Professional Documents
Culture Documents
Admin, 3 REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH KARYA AYU UTAMI
Admin, 3 REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH KARYA AYU UTAMI
Admin, 3 REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH KARYA AYU UTAMI
(30-44)
Abstract: This study are intend to reach some goals. First, this aimed to uncover the magic realism
which is narrated in Ayu Utami’s novel, entitled Simple Miracle Doa Dan Arwah. Second, this study
aimed to discover socio cultural context which form the background of the emerging of magic realism
of narrative in Ayu Utami’s novel entitled Simple Miracle Doa dan Arwah. This research utilizes magic
realism narrative theory on the book Ordinary Enchantments Magical Realism and Remystifiction of
Narratives written by Wendy B. Faris (2004). This is a qualitative study which employed textual
analysis to analyze the obtained data. The results of this study were magic realism which was
narrated in the novel were not only loaded by the characteristics of Faris’ magic realism by showing
the exquisite existence of myth in this modern era, but also written to be in charge of bracing and
reorganizing people’s believe in Javanese myth. Socio cultural context which form the background of
the emerging of this novel was Javanese culture that still exist in this modern era. This was also added
by the comeback of traditional ambience which made its existence popular nowadays. From the
analysis this had emerged two issues, social issues and signification issues. The emerging social issues
are the Javanese culture in which the people tend to fancy mystics. These mystics are related to ghosts.
In addition, the other issue is about acculturation of religions in Java Island. Besides the issues, the
signification obtained were: (1) Javanese will always hold their believe in ghost; (2) in Java, shaman
and spirits or ghost are correlated to the second alternative to realize dreams; (3) shaman identity is
identical with someone who has an ability to see and communicate with spirits or ghosts; (4) there is a
believe that spirits and ghosts are everywhere; (5) Javanese believe that every dead person will soon
become spirits and ghosts and they will eternally live around them; (6) atheist will rarely be seen in
Java; (7) religions in Java Island will always blend themselves with the culture.
Keywords: Acculturation Of Religions, Ghosts, Javanese Culture, Magic Realism, Simple Miracles Doa
dan Arwah
Abstrak: Penelitian yang berjudul “Realisme magis dalam novel Simple Miracles Daa dan Arwah
Karya Ayu Utami” ini bertujuan yang pertama untuk mengungkapkan realisme magis yang
ternarasikan dalam novel Simple Miracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Kedua, menemukan
konteks sosial budaya yang melatarbelakangi munculnya narasi realisme magis dalam novel Simple
Miracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Penelitian ini memanfaatkan teori naratif realisme magis
Faris dalam bukunya yang berjudul Ordinary Enchantments Magical Realism and Remystifiction of
Narratives (2004). Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan teknik analisis data
menggunakan tekstual analisis atau analisis teks. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah,
realisme magis yang ternarasikan dalam novel Ayu Utami tidak hanya sarat dengan karakteristik
realisme magis Faris dengan memperlihatkan eksistensi mitos di era modern, tetapi juga bertugas
30
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)
mengukuhkan suatu kepercayaan mengenai mitos di Jawa serta merombaknya. Konteks sosial budaya
yang melatarbelakangi munculnya novel karya Ayu Utami disebabkan oleh kebudayaan Jawa yang
sampai saat ini masih eksis serta kembali populernya hal-hal yang berbau tradisional dalam era
modern ini. Dari hasil analisis tersebut memunculkan dua isu sosial dan pemaknaan. Isu sosial yang
muncul yakni isu mengenai kesukaan orang Jawa pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan makhluk
halus serta isu mengenai akulturasi budaya Jawa dengan agama-agama di Jawa. Makna yang
diperoleh antara lain: (1) orang Jawa akan selalu percaya pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan
makhluk halus; (2) di Jawa, dukun dan makhluk halus adalah alternatif kedua untuk mewujudkan
cita-cita; (3) identitas dukun identik dengan seorang yang memiliki kemampuan melihat dan
berkomunikasi dengan makhluk halus; (4) adanya kepercayaan bahwa makhluk halus itu ada di
mana-mana; (5)orang Jawa percaya bahwa setiap orang meninggal akan menjadi roh yang tetap
hidup di sekeliling mereka; (6) orang ateis jarang ditemui di Jawa; (7) Agama-agama yang ada di
Jawa selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan Jawa.
Kata-kata Kunci: Akulturasi Agama, Budaya Jawa, Makhluk Halus, Realisme Magis, Simple Miracles
Doa dan Arwah
fungsi karya sastra juga sebagai dokumen Soekarno, Soeharto, hingga reformasi
sosial budaya yang menjelaskan budaya seperti: rezim militer, orde baru, peristiwa
atau keadaan masyarakat pada masa politik, feminisme, serta asmara (hubungan
tertentu, ataukah bermaksud lelaki dan perempuan). Ayu
memperlihatkan bahwa semodern apapun Utami menghadirkan novel ini
masyarakat Jawa tetap tak dapat dengan judul Simple Miracles Doa dan
terpisahkan dari kepercayaan-kepercayaan Arwah, yakni judul yang tampak
magis tersebut. menggunakan gabungan bahasa Inggris dan
Indonesia. Dalam novelnya doa dan arwah
Berdasarkan problematik tersebut dihadirkan sebagai sesuatu yang
yang mendorong peneliti memilih novel menurutnya simple yang ada dalam
Simple Miracles Doa dan Arwah sebagai kehidupan sehari-hari orang Jawa, namun
objek penelitian ini. Selain itu, dari berbagai sesuatu yang bernilai “simple” tersebut
novel karangan Ayu Utami (Seperti: Dwilogi bercitra ajaib (Utami, 2014).
Saman dan Larung, Trilogi Si Parasit
Lajang—Cerita Cinta Enrico— Pengakuan Penelitian yang membahas tentang
Eks Parasit Lajang, serta Bilangan Fu dan karya sastra dengan konsep realisme magis
Seri Bilangan Fu (Manjali dan Cakrabirawa, pernah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Lalita, Maya)), baru kali ini menceritakan Kadir (2014), yang membahas “Kadar
kisah yang isinya didominasi adanya Realisme Magis dalam Novel Perempuan
kepercayaan mengenai makhluk halus pada Poppo Karya Dul Abdul Rahman”;
benak orang Jawa yang diperlihatkan Ferdiyanto (2014) yang membahas
melalui kehidupan satu keluarga Jawa yang “Realisme Magis dalam Novel Beloved Karya
tinggal di Bogor. Toni Morrison”; serta Tom (1999) yang
membahas tentang “Magical realism,
Novel ini adalah novel seri freedom, and control in Garcia Marquez,
spiritualisme kritis (Utami, 2014:173). Millhauser, and Winterson”. Dari ketiga
Menurut Utami (2014:176) penelitian tersebut semua mengusung
Spiritualisme kritis adalah sikap terbuka realisme magis untuk menganalisis teks
pada yang spiritual tanpa mengkhianati sastra. Namun, penelitian ini berbeda
nalar kritis. Terbuka di sini adalah terbuka dengan penelitian tersebut. Pertama,
pada dunia spirit, arwah, mitos, maupun penelitian ini memilih objek yang berbeda
kepercayaan pada hal-hal mistis. Novel seri dengan ketiga penelitian di atas. Kedua,
ini sebagian besar isinya memuat kisah belum ada yang membahas novel yang
yang berkaitan dengan hal-hal magis (mitos mengangkat kisah tentang hal magis di Jawa
dan kepercayaan-kepercayaan terhadap yang analisisnya menggunakan realisme
makhluk halus) yang berkembang dalam magis seperti di atas. Sebenarnya penelitian
masyarakat Jawa. Tidak seperti karya-karya menggunakan objek novel Ayu Utami sudah
sebelumnya yang meski menyajikan banyak yang dilakukan, namun kebanyakan
beberapa mitos dan legenda, tetapi lebih hanya menyoroti gender, feminism, sex,
didominasi tentang gambaran manusia atau rezim politik, seperti penelitian yang
Indonesia dalam bentang sejarah yang dilakukan Purwanti (2009) dari UNS
cukup panjang (1900-an hingga era 2000- Surakarta yang melakukan penelitian
an) atau bisa disebut sebagai kisah yang dengan judul “Novel Saman dan Larung
berlatar politik Indonesia dari era Karya Ayu Utami dalam Perspektif Gender”.
33
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)
Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti model narasi realisme magis yang terlihat
(2009) bertujuan untuk mengungkapkan pada suatu teks sastra.
persamaan dan perbedaan antara novel
Saman dan Larung serta mengungkapkan Wendy B. Faris (2004) menjelaskan
perspektif gender dan nilai feminisme bahwa realisme magis memiliki lima
dalam novel Saman dan Larung karya Ayu karakterisik, yakni irreducible element
Utami. (elemen yang tak tereduksi yang
menyangkut hal-hal magis), phenomenal
Berdasarkan latar belakang tersebut, world (dunia yang fenomenal yang
peneliti melakukan penelitian berjudul mencegah hal magis menuju dunia fantasi),
“Realisme Magis dalam Novel Simple unsettling doubt (keraguan yang tak
Miracles Doa dan Arwah Karya Ayu Utami” terselesaikan yang terjadi ketika akan
dengan fokus penelitian mengungkapkan mengkooptasi teks ke dalam elemen yang
bagaimana realisme magis yang tak tereduksi), merging realms (alam yang
ternarasikan dalam novel serta menjelaskan bercampur menyatunya hal magis dan
wujud konteks sosial yang real), dan disruption of time, space, and
melatarbelakangi munculnya narasi identity (disrupsi atau pengacauan atas
realisme magis dalam novel tersebut. Hal waktu, ruang, dan identitas sakral menuju
itu disebabkan karya realisme magis selalu waktu, ruang, dan identitas rutin).
terkait dengan konteks sosial yang
melatarbelakangi kemunculannya. Faris (2004:25), menambahkan
kelima karakteristik yang muncul dari teks
KAJIAN PUSTAKA realisme magis akan mempermudah
pembaca melihat bagaimana cara
Teori yang digunakan untuk pengarang memperlihatkan realisme magis
menganalisis objek penelitian adalah teori yang ternarasikan dalam teks yang
realisme magis Wendi B. Faris. Menurut dibuatnya. Sebab antara pengarang yang
Faris (1995), realisme magis merupakan satu dengan pengarang yang lain memiliki
suatu paham yang menghadirkan kembali perbedaan ketika menyajikan sesuatu hal
segala citra dan pengertian yang bersifat magis dalam tulisannya. Terkait dengan
magis, mistis, ataupun “irrasional” yang teks realisme magis yang mengangkat hal
bersumber dari karya-karya mitologis, magis yang bersumber dari kebudayaan
dongeng, legenda yang hidup secara tertentu, Faris mengungkapkan, setelah
tradisional dalam kesusastraan modern. diketahui bagaimana narasi realisme magis
dalam suatu teks, selanjutnya seorang
Menurut Faris (2004) untuk
pembaca harus mengaitkan isi teks dengan
mengetahui bagaimana suatu teks terlihat
hal di luar teks terkait dengan konteks
sebagai karya realisme magis bukan hanya
sosial budaya di mana karya tersebut
melihat adanya hal magis yang diangkat
tercipta. Hal tersebut disebabkan setiap
berdasarkan mitos serta legenda dari
fiksi realisme magis selalu
kebudayaan tertentu, tetapi juga adanya
mengkomunikasikan atau menghadirkan
lima karakteristik fiksi realisme magis yang
isu-isu sosial tertentu (2004:10). Bukan
nampak di dalam teksnya. Faris
hanya itu, ketika seorang pembaca
menambahkan kelima karakteristik itu
mengaitkan isi teks dengan konteks sosial
nantinya akan memperlihatkan bagaimana
budaya di luar teks maka akan diketahui
34
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)
Pada penelitian ini sumber data yang Sesuai cara kerja teori realisme
digunakan yakni berupa novel “Simple magis yang telah dijelaskan pada bab II,
Miracles Doa dan Arwah” karya Ayu Utami. pada bab ini dilakukan analisis dengan cara
Peneliti memilih sumber data novel “Simple memanfaatkan kelima karakteristik
Miracles Doa dan Arwah”. Data yang diambil realisme magis ke dalam teks SMDA. Hal ini
untuk bahan penelitian ini berupa teks-teks dilakukan untuk mengetahui kadar realisme
yang ternarasikan dalam sumber data magis dalam teks serta mengungkapkan
yakni, novel “Simple Miracles Doa dan bagaimana realisme magis yang
Arwah” karya Ayu Utami yang dapat ternarasikan dalam novel SMDA Karya Ayu
mengungkapkan jawaban pertanyaan Utami.
rumusan masalah pertama yakni mengenai
realisme magis yang ternarasikan dalam Irreducible Element (Elemen yang Tak
novel, kemudian teks-teks penunjang yang Tereduksi)
berada di dalam sumber data selanjutnya
Hal-hal yang terdeteksi sebagai
yang diperoleh dari buku-buku atau
irreducible element dalam novel yaitu
dokumen untuk menjawab pertanyaan
elemen magis sebagai elemen yang tidak
rumusan masalah nomor dua, yakni
biasa yang dianggap tidak sesuai logika
mengenai konteks sosial budaya yang
empirisme Barat selama ini. Elemen magis
melatari kemunculan narasi realisme magis
dalam teks novel Simple Miracles Doa dan
dalam novel.
Arwah yang diadopsi dari sistem
kepercayaan masyarakat Jawa, elemen
35
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)
36
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)
Unsettling Doubt (Keraguan yang dan pasangan hidupnya yang bernama Rik
Meresahkan) menginap di rumah Ibu.
rumah untuk menemui keluarganya. Dalam tempat menuntut ilmu tetapi juga
narasi diperlihatkan sofa pijat sebagai diperlihatkan sebagai tempat singgah
perantara magis. Kemantapan peneliti arwah penasaran. Dari kutipan narasi
memilih sofa pijat sebagai benda magis tersebut dapat diketahui bahwa dalam
karena terdapat narasi yang menjelaskan proses penyatuan atau pemindahan
bahwa Rik, narator, serta tokoh Ibu antardunia tersebut (dunia real dan dunia
mempercayai sofa pijat itu menyala sendiri magis), realisme magis memburamkan
karena sedang digunakan oleh arwah tokoh batas antara yang fakta dan magis dengan
Ayah. cara menghilangkan mediasi antara
kenyataan yang berbeda. Seperti yang
Merging Realms (Alam yang Bercampur) terlihat pada kutipan tersebut, di satu sisi
Pada karakteristik Merging Realms sekolah sebagai tempat real atau nyata
atau alam yang bercampur, realisme magis sebagai tempat menuntut ilmu, namun di
menggabungkan atau meleburkan dunia sisi lain sekolah dalam kutipan tersebut
magis (yang berkaitan dengan kepercayaan juga digambarkan sebagai tempat singgah
tradisional) dan dunia real (modern) (Faris, arwah penasaran.
2004:21). Pada karakteristik keempat ini
Disruption of Time, Space, and Identity
juga dijelaskan sesuai pengelompokkan
(Disrupsi Waktu, Ruang, dan Identitas)
objek, karakter tokoh, dan peristiwa.
Peleburan dua dunia ditinjau dari segi
objek dibatasi dalam tiga bagian yaitu 1 Disruption of Time (Gangguan atau
berdasarkan kategori benda, tempat, dan Pengacauan terhadap Waktu)
waktu yang diungkap penggabungan antara
yang real dan yang magis, seperti halnya Adanya gangguan atas waktu
dari segi karakter tokoh dan peristiwanya. (disruption of time) dalam karya fiksi
Contoh analisisnya seperti berikut. realisme magis dapat memunculkan waktu
baru (waktu rutin) sebagai pengganti
“Ia ngobrol dengan seorang anak lelaki. Bocah
waktu yang sakral (Faris, 2004:23).ituBukti
agak gemuk.
Anak itu bercerita macam-macam, dari adanya karakteristik disruption of time
tentang guru-guru, permainan, dan dalam novel SMDA adalah adanya waktu
pelajaran di sekolah ini. ia memang baru dalam konteks kemunculan hantu atau
bukan bagian dari kelas ini. Tetapi ia makhluk halus. Dalam konteks sakral
suka datang dan pergi begitu saja. makhlus halus selalu muncul malam hari,
“Kamu ngomong sendiri lagi.” (Utami, tetapi dalam novel SMDA makhlus halus
2014:31—32) tidak hanya muncul pagi bahkan siang hari.
Ini merupakan ciri karya realisme magis, di
Kutipan narasi tersebut mana waktu sakral dikacaukan sehingga
menceritakan bahwa Bonifacius memiliki mengganti waktu sakral menjadi waktu
teman tak terlihat di sekolahnya dan sering rutin.
mengajaknya berbicara, sehingga ia sering
ditegur gurunya karena dianggap suka Adanya waktu baru dalam
berbicara sendiri. Kutipan tersebut kemunculan makhluk halus terlihat pada
memperlihatkan karakteristik merging peristiwa ketika teman sekolah Bonifacius
realms. Hal itu disebabkan sekolah yang meninggal serta misa 40 harian tokoh Ibu.
seharusnya digunakan manusia sebagai
38
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)
Pada peristiwa kematian teman Bonifacius mengganti ruang sakral menjadi ruang
yang meninggal karena kecelakaan rutin.
arwahnya muncul pada pagi hari seperti
yang terlihat pada kutipan narasi berikut. Hal tersebut diperlihatkan melalui
peristiwa yang menceritakan bahwa arwah
“Suatu hari dua kawan sekolahnya teman Bonifacius yang mengalami
mengalami kecelakaan mobil. Yang kecelakaan tempo hari datang ke sekolah.
seorang meninggal dunia. Murid-murid Padahal sekolah merupakan ruang publik
kelas melayat bersama-sama. Tapi, sebagai tempat mengajar dan belajar.
esok- esok harinya Bonifacius melihat Dalam ruang sakral arwah tidak muncul di
anak yang sudah meninggal itu datang sekolah tetapi karena karya SMDA
ke sekolah.” (Utami, 2014:33) menghadirkan hal-hal bercitra tradisional
ke modern, maka memunculkan ruang baru
Berdasarkan kutipan tersebut, dalam kemunculan hantu. Dalam novel
diketahui bahwa terjadi pengacauan waktu SMDA ruang baru tempat munculnya hantu
dalam konteks kemunculan makhluk halus. juga ada di ruang tamu yang selama ini
Sesuai waktu sakral makhluk halus atau merupakan sebuah ruangan yang ada di
hantu selalu muncul malam hari. Namun rumah digunakan untuk menerima tamu.
pada novel SMDA, makhluk halus Diceritakan bahwa tokoh Bonifacius
dimunculkan pada pagi hari pada waktu melihat tujuh kuntilanak di ruang tamunya.
rutin bukan lagi waktu sakral.
Selain sekolah dan ruang tamu,
2 Disruption of Space (Gangguan hantu juga dimunculkan di jalan raya yang
atau Pengacauan terhadap Ruang) merupakan tempat lalu-lalang kendaraan.
Jalan raya bukanlah tempat yang
Pada bagian pengacauan ruang menakutkan dalam kacamata hal- hal yang
narasi realisme magis juga dapat berbau mistis. Namun novel ini
memunculkan ruang baru yang tidak menghadirkan tempat baru dengan
homogen. Ruang baru yang dimaksud memperlihatkan bahwa makhluk halus
adalah ruang yang ada pada rutinitas baik arwah atau hantu itu ada di mana-
sehari-hari bukan ruang khusus yang mana di tempat-tempat yang digunakan
berkaitan dengan kesakralan. Dalam novel manusia dalam kehidupan sehari-hari.
SMDA adanya karakteristik disruption of
space adalah adanya ruang baru mengenai “Ia khawatir bisa menabrak orang
kemunculan atau tempat berkeliaran sungguhan lantaran mengira hantu.
makhluk halus. Tak ada waktu untuk mengamati
apakah yang berdiri di tengah jalan itu
Dalam konteks ruang sakral makhlus manusia atau makhluk halus.” (Utami,
halus selalu berada pada tempat- tempat 2014:155)
keramat, seperti pernyataan Geertz (1989).
Tetapi dalam novel SMDA makhlus halus
dihadirkan berada di ruang-ruang publik
seperti sekolah, rumah, dan jalan raya. Ini
merupakan ciri karya realisme magis, di
mana ruang sakral dikacaukan sehingga
39
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954
Jurnal Lakon, 5 (1) 2016
(30-44)
akulturasi budaya Jawa dengan agama- dipicu oleh teks serta properti objek seperti
agama di Jawa. dalam penelitian ini.
44
Jurnal Lakon: Kajian Sastra dan Budaya
e-ISSN: 2527-4899; p-ISSN 2252-8954