ID Metode Komunikasi Persuasif Sebagai Upay

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Metode Komunikasi Persuasif sebagai....

(Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)

METODE KOMUNIKASI PERSUASIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN


SIKAP WANITA USIA SUBUR TENTANG GAKI

Persuasive Communication as A Means to Improve Attitudes of


Childbearing Age Women Towards IDD

Asih Setyani*1, Toto Sudargo2, Fatwa Sari Tetra Dewi2


1
Balai Litbang GAKI,
Kavling Jayan, Borobudur, Magelang
2
Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM
*e-mail: asih_setyani@yahoo.co.id

Naskah masuk: 19 Maret 2014, naskah direvisi: 4 Juni 2014, naskah disetujui terbit: 19 Juni 2014

ABSTRACT
Iodine Deficiency Disorders (IDD) refered to all of the consequences of iodine
deficiency in population that can be prevented by ensuring that all population has
adequate intake of iodine. IDD prevention have been conducted but the problem.
One of the strategies of health promotion in the context of IDD prevention is health
education using persuasive communication method. This research was aimed to
measure the effect of persuasive communication method toward changes in attitudes
of childbearing age women about IDD in Kepil district, Wonosobo regency. This was
a quasi experimental study with non equivalent with pre test and post test of control
group design. Subject of the study were 68 childbearing age women in Pulosaren
village. These sample were divided into 2 groups. The experiment group was given
persuasive communication method, the control group was given counseling method.
Sample size was based on inclusion criteria. The data then were analyzed using t-test
for normally distributed data and using Mann-Whitney, Wilcoxon for skewed distributed
data. Persuasive communication method was more effective in improving attitude of
childbearing women toward IDD compared with counseling method in a month after
intervention. This was indicated from statistically significant increase difference in
variable of attitude between group with persuasive communication method (5.65),
compare with the group using counseling method (2.03). Persuasive communication
method was more effective in improving the attitudes of childbearing age women
towards IDD than counseling method.

Keywords: attitudes, IDD, persuasive communication

ABSTRAK
Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) adalah semua akibat kekurangan iodium
yang terjadi dalam suatu populasi, yang dapat dicegah dengan kecukupan asupan
iodium. Upaya penanggulangan GAKI telah dilakukan, tetapi GAKI masih menjadi
masalah. Salah satu strategi promosi kesehatan dalam rangka penanggulangan GAKI
adalah pendidikan kesehatan menggunakan metode komunikasi persuasif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh metode komunikasi persuasif terhadap
perubahan sikap wanita usia subur tentang GAKI di Kecamatan Kepil, Kabupaten
Wonosobo. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan non equivalent (pre
test and post test) control group design. Subjek adalah wanita usia subur di Desa
Pulosaren. Jumlah sampel sebanyak 68 orang. Sampel ini bagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapat
metode komunikasi persuasif, kelompok kontrol mendapat metode penyuluhan.
Besar sampel berdasar kriteria inklusi. Data diambil menggunakan kuesioner dan
dianalisa menggunakan t-test untuk data yang terdistribusi secara normal, dan

97
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110

Mann-Whitney, Wilcoxon untuk data yang tidak terdistribusi secara normal. Metode
komunikasi persuasif lebih efektif meningkatkan sikap wanita usia subur tentang GAKI
dibanding metode penyuluhan dalam waktu sebulan setelah intervensi. Efektivitas
dibuktikan dari perbedaan peningkatan sikap yang secara statistik signifikan, pada
kelompok yang mendapat metode komunikasi persuasif (5.65), dibanding kelompok
yang mendapat metode penyuluhan (2.03). Metode komunikasi persuasif lebih efektif
meningkatkan sikap wanita usia subur tentang GAKI dibanding metode penyuluhan.

Kata kunci : sikap, GAKI, metode komunikasi persuasif

PENDAHULUAN ini fokus utama penanggulangan GAKI


Unsur Iodium walaupun dalam adalah pada konsumsi garam beriodium.4
jumlah kecil sangat dibutuhkan manusia. Pemerintah telah melakukan upa-
Unsur ini esensial dibutuhkan untuk per- ya mewujudkan rencana aksi nasional
tumbuhan dan perkembangan serta pe- garam beriodium untuk semua dengan
meliharaan tubuh secara normal.1 Gang- target melindungi seluruh masyarakat
guan akibat kekurangan iodium (GAKI) dari risiko GAKI. Walaupun berbagai pro-
adalah semua akibat kekurangan iodium gram telah dilakukan namun GAKI masih
yang terjadi dalam suatu populasi, yang menjadi permasalahan di Indonesia. Hal
dapat dicegah dengan kecukupan asupan ini menunjukkan bahwa GAKI merupakan
iodium.2 Kerusakan tertinggi yang dise- masalah gizi laten, akan kembali muncul
babkan oleh kekurangan iodium adalah bila program penanggulangan berhenti.
retardasi mental yang menetap dan kre- Kebijakan pemerintah tentang upaya
tin. Jika kekurangan iodium terjadi pada mewujudkan rencana aksi nasional ga-
periode kritis perkembangan otak (sejak ram beriodium untuk semua, perlu didu-
janin sampai usia 3 bulan), maka akibat kung sepenuhnya oleh masyarakat. Agar
kegagalan tiroid akan menyebabkan per- masyarakat mendukung kegiatan terse-
ubahan yang menetap pada fungsi otak.3 but, mereka sebaiknya memahami dulu
Pemerintah Indonesia telah mela- tentang GAKI.
kukan upaya baik jangka pendek maupun Hasil wawancara pendahuluan
jangka panjang untuk menanggulangi dengan beberapa wanita usia subur di
GAKI. Program jangka pendek yaitu de- Desa Pulosaren, Kecamatan Kepil, Kabu-
ngan penyuntikan larutan iodium dalam paten Wonosobo, menunjukkan bahwa se-
minyak (lipiodol) yang dilakukan sejak luruh informan belum pernah mendengar
tahun 1974 sampai dengan tahun 1991, istilah GAKI. Informan tidak menghubung-
pada penduduk risiko tinggi di daerah gon- kan antara kekurangan iodium dengan
dok endemik sedang dan berat. Program suatu penyakit atau sebuah masalah ke-
ini kemudian digantikan dengan distribusi sehatan. Diperlukan suatu metode yang
kapsul beriodium pada wanita usia subur, dapat diterima masyarakat dan sesuai ke-
ibu hamil dan ibu menyusui di daerah gon- butuhan mereka, untuk meningkatkan si-
dok endemik sedang dan berat, dan anak kap masyarakat tentang penanggulangan
sekolah dasar di daerah endemik berat. GAKI. Salah satu metode yang bisa di-
Program jangka panjang dalam menang- gunakan adalah metode komunikasi per-
gulangi masalah GAKI dengan fortifikasi suasif yang dilakukan dengan cara meng-
iodium dalam garam rumah tangga. Saat hubungkan dan mencocokkan pesan yang

98
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)

diberikan dengan hal-hal lain di luar ma- hatikan, dipahami dan mempersuasi sa-
salah kesehatan yang merupakan kebutu- saran, dan 5) variabel outcome atau tujuan
han masyarakat.5 Komunikasi persuasif di- yang terdiri dari waktu, ruang lingkup dan
rancang untuk mengubah keyakinan (apa target.
yang kita ketahui tentang sesuatu), sikap Penggunaan 5 komponen tersebut
(bagaimana kita merasakan sesuatu), dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel
niat (niat untuk bertindak), dan perilaku sumber, di mana pembawa pesannya
(bagaimana kita bertindak terhadap se- adalah peneliti yang telah dilatih tentang
suatu).6 metode komunikasi persuasif oleh pakar
Komunikasi persuasif dapat disam- komunikasi persuasif dari UGM, 2)
paikan secara langsung maupun tidak Variabel pesan, tentang materi GAKI yang
langsung. Secara langsung diantaranya sudah disesuaikan dengan karakteristik
melalui ceramah, konseling, wawancara, pendidikan dan sosial ekonomi responden,
dan diskusi. Secara tidak langsung, yaitu 3) Variabel saluran, yaitu melalui tatap
melalui media cetak, media audiovisual, muka dengan metode diskusi kelompok
maupun media massa. Tujuan komunikasi kecil dengan responden setelah sebelum-
persuasif diantaranya adalah untuk men- nya melakukan Focus Group Discussion
ciptakan kesadaran, membentuk sikap, dan wawancara mendalam, 4) Variabel
mengingatkan perilaku.7 Upaya melaku- penerima, yaitu responden (WUS). Setelah
kan komunikasi persuasif dimulai dari memahami karakteristik pendidikan dan
membangkitkan perhatian, upaya ini dila- sosial ekonomi WUS, diharapkan materi
kukan dengan gaya bicara dengan kata- GAKI lebih dapat diperhatikan, dipahami
kata dan penampilan yang menarik, sasaran, dan 5) Variabel tujuan, adalah
ditambah senyum. Bila perhatian sudah untuk mengubah pengetahuan dan sikap
terbangkitkan, dilanjutkan dengan upaya WUS tentang GAKI.
menumbuhkan minat yang dilakukan Tujuan komunikasi persuasif,
dengan mengutarakan hal-hal yang me- yaitu mencakup kesadaran, pemahaman
nyangkut kepentingan komunikan.8 (pengetahuan), penerimaan (keyakinan),
Pemahaman komunikasi persuasif dan mempengaruhi (sikap).7 Dampak dari
dan perubahan sikap melibatkan beberapa karakteristik sumber tentang perubahan
komponen, yaitu sumber, saluran/media, sikap telah banyak yang diteliti, seperti:
dan penerima.9, 10 Komunikasi persuasif kemampuan, kredibilitas, dan kekuatan.9
terdiri dari 5 komponen, yaitu: 1) variabel Sumber yang dianggap lebih menarik dan
sumber yang terdiri dari kredibilitas lebih memahami karakteristik penonton
sumber, menarik tidaknya sumber dan akan menghasilkan lebih banyak peru-
kekuatan sumber; 2) variabel pesan yang bahan sikap.10 Komunikasi persuasi dapat
terdiri dari tipe dan penampakan dari meningkatkan penerimaan informasi yang
pesan, isi dan discrepancy, 3) variabel ingin disampaikan dengan cara men-
saluran yang terdiri dari media, 4) variabel cocokkan ke beberapa aspek yang dimiliki
penerima yang terdiri dari karakteristik oleh penerima.6
demografi dan psikososial. Semakin baik Penelitian ini menggunakan me-
pembuat pesan memahami karakteristik tode komunikasi persuasif tentang pe-
sasaran, kemungkinan pesan dapat diper- nanggulangan masalah GAKI yang dalam

99
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110

penyusunannya melibatkan masyarakat. nikasi dan mengetahui kebutuhan kelom-


Pelibatan masyarakat ini dengan cara pok responden, menggunakan teknik
menggali lebih dahulu karakteristik sosial yang efisien (misalnya persuasi), mema-
ekonomi mereka, sehingga metode inter- hami aspek sosial budaya, memfasilitasi
vensi yang diberikan lebih bisa diterima. perolehan informasi dan perilaku yang
Tahapan komunikasi persuasif sebanyak 3 diinginkan. Langkah awalnya dengan
kali dengan menggunakan metode kuanti- mengetahui kebutuhan peserta pelatihan
tatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yaitu dan motivasi hidupnya.5
dengan menggunakan diskusi kelompok Dalam upaya peningkatan sikap
kecil tentang materi penanggulangan masyarakat dalam penanggulangan GAKI,
GAKI yang disusun berdasarkan karak- metode komunikasi persuasif bisa dilaku-
teristik sosial ekonomi responden. Karak- kan dengan cara menghubungkan dan
teristik responden diketahui lebih men- mencocokkan pesan yang diberikan de-
dalam karena sebelumnya dilakukan ngan hal-hal lain di luar masalah kesehatan
wawancara mendalam dan Focus Group yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Discussion. Perubahan sikap juga dipengaruhi oleh
Singh T, et al. (2012), telah mel- tingkat pengetahuan sebelumnya dari
akukan penelitian tentang komunikasi per- penerima pesan. Penelitian tentang pe-
suasif untuk meningkatkan kesadaran dan rubahan sikap juga telah dilakukan untuk
niat membeli produk probiotik. Kelemahan menguji tentang efektifitas perubahan si-
penelitian ini, metode komunikasi per- kap bila pengetahuan sebelumnya dari
suasif dilakukan hanya dengan 1 tahapan penerima pesan tinggi atau rendah. Hasil
yaitu membujuk subjek dengan memberi- penelitian menunjukkan bahwa peru-
kan masukan yang diperlukan tentang bahan sikap lebih efektif bila pengetahuan
manfaat probiotik. Tahapan ini dilakukan penerima pesan sebelumnya rendah.13
dengan melakukan presentasi dua puluh Kabupaten Wonosobo, berdasar-
erdasar-
menit yang digunakan sebagai alat per- kan pemetaan yang dilakukan tahun
suasif. Presentasi dilakukan oleh asisten 2004, termasuk wilayah endemik sedang
peneliti. Materi presentasi disiapkan se- dengan nilai Total Goiter Rate (TGR) se-
demikian rupa sehingga memberikan in- besar 25.49%.14 Daerah yang pernah di-
formasi tentang probiotik, penggunaan nyatakan endemik GAKI perlu dilakukan
produk probiotik, dan manfaat mengguna- upaya penanggulangan secara terus me-
kan produk probiotik.11 Penelitian yang nerus, agar GAKI tidak muncul kembali.
melibatkan masyarakat untuk menyusun Salah satu sasaran pencegahan adalah
intervensi kesehatan juga telah dilakukan wanita usia subur (WUS). Harapannya
dengan tujuan untuk meningkatkan kese- kelak kalau hamil, bayi yang dikandung-
hatan ibu, bayi baru lahir dan anak-anak. nya tidak mengalami kekurangan iodium.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan Selain itu pemilihan Wonosobo sebagai
angka kematian anak akibat pneumonia wilayah penelitian didasarkan peneli-
dan diare.12 tian yang dilakukan sebelumnya, yang
Lucica S, (2009) mengemukakan menunjukkan bahwa pengetahuan ma-
bahwa pemberi informasi termasuk infor- syarakat tentang GAKI di Desa Pulosaren
masi kesehatan perlu ketrampilan komu- Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo

100
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)

masih rendah.15 Tujuan penelitian ini ada- (1) untuk sikap yang setuju, nilai (2) untuk
lah untuk
ntuk mengukur pengaruh metode ko- sikap yang tidak setuju dan nilai (3) untuk
munikasi persuasif terhadap perubahan sikap yang sangat tidak setuju. Instrumen
sikap wanita usia subur tentang GAKI di penelitian berupa kuesioner ini dibuat oleh
Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo. peneliti dengan menggali informasi dari
masyarakat dengan metode wawancara
METODE menggunakan pedoman pertanyaan.
Jenis penelitian ini adalah quasi Instrumen penelitian berupa kuesioner
eksperimen dengan non equivalent (pre pertanyaan tertutup dan materi GAKI
test and post test) control group design, ini telah diuji cobakan ke 30 responden
yaitu pemilihan kelompok eksperimen dan di desa lain yang memiliki karakteristik
kelompok kontrol tanpa acak.16 Pengaruh penduduk hampir sama dengan wilayah
intervensi dilakukan dengan membanding- penelitian.
kan variabel-variabel hasil pada kelompok Responden penelitian ini dibagi
eksperimen dengan kelompok kontrol.17 menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eks-
Daerah penelitian dipilih secara purposif, perimen dan kontrol. Kelompok eksperi-
yaitu di Kecamatan Kepil, Kabupaten Wo- men mendapat intervensi komunikasi per-
nosobo. Dari Kecamatan Kepil dipilih 1 suasif, dan kelompok kontrol mendapat
desa secara purposif (menurut pemetaan penyuluhan. Besar sampel masing-ma-
2004 termasuk endemik), kemudian diam- sing kelompok berdasarkan perhitungan
bil 2 dusun secara purposif yaitu Dusun sampel minimal adalah 30 ditambah anti-
Krajan, dan Dusun Brongkol yang mewa- sipasi DO 4 orang.18 Pemilihan lokasi ini
kili desa. Kedua dusun tersebut memili- berdekatan, namun pertukaran informasi
ki kriteria pendidikan pada WUS hampir tentang materi pelatihan minimal terjadi
sama. Kriteria inklusi dalam penentuan karena melihat latar belakang pendidikan
sampel penelitian adalah: berdomisili di mereka yang masih rendah, sehingga
wilayah penelitian, wanita usia subur usia tidak mudah untuk mengkomunikasikan
15-49 tahun, bisa membaca dan menulis, informasi tentang GAKI ini ke orang lain.
dan bersedia menjadi responden. Komunikasi persuasif dilakukan
Variabel penelitian ini adalah melalui 3 tahap yaitu, pertama melaku-
penyuluhan dengan komunikasi persuasif kan Focus Group Discussion (FGD) ke
(variabel bebas) dan sikap WUS dalam responden tentang kondisi sosial ekonomi
penanggulangan GAKI (variabel terikat). responden, konsep responden tentang
Sikap adalah tanggapan responden kesehatan, dan harapan responden ter-
tentang upaya penanggulangan GAKI. hadap masalah kesehatan dan pendidik-
Untuk pertanyaan yang favourable diberi an dikaitkan dengan GAKI. Tahap kedua
nilai (3) untuk sikap yang sangat setuju melakukan wawancara mendalam ter-
(SS), nilai (2) untuk sikap yang setuju hadap tokoh masyarakat (Ketua RW dan
(S), nilai (1) untuk sikap yang tidak setuju RT, Kader, guru, Kepala Dusun) mengenai
(TS) dan nilai (0) untuk sikap yang sangat kondisi sosial ekonomi masyarakat, masa-
tidak setuju (STS). Sedangkan untuk lah kesehatan, dan pendidikan dikaitkan
pertanyaan yang unfavourable diberi nilai dengan GAKI. Tahap ketiga melakukan
(0) untuk sikap yang sangat setuju, nilai metode ceramah dan diskusi kelompok

101
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110

kecil (8-10 orang) tentang temuan hasil cara normal. Sedangkan analisis untuk
FGD, wawancara mendalam yang dilaku- membandingkan peningkatan rerata nilai
kan sebelumnya, dan materi GAKI. Pre test sikap wanita usia subur dari pre test ke
dan post test untuk mengetahui sikap res- post test 1 maupun pre test ke post test
ponden tentang GAKI dilakukan sebelum 2 antara kelompok eksperimen dengan
dan sesudah intervensi. Metode ceramah kelompok kontrol menggunakan uji t tidak
dan diskusi kelompok kecil dilakukan se- berpasangan untuk data yang terdistribusi
lama 45 menit. Pelaksanaan penyuluhan secara normal. Uji Mann-Whitney diguna-
pada kelompok kontrol dilakukan dengan kan untuk membandingkan peningkatan
ceramah menggunakan media LCD, de- rerata nilai sikap wanita usia subur dari
ngan materi berupa pengertian, dampak, pre test ke post test 1 maupun pre test ke
siapa saja yang bisa terkena GAKI, dan post test 2 antara kelompok eksperimen
cara pencegahan GAKI. Pemberi materi dengan kelompok kontrol menggunakan
adalah peneliti. Penyuluhan berlangsung uji t tidak berpasangan untuk data yang
45 menit. tidak terdistribusi secara normal.19
Analisis bivariat untuk memban-
dingkan rerata sikap wanita usia subur HASIL
tentang GAKI antara pre test dengan post Karakteristik Responden
test 1 maupun pre test dengan post test Kelompok eksperimen adalah
2 menggunakan uji t berpasangan untuk WUS di Dusun Krajan, Desa Pulosaren,
data yang terdistribusi secara normal. Uji sedangkan kelompok kontrol adalah WUS
Wilcoxon digunakan untuk membanding- di Dusun Brongkol, Desa Pulosaren. Ka-
kan rerata sikap wanita usia subur ten- rakteristik responden yang diambil dalam
tang GAKI antara pre test dengan post penelitian ini meliputi 11 Karakteristik Res-
test 1 maupun pre test dengan post test ponden.
2 untuk data yang tidak terdistribusi se-

Tabel 1. Karakteristik Responden


Kelompok
Karakteristik Eksperimen Kontrol p value
(n=34) (n=34)
Umur (uji t tidak berpasangan)
Mean (tahun) 29,71 28,56 0,503
SD 7,68 6,28
Pendidikan (uji Fisher)
SD (frekuensi) 31 32 1,000
SMP (frekuensi) 3 2

Umur responden berkisar antara kelompok eksperimen maupun kelompok


15 sampai dengan 45 tahun. Analisis kontrol memiliki distribusi normal. Hasil
statistik untuk membandingkan umur analisis statistik menunjukkan tidak ada
responden antara kelompok eksperimen perbedaan bermakna, antara kelompok
dengan kelompok kontrol menggunakan eksperimen dengan kelompok kontrol (p
uji t tidak berpasangan, karena umur pada > 0.05). Mayoritas pendidikan responden

102
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)

pada kelompok eksperimen SD (91.18%), Penghasilan dari pekerjaan terse-


mayoritas pendidikan responden pada but hanya mencukupi untuk kebutuhan
kelompok kontrol juga SD (94.12%), hidup pokok sehari-hari, tetapi tidak cukup
Analisis statistik untuk membandingkan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
pendidikan responden antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol “Nganu to, untuk kebutuhan se-
menggunakan uji Fisher. Hasil uji statistik hari-hari, blanja kebutuhan rumah
menghasilkan p = 1.00 (> 0.05) yang tangga, gawe sekolah, kebutuhan
berarti tidak ada perbedaan antara sehari-hari, listrik, jajanan” (R2)
kelompok eksperimen dengan kelompok “Belum masih kurang banyak,
kontrol. Berdasarkan hasil analisis kedua nggih memang banyaknya kebu-
kelompok responden memiliki karakteristik tuhan, soale pendapatane sedikit
umur dan pendidikan yang tidak berbeda tapi kebutuhan yang mendesak
bermakna. itu sangat banyak, kita harus beli
beras, harus bayar listrik, dan lain-
Tahapan Komunikasi Persuasif lain kebutuhan anak, misale tang-
Komunikasi persuasif dilakukan gane mantenan, itu biasanya yang
melalui 3 tahap yaitu, pertama melakukan nggak terkontrol” (R3)
FGD ke responden tentang kondisi sosial
ekonomi responden, konsep responden Hasil wawancara mendalam de-
tentang kesehatan, dan harapan respon- ngan tokoh masyarakat menyebutkan
den terhadap masalah kesehatan dan bahwa beberapa warga ada yang meran-
pendidikan dikaitkan dengan GAKI, kedua tau untuk mencukup kebutuhan sehari-
melakukan wawancara mendalam ter- hari. Pekerjaan tersebut dilakukan karena
hadap tokoh masyarakat (Ketua RW dan menjadi petani dengan lahan sempit atau
RT, Kader, guru, Kepala Dusun) menge- hanya sebagai buruh tani saja tidak cukup
nai kondisi sosial ekonomi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
masalah kesehatan, dan pendidikan di- Banyak juga warga yang menyewakan
kaitkan dengan GAKI, dan ketiga melaku- tanahnya untuk perusahaan tanaman di
kan ceramah dan diskusi kelompok kecil daerahnya. Tujuan menyewakan ini ada-
(8-10 orang) tentang temuan hasil FGD, lah agar ada pekerjaan terus, sementara
wawancara mendalam yang dilakukan se- di pertanian tidak setiap hari ada peker-
belumnya, dan materi GAKI. Hasil FGD jaan.
ke responden mengenai kondisi sosial Harapan orangtua terhadap pen-
ekonomi menunjukkan bahwa pekerjaan didikan anaknya adalah agar anak me-
responden, sebagian besar adalah petani, nempuh pendidikan sampai jenjang pen-
dan sebagian kecil buruh di pabrik, seperti didikan tinggi. Ada dua perbedaan tentang
dikemukakan oleh responden berikut ini. persepsi jenjang pendidikan tinggi yang
“Bekerja sebagai petani, baik laki- dimaksudkan oleh peserta FGD. Peserta
laki maupun perempuan. Membu- pada kelompok yang berpendidikan se-
ka warung, karyawan pabrik juga kolah dasar, mengungkapkan bahwa pen-
ada. Tetapi kebanyakan bekerja didikan tertinggi yang diharapkan oleh
sebagai petani” (R1) peserta terhadap anaknya adalah sampai

103
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110

tingkat SMP, setelah itu anak diperboleh- seorang berpendidikan lebih tinggi. Ada
kan untuk bekerja. Harapan yang sedikit satu orang responden yang menyatakan
berbeda, pada kelompok yang berpen- bahwa anak tidak perlu sekolah tinggi, ka-
didikan di atas sekolah dasar mengharap rena setelah lulus SD akan dilamar.
anaknya mengenyam pendidikan sampai Tahapan komunikasi persuasif
tingkat SMA. ketiga adalah melakukan diskusi kelompok
kecil dan ceramah. Diskusi diawali dengan
“Nek
Nek kula dugi SM�. Wong bapak- penyampaian hasil wawancara mendalam
ne SMP mangke ..harapane SM�, dan FGD yang dilakukan sebelumnya
pinginane mangke sakduwure dengan responden. Pemandu diskusi
bapakne.. kemudian mengkaitkan temuan mengenai
(Kalau saya sekolahnya sampai kondisi sosial ekonomi dengan pendidikan.
SM�. Bapaknya hanya sampai Harapan orang tua agar anaknya kelak
SMP, harapannya anaknya sam- dapat bekerja lebih layak akan tercapai
pai SM� jadi lebih tinggi dibanding bila anak mengenyam pendidikan yang
bapaknya) (R4) lebih tinggi. Lahan pertanian yang di-
“nggih SMP mpun dhuwur, mboten miliki, selama ini disewakan atau hanya
mampu biayane” dikerjakan pas musimnya saja (tidak terus
(Lulus SMP sudah tinggi, tidak menerus). Hasil dari lahan pertanian ter-
mampu membiayai) (R5) sebut hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Lahan pertanian yang
“Kalo seumpama keinginan ya dimiliki bila dikerjakan oleh orang yang
pak ya, keinginan kalo bisa itu ya memiliki ilmu, akan lebih meningkatkan
mungkin SM�, minimal kalo segitu hasil. Responden mulai memikirkan dan
orang desa sudah cukuplah. tertarik dengan masalah ini. Pemandu
Kalo mampulah gitu, nggak tahu diskusi mulai memaparkan bahwa bila
ke depannya tapi kalo minimal ingin semua itu tercapai, maka anak-anak
pingine SM�; Nggih nek bisa mereka sebaiknya menempuh pendidikan
sampe perguruan tinggi tapi nek yang lebih tinggi. Sekolah yang lebih tinggi
orang desa kan sampe SM� dah bisa dilampaui bila anak cerdas, karena
cukup to; SM� mawon nggih”. bila cerdas kemungkinan biaya juga tidak
(Kalau keinginannya itu sampai menjadi hambatan.
SMA, minimal untuk orang desa, Salah satu dampak kekurangan
lulus SMA sudah cukup. Tidak tahu iodium adalah menurunnya kecerdasan.
ke depannya, minimal tetap SMA, Ibu yang menginginkan anaknya memi-
tapi kalau bisa ya sampai perguru- liki pendidikan yang lebih tinggi diban-
an tinggi tapi kan kalau orang desa dingkan sekarang, harus memperhatikan
sampai SMP sudah cukup, SMA masalah GAKI. Pemandu diskusi mulai
saja)”. (R6) memberikan materi GAKI mulai dari pe-
ngertian, dampak yang ditimbulkan, siapa
Keterkaitan antara pekerjaan de- saja yang bisa terkena, penyebab, dan
ngan pendidikan adalah bahwa pekerjaan bagaimana cara pencegahannya. Peman-
yang enak lebih mudah diperoleh bila se- du diskusi juga mengingatkan bahwa pen-

104
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)

duduk yang tinggal di wilayah pegunungan wawasan. Peserta juga menjadi tahu
seperti tempat tinggal responden juga makanan apa yang boleh dikonsumsi dan
lebih berisiko mengalami GAKI, karena sayuran apa saja yang harus dikurangi.
secara alami tanah dan airnya kurang Peserta juga menjadi tahu bagaimana cara
mengandung iodium. menyimpan dan menggunakan garam
Pendapat responden yang di- yang benar. Banyak pelajaran atau materi
wawancara setelah penyampaian materi, baru mengenai GAKI yang sebelumnya
menyatakan bahwa proses pelaksanaan belum diketahui, sehingga peserta merasa
dianggap berjalan baik, mulai dari pre memperoleh banyak manfaat.
test, penyampaian materi dan diskusi,
dan pos test setelah penyampaian materi. Hasil Pengukuran Sikap
Penyampaian materi dianggap sudah ba- Untuk mengetahui apakah ada
gus, jelas, terbuka, santai, peserta dapat perbedaan sikap responden tentang GAKI
bertanya dan langsung dijawab. sebelum mendapat intervensi, dilakukan
Manfaat yang dirasakan peserta analisis hasil skor dengan uji statistik
adalah menambah pengetahuan, men- seperti dalam Tabel 2.
dapatkan pelajaran baru tentang GAKI,
memperoleh pengalaman, dan menambah

Tabel 2. Perbandingan Nilai Rerata Pre Test Sikap pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol Sebelum Intervensi
Kelompok

Eksperimen Kontrol p value


Variabel
n=34 n=34 (Mann-whitney)
Mean (SD) Mean (SD)

Sikap 45,97(10,21) 46,06(5,23) 0,476

Berdasarkan hasil analisis, rerata kelompok eksperimen menunjukkan ba-


pre test sikap pada kelompok eksperimen hwa nilai rerata sikap pada post test 1
sebesar 45.97, sedangkan pada kelom- lebih tinggi daripada nilai sikap pada pre
pok kontrol 46.06. Hasil analisis statistik test. Secara statistik didapatkan nilai sig-
diperoleh nilai p = 0.476 (>0.05), sehing- nifikansi 0.000 yang berarti terdapat per-
ga dapat dikatakan tidak ada perbedaan bedaan bermakna nilai sikap antara pre
yang signifikan pada nilai rerata pre test si- test dengan post test 1. Hasil pengukuran
kap antara kelompok eksperimen dengan rerata nilai sikap antara pre test dengan
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kon- post test 2 pada kelompok eksperimen
disi awal sikap responden pada kelompok menunjukkan bahwa nilai rerata sikap
eksperimen dan kelompok kontrol relatif pada post test 2 lebih tinggi dari pre test,
sama, sehingga telah memenuhi salah dan secara statistik didapatkan nilai sig-
satu syarat penelitian kuasi eksperimen. nifikansi 0.000 yang berarti terdapat per-
Hasil pengukuran rerata nilai sikap bedaan bermakna antara nilai sikap pada
antara pre test dengan post test 1 pada pre test dan post test 2.

105
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110

Hasil pengukuran rerata nilai sikap menunjukkan bahwa nilai rerata sikap
antara pre test dengan post test 1 pada pada post test 2 lebih tinggi dari pre test,
kelompok kontrol menunjukkan bahwa ni- dan secara statistik didapatkan nilai sig-
lai rerata sikap pada post test 1 lebih tinggi nifikansi 0.007 yang berarti terdapat per-
daripada nilai sikap pada pre test. Namun bedaan bermakna antara nilai sikap pada
secara statistik didapatkan nilai signifikan- pre test dan post test 2.
si 0.219 yang berarti tidak terdapat per- Hasil uji statistik beda rerata antara
bedaan bermakna nilai sikap antara pre pre test, post test 1 dan post test 2 pada
test dengan post test 1. Hasil pengukuran masing-masing kelompok dapat dilihat
rerata nilai sikap antara pre test dengan pada Tabel 3.
post test 2 pada kelompok kontrol juga

Tabel 3. Nilai Rerata Pre Test, Post Test 1, Post Test 2 Sikap pada Kelompok
Eksperimen dan Kontrol

Kelompok
Sikap
Eksperimen Kontrol

p value p value
Mean SD Mean SD
(Wilcoxon) (paired_t_test)

Pre-test 45,97 10,21 46,06 5,23


< 0,05 0,219
Post-test 1 50,65 6,60 47,41 6,92
Pre-test 45,97 10,21 46,06 5,23
< 0,05 0,007
Post-test 2 51,62 5,08 48,04 5,86

Pengaruh penyuluhan komunikasi Rerata peningkatan sikap respon-


persuasif yang diberikan terhadap sikap den dari pre test ke post test 2 pada kelom-
responden pada kelompok eksperimen pok eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dan kelompok kontrol dapat dilihat dengan dengan kelompok kontrol. Dan secara sta-
tistik terdapat perbedaan yang signifikan
membandingkan nilai rerata peningkatan
nilai rerata peningkatan sikap responden
sikap responden antara pre test dengan
antara pre test dengan post test 2 antara
post test 1 dan pre test dengan post test
kelompok eksperimen dengan kelom-
2. Rerata peningkatan sikap responden pok kontrol. Hal ini menunjukkan metode
dari pre test ke post test 1 pada kelompok penyuluhan komunikasi persuasif tentang
eksperimen lebih tinggi dibandingkan GAKI sama efektifnya meningkatkan si-
dengan kelompok kontrol. Namun secara kap responden tentang GAKI dalam waktu
statistik menunjukkan tidak terdapat sesaat, namun lebih efektif meningkatkan
perbedaan yang signifikan nilai rerata sikap responden tentang GAKI dalam
peningkatan sikap responden antara pre waktu 1 bulan dibandingkan metode pe-
nyuluhan. Perbandingan nilai rerata pe-
test dengan post test 1 antara kelompok
ningkatan sikap pre test, post test 1 dan
eksperimen dengan kelompok kontrol
post test 2 pada kelompok eksperimen
(p=0.09).
dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.

106
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)

Tabel 4. Perbandingan Nilai Rerata Peningkatan Sikap Pre Test, Post Test 1 dan
Post Test 2 pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok
p value
Eksperimen Kontrol (Mann-whitney)
Sikap n=34 n=34

Rerata Rerata
peningkatan peningkatan
Pre-test dengan post-test 1 4,68 1,35 0,090
Pre-test dengan post-test 2 5,65 2,03 0,041

PEMBAHASAN kelompok kontrol sebelum diberikan inter-


Penelitian ini memberikan inter- vensi, tidak berbeda secara bermakna, ini
vensi berupa metode penyuluhan untuk berarti bahwa sikap antara kedua kelom-
kelompok kontrol, dan metode komunikasi pok relatif sama. Untuk melihat perubahan
persuasif untuk kelompok eksperimen. sikap setelah diberikan intervensi dilaku-
Masing-masing metode memiliki kelebihan kan 3 kali pengukuran yaitu sebelum in-
dan kekurangan. Kelebihan metode pe- tervensi, sesaat setelah intervensi, dan
nyuluhan yang diberikan pada penelitian sebulan setelah intervensi. Hasil anali-
ini adalah sudah menyesuaikan dengan sis statistik pada kelompok eksperimen
kaidah penyuluhan untuk kelompok yang menunjukkan terdapat peningkatan sikap
benar. Penyuluhan ini memperhatikan secara bermakna baik antara ketiga tahap
1) persiapan, dimana penceramah me- pengukuran tersebut.
nyiapkan materi sebelumnya, 2) pelaksa- Hasil ini terjadi karena dimasuk-
naan, penceramah meggunakan bahasa kannya pengetahuan yang bersifat komu-
yang bisa diterima dan menguasai materi, nikatif yang sesuai dengan karakteristik
3) menggunakan media untuk alat bantu pendidikan dan sosial ekonomi respon-
penyampai informasi. Kelemahan dari pe- den, sehingga dapat mempengaruhi pe-
nyuluhan ini adalah materi yang disam- rubahan sikap. Proses pembentukan si-
paikan kurang cocok dengan karakteristik kap juga terjadi karena adanya proses
responden yang mayoritas berpendidikan pembelajaran. Proses pembelajaran da-
rendah. Kelebihan metode komunikasi pat terjadi ketika suatu rangsangan, yaitu
persuasif: peneliti sudah mengikuti pelatih- berupa materi mengenai GAKI. Penyam-
an tentang komunikasi persuasif terlebih paian materi GAKI menurut responden di-
dahulu di UGM, dan mengetahui terle- anggap sudah bagus, jelas, terbuka, san-
bih dahulu latar belakang sosial ekonomi tai, peserta dapat bertanya dan langsung
responden, sehingga materi yang disam- dijawab. Pendapat ini disampaikan oleh
paikan sudah disesuaikan dengan latar responden pada kelompok eksperimen.
belakang mereka. Kelemahan metode ko- Kebanyakan acara sosialisasi selama ini
munikasi persuasif, tahapannya tidak bisa berjalan satu arah, hanya menyampaikan
langsung dilakukan sekaligus, sehingga materi saja, tanpa ada kesempatan untuk
memerlukan waktu yang lebih lama. bertanya langsung. Responden juga ber-
Hasil uji statistik menunjukkan si- pendapat bahwa sosialisasi yang sudah
kap antara kelompok eksperimen dengan
107
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110

dilakukan penyuluh maupun pemandu memiliki kemampuan untuk memotivasi


diskusi, membuat peserta merasa lebih sasaran karena informasi/pengetahuan
puas. yang diberikan kurang relevan dengan
Penelitian pendukung tentang kondisi responden, sehingga sasaran
komunikasi persuasif menggunakan ce- kurang motivasi untuk membentuk sikap
ramah dan tanya jawab dapat meningkat- baru.23
kan sikap responden dalam pencegahan Hasil analisis statistik pada kelom-
penyalahgunaan NAZA.20 Peningkatan pok kontrol menunjukkan terjadi peningka-
pembentukan sikap yang positif ini terjadi tan sikap yang bermakna antara pre test
karena adanya interaksi sosial yang dia- dengan post test 2. Perubahan sikap ini
lami individu. Interaksi sosial yang terjadi terjadi karena responden setelah mene-
pada kegiatan ceramah dimungkinkan ka- rima informasi kemudian mempersepsi-
rena terjadinya tanya jawab sehingga ter- kannya secara selektif, untuk selanjutnya
jadi hubungan timbal balik antara individu diproses lebih dahulu dengan cara-cara
satu dengan lainnya. Penggunaan metode tertentu sebelum menjadi sikap yang relatif
komunikasi persuasif juga didukung oleh menetap. Penentuan sikap yang menetap
penelitian tentang upaya pencegahan ke- ini sudah terjadi setelah 1 bulan diberikan
hamilan pada remaja melalui komunikasi informasi baru yaitu materi tentang GAKI.
persuasif.21 Hasil penelitian menunjuk- Perubahan sikap pada kelompok kontrol
kan bahwa penggunaan kampanye yang ini bukan terjadi karena adanya interaksi
bersifat persuasif dapat mengubah sikap antara kelompok eksperimen dengan
remaja dalam pengendalian kehamilan. kelompok kontrol. Karena post test kedua
Penelitian lain tentang perubahan sikap dilakukan bersamaan dengan pemberian
menggunakan komunikasi persuasif juga materi GAKI pada kelompok eksperimen.
dilakukan untuk menguji model peruba- Metode penyuluhan komunikasi
han sikap berkaitan dengan teori integrat- persuasif lebih efektif meningkatkan sikap
ing social judgment, dan mengembang- responden tentang GAKI dalam waktu 1
kan instrumen untuk mengukur struktur bulan setelah intervensi dibandingkan me-
sikap terhadap penggunaan mobil kaitan- tode penyuluhan. Persuasi adalah upaya
nya dengan lingkungan yaitu penerimaan, mengubah sikap orang lain melalui peng-
tidak berkomitmen, dan penolakan.22 gunaan berbagai macam pesan yang dike-
Hasil
asil analisis statistik pada kelom- mas dengan berbagai cara agar menarik.
pok kontrol menunjukkan tidak terdapat Pesan persuasif ini diolah menggunakan
peningkatan sikap yang bermakna antara pemikiran yang sederhana dan mudah
pre test dengan post test 1. Tidak terjadi- diterima responden. Responden setelah
nya peningkatan sikap antara pre test menerima informasi kemudian memper-
dengan post test 1 ini bisa terjadi karena sepsikannya secara selektif, untuk se-
kurangnya motivasi responden terhadap lanjutnya diproses lebih dahulu dengan
informasi yang diberikan untuk mem- cara-cara tertentu sebelum menjadi sikap
bentuk sikap baru. Kurangnya motivasi yang relatif menetap. Proses dari mene-
responden dilihat pada waktu observasi rima informasi sampai kemudian menjadi
dan wawancara setelah dilakukan penyu- sikap yang relatif menetap ini membu-
luhan. Hasil ini sejalan dengan penelitian tuhkan waktu. Pengolahan pesan dikata-
yang menunjukkan bahwa sumber kurang kan sebagai sistematic processing, bila

108
Metode Komunikasi Persuasif sebagai.... (Setyani A, Sudargo T, Dewi FST)

orang mempertimbangkan kekuatan isi SARAN


pesan dengan sungguh-sungguh. Dalam Beberapa saran yang direkomen-
hal ini, pertimbangan orang tentang isi pe- dasikan penelitian ini: 1) melakukan
elakukan pene-
san dapat melalui proses pemikiran yang litian lebih mendalam, dengan menggali
menggunakan logika serta mengikuti alur karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya
pemikiran yang mendalam. Mereka me- responden, sehingga metode komunikasi
mahami GAKI karena salah satu dampak persuasif bisa meningkatkan perilaku res-
GAKI adalah menurunnya kecerdasan. ponden tentang kesehatan,, dan 2) peng-
eng-
Bila ingin memiliki anak cerdas di berbagai gunaan metode pendidikan kesehatan
bidang termasuk pertanian, maka kelak untuk meningkatkan derajat kesehatan
tanah pertanian yang dimiliki bisa dikelola masyarakat, sebaiknya dilakukan dengan
sendiri / tidak perlu disewakan, sehingga cara menyesuaikan informasi kesehatan
mendapat hasil yang lebih besar. Dengan yang diberikan dengan hal-hal yang meru-
cara ini responden mulai memikirkan dan pakan kebutuhan masyarakat.
memperhatikan masalah GAKI.24
Keterbatasan dalam penelitian ini: DAFTAR PUSTAKA
1) beberapa responden pada penelitian 1. Djokomoeljanto RJS. Peranan Endo-
tahap awal masih mengajak anaknya krinologi dalam Menunjang Keseha-
yang balita, sehingga mengganggu jalan- tan Nasional. Pidato Pengukuhan Pe-
nya penelitian, 2) jarak post test 1 ke post nerimaan Jabatan Guru Besar Tetap
test 2 selama 1 bulan sehingga memung- dalam Mata Pelajaran Ilmu Penyakit
kinkan risiko bias informasi, 3) kedua Dalam, Fak Kedokteran, UNDIP, Se-
kelompok tinggal di wilayah yang sama marang; 1986.
sehingga memungkinkan adanya bias in- 2. World Health Organization. �ssess-
formasi, 4) penyuluhan pada kelompok ment of Iodine Deficiency Disorders
kontrol di rumah salah satu warga yang and Monitoring Their Elimination: �
lokasinya sempit sehingga membuat sua- Guide for Program Managers. Gene-
sana kurang nyaman. Hal ini juga bisa va. Third Edition; 2007.
menyebabkan responden bisa saling tu- 3. World Health Organization. Iodine sta-
kar informasi, dan 5) pada waktu diskusi tus Worldwide: WHO Global Database
masih ada responden yang pasif dan ada on Iodine Deficiency. Geneva; 2004.
yang mendominasi. 4. Departemen Kesehatan RI. Rencana
Aksi Nasional Kesinambungan Pro-
KESIMPULAN gram Penanggulangan GAKI. Tim Pe-
Berdasarkan hasil penelitian dan nanggulangan GAKI Pusat. Jakarta;
pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 2005.
1) metode komunikasi persuasif dapat 5. Silvia L. The Trainer as A Persuasive
meningkatkan sikap responden tentang Agent. Journal of educational scienc-
GAKI, dan 2) metode komunikasi persuasif es; 2009: 11 (1): 51-56. Diunduh dari
lebih efektif meningkatkan sikap respon- www.ebscohost.com, tanggal 20 Ma-
den tentang GAKI dibandingkan dengan ret 2014.
menggunakan metode penyuluhan. 6. Petty RE and Cacioppo JT. Commu-
nication and Persuasion. Newyork:
Springer-Verlag; 1986.

109
MGMI Vol. 5, No. 2, Juni 2014: 97-110

7. Morton S, Greene BG. Introduction 16. Creswell John W. Research Design,


in Health Education and Health Qualitative, Quantitative, and Mix
Promotion. USA: Waveland Press.inc; Methods �pproaches. 2nd. Sage
1995. Publication. London. UK; 2003.
8. Effendy OU. Dinamika Komunikasi. 17. Murti B. Prinsip dan Metode Riset Ep-
Bandung: Remaja Rosda Karya; 2004. idemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
9. Pornpitakpan C. The Persuasiveness University Press; 1997.
of Source Credibility: A Critical Review 18. Lemeshow S, Hosmer JR, Klar J,
of Five Decades’ Evidence. J. �ppl. Lwanga SK. �dequacy of Sample Size
Soc. Psychol. 2004. 34: 243–281. in Health Studies. Diterjemahkan oleh
10. Taylor SE, Peplau LA, Sears DO. So- Pramono D. Yogyakarta: Gadjah Mada
cial Psychology (11th edition), Upper University Press; 1997.
Saddle River, NJ: Prentice Hall; 2003. 19. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokter-
11. Singh T, Hangloo M, Kaur H. Impact an dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
of Persuasive Communication on Pro- Medika; 2008.
duct Awareness and Purchase Inten- 20. Nasrul. Komunikasi Persuasif terha-
tion; A Quasi Experimental Study of dap Perilaku Pencegahan Penyalah-
Probiotic Products. 2012: 3(1) 28-42. gunaan Narkotika, Alkohol, dan Zat
Diunduh dari www.proquest.com tang- Adiktif Lainnya (NAZA) pada Murid
gal 3 Januari 2014. SMU Negeri Kota Palu. Tesis. Yogya-
12. Bhutta ZA, Das JK, Rizvi A, Gaffey MF, karta: Pascasarjana UGM; 2002.
Walker N, Harton S, et al. Evidence 21. Witte K. Preventing Teen Pregnancy
Based Intervention for Improvement Through Persuasive Communications:
of Maternal and Child Nutrition: What Realities, Myths, and The Hard Fact
Can Be Done and What Cost?. The Truths. Journal of Community Health;
Lancet. 2013. 5: 452-477. 1997: 22 (2): 137-154. Diunduh dari
13. Cacioppo JT, Marshall-Goodell BS, www.proquest.com tanggal 30 Maret
Tassinary LG, Petty RE. Rudimentary 2014.
Determinants of Attitudes: Classical 22. Siero FW, Doosje BJ. Attitude Change
Conditioning Is More Effective When Following Persuasive Communication:
Prior Knowledge about the Attitude Integrating Social Judgment Theory
Stimulus Is Low than High Matching and The Elaboration Likelihood Model.
Messages to Motives in Persuasion: A European Journal of Social Psychol-
Functional Approach to Promoting Vol- ogy, 1993. 23: 541-554.
unteerism. J. �ppl.Soc. Psychology; 23. Kumkale GT, Albarracin D, Seignourel
1992: 28 (3). PJ. The Effects of Source Credibility
14. Dinkes Kabupaten Wonosobo. Hasil in The Presence or Absence of Prior
Pemetaan G�KI Kabupaten Wonoso- Attitudes: Implications for the De-
bo tahun 2004. Wonosobo; 2004. sign of Persuasive Communication
15. Faozan M. Persepsi Keluarga ter- Campaigns. Journal �pplied Social
hadap Penyakit Kretin di Kabupaten Psychology. 2010: 40(6): 1325-
Magelang, Purworejo dan Wonoso- 1356.
bo. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana 24. Sarwono SW, Meinarno EA.
UGM; 2010. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika; 2009.
110

You might also like