Professional Documents
Culture Documents
547 1306 1 PB
547 1306 1 PB
Mumung Mulyati1
1
Prodi Perbankan Syariah FAI UNINUS Bandung
email: mumungmulyati2017@gmail.com
ABSTRACT
Islam is a religion that regulates the order of life and human life in relation to Allah
S.W.T., fellow human beings, and the universe. The Indonesian Ulama Council (MUI)
as an institution that issues Fatwa/Law has made a major contribution in establishing
legal norms (religion), as well as being a guide in directing the lives of Muslims who
carry out Islamic law in various activities of daily life. This research is based on a
qualitative method using a library study approach with the main theory being the
shahadah theory and the application theory of taqnin al-ahkam. Muslims accept Islam
as their religion based on the commands of Allah and His Messenger, surely they
believe the authority of Islamic law over him. So that he is ready to practice Islamic
teachings, including the laws they contain. The researcher concluded that the MUI
had contributed to the development and application of Islamic law in Indonesia was
divided into two parts; first, the contribution or contribution to legal certainty for
Muslims themselves individually or groups of Muslims and second, to taqnīn for the
fatwas that have been made. And some MUI fatwa products have been transformed
into laws, Government Regulations (PP); Presidential Instruction and so on.
Keyword: fatwa, taqnin al-ahkam, legal development.
ABSTRAK
Islam merupakan agama yang mengatur tata hidup dan dan kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Allah S.W.T., sesama manusia, dan alam semesta. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga yang mengeluarkan fatwa/hukum telah
memberikan kontribusi besar dalam pembentukan norma-norma hukum (agama), serta
menjadi pemandu dalam mengarahkan kehidupan muslim yang melaksanakan hukum
Islam dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berdasarkan
metode kualitatif menggunakan pendekatan studi kepustaakaan dengan teori utama
adalah teori syahadah dan teori aplikasi taqnin al-ahkam. Orang Islam menerima
Islam sebagai agamanya berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya, niscaya mereka
meyakini otoritas hukum Islam terhadap dirinya. Sehingga dia telah siap menjalankan
ajaran Islam, termasuk hukum-hukum yang dikandungnya. Peneliti menyimpulkan
MUI telah berkontribusi dalam pengembangan dan penerapan hukum Islam di
Indonesia adalah terbagi kepada dua bagian; pertama, kontribusi atau sumbangsih
pada kepastian hukum bagi umat Islam itu sendiri secara individu atau kelompok umat
Islam dan kedua, pada taqnīn atas fatwa-fatwa yang telah dibuat. Dan sebagian produk
fatwa MUI sudah bertransformasi kepada undang-undang, Peraturan Pemerintah (PP);
Inpres, dan lain sebagainya.
Keyword: fatwa, taqnin al-ahkam, pengembangan hukum.
mengikat itu bisa saja dijelaskan baik tahākkum harus dihindari karena
dari hukum nasional maupun hukum perbuatan itu dosanya sangat berat.
Islam itu sendiri. Keberadaan MUI Islam pada hakekatnya adalah
sendiri adalah sebagai pembimbing agama pembangunan yang mengatur
umat yang sekaligus menjadi jembatan tata hidup dan kehidupan manusia
antara umat dan Pemerintah. 1
dalam hubungannya dengan Allah,
Prinsip dan persyaratan tersebut sesama manusia, dan alam semesta
dalam melakukan ijtihad, sebagaimana menuju keebahagian dan kesejahteraan
dilakukan oleh MUI di antaranya ialah, hidup lahir bathin dan dunia akhirat,
bahwa seorang mujtahid (orang kesemuanya itu dapat dicapai dengan
berijtihād) 2
harus mengetahui, berpedoman kepada sumber hukum,
mamahami hukum Islam secara baik Alquran maupun Hadits.
mendalam beserta dalil-dalilnya baik Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang berkenaan dalil, ayat-ayat tentang sebagai lembaga yang berkompeten
hukum maupun hadits-hadits tentang untuk mengeluarkan fatwa/hukum,
hukum. Tidak dibenarkan berfatwa sudah tentu Ushūl Fiqh akan dijadikan
hanya didasarkan pada keinginan dan sebagai alat atau sarana dalam
kepentingan tertentu atau dugaan- menggali, mengeluarkan atau
dugaan semata tanpa didasarkan pada menetapkan hukum untuk segala
dalil. Setiap menyatakan suatu hukum permasalahan yang tidak ada
haruslah dapat menunjukkan dalilnya; ketetapannya baik dalam Alquran,
baik Alquran, Hadits maupun dalil-dalil Hadits atau dalam kitab-kitab fiqh.
hukum yang lainnya. Apabila Ushūl Fiqh sebagai sarana untuk
menyatakan hukum tanpa didasarkan menetapkan hukum sebagaimana
pada dalil-dalil tersebut disebut dengan dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf
tahākkum (mengada-ada dalam yang memberikan pengertian sebagai
membuat hukum); maka perbuatan berikut:
“Ilmu tentang kaidah-kaidah dan
1
https://news.detik.com/berita/3397842/ pembahasannya yang merupakan cara
mahfud-md-fatwa-mui.
2
Mujtahīd dalam fiqh dikategorikan untuk menemukan hukum syara’ yang
kepada tiga bagian; mujtahīd mutlaq, mujtahīd
fardi, dan mujtahīd fi al-madzhab. amaliah dari dalil-dalilnya yang
pendapat hukum atau ketetapan dari Syariah Hadits Ahkam (Syarah Ahâdîts Al-
Ahkâm) dan Format Pembelajarannya di
mufti (pemberi fatwa) mengenai Perguruan Tinggi: Sebuah Tawaran
4
Dalam terma fiqh, istilah memiliki daya
paksa dan tidak memiliki daya paksa dikenal
dengan sebutan mulzim-ghair mulzim.
5
Abdurrahman MPB. (2015).
Harmonisasi Hukum Adat dan Hukum Islam
bagi Pengembangan Hukum Nasional. Al-
Mashlahah: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial
Islam, 03(06). hlm. 369.
6
Rahendra Maya. (2018). Konstruk
Indonesia adalah negara hukum Esa itu adalah percaya kepada Tuhan
berdasarkan Pancasila dan Undang- Yang Maha Esa sesuai dengan agama
Undang Dasar 1945. Hal ini dinyatakan dan kepercayaannya masing-masing
bahwa Negara Republik Indonesia menurut dasar kemanusiaan yang adil
adalah negara yang didasarkan atas dan beradab. Ketetapan Allah yang
Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut langsung berhubungan dengan
Hazairin seorang guru besar Universitas kehidupan manusia dengan manusia
Islam Indonesia (UII) berpendapat (bidang mu’āmalah) terbatas pada
bahwa norma dasar yang tersebut dalam masalah yang berhubungan dengan
pasal 29 Ayat (1) tafsirannya antara pahala saja. Penjelasan Nabi kalaupun
lain, hanya mungkin (Demokrasi ada, tidak dijelaskan secara terperinci,
Pancasila). Dalam Negara Republik berbeda dengan penjelasan aturan-
Indonesia tidak boleh terjadi atau aturan yang berhubungan bidang
berlaku sesuatu yang bertentangan ibadah. Hukum Islam sifatnya terbuka
dengan kaidah-kaidah Islam bagi umat untuk dikembangkan melalui ijtihad
Islam, atau yang bertentangan dengan manusia dengan keharusan memenuhi
kaidah-kaidah Nasrani bagi umat persyaratan dalam pengembangan
Nasrani, atau yang bertentangan dengan hukum tersebut. Kaidah asal untuk
kaidah-kaidah agama Hindu bagi umat mu’āmalah adalah kebolehan (jāiz atau
Hindu–Bali, atau bertentangan dengan ibāhah), 10
“Hukum asal dalam
agama Budha bagi orang-orang Budha. mu’amalah adalah kebolehan sampai
Ini berarti di dalam Negara Republik ada dalil yang menunjukkan
Indonesia tidak boleh berlaku atau keharamannya”.
diberlakukan hukum yang bertentangan Tinjauan filsafat Hukum Islam,
dengan norma-norma (hukum) agama hukum Islam dapat dirinci sebagai
dan norma-norma kesusilaan bangsa. 9
berikut: 1) Hukum yang berkembang,
Menurut Ketetapan MPR Nomor dinamis, elastic, dan fleksibel. 2)
II/MPR/1978; salah satu wujud Dibangun dengan asas-asas yang kuat.
pengamalan sila Ketuhanan yang Maha
10
A Djazuli. (2006). Kaidah-kaidah Fiqh:
Muhammad Daud Ali. (2009). Hukum
9
Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis.
7. Jakarta: Kencana. hlm. 10.
3) Hukum dengan berwatak dan itu bertentangan satu sama lain, maka
bertabiat kuat. 4) Hukum mempunyai kaidah yang berlaku pada kasus itu
keindahan dan keistimewaan dibanding adalah dilakukan kaidah mashlahat
dengan hukum-hukum syari‟at lain. umum atas mashlahat khusus dan
Dengan demikian, hukum dibuat kaidah dilakukan penolakan
untuk memenuhi kepentingan kemadharatan yang lebih besar dengan
masyarakat dan dipergunakan untuk jalan mengerjakan kemadharatan kecil.
menanggulangi berbagai persoalan dan Kemaslahatan dalam urusan
juga untuk mendatangkan kemaslahatan mu’āmalah misalnya, dimaksudkan
masyarakat yang terus tumbuh. sebagai aturan-aturan (hukum) Allah
Kemaslahatan masyarakat dalam urusan S.W.T. yang ditujukan untuk mengatur
mu’āmalah adalah suatu dasar asasi kehidupan manusia dalam urusan
dalam pembinaan hukum; tidak heran keduniaan atau urusan duniawi dan
kalau hukum sering dipengaruhi oleh sosial kemasyarakatan. Kapanpun dan
letak geografis dan waktu tertentu. Ibnu di manapun, harus senantiasa mengikuti
Qayyim berkaitan dengan hal tersebut ketetapan tersebut, karena semua
berkata: “Sesungguhnya syari’at itu aktivitas manusia akan diminta
fondasi dan asasinya ialah hikmah dan pertanggungjawabannya kelak di
kemaslahatan hamba, baik dalam akhirat; sekecil apapun aktivitas
kehidupan dunia maupun kehidupan manusia didasarkan pada ketetapan
akhirat”. 11
Allah S.W.T, agar selamat dunia
Hukum Islam dihadapkan kepada akhirat.
bermacam-macam etnis atau kelompok Problematika yang dihadapi bangsa
manusia di seluruh dunia. Maka tentu Indonesia, khususnya umat Islam sering
Pembina Hukum memperhatikan kali berurusan dengan masalah hukum;
kemaslahatan masing-masing mereka dan perundang-undangan nasional
sesuai dengan adat dan kebudayaan (masāil qānūniyah) seperti hal-hal yang
mereka serta iklim yang berhubungan dengan Ekonomi
menyelubunginya. Jika kemaslahatan Syari‟ah, termasuk di dalamnya gadai
11
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. (1975). (rahn), BPJS, Perbankan Syari‟ah,
Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
hlm. 79. Kartu Kredit, Surat Jaminan,
Pelayanan
Miniatur Ekonomi Sosial, dan lain-lain. melalui peraturan yang dibuat oleh
Kesemua permasalahan tersebut perlu pemerintah. Di antara lembaga-lembaga
jawaban dan ketetapan hukum yang yang dapat memenuhi kekosongan
pasti. 12
hukum untuk memecahkan
Posisi MUI sebagai institusi yang permasalahan dalam bidang hukum
keputusan-keputusannya didukung oleh Islam yang sering dilibatkan oleh
pemerintah bahkan pemerintah sendiri pemerintah dalam proses penerbitan
memperlakukan MUI sebagai suatu peraturan yang berhubungan
representatif dari keseluruhan umat dengan Hukum Islam adalah MUI,
Islam Indonesia, sekalipun ada sebagai salah satu organisasi
sekelompok kecil yang tidak merasa masyarakat yang berasaskan Islam.
diwakilinya. Bahkan “MUI ini merupakan lembaga
Sebagai negara hukum, ketentuan- yang menerbitkan fatwa-fatwa sejak
ketentuan yang berlaku di Indonesia tahun 1976 sampai dengan saat ini”.13
tidak boleh bertentangan dengan Sejalan dengan peran dan
kaidah-kaidah agama yang diakui fungsinya, baik diminta atau tidak
Indonesia, termasuk kaidah-kaidah diminta, MUI menetapkan fatwa
dalam Islam. Negara wajib memberikan didasarkan atas permintaan atau
fasilitas sepanjang hal tersebut pertanyaan dari kalangan masyarakat,
memerlukan perantara kekuasaan pemerintah, lembaga/organisasi sosial
negara; antara lain melalui maupun perkembangan dan temuan
pembentukan peraturan perundang- masalah-masalah keagamaan yang
undangan, agar tidak bertentangan muncul akibat perubahan masyarakat
dengan kaidah-kaidah agama tersebut. dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
Perkembangan kehidupan teknologi.
masyarakat ternyata tidak seluruh Hal yang sangat menarik berkaitan
kebutuhan hukum masyarakat terpenuhi dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan
12
Pada kasus Ekonomi Islam, MUI
membuat lembaga yang disebut dengan DSN- 13
Wahiduddin Adam, dkk. (2012). Fatwa
MUI (Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam
Indonesia. DSN banyak membuat fatwa dan Prespektif Hukum dan Perundang-undangan.
menerbitkannya, sebagai bahan acuan dalam Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian
kepastian hukum muamalah (ekonomi). Agama RI. hlm. 272.
oleh MUI dalam lembaganya dengan pengadilan, sehingga para hakim dalam
peraturan perundang-undangan yang memutuskan perkaranya sudah
berlaku di Indonesia, bahwa fatwa- seharusnya berpedoman pada fatwa-
fatwa MUI ini diklasifikasikan ada tiga fatwa DSN, karena dalam perundang-
kategori, yaitu; fatwa tentang kehalalan undangan yang berlaku ditentukan
produk, kemasyarakatan, dan ekonomi bahwa kegiatan ekonomi syari‟ah
syari‟ah. Hanya saja dari ketiga tersebut berpedoman pada fatwa DSN.14
kategori ini yang memiliki kedudukan MUI memiliki otoritas
yang sangat kuat jika dibandingkan memproduksi dan menurunkan fatwa
dengan dua kategori (kehalalan produk (otoritatif) untuk dijadikan pedoman
dan kemasyarakatan) yaitu fatwa-fatwa atau acuan masyarakat muslim. Pada
kategori ekonomi syari‟ah, karena saat yang sama, MUI tidak memiliki
diakui dan dikuatkan keberadaannya otoritas paksa atas fatwa yang
serta dituangkan dalam perundang- diturunkan. Karenanya upaya taqnīn
undangan negara yang berlaku di (transformasi fatwa MUI menjadi
Indonesia; sehingga jika ada pihak- undang-undang), menjadi sebuah
pihak yang melanggar atau tidak keniscayaan dalam legalitas kenegaraan
melaksanakan fatwa-fatwa tersebut suatu fatwa supaya memiliki daya rekat
akan dikenakan sanksi administratif dari atau mengikat dan daya paksa pada
pemerintah bahkan akan dikenakan pelaksanaannya.
sanksi pidana bagi pihak yang Kasus fatwa pada bidang
menerbitkan label halal yang tidak jinâyah (pidana) misalnya, Surat
sesuai dengan fatwa halal dari MUI. Keputusan Fatwa (SKF) MUI tidak
Fatwa-fatwa Dewan Syari‟ah memiliki daya paksa pada tingkat
Nasional (DSN) menjadi pedoman bagi penerapan sangsi karena fatwa secara
pihak-pihak yang melaksanakan umum dan fatwa MUI secara khusus
kegiatan usaha berdasarkan prinsip tidak memiliki otoritas memaksa secara
syari‟ah dalam melaksanakan berbagai hukum formal. Karenanya upaya-upaya
kegiatan operasionalnya. Hal ini takhrīj al-Ahkām, mengembangkan
tentunya memberi pengaruh dalam
penyelesaian perkara hukum di 14
Wahiduddin Adam, dkk. (2012). hlm.
275.
fatwa pada level otoritasnya menjadi diteliti; baik dari teks Alquran, Sunnah
undang-undang adalah keniscayaan, maupun komponen ijtihad. Berdasarkan
dengan tujuan efektifitas fatwa pada rumusan masalah dalam bentuk
aspek otoritas pemaksaan dan sangsi- pernyataan tersebut, dapat diajukan
sangsi. pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Berlatar belakang perspektif (1) Bagaimana peran MUI dalam
pembinaan hukum tentang MUI sebagai pengembangan dan penerapan hukum
lembaga yang Islam dalam bidang keagamaan dan
mengeluarkan/menetapkan fatwa atas DSN; (2) Bagaimana metodologi
segala permasalahan yang timbul di istinbat dan istidlāl yang digunakan
masyarakat terutama yang tidak ada MUI dalam pengembangan dan
ketetapan hukumnya baik dalam penerapan hukum Islam di Indonesia;
Alqurân atau Hadits atau kitab-kitab dan (3) Bagaimana kontribusi MUI
fikih klasik; maka masalah penelitian dalam pengembangan dan penerapan
ini adalah bahwa pembinaan hukum hukum Islam di Indonesia.
demi terciptanya kemaslahatan Adapun tujuan penelitian yang
masyarakat Indonesia khususnya, masih ingin dicapai penulis adalah sebagai
banyak permasalahan-permasalahan berikut: (1) Menganalisis peran MUI
yang ketetapan hukumnya belum dapat dalam pengembangan dan penerapan
diketahui masyarakat sehingga hukum Islam dalam bidang keagamaan
masyarakat khawatir dan penuh dan DSN; (2) Menganalisis metodologi
keraguan dalam tindakan-tindakannya; istinbat dan istidlāl yang digunakan
baik yang berhubungan dengan bidang MUI dalam pengembangan dan
teknis ibadah, sosial budaya penerapan hukum Islam di Indonesia;
(mu’āmalah), maupun bidang pidana dan (3) Menganalisis kontribusi MUI
(jināyah). Peran dan kontribusi MUI dalam pengembangan dan penerapan
perlu diteliti pada aspek perkembangan hukum Islam di Indonesia.
dan penerapan hukum Islam di
Indonesia. Selain itu, argumen- B. KERANGKA TEORI DAN
TINJAUAN PUSTAKA
argumen (dalīl) yang dibangun dalam
Penelitian pengembangan dan
penetapan hukum Islam oleh MUI perlu
penerapan hukum Islam di Indonesia,
berikut:
Tauhid merupakan prinsip umum
Grand Theory: Pada tataran grand
hukum Islam. Prinsip ini menyatakan
theory digunakan teori kredo (credo).
bahwa manusia ada di bawah satu
Sebuah teori yang menjelaskan
ketetapan yang sama, yaitu ketetapan
pelaksanaan hukum Islam dikaitkan
tauhid yang diverbalkan dalam bentuk
dengan pernyataan dua kalimah
statement “Lā ilāha illa Allāh” (tidak
syahadat, sehingga teori ini dinamakan
ada Tuhan yang wajib disembah selain
juga dengan teori syahādah.
Allah). Prinsip ini diambil dari intisari
Berdasarkan teori ini bahwa setiap
firman Allah dalam Surat Ali Imran [3]:
orang yang telah mengucapkan dua
64:
kalimah syahādah harus menggunakan َٰ ُقل َأ ٱ ۡل ك تعا َل
hukum Islam sebagai konsekuensi logis ِ
ْۡ ََٰ ۡ ك ِل َم ٖة
ىا ى تب هل
ۡ َ َ ۡ
ي ب و
إ ُ َ َيٓ بي ي
َ َىا ىا ى كم
ل
أ
ا س ء ِ
َّل
ُ َ
dari pengucap kredonya.15
وَع ُبد َ َإّل ٱلله َوَّل و ر ب
Teori kredo ini merupakan ِ ا
ك
ش
ۡ ُ ۡ
kelanjutan dari prinsip tauhid dalam عنا
عَ ا iش ۡٔيا َّول تي ذ
ع َنىا
اع
ُ
ش دو ٱلل ِإن ت َىل ۡىا
filsafat hukum Islam yang
mengharuskan pelaksanaan hukum َ
ف ِ ۚ ِن
ِه
َه ب أه ِل ُمى
َ ْ ُ
دوا ا ن ُمس
ُُْ
أ ۡرَبا با ِم ف قى لى ا ٱ
Islam oleh mereka yang telah “Katakanlah: “Hai ahli kitab,
mengucapkan dua kalimah sahādah. 16
marilah (berpegang) kepada
Prinsip tauhid membawa implikasi suatu kalimat (ketetapan) yang
bahwa setiap orang yang telah tidak ada perselisihan antara
mendeklarasikan dirinya beriman kami dan kamu, bahwa tidak
kepada ke-Maha Esa-an Allah, wajib kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita sekutukan Dia
15
Juhaya S. Praja. (1995). Filsafat Hukum dengan sesuatupun dan tidak
Islam. Bandung: LPPM UNISBA. hlm. 133;
dan Juhaya S. Praja. (2000). Aspek Sosiologi (pula) sebagian kita
dalam Pembaharuan Fiqih di Indonesia. dalam
Anang Haris Himawan “Epistemologi Syara‟ menjadikan sebgaian yang lain
Mencari Format Baru Fiqih Indonesia”.
sebagai Tuhan selain Allah”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 125.
16
Mhsun Fuad. (2005). Hukum Islam
Indonesia: Dari Nalar Pastisipatoris Hingga
Emansipatoris. Yogyakarta: LkiS. hlm. 50. 17
Mhsun Fuad. (2005). hlm. 50.
para ulama fiqh terdahulu dengan undang (RUU) atau pengusul dengan
merujuk pada teks Alquran, Sunnah, memberikan draft Rancangan Peraturan
Ijmā’, Qiyās, Istihsān, Istiṣhab, Maṣālih Pemerintah (RPP). Posisi fatwa
Al-Mursalah, Sad Al-Dirā’ah dengan merupakan bahan dasar dari pembuatan
tahapan dan pertimbangan- undang-undang. Pada posisi lain, fatwa
pertimbangan tertentu dalam penetapan secara utuh digunakan sebagai rujukan
hukumnya. Pada wilayah mu‟amalah, atas amanat undang-undang atau
aspek yang dikedepankan adalah aspek peraturan tertentu. Pada kasus DSN,
maslahah (kemaslahatan). Istinbat seluruh fatwanya menjadi acuan bagi
hukum yang dominan pada bidang pelaksanaan ekonomi syari‟ah yang
akidah adalah pengeluaran hukum dari payung hukumnya dari Bank Indonesia
Alquran dan Al-Sunnah; pada bidang (BI).
ibadah istinbat hukum yang dominan Kontrubusi MUI dapat berupa
adalah teks Alquran dan Al-Sunnah dukungan terhadap lahirnya UU atau
ditambah dengan qiyas pada beberapa Perda tertentu. Pada kasus UU
kasus; pada bidang muamalah istinbat Pornografi, MUI bersama ormas lain
hukum yang dominan adalah istishab berada pada barisan pendukung lahirnya
pada kaidah al-aṣl fi al-asyyā al-ibāhah. UU tersebut. Kontribusi lain dari MUI
Kontribusi MUI dalam dapat terlihat dari usulan-usulan MUI
pengembangan dan penerapan Hukum ketika UU tertentu muncul. Usulan
Islam di Indonesia adalah terbagi dapat berupa aktivasi UU dalam bentuk
kepada dua bagian; pertama, kontribusi Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
atau sumbangsih pada kepastian hukum Menteri Agama (PMA) atau kementrian
bagi umat Islam itu sendiri secara dan lembaga-lembaga lain.
individu atau kelompok umat Islam dan Ada beberapa fatwa yang sudah
kedua, pada taqnīn atas fatwa-fatwa bertransformasi menjadi UU, di
yang telah dibuat. Pada bagian kedua ini antaranya adalah: (1) Rancangan
fatwa sudah bertransformasi kepada Undang-Undang (RUU) Jaminan
undang-undang, Peraturan Pemerintah Produk Halal; (2) Undang-Undang
(PP); dimana posisi MUI sebagai Nomor 21 Tahun 2008 tentang
pengusuldraf Rancangan Undang- Perbankan Syariah; (3) Undang-Undang