Professional Documents
Culture Documents
Muhamad Ilham Wibowo - 202121150 - Proposal
Muhamad Ilham Wibowo - 202121150 - Proposal
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta
untuk Penyusunan Skripsi
Oleh :
Muhamad Ilham Wibowo
NIM. 202121150
1
HUKUM WARIS TERHADAP ANAK ADOPSI
Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Penyusunan Skripsi
Disusun Oleh :
(Tanda Tangan)
Dr. Aris Widodo, S.Ag., M.A.
NIP : 197611132001121001
ABSTRACT
Children are a gift given by God to parents, even they are a consolation
when they are tired, children are living creatures entrusted by God to be the
same as their parents who get the opportunity to live, education, family warmth
and even happiness. These are all children's rights, as parents we are obliged to
provide for the child so that he feels he can live independently, because that is
why it is not uncommon for people to want children.
Events that occur in the world, especially in Indonesia, many parents
have not given God sustenance in the form of children, the phenomenon that
occurs is adopted children. They also have the same position, namely children,
even though they are not of the same blood or kinship as us, but they must also
receive the same treatment as other children.
In Islam, the adoption of a child that is permitted is an adoption that does
not attach a lineage to the adopted children, so that its position does not affect
the inheritance. This can be understood from the verses of the Qur'an, al Aḥzab
verse 37, where the asbab al-nuzul of this verse is when the Prophet asked
Allah to marry Zaynab who incidentally was the ex-wife of his adopted son,
Zaid bin Harisa. Islam does not prohibit a person or family from adopting
another person's child as his or her child. The child is called an adopted child
and the person who adopts him or her is called the adoptive parent.
In Law Number 23 of 2002 concerning Child Protection, it does not
formulate an understanding of adoption. But it only formulates the meaning of
an adopted child, namely Article 1 number 95 states that:
"Adopted children are children whose rights are transferred from the
family environment of their parents, legal guardians, or other people who are
responsible for the care, education, and rearing of the child, to the family
environment of the adoptive parents based on a court decision or decision".
1
ABSTRAK
2
A. LATAR BELAKANG
Kata warisan atau pewarisan berasal dari bahasa arab yaitu mirats, yang
artinya harta yang ditinggalkan oleh pemilik harta yang akan dibagikan kepada
mereka yang mendapataknnya sesuai dengan ketentuan. Dalam hukum waris
islam ada tiga hal mengapa seseorag mendapatakan warisan : kekerabatan,
perkawinan, dan kerabat.
Namun ada alasan lain pula mengapa orang yang bukan dari nasabnya
mendapatkan warisan orang tersebut disebut wala’ Jika seorang pria
membebaskan seorang budak, akan ada hubungan kekerabatan di antara
mereka yang disebut wala 'al-'itq. Dengan adanya hubungan semacam itu, pria
itu akan mewarisi budaknya yang telah membebaskannya, untuk berjaga-jaga.
budak sama sekali tidak memiliki ahli waris, baik karena hubungan
perkawinan atau kekerabatan. Namun, saat ini, alasan warisan karena wala
telah kehilangan makna secara signifikan. Karena pada saat ini tidak ada
perbudakan.
Lalu bagaimana dengan fenomena yang terjadi, apakah anak adopsi pun
sama kedudukannya dengan budak jika memiliki kedekatan dengan
tuannya(budak), orang tua ankat(adopsi). Definisi anak adopsi menurut UUD
RI Nomor 35 Tahun 2014 adalah anak yang haknya ditransfer dari keluarga
orang tua, wali hukum, atau orang lain yang bertanggung jawab atas
perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak menjadi adopsi keluarga orang
tua berdasarkan keputusan pengadilan. Menurut Pasal 171 Kompilasi Hukum
Islam, anak adopsi adalah anak yang diasuh dalam kehidupan sehari-hari, biaya
pendidikan dan sebagainya, dan tanggung jawab beralih dari orang tua
kandung ke orang tua angkatnya.
Adopsi anak adalah tindakan positif dalam hukum adat kami dengan
berbagai motivasi, sesuai dengan keragaman sosial dan bentuk kekerabatan di
Indonesia. Konsekuensi dari adopsi anak yang sah adalah munculnya hukum
perdata seperti mata pencaharian, pengasuhan anak dan warisan antara anak
yang diadopsi dan orang tua angkat. Padahal, adopsi anak di Indonesia
3
memiliki sejumlah tujuan dan motivasi. Salah satu tujuannya adalah untuk
melanjutkan garis keturunan jika dalam sebuah keluarga tidak memiliki anak.
Sementara itu, menurut hukum Islam, anak adopsi tidak diakui sebagai
dasar dan penyebab pewarisan, karena prinsip utama pewarisan adalah
hubungan darah atau arham. Namun, pada kenyataannya, di banyak tempat di
mana orang-orang beragama Islam, masih ada dan mengatur adopsi di mana
anak adopsi dapat mewarisi kekayaan orang tua angkat. Bahkan, karena
kecintaan mereka pada anak adopsi, pewarisan sudah berjalan sejak pewaris
masih hidup.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN