Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Studi Kasus : Asuhan Keperawatan pada Kehamilan 30 Minggu 6 Hari dengan Ketuban

Pecah Dini
Case Study: Nursing Care in Pregnancy 30 Weeks 6 Days with Premature Rupture
Dian Trisnawati
Poltekkes Kemenkes Semarang
dian43051@gmail.com

Abstract 
Background: Premature rupture of membranes is a problem that occurs in pregnant women.
Early ruptured membranes cause the risk of infection if not treated properly. From the
background above the authors are interested in studying nursing care given to pregnant
women with premature rupture of membranes.
Objective: The purpose of this study was to study nursing care given to M. in PKU
Muhammadiyah Hospital, Temanggung. 
Method: This study is a descriptive study by collecting data through interviews, observation
and document studies using the nursing care approach to Ny.M. The study was conducted at
PKU Muhammadiyah Hospital in Temanggung on Tuesday, January 8, 2019. 
Results : After nursing care for 3x24 hours the risk of nursing problems was not resolved
because the patient's leukocytes were high at 20.8 thousand / mm and sleep pattern failure
3

was resolved due to evaluation obtained the same as the result criteria set, for anxiety
problems only partially resolved because the anxiety felt by the client is not entirely lost. 
Conclusion: Based on nursing care that has been done to Ny.M it can be concluded that
premature rupture of the membranes causes the risk of infection so that it is raised as a major
nursing problem. The high risk of infection is evidenced by the high value of the patient's
leukocytes which is 20.8 thousand / mm .3

Keywords: Premature rupture of membranes, nursing care

Abstrak
Latar Belakang : Ketuban pecah dini merupakan masalah yang terjadi pada ibu hamil.
Ketuban pecah dini menyebabkan terjadinya risiko infeksi apabila tidak diberi penanganan
dengan benar. Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mempelajari asuhan
keerawatan yang diberikan kepada ibu hamil dengan ketuban pecah dini.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari asuhan keperawatan yang diberikan
pada Ny.M di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan studi dokumen menggunakan pendekatan asuhan keperawatan
pada Ny.M. Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Temanggung pada hari Selasa,
8 Januari 2019.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan risiko
infeksi belum teratasi karena leukosit pasien tinggi yaitu 20,8 ribu/mm 3 dan gagguan pola
tidur teratasi karena evaluasi yang didapat sama dengan kriteria hasil yang di tetapkan, untuk
masalah ansietas hanya teratasi sebagian karena ansietas yang dirasakan klien tidak
sepenuhnyaa hilang.
Kesimpulan : Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada Ny.M dapat
disimpulkan bahwa ketuban pecah dini menyebabkan risiko infeksi sehingga diangkat
menjadi masalah keperawatan utama. Adanya risiko infeksi tinggi dibuktikan dengan
tingginya nilai leukosit pasien yaitu 20,8 ribu/mm3 .

Kata Kunci : Ketuban pecah dini, asuhan keperawatan


I. Pendahuluan

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu masalah yang terjadi pada
ibu hamil. Ketuban pecah dini merupakan ketuban yang pecah sebelum waktunya.
Berdasarkan penelitian Nur Rohawati 2017 faktor risiko ketuban pecah dini adalah
malposisi atau malpresentasi janin, umur ibu, paritas ibu, riwayat KPD, status
pekerjaan ibu, status anemia, paparan asap dan perilaku merokok ibu. Berdasarkan
penelitian Heny Sepduwiana, ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini pada
umur 20-35 tahun sejumlah 76 orang (82,6%)
Presentase kejadian ketuban pecah dini berdasarkan dinas provinsi jawa
tengah, masalah infeksi yang menyebabkan kematian ibu dan janin berada di
peringkat ketiga, ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab dari kematin ibu
dan janin. Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden PROM
(prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan
aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur. Insiden KPD
di indonesia berkisar 4,5%-6% dari seluruh kehamilan. Menurut analisis Sudarto pada
tanhun 2016 insiden kejadian ketuban pecah dini (KPD) di beberapa Rumah Sakit di
Indonesia cukup bervariasi yakni diantaranya: di RS Sardjito sebesar 5,3%, RS Hasan
Sadikin sebesar 5,05%, RS Cipto Mangunkusumo sebesar 11,22%, RS Pringadi
sebesar 2,27% dan RS Kariadi yaitu sebesar 5,10% .
Resiko infeksi ibu dan bayi meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu
terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia pneumonia, omfalitis.
Selain itu, dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dengan derajat oligohiramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawat (Prawiroharjo, 2008). Berdasarkan penelitian Renny Novi Puspitasari umur ibu
berkorelasi dengan kejadian serviks inkompeten CPD dan Infeksi sedangkan
pekerjaan yang dilakukan oleh ibu berakibat pada kelainan letak janin. Sehingga
skrining ibu hamil pada awal kehamilan serta pemeriksaat ANC tidak boleh
terabaikan. Hasil penelitian dari Sri Untari pada tahun 2016 menunjukkan bahwa
penatalaksanaan pasien dengan ketuban pecah dini harus mempertimbangkan adanya
infeksi, berat badan janin serta presentasi janin untuk menentukan tindakan apa yang
akan diambil untuk melahirkan bayi dengan selamat
Oleh karena itu, tatalaksana asuhan keperawatan yang baik diberikan kepada
ibu hamil dengan indikasi ketuban pecah dini sangat penting. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari asuhan keperawatan ibu hamil dengan
indikasi KPD pada Ny.M meliputi tahap pengkajian hingga evaluasi keperawatan.

II. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dilakukan pada ibu hamil Ny.M
dengan indikasi ketuban pecah dini yang dilakukan di PKU Muhammadiyah
Temanggung pada hari Selasa, 8 Januari 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pendekatan proses keperawatan yang
dilakukan peneliti meliputi tahapan diantaranya pengkajian, peneliti melakukan
pengumpulan data dengan wawancara kepada pasien dan keluarga pasien, juga
menyertakan informasi yang diambil melalui lembar status pasien. Selanjutnya
merumuskan diagnosis keperawatan. Peneliti melakukan analisis terhadap semua data
yang diperoleh sehingga didapatkan diagnosa keperawatan. Kemudian Peneliti
menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
disebut dengan intervensi keperawatan. Setelah intervensi tersusun, peneliti
melaksanakan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan
yang disebut dengan implementasi keperawatan. Tahap akhir yang dilakukan peneliti
adalah melakukan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan dalam mengatasi
masalah yang terjadi untuk mengetahui perkembangan status kesehatan pasien.
III. Hasil penelitian
Melalui proses asuhan keperawtan yang telah dilakukan kepada pasien,
peneliti akan menjabarkan hasil penelitian sesuai tahapan-tahapan asuhan
keperawatan, yang pertama adalah tahap pengkajian.Data hasil pengkajian
menunjukkan, data subjektif : klien mengatakan keluar cairan dari jalan lahir, klien
mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun sepeti DM dan hipertensi. Klien
mengatakan umur kehamilan 30 minggu 6 hari, klien mengatakan merasa khawatir
terhadap kandungannya yang baru 7 bulan, tetapi ada cairan yang keluar dari jalan
lahir dan klien juga merasa takut jika cairan yang keluar dari jalan lahir akan
mengancam janin yang dikandungnya. Klien juga mengatakan kesulitan untuk tidur
dan hanya tidur kurang lebih 5 jam. Data objektif : TTV : TD = 117/84 mmHg, N =
128x/menit, pola nutrisi: BB= 62 kg, TB= 155 cm, IMT= 25,806 kg/m 2 (selama
hamil), BB= 56 kg, TB= 155 cm, IMT= 23,310 kg/m 2 (sebelum hamil). Mukosa bibir
lembab, Abdomen: leopold I: TFU= 27cm, teraba bagian keras melintang. Leopold II
(kanan): teraba keras memanjang seperti papan DJJ= 144 x/menit , Leopold II (kiri):
teraba bagian kecil-kecil, Lepold III: teraba bagian lunak tidak melintang, Leopold
IV: konvergen (belum masuk panggul). Leukosit= 19,1 ribu/mm3, Hematokrit 29,5%,
MCHC= 38,1 g/dl, Gran#= 15,0 ribu/mm3.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan maka dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan. Diagnosa Keperawatan yang pertama adalah risiko infeksi berhubungan
dengan terpajan pada wabah. Data subjektif: klien mengatakan keluar cairan dari jalan
lahir, data objektif: keluar cairan dari jalan lahir leukosit= 19,1 ribu/mm 3. Diagnosa
keperawatan yang kedua adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan
lingkungan ditandai dengan menyatakan tidak merasa cukup istirahat. Data subjektif:
klien mengatakan tidurnya terganggu karena lingkungan yang tidak kondusif, data
objektif: klien tampak kelelahan. Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah
ansietas berhubungan dengan ancaman keatian ditandai dengan perilaku pasien yang
gelisah. Data subjektif: klien mengatakan khawatir terhadap kehamilannya, data
objektif: klien tampak gelisah.
Tujuan keperawatan untuk diagnosa risiko infeksi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam adalah: diharapkan risiko infeksi teratasi dengan kiteria
hasil yaitu tidak ada tanda-tanda infeksi dan leukosit normal. Intervensi yang
diberikan: monitor TTV, DJJ, dan WBC, anjurkan klien untuk istirahat, motivasi
bedress, kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian obat.
Tujuan keperawatan untuk diagnosa gangguan pola tidur setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam adalah: diharapkan gangguan pola tidur
teratasi dengan kiteria hasil yaitu klien mampu meningkatkan kualitas tidur dan
kebutuhan jam tidur terpenuhi dengan intervensi monitor pola tidur klien, ssuaikan
lingkungan untuk meningkatkan tidur, njurkan klien untuk menghindari makanan dan
minuman yang mengganggu tidur.
Tujuan keperawatan untuk diagnosa ansietas setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam adalah: diharapkan masalah ansietas dapat teratasi
dengan kiteria hasil yait klien dapat beristirahat dan perasaan gelisah klien hilang
dengan intervensi: pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien, beri
dukungan agar klien berfikir positif, kenal latar belakang budaya/spiritual klien.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 8-10 Januari 2019
sama dengan interveni keperawatan yang telah dibuat untuk masing-masing diagnosa
yang telah ditegakkan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari diagnosa risiko infeksi
belum teratasi karena ketuban masih keluar dari jalan lahir dan leukosit tinggi yaitu
20,8 ribu/mm3 dan gagguan pola tidur teratasi karena evaluasi yang didapat sama
dengan kriteria hasil yang di tetapkan, untuk masalah ansietas belum teratasi karena
evaluasi akhir belum sesuai dengan kriteria hasil.

IV. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis akan memaparkan pembahasan
dari masing masing tahap asuhan keperawatan yang telah dilakukan, pengumpulan
data dasar yang dilakukan pada tahap pengkajian dilakukan secara sistematis dan
cermat meliputi pengumpulan data subjektif dan data objektif sesuai dengan teori
Carpenito (2009).
Data untuk diagnosa risiko infeksi meliputi data subjektif: klien mengatakan
keluar cairan dari jalan lahir. Pada data objektif terlihat cairan yang keluar dari jalan
lahir dan hasil laboratorium klien menunjukkan leukosit tinggi yaitu 19,1 ribu mm/ 3 .
Dari data tersebut penulis menetapkan masalah keperawatan risiko infeksi sesuai
dengan teori NANDA (2015) bahwa faktor yang berhubungan dengan risiko infeksi
adalah terpejan wabah. Data untuk diagnosa kedua yaitu masalah gangguang pola
tidur meliputi data subjektif: klien mengatakan tidurnya terganggu karena lingkungan
yang tidak kondusif, data objektif: klien tampak kelelahan. Hal ini sesuai dengan teori
Ahmad (2011) Dari data tersebut penulis menetapkan masalah keperawatan gangguan
pola tidur sesuai dengan teori NANDA (2015) bahwa faktor yang berhubungan
dengan masalah tersebut adalah halangan lingkungan dengan batasan karakteristik
menyatakan tidak merasa cukup istirahat. Data untuk diagnosa terakhir yaitu ansietas
meliputi data subjektif: klien mengatakan khawatir terhadap kehamilannya, data
objektif: klien tampak gelisah. Dari data tersebut penulis menetapkan masalah
keperawatan ansietas sesuai dengan teori NANDA (2015) bahwa faktor yang
berhubungan dengan masalah tersebut adalah ancaman kematian dengan batasan
karakteristik perilaku pasien gelisah.
Pada tahap intervensi keperawatan dilakukan penetapan prioritas utama dari
masalah-masalah keperawatan yang muncul. Penulis menetapkan masalah
keperawatan yang pertama adalah risiko infeksi. Intervensi yang penulis tetapkan
harus sesuai dengan prinsip keperawatan atau yang bisa disebut ONEC sesuai dengan
teori dari Hidayat (2008). O (Observation) adalah pemantauan klien dengan observasi
secara langsung. N (Nursing threatment) adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat untuk mengurangi masalah yang ada . E (Education) adalah tindakan
keperawatan dalam bentuk penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan klien tentang masalah yang terjadi dalam tubuhnya serta tentang
perawatan yang dilakukan dengan baik untuk mengurangi masalah yang terjadi. C
(Colaboration) adalah tindakan keperawatan yang bekerja sama dengan tim kesehatan
yang lain seperti dokter, ahli gizi, dan lain sebagainya.
Tujuan dari intervensi masalah yang petama adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam tidak ada tanda-tanda infeksi dan leukosit normal.
Intervensi yang akan dilakukan meliputi: monitor TTV, DJJ, dan WBC, anjurkan
klien untuk istirahat, motivasi bedress, kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam
pemberian obat. Klien mendapatkan terapi infus RL 20 tetes per menit, drip
dexamethasone dan ketoprofen 2 ampul dalam cairan RL 500cc, drip metronidazol
500mg/ 24 jam, injeksi sanpicilin 1 gr/ 8 jam, injeksi ranitidin 1 ampul/ 24 jam,
injeksi primperan 1 ampul/ 24jam. Tujuan yang diharapka dari diagnosa kedua adalah
klien mampu meningkatkan kualitas tidur dan kebutuhan jam tidur terpenuhi dengan
intervensi monitor pola tidur klien, sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan tidur,
anjurkan klien untuk menghindari makanan dan minuman yang mengganggu tidur.
Tujuan yang diharapkan dari diagnosa ketiga yaitu ansietas adalah klien dapat
beristirahat dan perasaan gelisah klien hilang dengan intervensi pahami situasi krisis
yang terjadi dari perspektif klien, beri dukungan agar klien berfikir positif sesuai
dengan yang diungkapkan Redjeki (2005) bahwa terdapat peningkatan yang
bermakna pada pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu sebelum dan sesudah diberi
edukasi kesehatan.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan sama dengan rencana
keperawatan yang telah disusun berdasarkan masing-masing masalah yang telah
ditetapkan. Penulis melakukan implementasi selama 3 hari yaitu pada tanggal 8-10
Januari 2019.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Deswani, 2009).
Dengan dilakukannya evaluasi, peneliti dapat menentuan perkembangan kondisi klien
setelah dilakuan intervensi keperawatan. Perkembangan kondisi klien pada hari
pertama belum menunjukkan masalah klien teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
ditetapkan, kemudian dilanjutkan intervensi pada hari kedua, dan ketiga. Masalah
keperawatan yang teratasi hanya gangguan pola tidur, sedangkan masalah risiko
infeksi dan ansietas belum teratasi.
V. Kesimpulan
Angka leukosit klien semakin tinggi yaitu 20,8 ribu/mm3 munjukkan bahwa terjadi
infeksi. Maka dari itu, masalah keperawatan risiko infeksi yang muncul dari ketuban
pecah dini dijadikan sebagai masalah utama dan harus mendapatkan penanganan yang
tepat, sehingga bayi dapat lahir dengan sehat.
REFERENSI

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2014. Profile Kesehata Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014.
Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Jawa Tengah
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Rahmawati, Nur. 2018. Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Higeia
Juournal Of Public Health Research and Development, 2(1)
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Novi Puspitasari, Reny. 2019. Korelasi Karakteristik dengan Penyebab Penyakit Ketuban
Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD Denisa Gresik. Indonesian Journal for Health
Sciences, 3(1)
Sudarto,T. 2016. Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini paa Ibu Hamil dengan Infeksi
Menular Sseksual. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(2)
Untari, Sri. 2016. Tata Laksana Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Akademi Kebidanan An-
Nur, 1(1)
Aprillia, Nia. 2018. Faktor Risiko Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini di
RSUD Bangkinang Tahun 2017. Perioperatif Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1)
Heny, Sepduwiana. 2013. Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011. Jurnal Maternity and Neonatal, 1(3)

You might also like