Professional Documents
Culture Documents
83-Article Text-586-1-10-20211024
83-Article Text-586-1-10-20211024
Miarsono Sigit1*, Olan Rahayu Puji Astuti Nusa1, Leonardony Djira Dawa1, Indra Rahmawati1
1
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
*Email : miarsono_sigit@uwks.ac.id
Abstract
This study used two kinds of examinations, namely eber and organoleptic on peanut goat
meat (Capra aegagrus hircus) using garlic extract (Allium Sativum L). This study is an
experimental study using a completely randomized design (CRD) with a sampling technique
with four treatments and six replications for each treatment P0 (without treatment), P1 (20%),
P2 (40%) and P3 ( 60%). Goat meat samples were taken from the Pucang market in Surabaya.
When taken at 6 am, the goat meat that was taken weighed 100 grams. Samples were taken
using sterilized glass jars and put in a cool box and brought to the laboratory by soaking for 2
hours then After 2 hours the goat meat was taken, drained and put in a plastic container, tied
with rubber, covered with aluminum foil and allowed to stand at room temperature for 48
hours. After 48 hours the goat meat was taken and continued with the Eber test and
organoleptic tests. Goat meat samples were assessed by 20 panelists. Each treatment was
observed on the organoleptic test and the eber test. The results that have been obtained are
then analyzed using the One Way ANOVA test. The results showed that there was an effect of
the effectiveness of garlic extract (Allium sativum L) on mutton beans (Capra aegagrus hircus)
and the results for organoleptic tests (color, texture, aroma and taste) were higher at a
concentration of 60%. And for the Eber test, the results showed that there was no effect of
garlic extract on peanut goat meat.
47
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
peningkatan pertumbuhan bakteri. Pada dan sejumlah kecil dietil disulfit, dialil
proses pembusukan awal daging akan polysulfit, allinin, dan allisin. Minyak ini
mengeluarkan NH3 yang akan bereaksi berwarna kuning kecoklatan dan berbau
dengan reagen eber membentuk senyawa pedas. Bau bawang putih yang sebenarnya
NH4CL yang terlihat seperti awan putih diperkirakan berasal dari dialil disulfit
disekitar dindig tabung reaksi. (Farrell 1885) dalam Mariana (2010).
Apabila sudah terjadi Bawang putih (Allium sativum) juga
pembusukan pada daging kambing maka bersifat antimikroba E. coli, Shigella
akan berdampak merugikan bagi penjual sonnei, Staphylococcus aureus dan
daging dan masyarakat yang Aerobacter aerogenes. Manfaat lainnya
mengkonsumsi, sehingga diperlukan suatu adalah dapat mengurangi jumlah bakteri
cara untuk mempertahankan kualitas aerob, E. coli dan mikroorganisme lainnya
daging kambing (Suradi, 2012). sehingga bahan makanan yang
Pengawetan merupakan suatu cara ditambahkan bawang putih akan lebih awet
mempertahankan daging untuk jangka (Sutomo dan Budi, 2012).
waktu yang cukup lama agar kualitas Allicin dan komponen sulfur lain
maupun kebersihannya tetap terjaga yang terkandung di dalam bawang putih
(Veerman, dkk. 2011). Tujuan pengawetan dipercaya sebagai bahan aktif yang
adalah menjaga ketahanan terhadap berperan dalam efek antibakteri bawang
serangan jamur, bakteri, virus dan kuman putih. Zat aktif inilah yang dilaporkan
agar daging tidak mudah rusak. Bahan memiliki aktivitas antibakteri dengan
pengawet saat ini telah banyak jenisnya spektrum yang luas, hal ini telah dievaluasi
baik bahan kimia maupun bahan alami di dalam banyak penelitian, bahwa bawang
seperti rempah-rempah, bahkan bahan putih memiliki aktivitas antibakteri yang
pengawet yang bukan untuk makanan cukup tinggi dalam melawan berbagai
contohnya formalin banyak digunakan macam bakteri, baik itu bakteri gram
pada makanan seperti mie, bakso dan ikan, negatif maupun bakteri gram positif.
oleh oknum-oknum yang tidak Beberapa bakteri yang telah terbukti
bertanggung jawab. Pengawet kimia memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
tersebut berbahaya jika tertelan oleh aktivitas antibakteri bawang putih ialah
manusia sehingga perlu kiranya kesadaran Staphylococcus, Vibrio, Mycobacteria, dan
dari berbagai pihak untuk menggunakan spesies Proteus (Mikaili, 2013).
bahan-bahan alami yang murah dan mudah
didapat di alam. MATERI DAN METODE
Salah satu bahan pengawet alami
yang lebih aman untuk digunakan salah Penelitian ini dilakukan di
satunya ialah bawang putih (Allium Laboratorium Kesehatan Masyarakat
sativum L). Bawang putih (Allium sativum Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
L) merupakan umbi dari tanaman Allium Universitas Wijaya Kusuma Surabaya pada
sativum, termasuk dalam famili bulan April sampai Mei 2021. Dalam
Amarylidaceae, manfaat lainnya sebagai penelitian ini menggunakan dua macam
bumbu masakan daging yang dikalengkan, pemeriksaan yaitu eber dan organoleptik
saus, sup, dan lainnya. Bawang putih pada daging kambing kacang. Bahan-
mengandung minyak volatil kurang lebih bahan yang di gunakan untuk pemeriksaan
0.2% yang terdiri dari 60% dialil disulfit, antara lain sampel daging kambing kacang
20% dialil trisulfit, 6% alil propil disulfit, (Capra aegagrus hircus), reagen eber,
48
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
alkohol 96%, dan ekstrak bawang putih Teknik simpel random sampling
(Allium Sativum L). memungkinkan setiap unit sampling
Alat yang digunakan dalam sebagai unsur populasi memperoleh
penelitian ini yaitu kantong plastik / cool peluang yang sama untuk menjadi sampel.
box, cawan petri, kertas label, spidol Daging kambing sebagai bahan utama
maker, bunsen, sumbat karet yang di penelitian yang di bawa dari pasar, cuci
lengkapi lidi, Eber, gunting, pinset, daging sampai benar-benar bersih.
pengaduk tabung, timbangan analitik, Perlakuan yang di berikan pada daging
tabung reaksi, rak tabung reaksi, mortir, kambing masing-masing di beri label P0,
stamper, aluminium foil, pisau, baskom, P1, P2, P3. Perlakuan P0 ialah daging
papaniris, jam. kambing tanpa adanya perlakuan.
Penelitian ini adalah penelitian Perlakuan P1 daging kambing yang di
eksperimental yang menggunakan metode rendam dalam konsentrasi ekstrak bawang
rancangan acak lengkap (RAL) dengan putih 20%. perlakuan label P2 daging
teknik pengambilan sampel dengan empat kambing di rendam dalam konsentrasi
perlakuan dan enam kali ulangan untuk ekstrak bawang putih 40%. perlakuan label
masing-masing perlakuan: P3 daging kambing yang direndam dalam
P0: Tanpa perlakuan konsentrasi ekstrak bawang putih 60%.
P1: Perendaman daging kambing Daging kambing di rendam selama
menggunakan ekstrak bawang putih 2 jam kemudian Setelah 2 jam daging
(Allium Sativum L) dengan konsentrasi kambing diambil,ditiriskan dan di masukan
20%. dalam wadah plastik, diikat dengan karet,
P2: Perendaman daging kambing ditutup dengan aluminium foil serta
menggunakan ekstrak bawang putih didiamkan pada suhu ruang selama 24 jam.
(Allium Sativum L) dengan konsentrasi Setelah 24 jam daging kambing diambil
40%. dan dilakukan pemeriksaan. (Deviyanti,
P3: Perendaman daging kambing 2015). Sampel daging kambing yang sudah
menggunakan ekstrak bawang putih direndam menggunakan ekstrak bawang
(Allium Sativum L) dengan konsentrasi putih yang akan diteliti dipotong sebesar
60%. kacang tanah, kemudian tusukan daging
Sampel daging kambing diambil tersebut dengan kawat dari sumbat tabung.
dari pasar Pucang di Surabaya. Waktu Tuangkan eber kedalam tabung reaksi (kira
pengambilan jam 6 pagi, daging kambing - kira tidak akan membasahi daging yang
yang diambil dengan berat 100 gram. tertancap pada kawat, kemudian masukan
Sampel diambil menggunakan toples kaca daging secara perlahan dan segera mungkin
yang telah disterilkan dan di masukan ke ke dalam tabung reaksi. Setelah itu amati
dalam cool box dan di bawa ke reaksi yang terjadi di sekitar daging.
laboratorium. Potongan daging kambing Sampel daging kambing yang sudah di
disiapkan dengan berat masing-masing 100 rendam menggunakan ekstrak bawang
gram untuk dilakukan proses perendaman putih yang akan di teliti di letakan diatas
menggunakan ekstrak bawang cawan petri, amati warna, tekstur, dan
putih.Sampel yang berupa daging kambing aroma serta daging dirasa atau dicicipi.
diambil secara acak (Random Sampling). Daging kambing dibakar terlebih dahulu
Random sampling adalah teknik samapi mantang lalu dicicipi. Sampel
pengambilan sampel yang dilakukan pada daging kambing dilakukan penilaian skor
unit sampling. 20 panelis.
49
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
50
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
Pada tabel 4. uji one way ANOVA di Tabel 6. Hasil rerata pemeriksaan organoleptik
atas, menunjukan ada perbedaan yang (Aroma)
signifikan. Nilai Sig 0,00 < 0,05 (Lampiran Perlakuan Ulangan Rata – rata
6 analisis deskriptif statistik uji ± SD
orgsnolsptik warna), maka H0 yang P0 6 4.83 ± 408
menyatakan tidak terdapat perbedaan P1 6 4.33 ± 816
pengaruh di antara perlakuan di tolak yang P2 6 4.00 ± 894
artinya perlakuan yang diberikan P3 6 2.83 ± 753
berpengaruh nyata dan H1 diterima yang Keterangan : sumber data primer yang diolah,
bermakna terdapat perbedaan pengaruh nilai rata – rata pada kolom yang sama
menunjukan tidak ada perbedaan yang
pemberian ekstrak bawang putih (Allium
signifikan (P<0,05).
sativum L) pada daging kambing kacang
(Capra aegagrus hircus) dengan berbagai
Pada tabel 6. uji one way ANOVA
tingkat konsentrasi.
di atas, menunjukan tidak ada perbedaan
Tabel 5. Hasil rerata pemeriksaan organoleptik yang signifikan. Nilai Sig 0,01 < 0,05
(Testur) (Lampiran 8 analisis deskriptif statistik uji
Perlakuan Ulangan Rata – rata orgsnolsptik aroma), maka H0 yang
± SD menyatakan tidak terdapat perbedaan
P0 6 3.17 ± 408 pengaruh di antara perlakuan di tolak yang
P1 6 2.83 ± 408 artinya perlakuan yang diberikan
P2 6 3.00 ± 632 berpengaruh nyata dan H1 diterima yang
P3 6 3.00 ± 894 bermakna terdapat perbedaan pengaruh
Keterangan : sumber data primer yang diolah, pemberian ekstrak bawang putih (Allium
nilai rata – rata pada kolom yang sama sativum L) pada daging kambing kacang
menunjukan tidak ada perbedaan yang (Capra aegagrus hircus) dengan berbagai
signifikan (P>0,05). tingkat konsentrasi.
Tabel 7. Hasil rerata pemeriksaan organoleptik
Pada tabel 5. uji one way ANOVA di (Rasa)
atas, menunjukan tidak ada perbedaan yang Perlakuan Ulangan Rata – rata
signifikan. Nilai Sig 8,32 > 0,05 (Lampiran ± SD
7 analisis deskriptif statistik uji P0 6 4.83 ± 408
organolsptik tekstur), maka H1 yang P1 6 4.33 ± 816
menyatakan tidak terdapat perbedaan P2 6 4.17 ± 753
pengaruh di antara perlakuan di tolak yang P3 6 2.83 ± 753
artinya perlakuan yang diberikan Keterangan : sumber data primer yang diolah,
berpengaruh nyata dan H0 diterima yang nilai rata – rata pada kolom yang sama
bermakna terdapat perbedaan pengaruh menunjukan tidak ada perbedaan yang
pemberian ekstrak bawang putih (Allium signifikan (P<0,05).
sativum L) pada daging kambing kacang
(Capra aegagrus hircus) dengan berbagai Pada tabel 7. uji one way ANOVA di
tingkat konsentrasi. atas, menunjukan tidak ada perbedaan yang
signifikan. Nilai Sig 0,01 < 0,05 (Lampiran
9 analisis deskriptif statistik uji
orgsnolsptik), maka H0 yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan pengaruh di
antara perlakuan di tolak yang artinya
51
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
52
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
dengan oksigen dalam jangka waktu yang dan gram negatif, bawang putih dapat
lama, maka akan terjadi oksidasi menghambat pertumbuhan koloni bakteri
membentuk ferricmetmyoglobin (MetMb) pathogen.Terlihat bahwa semakin tinggi
sehingga daging berwarna coklat (Aberle et konsentrasi pada penelitian tersebut maka
al., 2001). Selain itu, aktivitas bakteri juga efektifitas dari bawang putih tersebut
dapat menyebabkan perubahan warna pada semakin terlihat. Semakin tinggi
daging. Jenis bakteri pembusuk yang konsentrasi ekstrak bawang putih maka
menyebabkan terjadi perubahan warna aktivitas antibakterinya akan semakin
daging menjadi coklat kehitaman adalah tinggi (Wiryawan. 2005).
Chromobacterium lividum (Aberle et al., Hasil penelitian organoleptik aroma
2001; Olaoye dan Ntuen, 2011). daging kambing didapatkan hasil yaitu
Untuk hasil penelitian organoleptik adanya perbedaan yang nyata antara
tekstur daging kambing didapatkan hasil kelompok kontrol dan kelompok
yaitu tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan. Untuk (tabel 4.3) untuk
kelompok kontrol dan kelompok pemeriksaan organoleptik aroma dengan
perlakuan. Dimana untuk (tabel 4.2) untuk nilai Sig 0,01 < 0,05 (Lampiran 8 analisis
pemeriksaan organoleptik tekstur dengan deskriptif statistik uji orgsnolsptik aroma).
nilai Nilai Sig 8,32 > 0,05 (Lampiran 7 Aroma adalah uji inderawi yang biasa
analisis deskriptif statistik uji orgsnolsptik diperhatikan setelah penampakan umum
tekstur). Tekstur merupakan sifat yang dari produk, ketika konsumen ingin
penting dalam mutu pangan. Pangan mengkonsumsi produk tersebut. Aroma
memiliki perbedaan yang sangat luas makanan dapat menentukan kelezatan dari
dalam hal fisik dan strukturnya. Perbedaan makanan tersebut. Dalam hal pengujian
ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu inderawi aroma kompleks dan lebih sulit
perbedaan karena varietas dan kultivar, dinilai jika dibandingkan dengan rasa.
perbedaan tingkat pemetangan, perbedaan Aroma dapat dinikmati dimana dengan
yang disebabkan oleh metode pengolahan ransangan akan diterima oleh suatu rongga
dan penyimpanan hidung (Kemalawaty,dkk.,2018).
(Kemalawaty,dkk.,2018). Menurut Ho (2004), daging mudah
Menurut Amagase et al., (2001) sekali mengalami kerusakan oleh mikroba.
mengemukakan bahwa allisin hanyalah Kerusakan ini terutama disebabkan oleh
sebuah senyawa transisi yang mudah pertumbuhan bakteri pembusuk yang
terdekomposisi menjadi senyawa-senyawa ditandai dengan pembentukan lendir,
sulfida lainnya seperti ajoene dan dithiin, perubahan warna, perubahan rasa menjadi
dalam jumlah yang besar ajoene dan dithiin asam dan pahit, terjadinya ketengikan yang
dapat berperan aktif terhadap tekstur bahan disebabkan oleh pemecahan atau oksidasi
pangan. Hal ini membuktikan bahwa lemak daging, serta perubahan bau menjadi
dengan adanya pemberian bawang putih busuk karena terjadi pemecahan protein
makan pertumbuhan mikroorganisme dan terbentuknya senyawa berbau busuk
semakin berkurang. Kemampuan seperti ammonia. Daya suka panelis
pemberian ekstrak bawang putih (Allium terhadap aroma daging yang tidak berbeda
sativum L) terdapat antibakteri dalam nyata, diduga disebabkan oleh senyawa
menghambat pertumbuhan jumlah bakteri kimia dan senyawa antimikrobial yang ada
yang menyatakan bahwa ekstrak bawang pada bawang putih sudah dapat
putih yang dilarutkan dalam air bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dan
antibakteri terhadap bakteri gram positif mikroba pada daging.
53
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
54
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
55
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
56
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021
57