Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773

Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium Sativum L) TERHADAP UJI


EBER DAN ORGANOLEPTIK PADA PENGAWETAN DAGING KAMBING (Capra
aegagrus Hircus)

Miarsono Sigit1*, Olan Rahayu Puji Astuti Nusa1, Leonardony Djira Dawa1, Indra Rahmawati1
1
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
*Email : miarsono_sigit@uwks.ac.id

Abstract
This study used two kinds of examinations, namely eber and organoleptic on peanut goat
meat (Capra aegagrus hircus) using garlic extract (Allium Sativum L). This study is an
experimental study using a completely randomized design (CRD) with a sampling technique
with four treatments and six replications for each treatment P0 (without treatment), P1 (20%),
P2 (40%) and P3 ( 60%). Goat meat samples were taken from the Pucang market in Surabaya.
When taken at 6 am, the goat meat that was taken weighed 100 grams. Samples were taken
using sterilized glass jars and put in a cool box and brought to the laboratory by soaking for 2
hours then After 2 hours the goat meat was taken, drained and put in a plastic container, tied
with rubber, covered with aluminum foil and allowed to stand at room temperature for 48
hours. After 48 hours the goat meat was taken and continued with the Eber test and
organoleptic tests. Goat meat samples were assessed by 20 panelists. Each treatment was
observed on the organoleptic test and the eber test. The results that have been obtained are
then analyzed using the One Way ANOVA test. The results showed that there was an effect of
the effectiveness of garlic extract (Allium sativum L) on mutton beans (Capra aegagrus hircus)
and the results for organoleptic tests (color, texture, aroma and taste) were higher at a
concentration of 60%. And for the Eber test, the results showed that there was no effect of
garlic extract on peanut goat meat.

Keywords: Eber Test, Effectiveness, Goat, Organoleptic Test, Peanut Goat

PENDAHULUAN daging kambing juga diketahui lebih


rendah dibandingkan daging sapi, sehingga
Daging merupakan salah satu jenis menjadikan daging kambing sebagai salah
bahan pangan yang dibutuhkan bagi tubuh satu sumber protein hewani yang baik bagi
manusia, karena memiliki nilai gizi yang kesehatan apabila dikonsumsi tidak
sangat tinggi. Salah satu komoditi daging berlebihan.
yang memberikan konstribusi yang cukup Akibat adanya komponen nutrisi
besar terhadap gizi masyarakat adalah yang terkandung dalam daging kambing,
daging kambing. Ternak kambing maka daging kambing juga merupakan
merupakan salah satu jenis ternak media yang baik untuk pertumbuhan
ruminansia yang memiliki potensi sebagai bakteri, sehingga mudah mengalami
penghasil daging untuk memenuhi kerusakan serta pembusukan (Nurwantoro,
kebutuhan protein hewani yang meningkat dkk. 2012). Proses pembusukan akan
setiap tahunnya. Komponen utama daging diikuti dengan meningkatnya pH,
kambing adalah lemak, protein, dan air perubahan bau, perubahan warna dan
(Sembiring, dkk. 2015). Kandungan lemak keadaan ini akan diikuti pula dengan

47
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

peningkatan pertumbuhan bakteri. Pada dan sejumlah kecil dietil disulfit, dialil
proses pembusukan awal daging akan polysulfit, allinin, dan allisin. Minyak ini
mengeluarkan NH3 yang akan bereaksi berwarna kuning kecoklatan dan berbau
dengan reagen eber membentuk senyawa pedas. Bau bawang putih yang sebenarnya
NH4CL yang terlihat seperti awan putih diperkirakan berasal dari dialil disulfit
disekitar dindig tabung reaksi. (Farrell 1885) dalam Mariana (2010).
Apabila sudah terjadi Bawang putih (Allium sativum) juga
pembusukan pada daging kambing maka bersifat antimikroba E. coli, Shigella
akan berdampak merugikan bagi penjual sonnei, Staphylococcus aureus dan
daging dan masyarakat yang Aerobacter aerogenes. Manfaat lainnya
mengkonsumsi, sehingga diperlukan suatu adalah dapat mengurangi jumlah bakteri
cara untuk mempertahankan kualitas aerob, E. coli dan mikroorganisme lainnya
daging kambing (Suradi, 2012). sehingga bahan makanan yang
Pengawetan merupakan suatu cara ditambahkan bawang putih akan lebih awet
mempertahankan daging untuk jangka (Sutomo dan Budi, 2012).
waktu yang cukup lama agar kualitas Allicin dan komponen sulfur lain
maupun kebersihannya tetap terjaga yang terkandung di dalam bawang putih
(Veerman, dkk. 2011). Tujuan pengawetan dipercaya sebagai bahan aktif yang
adalah menjaga ketahanan terhadap berperan dalam efek antibakteri bawang
serangan jamur, bakteri, virus dan kuman putih. Zat aktif inilah yang dilaporkan
agar daging tidak mudah rusak. Bahan memiliki aktivitas antibakteri dengan
pengawet saat ini telah banyak jenisnya spektrum yang luas, hal ini telah dievaluasi
baik bahan kimia maupun bahan alami di dalam banyak penelitian, bahwa bawang
seperti rempah-rempah, bahkan bahan putih memiliki aktivitas antibakteri yang
pengawet yang bukan untuk makanan cukup tinggi dalam melawan berbagai
contohnya formalin banyak digunakan macam bakteri, baik itu bakteri gram
pada makanan seperti mie, bakso dan ikan, negatif maupun bakteri gram positif.
oleh oknum-oknum yang tidak Beberapa bakteri yang telah terbukti
bertanggung jawab. Pengawet kimia memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
tersebut berbahaya jika tertelan oleh aktivitas antibakteri bawang putih ialah
manusia sehingga perlu kiranya kesadaran Staphylococcus, Vibrio, Mycobacteria, dan
dari berbagai pihak untuk menggunakan spesies Proteus (Mikaili, 2013).
bahan-bahan alami yang murah dan mudah
didapat di alam. MATERI DAN METODE
Salah satu bahan pengawet alami
yang lebih aman untuk digunakan salah Penelitian ini dilakukan di
satunya ialah bawang putih (Allium Laboratorium Kesehatan Masyarakat
sativum L). Bawang putih (Allium sativum Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
L) merupakan umbi dari tanaman Allium Universitas Wijaya Kusuma Surabaya pada
sativum, termasuk dalam famili bulan April sampai Mei 2021. Dalam
Amarylidaceae, manfaat lainnya sebagai penelitian ini menggunakan dua macam
bumbu masakan daging yang dikalengkan, pemeriksaan yaitu eber dan organoleptik
saus, sup, dan lainnya. Bawang putih pada daging kambing kacang. Bahan-
mengandung minyak volatil kurang lebih bahan yang di gunakan untuk pemeriksaan
0.2% yang terdiri dari 60% dialil disulfit, antara lain sampel daging kambing kacang
20% dialil trisulfit, 6% alil propil disulfit, (Capra aegagrus hircus), reagen eber,

48
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

alkohol 96%, dan ekstrak bawang putih Teknik simpel random sampling
(Allium Sativum L). memungkinkan setiap unit sampling
Alat yang digunakan dalam sebagai unsur populasi memperoleh
penelitian ini yaitu kantong plastik / cool peluang yang sama untuk menjadi sampel.
box, cawan petri, kertas label, spidol Daging kambing sebagai bahan utama
maker, bunsen, sumbat karet yang di penelitian yang di bawa dari pasar, cuci
lengkapi lidi, Eber, gunting, pinset, daging sampai benar-benar bersih.
pengaduk tabung, timbangan analitik, Perlakuan yang di berikan pada daging
tabung reaksi, rak tabung reaksi, mortir, kambing masing-masing di beri label P0,
stamper, aluminium foil, pisau, baskom, P1, P2, P3. Perlakuan P0 ialah daging
papaniris, jam. kambing tanpa adanya perlakuan.
Penelitian ini adalah penelitian Perlakuan P1 daging kambing yang di
eksperimental yang menggunakan metode rendam dalam konsentrasi ekstrak bawang
rancangan acak lengkap (RAL) dengan putih 20%. perlakuan label P2 daging
teknik pengambilan sampel dengan empat kambing di rendam dalam konsentrasi
perlakuan dan enam kali ulangan untuk ekstrak bawang putih 40%. perlakuan label
masing-masing perlakuan: P3 daging kambing yang direndam dalam
P0: Tanpa perlakuan konsentrasi ekstrak bawang putih 60%.
P1: Perendaman daging kambing Daging kambing di rendam selama
menggunakan ekstrak bawang putih 2 jam kemudian Setelah 2 jam daging
(Allium Sativum L) dengan konsentrasi kambing diambil,ditiriskan dan di masukan
20%. dalam wadah plastik, diikat dengan karet,
P2: Perendaman daging kambing ditutup dengan aluminium foil serta
menggunakan ekstrak bawang putih didiamkan pada suhu ruang selama 24 jam.
(Allium Sativum L) dengan konsentrasi Setelah 24 jam daging kambing diambil
40%. dan dilakukan pemeriksaan. (Deviyanti,
P3: Perendaman daging kambing 2015). Sampel daging kambing yang sudah
menggunakan ekstrak bawang putih direndam menggunakan ekstrak bawang
(Allium Sativum L) dengan konsentrasi putih yang akan diteliti dipotong sebesar
60%. kacang tanah, kemudian tusukan daging
Sampel daging kambing diambil tersebut dengan kawat dari sumbat tabung.
dari pasar Pucang di Surabaya. Waktu Tuangkan eber kedalam tabung reaksi (kira
pengambilan jam 6 pagi, daging kambing - kira tidak akan membasahi daging yang
yang diambil dengan berat 100 gram. tertancap pada kawat, kemudian masukan
Sampel diambil menggunakan toples kaca daging secara perlahan dan segera mungkin
yang telah disterilkan dan di masukan ke ke dalam tabung reaksi. Setelah itu amati
dalam cool box dan di bawa ke reaksi yang terjadi di sekitar daging.
laboratorium. Potongan daging kambing Sampel daging kambing yang sudah di
disiapkan dengan berat masing-masing 100 rendam menggunakan ekstrak bawang
gram untuk dilakukan proses perendaman putih yang akan di teliti di letakan diatas
menggunakan ekstrak bawang cawan petri, amati warna, tekstur, dan
putih.Sampel yang berupa daging kambing aroma serta daging dirasa atau dicicipi.
diambil secara acak (Random Sampling). Daging kambing dibakar terlebih dahulu
Random sampling adalah teknik samapi mantang lalu dicicipi. Sampel
pengambilan sampel yang dilakukan pada daging kambing dilakukan penilaian skor
unit sampling. 20 panelis.

49
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

Setelah itu hasil analisis reagen eber


Tabel 1. Skala Hedonik untuk uji organoleptik dan organoleptik dianalisis secara statistik
yang digunakan penelitian karakteristik daging dengan analysis of varience (ANOVA)
kambing yang di rendam menggunakan ekstrak rangking satu arah untuk menentukan
bawang putih. perbedaan data pada kelompok perlakuan.
Uji Kriteria Skor
Organoleptik
HASIL
Warna Merah muda 1
(pink) Berdasarkan penelitian yang telah
Merah cerah 2 dilakukan dengan mengamati tingkat
(bright red)
efektifitas ekstrak bawang putih (Allium
Merah (red) 3
sativum L) daging kambing kacang (Capra
Coklat merah 4
tua (red disk
aegagrus hircus) dengan konsentrasi 20%,
dark brown) 40%, 60% dengan melakukan perendaman
Coklat gelap 5 selama 2 jam kemudian Setelah 2 jam
(dark brown) daging kambing diambil, ditiriskan dan di
(Sumber : Harapin dan Adnan. 2010). masukan dalam wadah plastik, diikat
dengan karet, ditutup dengan aluminium
Tabel 2. Skala Hedonik untuk uji organoleptik foil serta didiamkan pada suhu ruang
yang digunakan penelitian karakteristik daging selama 48 jam. Setelah 48 jam daging
kambing yang direndam menggunakan ekstrak kambing diambil dan dilanjutkan
bawang putih. pemeriksaan uji eber dan uji organoleptik.
Uji Kriteria Skor Penelitian ini termasuk jenis penelitian
Organoleptik
eksperimental dengan menggunakan
Tekstur Sangat empuk 1
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Masing
Empuk 2
Keempukkan 3 – masing perlakuan di lakukan
sedang pengulangan sebanyak 6 kali dan setiap
Alot 4 satuan pengulangan terdapat 6 sampel
Sangat Alot 5 daging. Setiap perlakuan di lakukan
(Sumber : Harapin dan Adnan. 2010). pengamatan terhadap uji organoleptik dan
uji eber. Hasil yang sudah di dapatkan
Tabel 3. Skala Hedonik untuk uji organoleptik kemudian di analisis menggunakan uji One
yang digunakan penelitian karakteristik daging Way ANOVA sebagaimana yang sudah
kambing kacang yang di rendam menggunakan tercantum dalam tabel di bawah ini.
ekstrak bawang putih. Tabel 4. Hasil rerata pemeriksaan organoleptik
Uji Kriteria Skor (warna)
Organoleptik Perlakuan Ulangan Rata – rata
Aroma Sangat 1 ± SD
disukai P0 6 5.00 ± 000
Disukai 2 P1 6 4.17 ± 408
Cukup 3
P2 6 4.33 ± 516
disukai
P3 6 3.33 ± 516
Tidak disukai 4
Keterangan : sumber data primer yang diolah,
Sangat tidak 5
nilai rata – rata pada kolom yang sama
disukai
menunjukan ada perbedaan yang signifikan
(Sumber : Harapin dan Adnan. 2010).
(P<0,05).

50
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

Pada tabel 4. uji one way ANOVA di Tabel 6. Hasil rerata pemeriksaan organoleptik
atas, menunjukan ada perbedaan yang (Aroma)
signifikan. Nilai Sig 0,00 < 0,05 (Lampiran Perlakuan Ulangan Rata – rata
6 analisis deskriptif statistik uji ± SD
orgsnolsptik warna), maka H0 yang P0 6 4.83 ± 408
menyatakan tidak terdapat perbedaan P1 6 4.33 ± 816
pengaruh di antara perlakuan di tolak yang P2 6 4.00 ± 894
artinya perlakuan yang diberikan P3 6 2.83 ± 753
berpengaruh nyata dan H1 diterima yang Keterangan : sumber data primer yang diolah,
bermakna terdapat perbedaan pengaruh nilai rata – rata pada kolom yang sama
menunjukan tidak ada perbedaan yang
pemberian ekstrak bawang putih (Allium
signifikan (P<0,05).
sativum L) pada daging kambing kacang
(Capra aegagrus hircus) dengan berbagai
Pada tabel 6. uji one way ANOVA
tingkat konsentrasi.
di atas, menunjukan tidak ada perbedaan
Tabel 5. Hasil rerata pemeriksaan organoleptik yang signifikan. Nilai Sig 0,01 < 0,05
(Testur) (Lampiran 8 analisis deskriptif statistik uji
Perlakuan Ulangan Rata – rata orgsnolsptik aroma), maka H0 yang
± SD menyatakan tidak terdapat perbedaan
P0 6 3.17 ± 408 pengaruh di antara perlakuan di tolak yang
P1 6 2.83 ± 408 artinya perlakuan yang diberikan
P2 6 3.00 ± 632 berpengaruh nyata dan H1 diterima yang
P3 6 3.00 ± 894 bermakna terdapat perbedaan pengaruh
Keterangan : sumber data primer yang diolah, pemberian ekstrak bawang putih (Allium
nilai rata – rata pada kolom yang sama sativum L) pada daging kambing kacang
menunjukan tidak ada perbedaan yang (Capra aegagrus hircus) dengan berbagai
signifikan (P>0,05). tingkat konsentrasi.
Tabel 7. Hasil rerata pemeriksaan organoleptik
Pada tabel 5. uji one way ANOVA di (Rasa)
atas, menunjukan tidak ada perbedaan yang Perlakuan Ulangan Rata – rata
signifikan. Nilai Sig 8,32 > 0,05 (Lampiran ± SD
7 analisis deskriptif statistik uji P0 6 4.83 ± 408
organolsptik tekstur), maka H1 yang P1 6 4.33 ± 816
menyatakan tidak terdapat perbedaan P2 6 4.17 ± 753
pengaruh di antara perlakuan di tolak yang P3 6 2.83 ± 753
artinya perlakuan yang diberikan Keterangan : sumber data primer yang diolah,
berpengaruh nyata dan H0 diterima yang nilai rata – rata pada kolom yang sama
bermakna terdapat perbedaan pengaruh menunjukan tidak ada perbedaan yang
pemberian ekstrak bawang putih (Allium signifikan (P<0,05).
sativum L) pada daging kambing kacang
(Capra aegagrus hircus) dengan berbagai Pada tabel 7. uji one way ANOVA di
tingkat konsentrasi. atas, menunjukan tidak ada perbedaan yang
signifikan. Nilai Sig 0,01 < 0,05 (Lampiran
9 analisis deskriptif statistik uji
orgsnolsptik), maka H0 yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan pengaruh di
antara perlakuan di tolak yang artinya

51
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

perlakuan yang diberikan berpengaruh mempengaruhi kualitas daging antara lain


nyata dan H1 diterima yang bermakna meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik,
terdapat perbedaan pengaruh pemberian metode pemasakan, pH karkas dan daging,
ekstrak bawang putih (Allium sativum L) bahan tambahan termasuk enzim
pada daging kambing kacang (Capra pengempuk daging, hormon dan antibiotik,
aegagrus hircus) dengan berbagai tingkat lemak intramuskular atau marbling,
konsentrasi. metode penyimpanan dan preservasi,
macam otot daging dan lokasi otot daging
Tabel 8. Hasil rerata pemeriksaan uji eber (Cheng dan Sun, 2008).
EBER Hasil penelitian diatas didapatkan
Chi-Square 8.689 hasil yaitu adanya perbedaan yang nyata
Df 3 antara kelompok kontrol dan kelompok
Asymp. Sig. .034 perlakuan. Pada tabel 4.1 untuk
pemeriksaan organoleptik warna dengan
Pada tabel 8. hasil pemeriksaan uji nilai Sig 0,00 < 0,05 (Lampiran 6 analisis
eber dengan menggunakan Kruskal Wallis deskriptif statistik uji orgsnolsptik warna).
Test diatas. Nilai Sig 0,34 > 0,05 Ini berarti secara keseluruhan terlihat
(Lampiran 10 analisis deskriptif statistik bahwa pengaruh pemberian ekstrak
uji eber), maka H1 yang menyatakan tidak bawang putih (Allium sativum L) pada
terdapat perbedaan pengaruh di antara daging kambing kacang (Capra aegagrus
perlakuan di tolak yang artinya perlakuan hircus) pada kelompok kontrol dan
yang diberikan berpengaruh nyata dan H0 perlakuan dapat menyebabkan adanya
diterima yang bermakna terdapat perubahan warna dagingnya. Berdasarkan
perbedaan pengaruh pemberian ekstrak penelitian ini, menunjukkan bahwa
bawang putih (Allium sativum L) pada perlakuan yang diberikan tidak
daging kambing kacang (Capra aegagrus memengaruhi penilaian panelis terhadap
hircus) dengan berbagai tingkat warna daging. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi. lama penyimpanan daging sampai 48 jam
menggunakan konsentrasi bawang putih 20
PEMBAHASAN %, 40 %, 60 % dapat memengaruhi
Faktor kualitas daging meliputi warna, perubahan warna daging kambing kacang.
keempukan dan tekstur, aroma, cita rasa Warna daging ditentukan oleh kandungan
dan jus daging (juiciness). Selain itu, lemak dan keadaan pigmen daging yang disebut
intramuskular dan susut mamasak (cooking mioglobin. Mioglobin terdiri dari sebuah
loss) yaitu berat sampel daging yang hilang molekul protein yang disebut globin dan
selama pemasakan atau pemanasan, retensi molekul non protein yang disebut gugus
cairan dan pH daging ikut menentukan heme. Pada jaringan otot yang masih hidup,
kualitas daging (Anil et al., 2002). Faktor mioglobin dalam bentuk tereduksi dengan
sebelum dan sesudah pemotongan dapat warna merah keunguan. Daging
mempengaruhi kualitas karkas. Faktor mengalami kontak dengan oksigen
sebelum pemotongan yang dapat kemudian oksigen akan bergabung dengan
mempengaruhi kualitas daging antara lain: heme dari mioglobin untuk menghasilkan
genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis oxymyoglobin (MbO2) sehingga warna
kelamin, umur, pakan, termasuk bahan daging mengalami perubahan warna dari
aditif (hormon, antibiotik, dan mineral) dan merah keunguan menjadi merah cerah.
stres. Faktor setelah pemotongan Apabila kontak langsung antara mioglobin

52
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

dengan oksigen dalam jangka waktu yang dan gram negatif, bawang putih dapat
lama, maka akan terjadi oksidasi menghambat pertumbuhan koloni bakteri
membentuk ferricmetmyoglobin (MetMb) pathogen.Terlihat bahwa semakin tinggi
sehingga daging berwarna coklat (Aberle et konsentrasi pada penelitian tersebut maka
al., 2001). Selain itu, aktivitas bakteri juga efektifitas dari bawang putih tersebut
dapat menyebabkan perubahan warna pada semakin terlihat. Semakin tinggi
daging. Jenis bakteri pembusuk yang konsentrasi ekstrak bawang putih maka
menyebabkan terjadi perubahan warna aktivitas antibakterinya akan semakin
daging menjadi coklat kehitaman adalah tinggi (Wiryawan. 2005).
Chromobacterium lividum (Aberle et al., Hasil penelitian organoleptik aroma
2001; Olaoye dan Ntuen, 2011). daging kambing didapatkan hasil yaitu
Untuk hasil penelitian organoleptik adanya perbedaan yang nyata antara
tekstur daging kambing didapatkan hasil kelompok kontrol dan kelompok
yaitu tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan. Untuk (tabel 4.3) untuk
kelompok kontrol dan kelompok pemeriksaan organoleptik aroma dengan
perlakuan. Dimana untuk (tabel 4.2) untuk nilai Sig 0,01 < 0,05 (Lampiran 8 analisis
pemeriksaan organoleptik tekstur dengan deskriptif statistik uji orgsnolsptik aroma).
nilai Nilai Sig 8,32 > 0,05 (Lampiran 7 Aroma adalah uji inderawi yang biasa
analisis deskriptif statistik uji orgsnolsptik diperhatikan setelah penampakan umum
tekstur). Tekstur merupakan sifat yang dari produk, ketika konsumen ingin
penting dalam mutu pangan. Pangan mengkonsumsi produk tersebut. Aroma
memiliki perbedaan yang sangat luas makanan dapat menentukan kelezatan dari
dalam hal fisik dan strukturnya. Perbedaan makanan tersebut. Dalam hal pengujian
ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu inderawi aroma kompleks dan lebih sulit
perbedaan karena varietas dan kultivar, dinilai jika dibandingkan dengan rasa.
perbedaan tingkat pemetangan, perbedaan Aroma dapat dinikmati dimana dengan
yang disebabkan oleh metode pengolahan ransangan akan diterima oleh suatu rongga
dan penyimpanan hidung (Kemalawaty,dkk.,2018).
(Kemalawaty,dkk.,2018). Menurut Ho (2004), daging mudah
Menurut Amagase et al., (2001) sekali mengalami kerusakan oleh mikroba.
mengemukakan bahwa allisin hanyalah Kerusakan ini terutama disebabkan oleh
sebuah senyawa transisi yang mudah pertumbuhan bakteri pembusuk yang
terdekomposisi menjadi senyawa-senyawa ditandai dengan pembentukan lendir,
sulfida lainnya seperti ajoene dan dithiin, perubahan warna, perubahan rasa menjadi
dalam jumlah yang besar ajoene dan dithiin asam dan pahit, terjadinya ketengikan yang
dapat berperan aktif terhadap tekstur bahan disebabkan oleh pemecahan atau oksidasi
pangan. Hal ini membuktikan bahwa lemak daging, serta perubahan bau menjadi
dengan adanya pemberian bawang putih busuk karena terjadi pemecahan protein
makan pertumbuhan mikroorganisme dan terbentuknya senyawa berbau busuk
semakin berkurang. Kemampuan seperti ammonia. Daya suka panelis
pemberian ekstrak bawang putih (Allium terhadap aroma daging yang tidak berbeda
sativum L) terdapat antibakteri dalam nyata, diduga disebabkan oleh senyawa
menghambat pertumbuhan jumlah bakteri kimia dan senyawa antimikrobial yang ada
yang menyatakan bahwa ekstrak bawang pada bawang putih sudah dapat
putih yang dilarutkan dalam air bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dan
antibakteri terhadap bakteri gram positif mikroba pada daging.

53
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

Kandungan Allicin hasil ekstraksi terdapat di dalam daging sebagai molekul


pada bawang putih terbukti dapat kecil yang dilepaskan oleh makanan
mencegah pertumbuhan berbagai macam (selama pemanasan, pengunyahan dan lain-
mikroba penyebab kebusukan daging. lain) yang bereaksi dengan reseptor dalam
Aroma dan rasanya yang khas, dapat mulut atau rongga hidung yang
memberikan citarasa lezat dan harum pada menentukan rasa daging dan daging yang
masakan. Selain sebagai bumbu dapur, berkualitas baik mempunyai rasa khas
bawang putih ternyata sangat efektif daging (Soeparno, 2005).
sebagai pengawet. Hal ini disebabkan Menurut Agus (2013), terdapat
karena bawang putih dapat menghambat kecenderungan penurunan kadar protein
pertumbuhan khamir dan bakteri. akibat dari semakin lama waktu
Kandungan allicin di dalam bawang penyimpanan. Penurunan tersebut diduga
putih sangat efektif mematikan bakteri karena terdapat aktivitas bakteri proteolitik
gram positif dan gram negatif. Bawang yang dapat mencerna protein.
putih juga bersifat antimikroba E.coli, Hal ini didukung oleh penelitian
Shigella sonnei, Staphylococcus aureus yang dilakukan oleh Creniewicz (2006)
dan Aerobacter aerogenes. Manfaat lainya bakteri proteolitik dapat tumbuh optimal
adalah dapat mengurangi jumlah bakteri pada suhu ruang, sehingga dapat
aerob, E.coli dan mikroorganisme lainya menyebabkan degradasi protein. Bakteri
sehingga bahan makanan yang proteolitik tergolong bakteri aerobik yang
ditambahkan bawang putih akan lebih akan tumbuh maksimal dengan adanya
awet. Zat antimikroba dari tanaman oksigen. Semakin banyak oksigen dalam
umumnya bersifat bakteristatik yaitu lingkungan maka semakin optimal
menghambat pertumbuhan bakteri pertumbuhan bakteri proteolitik. Namun
pathogen maupun bakteri pembusuk. demikian, penelitian lama penyimpanan
Demikian pula senyawa allisin pada menunjukkan hasil penilaian rasa daging
bawang putih dapat menghambat broiler yang relatif sama. Hal ini diduga
pertumbuhan bakteri pathogen maupun karena bawang putih (Allium sativum L)
bakteri pembusuk seperti bakteri E. coli, merupakan bumbu dapur yang sangat
Staphylococcus aureus, Salmonella dan populer sebagai aroma dan rasanya yang
Bacillus cereus. Zat aktif allisin berasal khas, dapat memberikan citarasa lezat dan
dari umbi bawang putih yang diiris atau harum pada masakan. Selain sebagai
dihaluskan menimbulkan bau sulfur yang bumbu dapur, bawang putih ternyata sangat
khas. Senyawa allisin berasal dari reaksi efektif sebagai pengawet. Hal ini
enzimatis (Ghaly dan Dave. 2011). disebabkan oleh bawang putih dapat
Untuk hasil penelitian organoleptik menghambat pertumbuhan bakteri.
rasa daging kambing didapatkan hasil yaitu Kandungan allicin di dalam bawang
adanya perbedaan yang nyata antara putih sangat efektif mematikan bakteri
kelompok kontrol dan kelompok gram positif dan gram negatif.Bawang
perlakuan. Dimana untuk (tabel 4.4) untuk putih juga bersifat antimikroba E.coli,
pemeriksaan organoleptik rasa dengan nilai Shigella sonnei, Staphylococcus aureus
sig 0,01 < 0,05 (Lampiran 9 analisis dan Aerobacter aerogenes (Wibowo,
deskriptif statistik uji orgsnolsptik rasa). 2009).
Rasa daging relatif sama, diduga oleh Untuk hasil pemeriksaan uji eber
perendaman ekstrak bawang putih tidak dengan menggunakan Kruskal Wallis Test
memengaruhi substansi atsiri (volatil) yang diatas. Nilai Sig 0,34 > 0,05 (Lampiran 3)

54
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

daging kambing didapatkan hasil yaitu mempercepat pertumbuhan bakteri


tidak ada perbedaan yang nyata antara sehingga batas waktu penyimpanan daging
kelompok kontrol dan kelompok yang dianjurkan pada suhu tersebut
perlakuan. Pemeriksaan awal pembusukan berkisar 2 sampai 4 jam dan tidak boleh
yang dilakukan dengan uji Eber. Jika melebihi batas waktu tersebut.
terjadi pembusukan, maka pada uji ini
ditandai dengan terjadi pengeluaran asap di KESIMPULAN
dinding tabung, dimana rantai asam amino
akan terputus oleh asam kuat (HCl) Pengaruh dari efektifitas ekstrak
sehingga akan terbentuk NH4Cl (gas). Pada bawang putih (Allium sativum L) terhadap
daging sapi segar, dingin, dan beku yang daging kambing kacang (Capra aegagrus
diperiksa hasilnya negatif dimana tidak hircus) memperoleh hasil untuk uji
terdapat NH4Cl setelah diuji dengan organoleptik (warna, tekstur, aroma dan
mengunakan larutan Eber karena pada rasa) lebih tinggi pada konsentrasi 60%.
daging - daging tersebut belum terbentuk Dan untuk uji eber hasilnya tidak terdapat
gas NH3. Pada daging busuk jelas terlihat pengaruh ekstrat bawang putih terhadap
gas putih (NH4Cl) pada dinding tabung daging kambing kacang.
karena pada daging busuk gas NH3 sudah
terbentuk (Prawesthrini dkk, 2009). REFERENSI
Pembusukan daging dapat Abadi T, C.M.S. Lestari dan E. Purbowati.
disebabkan karena adanya kontaminasi 2015. Pola Pertumbuhan Bobot
mikroorganisme (mikroba) pembusuk. Badan Kambing Kacang Di
Aktivitas mikroba pembusuk Kabupaten Grobogan. Animal
menyebabkan terjadinya degradasi protein Agriculture Journal 4(1): 93-97
daging menjadi asam amino sehingga sel -
sel daging menjadi busuk (Usmiati dan Aberle, E.D., J.C. Forrest, D.E. Gerrard,
Marwati, 2007). Menurut Yulistiani E.W. Mills. 2001. Principles of
(2010), pembusukan daging dapat terjadi Meat Science. 4th edition.
karena pertumbuhan dan aktifitas Kendal/Hunt Publishing
mikroorganisme. Beberapa jenis bakteri Company.
pembusuk yang paling sering ditemukan
pada daging segar adalah Aeromonas, Agus D S; S. Kumalaningsih; A. Febrianto
Enterococcus, Acinetobacter, Moraxella, Mulyadi.2013. Studi Stabilitas
Chromobacterium, dan Pseudomonas Pengangkutan Susu Segar Pada
(Nychas et al., 2008; Aymerich et al., Suhu Rendah Yang Layak Secara
2008). Selain itu, penyimpanan daging Teknis Dan Finansial (Kajian
pada suhu ruang pada waktu tertentu akan Suhu Dan Lama Waktu
menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan Pendinginan).Jurnal penelitian.
aktivitas mikroba sehingga menurunkan Jurusan Teknologi Indusri
kualitas dan daya simpan daging (Agustina Pertanian Universitas Brawijaya
et al., 2017). Daging yang diletakkan pada
suhu ruang selama berjam - jam akan Agustina KK, Sari PH, dan Suada IK.2017.
mengalami pertumbuhan bakteri yang Pengaruh Perendaman pada
sangat cepat (Suardana dan Swacita, 2009). Infusa Daun Salam terhadap
Menurut ANZFA (2001), suhu 4 ℃ sampai Kualitas dan Daya Tahan Daging
60 ℃ merupakan suhu yang dapat

55
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

Babi.Buletin Veteriner Udayana, Suada, I. K., Purnama, D. I. D., dan


9(1): 34-41. Agustina, K. K. (2018). Infusa
Daun Salam Mempertahankan
Amagase, H., B.L. Petesch, H. Matsuura, Kualitas Dan Daya Tahan Daging
S. Kasuga, and Y. Itakura. 2001. Sapi Bali. Buletin Veteriner
Intake of garlic and bioactive Udayana, (1) 10.
components. Journal of Nutrition
131 (3): 955S– 962S. Suada, I. K., Purnama, D. I. D., dan
Agustina, K. K. (2018). Infusa Daun
Anil, M.H., S. Love, C.R. Helps, D.A. Salam Mempertahankan Kualitas
Habour. 2002. Potential for Dan Daya Tahan Daging Sapi Bali.
carcass contamination with brain Buletin Veteriner Udayana, (1) 10.
tissue following stunning and
slaughter in cattle and sheep. Suardana IW, Swacita IBN. 2009. Higiene
Food Control. 13, 431-436. Makanan. 1st Ed. Udayana
University Prees. Denpasar cit
Aymerich T, Picouet P, dan Monfort J. Suada IK, Purnama DID, dan
2008. Decontamination Agustina KK. 2018. Infusa Daun
Technologies for Meat Products. Salam Mempertahankan Kualitas
Meat Science, 78:114–129. dan Daya Tahan Daging Sapi
Bali.Buletin Veteriner
Udayana,10(1):100-109.
Sembiring UR, Suada IK, Agustina KK.
2015. Kualitas Daging Kambing Sukma, D. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan
yang Disimpan pada Suhu Ruang Bawang Merah dan Bawang
Ditinjau dari Uji Subyektif dan Merah. Yogyakarta: Rapha
Obyektif. Indonesia Medicus Publishing .
Veterinus 4(1): 155-162.
Sumardani, N. L. G. 2014. Studi Khasiat
Setiawan, P. J., Padaga, M. C., dan Widati, Ekstrak Bawang Putih (Allium
A. S. 2012. Study on Physico- Sativum L) Dan Daun Katuk
Chemical Quality of Meat Goat in (Sauropus androgynus) Terhadap
the Market of. Penurunan Kadar Kolestrol Dan
Lemak Abdomen Itik. Majalah
Sinulingga, N. U. R. A., dan Pertanian, T. Ilmiah Peternakan.
H. (2018). PENGARUH
EKSTRAK Bawang Putih ( Sumual,M.A.,K.Abdullah dan A.M. Syarif.
Allium Sativum L.) Dan Lengkuas 2014. Sifat Fisik Pangan.
( Alpinia galanga ) Sebagai Direktorat Pendidikan Tinggi
Pengawet Tahu. Pusat Antar Universitas. Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
Soeparno. (2005). Ilmu dan Teknologi
Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Supitri, C. 2018. Efektivitas Bawang Putih
Mada University Press, (Allium sativum). Skripsi.
Yogyakarta.

56
e-ISSN 2685-8894; p-ISSN 2460-9773
Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021

Suradi K. 2012. Pengaruh lama


penyimpanan pada suhu ruang Trishadi, R. 2016. Pestisida Nabati Ramah
terhadap perubahan nilai pH, Lingkungan Untuk Hama Dan
TVB dan total bakteri daging Penyakit Tanaman. Probolinggo:
kerbau. J. Ilmu. Ternak. 12(2): 9- Dinas perkebunan dan
12. Perhutanan.

Sutomo, B. 2012. Peran Bawang Usmiati S dan Marwati T. 2007. Seleksi


Putihsebagai Mikroba. Artikel dan Optimasi Proses Produksi
Budi Sutomo mengenal jenis Bakteriosin dari Lactobacillus sp.
fungsi bumbu-rempah-nusantara- J.Pascapanen 4(1):27-37.
dan-kontinental.
Veerman M, Setiyono, Rusman. 2011.
Tamal, M. A., dan Aryanto, D. 2018. Pengaruh metode pengeringan
Efektifitas Ekstrak Bawang Putih dan konsentrasi bumbu serta lama
(Allium Sativum L) Dalam perendaman dalam larutan bumbu
Menghambat Perkembangbiakan terhadap kualitas kimia dendeng
Bakteri Escherichia Coli Pada babi. J. Agrinimal. 1(2): 52-59.
Bakso Sapi. Ziraa’ah, 43(3), 321–
332. Wati, A. K., Zuprizal, Kustantinah, Indarto,
E., N.D.Dono, & Wihandoyo.
Tmaneak, M. I., Beyleto, V. Y., dan (2018). Performan Ayam Broiler
Nurwati, M. 2016. Penampilan dengan Penambahan Tepung
Produksi Ternak Kambing Daun Calliandra calothyrsus
Kacang Jantan dari Berbagai dalam Pakan. Sains Peternakan,
Kelompok Umur di Kecamatan 16(September), 74–79.
Insana Utara Kabupataen Timor
Tengah Utara. Jas, 1(01), 9–11.

57

You might also like