Jurnal Sipil New

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

PENELITIAN KUALITAS PASIR HALUS

DARI SUNGAI BRANTAS TULUNG AGUNG

ABSTRACT
The area of the Sendangbiru beach is approximately 170 m from the sea line at low
tide towards the mainland, along the coast is 850 m, and with an internal stretch of
1.72 m containing grains of sand. By eye sight shows that the grain size of pp is
smaller than ps. The results of observations that may not be valid with the grip of the
fingers, it turns out that sand has an edge value or grain surface roughness that is
greater than beach sand. The coarseness of the fine aggregate grains should be
measured, as the coarseness of the glass marbles is expressed in revolutions/minute of
the drum on the Los Angelos machine (Nurwidayati, R. in Besari M.S., 2007).
The results of the examination of the dry density of the Sendangbiru pp showed a value
of 2.63 kg/m3 under saturated surface dry conditions (ssd), and the specific gravity
value under dry conditions of 2.55 kg/m3. The dry weight test for ps Brantas showed
results of 2.57 kg/m3, and 2.65 kg/m3 for the value of the type of ssd condition. These
two values are almost no different, both are in accordance with the normal aggregate
specific gravity requirements, which are between 2.5 – 2.7 (Tjokrodimulyo, 1996). The
pp absorption value is 2.16%, while the ps absorption value is 2.89%. The absorption
value of ps is 0.63 greater than pp, this difference is caused by geological conditions.

Keywords: beach sand, fine sand, aggregate

ABSTRAK
Pengamatan di lapangan menunjukkan jumlah pasir cukup banyak. Luas pantai
Sendangbiru, kira- kira sejauh 170 m dari garis laut saat surut ke arah daratan,
sepanjang pantai 850 m, dan dengan penggalian dalaman 1,72 m terkandung butiran
pasir. Pengamatan dengan penglihatan mata menunjukkan bahwa besar butiran pp lebih
kecil daripada ps. Hasil pengamatan yang mungkin kurang valid dengan genggaman
jari-jari tangan, ternyata pasir sungai memiliki nilai ketajaman atau kekasaran
permukaan butiran yang lebih besar daripada pasir pantai. Mestinya kekasaran butiran
agregat halus dapat diukur, sebagaimana kekasaran butiran kelereng kaca yang
dinyatakan dalam putaran/menit drum pada mesin Los Angel.
Hasil pemeriksaan berat jenis kering pp Sendangbiru menunjukkan nilai 2,63
kg/m3saat kondisi saturated surface dry (ssd), dan Nilai berat jenis pada kondisi kering
sebesar 2,55 kg/m3. Pengujian berat jenis kering ps Brantas menunjukkan hasil sebesar
2,57 kg/m3, dan 2,65 kg/m3 untuk nilai berat jenis kondisi ssd. Kedua nilai ini hampir
tidak berbeda, keduanya sesuai dengan persyaratan berat jenis agregat normal yaitu
antara 2,5 – 2,7 (Tjokrodimulyo, 1996). Nilai penyerapan pp sebesar 2,16 %, sedangkan
nilai penyerapan ps adalah 2,89 %. Nilai penyerapan ps lebih besar 0,63 daripada pp,
beda ini disebabkan oleh kondisi geologis.

Kata kunci: pasir pantai, pasir halus, agregat


PENDAHULUAN

Perkembangan industri konstruksi di Indonesia cukup pesat, dimana hampir 60%

material yang digunakan dalam konstruksi adalah beton. Berbagai bangunan didirikan

menggunakan beton sebagai bahan utama, baik bangunan gedung, bangunan air,

maupun bangunan

sarana transportasi. Beton tersebut terdiri dari pencampuran antara agregat halus

(pasir), agregat kasar (split), dengan menambahkan bahan perekat semen dan air

sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan

(Mulyono, 2003).

Pasir pantai umumnya memiliki karakteristik butiran yang halus dan bulat, gradasi

(susunan besar butiran) yang seragam serta mengandung garam- garaman yang tidak

menguntungkan bagi beton, sehingga banyak disarankan untuk tidak digunakan dalam

pembuatan beton. Butiran yang halus dan bulat serta gradasi yang seragam, dapat

mengurangi daya lekat antar butiran dan berpengaruh terhadap kekuatan dan ketahanan

beton. Akan tetapi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai masih menggunakan pasir

pantai sebagai salah satu agregat halus pada beton dengan alasan mudah didapat

Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat yang digunakan dalam campuran beton
dapat berupa agregat alam atau agregat buatan. Kandungan agregat dalam
campuran beton biasanya sangat tinggi. Komposisi agregat berkisar antara 60%-
70% dari berat campuran beton (Tjokrodimuljo, 2007)
Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat
kasar adalah agregat yang tertahan saringan no.4 atau ukuran 4,75 mm, dan agregat
halus adalah agregat yang lolos saringan no.4 atau ukuran 4,75 mm (Mulyono,
2003).
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih
kecil dari 40 mm. agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainyan, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong, atau bendungan dan lainnya.
Menurut SK SNI S-04-1989-F,
agregat yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no.4 atau ukuran
4,75 mm (Mulyono, 2003).
Persyaratan agregat kasar SK SNI S- 04-1989-F :
a. Butir-butir tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2.
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca (terik matahari dan hujan), jika
diuji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
12%, sedangkan dengan larutan garam magnesium sulfat maksimum 18%.
c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)
lebih dari 5%.
d. Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dibuktikan dengan
percobaan warna dengan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas endapan
agregat kasar tidak boleh lebih gelap daripada warna standar gradasi.
e. Modulus halus butir antara 5 - 8 dan variasi butir sesuai standar gradasi.
f. Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat harus tidak
relatif terhadap alkali.
2. Agregat halus
Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.4 atau ukuran 4,75
mm (Mulyono, 2003).
Persyaratan agregat halus SK SNI S-04-1989-F :
a. Butir-butirnya keras dan tidak berpori.
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan), jika di uji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 12%, jika di uji dengan garam magnesium sulfat maksimum
18%.
c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih
dari 5%.
d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali.
e. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20%.
f. Modulus halus butir antara 1,5 – 3,8 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi.
g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, 3/4 jarak bersih antar
tulangan atau berkas tulangan.
h. Agregat halus dari laut/pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk dari
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Menurut Tjokrodimulyo, (1992) pasir alam dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) macam, yaitu :

1. Pasir galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan
cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam bersudut, berpori dan bebas
dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah
dengan jalan dicuci terlebih dahulu.

2. Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir
halus dan bulat–bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak
kurang karena bentuk butiran yang bulat. Pada sungai tertentu yang dekat dengan
hutan kadang–kadang banyaknya mengandung humus.

3. Pasir pantai
Pasir pantai adalah pasir yang diambil dari tepian pantai,
bentuk butirannya halus dan bulat akibat gesekan dengan sesamanya. Pasir ini
merupakan pasir yang jelek karena mengandung banyak garam. Garam ini
menyerap kandungan air dari udara dan mengakibatkan pasir selalu agak basah
serta menyebabkan pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. akan
tetapi pasir pantai dapat digunakan pada campuran beton dengan perlakuan
khusus, yaitu dengan cara di cuci sehingga kandungan garamnya berkurang
atau hilang.
Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen
struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik
kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi sebagian
besar volume beton. Pasir pantai sebagai salah satu jenis material agregat halus
memiliki ketersediaan dalam kuantitas yang besar (Mangerongkonda, 2007).

METODE PENELITIAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memeriksa berat isi agregat halus.


Berat isi adalah perbandingan antara berat material kering dengan volumenya.
Berat isi atau biasa disebut berat jenis massa adalah berat dari suatu bahan ketika
berada dalam suatu wadah untuk diisikan atau dipadatkan pada kondisi tertentu
yang biasanya dinyatakan dalam satuan gr/cm³.
Berat isi dari suatu agregat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
jumlah air yang dikandungnya dan besarnya pemadatan yang dilakukan sewaktu
mengisi agregat ke wadah dalam cetakan. Pengujian yang dilakukan di
laboratorium ditunjukkan untuk membandingkan sifat agregat yang berbeda dan
umumnya tidaklah tepat untuk mengubah proporsi volume di lapangan. Oleh
karena itu dikenal adanya berat lepas atau yang dipadatkan dengan tongkat atau
dengan cara lain tiap cm³, tergantung pada cara mengisi kotak wadah dengan
agregat kering.
Bilamana agregat ditimbun dan berisi sejumlah bahan yang dapat
diterima di bawah suatu saringan 5 mm, maka tidak hanya perlu untuk
mendapatkan berat kering per cm³ tetapi juga untuk mengadakan pengujian
pengembangan isi berat per cm³ pasir dengan pemberatnya kurang dari berat
keringnya sampai pada harga minimum yang berkadar air tertentu, dan kemudian
bertambah kembali sampai bahan menjadi jenuh air.
Berat isi agregat ditinjau dalam duan keadaan yaitu berat isi gembur dan
berat isi padat. Berat isi gembur merupakan perbandingan berat agregat dengan
volume literan, sedangkan berat isi padat adalah perbandingan berat agregat dalam
keadaan padat dengan volume literan. Menurut British Standar 812, berat isi
agregat yang baik untuk material beton mempunyai nilai yang lebih besar dari
1,445 gr/cm3.
Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-
sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian yang penting
dalam pembuatan beton.
Pengujian berat isi agregat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
W3
Berat isi agregat = ¿
V
Keterangan : W3 = Berat benda uji (gr)
V = Volume / isi benda uji (cm3)

1. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram dari berat contoh
b. Talam dalam kapasitas yang cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
c. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 610 mm dengan ujung yang
bulat, sebaiknya dibuat dari baja yang tahan karat.
d. Sekop atau sendok sesuai dengan kebutuhan.
e. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
yang berkapasitas sebagai berikut :

Tabel A.1 Kapasitas Penakar Berbagai Ukuran Agregat

Ukuran besar butir nominal Kapasitas maksimum penakar


No
agregat (mm) (liter)
1 12,5 2,8
2 25,0 9,3
3 37,5 14
4 75 28
5 112 70
6 150 100

2. Prosedur Praktikum
a. Kondisi Gembur
1. Menimbang dan mencatat berat wadah ( W1 )
2. Memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
menjadi butir – butir dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah
dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
3. Meratakan benda uji dengan menggunakan pisau perata
4. Menimbang dan mencatat berat wadah dan benda uji ( W2 )
5. Menghitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 )
b. Kondisi Padat (Cara Tusuk)
1. Menimbang dan mencatat berat ( W1 )
2. Mengisi benda uji dalam wadah dalam tidak lapisan yang sama tebal, tiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusuk secara
merata, tiap tusuk tersebut hatus masuk hingga kedasar tiap-tiap lapisan
3. Meratakan permukaan benda uji dengan mengunakan mistar perata
4. Menimbang dan mencatat berat wadah dan benda uji ( W2 )
5. Menghitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 )

c. Kondisi Padat (Cara Ketuk)


1. Menimbang dan mencatat berat wadah ( W1 )
2. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapisan dengan sama tebal
3. Memadatkan dengan setiap lapisan dengan menggoyang-goyang wadah
seperti berikut :
 Menempatkan wadah ditempat yang kokoh dan tidak bergoyang,
angkat salah satu sisi setinggi 5 cm dan lepaskan
 Mengulangi hal ini dengan cara yang sama pada sisi sebanyak 25
kali untuk setiap sisi
 Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
 Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2)
 Menghitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 )

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT

(SNI 03-4804-1998)

Tabel A.2 Data Hasil Pengujian Berat Isi Agregat (Gembur)

GEMBUR/LEPAS I II III
A
Berat tempat + Benda uji (gr) 27560 27340 27260
.
B
Berat tempat (gr) 11600 11600 11600
.
C
Berat benda uji (gr) 15960 15740 15660
.
D
Isi tempat (cm3) 10000 10000 10000
.
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1,60 1,57 1,57
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1,58
Tabel A.3 Data Hasil Pengujian Berat Isi Agregat (Padat/Tusuk)

PADAT (TUSUK) I II III


A
Berat tempat + Benda uji (gr) 28500 28380 28360
.
B
Berat tempat (gr) 11600 11600 11600
.
C
Berat benda uji (gr) 16900 16780 16760
.
D
Isi tempat (cm3) 10000 10000 10000
.
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1,69 1,68 1,68
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1,68

Tabel A.4 Data Hasil Pengujian Berat Isi Agregat (Padat/Ketuk)


PADAT (KETUK) I II III
A
Berat tempat + Benda uji (gr) 28280 28400 28380
.
B
Berat tempat (gr) 11600 11600 11600
.
C
Berat benda uji (gr) 16680 16800 16780
.
D
Isi tempat (cm3) 10000 10000 10000
.
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1,67 1,68 1,68
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1,68
Kumulatif Prosen Kumulatif
Ukuran saringan Berat tertahan (gr)
Berat tertahan (gr) Tertahan (%) Lolos (%)
76.2 mm (3") 0.00 0.00 0.00 100.00
38.1 mm (1 1/2") 0.00 0.00 0.00 100.00
19.1 mm (3/4") 0.00 0.00 0.00 100.00
9.6 mm (3/8") 62.60 62.60 4.15 95.85
4.75 mm (No. 4) 114.90 177.50 11.78 88.22
2.36 mm (No. 8) 78.20 255.70 16.96 83.04
1.18 mm (No. 16) 105.90 361.60 23.99 76.01
0.6 mm (No. 30) 236.60 598.20 39.69 60.31
0.3 mm (No. 50) 387.30 985.50 65.38 34.62
0.15 mm (No. 100) 389.40 1374.90 91.22 8.78
0.075 mm (No. 200) 85.10 1460.00 96.86 3.14
pan 47.30 1507.30 100.00 0.00
Modulus kehalusan 2.53

B. ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS & KASAR

Tabel B.1 Analisa Saringan Benda Uji I

Gambar B.10 Grafik Hasil Analisa Saringan Benda Uji I


Kumulatif Prosen Kumulatif
Ukuran saringan Berat tertahan (gr)
Berat tertahan (gr) Tertahan (%) Lolos (%)
76.2 mm (3") 0.00 0.00 0.00 100.00
38.1 mm (1 1/2") 0.00 0.00 0.00 100.00
19.1 mm (3/4") 0.00 0.00 0.00 100.00
9.6 mm (3/8") 65.80 65.80 4.38 95.62
4.75 mm (No. 4) 113.00 178.80 11.91 88.09
2.36 mm (No. 8) 79.50 258.30 17.20 82.80
1.18 mm (No. 16) 101.70 360.00 23.98 76.02
0.6 mm (No. 30) 223.30 583.30 38.85 61.15
0.3 mm (No. 50) 395.80 979.10 65.21 34.79
0.15 mm (No. 100) 396.10 1375.20 91.59 8.41
0.075 mm (No. 200) 85.30 1460.50 97.28 2.72
pan 40.90 1501.40 100.00 0.00
Modulus kehalusan 2.53

Tabel B.2 Analisa Saringan Benda Uji II


Gambar B.11 Grafik Hasil Analisa Saringan Benda Uji II
Tabel B.3 Analisa Saringan Benda Uji III

Kumulatif Prosen Kumulatif


Ukuran saringan Berat tertahan (gr)
Berat tertahan (gr) Tertahan (%) Lolos (%)
76.2 mm (3") 0.00 0.00 0.00 100.00
38.1 mm (1 1/2") 0.00 0.00 0.00 100.00
19.1 mm (3/4") 0.00 0.00 0.00 100.00
9.6 mm (3/8") 65.90 65.90 4.39 95.61
4.75 mm (No. 4) 122.10 188.00 12.53 87.47
2.36 mm (No. 8) 75.40 263.40 17.55 82.45
1.18 mm (No. 16) 108.10 371.50 24.75 75.25
0.6 mm (No. 30) 230.70 602.20 40.12 59.88
0.3 mm (No. 50) 384.50 986.70 65.74 34.26
0.15 mm (No. 100) 386.10 1372.80 91.47 8.53
0.075 mm (No. 200) 75.60 1448.40 96.50 3.50
pan 52.50 1500.90 100.00 0.00
Modulus kehalusan 2.57

Gambar B.12 Grafik Hasil Analisa Saringan Benda Uji III


C. PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO. 200 (0,075)
(SNI ASTM C117:2012)

Tabel C.1 Persentase lolos saringan No. 200 (0,075 mm)


AGREGAT
UKURAN MAKSIMUM
AGREGAT SATUAN
URAIAN
4,7 mm
I II III

Berat wadah (W2) 548.70 549.60 552.20 gram

Berat benda uji kering awal sebelum dicuci + Wadah (W1) 1549.10 1550.10 1552.80 gram

Berat benda uji kering setelah dicuci + Wadah (W4) 1513.20 1517.20 1520.30 gram

Berat benda uji kering setelah dicuci (W4 - W2) = (W6) 964.50 967.60 968.10 gram

Berat benda uji kering awal (W1 - W2) = (W3) 1000.40 1000.50 1000.60 gram

ሺ୛ ଷି୛ ଺ሻ
Persen bahan lolos saringan W7ൌ X 100 % 3.59 3.29 3.25 %
No. 200 ( 0,075 mm) ୵ଷ

RATA - RATA 3.37 %


D. PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS & KASAR
(SNI 1971:2011)

Tabel D.2 Kadar Air Agregat Halus


AGREGAT HALUS
Nomor test I II III
A. Berat tempat (gr) 553.30 552.10 561.40
B. Berat tempat + contoh (gr) 1179.50 1178.50 1187.40
Berat tempat + contoh
C. (gr) 1160.70 1161.20 1168.50
kering oven
BC
D. Kadar air = x 100 % (%) 3.10 2.84 3.11
CA
F. Kadar air rata-rata (%) 3.02

Tabel D.3 Kadar Air Agregat Kasar

AGREGAT KASAR
Nomor test I II III
A. Berat tempat (gr) 548.20 549.50 554.00
B. Berat tempat + contoh (gr) 3048.50 3049.60 3054.40
Berat tempat + contoh
C. (gr) 2980.70 2991.20 2986.50
kering oven
BC
D. Kadar air = x 100 % (%) 2.79 2.39 2.79
CA
F. Kadar air rata-rata (%) 2.66

E.BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS


(SNI 1970:2016)
Tabel E.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Pengujian Notasi I II III Rata-rata
Berat contoh kering permukaan jenuh Bj 500.00 500.00 500.00 500.00
Berat piknometer + contoh + air Bt 1000.60 997.80 998.50 998.97
Berat piknometer diisi air B 664.70 654.70 655.50 658.30
Berat contoh kering oven Bk 485.60 487.30 486.80 486.57
Bk
Berat Jenis (bulk) 2.96 3.11 3.10 3.06
(B  B j  Bt)
Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh 3.05 3.19 3.18 3.14
(B  B j  B t)

Berat jenis semu (apparent) 3.24 3.38 3.39 3.34
ሺ൅ െ– ሻ
୆୨ି୆୩
Penyerapan (absorbsi) X 100% 2.97 2.61 2.71 2.76
୆୏

F. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR


(SNI 1969:2016)

G. KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES


Pengujian Notasi I II III Rata-rata
Berat contoh kering permukaan jenuh Bj 4750.50 4799.20 4780.20 4774.85
Berat contoh di dalam air Ba 2712.30 2705.20 2720.50 3655.20
Berat contoh kering oven Bk 4605.20 4610.50 4602.70 3661.40
Bk
Berat Jenis (bulk) 2.26 2.20 2.23 2.23
B j B a

Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh 2.33 2.29 2.32 2.31
B j Ba

Bk
Berat jenis semu (apparent) 2.43 2.42 2.45 2.43
Bk  Ba
B j - Bk
Penyerapan (absorbsi) x100 % 3.16 4.09 3.86 3.62
Bk
(SNI 2417:2008)
Tabel F.1 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji

Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram)

Lolos Tertahan
A B C D E F G
mm (“) mm (“)

76.2 (3) 63.5 (2½) 2500


63.5 (2½) 50.8 (2) 2500
50.8 (2) 38.1 (1½) 5000 5000
38.1 (1½) 25.4 (1) 1250 5000 5000
25.4 (1) 19.05 (¾) 1250 5000
19.05 (¾) 12.7 (½) 1250 2500
12.7 (½) 9.51 (⅜) 1250 2500
9.51 (⅜) 6.35 (¼) 2500
6.35 (¼) 4.75 (No.4) 2500
4.75 (No.4) 2,36 (No.8) 5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12

5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000


Berat Bola (gram)
± 25 ± 25 ± 20 ± 15 ± 25 ± 25 ± 25
Tabel F.2 Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Gradasi pemeriksaan
Saringan B 500 Putaran (fraksi 9,50 - 19,00 mm)
I II III
Berat Berat Berat Berat Berat Berat
Lolos Tertahan sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah
(gr) abrasi (gr) abrasi (gr) abrasi
76.20 mm (3") 63.50 mm (2,5") yang yang yang
63.50 mm (2,5") 50.80 mm (2") tertahan tertahan tertahan
50.80 mm (2") 38.10 mm (1,5") saringan saringan saringan
38.10 mm (1,5") 25.40 mm (1") No. 12 No. 12 No. 12
25.40 mm (1") 19.00 mm (3/4") (gr) (gr) (gr)
19.00 mm (3/4") 12.50 mm (1/2") 2500.10 2500.20 2500.40
12.50 mm (1/2") 9.50 mm (3/8") 2500.40 2500.20 2500.20
9.50 mm (3/8") 6.30 mm (1/4")
6.30 mm (1/4") 4.75 mm (No. 4)
4.75 mm (No. 4) 2.38 mm (No. 8)
(No. 12) 2778.50 2790.60 2800.50
Jumlah berat 5000.50 2778.50 5000.40 2790.60 5000.60 2800.50

I II III
a Berat benda uji semula 5000.50 5000.40 5000.60 gram
b Berat benda uji tertahan saringan No.12 2778.50 2790.60 2800.50 gram
a-b
Keausan : x10 0 % 44.44 44.19 44.00 %
a

RATA - RATA 44.21 %

Kesimpulan
1.
a. Hasil pemeriksaan berat isi, diperoleh berat isi kondisi gembur benda uji rata-
rata sebesar 1,58 gram/cm3, berat isi kondisi padat (cara tusuk) benda uji rata-

rata sebesar 1,68 gram/cm3, berat isi kondisi padat (cara ketuk) benda uji
rata-rata sebesar 1,68 gram/cm3.
b. Menurut British Standar 812, untuk nilai berat isi kondisi gembur, kondisi
padat (cara tusuk) dan kondisi padat (cara ketuk) baik untuk material beton.
c. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa berat isi suatu bahan dapat
berubah karena faktor pemadatan. Disamping itu juga tetap dipengaruhi
oleh jumlah air yang ada. Dengan pemadatan yang dilakukan dapat membuat
pori–pori dalam agregat terisi dengan partikel agregat yang lebih kecil.
2. .
Dari hasil perhitungan untuk Pengujian Analisa Saringan Agregat benda uji
I,II,III, diperoleh Modulus Halus Butir rata-rata sebesar 2,54, yaitu berada di
antara Modulus Halus Butir Agregat Zona 3 (Pasir Halus) yaitu 1,60 - 2,60.

3. Berdasarkan pemeriksaan tersebut di atas diperoleh kadar lumpur rata-rata


agregat halus sebesar 3,37 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir tersebut
dapat langsung digunakan dalam campuran beton tanpa harus dicuci terlebih
dahulu, karena kadar lumpur maksimum yang disyaratkan untuk agregat halus
adalah sebesar 5 %.
4. Kadar air agregat merupakan perbandingan antara berat air yang
terkandung di dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Dari
hasil perhitungan di atas diperoleh kadar air rata-rata untuk agregat halus
sebesar 3,02% sedangkan untuk rata-rata agregat kasar sebesar 2.66%.
5. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berat jenis dan penyerapan agregat
halus dapat disimpulkan bahwa sampel agregat halus yang diuji dapat
dikategorikan sebagai agregat berat karena memiliki berat jenis > 2,8 .
Dari hasil pemeriksaan ini juga diperoleh nilai rata-rata :
a. Berat jenis (Bulk) = 3,06
b. Berat jenis (SSD) = 3,14
c. Beret jenis semu = 3,34
Penyerapan agregat halus rata-rata sebesar 2,76 %, hal ini berarti
penyerapannya kecil maka dapat digunakan sebagai bahan pencampur beton
dengan syarat yang harus dipenuhi yaitu kurang dari 5 % untuk agregat halus.
6. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berat jenis dan penyerapan agregat
kasar dapat disimpulkan bahwa sampel agregat kasar yang diuji dapat
dikategorikan sebagai agregat ringan karena memiliki berat jenis sedikit diatas
batas kurang dari 2,0.
a. Berat jenis (Bulk) = 2,23
b. Berat jenis (SSD) = 2,43
c. Beret jenis semu = 2,62
Penyerapan agregat kasar rata-rata sebesar 3.62%, hal ini berarti
penyerapannya besar maka tidak dapat digunakan sebagai bahan pencampur beton
dengan syarat yang harus dipenuhi yaitu kurang dari 2 % untuk agregat kasar.
7. Pemeriksaan keausan agregat yang dibutuhkan untuk mengukur ketahanan
agregat terhadap kikisan karena bentuk permukaan yang digunakan merupakan
suatu sifat yang penting dari beton, terutama untuk mutu beton yang
digunakan pada bangunan struktural.
Dalam laboratorium, pemeriksaan keausan agregat atau abrasi
dilakukan dengan menggunakan mesin LosAngeles. Agregat kasar yang diuji
abrasinya harus kurang dari 40%.Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, untuk
agregat yang dipilih untuk diuji diperoleh nilai rata-rata abrasi sebesar 44,21 %.
Nilai tersebut lebih dari 40% yang sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat
bahwa agregat yang diuji dapat digunakan dengan mutu beton K0-K100 40% -
50%

Daftar Pustaka
1. Astanto, T.B. 2001. Konstruksi Beton Bertulang. Yokyakarta: Kanisius.
2. Amri, S. 2005. Teknologi Beton A-Z. Jakarta: Yayasan John Hi-Tech
Idetama.
3. Mulyono, T.. Teknologi Beton. Yohyakarta: C.V Andi Offset.
4. Murdock, L.J. dan Brook, K.M. 1991. Bahan dan Praktek Beton, Edisi
Keempat,
5. Terjemahan oleh Stephanus Hindarko. Jakarta: Erlangga.
6. Nawy. E.G. 1998. Structure Beton Bertulang. New Jersey: Univ.Rutgers.
7. Tjokrodimuljo, K. 1996,. Teknologi Beton. Yogyakarta: Nafiri.
8. DPU, 1986, SK SNI M-08-1989-F, 1986,: Metode Pengujian Tentang
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar. Badan Penerbit P.U. Jakarta.
9. Kalman, M., 2008, Pemanfaatan Pasir Laut Tanjung sebagai Agregat
Halus pada Campuran HRS (Hot Rolled Sheet), laporan tugas akhir,
Universitas Unidayan, Baubau.
10. Mangerongkonda, D., 2007, Pengaruh Penggunaan Pasir Laut Bangka
Terhadap Karakteristik Kualitas Beton, laporan tugas akhir, Universitas
Gunadarma, Depok.
11. Stevia, A., 2009, Analisis Penggunaan Pasir Laut Sebagai Agregat
Halus Terhadap Kuat Tekan Beton, laporan tugas akhir, Universitas
Bengkulu, Bengkulu

You might also like