Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

271

Tahun 7, Nomor 2 November 2020

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA ANAK


BERBASIS CERITA RAKYAT BANTEN UNTUK SISWA SD

(Development Of Teaching Materials Children's Stories Based On Banten's People's


Stories For Students of Primary School)
Dedeh Sumiati
SD Negeri Sepang
dedehsumiati11@gmail.com
Sholeh Hidayat, Lukman Nulhakim
Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Abstract
The purpose of this research development is to find out how the steps in carrying out the making
of textbooks in the form of Banten Folk legend Gunung Pinang. This developmental research
needs serious attention in learning. This endangered folklore is displaced by the progress of
time so that school students do not recognize folklore. Folklore which is supposed to be an icon
of a region but in reality is unable to compete with stories from various countries. Therefore it
is necessary to introduce folklore through learning at school. The limitation of learning media
in schools is a challenge for teachers in developing folklore, especially the limitations of source
books and the ability of teachers to develop measures of teaching materials, especially folklore
in the Banten area. Based on the analysis conducted, that the teaching materials used at SDN
Sepang are not appropriate and not suitable for elementary school students, besides the
appearance and content of teaching materials that are less attractive to students. This study uses
R&D methods with the Borg and Gall model steps, with data collection using observation sheets
and questionnaires. The results of the study showed that the validity level of material experts
reached 100%, media experts reached 75%, class teachers reached 100%. Based on the data
that the development of teaching materials has a high level of validity. The conclusion of the
study, from the overall expert validity assessment, this teaching material book has a good level
of validity, so that it can be used as teaching material for students.

Keywords: Development of teaching materials, based on folklore, the Legend of Pinang


Mount

Abstrak
Tujuan dari penelitian pengembangan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah
dalam melaksanakan pembuatan buku bahan ajar berupa cerita rakyat Banten Legenda Gunung
Pinang. Penelitian pengembangan ini perlu mendapat perhatian yang serius dalam
pembelajaran. Cerita rakyat yang hampir punah ini yang tergeser oleh kemajuan zaman
sehingga siswa sekolah tidak mengenal cerita rakyat. Cerita rakyat yang seharusnya menjadi
icon sebuah daerah namun kenyataannya kalah bersaing dengan cerita-cerita dari berbagai
Negara. Oleh karena itu perlu diperkenalkan cerita rakyat tersebut melalui pembelajaran
disekolah. Keterbatasan media pembelajaran disekolah menjadi tantangan bagi guru dalam
mengembangkan cerita rakyat, terutama keterbatasan buku sumber dan kemampuan guru
dalam mengembangkan langkah-langkah bahan ajar, terutama cerita rakyat daerah Banten.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, bahwa bahan ajar yang digunakan di SDN Sepang kurang
sesuai dan tidak cocok diterapkan untuk siswa Sekolah Dasar, selain itu tampilan dan isi bahan
ajar yang kurang menarik bagi siswa. Penelitian ini menggunakan metode R&D dengan langkah
model Borg and Gall, dengan pengambilan data menggunakan lembar pengamatan dan angket.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa tingkat validitas ahli materi mencapai 100%, ahli media

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


272
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

mencapai 75%, guru kelas mencapai 100%. Berdasarkan data bahwa Pengembangan bahan ajar
memiliki tingkat validitas yang tinggi. Kesimpulan penelitian, dari penilaian validitas
keseluruhan ahli, buku bahan ajar ini memiliki tingkat validitas yang baik, sehingga dapat
dijadikan bahan ajar bagi siswa.

Kata Kunci : Pengembangan bahan ajar, berbasis cerita rakyat, Legenda Gunung Pinang

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah perasaan dan pikiran sekaligus
Pondasi awal dalam membentuk meningkatkan kapasitas keterampilan
kualitas dan kuantitas pembelajaran membacanya. Membaca juga dapat
dapat dimulai dari sumber belajar, baik meningkatkan pembelajaran sepanjang
berbahan tertulis maupun tidak hayat. Dalam era moderanisasi siswa
tertulis. Sumber belajar disusun secara perlu dibekali keterampilan membaca
sistematis untuk membantu guru dalam untuk mempersiapkan dirinya
melaksanakan kegiatan pembelajaran menghadapi masa depan. Materi
sehingga tercipta lingkungan atau membaca dalam pembelajaran di
suasana yang memungkinkan siswa Sekolah Dasar yaitu dengan membuka
untuk belajar. Bahan ajar atau sumber kembali wawasan membacanya dalam
belajar tersebut tentunya meningkatkan materi-materi cerita rakyat.
aspek-aspek dalam pembelajaran. Sekarang ini cerita rakyat tidak banyak
Aspek dalam pembelajaran dikenal lagi oleh masyarakat terutama
Bahasa Indonesia yaitu salah satunya peserta didik di sekolah karena kalah
adalah membaca. Keterampilan bersaing dengan cerita-cerita serial dari
membaca merupakan aspek utama luar negeri dalam bentuk film kartun,
pembelajaran pada jenjang Sekolah komik, dan novel. Cerita rakyat
Dasar. Membaca menjadi merupakan salah satu jenis karya sastra
keterampilan berbahasa yang sangat nusantara yang perlu dipelajari,
penting, karena membaca merupakan dipelihara, dan dikembangkan sebagai
pintu gerbang utama dalam melihat khasanah budaya nasional bangsa
dunia. Melalui kegiatan membaca, Indonesia.
siswa dapat merasakan pengalaman, Cerita rakyat nusantara adalah
mendapatkan informasi, memadukan warisan budaya dan kekayaan bangsa

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


273
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

Indonesia, bagian dari tradisi bangsa keterampilan membaca tentunya harus


kita yang dapat dijumpai disetiap dilakukan langkah-langkah dalam
pelosok tanah air. Pintu masuk dalam mengembangkan pembelajaran
pembentukan karakter peserta didik, membaca, yaitu dengan
seperti nilai luhur, kebaikan, budi mengembangkan bahan ajar dalam
pekerti, dan lainnya, sekaligus membaca cerita rakyat. Hal ini
mengembangkan keterampilan dilakukan bertujuan untuk
bersastra, dapat ditempuh melalui meningkatkan keterampilan
membaca cerita rakyat. Membaca membacanya. Mengacu pada observasi
cerita rakyat di Sekolah Dasar di SDN Sepang Kota Serang,
mendorong peningkatan aspek pelaksanaan pembelajaran cerita rakyat
kebahasaan dan kemampuan mengalami beberapa hambatan,
berbudaya. diantaranya hambatan itu adalah belum
Pemilihan cerita bagi anak adanya bahan ajar yang cocok dalam
perlu mendapat perhatian yang serius, mempelajari cerita rakyat, sehingga
karena anak akan membaca cerita ketika dalam pembelajaran Bahasa
rakyat penuh dengan kegembiraan. Hal Indonesia terutama mempelajari cerita
ini akan memusatkan perhatian belajar, rakyat tujuan pembelajaran tidak
sehingga akan membuat kecerdasan tercapai.
anak akan berkembang. Dengan Berkaitan dengan masalah
mempelajari cerita rakyat, anak akan tersebut dapat ditarik kesimpulan
memiliki kemampuan berkembang bahwa tersedianya bahan ajar dalam
dalam menghadapi masalah di masa pembelajaran cerita rakyat adalah perlu
depan dan perihal sekolahnya. supaya siswa merasa akrab dengan
Pemahaman isi cerita akan bacaan, dengan menyajikan cerita yang
mempermudah pencapaian kompetensi sesuai dengan tahap perkembangan
menceritakan cerita rakyat. peserta didik Sekolah Dasar. Peserta
Pemahaman isi cerita dapat didik dalam masa pertumbuhannya
ditimbulkan melalui kemauan peserta memiliki kecenderungan suka pada
didik dan motivasinya. Untuk buku bacaan yang bersifat menghibur
mendapatkan tujuan dalam dan menyenangkan. Bahan bacaan

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


274
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

yang sesuai dengan karakteristik usia Pinang. Namun kendati demikian,


anak Sekolah Dasar yaitu cerita yang khususnya masyarakat sekitar
sudah sangat komplek, sedikit intrik, Kecamatan Kramatwatu, mempercayai
berbau petualangan, serta ditambah bahwa keberadaan Gunung Pinang
dengan romansa. sendiri merupakan bentuk jelmaan
Karakteristik buku bacaan yang dari kemurkaan seorang ibu karena
menghibur dan menyenangkan antara tindakan anaknya yang berbuat durhaka
lain : disajikan dengan gambarnya yang terhadap dirinya. Legenda Gunung
warna- warni dan cukup sederhana Pinang memiliki keunikan alur cerita
serta cerita yang menarik. Sejalan dan karakter tokoh- tokoh, seperti.
dengan itu, peneliti akan tokoh Dampu Awang yang memiliki
mengembangkan bahan ajar membaca karakter pekerja keras, jujur, dan
berbasis cerita rakyat Banten terutama amanah. Tokoh saudagar memiliki
di Serang. Oleh karena jarang perangai yang baik dan tidak
ditemukannya bacaan-bacaan yang sombong terhadap sesama. Tokoh
bercerita tentang Banten terutama di seorang Ibu yang memiliki karakter
Serang maka perlu dilakukan yang sangat sayang terhadap Dampu
pelestarian cerita rakyat Banten, upaya Awang. Gunung Pinang yang
pelestarian cerita rakyat Banten ini berlokasi di perbatasan Kabupaten
tidak hanya memperluas pengetahuan Serang dan Cilegon tersebut letaknya
sastra dan budaya masyarakat Banten, sangat strategis dengan SDN Sepang
tetapi juga akan memperkuat khazanah dan juga memiliki perhatian khalayak
sastra dan budaya masyarakat ramai dengan bentuknya mirip perahu
Indonesia. terbalik, namun keberadaan cerita
Legenda Gunung Pinang ini Gunung Pinanglah yang membuat suatu
merupakan cerita rakyat Serang yang alat proyeksi dan pendidikan bagi anak-
kian jarang diceritakan oleh penutur anak agar tidak berbuat durhaka
aktif. Hal tersebut berdasarkan terhadap orang tua. Mempelajari sastra
ketidaktahuan masyarakat terutama cerita rakyat Legenda Gunung Pinang,
penduduk lokal sendiri mengenai diharapkan para siswa dapat
keutuhan cerita Legenda Gunung mengambil nilai-nilai dan pelajaran

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


275
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

moral dari cerita Legenda Gunung 2. Rumusan Masalah


Pinang. Nilai moral yang muncul dalam Mengacu pada uraian latar
karakter Dampu Awang yaitu seorang belakang masalah tersebut, maka dapat
yang memiliki kejujuran, amanah, dirumuskan pengembangan bahan ajar
pekerja keras dan berbakti pada orang membaca cerita anak berbasis cerita
tua. Dampu Awang mendapatkan ridho rakyat Banten sebagai berikut:
dari Ibunya untuk menjadi saudagar a. Bagaimana langkah-langkah
kaya dan itu terkabul dari doa Ibunya. pengembangan cerita anak
Selain itu karakter Ibu yang memiliki berbasis cerita rakyat Banten
sifat penyayang dan penyabar Legenda Gunung Pinang siswa
menjadi contoh yang kuat. Kedua kelas V SDN Sepang Kota Serang
tokoh ini sangat mendominasi alur ?
cerita. Namun dengan sifat Dampu b. Bagaimana tingkat kelayakan
Awang yang berubah menjadi anak bahan ajar membaca cerita anak
yang tidak patuh terhadap Ibunya, berbasis cerita rakyat Banten
sehingga menjadikan Dampu Awang Legenda Gunung Pinang siswa
durhaka terhadap Ibunya. Semua kelas V di SDN Sepang Kota
karakter yang muncul harus dicontoh Serang ?
dan diteladani oleh seluruh peserta 3. Tujuan Penelitian
didik. a. Untuk mengetahui bagaimana
Gunung Pinang yang berlokasi di langkah- langkah pengembangan
perbatasan Kabupaten Serang dan cerita anak berbasis cerita rakyat
Cilegon tersebut letaknya sangat Banten Legenda Gunung Pinang
strategis dengan SDN Sepang dan juga siswa kelas V SDN Sepang Kota
memiliki perhatian khalayak ramai Serang
dengan bentuknya mirip perahu b. Untuk mengetahui bagaimana
terbalik, namun keberadaan cerita tingkat kelayakan bahan ajar
Gunung Pinanglah yang membuat suatu cerita anak berbasis cerita rakyat
alat proyeksi dan pendidikan bagi anak- Banten Legenda Gunung Pinang
anak agar tidak berbuat durhaka siswa kelas V di SDN Sepang
terhadap orang tua. Kota Serang.

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


276
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

B. KAJIAN TEORITIK
1. Bahan Ajar bahan ajar yang memadai, guru akan
Bahan ajar merupakan semua mengalami kendala dalam memacu
bentuk bahan atau materi yang siswa memahami pelajaran. Tanpa
disusun secara sistematis yang bahan ajar, begitu pun peserta didik
digunakan untuk membantu guru atau akan menghadapi tantangan yang
instruktur dalam melaksanakan kegiatan menghadang pemahamannya dan
pembelajaran sehingga tercipta menjadi sulit belajar
lingkungan atau suasana yang Pengembangan bahan ajar adalah
memungkinkan peserta didik untuk proses pemilihan, adaptasi, dan
belajar. Bahan tersebut dapat berupa pembuatan bahan ajar berdasarkan
bahan tertulis maupun bahan tidak kerangka acuan tertentu” (Nety,
tertulis (National Centre for 2016:1). Senada juga bahwa
Competency Based Trainning, 2017). “pengembangan bahan ajar adalah
Bahan ajar mengacu pada seluruh aspek seperangkat sarana atau alat
dalam pembelajaran. “Bahan ajar pembelajaran yang berisikan materi
merupakan bahan-bahan atau materi pembelajaran, metode, batasan, dan cara
pelajaran yang dimanfaatkan guru dan mengevaluasi yang didesain secara
peserta didik pada proses pembelajaran sistematis dan menarik dalam rangka
yang dibuat secara urut dan teratur” mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
(Andi, 2011:16). Selain itu “bahan ajar mencapai kompetensi atau
dapat dipahami juga sebagai satu subkompetensi dengan segala
perangkat materi atau subtansi kompleksitasnya” (Widodo, 2013:1)
pembelajaran yang disusun secara lebih lanjut bahwa “pengembangan
sistematis serta menunjukan secara utuh bahan ajar ini bukan hanya didasarkan
semua kompetensi yang akan perlu atas kepentingan pengembang,
dikuasai peserta didik dalam proses melainkan merupakan alternatif
kegiatan pembelajaran” (Nasution, pemecahan masalah pembelajaran”
2012:205). Bagi guru dan peserta didik, (Syahid, 2003:24).
kegiatan pembelajaran dan bahan ajar Produk pengembangan bahan ajar
memiliki peranan yang penting. Tanpa haruslah berdasarkan pada prinsip-

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


277
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

prinsip pengembangan, agar tujuan bersangkutan, 2) terdapat tingkat


diatas dapat diwujudkan, diantaranya keakuratan diantara dua materi yaitu isi
yaitu : 1) perubahan kurikulum diminta materi bahan ajar dan materi
diperlukan sekali, 2) kurikulum adalah pendukung pembelajaran” ( Masnur,
produk zamannya, 3) perubahan 2015:292).
kurikulum pada masa yang lebih akhir Proses menilai bahan ajar
selalu berkaitan dengan tumpang tindih haruslah disusun dan dilakukan secara
dengan perubahan kurikulum sistematis, agar proses menilai bahan
sebelumnya, 4) perubahan kurikulum ajar dilakukan secara sistematis ada
salah satu dari akibat perubahan beberapa komponen utama dalam
masyarakat, 5) pengembangan menilai bahan ajar tersebut yaitu ”(1)
kurikulum didasarkan pada suatu proses tinjauan kompetensi, (2) pendahuluan ,
pemilihan dari sejumlah alternatif” (3) bagian inti, (4) penutup, (5) daftar
(Mbulu. 2004:6). pustaka, dan (6) Lampiran” (Panen,
Bahan ajar dapat dikatakan valid 2001:2).
apabila dapat dinilai tingkat Disamping isi materi dan
kevalidannya. Tingkat kevalidan sistematika, menilai bahan ajar harus
bahan ajar dapat dilihat dari unsur mempertimbangkan bahan ajar dengan
kevalidan materi dan unsur kevalidan penggunaan bahasa yang tepat. Ada
media atau desain bahan ajar. beberapa kriteria yang dapat dijadikan
Menilai kevalidan kedua unsur sebagai layak tidaknya penggunaan
tersebut, harus dapat memenuhi kriteria bahasa yang baik yaitu (Masnur,
kevalidan bahan ajar, ada beberapa 2015:303-305) antara lain sebagai
kriteria yang harus di penuhi dalam berikut :
menilai tingkat kevalidan materi dan a. Kesesuaian pemakaian bahasa
desain bahan ajar, yaitu”: 1) harus ada dengan perkembangan
keserasian dan kesesuaian isi materi intelektual, sosial, dan emosional
bahan ajar yang akan dibuat dengan siswa.
kompetensi dasar (KD) dan standar b. Pemakaian bahasa yang
kompetensi (SK) yang terdapat dalam komunikatif, indikatornya adalah
kurikulum mata pelajaran yang

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


278
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

keterbacaan pesan dan ketepatan dengan tampilan dan desain yang


kaidah kebahasaan. menarik dapat merangasang peserta
c. Keruntutan dan keterpaduan didik untuk berminat dalam membaca
alur pikir, indikatornya adalah buku bahan ajar. Gambar dan ilustrasi
keruntutan dan keterpaduan antar dapat berfungsi sebagai bahan untuk
bab serta antar paragraf. memperjelas materi isi atau teks,
Gambar dan ilustrasi juga sangat sehingga akan mampu menambah
memegang peranan penting dalam wawasan pemahaman dan pengertian
produk buku bahan ajar ini, menarik mengenai isi materi atau informasi yang
tidaknya produk buku bahan ajar disampaikan kepada peserta didik.
ditentukan oleh desain dan tampilannya,

C. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan terhadap jawaban yang telah ada, dan sesuai
peserta didik kelas V SDN Sepang Kota dengan membubuhkan tanda tertentu
Serang, sedangkan waktu penelitian pada kolom jawaban yang telah ada,
dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sehingga tidak ada jawaban diluar
bulan Januari-April 2020. konteks penelitian.
Pengumpulan data penelitian ini, Sejalan dengan pendekatan
dijadikan sebagai instrumen penelitian penelitian yang akan dilakukan, ada
utama. Data utama dalam penelitian ini berbagai metode, yaitu salah satunya
yaitu draf bahan ajar, selain data utama metode penelitian. Pelaksanaan metode
tersebut, penelitian pengembangan ini penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data atau instrument penelitian dan pengembangan atau
pendukung yaitu berupa data angket. disebut dengan (R & D). Metode
Adapun responden dalam pengisian penelitian dan pengembangan ini
angket ini yaitu siswa kelas V SDN menghasilkan produk tertentu yang
Sepang Kota Serang berjumlah 37 diuji keefektifannya, keefesiensinya,
siswa. Angket ini dijadikan sebagai dan kemenarikan produknya. Model R
bahan informasi yang telah disediakan & D yang digunakan yaitu, model Borg
jawabannya, tinggal memilih and Gall dengan

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


279
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

mempertimbangkannya waktu, tenaga, SDN Sepang dan kelayakan ahli media,


dan biaya untuk menghasilkan produk ahli materi, dan guru kelas.
pengembangan berupa produk buku Data yang berupa data kualitatif
bahan ajar. atau data yang tidak terstruktur, dan data
Selain itu pemilihan model Borg verbal digunakan atau dipakai
and Gall yaitu adanya kesamaan setelah dilakukan tahap seleksi serta
sepuluh langkah tersebut, maka disesuaikan dengan kebutuhan.
dilakukan penyederhanaan tahap yang Tingkat validitas bahan ajar,
memiliki kesamaan tujuan. Adanya sebagai hasil dari penelitian dan
kesamaan tujuan menyederhanakannya pengambangan dilakukan dengan teknik
menjadi satu langkah yang masuk dalam analisis. Penelitian ini diharapkan
tahap validasi dan uji coba setelah revisi menghasilkan produk bahan ajar berupa
tahap 1 dilakukan. “Borg and Gall juga buku cerita Legenda Gunung Pinang
menyarankan bahwa dalam penelitian yang akan digunakan oleh peserta
dapat dibatasi dalam skala kecil dan didik kelas V SDN Sepang Kota
termasuk juga membatasi langkah Serang. Produk tersebut dapat
penelitian” (Emzir, 2011:23). dihasilkan untuk digunakan penelitian
Peneletian dan pengembangan Model yang bersifat analisis kebutuhan dan
Borg and Gall ini sebagai proses yang untuk menguji keefektifan produk
dipakai untuk mengembangkan dan tersebut supaya dapat berfungsi di
memvalidasi sebuah produk pendidikan. masyarakat luas, maka diperlukan
Pedoman interpretasi yang ditetapkan penelitian untuk menguji keefektifan
kriterianya, sebagai hasil penafsiran produk tersebut. Adapun rancangan
terhadap analisis data responden. penelitiannya yaitu : 1) Langkah awal,
Tingkat kriteria kelayakan. 2) Langkah pengembangan , 3) Langkah
Apabila bahan ajar dinyatakan valid menguji cobakan produk yang dibuat, 4)
harus memenuhi kriteria skor 80 dari Langkah Perbaikan dan revisi, dan 5)
seluruh unsur yang terdapat dalam Produk buku bahan ajar Legenda
angket penilaian peserta didik kelas V Gunung Pinang.

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


280
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan penulis
bahan ajar dilaksanakan di SDN Sepang yang bertujuan untuk memperoleh
Kecamatan Serang Kota Serang, Jalan informasi awal yang dapat dijadikan
Raya Sepang Kota Serang. Subjek dari acuan dalam melaksanakan penelitian.
penelitian ini yaitu peserta didik kelas Hasil penyebaran angket dan wawancara
V SDN Sepang, pemilihan ini terindentifikasi bahwa penggunaan
berdasarkan pertimbangan keefektifan bahan ajar sangat membantu dalam
dalam melakukan penelitian ini. menyampaikan materi pembelajaran,
Sekolah ini menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap fungsi
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar cukup baik, guru
bahan ajar berupa buku cetak. berpendapat bahwa fungsi dari bahan
Pelaksanaan penelitian dan ajar ini adalah sebagai alat bantu bagi
pengembangan ini menghasilkan pendidik dalam memahami materi
produk buku ajar yang diuji pembelajaran. Kendala yang dihadapi
keefektifannya, keefesienannya, dan pendidik terhadap bahan ajar cerita
kemenarikan produknya. Hasil rakyat sangat kompleks diantaranya
penelitian dan pengembangan bahan sumber belajar tidak ada yang
ajar membaca cerita rakyat Legenda berorientasi pada cerita sastra rakyat
Gunung Pinang dapat dilihat dari Banten terutama Legenda Gunung
komponen-komponen penelitian yaitu : Pinang
a. Langkah awal pengumpulan b. Langkah pengembangan yang
informasi merupakan langkah dilakukan peneliti yaitu
pertama dalam melakukan merencanakan kegiatan
pengembangan bahan ajar. pembelajaran yaitu berupa
Peneliti melakukan análisis skenario dan setting pembelajaran
kebutuhan dilakukan dengan cara dalam bentuk Rencana
melakukan analisis kebutuhan yaitu Pelaksanaan Pembelajaran.
dengan mengidentifikasi kebutuhan akan Peneliti memilih materi yang akan
bahan ajar berupa produk buku terhadap ditampilkan atau disajikan sebagai
guru kelas. Hasil identifikasi ini bahan ajar berupa produk buku.

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


281
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

Peneliti melakukan dan dilakukan tanpa ada revisi.


membuat draft rancangan bahan Apabila bahan ajar buku cerita ini
ajar untuk dijadikan pedoman belum layak maka akan dilakukan
pembuatan produk buku cerita langkah revisi.
rakyat Banten. e. Materi yang akan dilaksanakan
c. Langkah menguji cobakan yaitu bahan ajar membaca cerita
produk yang dibuat melalui rakyat Banten, dengan cerita
tahapan uji validitas isi atau materi Gunung Pinang.
dan tahapan bentuk penyajian yang Penilaian mengenai produk buku
dilakukan oleh para ahli yaitu : ahli bahan ajar cerita berbasis cerita rakyat
materi, desain, dan guru. Selain Legenda Gunung Pinang diserahkan
diuji cobakan oleh para ahli, kepada ahli materi pelajaran Bahasa
bahan ajar berproduk buku ini Indonesia. Hasil penilaian berupa
diuji validitas materi dan paparan deskriptif hasil validasi oleh
penggunaannya oleh peserta didik. ahli materi terhadap produk
d. Langkah perbaikan dan revisi pengembangan bahan ajar berbasis
dilakukan apabila bahan ajar cerita rakyat Legenda Gunung Pinang
buku cerita rakyat Banten ini yang diajukan melalui Lembar
sudah layak maka dapat pengamatan (angket) dapat dilihat dari
dilakukan revisi dan juga bisa tabel
Tabel 1.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Validitas Ahli Materi
Tingkat Validitas F %
Valid 20 100
Cukup Valid 0 0
Kurang Valid 0 0

Pada tabel 1.3 bahwa data kesemuanya valid. Dimana 17 item


menunjukkan hasil dari ahli materi diantaranya mencapai derajat kevalidan
Bahasa Indonesia terhadap produk sampai dengan 100%, sedangkan 3 item
bahan ajar cerita rakyat berbasis cerita sisanya yaitu ítem nomor 4, 19 dan 20
Legenda Gunung Pinang kelas V SDN mencapai derajat kevalidan sampai
Sepang Kota Serang adalah dengan 80%. Tidak ada satu pun ítem

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


282
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

yang dinyatakan tidak atau kurang pengembangan bahan ajar berbasis


valid. cerita rakyat Legenda Gunung
Penilaian yang kedua dilakukan Pinang kelas V SDN Sepang Kota
oleh ahli media dengan mengisi lembar Serang. Adapun hasil angket instrumen
pengamatan (angket) terhadap produk dapat dilihat pada tabel
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Validitas Ahli Media
Tingkat Validitas F %
Valid 15 75
Cukup Valid 5 25
Kurang Valid 0 0

Pada tabel 1.4. tampak bahwa data Tidak ada satupun ítem yang dinyatakan
menunjukkan hasil dari ahli media tidak/kurang valid.
terhadap produk bahan ajar cerita rakyat Penilaian yang ketiga dilakukan
berbasis cerita Legenda Gunung Pinang oleh guru kelas dengan mengisi
kelas V SDN Sepang Kota Serang lembar pengamatan (angket) terhadap
adalah 15 item nya atau 75% dari produk pengembangan bahan ajar
seluruh ítem dinyatakan valid. Adapun berbasis cerita rakyat Legenda
sisanya sebanyak 5 item atau 25% dari Gunung Pinang kelas V SDN
seluruh ítem dinyatakan cukup valid Sepang Kota Serang. Adapun hasil
yakni ítem nomor 3, 4, 10, 16 dan 19. angket instrumen dapat dilihat pada
tabel 1.5
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Validitas Guru Kelas
Tingkat Validitas F %
Valid 20 100
Cukup Valid 0 0
Kurang Valid 0 0

Pada tabel 1.5. tampak bahwa data 20 item nya atau 100% dari seluruh ítem
menunjukkan hasil dari guru kelas dinyatakan valid. Tidak ada satupun ítem
terhadap produk bahan ajar cerita rakyat yang dinyatakan tidak/kurang valid.
berbasis cerita Legenda Gunung Pinang Pengembangan Buku berbentuk
kelas V SDN Sepang Kota Serang adalah bahan ajar berbasis cerita rakyat

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


283
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

Legenda Gunung Pinang kelas V ini Prosedur dalam pengembangan


berdasarkan pada kenyataan bahwa bahan ajar Legenda Gunung Pinang
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki beberapa tahapan yaitu : 1)
belum tersedianya bahan ajar yang tahap analisis awal, 2) tahap
memiliki kriteria sebagai bahan ajar pengembangan rancangan bahan ajar, 3)
Bahasa Indonesia yang mampu membuat tahap penulisan bahan ajar, dan 4)
siswa tertarik untuk mempelajari sastra, penilaian bahan ajar. Produk bahan ajar
terutama sastra yang bertemakan cerita yang sudah dijadikan buku ajar ini telah
rakyat, khususnya cerita rakyat Banten dilakukan penyempurnaan secara
yaitu Legenda Gunung Pinang, seperti bertahap yang dilakukan oleh para ahli
yang dikemukakan yaitu bahwa (reviewer) , penilaian dan uji coba ahli
Pengembangan bahan ajar memiliki materi bahasa Indonesia, serta siswa
tujuan (Gatot, 2008:12) yaitu : 1) SDN Sepang Kota Serang sebagai
mempersiapkan situasi dalam berbagai sasaran pengguna buku bahan ajar
kegiatan pembelajaran agar proses Legenda gunung Pinang ini. Aspek yang
berlangsung secara optimal, 2) diungkap dalam melakukan revisi
meningkatkan motivasi pengajar untuk meliputi kelengkapan dan kelayakan
mengelola kegiatan pembelajaran, dan 3) komponen, serta ketepatan isi bahan ajar.
mempersiapkan kegiatan pembelajaran Hasil pengembangan bahan ajar
dengan mengisi bahan-bahan yang selalu berbasis cerita rakyat Legenda Gunung
baru, ditampilkan dengan cara-cara dan Pinang ini, dijadikan sebagai bahan
dilaksanakan dengan strategi panduan siswa dalam pembelajaran
pembelajaran yang baru pula. sastra. Pengembangan bahan ajar ini
Dengan demikian hasil dapat dilihat dari ciri khas bahan ajar
pengembangan bahan ajar ini cerita rakyat yang lebih kental dengan
dimaksudkan untuk dapat dijadikan berbasis cerita rakyat Legenda Gunung
tersedianya bahan ajar yang dapat Pinang, dalam hal ini seluruh siswa
meningkatkan motivasi dan pemahaman diajak untuk bertamasya dan
materi sastra dengan lebih berpetualang menuju Provinsi Banten
menyenangkan. dan mengunjungi Legenda Gunung

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


284
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

Pinang, yang disajikan berupa cerita cerita rakyat, anak akan mamahami
sastra. unsur-unsur pembangun dalam cerita,
Membaca sastra dengan dapat mengambil pesan dalam cerita,
menggunakan bahan ajar berupa produk pesan moral yang terdapat dalam
buku ajar ini dapat menciptakan suasana mempelajari cerita dan dapat diterapkan
yang menyenangkan dan mengesankan dalam kehidupan anak-anak.
bagi siswa. Membaca bahan ajar ini Pemilihan cerita rakyat Banten ini
merupakan sebuah proses dalam dipilih dikarenakan peneliti maupun
memahami bacaan dalam rangka siswa sebagai objek penelitian
mendapatkan pesan dan informasi yang merupakan penduduk Provinsi Banten
disampaikan pengarang dan penulis yang memiliki keinginan kuat untuk
kepada pembaca. Membaca dilakukan menggali potensi sastra yang terdapat
melalui proses kognitif yang berupaya dalam sebuah cerita rakyat khususnya
untuk menemukan berbagai informasi Legenda gunung Pinang. Mempelajari
yang terdapat dalam tulisan” (Dalman, sastra cerita rakyat Legenda Gunung
2011:2). Oleh karena itu dengan Pinang, diharapkan para siswa dapat
melakukan kegiatan membaca, pembaca mengambil nilai-nilai dan pelajaran
tentunya memiliki tujuan tertentu. moral dari cerita Legenda Gunung
Pembaca yang memiliki tujuan dalam Pinang. Cerita Legenda Gunung
membaca cenderung lebih memahami Pinang memiliki karakter yang kuat yang
isi dan pesan yang disampaikan dapat dijadikan teladan bagi siswa seperti
dalam bacaan, berbeda dengan pembaca tokoh Dampu Awang yang memliki
yang tidak memiliki tujuan akan sulit karakter pekerja keras, jujur, dan
untuk memahami pesan yang amanah. Tokoh saudagar memiliki
disampaikan oleh pengarang atau perangai yang baik dan tidak sombong
penulis. Tujuan membaca sangat penting terhadap sesama. Tokoh seorang Ibu
bagi pembaca karena hal itu menentukan yang meiliki karakter yang sangat sayang
tingkat pemahaman sebuah bacaan. terhadap Dampu Awang.
Pada masa anak-anak pemahaman Pengembangan bahan ajar
nilai-nilai esensi dari sebuah cerita membaca cerita anak berbasis cerita
sangatlah penting, dengan mempelajari rakyat Banten Legenda Gunung Pinang

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


285
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

dikuatkan oleh Dina (2014) dalam jurnal dan keseluruhan, tercermin dari cerita
Motif hukuman pada Legenda Gunung lokal Legenda Gunung Pinang ini.
Pinang Kecamatan Kramatwatu Penelitian lainnya yang
Kabupaten Serang, dalam jurnal itu berhubungan dengan Legenda Gunung
disebutkan bahwa Legenda Gunung Pinang ini yaitu Risna (2009) yang
Pinang memiliki pesan moral yang berjudul “perbandingan motif cerita
sangat bagi masyarakat Banten terutama Malin Kundang yang bersumber dari
bagi siswa Sekolah Dasar. Dari Cerita Raktar Nusantara” Berdasarkan
penelitian sebelumnya Riezky (2013) penelitian dan Jurnal sebelumnya adanya
yang berjudul “Kajian Antropologi penguatan penelitian untuk menjadikan
Sastra cerita Rakyat Banten dan Rencana Legenda Gunung Pinang ini sebagai
Pelaksanaan Pembelajaran”. Penelitian pembelajaran yang menarik bagi seluruh
tersebut menguraikan bagaimana pola tingkatan sekolah yang berada di
pikir masyarakat Banten secara global Provinsi Banten.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Terlaksananya pengembangan Banten, dengan cerita Legenda Gunung
cerita anak berbasis cerita rakyat Banten Pinang.
Legenda Gunung Pinang siswa kelas Validitas tingkat kelayakan bahan
V SDN Sepang Kota Serang. Adapun ajar membaca cerita anak berbasis cerita
langkah-langkah yang telah dilaksanakan rakyat Banten Legenda Gunung Pinang
yaitu : 1) Persiapan ( mengkaji siswa kelas V di SDN Sepang Kota
kurikulum), 2) pengembangan Serang. Berdasarkan hasil validasi dari
(merencanakan, memiih materi, dan ahli materi, menunjukkan hasil yang
membuat draft rancangan), 3) menguji valid, mencapai derajat validitas sampai
cobakan produk yang dibuat yaitu dengan 80%. Hasil ahli media
dengan melalui tahapan uji kevalidan menunjukkan hasil validitas mencapai
oleh para ahli (materi, desain, guru) serta 75% dari seluruh ítem dinyatakan valid.
siswa, 4) perbaikan dan revisi, dan 5) Adapun guru kelas menunjukkan hasil
Materi yang akan dilaksanakan yaitu mencapai tingkat kevalidan mencapai
bahan ajar membaca cerita rakyat

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


286
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

100% dari seluruh ítem dinyatakan valid. 2. Bahan ajar cerita anak berbasis
Validitas oleh siswa sebesar 100%. cerita rakyat banten, hendaknya
Adapun rekomendasi untuk mendapatkan bimbingan guru
pemanfaatan produk ini yaitu : dan membaca sesuai dengan
1. Bahan ajar cerita anak berbasis arahan dari buku bahan ajar
cerita rakyat Banten Legenda tersebut.
Gunung Pinang, hendaknya 3. Pembelajaran menggunakan
digunakan sebagai salah satu produk bahan ajar ini akan
alternatif dalam pembelajaran menumbuhkan imajinasi siswa
sastra Indonesia khususnya kelas supaya lebih termotivasi disaat
V. belajar menggunakan bahan ajar.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Dick W, dan Carey L. 1980.The
Evaluasi Pendidikan. Jakarta . Sistematic Desaign of Instruction
Bumi Aksara. (5 th ed). New York: Addison-
Astrimiati Dina. (2014). Motif Hukuman Wesley Educational Publisher Inc.
pada Legenda Gunung Pinang Hidayat Sholeh (2017).
Kecamatan Kramatwatu Pengembangan Kurikulum Baru.
Kabupaten Serang. Universitas Bandung. Rosda Karya.
Pendidikan Indonesia. Joiyce Bruce, Marsha (1980) Model of
Caswell. (1935). Curriculum Teaching. New Jersey. Prentice
Development Addison-Wesley Hall.
Educational Publisher Inc Mbulu, J. dan Suhartono. (2004).
Crowther, J. R. (1995). Theory Pengembangan Bahan Ajar.
and Practice 42. New jersey: Malang: Elang Mas.
Humana Press. Nety. (2016). Pengembangan Bahan
Dalman. (2011) Keterampilan menulis. Ajar. Jakarta :Balai Pustaka.
Jakarta : PT Raja Grafindo Pannen, P., Purwanto. (2001). Penulisan
Persada. Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran


287
Tahun 7, Nomor 2 November 2020

Prastowo Andi (2011) Panduan


Kreatif Membuat bahan ajar
Inovatif. Jakarta. Balai Pustaka.
Richey, (2011) The Intructutional
Design Knowledge Base: Theory,
Research, and Practice.
Sanjaya Wina, (2011) Strategi
Pembelajaran berorientasi
standar proses pendidikan.
Jakarta. Kencana.
Suryanto Alex ( 2010) Panduan Belajar
Bahasa dan Sastra Indonesia .
Tanggerang : Esis.
Sugiyono (2017) Metode Penelitian
Pendidikan pendekatan Kuantitatif
kualitatif dan R&D . Bandung.
Alfabeta.
Syahid, A. (2003). Pengembangan
Bahan Ajar Matakuliah
Rancangan Pembelajaran
Dengan Menerapkan Model
Elaborasi. Tesis, Tidak
Diterbitkan. UM: PPS.
Sitepu, (2012) Penulisan Buku Teks
Pelajaran, Bandung. PT Remaja
Rosda karya
Widodo, C dan Jasmadi (2013). Buku
Panduan Menyususn bahan Ajar.
Jakarta : PT Elex Media
Komputindo

Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran

You might also like