Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Photon Vol. 8 No.

1, Oktober 2017

FAKTOR PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA

Yesi Septina Wati


STIKes Al- Insyirah Pekanbaru
e-mail: yesiseptinawati@yahoo.com

ABSTRACT
Unhealthy sexual behavior among teenagers, especially teenagers who are not married tend to increase. WHO data
as much as 6 % of respondents reported having had sexual intercourse before marriage. This is evident from several
studies that show that the teenage years when he first entered active sexual relationship varies between the ages of
14-23 years of age and most were between 17-19 years old. The purpose of this study was to determine the relationship
between gender, age, staying with whom, facilities, media, peers, school, of environment, knowledge of sex behavior
in adolescents. This type of research is a kind of cross-sectional approach. The population of this study were all high
school students in Jakarta district Lenteng Negri 38 grand for 820 people. The research sample is taken into a
purposive sampling of 90 students. The results showed that there is a relationship between variables, namely gender
variable (p value = 0.030 < 0.05), the variable age ( p value = 0.003 < 0.05), the variable media (p value = 0.026 <
0.05), the variable communication peers ( p value = 0.035 < 0. 05 ), school environment variables (p value = 0.037
< 0.05 ), the variable knowledge ( p value = 0.041 < 0.05 ). The results obtained from the study of sex behavior in
adolescents in Negri SMA 38 Jakarta South Jakarta district has bad manners and good knowledge, it is recommended
that schools need to supervise students on media and requires further research on cultural factors.

Keywords: Free Sex Behavior In Teens

1. PENDAHULUAN berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan,


Sering kali dengan gampang orang mencium bibir, memegang buah dada dibalik
mendefinisikan remaja sebagai periode transisi baju, memegang alat kelamin diatas baju, dan
antara masa anak-anak ke massa dewasa, massa melakukan senggamma.
usia belasan tahun, atau seseorang yang WHO, dalam laporan tahunan 2004-2005
menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah menyebutkan tentang studi di Goa, India yang
diatur, mudah terangsang perasaannya dan melibatkan siswa sekolah berusia 14-21 tahun.
sebagainya. Masalahnya sekarang, kita tidak Penelitian tersebut melaporkan sebanyak 6%
pernah berhenti dengan hanya mendefinisikan responden pernah melakukan hubungan seksual
remaja itu sulit. Sulit untuk mudah, masalah- pranikah. Keadaan ini dipicu oleh konflik-konflik
masalah yang menyangkut kelompok remaja kian social serat dioengaruhi oleh hubungan antara
hari kian bertambah. Berbagai tulisan, ceramah remaja dengan orang tua. Penelitian tersebut juga
maupun seminar yang mengupas berbagai segi mendapatkan situasi tersebut dapat dikurangi bila
kehidupan remaja, perilaku seksual remaja, dan hubungan remaja dengan kedua orang tua
hubungan remaja dengan orang tuanya, membaik, dan juga bila efek negative dari
menunjukan betapa seriusnya masalah ini lingkungan social dikurangi.
dieasakan oleh masyarakat. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dr.
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan Racmat terhadap kesehatan reproduksi remaja
remaja khususnya remaja yang belum menikah yang dilakukan pada tahun 2007 remaja usia 15-
cendrung meningkat. Hal ini terbukti dari 19 tahun baik putra maupun putri tidak sedikit
beberapa hasil penelitian bahwa yang yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
menunjukan usia remaja ketika pertama kali Data terhadap 10.833 remaja laki-laki berusia 15-
mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi 19 tahun didapatkan bahwa sekitar 72% sudah
antara usia 14 – 23 tahun dan usia terbanyak berpacaran, 92% sudah berciuman, 62% sudah
adalah antara 17 – 18 tahun. pernah meraba-raba pasangan, 10,2% sudah
Perilaku seksual pada remaja dapat pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan
diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam- hasil survey dari 9.344 remaja putrid yang berusia
macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, 15-19 tahun didapatkan data sekitar 77%sudah

FMIPA-UMRI 79
Vol. 8 No.1, Oktober 2017 Jurnal Photon

berpacaran, 92% sudah pernah berciuman, 62% Bandung, Surabaya dan Medan. Berdasarkan
sudah pernah meraba-raba pasangan, 6,3% sudah norma yang dianut, 89% remaja tidak setuju
pernah melakukan hubungan seksual. adanya seks pranikah kenyataan 82%remaja
Remaja mendefinisikan pacaran sebagai punya teman melakukan seks pranikah. Selain
hubungan romantic antara dua orang dan itu, 66% remaja mengaku mempunyai teman
dipertimbangankan sebagai suatu langkah untuk hamil sebelum menikah. Remaja yang secara
menemukan seseorang yang khusus untuk terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di
persahabatan serta berbagai pengalaman (Survei Jabotabek ada 51%, Bandung 54%, Surabaya
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia / 47%, Medan 52%. Perkumpulan Keluarga
SKRRI Tahun 2007). Kinsey dalam Widarti Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2006
(2008), menyatakan bahwa kategorisasi atau mempunyai data bahwa kisaran umur pertama
tingkatan perilaku seksual dibagi menjadi dua kali melakukan hubungan seks adalah pada umur
yaitu seksual perilaku ringan dan perilaku seksual 13 -18 tahun. Dari data tersebut 60% tidak
berat. Perilaku seksual ringan seksual ringan jika menggunakan alat kontrasepsi dan 85%
seseorang pernah melakukan berpegangan dilakukan di rumah sendiri. Survey Kominisi
tangan, berpelukan sampai berciuman bibir. Nasional Perlindungan Anak di 33 provinsi pada
Perilaku seksual berat jika seseorang pernah januari sampai juni 2008 menyimpulkan bahwa
melakukan perilaku seksual meraba dada atau 97% remaja SMP dan SMA pernah berciuman,
alat kelamin pasangan, saling menggesekan alat genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral
kelamin, dengan pasangan oral seks dan seks (seks melalui mulut) 62,7% remaja SMP
melakukan hubungan seksual (intercourse). tidak perawan dan 21,2% remaja mengaku
Banyak kalangan menilai, gaya pacaran remaja pernah aborsi.7
zaman sekarang tidak sehat sebab mereka tidak Haryuningsih (2003) yang dilakukan pada
lagi mengindahkan nilai-nilai moral dan siswa 2 SMU di bogor, didapatkan hasil laki-laki
pertimbangan logika. Wijaya (2004) sebanyak 6,3% melakukan perilaku seksual berat
mengungkapkan bahwa saat ini terjadi fenomena dan perempuan sebanyak 0,8%. Dalam penelitian
global life style sehingga berperilaku sangat ini hasil analisa bivariat didapatkan hasil yang
bebas. Jenis makanan dan minuman yang tidak bermakna p= 0,003 sehingga hipotesis dari
dikomsumsi serta tayangan impor ( pornografi ) variable jenis kelamin terbukti ada hubungan
dari berbagai negara ditiru oleh mereka, bahkan perilaku seksual remaja.8 Chaeruni (2004) pada
tindakan seks pranikah juga dilakukan oleh siswa kelas 2 SMU N 46 Jakarta yang
remaja kita. Fenomena ini didukung beberapa menyatakan bahwa responden yang memiliki
penelitian yang berkaitan dengan remaja dan pengetahuan kurang (44,4%) lebih berisiko untuk
perilaku seksual. Wijaya mengutip Synovobe beperilaku seksual dari pada responden yang
Research 2004 tentang perilaku seksual remaja di memiliki pengetahuan baik (38,9%). Menurut
empat kota (Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan Sekarrini (2012), umumnya responden diasuh
) yang melibatkan 450 remaja. Hasilnya 44% oleh orang tua dalam 3 tahun terakhir sebanyak
responden mengaku punya pengalaman seksual 92 responden (82,1%). Sekitar 92,9% atau 104
ketika berusia 13-15 tahun. Rata-rata responden responden menyatakan bahwa orang tuanya tahu
juga mengaku pernah Deep Kissing, pelukan, kapan anaknya pulang kerumah. Selain itu,
perabaan dan hubungan intim saat berpacaran. sebagian besar orang tua 86,6% tahu apa yang
Data tersebut 40% responden berhubungan dikerjakan anaknya dirumah. Adapun jumlah
seksual di rumah. Sementara masing-masing responden yang langsung pulang kerumah yaitu
26% responden melakukan hubungan intim di sebanyak 73 responden (65,2), sedangkan ada 39
tempat kos dan hotel.6 responden (34,8%) yang tidak langsung pulang
Hasil penelitian Diskusi Kelompok Terarah kerumah. Resonden yang tidak langsung pulang
(DKT) Indonesia (2005) menunjukan perilaku kerumah biasanya lebih banyak langsung pergi
seksual remaja di empat kota yaitu Jabotabek, les/ kursus/ belajar bersama/ kegiatan

80 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 1, Oktober 2017

ekstrakulikuler yaitu sebanyak 13 responden responden yang kebetulan bertemu di SMA Negri
(11,6) biasanya tidak tinggal bersama orang tua. 38 Jakarta.
Menurut Iswarati (2007) remaja sangat Penelitian ini menggunakan data primer yang
menghargai pertemanan, jalinan komunikasi didapat dari hasil pengisian formulir kuesioner
dengan teman sebaya lebih baik bila disbanding yang berisi pertanyaan mengenai faktor
dengan orang tua. Menjadi alas an dengan teman predisposisi (predisposing factor); Jenis Kelamin,
cenderung dapat menyimpan rahasia, lebih Umur, Tinggal bersama siapa, Teman Sebaya,
terbuka dengan lawan jenis (tentang kepandaian, Lingkungan bersama siapa, Teman sebaya,
kepribadian, ketampanan, atau kecantikannya), Lingkungan, Media, Pengetahuan. Faktor
serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi pendukung (Enabling Factor); sarana kesehatan,
dengan orang tua atau keluarga. Kerena sama- faktor penguat (Refinforcing Factor): keluarga,
sama belum tahu secara benar, maka akibatnya guru, petugas kesehatan.
informasi yang diterima disalah artikan, bahkan Disamping itu dilakukan pengumpulan data
secara sengaja diselewengkan. Firtiani (2003) dengan menggunakan skala likert yang diberikan
menunjukan bahwa remaja yang terpapar dengan langsusng kepada responden mahasiswa SMA
media elektronik (29,9%) memiliki perilaku Negri 38 Jakarta.
seksual berisiko tinggi sedangka responden yang Alasan menggunakan skala likert diantaranya
kurang terpapar media elektronik (12,0%) yaitu kerena responden menilai satu pertanyaan,
memiliki perilaku seksual beresiko rendah. Uji apakah pertanyaan tersebut didukung atau ditolak
statistic menunjukan ada hubungan signifikan responden melalui rentang nilai tertentu.
antara keterpaparan informasi dari media Skala likert yang digunakan 4 skala, untuk
elektronik dengan perilaku seksual (p = 0,005).9 pertanyaan yang diajukan baik pertanyaan positif
Menurut Suwandono (2002) sebagaian besar maupun negative dinilai subjek dengan jawaban.
remaja 45% mendapat informasi dari teman Alternatif yang positif terhadap masalah
sekolah 16,3% dari guru, 12,8% dari petuga penelitian: Sangat Setuju 4, Setuju 3, Tidak
kesehatan, 8,7% dari orang tua dan 6,8% dari Setuju 2, Sangat Tidak Setuju 1. Alternatif
tpkph agama. penilaian terhadap item negatif terhadap
permasalahan penelitian: Sangat Setuju 1, Setuju
2. METODOLOGI PENELITIAN 2, Tidak Setuju 3, Sangat Tidak Setuju 4.11
Penelitian ini menggunakan rancangan atau Keterangan SS: Sangat Setuju, S: Setuju TS:
desain penelitian Cross Sectional dimana Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju
penelitian dilakukan pada saat pengambilan data Pada saat pengambilan data pada penelitian
antara variable dependen dengan variable ini menggunakan perangkat lunak computer
independen yang dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan Program Statistic Product
pada waktu yang sama. Penelitian dilakukan di For Social (SPSS) versi 13.0. Data yang telah
SMA Negri 38 Jakarta Selatan Lenteng Agung, diperoleh diolah dengan cara: Editting pada tahp
dan dilaksanakan pada bulan oktober. ini melakukan pengecekan kelengkapan data
Populasi adalah seluruh objek penelitian atau yang telah terkumpul apabila ada kesalahn
objek yang diteliti (Wotoadnady, 2005). Populasi diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa terhadap responden. Coding: pada tahap ini, data
yang ada di SMA Negri 38 Jakarta. setelah diedit kemudian diberikan kode sesuai
Sampel merupakan bagian populasi yang dengan alternatif jawaban yang ada. Transfering:
dipilih untuk bisa mewakili populasi yang ada. untuk memudahkan proses setelah coding, maka
Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 dilakukan proses memasukan data kedalam
orang teknik dalam pengambilan sampel dalam media tertentu (tabel) Cleaning: tahap ini
penelitian ini menggunakan teknik accidental dilakukan setelah proses transferring maka
sampling yaitu dengan cara mengambil diharapkan data-data masuk, selanjutnya
dilakukan pengecekan apakah data-data yang

FMIPA-UMRI 81
Vol. 8 No.1, Oktober 2017 Jurnal Photon

masuk benar atau salah, melihat variasi data Variabel N %


dalam bentuk distribusi frekuensi dan melihat Teman Sebaya
data antara variable. Berperan 35 38,9
Analisa Univariat data adalah proses Tidak Berperan 55 61,1
Lingkungan sekolah
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih Buruk 34 37,8
mudah dibaca diinteraksikan untuk mencari Baik 56 62,2
makna luas analisa data yang peneliti gunakan Pengetahuan
adalah analisis variable univariat. Dimana Buruk 27 30
dilakukan pada tiap-tiap variable hasil penelitiam Baik 63 70
Sumber: hasil olah komputerisasi
analisis ditempatkan dalam bentuk table
distribusi frekuensi dan dipersentasikan dari tiap-
Berdasarkan table 1 diatas diketahui bahwa
tiap variable. Analisa bivariat digunakan untuk
prilaku seks bebas sebanyak 34 orang (37,5%)
melihat ada tidaknya hubungan antara variable
berperilaku buruk dan sebanyak 56 orang
bebas (variable independen) dengan variable
(62,8%) berperilaku baik dari total responden 90
terikat (variable dependen). Dalam analisis ini
orang. Berdasarkan table diatas diketahui bahwa
dilakukan uji statistic chi square sehingga
frekuensi responden jenis kelamin laki-
diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna
lakisebanyak 37 orang (41,1%) dan sebanyak 53
secara statistik. Untuk melihat ada atau tidaknya
orang (58,9%) berjenis kelamin perempuan.
hubungan bebas dengan variabel terikat dan
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa
apakah hubungan yang dihasilkan bermakna,
frekuensi responden yang tinggal bersama orang
maka derajat kepercayaan digunakan adalah 95%
tua sebanyak 80 orang (88,9%) dan sebanyak 10
(x: 0,05) bila nilai P value > 0,05 artinya tidak
orang (11,1) tinggal tidak bersama orang tua.
tercapai yang diteliti, bila P Value <0,05 artinya
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kedua
frekuensi responden yang memiliki sarana
variabel yang diteliti.
komunikasi sebanyak 83 orang (92,2%) dan
sebanyak 7,8 orang (7,8%) tidak memiliki sarana
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
komunikasi. Berdasarkan table diatas diketahui
Hasil
bahwa frekuensi responden variabel media
Tabel 1. Analisa Univariat
sebanyak 60 orang (66,7%) terpapar media dan
Variabel N %
Perilaku 34 37,8 sebanyak 30 orang (33,3%) dengan tidak terpapar
Buruk 56 62,8 media. Berdasarkan table diatas diketahui bahwa
Baik frekuensi responden sebanyak 35 orang (38,9%)
Jenis kelamin berperan dalam komunikasi teman sebaya.
Laki-laki 37 41,1 Berdasarkan table diatas diketahui bahwa
Perempuan 53 58,9 frekuensi responden yang lingkungan sekolah
Tinggal bersama siapa
buruk sebanyak 34 orang (37,8%) dan sebanyak
Dengan orang tua 80 88,9
Tidak dengan orang tua 10 11,1 56 orang (62,2%) menjawab lingkungan sekolah
Sarana baik. Berdasarkan table diatas diketahui bahwa
Memiliki 83 92,2 frekuensi responden pengetahuan buruk
Tidak memiliki 7 7,8 sebanyak 27 orang (30%) dan sebanyak 27 orang
Media (30%) dan sebanyak 63 orang (70%) responden
Terpapar 60 66,7 berpengetahuan baik.
Tidak terpapar 30 33,3

82 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 1, Oktober 2017

Tabel 2. Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Tinggal Bersama Siapa, Sarana, Media, Teman
Sebaya, Lingkungan Sekolah, Pengetahuan
Perilaku
Kategori Kurang Baik Baik P Value OR (95%CI)
Jenis Kelamin
Laki-laki 19 18 0,030 2,674
Perempuan 15 38
Tinggal bersama siapa
Dengan orang tua 9 51 0,494 0,569
Tidak dengan orang tua 5 5
Sarana
Memiliki 33 50 0,247 3,960
Tidak Memiliki 1 6
Media
Terpapar 28 32 0,026 3,500
Tidak Terpapar 6 24
Teman sebaya
Berperan 8 27 0,035 0,330
Tidak berperan 26 29
Lingkungan sekolah
Buruk 18 16 0,037 2,813
Baik 16 40
Pengetahuan
Buruk 15 12 0,041 2,895
Baik 19 44
Sumber: hasil olah komputerisasi

Berdasarkan hasil analisis table 2 diatas hasil berarti P<0,05 OR 4,206 (CI 95% 1,701 – 10,
analisis tabel bivariat menunjukan bahwa, 398) sehingga dapat disimpulakn ada hubungan
hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku yang signifikan antara umur dengan perilaku seks
seks bebas menunjukan lebih banyak pada remaja bebas pada remaja.
laki-laki berperilaku kurang baik sebesar 19 Hubungan antara tempat tinggal dengan
responden (51,4%). Dibandingkan dengan perilaku seks bebas menunjukan lebih banyak
perilaku perempuan lebih banyak berperilaku pada tinggal dengan orang tua 51 responden
baik sebesar 38 responden (71,3%). Hasil uji (63,8%) dibandingkan dengan yang tidak tinggal
statistik didapat nilai P = 0,030 berarti P< 0,05 dengan orang tua berperilaku kurang dan baik
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang sebanyak 5 responden (50%). Dari hasil uji
signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku statistic didapat nilai P= 0,494 berarti P<0,05 OR
seks bebas pada remaja. Analisa keeratan 0,569 (CI 95% 0,152- 2,130) sehingga dapat
hubungan 2 variabel didapatkan OR 2,674 (CI disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan
95% 1,11- 6,441) dapat disimpulkan bahwa anatar tempat tinggal dengan perilaku seks bebas
responden jenis kelamin laki-laki berpeluang pada remaja.
2,674 kali mengalami perilaku kurang Hubungan antara sarana komunikasi dengan
dibandingkan responden yang jenis kelamin perilaku seks bebas menunjukan lebih banyak
perempuan. Hubungan antara umur dengan memiliki sarana komunikasi dengan perilaku
perilaku seks bebas menunjukan lebih banyak baik sebanyak 6 responden (85,7%) responden.
pada remaja akhir berperilaku kurang baik Dari hasil uji statistic didapat nilai P= 0,182
sebesar 22 responden (56,4%). Dibandingkan berarti P<0,05 OR 3,960 (CI 95% 0,456- 34,412)
dengan perilaku remaja pertengahan lebih banyak sehingga dapat disimpulkan tidak ada.
berperilaku baik sebesar 39 responden (76,5%). Hubungan yang signifikan antara sarana
Dari hasil uji statistik didapat nilai P = 0,003 komunikasi dengan perilaku seks bebas pada

FMIPA-UMRI 83
Vol. 8 No.1, Oktober 2017 Jurnal Photon

remaja. Hubungan antara media dengan perilaku Diskusi


seks bebas pada remaja diperoleh bahwa ada Penelitian ini mempunyai beberapa
sebanyak 32 responden (53,3%) perilaku seks keterbatasan, yaitu: 1) tidak semua faktor yang
bebas terpapar media pornografi dan sebesar 24 berhubungan dengan perilaku seks bebas pada
responden (80%) tidak terpapar media remaja diteliti dalam penelitian ini, kemudian
pornografi. Dari hasil uji statistic didapat nilai P= dalam melakukan penelitian ini, peneliti
0,026 berarti P< 0,05, OR 3,500 (CI 95% 1,252- menyadari masih banyak kekurangan dari
9,788) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan berbagai segi baik dalam keterbatasan
yang signifikasn anatar media dengan perilaku pengetahuan dan pengalaman sehingga dalam
seks bebas pada remaja. pembuatan instrumen, pengumpulan data,
Hasil analisis antara hubungan peran teman pengolahan data dan pembahasannya jauh dari
sebaya dengan perilaku seks bebas pada remaja sempurna. 2) Dalam membuat kuesioner perilaku
bahwa responden yang beperan berperilaku baik seks bebas pada remaja dalam melakukan
sebanyak 27 responden (77,1%). Dibandingkan kunjungan ke SMA Negri 38 Jakarta, peneliti
dengan yang tidak berperan berperilaku baik belum menemukan standar baku untuk
sebanyak 29 responden (52,7%). OR 0,0330 (CI instrument variabel tersebut, sehingga hanya
95% 0,128- 0,855) dapat disimpulkan bahwa menggunakan patoan materi yang digunakan dan
responden tidak berperan dalam komunikasi kerangka instrument yang sudah disusun. 3)
teman sebaya berpeluang 0,330 kali mengalami Kemungkinan bisa terjadi bias informasi. Bias
perilaku kurang dibandingkan responden yang informasi adalah kesalahan yang terjadi bila
berperan dalam komunikasi teman sebaya. informasi yang didapatkan tidak valid. Dalam
Hasil analisis antara hubungan lingkungan penelitian ini kemungkinan bias informasi dapat
sekolah terhadap perilaku seks bebas pada remaja terjadi karena responden tidak menjawab secara
bahwa responden yang berperan berperilaku sebenarnya dan waktu responden untuk
kurang sebanyak 18 responden (52,9%). menjawab kuesioner tidak tepat.
Dibandingkan dengan yang berperilaku baik Jenis Kelamin
sebanyak 40 responden (71,4%) OR 0,330 (CI Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara
95%1,157-6,839) dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dengan perilaku seks bebas
responden tidak berperan dalam komunikasi menunjukan lebih banyak pada remaja laki-laki
teman sebaya berpeluang 0,330 kali mengalami berperilaku kurang baik sebesar 19 responden
perilaku kurang dibandingkan responden yang (51,4%). Dibandingkan dengan perilaku
berperan dalam komunikasi teman sebaya. perempuan lebih banyak berperilaku baik sebesar
Hasil penelitian ini responden yang 38 responden (71,3%). Hasil uji statistic didapat
berpengetahuan kurang 15 responden (55,6%) nilai P= 0,030 berarti P<0,05 sehingga dapat
memiliki perilaku seksual sedangkan yang disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
berpengetahuan baik sebanyak 44 responden jenis kelamin dengan perilaku seks bebas pada
(69,8%) yang beperilaku seks bebas. Dari hasil remaja. Analisa keeratan hubungan 2 variabel
uji statistic didapatkan nilai P= 0,041 berarti didapatkan OR 2,674 (CI 95% 1,110 – 6, 441)
P<0,05 OR 2,895 (CI 95% 1,142-7,340) sehingga dapat disimpulkan bahwa responden jenis
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan kelamin laki-laki berpeluang 2,674 kali
antara pengetahuan dengan perilaku seks bebas mengalami perilaku kurang dibandingkan
pada remaja. responden yang jenis kelamin perempuan.
Dari hasil OR dapat disimpulkan bahwa Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
responden yang pengetahuan buruk berpeluang 3 perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari
kali mengalami perilaku kurang dibandingkan segi pengaruh social, budaya dan segi anatomi
responden yang berpengetahuan baik. biologi. Jenis kelamin dapat dibagi menjadi dua
arti yaitu sex dan gender. Proses pertumbuhan
anak menjadi seorang laki-laki (being a man) atau

84 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 1, Oktober 2017

menjadi seorang perempuan (being a women), hubungan seksual dari 178 responden, dan
lebih banyak digunakan istilah gender. Istilah diantaranya usia pertama kali melakukan
seks umumnya digunakan untuk merujuk kepada hubungan seksual < 20 tahun sebanyak 26
persoalan reproduksi dan aktivitas seksual. responden hanya 1 responden yang melakukan
Hasil ini didukung oleh penelitian hubungan seksual ≥ 20 tahun, serta faktor yang
sebelumnya oleh Mohanis (2003) dimana remaja paling mempengaruhinya terjadinya perilaku
laki-laki yang berperilaku seks bebas lebih tersebut adalah media masa yakni sebesar 61,2%
banyak 32,4% di bandingkan dengan perempuan atau 109 responden dari 178 responden.
9,2%. Dari hasil uji statistic menunjukan adanya Penelitian oleh Santrock menunjukkan
hubungan yang bermakna anatar jenis kelamin alasan-alasan remaja berhubungan seks antara
dengan perilaku seks bebas (p=0,001). Hal ini lain, dipaksa (Wanita 61 % dan pria 23%), merasa
dikarenakan adanya perbedaan pola produksi sudah siap (wanita 51% dan pria 59%), butuh
hormone seks bebas anatar remaja laki-laki dicintai (wanita 45% dan pria 23%) dan takut
dengan remaja perempuan. Remaja perempuan diejek teman kerena masih gadis atau perjaka
memiliki pola produksi sesuai dengan siklus (wanita 38% dan pria 43%).16
bulanan, sedangkan laki-laki memproduksi Menurut peneliti bahwa umur sangat
hormone seksual secara terus menerus sehingga mendukung terhadap perilaku seks bebas karena
remaja putra lebih agresif. pada usia remaja pada umumnya selalu ingin
Sesuai dengan penelitian Haryuningsih mencoba-coba dan selalu ingin tahu, hal ini yang
(2003) yang dilakukan pada siswa 2 SMU di memicu keingintahuan remaja dalam hal sek
bogor, didapatkan hasil laki-laki sebanyak 6,3% bebas. Dan pada usia remaja juga mudah
melakukan perilaku seksual berat dan perempuan terpengaruh oleh lingkungan dan kurang
sebanyak 0,8%. Dalam penelitian ini hasil analisa mengerti dampak apa yang dia lakukan.
bivariat didapatkan hasil yang tidak bermakna p= Tinggal Bersama Siapa
0, 003 sehingga hipotesis dari variabel jenis Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara
kelamin terbukti ada berhubungan perilaku tempat tinggal dengan perilaku seks bebas
seksual remaja. menunjukan lebih banyak pada tinggal dengan
Menurut peneliti berdasarkan hasil penelitian orang tua 51 responden (63,8%) dibandingkan
perilaku buruk lebih banyak oleh jenis kelamin dengan yang tidak tinggal dengan orang tua
laki-laki karena laki-laki lebih agresif dari pada berperilaku kurang dan baik sebanyak 5
perempuan dan laki-laki mempunyai hormone responden (50%). Dari hasil uji statistik
seksual yang tinggi dibandingkan perempuan. didapatkan nilai P= 0,494 berarti P<0,05, OR
Umur 0,0569 (CI 95% 0,152- 2,130) sehingga dapat
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikasn
umur dengan perilaku seks bebas menunjukan antara tempat tinggal dengan perilaku seks bebas
lebih banyak pada remaja akhir beperilaku pada remaja.
kurang baik sebesar 22 responden (56,4%). Hal ini didukung oleh teori bahwa sikap
Dibandingkan dengan perilaku remaja orang tua agar tidak merasa dibebani saat
pertengahan lebih banyak beperilaku baik sebesar memberikan pendidikan seks pada remajanya
39 responden (76,5%). Dari hasil uji statistik yaitu dengam mampu mengenali diri dan
didapatkan nilai P = 0,003 berarti P<0,05, OR memahami masalah diri sendiri, mengenali
4,206 (CI 95% 1,701- 10,398) sehingga dapat remaja dan membuatnya untuk berbicara tentang
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara seks, memberikan contoh yang baik dan tidak
umur dengan perilaku seks bebas pada remaja. ragu-ragu menggunakan kata-kata yang mudah
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian diterima dan bersikap santai dan jujur.
Dian (2008) pada mahasiswa keperawatan Menurut Sekarrini (2012), umumnya
Politekni Kesehatan Makasar pada tahun 2008 responden diasuh oleh orang tua dalam 3 tahun
sebanyak 27 responden pernah melakukan terakhir sebanyak 92 responden (82,1%). Bahwa

FMIPA-UMRI 85
Vol. 8 No.1, Oktober 2017 Jurnal Photon

orang tuanya tahu kapan anaknya pulang komunikasi seperti handphone. Kemudahan
kerumah. Selain itu, sebagian besar orang tua akses internet dari handphone sangat mudah
86,6% tahu apa yang dikerjakan anaknya seorang remaja untuk mencari apapun yang
dirumah. Adapun jumlah responden yang diinginkan seperti halnya pornografi, sehingga
langsung pulang kerumah yaitu sebanyak 73 hal ini sulit untuk dipantau oleh orangtua ataupun
responden (65,2%), sedangkan ada 39 responden guru, banyak peneliti-peneliti terdahulu
(34,8%) yang tidak langsung pulang kerumah. menyatakan bahwa akses internet melalui
Responden yang tidak langsung pulang kerumah handphone memudahkan remaja mengakses
biasanya paling banyak langsung pergi ke les/ video atau gambar porno.
kursus/ belajar bersama/ kegiatan ekstrakulikuler Media
yaitu sebanyak 13 responden (11,6) biasanya Hasil analisis ada hubungan antara media
tidak tinggal bersama orang tua. dengan perilaku seks bebas pada remaja
Menurut peneliti yang dilakukan bahwa rata- diperoleh bahwa ada sebanyak 32 responden
rata semua siswa bertempat tinggal bersama (53,3%) perilaku seks bebas terpapar media
orang tua, hal ini seharusnya berdampak pornografi dan sebesar 24 responden (80%) tidak
langsung terhadap perilaku siswa bahwa terpapar media pornografi. Dari hasil uji statistik
seharusnya apabila tinggal dengan orang tua didapat nilai P= 0,026 berarti P<0,05, OR 3,500
perilaku siswa akan lebih baik, namun apabila (CI 95% 1, 252- 9,788) sehingga dapat
terjadi hal-hal yang berpengaruh buruk terhadap disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
perilaku siswa mungkin hanya dikarenakan oleh media dengan perilaku seks bebas pada remaja.
faktor kurang pengawasan orang tua dalam Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
mendidik anak-anaknya. media massa akan mempengaruhi realitas
Sarana subjektif pelaku interaksi social. Gambaran
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara tentang realitas yang dibentuk oleh isi media
sarana komunikasi dengan perilaku seks bebas massa inilah yang nantiknya mendasari respond
menunjukan lebih banyak memiliki sarana an sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial.
komunikasi dengan perilaku baik sebesar 50 Informasi yang salah dari media massa akan
responden (60,2%). Dibandingkan dengan yang memunculkan gambaran yang salah pula
tidak memiliki sarana komunikasi dengan terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa
perilaku baik sebanyak 6 responden (85,7%) dituntun menyampaikan informasi secara akurat
responden. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang
P = 0,182 berarti P< 0,05, OR 3,960 (CI 95% merupakan tuntutan etis dan moral penyajian
0,456- 34,412) sehingga dapat disimpulkan tidak media massa.
ada hubungan yang signifikan antara sarana Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
komunikasi dengan perilaku seks bebas pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriani
remaja. menunjukan bahwa remaja yang terpapar dengan
Hasil penelitian ini didukung oleh, Survey media elektronik (29,9%) memiliki perilaku
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) seksual beresiko tinggi sedangkan responden
sebanyak 32% remaja usia 14-18 tahun di Jakarta, yang kurang terpapar media elektronik (12,0%)
Surabaya dan Bandung pernah berhubungan seks memiliki perilaku seksual beresiko rendah. Uji
dan salah satu yang menjadi penyebabnya statistik menunjukan ada hubungan signifikan
diyakini konten bermuatan pornografi yang antara keterpaparan informasi dari media
diakses via internet. Seperti halnya perilaku seks elektronik dengan perilaku seksual (p=0,005).
bebas, lebih banyak dipengaruhi oleh Komunikasi Teman Sebaya
penggunaan media yang tidak tepat juga Hasil analisis antara hubungan peran teman
menimbulkan perilaku kekerasan pada remaja. sebaya dengan perilaku seks bebas pada remaja
Menurut peneliti bahwa pada jaman sekarang bahwa responden yang berperan berperilaku baik
semua siswa sudah pasti memiliki sarana sebanyak 27 responden (77,1%). Dibandingkan

86 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 1, Oktober 2017

dengan yang tidak berperan berperilaku baik tidak memikirkan dampak baik atau buruknya.
sebanyak 29 responden (52,7%), OR 0,0330 (CI Oleh karena itu seorang remaja harus pintar-
95% 0,128-0,855) dapat disimpulkan bahwa pintar dalam memilih teman.
responden tidak berperan dalam komunikasi Lingkungan Sekolah
teman sebaya berpeluang 0,330 kali mengalami Hasil analisis antara hubungan lingkungan
perilaku kurang dibandingkan responden yang sekolah terhadap perilaku seks bebas pada remaja
berperan dalam komunikasi teman sebaya. bahwa responden yang berperan berperilaku
Memiliki teman sebaya yang melakukan kurang sebanyak 18 responden (52,9%).
kenakalan meningkat resiko remaja untuk Dibandingkan dengan yang berperilaku baik
menjadi nakal. Menurut Iswarati (2007) remaja sebanyak 40 responden (71,4%) OR 0,330 (CI
sangat menghargai pertemanan, jalinan 95% 1,157- 6,839) dapat disimpulakn bahwa
komunikasi dengan teman sebaya lebih baik bila responden tidak berperan dalam komunikasi
dibandingkan dengan orang tua. Menjadi alasan teman sebaya berpeluang 0,330 kali mengalami
dengan teman cendrung dapat menyimpan perilaku kurang dibandingkan responden yang
rahasia, lebih terbuka dengan lawan jenis berperan dalam komunikasi teman sebaya.
(tentang kepandaian, kepribadian, ketampanan Menurut Suwandono (2002) sebagian besar
atau kecantikannya) serta dapat memecahkan remaja 45% mendapat informasi dari teman
masalah yang dihadapi dengan orang tua atau sekolah 16,3% dari guru, 12,8% dari petugas
keluarga. Karena sama-sama belum tahu secara kesehatan, 8,7% dari orang tua dan 6,8% dari
benar, maka akibatnya informasi yang diterima tokoh agama.
disalah artikan, bahkan secara sengaja Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
diselewengkan. lingkungan adalah segala sesuatu diluar diri
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan induvidu (eksternal) dan merupakan sumber
teman sebaya tidak kalah pentingnya, selain informasi yang diperolehnya melalui panca
peran orang tua dan guru yang mempengaruhi inderanya. Salah satu lingkungan yang terbukti
perilaku seksual remaja. Remaja cendrung sangat berperan dalam pembentukan kepribadian
mencari teman yang sama dengan dirinya. murid adalah sekolah.
Kesamaan diantaranya mereka merupakan hal Menurut peneliti bahwa kemudahan
penting bagi remaja karena pada saat ini remaja mendapatkan informasi dari teman/ sebaya
sedang berusaha untuk mendapatkan identitas. sangat besar pengaruhnya karena teman/ sebaya
Remaja sangat banyak menghabiskan waktu sama-sama memiliki pola piker yang sama dan
luangnya dengan teman-teman sebaya. Dalam hal pandangan yang sama terhadap perilaku seks
ini, teman dekat atau sahabat seringkali berperan bebas.
sebagai tempat untuk bertukar pengalaman atau Pengetahuan
tempat untuk bertukar pengalaman atau tempat Hasil penelitian ini responden yang
untuk sekedar mencurahkan isi hati. berpengetahuan kurang 15 responden (55,6%)
Kelompok teman sebaya merupakan memiliki perilaku seksual sedangkan yang
keluarga kedua setelah keluarga sendiri. Nilai berpengetahuan baik sebanyak 44 responden
persahabatan yang cukup tinggi seperti: remaja (69,8%) yang berperilaku seks bebas. Dari hasil
saling menjaga rahasia dan berempati. Adapun uji statistik didapatkan nilai P= 0,041 berarti P<
efek kelompok teman sebaya (peer group) sengat 0,05, OR 2,895 (CI 95% 1,142- 7,340) sehingga
kuat apabila mereka sudah saling percaya dapat disimpulakan ada hubungan yang
sehingga minat, sikap dan perilaku dapat signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
berubah. seks bebas pada remaja. Hal ini sesuai dengan
Menurut peneliti bahwa pengaruh teman teori yang mengatakan pengetahuan merupakan
sebaya sangat penting dalam perilaku remaja. hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
Karena remaja pada umumnya lebih melakukan penginderaan terhadap suatu objek
mementingkan solidaritas sesame teman, namun tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

FMIPA-UMRI 87
Vol. 8 No.1, Oktober 2017 Jurnal Photon

indera manusia, yakni indera penglihatan, dalam seks bebas, hal lain yang dapat
pendengaran, penciuman , rasa dan raba. mempengaruhi pengetahuan siswa adalah
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh lingkungan sosial, keluarga, sekolah maupun
melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan pengalaman orang lain yang berikan oleh remaja
kognitif merupakan domain yang sangat penting tersebut melalui teman, saudara, orang tua, guru
dalam membentuk tindakan seseorang (overt dan lain-lain.
behavior).
Dalam penelitian ini didapatkan pengetahuan 4. KESIMPULAN
kurang dengan sikap baik. Ada faktor lain yang Dari analisa hasil penelitian dan pembahasan,
mempengaruhinya yaitu lingkungan, norma, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan: dari
sosial budaya, religious, dimana variabel tersebut hasil penelitian didapatkan dari 90 responden
tidak diteliti. Menurut Notoadmodjo mengatakan yang dijadikan sampel, sebagian besar memiliki
bahwa budaya sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual baik sebanyak 62,8% sedangkan
tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang memiliki perilaku seks bebas kurang
yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak sebanyak 37,8%. Berdasarkan hasil analisis
dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. didapatkan adanya hubungan yang bermakna
Hasil ini tidak didukung dengan penelitian antara jenis kelamin dengan perilaku seks bebas
yang dilakukan oleh Chaeruni (2004) pada siswa pada remaja, dimana hasil statistic memperoleh p
kelas 2 SMU N 46 Jakarta yang menyatakan value = 0,030 OR dapat disimpulkan bahwa
bahwa responden yang memiliki pengetahuan responden jenis kelamin laki-laki berpeluang 2,
kurang (44,4%) lebih berisiko untuk berperilaku 674 (1, 110- 6,441) kali mengalami perilaku
seksual dari pada responden yang memiliki kurang dibandingkan responden yang jenis
pengetahuan baik (38,9%). kelamin perempuan. Berdasarkan hasil analisis
Menurut teori Health Organization (WHO) didapatkan bahwa adanya hubungan yang
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bermakna antara umur dengan perilaku seks
bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh bebas pada remaja, dimana hasil statistic
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman memperoleh p value = 0,026 OR dapat
sendiri. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh disimpulkan bahwa responden yang terpapar
faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat media berpeluang 3,5 (1,252- 9,788) kali
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana mengalami perilaku kurang dibandingkan
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi responden yang tidak terpapar media.
maka orang tersebut akan semakin luas pula Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa
pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, adanya hubungan yang bermakna antara
bukan berarti seseorang yang berpendidikan komunikasi teman sebaya dengan perilaku seks
rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal bebas pada remaja, dimana hasil statistic
ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan memperoleh p value = 0,035 OR dapat
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal disimpulkan bahwa responden tidak berperan
saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui dalam komunikasi teman sebaya berpeluang
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang 0,330 kali (0, 128- 0,855) mengalami perilaku
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu kurang dibandingkan responden yang berperan
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini dalam komunikasi teman sebaya. Berdasarkan
yang akan menentukan sikap seseorang, semakin hasi analisis didapatkan bahwa adanya hubungan
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, yang bermakna antara lingkungan sekolah
maka akan menimbulkan sikap makin positif dengan perilaku seks bebas pada remaja, dimana
terhadap objek tertentu. hasil statistic memperoleh p value= 0,037 OR
Menurut peneliti bahwa kemudahan dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah
mengakses internet melalui media yang buruk berpeluang 3 (1,157- 6,839) kali
mempengaruhi remaja dalam pengetahuannya mengalami perilaku kurang dibandingkan

88 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 1, Oktober 2017

lingkungan sekolah baik. Berdasarkan hasil Pencegahan Penularan HIV/AIDS di Kodia


analisis didapatkan bahwa adanya hubungan Yogyakarta. Berita Kedokteran XIX/IXI-
yang bermakna antara pengetahuan dengan 60; UGM. 2003
perilaku seks bebas pada remaja, dimana hasil Gilbert & Lumoindong. Pelacuran dibalik
statistik memperoleh p value = 0,041OR dapat seragam sekolah, tinjauan etis teologis
disimpulkan bahwa responden yang terhadap praktek hubungan seks pranikah.
berpengetahuan buruk berpeluang 3 (1,142- 7, Yayasan andi. Yogyakarta.1996
340) kali mengalami perilaku kurang Glevinno. Remaja Dan Seks.
dibandingkan responden yang berpengetahuan (Http://Public.Kompasiana.Com/).
baik. Tanggal 17-01-2011, Pukul 13.00 Wib.
Diharapkan agar Dinas Kesehatan Kabupaten A.2008
Jakarta Selatan dapat meningkatkan penyuluhan Haryuningsih, I.M. Perilaku Seksual Remaja Di
terutama masalah kesehatan reproduksi di SMA Kota Dan Di Desa: Kasus Di Sumatra
Negri 38 Jakarta Selatan dan seluruh SMA/SMK Utara . Lab.Antropologi.FISIP-UI.Depok.
di Kabupaten Jakarta Selatan agar para remaja 1997
usia sekolah ini dapat meningkat Notoadmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan dan
pengetahuannya. Diharapkan agar pihak SMA Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta. 2007
Negri 38 Jakarta Kabupaten Jakarta Selatan untuk Sarwono, S.W. Psikologi Remaja, Jakarta: PT
mengawasi siswa-siswi terhadap media dan lebih Raja Grafindo Persada. 2007
meningkatkan mata ajaran kesehatan dengan Semiawan: 27” Pengertian Komunikasi-
menjadikannya sebagai muatan local karena Komunikasi Formal”
masalah kesehatan terutama kesehatan HTTP://arifharypurnomo.blogspot.com/20
reproduksi memegang peranan penting dalam 12/11//pengertian-komunikasi-
kehidupan remaja usia sekolah. komunikasi-formal.html.1999
Steede, Kavin, 10 Kesalahan Orang Tua Dalam
DAFTAR PUSTAKA Mendidik Anak, Cetakan Ketiga, Jakarta:
Ali, M. Dkk. Psikologi Remaja: Perkembangan Tangga Pustaka. 2008
Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sumiati, Dkk, Kesehatan jiwa Remaja dan
2009 Konseling, Cetakan Pertama, Jakarta:
Dian, Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Trans Info Medika. 2009
Kesehatan Masyarakat. PT. Binarupa Surjadi, Dkk. “ Faktor-faktor Yang
Aksara, Jakarta.2008 Berhubungang Dengan Perilaku Seksual
Djamilah, Parkir Timur Senayan Tempat Remaja Diantara Siswa SMU dikota
Nongkrong (Kongkow) Remaja: Sebuah Madya Bandung. Tesis Program Studi Ilmu
Realitas Sosial, Dalam Berita Berkala Kesehatan Masyarakat. FKM UI. 2005
Jender dan Kesehatan Vol.8 No.4 Survey Komisi Perlindungan Anak”
Farah, Vera “Perilaku Seksual Remaja Http://arifharypurnomo.blogspot.com/201
Indonesia”. 2/11/pengertian -komunikasi-komunikasi-
http://health.detik.com/red/2010/06/23/16 formal.html. (diakses tanggal 28 agustus
5015/1384945/763/perilaku-seksual- 2013, pikul: 12.00 Wib ). 2011
remaja-di indonesia.(diakses tanggal 17 Syafriani, L, Gambaran Perilaku Seksual Remaja
januari 2011, pukul: 12.00 WIB).2001 dan Faktor – faktor Yang Berhubungan
Fitriani. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pada Siswa Kelas Dua SMU Di Kota
perilaku seksual pada SMUN di kota Depok, Skripsi, Depok: FKM UI.2002
padang.FKM.UI.2003 Widarti, Catur Faktor-Faktor Yang
Fuad C, Radiono, S.Paramastri I. Pengaruh Mempengaruhi Efek Paparan Pornografi
pendidikan Ksesehatan Seksual Terhadap Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama
Dan Sikap Remaja Dalam Upaya Negri Di Kota Depok, Skripsi, Depok:

FMIPA-UMRI 89
Vol. 8 No.1, Oktober 2017 Jurnal Photon

Falkutas Kesehatan Masyarakat dan di desa: kasus di Sumatra utara. Lab.


Universitas Indonesia.2008 Antropologi.FISIP-UI.Depok.1997
Haryuningsih, Yuyun Rani, Faktor-Faktor Yang Iman, Irawati. Perkembangan Seksual Remaja.
Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Modul 2, PKBI, IPPF, BKKBN, UNFPA.
Remaja Siswa Kelas 2 SMU Negri Kota Jakarta.2004
Bogor Tahun 2003, Tesis Fakultas Iswarati, Sarbaini, Kesehatan Reproduksi,
Kesehatan Masyarakat Universitas Gender dan Pembangunan Kependudukan,
Indonesia, Depok. 2003 Jakarta: BKKBN. 2007
Herdalena, Tri Novita, “Pengetahuan Dan Kurnia. Dkk “Seksualitas Kesehatan Reproduksi,
Perilaku Seksual Remaja, Bening Media Dan Ketimpangan Gender. Seri Kesehatan
Refleksi Pengalaman Lapangan Program Reproduksi, Kebudayaan Dan Masyarakat.
AIDS Dan Kesehatan Reproduksi . Vol. IV Pustaka Sinar Harapan Bekerjasama
No. 1 Pusat Studi Seksualitas PKBI Dengan Pusat Penelitian Kependudukan
DIY.2003. Universitas Gadjah Mada Dan The Ford
Hidayana, I.M. perilaku seksual remaja di kota Foundation.2012

90 FMIPA-UMRI

You might also like