Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Analogi Hukum, 2 (2) (2020), 148–154

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi


(Studi Kasus Putusan Nomor : 87/Pid.G/2007/Pn.Gir)
Bujangga Agus Arif Pranata*, I Nyoman Sujana dan Diah Gayatri Sudibya

Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali, Indonesia

*bujanggapranata@gmail.com
How To Cite:
Pranata, B, A, A., Sujana, I, N., Sudibya, D, G. (2020). Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan Nomor : 87/
Pid.G/2007/Pn.Gir). Jurnal Analogi Hukum, 2 (2). 148-154. Doi: https://doi.org/10.22225/ah.2.2.1891.148-154

Abstract—As part of criminal acts, it is a matter of abortion, namely: mainly among women who experience
unwanted pregnancies choose the path for abortion with various risks, namely in the form of death or legal
violation of the provisions in the Criminal Code. For example, it often happens that a woman intentionally
causes death or death of her womb, or tells another person to cause it, she is sentenced to imprisonment for a
maximum of four years, which is regulated in the Criminal Code (KUHP). Abortion is a prohibited act, so it is
said to be a criminal act, because the threat of partial criminal law is regulated in the Criminal Code. The
formulation of the problem in this study is: what is the background of the perpetrator committing an abortion
crime and how is the criminal sanction imposed by the judge on the perpetrator of the crime of abortion. The
type of research used in this study is normative legal research. The results of the discussion in this study are:
The background of the perpetrators committing abortion crimes, namely from unmarried women (too young,
girlfriends refusing to be responsible, not planning to marry a boyfriend, fear of parents, maintaining a good
family name and tradition) and those who have gotten married (contraceptive failure, is in the process of
divorce, and the husband is not responsible). Criminal sanctions imposed by judges on perpetrators of
abortion crimes, namely in the Criminal Code, the perpetrators and those who assist in the occurrence of
abortion are charged with Article 346 to Article 349.
Keywords: Abortion and legislation, criminal Sanctions,

Abstrak—Sebagai bagian dari perbuatan pidana, adalah masalah tindakan aborsi yaitu: banyak diantara
perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki memilih jalan untuk aborsi dengan berbagai
resiko, yaitu berupa kematian atau pelanggaran hukum terhadap ketentuan dalam KUHP. Seperti contoh sering
terjadi seorang wanita dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya, atau menyuruh orang lain
menyebabkan itu, dia dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun, dimana hal tersebut telah
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Aborsi sebagai perbuatan yang dilarang,
sehingga dikatakan sebagai perbuatan pidana, karena ancaman hukum pidana sebagian diatur dalam KUHP.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. apakah yang melatarbelakangi pelaku melakukan tindak
pidana aborsi dan 2. bagaimanakah sanksi pidana yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana
aborsi. Tipe penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Hasil
pembahasan dalam penelitian ini adalah:Latar belakang pelaku melakukan tindak pidana aborsi yaitu dari
perempuan yang belum menikah (terlalu muda, pacar menolak bertanggung jawab, tidak berencana menikah
dengan pacar, takut orang tua, menjaga nama baik keluarga, dan tradisi) dan yang sudah menikah (kegagalan
kontrasepsi, sedang dalam proses bercerai, dan suami tidak bertanggung jawab). Sanksi pidana yang
dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana aborsi yaitu dalam KUHP, pelaku dan yang membantu
terjadinya tindakan aborsi dijerat dengan Pasal 346 sampai dengan Pasal 349.

Kata Kunci: Aborsi dan peraturan perundang-undangan, sanksi pidana

1. Pendahuluan untuk mendapatkan keadilan hukum sama dera-


jatnya dengan hak masyarakat untuk mendapat-
Keadilan hukum bagi hak masyarakat ha- kan keadilan sosial, politik, dan ekonomi. Na-
rus dijamin dan dilindungi oleh negara. Hak mun dalam praktiknya, masyarakat miskin,

Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2020. CC-BY-SA 4.0 License


148
Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan Nomor : 87/Pid.G/2007/Pn.Gir)

masih sulit untuk mendapatkan akses terhadap dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
keadilan hukum. Akses tersebut adalah jalan sangat menonjol sebagai akibat munculnya arus
yang dilalui oleh masyarakat untuk menggapai demokrasi dan globalisasi. Masalah pidana
keadilan di luar maupun di dalam pengadilan. menjadi semakin urgen dibicarakan dan orang
mulai melihat pidana sebagai primadona dalam
Seperti misalnya masalah hukum pidana di pembicaraan (Muladi, 1995).
Indonesia, salah satu masalah pokok dalam
hukum pidana yang sering menjadi perdebatan Kesadaran terhadap semakin pentingnya
para ahli hukum adalah masalah pidana, diskusi tentang pidana dan pemidanaan nampak
disamping masalah pokok yang lain yaitu masa- dari pendapat-pendapat yang pada intinya
lah tindak pidana dan masalah kesalahan. menyatakan, bahwa bagian yang terpenting dari
Hukum pidana di Indonesia saat ini dirasakan KUHP suatu bangsa adalah stelsel pidananya,
kurang memenuhi suatu keadilan serta ketentra- sebab dari stelsel pidana ini akan tercermin nilai
man dalam kehidupan bermasyarakat, sebab nilai sosial budaya bangsa tersebut (Muladi,
banyaknya suatu tindak pidana yang terjadi 1995).
akhir-akhir ini menjadikan hukum itu tidak lagi
sebagai kontrol sosial melainkan banyaknya Dengan demikian dapat dikatakan, tiga
orang-orang tertentu memanfaatkan hukum se- masalah pokok tersebut yaitu tindak pidana,
bagai corong untuk berbuat kejahatan, ini kesalahan dan pidana merupakan masalah
disebabkan kurangnya efek jera yang ditim- sentral dalam hukum pidana. Dalam perjalanan
bulkan oleh hukum pidana itu sendiri (Harefa, sejarahnya, ketiga masalah tersebut selalu
2020). Ketiga masalah pokok tersebut masing- menjadi kajian yang aktual seiring dengan
masing mempunyai persoalan-persoalannya perkembangan peradaban masyarakatnya.
sendiri, yang satu sama lain berkaitan erat Bahkan sampai sekarangpun ketiga pokok
dengan persoalan dasar manusia yakni hak-hak masalah tersebut menjadi bahan kajian utama
asasi manusia (Muladi, 1995). dalam hukum pidana. Khususnya mengenai
masalah pidana terdapat dua pandangan yang
Masalah pidana akan menimbulkan persoa- berhadapan.
lan-persoalan tentang pemberian pidana serta
tentang masalah-masalah tindak pidana akan Keberatan terhadap penggunaan sanksi
menyangkut persoalan kriminalisasi dan (hukum) pidana sebagai sarana penanggulangan
dekriminalisasi dengan segala syarat-syarat kejahatan dalam masyarakat, dan sebagian ahli
yang terkandung didalamnya. Sedang masalah yang lain tetap mendukung digunakannya
kesalahan akan menyangkut berbagai persoalan sanksi pidana dalam masyarakat, meskipun
yang sangat rumit. Misalnya saja tentang dengan berbagai catatan (Waluyo, 2000).
subyek hukum pidana berupa korporasi dan Sebagai bagian dari perbuatan pidana,
masalah strict liability (suatu bentuk adalah masalah tindakan aborsi yaitu:
pertanggungjawaban yang tidak memerlukan
adanya kesalahan) yang sampai saat ini belum Banyak diantara perempuan yang
terpecahkan dalam hubungannya dengan mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki
penyusunan Usul KUHP Baru (Muladi, 1995). memilih jalan untuk aborsi dengan berbagai
resiko, yaitu berupa kematian atau pelanggaran
Berkaitan dengan persoalan pidana ini, hukum terhadap ketentuan dalam KUHP.
Sudarto menyatakanbahwa : Seperti contoh sering terjadi seorang wanita
Dua hal yang sangat penting dalam hukum dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
pidana adalah syarat-syarat untuk kandungannya, atau menyuruh orang lain
memungkinkan penjatuhan pidana. Apabila hal menyebabkan itu, dia dipidana dengan pidana
yang pertama itu diperinci lebih lanjut, maka penjara selama-lamanya empat tahun, dimana
dapat dikatakan bahwa hukum (maksudnya hal tersebut telah diatur dalam Kitab Undang-
hukum pidana) ada tiga pokok persoalan : Undang Hukum Pidana (KUHP). Aborsi
Pertama, tentang perbuatan yang dilarang. sebagai perbuatan yang dilarang, sehingga
Kedua, tentang orang yang melanggar larangan dikatakan sebagai perbuatan pidana, karena
itu, Ketiga tentang pidana yang diancam pada si ancaman hukum pidana sebagian diatur dalam
pelanggar itu. KUHP.

Masalah pidana merupakan masalah yang Pasal 346 KUHP dijelaskan bahwa, yang
sangat sensitif, mengingat masalah tersebut dapat diancam hukum pidana dalam Pasal ini
sangat erat bersinggungan dengan harkat adalah:
martabat manusia. Lebih-lebih pada masa Wanita yang dengan sengaja menyebabkan
sekarang ini dimana tuntutan akan pengakuan kandungannya menjadi gugur atau mati, atau
Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2020. CC-BY-SA 4.0 License
149
Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan Nomor : 87/Pid.G/2007/Pn.Gir)

Wanita yang dengan sengaja menyuruh puti buku-buku teks, kamus-kamus hukum,
orang lain menyebabkan kandungannya jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar
menjadi gugur atau mati. atas putusan hukum (Marzuki, 2007).
Pengguguran kandungan atau pembunuhan Pengumpulan bahan hukum dilakukan
janin yang ada di dalam kandungan dapat dengan cara membaca, mempelajari, me-
dilakukan dengan bermacam-macam cara, mahami, dan menganalisis buku atau literature-
misalnya, dengan obat yang diminum atau literatur, ketentuan perundang-undangan, maka-
dengan alat yang dimasukkan ke dalam rahim lah-makalah, majalah-majalah, ataupun infor-
melalui lubang kemaluan wanita. masi dalam bentuk lain seperti yang diperoleh
dari internet, yang berhubungan erat dengan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, obyek kajian atau materipenelitian, kemudian
maka dapat dirumuskan permasalahan dalam dilakukan pencatatan dan pengutipan bagian-
pertanyaan penelitian berikut ini: bagian yang penting.
Apakah yang melatarbelakangi pelaku 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
melakukan tindak pidana aborsi?
Indonesia tidak termasuk negara yang
Bagaimanakah sanksi pidana yang dijatuh- menjadikan aborsi sebagai metode keluarga
kan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana berencana. Sebaliknya, Indonesia justru
aborsi? mengambil posisi hukum yang paling keras,
Secara umum penelitian ini dilakukan un- yaitu melarang semua aborsi untuk semua
tuk mengetahui sanksi pidana terhadap tindak alasan, kecuali untuk menyelamatkan nyawa
pidana aborsi sesuai dengan peraturan ibu (disebut abortus provokatos medikalis atau
perundang-undangan yang mengaturnya terapetikus).
sedangkan secara khusus penelitian ini Pengertian dari aborsi di kalangan ahli ada
bertujuan untuk: dua jenis pengertian yaitu, Abortus alamiah dan
Untuk mengetahui yang melatarbelakangi abortus buatan. Abortus alamiah adalah
pelaku melakukan tindak pidana aborsi. mekanisme alamiah yang menyebabkan
terhentinya proses kehamilan sebelum berumur
Untuk mengetahui sanksi pidana yang di- 28 minggu, sedangkan yang dimaksud Abortus
jatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak buatan adalah suatu upaya yang disengaja untuk
pidana aborsi. menghentikan proses kehamilan sebelum
berumur 28 minggu, dimana janin (hasil
Tipe penelitian yang dipergunakan dalam konsepsi) yang dikeluarkan tidak dapat
penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum bertahan hidup diluar. Meski aborsi untuk
normatif. Yaitu dengan menguraikan alasan di luar menyelamatkan nyawa ibu
permasalahan-permasalahan yang ada yang diperlakukan sebagai perbuatan kriminal
selanjutnya dibahas dan dikaji berdasarkan teori (disebut abortus provokatus kriminalis), insiden
-teori hukum dan kemudian dikaitkan dengan aborsi di Indonesia tergolong sangat tinggi.
peraturan perundang-undangan yang berlaku Utomo dkk memperkirakan bahwa sekitar 2 juta
dalam praktek hukum. Dalam penelitian ini perempuan Indonesia mengakhiri kehamilannya
digunakan pendekatan perundang-undangan dengan aborsi, dan sebagian besar di antarnya
(statue approach) dan pendekatan konseptual adalah aborsi yang tidak aman (Darwin, 2005).
(conseptual approach).
Estimasi Utomo ini lebih tinggi
2. Metode dibandingkan dengan estimasi-estimasi yang
Didalam penulisan ini terdapat bahan- dibuat sebelumnya. Widyantoro (1990)
bahan hukum yang terdiri dari: (1) Bahan membuat estimasi aborsi sebesar 700.000-
hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang 1.000.000, Tjitarsa (1993) memperkirakan
mengikat, meliputi : Undang-Undang Dasar sebesar 1.500.000, dan Affandi (2000) juga
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Kitab memperkirakan sebesar 1,5 juta. Angka ini
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Un- terdiri dari aborsi disengaja karena kegagalan
dang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KB sebesar 0,6 juta dan karena tidak memakai
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KB sebesar 0,7 juta. Di sini tidak termasuk
(KUHAP) dan Undang-Undang Nomor 36 Ta- aborsi spontan (abortus spontaneus) yang
hun 2009 Tentang Kesehatan. Bahan hukum diperkirakan Affandi sebesar 1 juta sehingga
sekunder berupa semua publikasi tentang jika kedua jenis aborsi itu digabung angkanya
hukum yang bukan merupakan dokumen- menjadi 2,3 juta.
dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meli-
Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2020. CC-BY-SA 4.0 License
150
Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan Nomor : 87/Pid.G/2007/Pn.Gir)

Angka kejadian 2 juta kasus per tahun pada menunjukkan bahwa 600.000 perempuan mati
estimasi Utomo berarti 37 aborsi per 1,000 karena kehamilan dan persalinan (SKRT 1995).
wanita usia 15-49 tahun, atau 43 aborsi per 100 Dari angka tersebut, 66.000 mati karena aborsi
kelahiran hidup, atau 30 persen dari kehamilan. (Darwin, 2005).
Proporsi aborsi 30 persen dari kehamilan ini
lebih tinggi dibandingkan dengan pada tingkat Kekhawatiran dari pihak yang menolak
global. Seperti diketahui, angka kejadian aborsi legalisasi aborsi adalah kemungkinan naiknya
di dunia diperkirakan 46 juta kasus pada tahun angka aborsi setelah praktik seperti itu
1995 atau 25,6 persen dari 180 juta kehamilan dilegalkan. Secara empiris hal seperti itu tidak
pada tahun yang sama. selalu terbukti. Memang ada contoh negara
yang melegalkan aborsi dan jumlah praktik
Aborsi sebanyak itu sebagian besar aborsi tetap tinggi, yaitu Cina. Tingginya angka
dilakukan untuk alasan di luar yang aborsi di sana lebih disebabkan oleh sikap
diperkenankan oleh undang-undang. Affandi proaktif pemerintah Cina membatasi pasangan
(2000) mengindentifikasi sejumlah alasan di Cina untuk hanya boleh mempunyai satu
utama, yaitu ekonomi, kehamilan di luar nikah, anak. Akan tetapi, di negara-negara lain,
korban pemerkosaan dan incest. Utomo (2002) contohnya Jepang dan Singapura, legalisasi
menemukan sejumlah alasan dominan, yaitu aborsi menimbulkan dampak yang berbeda. Di
jumlah anak sudah cukup, terlalu tua untuk kedua negara tersebut, aborsi mengalami
melahirkan; tidak siap menikah karena masih peningkatan pada beberapa tahun pertama,
sekolah, dan belum siap punya anak. Sementara tetapi dalam kurun waktu berikutnya
itu Habsjah (2002) membedakan alasan mengalami penurunan secara konsisten.
dominan dari perempuan yang belum menikah
(terlalu muda, pacar menolak bertanggung Singapura melegalkan aborsi tahun 1967,
jawab, tidak berencana menikah dengan pacar, dan angka aborsi di negara itu mengalami
takut orang tua, menjaga nama baik keluarga, kenaikan setelah itu. Namun kenaikan tersebut
dan tradisi) dan yang sudah menikah (kegagalan berlangsung hanya sampai tahun 1985, yaitu
kontrasepsi, sedang dalam proses bercerai, dan dari 1.913 menjadi 23.512 kejadian. Setelah itu,
suami tidak bertanggung jawab). angka aborsi mengalami penurunan secara
konsisten setiap tahunnya menjadi 17.073 pada
Seluruh alasan implisit atau eksplisit yang tahun 1992. Di Jepang, legalisasi aborsi terjadi
terkait dengan keinginan untuk membatasi pada tahun 1948, dan angka aborsi mengalami
jumlah anak. Dengan begitu kita bisa kenaikan secara konsisten dari 246.104 pada
mengatakan bahwa dari sudut pandang sosial tahun 1949 menjadi 1.170.143 pada tahun 1955.
demografis aborsi sesungguhnya telah secara Akan tetapi, sejak tahun 1956, angka aborsi
luas dipraktikkan di Indonesia sebagai metode mengalami penurunan secara konsisten setiap
pengendalian kelahiran. Data ini juga memberi tahunnya sehingga pada tahun 1999 hanya
pelajaran penting bagi pengambil kebijakan sebanyak 446.876 kejadian. Penurunan angka
bahwa hukum aborsi yang sangat restriktif aborsi setelah legalisasi ini terjadi karena
ternyata gagal menyurutkan niat dari banyak meluasnya pemakaian kontrasepsi.
perempuan yang mengalami kehamilan yang
tidak kehendaki untuk mengakhiri Secara teoritis dapat dikatakan bahwa
kehamilannya. tinggi rendahnya aborsi tidak secara langsung
berkaitan dengan status hukum praktek aborsi,
Persoalannya adalah ketika hukum tidak tetapi keterkaitan antara variabel nilai anak,
memberi tempat bagi pelayanan aborsi yang angka fertilitas, dan penggunaan kontrasepsi.
aman, maka para perempuan yang mengalami Jika rata-rata pasangan suami-istri pada suatu
kehamilan tidak dikehendaki dan yang karena masyarakat mengharapkan jumlah anak yang
alasan tertentu tidak ingin melanjutkan banyak, maka angka fertilitas (jumlah anak) di
kehamilannya, terpaksa harus pergi ke penolong masyarakat tersebut akan cenderung tinggi.
aborsi yang tidak memiliki kompetensi untuk Dalam keadaan seperti ini dorongan untuk
memberi pertolongan secara aman, misalnya ke menunda kehamilan menjadi rendah sehingga
bidan atau dukun aborsi, dengan risiko angka penggunaan kontrasepsi juga rendah.
mengalami komplikasi kesehatan, bahkan
kematian. Ketika masyarakat tersebut mengalami
perubahan sosial, khususnya jika terjadi
Seperti diketahui bahwa angka kematian perubahan nilai anak menuju pada keinginan
maternal di Indonesia masih tinggi, bahkan mempunyai anak sedikit, maka keinginan
tertinggi di Asia, dan kurang lebih 11 persen di menggunakan kontrasepsi juga akan meningkat.
antaranya terjadi karena pertolongan aborsi Akan tetapi, jika di masyarakat tersebut belum
yang tidak aman. Data tahun 1995 cukup tersedia kontrasepsi atau jika banyak
Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2020. CC-BY-SA 4.0 License
151
Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan Nomor : 87/Pid.G/2007/Pn.Gir)

terjadi kegagalan kontrasepsi, maka angka kemanusiaan yang sangat memprihatinkan ini.
fertilitas masih akan tetap tinggi. Jika angka Secara garis besar ada alternatif posisi hukum
fertilitas lebih tinggi dibandingkan dengan terhadap praktik aborsi. Pertama adalah sangat
harapan jumlah anak hidup, maka di dalam restriktif. Di sini aborsi dilarang untuk semua
masyarakat tersebut terjadi masalah kehamilan alasan, kecuali untuk menyelamatkan jiwa ibu.
tidak dikehendaki. Tingginya kehamilan yang Inilah posisi yang diambil Indonesia dan
tidak dikehendaki akan memberi dorongan bagi beberapa negara lain, seperti Filipina, Srilanka,
sejumlah pasangan untuk mengakhiri dan Saudi Arabia. Kedua, angka restriktif. Di
kehamilan, yaitu dengan melakukan aborsi. sini aborsi pada dasarnya juga dilarang, tetapi
Oleh karena itu, kenaikan angka aborsi toleransi hukum diberikan terhadap kondisi
merupakan indikasi dari adanya perubahan nilai yang sangat khusus di luar alasan
anak yang tidak diikuti serta secara sebanding menyelamatkan nyawa ibu, yaitu gangguan
dengan ketersediaan dan efektivitas penggunaan fisik dan mental dari ibu hamil jika kehamilan
kontrasepsi. diteruskan, janin yang cacat sehingga akan
menimbulkan penderitaan yang tidak
Ketika terjadi legalisasi aborsi, angka tertanggungkan bagi bayi jika lahir, dan
aborsi dapat mengalami kenaikan. Kenaikan ini perempuan yang hamil karena diperkosa atau
dapat terjadi karena beberapa alasan. hasil dari incest. Malaysia dan Thailand masuk
Pertama, mereka yang mengalami dalam kategori ini. Ketiga adalah agak longgar.
kehamilan tidak dikehendaki menjadi lebih Di sini aborsi dibolehkan untuk alasan yang
melakukan aborsi karena tidak ada konsekuensi lebih luas lagi, seperti alasan ekonomi
hukum dari tindakan tersebut. Kedua, kenaikan (ketidakmampuan ekonomi ibu merawat dan
itu terjadi karena sistem pelaporan yang lebih membesarkan bayi), jumlah anak sudah
baik. Artinya, sebelum ada legalisasi praktik dianggap cukup, usia ibu hamil terlalu muda
aborsi sudah banyak terjadi, tetapi banyak yang atau tua (risiko tinggi), dll. Termasuk dalam
dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Setelah kategori ini adalah Bulgaria, Inggris, Australia,
ada legalisasi, semua praktik aborsi dapat India dan Jepang. Keempat adalah sangat
dicatat dan dilaporkan tanpa risiko hukum. longgar. Di sini aborsi dibolehkan atas
Dengan begitu, kenaikan angka aborsi tidak permintaan ibu hamil karena semua alasan.
mencerminkan adanya kenaikan insiden aborsi Termasuk dalam kategori ini, antara lain, adalah
yang sebenarnya. Dengan kata lain, yang terjadi Amerika Serikat, Prancis, Italia, Belanda,
hanya pergeseran status aborsi, dari aborsi Tunisia, Turki dan Singapura.
ilegal menjadi aborsi legal, sementara insiden Tanpa adanya keberanian untuk mengubah
aborsi sesungguhnya tidak mengalami posisi hukumnya ke arah yang lebih longgar,
peningkatan. Ketiga, angka aborsi naik karena maka ke depan perempuan akan dalam kondisi
legalisasi aborsi tidak diikuti dengan yang sama rentannya atau lebih rentan lagi,
peningkatan efektivitas penggunaan yaitu mengalami komplikasi karena praktik
kontrasepsi. Sementara itu di masyarakat aborsi yang tidak aman.
tersebut terjadi perubahan yang signifikan
dalam nilai anak. Karena banyak pasangan Aborsi seperti dijelaskan di atas
suami istri ingin membatasi jumlah kehamilan merupakan perbuatan yang banyak
tapi gagal melakukannya karena kendala mengundang kontroversi karena di dalamnya
kontrasepsi, terjadilah kehamilan tidak terkandung konflik nilai yang sulit didamaikan.
dikehendaki. Inilah pada gilirannya Namun negara harus mengambil sikap tertentu
meningkatkan angka aborsi (Darwin, 2005). terhadap masalah yang sangat dilematis ini.
Dalam menentukan pilihan pertimbangan moral
Namun dalam perkembangan kemudian, merupakan pertimbangan penting, bagaimana
angka aborsi dapat menurun jika di masyarakat pun aborsi memang berhubungan dengan
tersebut terjadi peningkatkan efektivitas kesadaran moral masyarakat. Namun
penggunaan kontrasepsi. Pada masyarakat pertimbangan moral bukanlah satu-satunya
dengan efektivitas penggunaan kontrasepsi pertimbangan. Perlu juga dilihat implikasi
paripurna (perfect contraceptie society), angka sosial yang lebih luas dari pilihan kebijakan
aborsi akan menjadi nol. Dengan kata lain, yang diambil, apakah pilihan tersebut
peningkatan efektivitas penggunaan kontrasepsi mendatangkan manfaat sosial yang lebih besar
merupakan metode paling efektif untuk dari kerugiannya, atau sebaliknya. Di sinilah
mengurangi angka aborsi pada masyarakat. memang dilema dalam pengambilan keputusan
Oleh karena itu, tampaknya negara perlu acap kali terjadi. Pengambil kebijakan tidak
melakukan peninjauan ulang tentang posisi dihadapkan kepada dua pilihan dengan prefensi
hukumnya dalam menyikapi masalah nilai yang sederhana yang jelas, yaitu antara

Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2020. CC-BY-SA 4.0 License


152
Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan Nomor : 87/Pid.G/2007/Pn.Gir)

alternatif kebijakan yang baik (mendatangkan aborsi secara medis, terdapat pembatasan usia
manfaat tanpa kerugian) dan yang jelek kehamilan seperti dijelaskan oleh seorang ahli
(mendatangkan kerugiaan tanpa manfaat), tetapi kebidanan dan kandungan sebagai berikut :
antara pilihan-pilihan kebijakan yang Aborsi adalah penghentian kehamilan pada usia
menimbulkan trade off, atau antara alternatif nama janin tidak dapat hidup di luar kandungan,
yang jelek dan alternatif yang jelek dan yaitu pada usia kurang dari 20 minggu dan berat
alternatif lain yang lebih jelek lagi. kurang dari 500 gram (Wignyosastro, 2003).
Pertama perlu disadari bahwa aborsi Oleh karena itu, bila tindakan pengguguran
bukanlah merupakan pilihan yang ideal yang kandungan dilakukan pada usia di atas 20
sedapat mungkin dihindari. Perlu diambil minggu, tidaklah disebut aborsi, dan secara
langkah-langkah preventif agar kondisi yang medis memang janin tidak dapat hidup di luar
menimbulkan terjadi kehamilan tidak kandungan. Dalam hal ini bukan berarti terjadi
dikehendaki dapat dikurangi sehingga penghilangan nyawa.
perempuan terhindar dari dorongan untuk
melakukan aborsi. Tindakan preventif yang Kedua, KUHP ini tidak melihat alasan
dimaksud adalah pengendalian terhadap mengapa terjadi pengguguran kandungan.
kecenderungan seks bebas, prostitusi Artinya, perempuan pemilik tubuh, tidak pernah
pemerkosaan, incest, dan sebagainya. ditanya mengapa dia melakukan tindak aborsi.
Kegagalan kontrasepsi pun diupayakan Banyak penelitian memperlihatkan bahwa tidak
seminimal mungkin. Namun harus diakui ada satu pun data yang menunjukkan, bahwa
bahwa bagaimanapun intensifnya kita perempuan yang melakukan tindakan aborsi itu,
melakukan tindakan preventif seperti tersebut di melakukannya dengan senang hati. Bahkan
atas, kita tidak mungkin dapat beban psikologis terasa sangat berat apabila dia
mengeliminasinya sama sekali. Pada tingkat harus memutuskan dan melakukan tindakan
tertentu masyarakat pasti mempunyai masalah- aborsi.
masalah seperti tersebut di atas. Oleh karena Dalam lokakarya tentang Pemahaman
itu, kehamilan tidak dikehendaki pada tingkat Kesehatan Perempuan yang diselenggarakan
tertentu pasti terjadi. oleh Convention Watch bekerja sama dengan
Terhadap kehamilan yang tidak Direktorat Reserse Mabes Polri tahun 1993,
dikehendaki ini perlu diupayakan agar diajukan pertanyaan oleh Polisi Reserse, peserta
perempuan menghindarkan diri dari keputusan lokakarya, tentang pendekatan apa yang
melakukan aborsi. Di sinilah pentingnya dilakukan aparat hukum agar dapat memberikan
lembaga advokasi yang sedapat mungkin keadilan pada perempuan dalam kasus aborsi.
melibatkan ahli kandungan, ahli jiwa, dan ahli Diberikan jawaban oleh Tapi Omas
agama. Klinik-klinik kesehatan yang sering Ihromi, Guru Besar Ilmu Hukum, untuk
didatangi pasien yang meminta pelayanan menggunakan pendekatan oportunitas, yang
aborsi perlu pula dilengkapi dengan pelayanan berarti bahwa penegak hukum harus memberi
advokasi yang secara sungguh-sungguh kesempatan kepada perempuan yang melakukan
memberikan bimbingan kepada klien yang tindakan aborsi itu untuk membela diri,
mengalami kehamilan tak dikehendaki untuk mengapa dia harus melakukan tindakan aborsi
tidak melakukan aborsi. tersebut. Hal tersebut akan dapat menjadi bahan
Dalam KUHP, pelaku dan yang membantu pertimbangan aparat hukum dalam memutus
terjadinya tindakan aborsi dijerat dengan Pasal- perkara (Ihromi, 2003).
pasal 346-349. Berbagai pendapat dikemukakan Ketiga, Undang-undang (KUHP) ini tidak
tentang kelemahan Pasal 346 sampai 349 mempertimbangkan bahwa teknologi sudah
KUHP, yaitu: Pertama, pasal-pasal tersebut jauh berkembang dibandingkan ketika undang-
dimasukan dalam Bab Penghilangan Nyawa, undang ini diberlakukan. Menurut Ahli
sedangkan dalam penghentian kehamilan belum Kebidanan dan Kandungan, pada saat ini aborsi
tentu terjadi penghilangan nyawa. Menurut sudah dapat dilakukan dengan cara
definisi aborsi secara medis, terdapat menggunakan kemajuan teknologi kedokteran
pembatasan usia kehamilan seperti dijelaskan yang sangat sederhana dan aman, dalam arti
oleh seorang ahli kebidanan dan kandungan tingkat kegagalannya sangat kecil. Bahkan
sebagai berikut. aborsi yang dilakukan oleh tenaga profesional
Pertama, pasal-pasal tersebut dimasukkan dan terlatih di tempat yang memenuhi standar
dalam Bab Penghilangan Nyawa, sedangkan serta pada usia awal kehamilan kurang dari 12
dalam penghentian kehamilan belum tentu minggu, tingkat keamanannya jauh lebih besar
terjadi penghilangan nyawa. Menurut definisi dibandingkan bila perempuan tersebut harus

Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2020. CC-BY-SA 4.0 License


153
Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi (Studi Kasus Putusan Nomor : 87/Pid.G/2007/Pn.Gir)

melanjutkan kehamilannya sampai persalinan. Reorientasi Kebijakan Publik. Yogya-


Batasan kehamilan sampai usia kurang dari 12 karta: CV. Adipura.
minggu, penghentian kehamilan dapat
dilakukan dengan metode aspirasi vakum Harefa, S. (2020). Penegakan Hukum Terhadap
(Vacuum aspiration). Metode MVA ini selain Tindak Pidana Di Indonesia Melaui
murah dan mudah dilakukan, efektivitasnya Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pi-
juga cukup tinggi, yaitu bisa mencapai 99%. dana Islam. University Of Bengkulu
Law Journal, 5(1), 35–58. Retrieved
Dari definisi tentang tindakan aborsi atau from https://ejournal.unib.ac.id/
menggugurkan kandungan di atas, jelaslah index.php/ubelaj/article/view/7303
bahwa, bila terjadi pengguguran, tetapi janin
bisa hidup, bukanlah disebut sebagai keguguran Ihromi, T. O. (2003). Prosiding Lokakarya
atau aborsi melainkan kelahiran prematur dan Pemahaman Kesehatan Reproduksi Per-
beratnya pasti di atas 500 gram. Bila empuan. Jakarta: Kerjasama Conven-
pengguguran dilakukan di atas 20 minggu, dan tion Watch dengan Direktorat Reserse,
janinnya mati, bukan disebut sebagai Mabes Polri.
pengguguran, melainkan infantiside atau Lukman, L. (2004). Permasalahan Aborsi dalam
pembunuhan janin. Jadi, permasalahan terletak Undang-Undang Kesehatan Nomor 23
pada kapan kehidupan itu terjadi? Atau kapan Tahun 1992 dan KUHP. Makalah Da-
disebut pembunuhan nyawa janin? Masalahnya lam Majalah Obstetri Dan Ginekologi
sendiri memang pelik, bila dilihat dari pasal- Indonesia. Retrieved from Yayasan
pasal di atas, karena aparat hukum mengacu Bina Pustaka Srwono Prawirohardjo
pada mematikan kandungan, persoalannya,
kapan kandungan itu ada (Lukman, 2004). Marzuki, P. M. (2007). Penelitian Hukum. Ja-
karta: Kencana Prenada Media Gru.
Sampai saat ini para ahli hukum belum
pernah mengadakan pertemuan, atau seminar Muladi. (1995). Kapita Selekta Sistem Peradi-
untuk membahas, kapan terjadi kehamilan lan Pidana. Semarang: Badan Penerbit
(kapan kandungan itu ada). Bila para ahli Universitas Diponegoro.
hukum membahas hal tersebut akan ada suatu
kepastian hukum. Demikian pula para tokoh Waluyo, B. (2000). Pidana dan Pemidanaan.
agama, perlu melakukan pembahasan karena Jakarta: Sinar Grafika.
masih ada perbedaan persepsi antara para ahli Wignyosastro, G. (2003). Hasil Diskusi Loka-
medis, ahli agama dengan para ahli hukum. karya Penghentian Kehamilan Tak
4. Simpulan Dikehendaki. In Hasil Diskusi Lokakar-
ya Penghentian Kehamilan Tak
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapatlah Dikehendaki. Jakarta.
ditarik simpulan sebagai berikut :
Latar belakang pelaku melakukan tindak
pidana aborsi yaitu dari perempuan yang belum
menikah (terlalu muda, pacar menolak
bertanggung jawab, tidak berencana menikah
dengan pacar, takut orang tua, menjaga nama
baik keluarga, dan tradisi) dan yang sudah
menikah (kegagalan kontrasepsi, sedang dalam
proses bercerai, dan suami tidak bertanggung
jawab).
Sanksi pidana yang dijatuhkan oleh hakim
terhadap pelaku tindak pidana aborsi yaitu
dalam KUHP, pelaku dan yang membantu
terjadinya tindakan aborsi dijerat dengan Pasal
346 sampai dengan Pasal 349.
Sesuai dengan kesimpulan tersebut diatas,
dapat penulis sampaikan.
Daftar Pustaka
Darwin, M. M. (2005). Negara dan Perempuan

Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 2, 2020. CC-BY-SA 4.0 License


154

You might also like