484-Article Text-860-1-10-20181031

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

670

Fraksi Ekstrak Kulit Batang Gedi Merah (Abelmoschus Manihot, L.)


Medik) Sebagai Anti-Inflamasi Pada Tikus Putih Wistar
(Rattus Novergicus)

Jovie Mien Dumanauw1, Vega Roosa Fione2


1) Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado
2) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado
Email : joviedumanauw@gmail.com

ABSTRACT
Gedi Merah (Abelmoschus manihot) is included in potential medicinal plants. Several research
results reported Gedi as anti-inflammatory and antidiabetic. The results of research on the chemical
content on the parts of Gedi Merah known there are compounds of saponins, flavonoids and steroids.
These compounds are known to have potential as an ingredient of natural medicine that provides
pharmacological effects. This study aims to test the anti-inflammatory effect of extracts of
fractionation Gedi Merah stem bark ethanol extract on Wistar white rat foot.
Preparation of Gedi Merah stem bark is dried and mashed. The powder was extracted with ethanol
95% with soxlethation method. After the extract was concentrated, continued by fractionation
resulting in a successive fraction of n-hexane, ethyl acetate and ethanol-water. Each fraction is
concentrated and identification of chemical compounds in each fraction. Test preparation for the Anti-
inflammatory test was prepared from each fraction with dose of 200 mg, 400 mg / Kg BW with the
control of Sodium Dikolfenak 10 mg / Kg BW. Pharmacological test design using pre and post control
group design. The analysis was performed on percentage data of inflammatory reduction before and
after administration of the test solution.
Anti-inflammatory effect test results revealed that all extracts of fractionation resulted in anti-
inflammatory effect and the most effective fraction giving anti-inflammatory effect was ethanol-water
fraction.

Keywords : Gedi Merah, Fractionation, Anti inflammation

LATAR BELAKANG
Gedi (Abelmoschus manihot, L) merupakan tumbuhan tropis famili Malvaceae, yang
secara tradisional telah lama dikenal masyarakat Sulawesi Utara sebagai tanaman pangan.
Salah satu jenis Gedi yang dikenal dan dimanfaatkan masyarakat Minahasa yaitu Gedi
Merah. Masyarakat memanfaatkan daun Gedi Merah untuk dijadikan sebagai sayuran dan
dicampurkan dalam makanan khas Minahasa Bubur Manado. Pada daerah tertentu di
Sulawesi Utara, daun gedi merah digunakan dalam bentuk rebusan untuk mengobati
sariawan, diabetes, mempercepat proses kelahiran, maag, ginjal dan kolesterol.
Hasil kajian yang dilakukan oleh Mukesh dan Namita (2013), Abelmoschus manihot
termasuk dalam tanaman yang potensial sebagai antidiabetes. Beberapa penelitian terhadap
tanaman gedi memiliki efek farmakologi antara lain sebagai antiiflamasi (Jain dan Bari,
2010), penelitian yang dilaporkan oleh Adeline dkk (2015) dan Barung dkk (2015)
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun tanaman gedi merah memberikan efek farmakologi
sebagai antidiabetes. Penelitian yang dilakukan oleh Suoth dkk (2013); Mandey dkk (2012)
671

(Priyanti (2015) dan Koraag (2015) menyimpulkan bahwa terdapat senyawa saponin,
flavonoid dan steroid pada bagian daun, batang, kulit batang dan tangkai daun gedi merah.
Senyawa-senyawa ini diketahui memiliki potensi sebagai bahan obat alam yang memberikan
efek farmakolgis.
Kandungan senyawa dalam ekstrak batang gedi merah memiliki ukuran partikel yang
sangat besar, hal ini berdampak pada rendahnya tingkat kelarutan dan bioaviabilitas dari
senyawa tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dicari alternatif proses
produksi yaitu dengan pembuatan nanopartikel. Kombinasi bahan dan penstabil akan
menghasilkan ukuran butiran partikel lebih kecil dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam
kulit batang gedi merah sehingga ketika ditransformasi ke dalam tubuh masih memiliki
kemampuan bioaviabilitas yang tinggi. Teknologi nanopartikel yang telah digunakan dewasa
ini, menjanjikan adanya peningkatan efikasi obat.
Penelitian ini bertujuan menguji efek antiinflamasi ekstrak hasil fraksinasi ekstrak
etanol kulit batang gedi merah pada telapak kaki tikus putih Wistar yang diinduksi dengan
karagenin.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium menggunakan hewan uji Tikus Putih
Wistar 200-250 gram dengan rancangan pre and post control group design. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2017. Sampel Kulit Batang Gedi Merah (Abelmoschus
manihot (L.) di peroleh dari Kabupaten Minahasa Tenggara.
Instrumen : Sokhlet, Batang Pengaduk, Gelas Ukur, Vortex, Ph Meter, Sonde Oral Tikus,
Dan Pletismometer.
Bahan : Etanol 95%, Etil Asetat, N-Heksan, Cmc-Na, Karagenin, Chitosan Rantai
Pendek, Natrium Diklofenak Sebagai Pembanding Dan Akuades, Tissue,
Kapas
Prosedur Kerja
a. Pembuatan ekstrak dan fraksinasi.
Kulit batang Gedi Merah dilepaskan dari batang, dipotong-potong dan dikering anginkan
sampai kering kemudian dihaluskan dan disokhletasi dengan pelarut etanol 95% sampai
terekstraksi sempurna ditandai dengan pelarut telah menjadi jernih kembali. Filtrat yang
diperoleh dipekatkan dengan rotavapor. Ekstrak kental dilarutkan dengan campuran
etanol-air (9:1) kemudian difraksinasi secara berturut dengan pelarut n-heksana ; etil asetat
dengan perbandingan 1:1 hingga diperoleh fraksi n-heksan, fraksi etil Asetat dan fraksi
672

etanol-air. Masing-masing pelarut diuapkan hingga diperoleh ekstrak masing-masing


fraksi.
b. Identifikasi Metabolit Sekunder
Identifikasi dilakukan pada masing-masing fraksi. Untuk senyawa alkaloid menggunakan
pereaksi Mayer dan Pereaksi Bouchardat, senyawa flavonoid dengan uji serbuk seng dan
serbuk magnesium, senyawa tanin dengan pereaksi larutan FeCl3 dan saponin dengan uji
pembentukan busa (Depkes, 1995).
c. Uji Farmakologi
Sebelum digunakan tikus diadaptasikan dan dipuasakan dan dikelompokkan sesuai
perlakuan ;
Kelompok I-II : Akuades (kontrol), suspensi Natrium CMC
Kelompok III-IV : suspensi ekstrak Fraksi n-heksan masing-masing 200 mg dan 400
mg/KgBB
Kelompok V-VI : suspensi ekstrak Fraksi Etil Asetat 200 mg dan 400mg/KgBB
Kelompok VII-VIII : suspensi ekstrak Fraksi etanol 200 mg dan 400 mg/KgBB
Kelompok IX : suspensi Diklofenak Natrium 10 mg/KgBB
Masing-masing tikus ditimbang dan kaki kanan belakang diberi tanda di atas lutut, lalu
volume telapak kaki segera diukur dengan mencelupkan telapak kaki (sampai tanda) ke
dalam air raksa pada alat pletismometer untuk mengetahui volume normal telapak kaki.
Semua telapak kaki kanan tikus pada masing-masing kelompok disuntikkan dengan
larutan Karagenin 1% sebanyak 0,1 ml dan segera diukur volume udem. Masing-masing
tikus diberi perlakuan larutan uji sesuai dengan kelompoknya dan diukur volume telapak
kaki kanan pada menit ke- 30,60 dan 120 dan dihitung persentase (%) reduksi radang
untuk tiap perlakuan menggunakan rumus:
(𝑉𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑒𝑚 𝑘𝑎𝑘𝑖 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 − 𝑉𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑒𝑚 𝑘𝑎𝑘𝑖 𝑡𝑘𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
% 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔 = 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑑𝑒𝑚 𝑘𝑎𝑘𝑖 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
d. Analisis Data
Data hasil identifikasi metabolit sekunder disajikan dalam bentuk gambar dan tabel,
dianalisa secara deskriptif dibandingkan dengan literatur. Data persentase reduksi radang
disajikan dalam bentuk diagram dan diuji secara statistik Anava dengan taraf kepercayaan
95%.

HASIL PENELITIAN
1. Ekstraksi Kulit Batang Gedi Merah
673

Kulit batang Gedi Merah yang telah kering berubah warna yang sebelumnya
berwarna merah menjadi cokelat kemerahan.

Gambar Kulit Batang Gedi Merah Segar, Keringkan dan Serbuk


Serbuk simplisia kulit batang Gedi Merah diekstraksi dengan cara soxhletasi
menggunakan pelarut etanol 95% (1:10) dan hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotavapor
kemudian dilanjutkan di atas waterbath. Ekstrak kental memiliki warna hijau kecoklatan
dan berbau khas diperoleh sebanyak 20,8 gram. Rendemen yang diperoleh dari ekstrak
kental yaitu 10,4 %

Gambar 2. Sokhletasi dan Ekstrak Kulit Batang Gedi Merah


2. Fraksinasi
Fraksinasi dilakukan dengan melarutkan ekstrak kental dalam campuran air dan
etanol 95% (9:1) kemudian difraksinasi secara berturut dengan pelarut n-Heksan dan Etil
Asetat secara berturut dan menghasilkan rendemen ekstrak sebesar 11%, 10% dan 70%.

A B
Gambar Fraksinasi ekstrak etanol dengan n-heksan (A) dan Etil Asetat (B)
674

3. Hasil Identifikasi Metabolit Sekunder Fraksi N-Heksana


Tabel . Hasil Identifikasi Metabolit Sekunder Terhadap Fraksi N-Heksana Ekstrak Kulit Batang
Gedi Merah.
Golongan
No. Pengujian Literatur Hasil Penelitian
senyawa
n-Heksan Etil Asetat Etanol-Air
Endapan
Mayer Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan
putih/kuning
1. Alkaloid
Endapan
Bouchardat Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan
cokelat-hitam
Asam borat +
Kuning
asam oksalat Kuning intensif Kuning intensif Kuning intensif
intensif
(UV 366)
2 Flavonoid Merah tua –
HCL, panaskan Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
ungu
Merah –
HCL + Mg Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
jingga
Biru-hijau
FeCl3 Tidak berwarna Tidak berwarna Hijau Kehitaman
3. Tanin kehitaman
Gelatin Endapan putih Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan
Air panas + Busa yang
4. Saponin Busa yang mantap Tidak ada busa Tidak ada busa
HCL mantap

4. Pengujian Anti Inflamasi Fraksi n-Heksan, Etil Asetat dan Etanol-Air


Pengujian antiinflamasi diawali dengan membuat radang sebagai tanda terjadinya
inflamasi pada telapak kaki tikus dengan menyuntikkan Larutan Karagenin 1% sebanyak
0,1 mL sebagai larutan induksi.
Pesentase reduksi radang pada menit ke-30, 60 dan 120 disajikan dalam bentuk diagram :
50
% Reduksi Radang

40
30
20 (T1) 30'
10
0 (T2) 60'
CMC Fr. N- Fr. N- Fr. Etil Fr. Etil Fr. Etanol- Fr. Etanol- Natrium
Natrium Heksan Heksan 400 Asetat 200 Asetat 400 air 200 air 400 Diklofenak (T3) 120'
200 mg/Kg mg/Kg BB mg/Kg BB mg/Kg BB mg/Kg BB mg/Kg BB 10mg/Kg
BB BB

Perlakuan

Diagram Persentase Reduksi Radang pada menit ke-30 (T1), 60 (T2) dan 120 (T3) Setelah Pemberian Larutan Uji

PEMBAHASAN
Kulit batang Gedi Merah yang diambil adalah yang berwarna merah dan tidak terlalu
muda serta tidak terlalu tua. Tanaman yang masih muda akan menghasilkan simplisia yang
rapuh dengan kadar senyawa aktif yang belum optimal. Tanaman yang terlalu tua tidak baik
675

digunakan karena terlalu banyak mengandung jaringan gabus yang tidak mempunyai
aktivitas biologi (Kementan, 2011). Kandungan getah/lendir dalam kulit batang cukup
tinggi, sehingga pada proses pengeringan perlu diangin-anginkan selama 2 hari agar getah
mengering dan selanjutnya kulit batang dilepaskan dengan cara dikupas. Soxhletasi
dilakukan hingga pelarut menjadi jernih yang menandakan semua senyawa telah terekstraksi.
Hasil soxhletasi diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator dan selanjutnya
dipekatkan di atas waterbath yang menghasilkan ekstrak kental. Tahap selanjutnya
dilakukan fraksinasi yaitu suatu proses pemisahan senyawa aktif dalam ekstrak berdasarkan
tingkat kepolarannya masing-masing.
Pengujian alkaloid pada fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi etanol-air kulit
batang Gedi Merah dilakukan dengan menggunakan pereksi Mayer dan Bouchardat. Hasil
pengujian terhadap alkaloid menunjukkan tidak terbentuk endapan.
Pengujian flavonoid menggunakan serbuk asam borat dan asam oksalat kemudian
diamati dengan sinar UV 366 nm, apabila mengandung flavonoid akan berfluroresensi
kuning intensif. Hal ini dikarenakan flavonoid mengandung gugus hidroksi berkedudukan
orto jika bereaksi dengan asam borat dan asam oksalat akan berfluroresensi kuning intensif
di bawah sinar UV 366 nm (Puspitasari dkk, 2013). Flavonoid teridentifikasi pada tiap fraksi
dengan karena sifat kepolarannya. Flavonoid dapat terlarut dalam pelarut polar, semi polar,
dan non polar. Flavonoid jenis polimetil atau polimetoksi larut dalam heksan, Aglikon
flavonoid polihidroksi larut dalam etil asetat, Glikosida flavonoid sedikit larut dalam etil
asetat dan sangat larut dalam air (Nurung, 2016).
Pengujian saponin pada masing-masing fraksi ekstrak kulit batang Gedi Merah
dilakukan dengan menambahkan 10 ml air panas, kemudian didinginkan dan dikocok kuat
menghasilkan busa yang tidak hilang dengan penambahan HCl 2N. Hasil yang didapat
menunjukkan masing-masing fraksi n-heksan kulit batang Gedi Merah mengandung saponin.
Senyawa saponin memiliki gugus glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar sedangkan
gugus steroid dan triterpenoid sebagai gugus nonpolar. Senyawa yang memiliki gugus polar
dan nonpalar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air saponin dapat
membentuk misel. Pada struktur misel gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus
nonpolarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa, karena itu
dalam analisis ini dilihat kemampuan sampel dalam membentuk busa (Sangi dkk, 2008).
Timbulnya buih menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk
buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Nugrahani, 2016).
676

Pengujian tanin pada masing-masing fraksi ekstrak kulit batang Gedi Merah dengan
penambahan larutan FeCl3 memberikan hasil yang berbeda. Pada fraksi etanol-air
menunjukkan hasil yang positif mengandung tanin ditandai dengan perubahan warna hijau
kehitaman. Struktur senyawa tanin tersusun atas atom-atom yang berbeda dan tanin memiliki
gugus hidroksi lebih dari satu yang menyebabkan tanin bersifat polar (Sa’adah, 2010).
Pemberian induksi dengan karagenin pada telapak kaki tikus dapat menghasilkan
radang dengan volume tertentu dan dapat diketahui dengan membandingkan volume telapak
kaki tikus sebelum dan sesudah induksi karagenin. Karagenin dipilih untuk menguji obat
antiinflamasi karena tidak bersifat antigenik dan tidak menimbulkan efek sistemik
(Chakraborty et al., 2004).
Pada gambar diagram reduksi radang terlihat bahwa pada menit ke-30 kelompok yang
diberi perlakuan dengan larutan uji secara berturut Fraksi etanol-air pada dosis 200 mg, 400
mg/kg BB, Natirum Diklofenak 10 mg/Kg BB dan Fraksi Etil Asetat 400 mg/Kg BB
menunjukkan reduksi radang lebih dari 20% dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.
Pada menit ke-60 kelompok yang diberi perlakuan dengan larutan uji secara berturut
Fraksi etanol-air pada dosis 200 mg, 400 mg/kg BB, Natirum Diklofenak 10 mg/Kg BB dan
Fraksi n-heksan 400 mg/Kg BB dan kelompok CMC menunjukkan reduksi radang lebih dari
20% dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.
Pada menit ke-120 kelompok yang diberi perlakuan dengan larutan uji secara berturut
Fraksi etanol-air pada dosis 200 mg, 400 mg/kg BB, Natirum Diklofenak 10 mg/Kg BB,
Fraksi n-heksan 400 mg/Kg BB, Fraksi Etil Asetat 400 mg/Kg BB, dan kelompok CMC
menunjukkan reduksi radang lebih dari 20% dibandingkan kelompok perlakuan lainnya.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pemberian larutan uji berupa fraksi-fraksi
ekstrak Kulit Batang Gedi Merah menunjukkan reduksi radang yang mengindikasikan adanya
kerja sebagai antiinflamasi tetapi efek ini besarnya bervariasi antar kelompok perlakuan.
Analisa statistika dilakukan dengan melakukan uji Kolmogorov Smirnov diketahui
data terdiribusi normal pada menit ke 30, 60 dan 120 dengan nilai signifikansi secara berturut
0,670; 0,455; 0,497. Uji parametrik dengan Anava diketahui terjadi perbedaan yang
bermakna pada menit ke-30 dengan nilai signifikansi sebesar 0,023>0,05 sedangkan pada
menit ke 60 dan 120 tidak terdapat perbedaan yang bermakna (0,522; 0,151)
Berdasarkan analisa yang dilakukan diketahui secara deskriptif diketahui bahwa
pemberian larutan uji berupa fraksi-fraksi ektrak Kulit Batang Gedi Merah telah
menunjukkan adanya kemampuan untuk mereduksi radang. Kemampuan ini bervariasi pada
tiap kelompok. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi biologis dari hewan uji yang yang
677

selalu berupaya untuk merespon atau mereduksi setiap perubahan yang merusak dalam diri
hewan uji.
Dari semua kelompok perlakuan yang diberi larutan uji maka kelompok yang diberi
larutan uji fraksi etanol-air yang memberikan efek antiinflamasi yang efektif dari pengukuran
menit ke-30, 60 dan 120 menit. Meskipun demikian hasil uji statistika tidak memperlihatkan
perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan dalam menimbulkan efek antiinflamasi.
Menurut Jain dan Bari (2010) dan Onakpa (2013) bahwa kemampuan sebagai
antiinflamasi tersebut karena adanya kandungan flavonoid, steroid dan triterpenoid. Pada
tahap identifikasi diketahui pada semua fraksi mengandung flavonoid. Selain itu pada fraksi
n-Heksan mengandung saponin dan fraksi mengandung tanin. Senyawa-senyawa ini yang
bertanggungjawab sebagai antiinflamasi.
Pada penelitian ini belum terlihat adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan dosis yang diberikan masih terlalu kecil karena
ekstrak telah difraksinasi terlebih dahulu. Dibandingkan dengan apa yang dilakukan Jain dan
Bari (2010) dengan dosis yang sama dari ekstrak petroleum eter dan ekstrak metanol Batang
kayu Gedi Merah sudah menujukkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan ini mungkin
dipengaruhi oleh jenis ekstrak atau bagian simplisia yang digunakan.

KESIMPULAN
Pada semua fraksi ekstrak Kulit Batang Gedi Merah memberikan efek antiinflamasi dan
Fraksi yang paling efektif memberikan efek antiinflamasi adalah frkasi etanol.

SARAN
Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pemberian ekstrak tanpa harus
difraksinasi atau dibuat dalam bentuk sediaan nanopartikel.

DAFTAR PUSTAKA
Adeline, F., Wuisan, J., Awaloei, H. 2015. Uji Efek Gedi Merah Terhadap Kadar Gula Darah
Tikus Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Aloksan. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3(1): 490-
495
Barung, E.N., Banne, Y., Ulaen, S.P.J., Dumanauw, J.M.2015. Effect Decrease The Blood
Glucose Levels on Rats (Rattus norvegicus) After Treatment With Gedi Merah Leaf
Extract (Abelmoschus manihot L.Medik). Prosiding. Pharmacy And Advanced
Pharmaceutical Siences. Yogyakarta
Chakraborty, A. R. K. B., Devi, S., Rita, K.H., Sharatachandra, T.H., & Sing, I. 2004.
Preliminery Studies on Antiinflamatory and Analgesic Activities of Spilanthes acmella
678

in Experimental Animal Models. Indian Journal Pharmacology, Vol. 36 (3): 148-


150
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Edisi VI. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Jain, P.S. dan Bari, S.B. 2010. Anti-Inflammatory Activity of Abelmoschus manihot Extract.
International Journal of Pharmacology 6(4): 505-509
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2011). Pedoman Teknologi Penanganan
Pascapanen Tanaman Obat. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat. Jakarta.
Koraag, A. 2015. Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder pada Ekstrak Tangkai
Daun, Kulit Batang dan Batang Tanaman Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.).
Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado.
Mandey, J.S., Soetanto, H., Sjofjan, O.,dan Tulung, B. 2014. Genetics characterization,
nutritional and hytochemicals potential of gedi leaves (Abelmoschus manihot (L.)
Medik) growing in the North Sulawesi of Indonesia as a candidate of poultry feed.
Journal of Research in Biology 4(2).
Mukesh, R. Dan Namita, P. 2013. Medicinal Plants with Antidiabetic Potential - A Review.
American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci., 13 (1): 81-94, 2013
Muslichah, S. 2013. Efek Anti inflamasi Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens Merr
& Perry) dan Fraksi-Fraksinya Terhadap Edema Kaki Tikus Terinduksi Karagenin.
Prosiding Seminar Nasional Current Challenges in Drug Use and Development
:Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinis. Jember
Nugrahani, R., Andayani, Y., Hakim, A. (2016). Skrining Fitokimia dari Ekstrak Buah buncis
(Phaseolus vulgaris L) dalam sediaan serbuk. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA.
2(1):35-42.
Nurung, S. H. HR. (2016). Penentuan Kadar Total Fenolik, Flavonoid, dan Karotenoid
Ekstrak Etanol Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiate L.) menggunakan
Spektrofometer UV-VIS. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar.
Onakpa, M.M. 2013. Ethnomedicinal, phytochemical and pharmacological profile of genus
Abelmoschus . Phytopharmacology, 4(3), 648-663
Priyanti, P.L. 2015. Pengaruh Pengolahan Simplisia Tanaman Gedi Merah (Abelmoschus
manihot, L.Medik) Terhadap Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder. Karya Tulis
Ilmiah. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado.
Puspitasari, L., Swastini, D. A., Arisanti, C. I. A. (2013). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
95 % Kulit Buah Manggis. Skripsi. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana.
Sa’adah, L. (2010). Isolasi dan Identfikasi Senyawa Tanin dari Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sangi, M., Runtuwene, M. R. J., Simbala, H. E. I., Makang, V. M. A. (2008). Analisis
Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem prog. 1(1):47-53.
Suoth, E., Kaempe, H., dan Tampi, A. (2013). Evaluasi Kandungan Total Polifenol Dan
Isolasi Senyawa Flavonoid Pada Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L. Medik).
Skripsi. Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Kristen Indonesia, Tomohon.

You might also like