Admin, 3 REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH KARYA AYU UTAMI

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Lakon, 5 (1) 2016

(30-44)

REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH


KARYA AYU UTAMI
Magic Realism in Ayu Utami’s Simple Miracle Doa dan Arwah Novel

SANDRA WHILLA MULIA

Program Studi Magister Kajian Sastra dan Budaya


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya
e-mail: sandra_whilla@yahoo.co.id

Abstract: This study are intend to reach some goals. First, this aimed to uncover the magic realism
which is narrated in Ayu Utami’s novel, entitled Simple Miracle Doa Dan Arwah. Second, this study
aimed to discover socio cultural context which form the background of the emerging of magic realism
of narrative in Ayu Utami’s novel entitled Simple Miracle Doa dan Arwah. This research utilizes magic
realism narrative theory on the book Ordinary Enchantments Magical Realism and Remystifiction of
Narratives written by Wendy B. Faris (2004). This is a qualitative study which employed textual
analysis to analyze the obtained data. The results of this study were magic realism which was
narrated in the novel were not only loaded by the characteristics of Faris’ magic realism by showing
the exquisite existence of myth in this modern era, but also written to be in charge of bracing and
reorganizing people’s believe in Javanese myth. Socio cultural context which form the background of
the emerging of this novel was Javanese culture that still exist in this modern era. This was also added
by the comeback of traditional ambience which made its existence popular nowadays. From the
analysis this had emerged two issues, social issues and signification issues. The emerging social issues
are the Javanese culture in which the people tend to fancy mystics. These mystics are related to ghosts.
In addition, the other issue is about acculturation of religions in Java Island. Besides the issues, the
signification obtained were: (1) Javanese will always hold their believe in ghost; (2) in Java, shaman
and spirits or ghost are correlated to the second alternative to realize dreams; (3) shaman identity is
identical with someone who has an ability to see and communicate with spirits or ghosts; (4) there is a
believe that spirits and ghosts are everywhere; (5) Javanese believe that every dead person will soon
become spirits and ghosts and they will eternally live around them; (6) atheist will rarely be seen in
Java; (7) religions in Java Island will always blend themselves with the culture.

Keywords: Acculturation Of Religions, Ghosts, Javanese Culture, Magic Realism, Simple Miracles Doa
dan Arwah

Abstrak: Penelitian yang berjudul “Realisme magis dalam novel Simple Miracles Daa dan Arwah
Karya Ayu Utami” ini bertujuan yang pertama untuk mengungkapkan realisme magis yang
ternarasikan dalam novel Simple Miracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Kedua, menemukan
konteks sosial budaya yang melatarbelakangi munculnya narasi realisme magis dalam novel Simple
Miracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Penelitian ini memanfaatkan teori naratif realisme magis
Faris dalam bukunya yang berjudul Ordinary Enchantments Magical Realism and Remystifiction of
Narratives (2004). Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan teknik analisis data
menggunakan tekstual analisis atau analisis teks. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah,
realisme magis yang ternarasikan dalam novel Ayu Utami tidak hanya sarat dengan karakteristik
realisme magis Faris dengan memperlihatkan eksistensi mitos di era modern, tetapi juga bertugas
30
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

mengukuhkan suatu kepercayaan mengenai mitos di Jawa serta merombaknya. Konteks sosial budaya
yang melatarbelakangi munculnya novel karya Ayu Utami disebabkan oleh kebudayaan Jawa yang
sampai saat ini masih eksis serta kembali populernya hal-hal yang berbau tradisional dalam era
modern ini. Dari hasil analisis tersebut memunculkan dua isu sosial dan pemaknaan. Isu sosial yang
muncul yakni isu mengenai kesukaan orang Jawa pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan makhluk
halus serta isu mengenai akulturasi budaya Jawa dengan agama-agama di Jawa. Makna yang
diperoleh antara lain: (1) orang Jawa akan selalu percaya pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan
makhluk halus; (2) di Jawa, dukun dan makhluk halus adalah alternatif kedua untuk mewujudkan
cita-cita; (3) identitas dukun identik dengan seorang yang memiliki kemampuan melihat dan
berkomunikasi dengan makhluk halus; (4) adanya kepercayaan bahwa makhluk halus itu ada di
mana-mana; (5)orang Jawa percaya bahwa setiap orang meninggal akan menjadi roh yang tetap
hidup di sekeliling mereka; (6) orang ateis jarang ditemui di Jawa; (7) Agama-agama yang ada di
Jawa selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan Jawa.

Kata-kata Kunci: Akulturasi Agama, Budaya Jawa, Makhluk Halus, Realisme Magis, Simple Miracles
Doa dan Arwah

PENDAHULUAN (Semi, 1989:56). Karya sastra yang


mengangkat kehidupan orang Jawa
Orang Jawa (Javanese) merupakan diperlihatkan dalam novel Simple Miracles
orang-orang yang mendukung dan Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Novel ini
menghayati budaya Jawa yang tersebar di bercerita tentang kehidupan satu keluarga
daerah asal kebudayaan Jawa, Jawa Tengah Jawa yang tinggal di Bogor, namun masih
dan Jawa Timur, di Cirebon Jawa Barat, di mengamalkan kepercayaan atau tradisi
banyak kepulauan di Indonesia bahkan di yang berkaitan dengan mitos di Jawa. Salah
luar negeri (Setyodarmodjo, 2007:72). satunya masih memiliki kepercayaan pada
Hardjowirogo (1984:7), menambahkan hal-hal mistik sesuai karakteristik
bahwa semua orang Jawa itu berbudaya kehidupan orang Jawa, yakni percaya
satu. Orang Jawa berpikir dan berperasaan terhadap makhluk halus serta hal-hal yang
seperti moyang mereka di Jawa Tengah, bersifat takhyul. Dalam novel Simple
dengan kota Solo dan Yogya sebagai pusat- Miracles Doa dan Arwah (selanjutnya
pusat kebudayaan, dari Yogya dan Solo disingkat: SMDA) diperlihatkan bahwa
itulah aliran kejawen muncul dan makhluk halus yang dihadirkan merupakan
berkembang di seluruh tanah Jawa mahkluk halus yang melegenda di Jawa
(Sudiantara, 1998:5). (misalnya: pocong dan kuntilanak). Melalui
novel Ayu Utami itulah dapat diketahui
Sosok orang Jawa dengan berbagai
bahwa karya sastra tidak hanya berkisah
karakteristik kehidupannya tersebut tak
tentang hal-hal yang berkaitan dengan
jarang diangkat dalam karya sastra. Seperti
keseharian makhluk hidup yang sifatnya
yang telah diketahui bahwa sastra
terlihat, tetapi juga berkisah tentang hal-
merupakan penggambaran kehidupan yang
hal sifatnya tak terlihat yang berhubungan
dituangkan melalui media tulisan. Terdapat
dengan adanya kepercayaan mengenai hal-
hubungan yang erat antara sastra dan
hal magis, takhyul, serta bersifat irrasional
kehidupan karena fungsi sosial sastra
yang berkaitan dengan dunia lain yang
adalah bagaimana ia melibatkan dirinya di
ditinggali makhluk halus (baik dari
tengah-tengah kehidupan masyarakat
31
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

golongan memedi maupun arwah Meskipun tiga pengarang ini hidup


penasaran). di era yang sama, namun karya Eka
Kurniawan dan Seno Gumira Ajidarma
Ada hal menarik dari isi novel karya berbeda dengan karya Ayu Utami. Karya
Ayu Utami ini, yakni sesuatu yang memiliki Eka dan Seno lebih menitikberatkan mitos-
citra sakral, tradisional, serta segala mitos yang berkaitan dengan legenda pada
sesuatu yang lebih mengarah terhadap hal- masa lampau dengan setting pada zaman
hal yang berada di luar logika manusia kolonial dan sesudah masa kolonial
(dalam budaya Jawa) dihadirkan pada era sedangkan karya Ayu Utami ini
modern seperti saat ini. Fenomena menghadirkan cerita yang didominasi mitos
kemunculan karya SMDA ini identik dengan (kepercayaan) serta ritual yang semuanya
karya sastra realisme magis. Karya sastra itu berhubungan dengan makhluk halus
realisme magis adalah karya sastra yang dengan setting zaman modern. Mitos
menghadirkan kembali segala citra dan (kepercayaan) serta ritual yang hadir dalam
pengertian yang bersifat magis, mistis, cerita novel SMDA pun sangat familiar di
ataupun “irrasional” yang bersumber dari telinga orang Jawa. Secara tidak langsung
cerita mitologi, dongeng, legenda yang kehadiran novel SMDA ini bukan hanya
hidup secara tradisional yang dihadirkan sebagai bacaan hiburan, namun juga
dalam sebuah kesusastraan modern mengkomunikasikan sesuatu misalnya
diindikasikan sebagai karya realisme magis memperlihatkan isu-isu sosial atau
(Faris, 1995). Realisme magis muncul di memperlihatkan eksistensi mitos/
kesusatraan Indonesia tahun 1990-an, arus kepercayaan serta tradisi (budaya Jawa)
realisme magis sebagai paham kesastraan pada era saat ini. Seperti yang diungkapkan
global mulai masuk dan memperlihatkan Junus (1981:93), bahwa kehadiran teks
pengaruhnya pada sejumlah karya sastra sastra atau novel yang menyuarakan,
Indonesia. Sebelum karya Ayu Utami ini, menghadirkan, dan mempersoalkan
sudah ada pengarang lain yang menulis kepercayaan mengenai hal-hal magis
cerita fiksi bergenre realisme magis, seperti mitos, pasti memiliki maksud
misalnya Eka Kurniawan dan Seno Gumira tertentu misalnya bertugas
Ajidarma. Menurut Alex (Kompas, edisi 30 mengukuhkan suatu kepercayaan mengenai
November 2003), dalam kesusatraan mitos tertentu, atau mungkin bertugas
Indonesia Seno Gumira Ajidarma dengan merombak, membebaskan, memodifikasi,
cerpennya “Misteri Kota Ningi”, Eka bahkan untuk menentangnya.
Kurniawan dengan novelnya “Cantik Itu
Luka” menunjukkan pengaruh tersebut Berkaca dari penjelasan tersebut ada
dalam prosa Indonesia. Salah satu karakter hal yang mendorong peneliti untuk
realisme magis yakni menghadirkan mengungkapkan motif di balik munculnya
kembali segala citra dan pengertian yang karya Simple Miracles Doa dan Arwah yang
bersifat magis, mistis, ataupun “irrasional” menghadirkan mitos atau kepercayaan
yang bersumber dari karya-karya mitologis, yang berasal dari masa lampau ke masa
dongeng, legenda yang hidup secara kini. Apakah karya ini dihadirkan untuk
tradisional dalam masyarakat-masyarakat dijadikan sebagai dokumen sosial budaya
etnik di Indonesia dalam karya sastra yang mencatat kenyataan budaya suatu
mutakhir dapat menjadi strategi melihat masyarakat pada masa tertentu seperti
kecenderungan baru tersebut. yang dijelaskan oleh Junus (1986), bahwa
32
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

fungsi karya sastra juga sebagai dokumen Soekarno, Soeharto, hingga reformasi
sosial budaya yang menjelaskan budaya seperti: rezim militer, orde baru, peristiwa
atau keadaan masyarakat pada masa politik, feminisme, serta asmara (hubungan
tertentu, ataukah bermaksud lelaki dan perempuan). Ayu
memperlihatkan bahwa semodern apapun Utami menghadirkan novel ini
masyarakat Jawa tetap tak dapat dengan judul Simple Miracles Doa dan
terpisahkan dari kepercayaan-kepercayaan Arwah, yakni judul yang tampak
magis tersebut. menggunakan gabungan bahasa Inggris dan
Indonesia. Dalam novelnya doa dan arwah
Berdasarkan problematik tersebut dihadirkan sebagai sesuatu yang
yang mendorong peneliti memilih novel menurutnya simple yang ada dalam
Simple Miracles Doa dan Arwah sebagai kehidupan sehari-hari orang Jawa, namun
objek penelitian ini. Selain itu, dari berbagai sesuatu yang bernilai “simple” tersebut
novel karangan Ayu Utami (Seperti: Dwilogi bercitra ajaib (Utami, 2014).
Saman dan Larung, Trilogi Si Parasit
Lajang—Cerita Cinta Enrico— Pengakuan Penelitian yang membahas tentang
Eks Parasit Lajang, serta Bilangan Fu dan karya sastra dengan konsep realisme magis
Seri Bilangan Fu (Manjali dan Cakrabirawa, pernah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Lalita, Maya)), baru kali ini menceritakan Kadir (2014), yang membahas “Kadar
kisah yang isinya didominasi adanya Realisme Magis dalam Novel Perempuan
kepercayaan mengenai makhluk halus pada Poppo Karya Dul Abdul Rahman”;
benak orang Jawa yang diperlihatkan Ferdiyanto (2014) yang membahas
melalui kehidupan satu keluarga Jawa yang “Realisme Magis dalam Novel Beloved Karya
tinggal di Bogor. Toni Morrison”; serta Tom (1999) yang
membahas tentang “Magical realism,
Novel ini adalah novel seri freedom, and control in Garcia Marquez,
spiritualisme kritis (Utami, 2014:173). Millhauser, and Winterson”. Dari ketiga
Menurut Utami (2014:176) penelitian tersebut semua mengusung
Spiritualisme kritis adalah sikap terbuka realisme magis untuk menganalisis teks
pada yang spiritual tanpa mengkhianati sastra. Namun, penelitian ini berbeda
nalar kritis. Terbuka di sini adalah terbuka dengan penelitian tersebut. Pertama,
pada dunia spirit, arwah, mitos, maupun penelitian ini memilih objek yang berbeda
kepercayaan pada hal-hal mistis. Novel seri dengan ketiga penelitian di atas. Kedua,
ini sebagian besar isinya memuat kisah belum ada yang membahas novel yang
yang berkaitan dengan hal-hal magis (mitos mengangkat kisah tentang hal magis di Jawa
dan kepercayaan-kepercayaan terhadap yang analisisnya menggunakan realisme
makhluk halus) yang berkembang dalam magis seperti di atas. Sebenarnya penelitian
masyarakat Jawa. Tidak seperti karya-karya menggunakan objek novel Ayu Utami sudah
sebelumnya yang meski menyajikan banyak yang dilakukan, namun kebanyakan
beberapa mitos dan legenda, tetapi lebih hanya menyoroti gender, feminism, sex,
didominasi tentang gambaran manusia atau rezim politik, seperti penelitian yang
Indonesia dalam bentang sejarah yang dilakukan Purwanti (2009) dari UNS
cukup panjang (1900-an hingga era 2000- Surakarta yang melakukan penelitian
an) atau bisa disebut sebagai kisah yang dengan judul “Novel Saman dan Larung
berlatar politik Indonesia dari era Karya Ayu Utami dalam Perspektif Gender”.
33
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti model narasi realisme magis yang terlihat
(2009) bertujuan untuk mengungkapkan pada suatu teks sastra.
persamaan dan perbedaan antara novel
Saman dan Larung serta mengungkapkan Wendy B. Faris (2004) menjelaskan
perspektif gender dan nilai feminisme bahwa realisme magis memiliki lima
dalam novel Saman dan Larung karya Ayu karakterisik, yakni irreducible element
Utami. (elemen yang tak tereduksi yang
menyangkut hal-hal magis), phenomenal
Berdasarkan latar belakang tersebut, world (dunia yang fenomenal yang
peneliti melakukan penelitian berjudul mencegah hal magis menuju dunia fantasi),
“Realisme Magis dalam Novel Simple unsettling doubt (keraguan yang tak
Miracles Doa dan Arwah Karya Ayu Utami” terselesaikan yang terjadi ketika akan
dengan fokus penelitian mengungkapkan mengkooptasi teks ke dalam elemen yang
bagaimana realisme magis yang tak tereduksi), merging realms (alam yang
ternarasikan dalam novel serta menjelaskan bercampur menyatunya hal magis dan
wujud konteks sosial yang real), dan disruption of time, space, and
melatarbelakangi munculnya narasi identity (disrupsi atau pengacauan atas
realisme magis dalam novel tersebut. Hal waktu, ruang, dan identitas sakral menuju
itu disebabkan karya realisme magis selalu waktu, ruang, dan identitas rutin).
terkait dengan konteks sosial yang
melatarbelakangi kemunculannya. Faris (2004:25), menambahkan
kelima karakteristik yang muncul dari teks
KAJIAN PUSTAKA realisme magis akan mempermudah
pembaca melihat bagaimana cara
Teori yang digunakan untuk pengarang memperlihatkan realisme magis
menganalisis objek penelitian adalah teori yang ternarasikan dalam teks yang
realisme magis Wendi B. Faris. Menurut dibuatnya. Sebab antara pengarang yang
Faris (1995), realisme magis merupakan satu dengan pengarang yang lain memiliki
suatu paham yang menghadirkan kembali perbedaan ketika menyajikan sesuatu hal
segala citra dan pengertian yang bersifat magis dalam tulisannya. Terkait dengan
magis, mistis, ataupun “irrasional” yang teks realisme magis yang mengangkat hal
bersumber dari karya-karya mitologis, magis yang bersumber dari kebudayaan
dongeng, legenda yang hidup secara tertentu, Faris mengungkapkan, setelah
tradisional dalam kesusastraan modern. diketahui bagaimana narasi realisme magis
dalam suatu teks, selanjutnya seorang
Menurut Faris (2004) untuk
pembaca harus mengaitkan isi teks dengan
mengetahui bagaimana suatu teks terlihat
hal di luar teks terkait dengan konteks
sebagai karya realisme magis bukan hanya
sosial budaya di mana karya tersebut
melihat adanya hal magis yang diangkat
tercipta. Hal tersebut disebabkan setiap
berdasarkan mitos serta legenda dari
fiksi realisme magis selalu
kebudayaan tertentu, tetapi juga adanya
mengkomunikasikan atau menghadirkan
lima karakteristik fiksi realisme magis yang
isu-isu sosial tertentu (2004:10). Bukan
nampak di dalam teksnya. Faris
hanya itu, ketika seorang pembaca
menambahkan kelima karakteristik itu
mengaitkan isi teks dengan konteks sosial
nantinya akan memperlihatkan bagaimana
budaya di luar teks maka akan diketahui
34
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

hal-hal yang melatarbelakangi kemunculan Teknik pengumpulan data dalam


teks tersebut. penelitian ini menggunakan teknik studi
pustaka (library research), yakni membaca
METODE PENELITIAN secara mendalam novel serta menandai dan
mengidentifikasi data yang terkait dengan
Penelitian ini termasuk penelitian
permasalahan penelitian yang diangkat.
kualitatif. Penelitian kualititaf yaitu
Teknik ini digunakan karena sumber data
penelitian yang menginterpretasikan suatu
bersifat tertulis.
permasalahan yang diangkat seorang
peneliti. Dalam proyek penelitian kualitatif Data yang terkumpul selanjutnya
permasalahan yang diinterpretasi dianalisis dengan menggunakan tekstual
mencakup hal-hal yang sifatnya luas atau analisis atau analisis teks (Gadamer dalam
mencakup perspektif pada semua aspek Selden, 1991:122). Analisis teks bertujuan
(Creswell, 2007:23—24). Dengan kata lain, untuk menginterpretasikan data temuan
yang akan diinterpretasikan dalam dengan menggunakan teori yang terkait,
penelitian ini adalah realisme magis yang dalam hal ini realisme magis Wendy B. Faris
ternarasikan dalam novel “Simple Miracles (2004).
Doa dan Arwah” karya Ayu Utami. Menurut
Crewell (2012:16), salah satu karakteristik HASIL DAN PEMBAHASAN
utama penelitian kualitatif adalah
menganalisis data untuk dideskripsi dengan Narasi Realisme Magis dalam Novel
menggunakan analisis teks dan Simple Miracles Doa dan Arwah Karya
menafsirkannya. Ayu Utami

Pada penelitian ini sumber data yang Sesuai cara kerja teori realisme
digunakan yakni berupa novel “Simple magis yang telah dijelaskan pada bab II,
Miracles Doa dan Arwah” karya Ayu Utami. pada bab ini dilakukan analisis dengan cara
Peneliti memilih sumber data novel “Simple memanfaatkan kelima karakteristik
Miracles Doa dan Arwah”. Data yang diambil realisme magis ke dalam teks SMDA. Hal ini
untuk bahan penelitian ini berupa teks-teks dilakukan untuk mengetahui kadar realisme
yang ternarasikan dalam sumber data magis dalam teks serta mengungkapkan
yakni, novel “Simple Miracles Doa dan bagaimana realisme magis yang
Arwah” karya Ayu Utami yang dapat ternarasikan dalam novel SMDA Karya Ayu
mengungkapkan jawaban pertanyaan Utami.
rumusan masalah pertama yakni mengenai
realisme magis yang ternarasikan dalam Irreducible Element (Elemen yang Tak
novel, kemudian teks-teks penunjang yang Tereduksi)
berada di dalam sumber data selanjutnya
Hal-hal yang terdeteksi sebagai
yang diperoleh dari buku-buku atau
irreducible element dalam novel yaitu
dokumen untuk menjawab pertanyaan
elemen magis sebagai elemen yang tidak
rumusan masalah nomor dua, yakni
biasa yang dianggap tidak sesuai logika
mengenai konteks sosial budaya yang
empirisme Barat selama ini. Elemen magis
melatari kemunculan narasi realisme magis
dalam teks novel Simple Miracles Doa dan
dalam novel.
Arwah yang diadopsi dari sistem
kepercayaan masyarakat Jawa, elemen
35
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

magis tersebut dapat digolongkan ke dalam Kategori keempat yang tergolong


empat kelompok utama yaitu berdasarkan hal-hal magis adalah kepercayaan atau
objek magis (tempat yang terkategori magis mitos yang dianggap tidak rasional. Dalam
(tempat munculnya makhluk halus serta novel SMDA kepercayaan yang berada di
tempat terjadinya peristiwa magis), luar nalar seperti, malam Jumat Kliwon dan
makhluk halus (memedi dan arwah malam Selasa Kliwon (munculnya makhluk
penasaran), bunyi magis (suara tertawaan halus), orang yang memiliki ageman (ilmu
memedi)), karakter tokoh, peristiwa magis, jati) akan sulit meninggal, keberadaan
dan kepercayaan atau mitos yang di luar arwah seseorang yang telah meninggal di
nalar. rumah selama 40 hari, adanya konsep
sedulur papat lima pancer.
Objek magis dibatasi pada empat hal
yaitu tempat, makhluk halus, benda, dan Phenomenal World (Dunia yang
bunyi yang memiliki sifat irrasional. Fenomenal)
Karakter tokoh yang akan diulas pada
penelitian ini hanya berkaitan pada tokoh Dunia fenomenal ini merupakan
yang memiliki kekuatan di luar nalar bagian yang real atau nyata dari realisme
manusia, yakni Bonifacius yang memiliki magis yang mencegah fiksi tersebut
kemampuan berkomunikasi dengan arwah. menjadi bentuk fiksi fantasi yang dapat
Peristiwa magis dalam penelitian ini melambung meninggalkan alam real secara
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang total. Dunia fenomenal yang menjadi latar
termasuk kategori irrasional atau di luar bagi unsur-unsur magis tersebut terbagi ke
nalar manusia serta masih memiliki relasi dalam dua jenis, yaitu: (1) kenyataan (yang
dengan objek magis dan tokoh-tokoh yang real) di dalam teks dan (2) kenyataan yang
mengalami peristiwa magis, seperti berlandaskan pada sejarah.
peristiwa pertama kali Bonifacius melihat
hantu, melihat arwah Kakek ketika misa Dunia fenomenal yang nyata dalam
kematian, dan lain-lain seperti terlihat pada teks dijelaskan sesuai pengelompokkan;
kutipan berikut. objek dunia fenomenal (tempat, benda,
waktu), karakter tokoh (yang berkaitan
“Tiba-tiba ia menunjuk ke depan dan dengan profesi tokoh); serta peristiwa
berkata. “A-um!” dunia fenomenal itu sendiri. Dalam
“Ketika ia mulai bisa merangkai kata karakteristik dunia fenomenal, hal-hal yang
dalam kalimat, ia pun berkata: “A- um! bersifat real ini hadir untuk membuat yang
Tu a-um!” Tangannya menunjuk ke magis tetap berada di dunia nyata tidak
depan. Dahinya berkerutdan matanya melambung ke dunia fantasi (masuk ke
melirik nyaris putih. A-um. Itu A-um. alam lain) seperti karya fiksi fantasi. Seperti
“Kami terdiam.” halnya kehadiran dunia fenomenal yang
“Cicilia mengangguk kepadaku.” “Tak berlandaskan sejarah (peristiwa
berapa lama kemudian orang- orang terbunuhnya Romo Sanjoyo di Muntilan
berkata bahwa anak itu bisa melihat dan peristiwa asal-usul Lourdes dijadikan
makhluk halus.” (Utami, 2014:25—26) tempat ziarah).

36
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

Unsettling Doubt (Keraguan yang dan pasangan hidupnya yang bernama Rik
Meresahkan) menginap di rumah Ibu.

Ada tiga variasi keraguan Pembaca mengalami keraguan


(hesitation) berdasarkan paparan Faris karena teks yang ada pada novel SMDA
(2004:17), yakni keraguan yang dipicu oleh memperlihatkan narasi yang bercerita
teks, keraguan yang dipicu oleh properti bahwa narator dan Rik memiliki
objek, dan keraguan yang disebabkan oleh pertanyaan pada diri mereka sendiri
latar budaya si pembaca itu sendiri. Akibat mengenai siapa sebelumnya yang memakai
adanya keragu-raguan yang meresahkan sofa pijat milik almarhum tokoh Ayah itu.
juga dapat mengaburkan the irreducible Pertanyaan itu muncul karena yang
element yang konsekuensinya tidak selalu menghuni rumah tokoh Ibu itu ada
mudah dilihat sebagaimana demikian. Pada beberapa orang dan para asisten rumah
bagian ini hanya akan dibahas keraguan tangga serta suster yang merawat tokoh Ibu
yang dipicu oleh teks dan properti objek pun termasuk di dalamnya. Awalnya,
sebab peneliti berasal dari budaya yang pembaca (peneliti) merasa bahwa ini bukan
sama dengan konteks sosial di dalam narasi termasuk elemen yang tak tereduksi,
SMDA. namun pemikiran peneliti dibantah pada
narasi lain yang menjelaskan bahwa sejak si
Pertama, keraguan yang dipicu oleh tokoh Ibu sakit tidak ada yang memakai
teks. Kedekatan antara teks yang sofa pijat tersebut yang terlihat pada
mengandung elemen yang tak tereduksi kutipan berikut.
dengan teks yang mengandung dunia
fenomenal inilah yang menjadikan adanya “Tapi aku dan Rik tak tahu apakah
keragu- raguan yang meresahkan. Keraguan monitor penyetelnya tadi mati atau
yang meresahkan dalam narasi SMDA hidup. Rasanya, dari kemarin tidak ada
dilihat dari tiga kategori yaitu berdasarkan yang memakainya. Rasanya, sejak Ibu
objek, karakter, dan peristiwa. Tiga kategori sakit tidak ada yang memanfaatkannya.
ini akan diuji hubungan logis antara setiap Aku dan Rik berpandang-pandangan.
elemen yang tidak tereduksi itu sebelum Adakah benda itu tiba-tiba menyala,
menyimpulkan bahwa narasi tersebut seolah ada yang mau memakainya?
benar-benar tidak dapat direduksi. Atau tadi kami tidak mengamati?”
Misalnya, pada contoh analisis berikut ini. (Utami, 2014:142)

Keraguan yang meresahkan dalam Hal-hal yang berkaitan dengan teks


teks novel SMDA kategori benda atau dan properti itulah yang membuat peneliti
properti objek yang digunakan antara lain mengalami keraguan yang meresahkan.
terjadi pada peristiwa yang berhubungan Namun pada akhirnya keraguan peneliti
dengan sofa pijat milik tokoh Ayah dan hilang serta dapat menentukan bahwa sofa
televisi yang ada di kamar Ibu. Sofa pijat pijat termasuk benda magis sebab terdapat
memunculkan keraguan yang meresahkan narasi pendukung yang menjelaskan bahwa
pembaca karena dalam teks diceritakan menyalanya sofa pijat itu terjadi pada
bahwa sesuatu pada layar monitor pada Selasa Kliwon yang selama ini dipercaya
sofa pijat menyala sendiri ketika narator sebagai malam keramat di mana roh orang
yang telah meninggal akan berkunjung ke
37
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

rumah untuk menemui keluarganya. Dalam tempat menuntut ilmu tetapi juga
narasi diperlihatkan sofa pijat sebagai diperlihatkan sebagai tempat singgah
perantara magis. Kemantapan peneliti arwah penasaran. Dari kutipan narasi
memilih sofa pijat sebagai benda magis tersebut dapat diketahui bahwa dalam
karena terdapat narasi yang menjelaskan proses penyatuan atau pemindahan
bahwa Rik, narator, serta tokoh Ibu antardunia tersebut (dunia real dan dunia
mempercayai sofa pijat itu menyala sendiri magis), realisme magis memburamkan
karena sedang digunakan oleh arwah tokoh batas antara yang fakta dan magis dengan
Ayah. cara menghilangkan mediasi antara
kenyataan yang berbeda. Seperti yang
Merging Realms (Alam yang Bercampur) terlihat pada kutipan tersebut, di satu sisi
Pada karakteristik Merging Realms sekolah sebagai tempat real atau nyata
atau alam yang bercampur, realisme magis sebagai tempat menuntut ilmu, namun di
menggabungkan atau meleburkan dunia sisi lain sekolah dalam kutipan tersebut
magis (yang berkaitan dengan kepercayaan juga digambarkan sebagai tempat singgah
tradisional) dan dunia real (modern) (Faris, arwah penasaran.
2004:21). Pada karakteristik keempat ini
Disruption of Time, Space, and Identity
juga dijelaskan sesuai pengelompokkan
(Disrupsi Waktu, Ruang, dan Identitas)
objek, karakter tokoh, dan peristiwa.
Peleburan dua dunia ditinjau dari segi
objek dibatasi dalam tiga bagian yaitu 1 Disruption of Time (Gangguan atau
berdasarkan kategori benda, tempat, dan Pengacauan terhadap Waktu)
waktu yang diungkap penggabungan antara
yang real dan yang magis, seperti halnya Adanya gangguan atas waktu
dari segi karakter tokoh dan peristiwanya. (disruption of time) dalam karya fiksi
Contoh analisisnya seperti berikut. realisme magis dapat memunculkan waktu
baru (waktu rutin) sebagai pengganti
“Ia ngobrol dengan seorang anak lelaki. Bocah
waktu yang sakral (Faris, 2004:23).ituBukti
agak gemuk.
Anak itu bercerita macam-macam, dari adanya karakteristik disruption of time
tentang guru-guru, permainan, dan dalam novel SMDA adalah adanya waktu
pelajaran di sekolah ini. ia memang baru dalam konteks kemunculan hantu atau
bukan bagian dari kelas ini. Tetapi ia makhluk halus. Dalam konteks sakral
suka datang dan pergi begitu saja. makhlus halus selalu muncul malam hari,
“Kamu ngomong sendiri lagi.” (Utami, tetapi dalam novel SMDA makhlus halus
2014:31—32) tidak hanya muncul pagi bahkan siang hari.
Ini merupakan ciri karya realisme magis, di
Kutipan narasi tersebut mana waktu sakral dikacaukan sehingga
menceritakan bahwa Bonifacius memiliki mengganti waktu sakral menjadi waktu
teman tak terlihat di sekolahnya dan sering rutin.
mengajaknya berbicara, sehingga ia sering
ditegur gurunya karena dianggap suka Adanya waktu baru dalam
berbicara sendiri. Kutipan tersebut kemunculan makhluk halus terlihat pada
memperlihatkan karakteristik merging peristiwa ketika teman sekolah Bonifacius
realms. Hal itu disebabkan sekolah yang meninggal serta misa 40 harian tokoh Ibu.
seharusnya digunakan manusia sebagai
38
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

Pada peristiwa kematian teman Bonifacius mengganti ruang sakral menjadi ruang
yang meninggal karena kecelakaan rutin.
arwahnya muncul pada pagi hari seperti
yang terlihat pada kutipan narasi berikut. Hal tersebut diperlihatkan melalui
peristiwa yang menceritakan bahwa arwah
“Suatu hari dua kawan sekolahnya teman Bonifacius yang mengalami
mengalami kecelakaan mobil. Yang kecelakaan tempo hari datang ke sekolah.
seorang meninggal dunia. Murid-murid Padahal sekolah merupakan ruang publik
kelas melayat bersama-sama. Tapi, sebagai tempat mengajar dan belajar.
esok- esok harinya Bonifacius melihat Dalam ruang sakral arwah tidak muncul di
anak yang sudah meninggal itu datang sekolah tetapi karena karya SMDA
ke sekolah.” (Utami, 2014:33) menghadirkan hal-hal bercitra tradisional
ke modern, maka memunculkan ruang baru
Berdasarkan kutipan tersebut, dalam kemunculan hantu. Dalam novel
diketahui bahwa terjadi pengacauan waktu SMDA ruang baru tempat munculnya hantu
dalam konteks kemunculan makhluk halus. juga ada di ruang tamu yang selama ini
Sesuai waktu sakral makhluk halus atau merupakan sebuah ruangan yang ada di
hantu selalu muncul malam hari. Namun rumah digunakan untuk menerima tamu.
pada novel SMDA, makhluk halus Diceritakan bahwa tokoh Bonifacius
dimunculkan pada pagi hari pada waktu melihat tujuh kuntilanak di ruang tamunya.
rutin bukan lagi waktu sakral.
Selain sekolah dan ruang tamu,
2 Disruption of Space (Gangguan hantu juga dimunculkan di jalan raya yang
atau Pengacauan terhadap Ruang) merupakan tempat lalu-lalang kendaraan.
Jalan raya bukanlah tempat yang
Pada bagian pengacauan ruang menakutkan dalam kacamata hal- hal yang
narasi realisme magis juga dapat berbau mistis. Namun novel ini
memunculkan ruang baru yang tidak menghadirkan tempat baru dengan
homogen. Ruang baru yang dimaksud memperlihatkan bahwa makhluk halus
adalah ruang yang ada pada rutinitas baik arwah atau hantu itu ada di mana-
sehari-hari bukan ruang khusus yang mana di tempat-tempat yang digunakan
berkaitan dengan kesakralan. Dalam novel manusia dalam kehidupan sehari-hari.
SMDA adanya karakteristik disruption of
space adalah adanya ruang baru mengenai “Ia khawatir bisa menabrak orang
kemunculan atau tempat berkeliaran sungguhan lantaran mengira hantu.
makhluk halus. Tak ada waktu untuk mengamati
apakah yang berdiri di tengah jalan itu
Dalam konteks ruang sakral makhlus manusia atau makhluk halus.” (Utami,
halus selalu berada pada tempat- tempat 2014:155)
keramat, seperti pernyataan Geertz (1989).
Tetapi dalam novel SMDA makhlus halus
dihadirkan berada di ruang-ruang publik
seperti sekolah, rumah, dan jalan raya. Ini
merupakan ciri karya realisme magis, di
mana ruang sakral dikacaukan sehingga

39
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

3 Disruption of Identity (Gangguan atau hanya seorang dukun (identitas sakral),


Pengacauan terhadap Indentitas) tetapi di novel ini diperlihatkan justru anak
sekolah biasa yang mempunyai kekuatan
Disruptions of identity (gangguan tersebut. Penjelasan tersebut dipertegas
atau pengacauan terhadap identitas) pada oleh kutipan berikut.
narasi realisme magis dapat memunculkan
identitas yang baru yang tidak homogen. “Sepuluh tahun kemudian Bonifacius
Realisme magis mengaktualisasi identitas telah jadi murid SMA Pangudi Luhur di
menjadi multiplisitas personal (Faris, Kebayoran Baru. Ia sudah jejaka belia.
2004:26). Identitas menurut Faris Ia dikenal sebagai anak yang berbeda;
(2004:26-27), yaitu identitas yang teman-temannya tahu ia melihat yang
mendekonstruksi individualitas dengan tidak dilihat orang banyak.” (Utami,
memberi kesadaran pada pembaca bahwa 2014:33)
identitas apapun adalah konstruksi. Selain (…)
itu, identitas tersebut sekaligus melawan
“Di pihak lain lain, banyak orang di
secara terbuka konsep yang telah tertanam,
Indonesia sangat suka mistik dan dunia
baik dalam fiksi maupun sejarah.
gaib. Itu juga terjadi dalam keluarga
Gangguan identitas dalam novel kami. Kami suka memperlakukan dia
SMDA berangkat dari adanya karakter seperti dukun. Di kalangan kerabat ia
multiple identity, yakni karakter yang mulai dikenal sebagai ahli menemukan
terkadang memiliki lebih dari satu identitas barang hilang.” (Utami, 2014:94)
yang terkonstruksi dalam diri tokoh
Kadar Realisme Magis dalam Novel
sehingga tidak jarang membuat pembaca
Simple Miracles Doa dan Arwah
sulit memahami karakter tokoh dalam teks
realisme magis karena dianggap tidak jelas. Pada novel SMDA, semua
karakteristik karya sastra realisme magis
Gangguan identitas terlihat pada
hadir serta terindentifikasi dengan jelas
karakter Bonifacius, di satu sisi identitasnya
sehingga dapat dikatakan bahwa kadar
merupakan anak sekolah tetapi di sisi lain
kemagisannya sangat kuat. Hal tersebut
si anak sekolah yang seharusnya memiliki
juga disebabkan semua tokoh yang ada di
sifat normal layaknya pelajar, namun di sisi
dalam novel ini percaya akan hal-hal magis
lain si anak sekolah ini merupakan anak
yang terkait dengan kepercayaan atau
indigo yang dapat melihat makhluk halus,
mitos-mitos yang ada di Jawa serta narasi
serta merupakan dukun yang ahli
SMDA sarat akan kelima karakteristik
menemukan letak di mana barang hilang.
realisme magis.
Identitas Bonifacius tidaklah homogen
tetapi multiplisitas karena Bonifacius yang Narasi Realisme Magis dalam Novel
merupakan satu karakter memiliki lebih Simple Miracles Doa dan Arwah Karya
dari satu identitas, yakni sebagai pelajar, Ayu Utami
anak indigo, dan dukun. Sastra realisme
magis seakan memperlihatkan identitas Narasi realisme magis pada novel
baru bahwa seseorang yang dapat SMDA karya Ayu Utami (yang mengangkat
berkomunikasi dengan makhluk halus serta hal magis berkaitan dengan mitos adanya
melacak benda berharga yang hilang bukan makhluk halus) ini sarat dengan
40
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

karakteristik realisme magis Faris yang yang selama kepemimpinannya


juga memperlihatkan eksistensi memperlihatkan bagaimana sikap hidup
mitos/kepercayaan tersebut di era modern orang Jawa, tradisi Jawa (misalnya pada
seperti sekarang. Dalam menghadirkan hal acara pernikahan putra sulung Presiden
magis pada narasi realisme magisnya, Ayu Jokowi yang menggunakan adat Jawa), serta
Utami tidak sekadar memperlihatkan dominasi budaya Jawa terhadap
eksistensi mitos/kepercayaan di era pertelevisian nasional. Di TV banyak
modern, tetapi juga bertugas mengukuhkan ditayangkan sinetron atau drama yang
suatu kepercayaan mengenai mitos tertentu kebanyakan mengangkat budaya Jawa, jika
bahkan merombaknya. itu film horor maka yang diangkat pasti
hantu-hantu yang melegenda di tanah Jawa.
Cara pengarang (Ayu Utami) Sehingga membuat hal-hal yang berbau
mengukuhkan mitos tersebut adalah tradisional tersebut kembali populer.
dengan memperlihatkan atau
memperkenalkan kepada pembaca (baik Motif di balik munculnya novel
pembaca dari Jawa maupun luar Jawa) bergenre realisme magis yang
inilah karakteristik orang Jawa yang menghadirkan mitos atau kepercayaan
menganut budaya Jawa serta mengajak para yang berasal dari masa lampau ke masa
pembaca yang berasal dari Jawa untuk kini, bukan hanya dihadirkan untuk
melestarikan tradisi tersebut. Pada dijadikan sebagai dokumen sosial budaya
novelnya, pengarang merombak sesuatu yang mencatat kenyataan budaya suatu
yang berbau sakral menjadi sesuatu yang masyarakat pada masa tertentu—seperti
berbau rutin yang terkait dengan yang dijelaskan oleh Junus (1986), bahwa
kemunculan makhluk halus bukan hanya fungsi karya sastra juga sebagai dokumen
malam hari di tempat yang angker, tetapi sosial budaya yang menjelaskan budaya
setiap saat di mana saja (baik di tempat atau keadaan masyarakat pada masa
angker, rumah, maupun ruang publik) dan tertentu—tetapi juga bermaksud
kapan saja tidak lagi terikat dengan waktu- memperlihatkan bahwa semodern apapun
waktu keramat. manusia tetap tak dapat terpisahkan dari
kepercayaan-kepercayaan magis tersebut.
Konteks Sosial Budaya yang Manusia akan tetap lari kepada hal-hal
Melatarbelakangi Munculnya Narasi mistis atau mempercayai mitos jika ilmu
Realisme Magis Dalam Novel Simple pengetahuan tidak lagi dapat memberikan
Miracles Doa dan Arwah Karya Ayu kepuasan ketika memperlihatkan hasil
Utami pemecahan masalah.

Latar belakang munculnya narasi Isu-Isu Sosial


SMDA didukung oleh kebudayaan Jawa
yang sampai saat ini masih eksis. Eksistensi Isu sosial yang pertama adalah isu
kebudayaan Jawa tersebut selain dengan mengenai kesukaan orang Jawa pada hal-
didukung orang-orang tua yang masih hal mistik. Berdasarkan pembahasan secara
menanamkan tradisi-tradisi Jawa pada mendalam mengenai kelima
generasi muda juga karena didukung karakteristik realisme magis dalam
pemerintah (baik presiden maupun elit novel SMDA, terdapat hal menarik yang
politik) yang didominasi oleh orang Jawa ditemukan peneliti, yaitu isu mengenai
41
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

kesukaan orang Jawa terhadap hal-hal KESIMPULAN


mistik. Dunia mistik yang disukai orang
Jawa selalu berkaitan dengan makhluk Berdasarkan hasil analisis
halus. Hal tersebut terlihat dari tiap narasi mendalam sesuai permasalahan yang
yang didominasi penceritaan mengenai diangkat pada novel SMDA dapat diambil
makhluk-makhluk halus yang dipercaya simpulan bahwa narasi realisme magis pada
orang Jawa yang berasal dari mitos atau novel SMDA karya Ayu Utami (yang
kepercayaan tradisional. mengangkat hal magis berkaitan dengan
mitos adanya makhluk halus) ini sarat
Novel SMDA juga dengan karakteristik realisme magis Faris
memperlihatkan isu mengenai akulturasi yang juga memperlihatkan eksistensi
agama di Jawa dengan budaya Jawa. Hal ini mitos/kepercayaan tersebut di era modern
memperlihatkan bahwa agama-agama yang seperti sekarang. Dalam menghadirkan hal
berkembang di Jawa menampilkan magis pada narasi realisme magisnya, Ayu
keunikan tersendiri dengan agama- agama Utami tidak sekadar memperlihatkan
yang berkembang di luar Jawa. Selain itu eksistensi mitos/kepercayaan di era
juga diperlihatkan bahwa budaya Jawa lebih modern, tetapi juga bertugas mengukuhkan
mudah atau lebih fleksibel menerima suatu kepercayaan mengenai mitos di Jawa
agama-agama baru yang masuk karena bahkan merombaknya.
dasarnya ciri khas masyarakat Jawa adalah
percaya pada Tuhan yang menjadi Sangkan Hal-hal yang melatarbelakangi
Paraning Dumadi. Namun dalam narasi SMDA didukung oleh kebudayaan
menjalankan agamanya orang Jawa tetap Jawa yang sampai saat ini masih eksis serta
tidak meninggalkan kesan budaya Jawanya. kembali populernya hal-hal yang berbau
tradisional dalam era modern ini. Eksistensi
Hasil analisis mendalam pada karya kebudayaan Jawa karena adanya dukungan
realisme magis (novel SMDA) yang orang- orang tua yang masih menanamkan
dilakukan peneliti ini juga menghasilkan tradisi-tradisi Jawa pada generasi muda
beberapa makna. Makna yang diperoleh serta pemerintah (baik presiden maupun
antara lain: (1) orang Jawa akan selalu elit politik) yang didominasi oleh orang
percaya pada hal-hal mistis yang berkaitan Jawa yang selama kepemimpinannya
dengan makhluk halus; (2) di Jawa, dukun memperlihatkan bagaimana sikap hidup
dan makhluk halus adalah alternatif kedua orang Jawa, tradisi Jawa Kepopuleran hal-
untuk mewujudkan cita-cita; (3) identitas hal yang berbau tradisional (yang berkaitan
dukun identik dengan seorang yang dengan mitos makhluk halus, legenda,
memiliki kemampuan melihat dan maupun takhyu di kebudayaan Jawa) dalam
berkomunikasi dengan makhluk halus; (4) era modern ini didukung oleh media massa
adanya kepercayaan bahwa makhluk halus misalnya televisi.
itu ada di mana-mana; (5) orang Jawa
percaya bahwa setiap orang meninggal Narasi realisme magis yang ada di
akan menjadi roh yang tetap hidup di dalam novel SMDA memperlihatkan dua isu
sekeliling mereka; (6) orang ateis jarang sosial. Isu sosial yang pertama adalah isu
ditemui di Jawa; dan (7) Agama-agama mengenai kesukaan orang Jawa pada hal-
yang ada di Jawa selalu menyesuaikan diri hal mistik yang berkaitan dengan makhluk
dengan kebudayaan Jawa. halus. Isu sosial yang kedua mengenai
42
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

akulturasi budaya Jawa dengan agama- dipicu oleh teks serta properti objek seperti
agama di Jawa. dalam penelitian ini.

Hasil analisis mendalam pada karya DAFTAR PUSTAKA


realisme magis (novel SMDA) yang
dilakukan peneliti ini juga menghasilkan Alex, Supranoto. (2003). Menulis Sejarah,
tujuh makna antara lain: (1) orang Jawa Membangkitkan Tokoh dari Kubur:
akan selalu percaya pada hal-hal mistis Realisme Magis dalam Novel Cantik
yang berkaitan dengan makhluk halus; (2) Itu Luka. Kompas edisi 30 November
di Jawa, dukun dan makhluk halus adalah 2003.
alternatif kedua untuk mewujudkan cita- Creswell, John W. (2007). Qualitative
cita; (3) identitas dukun identik dengan Inquiry & Research Design (Choosing
seorang yang memiliki kemampuan melihat Among Five Approaches). Second
dan berkomunikasi dengan makhluk halus; Edition. Thousand Oaks, London,
(4) adanya kepercayaan bahwa makhluk New Delhi: SAGE Publications.
halus itu ada di mana-mana; (5) orang ---------. (2012). Educational Research
Jawa percaya bahwa setiap orang (Planning, Conducting and
meninggal akan menjadi roh yang tetap Evaluating Quantitative and
hidup di sekeliling mereka; (6) orang ateis Qualitative Research). Fourth
jarang ditemui di Jawa; dan (7) Agama- Edition. Boston, Columbus,
agama yang ada di Jawa selalu Indianapolis, New York, London:
menyesuaikan diri dengan kebudayaan PEARSON.
Jawa. Faris, Wendy B. (2004). Ordinary
Enchantments: Magical Realism and
SARAN the Remystification of Narrative.
Nashville: Vanderbilt University
Berdasarkan hasil analisis mengenai
Press.
narasi realisme magis serta konteks sosial
Ferdiyanto, Niko. (2014). Realisme Magis
budaya yang melatabelakangi munculnya
dalam Novel Beloved Karya Toni
narasi realisme magis dalam novel SMDA
Morrison. Tesis tidak diedarkan.
karya Ayu Utami, peneliti dapat memberi
Yogyakarta: Universitas Gadjah
saran untuk penelitian selanjutnya yang
Mada.
sejenis. Saran yang diberikan peneliti
Geertz, Clifford. (1989). Abangan, Santri,
adalah alangkah lebih baiknya untuk
Priyayi dalam Masyarakat Jawa.
penelitian selanjutnya seorang peneliti
Jakarta: Pustaka Jaya.
tidak hanya membahas atau menganalisis
Hardjowirogo, Marbangun. (1984).
teks realisme magis yang mengangkat
Manusia Jawa. Jakarta: Idayu Press.
cerita dengan konteks sosial budaya sesuai
Junus, Umar. (1986). Sosiologi Sastra:
budaya peneliti, tetapi juga mengangkat
Persoalan Teori dan Metode.
teks realisme yang konteks sosial
Kualalumpur: Dewan Bahasa dan
budayanya berbeda dengan peneliti. Agar
Pustaka Kementerian Pelajaran
dalam karakteristik unsettling doubts
Malaysia.
(keraguan yang meresahkan), ditemukan
Kadir, Burhan. (2014). Kadar Realisme
keraguan yang berdasar pada kebudayaan
Magis dalam Novel Perempuan
yang berbeda bukan hanya keraguan yang
Poppo Karya Dul Abdul Rahman.
43
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)

Tesis tidak diedarkan. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada.
Purwanti, Yuni. (2009). Novel Saman dan
Larung Karya Ayu Utami dalam
Perspektif Gender. Tesis tidak
diedarkan. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Selden, Rahman. (1991). Panduan
Membaca Teori Sastra Masa Kini.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Semi, Atar. (1989). Kritik Sastra. Bandung:
Angkasa.
Sudiantara, Y.. (1998). Nilai-nilai Hidup
dalam Masyarakat Jawa. Semarang:
Universitas Khatolik
Soegijapranata.
Setyodarmodjo, dkk (Tim Lembaga
Javanologi Surabaya). (2007).
Menggali Filsafat dan Budaya Jawa.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tom, Jennifer Lynne. (1999). Magical
Realism, Freedom, and Control in
Garcia Marquez, Millhauser, and
Winterson. Master’s Theses and
graduate Research. USA: San Jose
Satet University.
Utami, Ayu. (2014). Simple Miracles Doa
dan Arwah. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Zamora, Louis Parkinson and Faris Wendy
B (ed.). (1995). Magical Realism
(Theory, History, Community).
Durham dan London: Duke
University Press.

44
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954

You might also like