisa itu ya memiliki ilmu, akan lebih meningkatkan
mungkin SM�, minimal kalo segitu hasil. Responden mulai memikirkan dan
orang desa sudah cukuplah. tertarik dengan masalah ini. Pemandu
Kalo mampulah gitu, nggak tahu diskusi mulai memaparkan bahwa bila
ke depannya tapi kalo minimal ingin semua itu tercapai, maka anak-anak
pingine SM�; Nggih nek bisa mereka sebaiknya menempuh pendidikan
sampe perguruan tinggi tapi nek yang lebih tinggi. Sekolah yang lebih tinggi
orang desa kan sampe SM� dah bisa dilampaui bila anak cerdas, karena
cukup to; SM� mawon nggih”. bila cerdas kemungkinan biaya juga tidak
(Kalau keinginannya itu sampai menjadi hambatan.
SMA, minimal untuk orang desa, Salah satu dampak kekurangan
lulus SMA sudah cukup. Tidak tahu iodium adalah menurunnya kecerdasan.
ke depannya, minimal tetap SMA, Ibu yang menginginkan anaknya memi-
tapi kalau bisa ya sampai perguru- liki pendidikan yang lebih tinggi diban-
an tinggi tapi kan kalau orang desa dingkan sekarang, harus memperhatikan
sampai SMP sudah cukup, SMA masalah GAKI. Pemandu diskusi mulai
saja)”. (R6) memberikan materi GAKI mulai dari pe-
ngertian, dampak yang ditimbulkan, siapa
Keterkaitan antara pekerjaan de- saja yang bisa terkena, penyebab, dan
ngan pendidikan adalah bahwa pekerjaan bagaimana cara pencegahannya. Peman-
yang enak lebih mudah diperoleh bila se- du diskusi juga mengingatkan bahwa pen-
104
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)
duduk yang tinggal di wilayah pegunungan wawasan. Peserta juga menjadi tahu
seperti tempat tinggal responden juga makanan apa yang boleh dikonsumsi dan
lebih berisiko mengalami GAKI, karena sayuran apa saja yang harus dikurangi.
secara alami tanah dan airnya kurang Peserta juga menjadi tahu bagaimana cara
mengandung iodium. menyimpan dan menggunakan garam
Pendapat responden yang di- yang benar. Banyak pelajaran atau materi
wawancara setelah penyampaian materi, baru mengenai GAKI yang sebelumnya
menyatakan bahwa proses pelaksanaan belum diketahui, sehingga peserta merasa
dianggap berjalan baik, mulai dari pre memperoleh banyak manfaat.
test, penyampaian materi dan diskusi,
dan pos test setelah penyampaian materi. Hasil Pengukuran Sikap
Penyampaian materi dianggap sudah ba- Untuk mengetahui apakah ada
gus, jelas, terbuka, santai, peserta dapat perbedaan sikap responden tentang GAKI
bertanya dan langsung dijawab. sebelum mendapat intervensi, dilakukan
Manfaat yang dirasakan peserta analisis hasil skor dengan uji statistik
adalah menambah pengetahuan, men- seperti dalam Tabel 2.
dapatkan pelajaran baru tentang GAKI,
memperoleh pengalaman, dan menambah
Tabel 2. Perbandingan Nilai Rerata Pre Test Sikap pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol Sebelum Intervensi
Kelompok
105
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110
Hasil pengukuran rerata nilai sikap menunjukkan bahwa nilai rerata sikap
antara pre test dengan post test 1 pada pada post test 2 lebih tinggi dari pre test,
kelompok kontrol menunjukkan bahwa ni- dan secara statistik didapatkan nilai sig-
lai rerata sikap pada post test 1 lebih tinggi nifikansi 0.007 yang berarti terdapat per-
daripada nilai sikap pada pre test. Namun bedaan bermakna antara nilai sikap pada
secara statistik didapatkan nilai signifikan- pre test dan post test 2.
si 0.219 yang berarti tidak terdapat per- Hasil uji statistik beda rerata antara
bedaan bermakna nilai sikap antara pre pre test, post test 1 dan post test 2 pada
test dengan post test 1. Hasil pengukuran masing-masing kelompok dapat dilihat
rerata nilai sikap antara pre test dengan pada Tabel 3.
post test 2 pada kelompok kontrol juga
Tabel 3. Nilai Rerata Pre Test, Post Test 1, Post Test 2 Sikap pada Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Sikap
Eksperimen Kontrol
p value p value
Mean SD Mean SD
(Wilcoxon) (paired_t_test)
106
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)
Tabel 4. Perbandingan Nilai Rerata Peningkatan Sikap Pre Test, Post Test 1 dan
Post Test 2 pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
p value
Eksperimen Kontrol (Mann-whitney)
Sikap n=34 n=34
Rerata Rerata
peningkatan peningkatan
Pre-test dengan post-test 1 4,68 1,35 0,090
Pre-test dengan post-test 2 5,65 2,03 0,041
108
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)
109
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110