Jurnal Danis Djolelang

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

SOPI SEBAGAI TRADISI DAN POTENSI DI KECAMATAN PULAU PURA

KABUPATEN ALOR
Danis L. Djolelang1), Hamza H. Wulakada2), Arfita Rahmawati2)
Program Studi Pendidikan Geografi
Universitas Nusa Cendana Kupang
danisdjolelang@gmail.com

ABSTRACT
This study aims is: (1) To find out how the public opinion about the distribution of sopi and the
distribution of raw materials on the potential of sopi in Pulau Pura District; (2) To find out the
distribution pattern of sopi in Pulau Pura District; (3) To find out the description of the distribution of
Lontar plants in Pulau Pura District in supporting the sopi business.
This study uses quantitative methods with a sample of 120 people. Sources of data consist of
primary data and secondary data collected by means of observation, questionnaires and documentation.
Then the data is processed in the Microsoft Excel program and analyzed using the SPSS version 16.0
program with multiple linear regression analysis methods and Assign data theme.
The results of the analysis in this study indicate that: (1) There is an effect of distribution of sopi
and distribution of raw materials on the potential of sopi in Pulau Pura District, Alor Regency with a
significant level of 0.023 and 0.016; (2) Sopi production in Pulau Pura District is distributed or marketed
to 4 places, namely, Bakalang Market, Kokar Market, Wolwal Market and Kalabahi City which is the
capital city of Alor Regency; (3) the distribution of palm trees is mostly found in Pura Village, this causes
the high sales center for sopi in Pura Village, Pulau Pura District, Alor Regency.

Keywords: Sopi, Sopi Distribution, Raw Material Distribution, Sopi Potential.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat tentang
distribusi sopi dan distribusi bahan baku terhadap potensi sopi di Kecamatan Pulau Pura; (2) Untuk
mengetahui pola distribusi sopi di Kecamatan Pulau Pura; (3) Untuk mengetahui gambaran distribusi
tanaman Lontar di Kecamatan Pulau Pura dalam mendukung usaha sopi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif degan sampel sebesar 120 orang. Sumber data
terdiri dari data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan cara observasi, kuesioner dan
dokumentasi. Kemudian data tersebut diolah di program microsoft exel dan dianalisis menggunakan
program SPSS versi 16.0 dengan metode analisis regresi linear berganda dan Assign data theme.
Hasil analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh distribusi sopi dan
distribusi bahan baku terhadap potensi sopi di Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor dengan tingkat
signifikan 0,023 dan 0,016; (2) produksi sopi di Kecamatan Pulau Pura di distribusikan atau di pasarkan
ke 4 tempat yaitu, Pasar Bakalang, Pasar Kokar, Pasar Wolwal dan Kota Kalabahi yang merupakan Ibu
Kota Kabupaten Alor; (3) persebaran pohon lontar paling banyak terdapat di Desa Pura hal ini
menyebabkan tingginya sentra penjualan sopi di Desa Pura Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor.

Kata kunci: Sopi, Distribusi Sopi, Distribusi Bahan Baku,Potensi Sopi.


A. Latar Belakang
Budaya minum alkohol sudah ada sejak zaman dahulu dimana pemanfaatannya untuk
tujuan tertentu misalnya,orang Mesir kuno memanfatkan alkohol sebagai kesenangan dan obat-
obatan, orang Yunani kuno memanfaatkan alkohol sebagai jamuan dan ritual, serta sebagian
besar masyarakat di belahan bumi Eropa dan negara-negara yang berada di dekat kutub utara dan
selatan bumi memanfaatkan minuman beralkohol untuk menghangatkan suhu badan. Kehadiran
minuman beralkohol di Indonesia sendiri sudah ada sejak dulu hal ini dapat kita lihat dari
banyaknya jenis minuman beralkohol yang terdapat disetiap daerah di Indonesia, seperti jenis
miras “Arak” yang merupakan minuman khas masyarakat Bali, minuman ini dibuat dari hasil
fermentasi sari kelapa dan memiliki kandungan alkohol 35-50%, ada juga miras jenis “Cap
Tikus” minuman berlkohol ini terbuat dari hasil penyulingan nira enau yang direndam dalam
sebuah wadah selama beberapa hari, sedangkan daerah Maluku dan Nusa Tenggara Timur
menyebutnya dengan “Sopi”, kata sopi berasal dari bahasa Belanda yaitu zoopje yang berarti
alkohol cair.Minuman tradisional ini diproduksi dari nira pohon lontar,mengingat daerah Maluku
dan Nusa Tenggara merupaka bagian dari daerah persebaran pohon lontar di
Indonesia.Kehadiran sopi untuk masyarakat Maluku dan Nusa Tenggara Timur sudah dianggap
sebagai hal yang krusial dalam upacara adat, hal ini dikarenakan sopi sudah menjadi simbol
kebersamaan, kekeluargaan serta keakraban.
Kabupaten Alor yang merupakan bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Timur, juga
memiliki beberapa jenis sopi, yang mana setiap jenisnya memiliki cita rasa yang khas, salah
satunya dikenal dengan nama Sopi Pura, minuman ini paling banyak diminati masyarakat
Kabupaten Alor karena harganya yang sangat terjangkau.Sopi tersebut diberinama sopi pura
karena minuman beralkohol tersebut diproduksi di Kecamatan Pulau Pura. Kecamatan Pulau
Pura memiliki luas wilayah 27,83 km2, terdiri dari satu kelurahan, dan lima desa yaitu Kelurahan
Pura, Desa Pura Barat, Desa Pura Timur, Desa Pura Utara, Desa Pura Selatan dan Desa Maru.
Dari keseluruhan luas wilayah tersebut, 461 ha merupakan luas areal tanaman lontar, dengan luas
areal terbesar berada di Kelurahan Pura yaitu 143 ha dan Desa Pura Selatan 116 ha (BPS Kab.
Alor, 2019).
Sopi pura sendiri sudah diproduksi dan diwariskan secara turun-temurun dari
nenekmoyang masyarakat Kecamatan Pulau Pura, hal ini dapat dilihat ketika Lego-Lego. Pada
saat tarian Lego-Lego berlangsung terdapat satu atau dua orang, biasanya masyarakat
menyebutnya dengan Tua Ela yang bertugas untuk menyuguhkan sopi kepada para penari Lego-
Lego. Kehadiran sopi dalam tarian Lego-Lego merupakan simbol kebersamaan dan
kekeluargaan.
Berbicara mengenai potensi sopi tentunya tidak terlepas dari taman lontar yang merupakan
bahan baku dalam pembuatan sopi, Tumbuhan lontar yang di manfaatkan niranya sebagai bahan
baku sopi selama ini tidak dibudidayakan melainkan tumbuh dengan sendirinya oleh sebab itu
perlu adanya kesadaran masayarakat dalam memperhatikan ketersediaan bahan baku sopi, dalam
hal ini masyarakat perlu menjaga dan melestarikan tumbuhan lontar untuk mendukung produksi
sopi yang berkelanjutan. Persebara pohon Lontar di Kecamatan Pulau Pura cukup merata di
beberapa desa, sehingga masyarakat disetiap desa memilih bermatapencaharian sebagai
penyadap nira Lontar atau pengrajin sopi, selain itu dengan kondisi geografis Kecamatan Pulau
Pura yang berbukit dan tanah yang berbatu, Curah hujan yang sangat rendah dan tidak merata
tiap tahun, dimana musim penghujan relatif pendek sekitar 4 bulan (Desember-Maret) bila
dibanding musim kemarau sekitar 8 bulan (April-November), serta nira lontar yang melimpah
pada saat musim kemarau menyebabkan kegiatan bercocok tanam dijadikan sebagai mata
pencharian sampingan. Perkembangan jumlah pengrajin dan produksi sopi di Kecamatan Pulau
Pura pada tahun 2017-2019 terus mengalami peningkatan hal ini dikarenakan jumlah permintaan
akan sopi yang juga terus meningkat, sehingga masyarakat melihatnya sebagai peluang untuk
memperbaiki kondisi ekonomi, dimana pada tahun 2017 terdapat 124 orang pengrajin dengan
produksi sebesar 212,06 ton dan pada tahun 2019 produksi sopi sebesar 290,72 ton dengan 172
orang pengrajin (Kec.Pulau Pura dalam Angka, 2019).
Melihat banyaknya masyarakat di Kecamatan Pulau Pura yang memilih usaha sopi sebagai
mata pencaharian seharusnya pemerintah setempat melihat ini sebagai potensi untuk
meningkatkan ekonomi daerah, dengan cara melegalkan, memberikan label dan menekan
peredaran sopi dari luar daerah, hal ini dapat menjadikan sopi pura sebagai produk unggulan
daerah yang dapat memberikan sumbangsih bagi pendapatan daerah, seperti halnya Sophia yang
telah dilegalkan dan menjadi produk unggulan Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan persoalan diatas, peneliti memiliki keinginan untuk melakukan penelitian
tentang “SOPI SEBAGAI TRADISI DAN POTENSI DI KECAMATAN PULAU PURA
KABUPATEN ALOR”
B. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor. Alasan
pemilihan lokasi ini adalah selain tempat diproduksinya sopi pura, peran sopi dalam
masyarakat Kecamatan Pulau Pura memiliki nilai krusial terutama dalam setiap ritual adat
dan memiliki potensi untuk dijadikan produk unggulan daerah tetapi belum ada tindak
lanjut dari pemerintah daerah.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Arikunto (2010) populasi merupakan Kumpulan atau keseluruhan
subjek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini seluruh masyrakat pengrajin
sopi di Kecamatan Pulau Pura yang terdiri dari satu kelurahan dan lima desa
berjumlah 172 orang. Berikut rincian jumlah pengrajin sopi.
b. Sampel
Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan statistik
yaitu dengan menggunakan Rumus Slovin.Rumus Slovin digunakan untuk
menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya yaitu
sebanyak 172 pengrajin sopi dengan tingkat presisi 5% karena jumlah populasi
kurang dari 1000.
Rumus Slovin:
N
n= 2
1+ Ne
172
n=
1+172(0,05)2
172
n=
1,43
n=120
Sehingga banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 120
orang.
3. Jenis Penelitian
Deskriptif dengan pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan dalam
penelitian ini. Metode deskriptif kuantitatif pada penelitian ini disajikan dalam bentuk
deskripsi mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi sopi sebagai tradisi dan potensi di
Kecamatan Pulau Pura yang sesuai dengan kenyataan di lapangan menggunakan analisis
data dalam hitungan matematis.
4. Sumber Data Penelitian
a. Data Primer
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa observasi, kusioner dan
dokumentasi yang dilakukan terhadap sampel penelitian yaitu beberapa pengrajin sopi
di Kecamatan Pulau Pura.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data Dinas Pertanian dan Pekebunan
Kabupaten Alor tahun 2019, dan data Badan Pusat Statistik kabupaten Alor yaitu
Kecamatan Pulau Pura dalam Angka tentang rumah tangga menurut lapangan
pekerjaan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perikau
(Sugiyono, 2010). Observasi dalam penilitian ini digunakan untuk mengetahui
koordinat sentra penjualan sopi di Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor.
b. Kuesioner
Untuk mengumpulkan data dari masyarakat pengrajin sopi, digunakan teknik
kuesioner yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sugiyono, (2011). Penyebaran kuesioner
diberikan kepada masyarakat pengrajin sopi di Kecamatan Pulau Pura.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara pengumpulan data seperti dokumen-
dokumen yang sesuai dengan penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
a. Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh nilai beberapa variabel
bebas terhadap satu varibel terikat melalui persamaan regresi (Sugiyono, 2013). Analisis
regresi linear berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan
antara variabel distribusi sopi (X1), variabel distribusi bahan baku (X2) terhadap
variabel potensi sopi (Y).
b. Skala Likert
Dalam penelitian ini skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dan Pendapat
masyarakat tentang mata pencaharian yang sedang dilakukan saat ini.
c. Assign Data Theme
Assign data adalah sistem operasi yang bertujuan menggabungkan dua data theme
yakni fitur theme kedua ke fitur theme pertama yang memiliki lokasi yang sama, secara
mudahnya yaitu menggabungkan kedua tema dan atributnya. Tema didapat dari hasil
ploting lokasi distribusi serta sebaran bahan baku sopi yang terdapat di Kecamatan
Pulau Pura.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Pengaruh Distribusi Sopi dan Distribusi Bahan Baku Terhadap Potensi Sopi di
Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor
Distribusi sopi berdasarkan rumus analisis regresi linear berganda, memiliki nilai
signifikan sebesar 0,023. Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,023 < 0,05;
maka disimpulkan bahwa hipotesis (H1) yang berbunyi “Distribusi sopi dapat
mempengaruhi potensi sopi di Kecamatan Pulau Pura.”, diterima. Hasil uji hipotesis dari
penelitian ini menunjukan bahwa distribusi sopi berpengaruh terhadap potensi sopi di
Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor, sehingga sopi yang awalnya merupakan minuman
tradisional berpotensi menjadi produk unggulan masyarakat.
Distribusi bahan baku berdasarkan rumus analisis regresi linear berganda, memiliki
nilai signifikan sebesar 0,016. Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,016 <
0,05; maka disimpulkan bahwa hipotesis (H2) yang berbunyi “Distribusi bahan baku dapat
mempengaruhi potensi sopi di Kecamatan Pulau Pura.”, diterima. Hasil uji hipotesis dari
penelitian ini menunjukan bahwa distribusi bahan baku berpengaruh terhadap potensi sopi
di Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor, sehingga sopi yang awalnya merupakan
minuman tradisional berpotensi menjadi produk unggulan masyarakat.
Hasil uji di atas sesuai dengan teori yang dikemukakn oleh Nurhayati (2017) Potensi
merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan seperti
kekuatan, kesanggupan, dan daya yang bisa dikembangkan menjadi lebih besar. Pihadhi
berpendapat bahwa potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang
terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. oleh sebab itu sopi yang
merupakan minuman tradisional jika dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal
dengan memperhatikan kualitas distribusinya (distribusi sopi dan distribusi bahan baku)
maka sopi berpotensi menjadi produk unggulan masyarakat Kecamatan Pulau Pura.
Kajian ilmu geografi yang dapat menganalisis distribusi sopi dan distribusi bahan
baku terhadap potensi sopi yakni diferensiasi areal dimana setiap tempat atau wilayah
terwujud sebagai hasil integrasi berbagai unsur atau fenomena lingkungan baik yang
bersifat alam atau kehidupan. Integrasi fenomena menyebabkan suatu tempat memiliki
keunikan tersendiri dan bersifat dinamis dari waktu ke waktu. Proses pembuatan sopi pura
yang masih tradisonal serta memiliki cita rasa yang khas membuat sopi pura memiliki
karakteristik tersendiri dibandingkan minuman beralkohol yang lain, tidak hanya itu peran
sopi pura dalam berbagai upcara adat membuat sopi pura memiliki makna tersendiri dalam
kehidupan masyarakat Kecamatan Pulau Pura.
Kecamatan Pulau Pura memiliki persebaran pohon lontar yang hampir merata di tiap
desa menyebabkan masyarakat memanfaatkannya sebagai bahan baku dalam produksi
sopi, kegiatan produsi sopi ini telah dilakukan turun-temurun sehingga sopi sudah menjadi
bagian dari tradisi masyarakat Kecamatan Pulau Pura, hal ini dibuktikan dengan kehadiran
sopi dalam ritual upacara adat. Contohnya pada tarian lego-lego terdapat satu atau dua
orang yang bertugas untuk menyuguhkan sopi kepada para penari, biasa masyarakat
setempat menyebutnya dengan senutan tua ela, kehadiran sopi melambangkan
kebersamaan dan kekeluargaan. Selain itu kondisi geografis Kecamatan Pulau Pura yang
tidak memungkinkan untuk bercocok tanam menyebabkan masyarakat menjadikan
pengrajin sopi sebagai pekerjaan utama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Analisis Pola Distribusi Sopi di Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor
Mobilitas produk sopi dimulai tempat produksi yakni Kecamatan Pulau Pura
kemudian di distribusikan atau di pasarkan ke 4 tempat yaitu, Pasar Bakalang, Pasar
Kokar, Pasar Wolwal dan Kota Kalabahi dimana Kota Kalabahi merupakan tempat dengan
distribusi sopi tertinggi dari tempat lainnya, hal ini dikarenakan kota kalabahi merupakan
Ibu Kota Kabupaten Alor sehingga tingginya jumlah penduduk, tingginya pendapatan
masyarakat, dan tingginya daya beli masyarakat, serta Kota Kalabahi merupakan pusat
pemerintahan dan ekonomi di
Kabupaten Alor menyebabkan
kegiatan distribusi sopi
berlangsung setiap hari
sedangkan ketiga tempat lainnya
merupakan pasar mingguan
sehingga kegiatan distribusi
berlangsung selama seminggu
sekali.
Fenomena ini sesuai
dengan terori yang dikemukakan
oleh Edwar Ulman dalam
(Suparmini 2012) tentang faktor
yang mempengaruhi interaksi Gambar 1. Peta Jalur Distribusi Sopi di Kecamatan
Pulau Pura Kabupaten Alor
Desa dan Kota. Edwar Ulman
menjelaskan bahwa adanya hubungan yang saling melengkapi dimungkinkan karena
adanya perbedaan wilayah dalam hal ketersediaan dan kemampuan sumberdaya, selain itu
kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang, baik manusia, informasi atau barang
sangat tergantung pada faktor jarak, transportasi dan kelancaran transporasi, artinya
bahawa semakin mudah transfer, semakin besar pemindahan arus komoditas.
Wilayah Kabupaten Alor sejatinya merupakan wilayah kepulaun serta keempat
tempat tujuan distribusi berada di pulau yang berbeda menyebabkan kegiatan distribusi
memerlukan sarana distribusi. Sarana distribusi yang digunakan dalam mengangkut produk
distribusi ke tempat tujuan adalah perahu motor penumpang yang biasa beroperasi
mengangkut penumpang ataupun barang dari Kecamatan Pulau Pura ke keempat tujuan
distribusi.
Kualitas dan kuantitas produk sopi perlu diperhatikan pada saat kegiatan distribusi
berlangsung, masyarakat berupaya mempertahankan kualitas dan kuantitas sopi agar tetap
sama kualitas dan kuantitasnya dari tangan produsen sampai kepada tangan konsumen,
oleh sebab itu produk sopi dikemas ke dalam bekas kemasan air mineral ataupun jeriken 5
liter, 20 dan 35 liter, tidak hanya itu masyarakat juga memperhatikan proses bongkar muat
sopi, karena sopi diangkut bersamaan dengan penumpang sehingga pada saat kegiatan
muat, sopi dimuat terlebih dahulu dan disimpan didalam palka sebelum penumpang naik ke
atas perahu motor dan pada saat bongkar, sopi dibongkar setelah penumpang turun dari
atas perahu motor, hal ini bertujuan untuk meminimalisir sopi tertumpah dan sopi
tercampur dengan air laut pada saat proses bongkar muat ataupun selama perjalanan.
Konsep interaksi merupakan konsep yang sesuai dengan fenomena yang dijabarkan
di atas. Karena sopi pura memiliki cita rasa yang khas, menyebabkan adanya permintaan
masyarakat akan sopi pura yang tinggi membuat sopi pura dikenal di kalangan masyarakat
bahkan keluar daerah sehingga adanya kegiatan distribusi.
3. Gambaran Distribusi Tanaman Lontar di Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor
Persebaran pohon lontar tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Pulau Pura,
diantaranya Desa Pura
Utara, Desa Pura
Selatan, Desa Pura
Timur, Desa Pura
Barat, Desa Maru.dan
Desa Pura, yang
dimana persebaran
pohon lontar paling
banyak terdapat di
Desa Pura Utara
Kecamatan Pulau Pura
Gambar 2. Peta Persebaran Tanaman Lontar dan dan sentra penjualan
SentraPenjualan Sopi di Kecamatan Pulau PuraKabupaten sopi tersebar di
Alor
seluruh wilayah
Kecamatan Pulau Pura, diantaranya Desa Pura Utara, Desa Pura Selatan, Desa Pura Timur,
Desa Pura Barat, Desa Maru.dan Desa Pura, yang dimana sentra penjualan paling banyak
terdapat di Desa Pura Utara. Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor. Karena persebaran
pohon lontar yang tinggi di desa pura dibandingkan dengan desa yang lain mengakibatkan
tinggi pula sentra penjualan di Desa Pura Utara Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor.
Nira pohon lontar merupkan bahan baku utama dalam proses produksi sopi,
ketersedian nira lontar sendiri sangat dipengaruhi oleh musim, dimana pada saat musing
penghujan yang berlangsung selama 3-4 bulan, nira lontar yang di sadap cenderung sedikit
oleh sebab itu masyarakat biasanya tidak melakukan kegiatan produksi pada musim
penghujan melainkan masyarakat beralih profesi menggarap ladang, sebaliknya nira lontar
melimpah pada saat musim kemarau yang berlangsung 8-9 bulan, sehingga masyarakat
melakukan kegiatan produksi pada saat musim kemarau.
Masyarakat kecamatan Pulau Pura biasanya melakukan kegiatan menyadap nira
lontar pada saat pagi dan sore biasanya nira lontar yang disadap ditampung didalam wadah
yang terbuat dari bambu, wadah tersebut terbagi atas dua jenis dimana kedua jenis tersebut
berbeda ukuran dan fungsinya. Jenis wadah yang pertama berukuran lebih kecil dan
memiliki fungsi untuk menampung tetes demi tetes nira yang keluar dari mayang atau
bunga tanaman lontar masyarakat Kecamatan Pulau Pura menyebutnya dengan sebutan
“Dodang”, sedangkan berbeda dari jenis wadah yang pertama jenis wadah yang kedua
memiliki ukuran yang lebih besar dan berfungsi untuk menampung nira yang tertampung
di dalam dodang, mayarakat Kecamatan Pulau Pura menyebutnya dengan sebutan “Boru”.
Nira lontar yang sudah dikumpulkan kemudian dibawa ke tempat produksi untuk dijadikan
bahan baku dalam proses produksi sopi.
Persebaran pohon lotar yang merupakan bahan baku, rata-rata jauh dari pemukiman
menyebabkan para pengrajin sopi biasanya membangun tempat produksi dekat dengan
sumber bahan baku hal ini bertujuan untuk memudahkan pengrajin dalam hal mobilitas
bahan baku ke tempat produksi.
Kajian ilmu Geografis yang dapat digunakan dalam menganalisis persebaran pohon
lontar dan sentra penjualan adalah kajian ilmu geografi ekonomi yakni mengkaji tentang
aktivitas ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan potensi suatu wilayah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya Alexander dalam (Muliahati, 2014). Melalui kajian ilmu geografi
ekonomi tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Kecamatan Pulau Pura memanfaatkan
potensi yang ada di Kecamatan Pulau Pura untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
memanfaatkan tumbuhan lontar untuk memproduksi sopi sehingga meningkatkan
pendapatan hal tersebut berhubungan dengan nilai kegunaan. Tingginya permintaan akan
sopi menyebabkan meningkatnya sentra penjualan sopi di Kecamatan Pulau Pura hal ini
berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah kebutuhan akan bahan baku sopi yakni pohon
lontar.
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Distribusi sopiberdasarkan rumus analisis regresi linear berganda, memiliki nilai
signifikan sebesar 0,023 dan Distribusi bahan bakuberdasarkan rumus analisis regresi
linear berganda, memiliki nilai signifikan sebesar 0,016 makadistribusi sopi dan
distribusi bahan baku berpengaruh terhadap potensi sopi di Kecamatan Pulau Pura
Kabupaten Alor. Hasil analisi regresi linear berganda ini sesuai dengan pendapat
Nurhayati dan Pidahi (2017) bahwa Potensi merupakan kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan seperti kekuatan, kesanggupan, dan daya yang bisa
dikembangkan menjadi lebih besar. Potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau
kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara
optimal,dimana sopi yang awalnya merupakan minuman tradisional jika dimanfaatkan
secara optimal maka dapat berpotensi menjadi produk unggulan masyarakat.
b. Terdapat tiga model distribusi sopi di Kecamatan Pulau Pura yaitu Hub and Spoke,
Distribusi melalui desentralisasi (Fixed Routing) dan Pengambilan Langsung (Flexible
Routing). Dimana produksi sopi di Kecamatan Pulau Pura di distribusikan atau di
pasarkan ke 4 tempat yaitu, Pasar Bakalang, Pasar Kokar, Pasar Wolwal dan Kota
Kalabahi yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Alor.
c. Persebaran pohon lontar tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Pulau Pura, diantaranya
Desa Pura Utara, Desa Pura Selatan, Desa Pura Timur, Desa Pura Barat, Desa Maru.dan
Desa Pura, yang dimana persebaran pohon lontar paling banyak terdapat di Desa Pura
Utara hal ini menyebabkan tingginya sentra penjualan sopi di Desa Pura Utara
Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mengemukakan beberapa pemikiran guna
memecahkan permasalahan yang sering dialami responden:
a. Masyarakat diharpkan mampu menjaga dan melestrarikan tanaman lontar secara
berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
b. Pemerintah diharapkan megeluarkan kebijakan terkait pelegalan dan pemberian ijin
terhadap minuman beralkohol tradisional, sehingga masyarakat dapat memperluas
daerah distribus hingga ke luar daerah Kabupaten Alor.
c. Pengrajin sopi hendaknya memperhatikan kualitas sopi agar meningkatkan permintaan
akan sopi.

DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik Kabupaten Alor, 2021. Kecamatan Pulau Pura Dalam Angka 2021,
Kalabahi: BPS Kabupaten Alor.
Ernawati. 2018 “ Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung Pakan di Kota
Makasar”Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makasar.
Https://www.asikbelajar.com/kusioner-angket-pada-teknik-pengumpulan-data-menurut-
sugiyono/.
Https://www.edukasinfo.com/2020/09/macam-macam-sumber-dan-teknik.html?m=1.
Profil Kecamatan Pulau Pura Kabupaten Alor Tahun 2021.
Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tambunan, Perlindungan. 2010 “Potensi dan Kebijakan pengembangan lontar untuk menambah
pendapatan penduduk” Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 1, Hlm. 27-45.

You might also like