Professional Documents
Culture Documents
484-Article Text-860-1-10-20181031
484-Article Text-860-1-10-20181031
484-Article Text-860-1-10-20181031
ABSTRACT
Gedi Merah (Abelmoschus manihot) is included in potential medicinal plants. Several research
results reported Gedi as anti-inflammatory and antidiabetic. The results of research on the chemical
content on the parts of Gedi Merah known there are compounds of saponins, flavonoids and steroids.
These compounds are known to have potential as an ingredient of natural medicine that provides
pharmacological effects. This study aims to test the anti-inflammatory effect of extracts of
fractionation Gedi Merah stem bark ethanol extract on Wistar white rat foot.
Preparation of Gedi Merah stem bark is dried and mashed. The powder was extracted with ethanol
95% with soxlethation method. After the extract was concentrated, continued by fractionation
resulting in a successive fraction of n-hexane, ethyl acetate and ethanol-water. Each fraction is
concentrated and identification of chemical compounds in each fraction. Test preparation for the Anti-
inflammatory test was prepared from each fraction with dose of 200 mg, 400 mg / Kg BW with the
control of Sodium Dikolfenak 10 mg / Kg BW. Pharmacological test design using pre and post control
group design. The analysis was performed on percentage data of inflammatory reduction before and
after administration of the test solution.
Anti-inflammatory effect test results revealed that all extracts of fractionation resulted in anti-
inflammatory effect and the most effective fraction giving anti-inflammatory effect was ethanol-water
fraction.
LATAR BELAKANG
Gedi (Abelmoschus manihot, L) merupakan tumbuhan tropis famili Malvaceae, yang
secara tradisional telah lama dikenal masyarakat Sulawesi Utara sebagai tanaman pangan.
Salah satu jenis Gedi yang dikenal dan dimanfaatkan masyarakat Minahasa yaitu Gedi
Merah. Masyarakat memanfaatkan daun Gedi Merah untuk dijadikan sebagai sayuran dan
dicampurkan dalam makanan khas Minahasa Bubur Manado. Pada daerah tertentu di
Sulawesi Utara, daun gedi merah digunakan dalam bentuk rebusan untuk mengobati
sariawan, diabetes, mempercepat proses kelahiran, maag, ginjal dan kolesterol.
Hasil kajian yang dilakukan oleh Mukesh dan Namita (2013), Abelmoschus manihot
termasuk dalam tanaman yang potensial sebagai antidiabetes. Beberapa penelitian terhadap
tanaman gedi memiliki efek farmakologi antara lain sebagai antiiflamasi (Jain dan Bari,
2010), penelitian yang dilaporkan oleh Adeline dkk (2015) dan Barung dkk (2015)
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun tanaman gedi merah memberikan efek farmakologi
sebagai antidiabetes. Penelitian yang dilakukan oleh Suoth dkk (2013); Mandey dkk (2012)
671
(Priyanti (2015) dan Koraag (2015) menyimpulkan bahwa terdapat senyawa saponin,
flavonoid dan steroid pada bagian daun, batang, kulit batang dan tangkai daun gedi merah.
Senyawa-senyawa ini diketahui memiliki potensi sebagai bahan obat alam yang memberikan
efek farmakolgis.
Kandungan senyawa dalam ekstrak batang gedi merah memiliki ukuran partikel yang
sangat besar, hal ini berdampak pada rendahnya tingkat kelarutan dan bioaviabilitas dari
senyawa tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dicari alternatif proses
produksi yaitu dengan pembuatan nanopartikel. Kombinasi bahan dan penstabil akan
menghasilkan ukuran butiran partikel lebih kecil dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam
kulit batang gedi merah sehingga ketika ditransformasi ke dalam tubuh masih memiliki
kemampuan bioaviabilitas yang tinggi. Teknologi nanopartikel yang telah digunakan dewasa
ini, menjanjikan adanya peningkatan efikasi obat.
Penelitian ini bertujuan menguji efek antiinflamasi ekstrak hasil fraksinasi ekstrak
etanol kulit batang gedi merah pada telapak kaki tikus putih Wistar yang diinduksi dengan
karagenin.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium menggunakan hewan uji Tikus Putih
Wistar 200-250 gram dengan rancangan pre and post control group design. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2017. Sampel Kulit Batang Gedi Merah (Abelmoschus
manihot (L.) di peroleh dari Kabupaten Minahasa Tenggara.
Instrumen : Sokhlet, Batang Pengaduk, Gelas Ukur, Vortex, Ph Meter, Sonde Oral Tikus,
Dan Pletismometer.
Bahan : Etanol 95%, Etil Asetat, N-Heksan, Cmc-Na, Karagenin, Chitosan Rantai
Pendek, Natrium Diklofenak Sebagai Pembanding Dan Akuades, Tissue,
Kapas
Prosedur Kerja
a. Pembuatan ekstrak dan fraksinasi.
Kulit batang Gedi Merah dilepaskan dari batang, dipotong-potong dan dikering anginkan
sampai kering kemudian dihaluskan dan disokhletasi dengan pelarut etanol 95% sampai
terekstraksi sempurna ditandai dengan pelarut telah menjadi jernih kembali. Filtrat yang
diperoleh dipekatkan dengan rotavapor. Ekstrak kental dilarutkan dengan campuran
etanol-air (9:1) kemudian difraksinasi secara berturut dengan pelarut n-heksana ; etil asetat
dengan perbandingan 1:1 hingga diperoleh fraksi n-heksan, fraksi etil Asetat dan fraksi
672
HASIL PENELITIAN
1. Ekstraksi Kulit Batang Gedi Merah
673
Kulit batang Gedi Merah yang telah kering berubah warna yang sebelumnya
berwarna merah menjadi cokelat kemerahan.
A B
Gambar Fraksinasi ekstrak etanol dengan n-heksan (A) dan Etil Asetat (B)
674
40
30
20 (T1) 30'
10
0 (T2) 60'
CMC Fr. N- Fr. N- Fr. Etil Fr. Etil Fr. Etanol- Fr. Etanol- Natrium
Natrium Heksan Heksan 400 Asetat 200 Asetat 400 air 200 air 400 Diklofenak (T3) 120'
200 mg/Kg mg/Kg BB mg/Kg BB mg/Kg BB mg/Kg BB mg/Kg BB 10mg/Kg
BB BB
Perlakuan
Diagram Persentase Reduksi Radang pada menit ke-30 (T1), 60 (T2) dan 120 (T3) Setelah Pemberian Larutan Uji
PEMBAHASAN
Kulit batang Gedi Merah yang diambil adalah yang berwarna merah dan tidak terlalu
muda serta tidak terlalu tua. Tanaman yang masih muda akan menghasilkan simplisia yang
rapuh dengan kadar senyawa aktif yang belum optimal. Tanaman yang terlalu tua tidak baik
675
digunakan karena terlalu banyak mengandung jaringan gabus yang tidak mempunyai
aktivitas biologi (Kementan, 2011). Kandungan getah/lendir dalam kulit batang cukup
tinggi, sehingga pada proses pengeringan perlu diangin-anginkan selama 2 hari agar getah
mengering dan selanjutnya kulit batang dilepaskan dengan cara dikupas. Soxhletasi
dilakukan hingga pelarut menjadi jernih yang menandakan semua senyawa telah terekstraksi.
Hasil soxhletasi diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator dan selanjutnya
dipekatkan di atas waterbath yang menghasilkan ekstrak kental. Tahap selanjutnya
dilakukan fraksinasi yaitu suatu proses pemisahan senyawa aktif dalam ekstrak berdasarkan
tingkat kepolarannya masing-masing.
Pengujian alkaloid pada fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi etanol-air kulit
batang Gedi Merah dilakukan dengan menggunakan pereksi Mayer dan Bouchardat. Hasil
pengujian terhadap alkaloid menunjukkan tidak terbentuk endapan.
Pengujian flavonoid menggunakan serbuk asam borat dan asam oksalat kemudian
diamati dengan sinar UV 366 nm, apabila mengandung flavonoid akan berfluroresensi
kuning intensif. Hal ini dikarenakan flavonoid mengandung gugus hidroksi berkedudukan
orto jika bereaksi dengan asam borat dan asam oksalat akan berfluroresensi kuning intensif
di bawah sinar UV 366 nm (Puspitasari dkk, 2013). Flavonoid teridentifikasi pada tiap fraksi
dengan karena sifat kepolarannya. Flavonoid dapat terlarut dalam pelarut polar, semi polar,
dan non polar. Flavonoid jenis polimetil atau polimetoksi larut dalam heksan, Aglikon
flavonoid polihidroksi larut dalam etil asetat, Glikosida flavonoid sedikit larut dalam etil
asetat dan sangat larut dalam air (Nurung, 2016).
Pengujian saponin pada masing-masing fraksi ekstrak kulit batang Gedi Merah
dilakukan dengan menambahkan 10 ml air panas, kemudian didinginkan dan dikocok kuat
menghasilkan busa yang tidak hilang dengan penambahan HCl 2N. Hasil yang didapat
menunjukkan masing-masing fraksi n-heksan kulit batang Gedi Merah mengandung saponin.
Senyawa saponin memiliki gugus glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar sedangkan
gugus steroid dan triterpenoid sebagai gugus nonpolar. Senyawa yang memiliki gugus polar
dan nonpalar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat
membentuk misel. Pada struktur misel gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus
nonpolarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa, karena itu
dalam analisis ini dilihat kemampuan sampel dalam membentuk busa (Sangi dkk, 2008).
Timbulnya buih menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk
buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Nugrahani, 2016).
676
Pengujian tanin pada masing-masing fraksi ekstrak kulit batang Gedi Merah dengan
penambahan larutan FeCl3 memberikan hasil yang berbeda. Pada fraksi etanol-air
menunjukkan hasil yang positif mengandung tanin ditandai dengan perubahan warna hijau
kehitaman. Struktur senyawa tanin tersusun atas atom-atom yang berbeda dan tanin memiliki
gugus hidroksi lebih dari satu yang menyebabkan tanin bersifat polar (Sa’adah, 2010).
Pemberian induksi dengan karagenin pada telapak kaki tikus dapat menghasilkan
radang dengan volume tertentu dan dapat diketahui dengan membandingkan volume telapak
kaki tikus sebelum dan sesudah induksi karagenin. Karagenin dipilih untuk menguji obat
antiinflamasi karena tidak bersifat antigenik dan tidak menimbulkan efek sistemik
(Chakraborty et al., 2004).
Pada gambar diagram reduksi radang terlihat bahwa pada menit ke-30 kelompok yang
diberi perlakuan dengan larutan uji secara berturut Fraksi etanol-air pada dosis 200 mg, 400
mg/kg BB, Natirum Diklofenak 10 mg/Kg BB dan Fraksi Etil Asetat 400 mg/Kg BB
menunjukkan reduksi radang lebih dari 20% dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.
Pada menit ke-60 kelompok yang diberi perlakuan dengan larutan uji secara berturut
Fraksi etanol-air pada dosis 200 mg, 400 mg/kg BB, Natirum Diklofenak 10 mg/Kg BB dan
Fraksi n-heksan 400 mg/Kg BB dan kelompok CMC menunjukkan reduksi radang lebih dari
20% dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.
Pada menit ke-120 kelompok yang diberi perlakuan dengan larutan uji secara berturut
Fraksi etanol-air pada dosis 200 mg, 400 mg/kg BB, Natirum Diklofenak 10 mg/Kg BB,
Fraksi n-heksan 400 mg/Kg BB, Fraksi Etil Asetat 400 mg/Kg BB, dan kelompok CMC
menunjukkan reduksi radang lebih dari 20% dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pemberian larutan uji berupa fraksi-fraksi
ekstrak Kulit Batang Gedi Merah menunjukkan reduksi radang yang mengindikasikan adanya
kerja sebagai antiinflamasi tetapi efek ini besarnya bervariasi antar kelompok perlakuan.
Analisa statistika dilakukan dengan melakukan uji Kolmogorov Smirnov diketahui
data terdiribusi normal pada menit ke 30, 60 dan 120 dengan nilai signifikansi secara berturut
0,670; 0,455; 0,497. Uji parametrik dengan Anava diketahui terjadi perbedaan yang
bermakna pada menit ke-30 dengan nilai signifikansi sebesar 0,023>0,05 sedangkan pada
menit ke 60 dan 120 tidak terdapat perbedaan yang bermakna (0,522; 0,151)
Berdasarkan analisa yang dilakukan diketahui secara deskriptif diketahui bahwa
pemberian larutan uji berupa fraksi-fraksi ektrak Kulit Batang Gedi Merah telah
menunjukkan adanya kemampuan untuk mereduksi radang. Kemampuan ini bervariasi pada
tiap kelompok. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi biologis dari hewan uji yang yang
677
selalu berupaya untuk merespon atau mereduksi setiap perubahan yang merusak dalam diri
hewan uji.
Dari semua kelompok perlakuan yang diberi larutan uji maka kelompok yang diberi
larutan uji fraksi etanol-air yang memberikan efek antiinflamasi yang efektif dari pengukuran
menit ke-30, 60 dan 120 menit. Meskipun demikian hasil uji statistika tidak memperlihatkan
perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan dalam menimbulkan efek antiinflamasi.
Menurut Jain dan Bari (2010) dan Onakpa (2013) bahwa kemampuan sebagai
antiinflamasi tersebut karena adanya kandungan flavonoid, steroid dan triterpenoid. Pada
tahap identifikasi diketahui pada semua fraksi mengandung flavonoid. Selain itu pada fraksi
n-Heksan mengandung saponin dan fraksi mengandung tanin. Senyawa-senyawa ini yang
bertanggungjawab sebagai antiinflamasi.
Pada penelitian ini belum terlihat adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan dosis yang diberikan masih terlalu kecil karena
ekstrak telah difraksinasi terlebih dahulu. Dibandingkan dengan apa yang dilakukan Jain dan
Bari (2010) dengan dosis yang sama dari ekstrak petroleum eter dan ekstrak metanol Batang
kayu Gedi Merah sudah menujukkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan ini mungkin
dipengaruhi oleh jenis ekstrak atau bagian simplisia yang digunakan.
KESIMPULAN
Pada semua fraksi ekstrak Kulit Batang Gedi Merah memberikan efek antiinflamasi dan
Fraksi yang paling efektif memberikan efek antiinflamasi adalah frkasi etanol.
SARAN
Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pemberian ekstrak tanpa harus
difraksinasi atau dibuat dalam bentuk sediaan nanopartikel.
DAFTAR PUSTAKA
Adeline, F., Wuisan, J., Awaloei, H. 2015. Uji Efek Gedi Merah Terhadap Kadar Gula Darah
Tikus Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Aloksan. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1): 490-
495
Barung, E.N., Banne, Y., Ulaen, S.P.J., Dumanauw, J.M.2015. Effect Decrease The Blood
Glucose Levels on Rats (Rattus norvegicus) After Treatment With Gedi Merah Leaf
Extract (Abelmoschus manihot L.Medik). Prosiding. Pharmacy And Advanced
Pharmaceutical Siences. Yogyakarta
Chakraborty, A. R. K. B., Devi, S., Rita, K.H., Sharatachandra, T.H., & Sing, I. 2004.
Preliminery Studies on Antiinflamatory and Analgesic Activities of Spilanthes acmella
678