Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH

(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Teluk Keramat)

Agi Januarti, Amrazi Zakso, Supriadi


Program Studi Magister Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN PONTIANAK
Email : agijanuarti.aj@gmail.com

Abstract
This study aims to describe the implementation of multicultural education in 1
Teluk Keramat senior high school. This research is a qualitative research. The
research subjects were Principals, Teachers, and Students. The results of the
study show the strategies carried out by schools in implementing multicultural
education through the implementation of multicultural education in schools
seen from the dimension of content integration. integration into self-
programmed and programmed self-development activities. Programmed self-
development activities in the form of extracurricular activities, and non-
programmed self-development activities consist of routine activities carried out
on a scheduled basis, spontaneous activities and exemplary activities.
Integration into social studies subjects, integration in subjects is carried out in
each subject or theme in learning. Supporting factors are the school climate,
school curriculum, facilities and infrastructure, the role of teachers, school
programs and activities, and students. The inhibiting factors are individual
attitudes, lack of diversity media, posters about diversity and multicultural
values, and lack of socialization. In addition, multicultural education in the
form of practical activities outside of school in particular is still lacking in
schools. Efforts to overcome obstacles include emphasizing values of respect,
respect and tolerance. Supported by school policies that carry out noble
character education, add diversity posters, socialize, conduct activities outside
of school by participating students in various activities outside of school.

Keywords: implementation, education, multicultural

PENDAHULUAN menuntut rasa saling toleransi,


Bangsa Indonesia adalah bangsa menghormati dan menghargai antar
yang kaya dengan beragam budaya dan perbedaan tersebut. Keragaman yang
agama sehingga bangsa ini memiliki ada sering mengakibatkan diskriminasi
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang yang berujung pada konflik dan
berarti berbeda-beda, tetapi satu juga. kekerasan. Negara kita seringkali
Indonesia adalah negara yang dilanda konflik dan kekerasan antar
multikultural. Negara yang kaya akan masyarakat yang dapat menyebabkan
keberagaman, baik itu etnis, bahasa, perpecahan, baik itu konflik etnis
suku, ras, adat istiadat dan agama yang maupun konflik antar pemeluk agama.
tersebar di seluruh penjuru tanah air. Upaya mengatasi permasalahan yang
Keragaman tersebut merupakan identitas disebabkan oleh keragaman bangsa
bangsa Indonesia. Khoirul Mahfud tersebut salah satunya adalah melalui
(2016 : 214) menjelaskan bahwa jalur pendidikan. Pendidikan adalah
Keragaman masyarakat Indonesia usaha sadar yang dilaksanakan melalui

1
proses pembelajaran untuk sesuatu yang wajar. Penerapan
mengembangkan potensi peserta didik pendidikan multikultural sangat penting
yang berguna bagi dirinya, masyarakat untuk meminimalisasi dan mencegah
dan negara (Undang-Undang RI No. 20 terjadinya konflik di beberapa daerah.
Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 1). Melalui pendidikan multikultural, sikap
Seiring banyaknya permasalahan dan mindset (pemikiran) siswa akan
yang muncul disebabkan oleh lebih terbuka untuk memahami dan
keragaman tersebut, maka lahir menghargai keberagaman.
pemikiran untuk mengembangkan Banks (dalam Amrazi Zakso, 2011
pendidikan multikultural di Indonesia. : 134) menyatakan bahwa ada 5 dimensi
Khoirul Mahfud (2016 : 216) pokok dalam pendidikan multikultur,
menjelaskan bahwa penyelenggaraan yakni : (a). content integration, (b).
pendidikan multikultural di dunia knowledge construction process, (c).
pendidikan diyakini dapat menjadi prejudice reduction, (d). equity
solusi nyata bagi konflik dan pedagogi, dan (e). empowering school
disharmonisasi yang terjadi di culture (Banks, 1989; 1991; 1993).
masyarakat, khususnya yang kerap Kategorisasi dimensi pendidikan
terjadi di masyarakat Indonesia yang multikultur ini tidak mutual exclusive,
secara realitas adalah masyarakat yang boleh jadi ada dimensi yang tumpang
plural. Dengan kata lain, pendidikan tindih. Namun, pengkategorisasian
multikultural dapat menjadi sarana seperti ini sangat dibutuhkan untuk
alternatif pemecah konflik sosial- mempermudah konseptualisasi
budaya. Selain sebagai sarana alternatif pendidikan multikultur. Untuk
pemecahan konflik, Khoirul Mahfud mengembangkan pendidikan
(2016 : 218) juga menjelaskan bahwa multikultur, proses pembelajaran di
pendidikan multikultural juga signifikan sekolah juga harus bermuatan
dalam membina siswa agar tidak multikultural (Amrazi Zakso, 2011 :
tercerabut dari akar budaya yang ia 135).
miliki sebelumnya, tatkala ia Berdasarkan survey data awal,
berhadapan dengan realitas sosial- dapat diketahui bahwa jumlah seluruh
budaya di era globalisasi. siswa pada tahun 2018/2019 yaitu 651
Pendididikan multikultural dapat orang. Siswa yang bersekolah di SMA
diaplikasikan ke dalam semua jenis mata Negeri 1 Teluk Keramat berasal dari
pelajaran yang mengakomodir berbagai agama yang berbeda, yaitu
perbedaan-perbedaan kultural yang ada islam, protestan katholik dan budha. Jika
pada peserta didik. Seperti perbedaan dilihat dari data tersebut, dari kelas X
etnis, agama, bahasa, gender, kelas sampai kelas XII siswa yang beragama
sosial, kemampuan dan umur. Penerapan islam sebanyak 608 siswa. Kemudian
pendidikan multikultural di sekolah siswa yang beragama protestan
terkadang memang sangat belum sebanyak 8 siswa dan yang beragama
diperhatikan, terutama pada peserta katholik sebanyak 34 siswa serta yang
didik. Jika dipahami sebenarnya beragama budha sebanyak 2 orang
penerapan sikap saling toleransi dan siswa. Siswa yang bersekolah di SMA
menghormati satu sama lain sangatlah Negeri 1 Teluk Keramat juga berasal
penting baik di lingkungan peserta didik dari berbagai etnis yang berbeda, yaitu
maupun di lingkungan dewan guru. dayak, cina, jawa dan melayu. Jumlah
Kekuatan yang paling menonjol dalam siswa dari masing-masing etnis dari
pendidikan multikultural pada peserta kelas X sampai kelas XII yaitu etnis
didik adalah bagaimana kemampuan dayak sebanyak 15 orang, etnis cina
mereka menerima perbedaan sebagai sebanyak 15 orang, etnis jawa sebanyak

2
2 orang dan etnis melayu sebanyak 608 dalam konteks waktu dan situasi yang
siswa. Dari data tersebut dapat kita lihat bersangkutan”. Selanjutnya menurut
bahwa mayoritas siswa yang sekolah di Sanjaya (2013 : 59) “metode desktiptif
SMA Negeri 1 Teluk Keramat adalah sebagai suatu penelitian yang dilakukan
etnis melayu. untuk menggambarkan atau menjelaskan
Sekolah merupakan wadah yang secara sistematis, factual dan akurat
tepat untuk menanamkan dan mengenai fakta dan sifat populasi
menyalurkan nilai-nilai karena sekolah tertentu”. Berdasarkan dari pendapat
merupakan wahana pendidikan bagi kedua para ahli tersebut, maka yang
generasi penerus bangsa. Di dalam menjadi alasan peneliti akan
sekolah negeri yang menampung para mendeskripsikan implementasi
peserta didik secara heterogen sudah pendidikan multikultural sesuai dengan
tentu bahwa masing-masing individu realita dan fakta yang ada.
mempunyai perbedaan dan terdapat Subyek dalam penelitian ini yaitu
beragam latar belakang karakteristik dan Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa
kemampuan peserta didik dalam sebagai informan yang berkaitan dengan
berinteraksi yang berpotensi dapat penelitian ini. Sumber data dalam
menyebabkan terjadinya konflik antar penelitian ini adalah sumber data primer
peserta didik. Begitu pula dengan siswa dan sumber data sekunder. Sumber data
yang sekolah di SMA Negeri 1 Teluk primer diperoleh secara lansung melalui
Keramat seperti yang terlihat pada tabel wawancara yang telah dilakukan antara
data siswa berdasarkan agama dan etnis, peneliti dengan informan. Informan
bahwa siswa yang ada di SMA Negeri 1 dalam penelitian ini adalah kepala
Teluk Keramat berasal dari berbagai sekolah, guru dan siswa di SMA Negeri
macam agama yaitu islam, katholik, 1 Teluk Keramat. Adapun sumber data
protestan dan budha. Sedangkan dilihat sekunder diperoleh dari arsip-arsip yang
dari etnisnya, yaitu melayu, dayak, cina dimiliki oleh guru bidang studi
dan jawa. sosiologi, yaitu tentang data dan arsip
Berdasarkan penjelasan latar nama-nama siswa yang berbeda etnis
belakang diatas, untuk mengetahui dan agamanya di SMA Negeri 1 Teluk
bagaimana implementasi pendidikan Keramat.
multikultural di sekolah tersebut, maka Teknik pengumpulan data dalam
penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah dengan
penelitian dengan judul “Implementasi menggunakan observasi, wawancara dan
Pendidikan Multikultural di Sekolah studi dokumentasi. Dalam wawancara
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Teluk peneliti melakukan kontak lansung
Keramat)”. secara lisan dengan sumber data, dalam
hal ini peneliti melakukan wawanara
METODE secara langsung kepada kepala sekolah,
Metode penelitian yang digunakan guru dan siswa. Dalam observasi, cara
dalam penelitian ini adalah metode mengumpulkan data yang dilakukan
kualitatif deskriptif. Menurut Satori adalah mengamati secara lansung obyek
(2011: 199) “Penelitian kualitatif atau yang akan diteliti yaitu bagaimana
disebut juga penelitian naturalistik implementasi pendidikan multikultural
adalah pendekatan penelitian yang di sekolah SMA Negeri 1 Teluk
menjawab permasalahan penelitiannya Keramat. Teknik dengan studi
memerlukan pemahaman secara dokumentasi adalah teknik dengan
mendalam dan menyeluruh mengenai mengumpulkan data dengan mencari
objek yang diteliti, untuk menghasilkan dan mempelajari data yang ada
kesimpulan-kesimpulan penelitian

3
hubungannya dengan masalah yang dapat terlihat dalam struktur dan muatan
diteliti. kurikulum sekolah. Beberapa mata
Masalah yang diteliti dalam pelajaran dalam muatan kurikulum yang
penelitian ini yaitu bagaimana mengintegrasi pendidikan multikultural
implementasi pendidikan multikultural yaitu Pendidikan Kewarganegaraan, dan
di sekolah SMA Negeri 1 Teluk Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan
Keramat, apa saja faktor pendukung dan untuk pendidikan multikultural di
penghambat dalam implementasi dalam kegiatan pengembangan diri
pendidikan multikultural di Sekolah yang juga bentuk dari pendidikan
serta upaya mengatasi hambatan dalam multikultural di sekolah adalah kegiatan
implementasi pendidikan multikultural ekstrakurikuler yang dilaksanakan
di Sekolah SMA Negeri 1 Teluk sekolah.
Keramat. Teknik analisis data penelitian Dari hasil wawancara, dapat
ini terdiri dari 3 tahap, yaitu yaitu dideskripsikan bahwa sekolah menjadi
reduksi data, penyajian data, dan faktor pendukung yang banyak
penarikan kesimpulan. berpengaruh dalam implementasi
pendidikan multikultural di sekolah. Hal
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut dikarenakan sekolah memiliki
Hasil iklim yang menerima dan menghargai
SMA Negeri 1 Teluk Keramat perbedaan, sehingga warga sekolah
merupakan sekolah yang terdiri dari juga bersikap terbuka terhadap
peserta didik yang berasal dari berbagai perbedaan dan menjadi lebih mudah
daerah. Mayoritas peserta didik tersebut untuk terbiasa dengan keberagaman
berasal dari ras, etnis, suku yang yang ada di sekolah. Selain itu,
berbeda sehingga bahasa, budaya berdasarkan observasi dan studi
bahkan kemampuan peserta didik dokumentasi, diperoleh data bahwa
berbeda dan beragam. SMA Negeri 1 sekolah juga menerapkan pendidikan
Teluk Keramat menerapkan pendidikan multikultural di sekolah dengan cara
multikultural agar peserta didik dapat memfasilitasi atau memberikan sarana
belajar saling menghargai dan prasarana yang dibutuhkan dalam
menghormati bentuk-bentuk keragaman menunjang implementasi pendidikan
dan perbedaan. multikultural. Fasilitas dan sarana
Berdasarkan data yang diperoleh prasarana yang terdapat di sekolah
dari observasi dan studi dokumentsi, antara lain tersedianya guru bimbingan
implementasi pendidikan multikultural dan konseling, tersedianya beberapa
di SMA Negeri 1 Teluk Keramat ini tulisan-tulisan yang menggambarkan
dilakukan dengan cara pembiasaan yang keragaman dan sikap menghargai
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran keragaman, seperti tulisan nilai-nilai
dan kegiatan pengembangan diri yang seperti demokratis, semangat
dilakukan di sekolah. Sedangkan kebangsaan, kejujuran, disiplin, tut wuri
berdasarkan wawancara dengan guru, handayani, dan lain-lain.
diperoleh data bahwa cara lain yang Sekolah memiliki kegiatan
dilakukan guru untuk melaksanakan pengembangan diri yang mencakup dua
pendidikan multikultural adalah dengan program kegiatan, yaitu kegiatan
mengintegrasikan ke dalam mata terprogram dan tidak terprogram.
pelajaran. Pengintegrasian dalam mata Kegiatan terprogram misalnya kegiatan
pelajaran dilakukan di setiap pokok ekstrakulikuler. Sedangkan kegiatan
bahasan atau tema dalam pembelajaran. pengembangan diri secara tidak
Selain itu berdasarkan studi dokumen terprogram yang dilaksanakan sekolah
pendidikan multikultural di sekolah terdiri dari kegiatan rutin yang

4
contohnya upacara bendera setiap hari Pembahasan
senin dan hari-hari besar nasional, piket Berdasarkan hasil observasi dan
kelas, dan berdoa sebelum dan sesudah wawancara peneliti terhadap kepala
belajar. Selain itu ada kegiatan spontan sekolah, guru dan siswa, implementasi
seperti seperti kegiatan keteladanan pendidikan multikultural di SMA Negeri
seperti mendahulukan kepentingan 1 Teluk Keramat dilakukan dengan
bersama, mendahulukan yang lebih tua, beberapa strategi, pertama, integrasi ke
wanita dan anak-anak, menghargai dalam mata pelajaran yaitu mata
pendapat orang lain, toleran terhadap pelajaran Kewarganegaraan, Ilmu
perbedaan pendapat, santun dalam Pengetahuan Sosial, serta penanaman
bertindak dan berbicara, dan lain-lain. nilai-nilai dalam kegiatan
Berdasarkan beberapa pernyataan pembelajaranya. Pengintegrasian pada
dalam wawancara terkait faktor mata pelajaran dilakukan disetiap pokok
penghambat dalam implementasi bahasan atau tema dalam pembelajaran.
pendidikan multikultural, dapat Kedua, integrasi kedalam kegiatan
dideskripsikan bahwa yang menjadi pengembangan diri secara terprogram
faktor penghambat salah satunya adalah yaitu melalui ekstrakurikuler dan
masih kurangnya media yang kegiatan yang tidak terprogram atau
mendukung implementasi pendidikan pembiasaan terdiri dari kegiatan rutin
multikultural, hal tersebut juga sesuai yang dilakukan secara terjadwal,
dengan data yang diperoleh melalui kegiatan spontan dan kegiatan
observasi. Kekurangan yang dimaksud keteladanan. Kegiatan pembiasaan
seperti kurangnya media yang bisa berupa proses pembentukan, penanaman
digunakan untuk mengajarkan tentang dan pengamalan nilai-nilai budi pekerti
keberagaman misalnya media yang luhur.
dapat digunakan untuk mengajarkan Faktor pendukung dalam
tentang budaya lain. Media yang implementasi pendidikan multikultural
digunakan harus terdapat contoh-contoh di SMA Negeri 1 Teluk Keramat adalah
media baik berupa gambar, film, iklim sekolah, kurikulum sekolah,
maupun video yang dipaparkan agar sarana dan prasarana, peran guru,
dapat menambah wawasan peserta didik program dan kegiatan sekolah.
tentang keragaman. Sehingga peserta Sedangkan faktor penghambatnya
didik akan lebih mudah mengetahui diantaranya sikap individu kurang bisa
wujud dari keragaman tersebut. Sekolah menerima perbedaan, kurangnya media
masih minim dengan ketersediaan media pembelajaran tentang keberagaman,
keragaman. kurangnya poster-poster yang
Faktor lain yang menjadi menggambarkan tentang keberagaman
penghambat adalah sikap sebagian dan nilai-nilai multikultural, dan
individu baik dari siswa yang belum bisa kurangnya sosialisasi terutama untuk
menerima dan menyesuaikan dengan guru-guru. Selain itu pendidikan
baik perbedaan yang ada di lingkungan multikultural dalam bentuk kegiatan
kelas maupun di lingkungan sekolah. praktik di luar sekolah secara khusus
Serta dari pihak orang tua, masih ada masih kurang.
yang belum bisa memahami siswa lain Upaya untuk mengatasi hambatan
terutama siswa yang berkebutuhan dalam implementasi pendidikan
khusus dengan alasan takut multikultural di SMA Negeri 1 Teluk
mempengaruhi anaknya, meskipun Keramat diantaranya guru selalu
secara keseluruhan lingkungan sekolah menekankan tentang nilai-nilai
sudah mendukung terutama dari pihak menghargai, menghormati dan toleransi.
kepala sekolah dan guru-guru. Hal tersebut juga didukung dengan

5
kebijakan sekolah yang melaksanakan untuk mengatasi hambatan diantaranya
pendidikan budi pekerti luhur, dengan menekankan tentang nilai-nilai
menambah poster-poster keberagaman menghargai, menghormati dan toleransi.
yang dipasang disekolah dengan cara Didukung dengan kebijakan sekolah
memasang hasil-hasil karya siswa yang melaksanakan pendidikan budi
dengan tema budaya dan keagamaan, pekerti luhur, menambah poster-poster
melakukan sosialisasi secara tidak keberagaman, sosialisasi, melakukan
langsung melalui diskusi antar guru dan kegiatan di luar sekolah dengan
kepala sekolah, melakukan kegiatan di mengikutsertkan siswa dalam berbagai
luar sekolah dengan mengikutsertkan kegiatan di luar sekolah.
siswa dalam berbagai kegiatan di luar
sekolah seperti perlombaan-perlombaan Saran
diluar sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh serta pembahasan tentang
SIMPULAN DAN SARAN hasil tersebut, maka peneliti
Simpulan memberikan saran-saran sebagai
Berdasarkan data hasil penelitian berikut: (1) Sekolah hendaknya lebih
dan pembahasan dalam penelitian ini meningkatkan pemantauan pelaksanaan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan multikultural agar tercapai
Hasil penelitian menunjukkan strategi secara optimal. Sekolah juga hendaknya
yang dilakukan sekolahdalam memfasilitasi media-media yang
mengimplementasikan pendidikan berhubungan dengan keragaman,
multikultural melalui, (1) implementasi menambah poster-poster tentang nilai-
pendidikan multikultural di sekolah nilai dan keberagaman di lingkungan
dilihat dari dimensi integrasi isi. sekolah, dan mengembangkan materi
integrasi kedalam kegiatan dan tema-tema tentang keberagaman di
pengembangan diri secara terprogram sekolah, juga melengkapi sarana serta
dan tidak terprogram. Kegiatan fasilitas yang masih belum ada tau
pengembangan diri secara terprogram masih kurang. Selain itu hendaknya
berupa ekstrakurikuler, dan kegiatan dalam melaksanakan pendidikan
pengembangan diri tidak terprogram multikultural, sekolah tidak hanya
terdiri dari kegiatan rutin yang melaksanakan melalui interaksi dan
dilakukan secara terjadwal, kegiatan nilai-nilai saja, namun juga memberikan
spontan dan kegiatan keteladanan. (2) pengertian secara langsung kepada siswa
integrasi kedalam mata pelajaran IPS. agara siswa lebih memahami dan dapat
Pengintegrasian dalam mata pelajaran melaksanakan, menjadikan kebiasaan
dilakukan pada setiap pokok bahasan yang baik dengan kesadaran sendiri
atau tema dalam pembelajaran. Faktor untuk memahami orang lain
pendukung yaitu iklim sekolah, disekitarnya. (2) Guru harus diberikan
kurikulum sekolah, sarana dan sosialisasi khusus mengenai pendidikan
prasarana, peran guru, program dan multikultural agar guru lebih memahami
kegiatan sekolah, serta peserta didik. tentang pendidikan multikultural dan
Faktor penghambat yaitu sikap individu, dapat menerapkan pembelajaran
kurangnya media keberagaman, poster- berbasis multikultural di kelas, juga agar
poster tentang keberagaman dan nilai- guru dapat mengintegrasikan pendidikan
nilai multikultural, dan kurangnya multikultural ke dalam semua mata
sosialisasi. Selain itu pendidikan pelajaran dengan berbagai metode
multikultural dalam bentuk kegiatan sehingga siswa lebih mudah menerima
praktek di luar sekolah secara khusus dan memahami apa yang disampaikan
masih kurang dilakukan sekolah. Upaya oleh guru.

6
DAFTAR RUJUKAN Nawawi, Hadari. 2005. Metode
Ana Farkhana. 2014. Implementasi Penelitian Bidang Sosial.
Pendidikan Multikultural dalam Yogyakarta : Gajahmada
Pembelajaran IPS di SMP Budi University Press.
Mulia 2 Yogyakarta. Tesis. FIS Ngalimun. 2016. Kapita Selekta
UNY. Yogyakarta: Universitas Pendidikan (Pembelajaran dan
Negeri Yogyakarta. Bimbingan). Yogyakarta : Penerbit
Ahmad Muzakkil Anam. 2016. Parama Ilmu
Penanaman Nilai-Nilai Nuhraini Palipung. 2016. Implementasi
Pendidikan Multikultural di Pendidikan Multikultural di
Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Sekolah Inklusi SD Taman Muda
Universitas Islam Malang). Tesis. Ibu Pawiyatan Tamansiswa
UIN. Malang : Universitas Islam Yogyakarta. Skripsi. FIS UNY.
Negeri Maulana Malik Ibrahim Yogyakarta : Universitas Negeri
Malang. Yogyakarta.
Choirul Mahfud. 2014. Pendidikan Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
Multikultural. Yogyakarta: Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
Pustaka Pelajar. D. Bandung : CV. Alfabeta.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Tim Penyusun FKIP. 2017. Pedoman
2011. Metodologi Penelitian Penulisan Karya Ilmiah.
Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Pontianak : FKIP UNTAN.
Guntur Setiawan. 2004. Implementasi UU RI No. 20. 2003. Tentang Sistem
Dalam Birokrasi Pembangunan. Pendidikan Nasional, Bab II
Bandung: Remaja Rosdakarya. Pasal 3. Jakarta : PT. Panca Usaha
Iis Arifudin. 2007. Urgensi (online)
Implementasi Pendidikan Wina Sanjaya. 2013. Penelitian
Multikultural di Sekolah. Jurnal Pendidikan. Jakarta : Kencana
Pemikiran Alternatif Pendidikan Prenada Media Group.
P3M STAIN Purwokerto Yaya Suryana dan H.A Rusdiana. 2015.
INSANIA/Vol. 12 No. 2. Jurnal. Pendidikan Multikultural: Suatu
Purwokerto Upaya Penguatan Jati Diri
Mira Khoirunnisak. 2015. Nilai-nilai Bangsa, Konsep, Prinsip, dan
Pendidikan Multikultural dalam Implementasi. Bandung: Pustaka
Berbagai Kegiatan Sekolah di Setia.
SMA Negeri 2 Sleman. Tesis.
Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga.

7
8

You might also like