Kajian Etnobotani Mayarakat Adat Kampung Pulo Di Kabupaten Garut

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Publikasi Online Fakultas Biologi UNSOED (Universitas Jenderal Soedirman)

Kajian Etnobotani Mayarakat Adat Kampung Pulo di Kabupaten Garut


Nurlina Ramdianti, Hexa Apriliana Hidayah, dan Yayu Widiawati
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Jl Dr Soeparno 63 Purwokerto 53122
Email: hexa_apriliana@yahoo.co.id
Diterima Januari 2012 disetujui untuk diterbitkan Mei 2013
Abstract
Ethnobotany is important in Indonesia because there are a lot of unknown things about the
traditional plant usages by traditional people. One of them is the Kampung Pulo’s traditional people in
Garut District of West Java’s province. This research aims to determine the diversity, usage and part
of plants used by Kampung Pulo’s traditional people. The methods used are survey and data
collection has been exploration, by interview and direct observation. The data were by analyzed by
using descriptive analysis plant diversity, usage for, part used and how they were used by Kampung
Pulo’s traditional people. The result of the research showed that there were 93 plants species
included into 42 families which is used to Kampung Pulo’s traditional people. The most species used
includes Areca catechu L., Arenga pinnata (Wurmb) Merr., Cocos nucifera L., Carica papaya L.,
Sauropus androgynus (L.) Merr., Gigantochloa verticillata (Willd) Munro, Oryza sativa L., Curcuma
domestica L., Kaempferia galanga L. and Zingiber Officinale Roscc.. Kampung Pulo’s traditional
people use the plants in a wide variety way such as for foods, shelter, tools, drugs, cosmetics, rituals,
dye and traditional ceremonies. Plant parts that often use continously are fruits, leaves, stems,
flowers, tubers, saffrons and roots.
Key words: diversity, usages, plant, Kampung Pulo’s traditional people, Garut District.

Abstrak
Etnobotani sangat penting dipelajari oleh masyarakat Indonesia karena pemanfaatan
tumbuhan secara tradisional oleh suku-suku bangsa di Indonesia masih banyak yang belum
diketahui. Salah satu dari masyarakat adat itu adalah Masyarakat Adat Kampung Pulo yang terdapat
di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman,
pemanfaatan dan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat adat Kampung Pulo. Metode
yang digunakan adalah survei dan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara eksploratif yaitu
wawancara dengan kuisioner dan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif mengenai keanekaragaman tumbuhan, pemanfaatan, bagian yang dimanfaatkan,
dan cara penggunaanya oleh masyarakat adat Kampung Pulo. Dari hasil penelitian telah ditemukan
sebanyak 93 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam 42 familia yang dimanfaatkan oleh
masyarakat adat Kampung Pulo. Spesies yang paling sering dimanfaatkan diantaranya Areca
catechu L., Arenga pinnata (Wurmb) Merr., Cocos nucifera L., Carica papaya L., Sauropus
androgynus (L.) Merr., Gigantochloa verticillata (Willd) Munro, Oryza sativa L., Curcuma domestica L.,
Kaempferia galanga L. dan Zingiber Officinale Roscc.. Masyarakat adat Kampung Pulo
memanfaatkan tumbuhan dalam berbagai macam seperti bahan pangan, papan, perlengkapan, obat,
kosmetika, ritual, bahan pewarna, dan upacara adat. Bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan
secara berturut-turut adalah buah, daun, batang, bunga, umbi, rimpang dan akar.
Kata kunci: pemanfaatan, tumbuhan, masyarakat adat Kampung Pulo, Garut.

Pendahuluan kehidupannya dan berinteraksi dengan


faktor biotik dan abiotik. Makin besar
Keanekaragaman hayati atau jumlah jenis, makin besar pula
disebut juga biodiversitas adalah keanekaragaman hayati. Bila jenis baru
keanekargaman yang dapat ditinjau dari yang terjadi lebih banyak dari kepunahan
tiga tingkat yaitu tingkat gen dan maka keanekaragaman hayati bertambah.
kromosom yang merupakan pembawa Sebaliknya jika kepunahan terjadi lebih
sifat keturunan, tingkat jenis yaitu banyak dari terbentuknya jenis baru, maka
berbagai golongan organisme yang keanekaragaman hayati akan menurun
mempunyai susunan gen tertentu dan (Irwan, 1992).
tingkat ekosistem atau ekologi yaitu
tempat jenis itu melangsungkan
Keanekaragaman tumbuhan di di Indonesia masih banyak yang belum
Indonesia merupakan sumber kekayaan diketahui (Jain, 1989).
alam yang luar biasa dan tiada ternilai Beberapa bidang kajian etnobotani
harganya. Potensi ini dapat memberikan menurut Purnama (1995) antara lain: 1)
manfaat dan keuntungan yang sangat Bahan pangan adalah bahan makanan
besar bagi masyarakat jika manfaat dan pokok dan makanan tambahan, minuman
potensi keanekaragaman tumbuhan dan rempah-rempah. 2) Papan dan
tersebut dapat diketahui serta perlengkapan yaitu Jenis tumbuhan yang
eksplorasinya dapat dioptimalkan (Lande digunakan untuk pembangunan papan
et al., 2008). Indonesia yang beriklim atau perumahan bagi suatu suku bangsa
tropis mempunyai tanah subur sehingga dengan yang lainnya memiliki kebutuhan
banyak jenis tumbuhan yang dapat akan jenis tumbuhan yang berlainan
tumbuh. Sejak jaman dahulu, manusia dikaitkan dengan budaya setempat. 3)
sangat mengandalkan lingkungan Bahan sandang yaitu bahan-bahan dasar
sekitarnya untuk memenuhi sandang, yang berasal dari tumbuhan
kebutuhannya, misalnya untuk makan, dikaitkan dengan budaya suatu suku
tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk, bangsa. 4) Bahan obat-obatan dan
parfum, dan bahkan untuk kecantikan. kosmetika banyak sekali yang dapat digali
Kekayaan alam di sekitar kita sebenarnya dari budaya setiap suku bangsa mengenai
sangat bermanfaat dan belum jenis tumbuhan obat dan bahan kosmetik
sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau tentang cara pembuatannya. 5) Pewarna
bahkan dikembangkan (Sari, 2006). makanan, ataupun untuk pewarnaan
Ilmu yang mempelajari tentang kebutuhan lain yang menggunakan
hubungan manusia dengan tumbuhan tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya. 6)
dalam kegiatan pemanfaatannya secara Ritual dari setiap suku bangsa itu
tradisional disebut etnobotani (Sukarman berbeda-beda antara satu dengan lainnya,
dan Riswan, 1992). Seiring dengan sehingga kebutuhan jenis tumbuhan yang
kemajuan ilmu pengetahuan dan digunakan juga berbeda. 7) Perlengkapan
tekhnologi, etnobotani berkembang upacara tradisional dan kegiatan sosial.
menjadi cabang ilmu yang cangkupannya Indonesia memiliki banyak suku bangsa
mempelajari hubungan manusia dengan dengan upacara adatnya masing-masing,
sumber daya alam tumbuhan dan sehingga beranekaragam pula jenis
lingkungannya (Nasution, 1992). Cotton tumbuhan yang dimanfaatkan untuk
(1999) menyatakan bahwa kajian kebutuhan tersebut. 8) Keindahan seni
etnobotani tidak hanya dilihat dari selain sebagai tanaman hias, berbagai
bagaimana tumbuhan-tumbuhan tersebut jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai
digunakan tetapi juga bagaimana bahan baku untuk membuat beraneka
penduduk dari suku tersebut memandang macam kerajinan tangan yang bernilai
(persepsi) dan menjaga tumbuhan seni.
tersebut, bagaimana hubungan timbal Indonesia memiliki berbagai macam
balik antara manusia dengan tumbuhan di suku dan masyarakat adat yang tersebar
mana manusia menggantungkan hidup di seluruh kepulauan di Indonesia. Baik
dari tumbuhan tersebut. masyarakat adat yang masih memegang
Studi etnobotani dikembangkan baik teguh budaya dan adat istiadatnya
dengan ilmu sosial maupun biologi. ataupun masyarakat adat yang sudah
Metode kualitatif dilakukan dengan mulai membuka diri dengan lingkungan
observasi secara langsung melibatkan luar dan sentuhan tekhnologi. Menurut
eksplorasi mendalam mengenai Setyowati dan Wardah (2007), pada
pengetahuan tradisional botani dari para masyarakat lokal, pengetahuan tentang
ahli dalam masyarakat lokal melalui survai manfaat tumbuh-tumbuhan merupakan
yang terstruktur. Etnobotani sangat pengetahuan dasar yang amat penting
penting dipelajari oleh masyarakat dalam mempertahankan kelangsungan
Indonesia karena pemanfaatan tumbuhan hidup mereka. Tetapi sejalan dengan
secara tradisional oleh suku-suku bangsa berubahnya ekosistem tempat mereka
hidup, perubahan lingkungan, komunikasi
dan informasi dari luar, menyebabkan tempat mereka tinggal berupa pulau kecil
nilai-nilai budaya yang selama ini tumbuh yang berada di tengah situ (danau) dan
dan berkembang di masyarakat ikut juga karena sebagai masyarakat adat,
berkembang. mereka harus menjaga kelestarian adat
Salah satu dari masyarakat adat itu dan tradisi yang telah ada secara turun
adalah masyarakat adat Kampung Pulo temurun (Marliana, 2008).
yang terdapat di Kabupaten Garut Munawar (2002) menyatakan bahwa
Propinsi Jawa Barat. Kampung Pulo ini sesuai tradisi, sekarang ini mereka
terletak pada suatu kawasan berbentuk dipimpin oleh seorang pemangku adat.
pulau di tengah danau bernama Situ Dalam kaitannya dengan harapan anggota
Cangkuang (Marliana, 2008). Adapun masyarakat, seorang pemangku adat
batas administrasi dari Kampung Pulo dianggap wakil terpilih untuk berhubungan
adalah sebagai berikut (Pemerintah dengan para leluhur, sehingga segala
Kabupaten Garut, 2010): Utara: Desa sesuatu yang menjadi keinginan
Neglasari Kecamatan Kadungora, Timur: masyarakat dapat disampaikan melalui
Desa Karang Anyar dan Desa Tambak perantaranya. Begitu pula sebaliknya,
Sari Kecamatan Leuwigoong, Selatan: segala sesuatu yang menjadi keinginan
Desa Margaluyu dan Desa Sukarame para leluhur untuk kepentingan dan masa
Kecamatan Leles, Barat: Desa Talagasari depan keturunan mereka disampaikan
Kecamatan Kadungora dan Desa Leles melalui pemangku adat, baik melalui
Kecamatan Leles. firasat saat berdoa, mimpi, atau gejala-
Masyarakat adat Kampung Pulo gejala alam.
masih memanfaatkan tumbuhan yang ada Jumlah penduduk Kampung Pulo
di sekitarnya baik untuk keperluan saat ini adalah dua puluh dua orang, yaitu
pangan, papan, sandang, upacara adat sebelas laki-laki dan sebelas perempuan.
serta untuk keperluan pengobatan. Pada Sebagian besar penduduknya berprofesi
kawasan kampung adat ini masih banyak sebagai petani dan ada pula yang
terdapat berbagai jenis tumbuhan yang berprofesi sebagai penarik rakit, namun
beranekaragam. Penelitian tentang setelah Kampung Pulo resmi menjadi
keanekaragaman dan pemanfaatan objek wisata pada tanggal 8 Desember
tumbuhan oleh masyarakat adat Kampung 1976, mata pencaharian masyarakat
Pulo ini belum pernah dilaksanakan menjadi beragam yaitu sebagai pedagang
sebelumnya, sehingga perlu adanya soevenir dan ada yang menjadi Pegawai
penelitian mengenai keanekaragaman dan Negeri Sipil. Meskipun masyarakat adat ini
pemanfaatan tumbuhan di Kampung Pulo sudah lebih terbuka, akan tetapi aturan-
ini. aturan yang sudah ada tetap dilaksanakan
Permasalahan paling mendasar dan dijaga (Hasan, 2009).
adalah 1) bagaimana keanekaragaman Risanto (2009) mejelaskan bahwa
tumbuhan yang digunakan oleh hari Rabu menjadi hari sakral dan
masyarakat adat Kampung Pulo dipercaya sebagai hari yang kelam bagi
Kabupaten Garut, 2) bagaimana cara masyarakat adat Kampung Pulo. Sebab
pemanfaatannya, dan 3) bagian mana dari menurut sejarah, pada hari itulah putra
tumbuhan tersebut yang dimanfaatkan. bungsu Embah Dalem Arif Muhammad
Penelitian yang bertujuan untuk: 1) dan beberapa masyarakat Cangkuang
Mengetahui keanekaragaman, tewas oleh sebuah malapetaka. Embah
pemanfaatan, dan bagian tumbuhan yang Dalem Arif Muhammad yang merupakan
digunakan masyarakat adat Kampung nenek moyang dari masyarakat adat ini
Pulo Kabupaten Garut. membangun sebuah masjid di kawasan
Masyarakat adat Kampung Pulo Kampung Pulo sebagai perlambang putra
yang ada di kawasan Situs Cangkuang kesayangannya yang ikut tewas dalam
saat ini menempati lahan seluas tidak bencana tersebut.
lebih dari 2,5 ha. Dengan luas tergolong Munawar (2002) juga menyatakan
kecil, Kampung Pulo merupakan kawasan bahwa sampai saat ini, upacara adat yang
yang “menyendiri”, jauh dari pemukiman dilakukan secara periodik antara lain
lainnya. Hal ini dikarenakan lingkungan upacara yang berkaitan dengan lingkaran
kehidupan (life cycle), yaitu: perkawinan; Bahan yang digunakan dalam
kehamilan misalnya upacara Nujuh Bulan; penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan
kelahiran bayi (Marhabanan); kematian yang dimanfaatkan oleh masyarakat adat
misalnya tiluna, tujuhna, matangpuluh, Kampung Pulo Kabupaten Garut.
natus, muluh, nyewu, nyeket, dan Penelitian ini telah dilaksanakan di
mendak; pertanian; mendirikan rumah Kampung Pulo Desa Cangkuang,
misalnya mitembeyan, ngadegkeun, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
suhunan, dan syukuran ngalebetan; serta Propinsi Jawa Barat (Lampiran 1) pada
Ngaibakan Benda Pusaka. Pola bulan September - Oktober 2010.
perkampungan masyarakat adat Kampung Metode
Pulo, juga harus sesuai adat yaitu 7 Metode yang digunakan adalah
bangunan utama terdiri dari 6 rumah dan survai dan pengumpulan data dilakukan
1 mushola yang ditata membentuk huruf U dengan cara eksplorasi yaitu wawancara
dengan jarak dan ukuran rumah hampir dengan kuisioner dan pengamatan
sama. langsung di lapangan. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara ditujukan terhadap pemuka adat,
dengan sesepuh masyarakat adat sando/tabib, masyarakat (kepala keluarga)
Kampung Pulo yang bernama Umar, yang jumlahnya 6 KK, serta dinas terkait
dulunya mereka masih beragama Hindu, yaitu Dinas Pariwisata dan Pelestarian
namun ketika Embah Dalem Muhammad Peninggalan Purbakala Wilayah Jawa
singgah di daerah ini saat mengalami Barat dan Kecamatan Leles. Setiap
kekalahan pada penyerangan terhadap tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
Belanda. Kekalahan ini menyebabkan masyarakat dicatat namanya, bagian yang
Embah Dalem Arif Muhammad tidak digunakan, serta cara penggunaan dan
bersedia kembali ke Mataram karena malu manfaatnya. Tumbuhan yang belum
dan takut pada Sultan Agung. Beliau mulai diketahui namanya diambil sampel,
menyebarkan agama Islam pada kemudian diidentifikasi dan dibuat
masyarakat Kampung Pulo. Embah Dalem herbarium.
Arif Muhammad beserta temannya Wawancara
menetap di daerah Cangkuang yaitu
Kampung Pulo. Sampai beliau wafat dan Wawancara dilakukan secara terstruktur
dimakamkan di Kampumg Pulo. Beliau dengan menggunakan kuisioner
meninggalkan 6 orang anak wanita dan Identifikasi
satu orang pria.
Saringendyanti (2008) menyatakan Tumbuh-tumbuhan yang digunakan
bahwa di Kampung Pulo terdapat 6 buah oleh masyarakat adat Kampung Pulo
rumah adat yang berjejer saling diidentifikasi guna mendapatkan nama
berhadapan masing- masing 3 buah ilmiahnya dengan menggunakan Flora of
rumah di kiri dan di kanan ditambah Java volume I, II, III (Backer and
dengan sebuah masjid. Jumlah dari rumah Bakhuizen, 1963; 1965; 1968),
tersebut tidak boleh ditambah atau Ensiklopedi Tumbuh-Tumbuhan (Effendi,
dikurangi serta yang berdiam di rumah 1982), Ensiklopedi Tumbuhan Obat
tersebut tidak boleh lebih dari 6 kepala Tradisional (Yuniarti, 2008), dan
keluarga. Jika seorang anak sudah Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan
dewasa kemudian menikah maka paling (Tjitrosoepomo, 1994).
lambat 2 minggu setelah itu harus Klasifikasi
meninggalkan rumah dan harus keluar
dari lingkungan ke enam rumah tersebut. Tumbuhan yang diperoleh
Walaupun seluruh masyarakat adat dikelompokan atau diklasifikasikan secara
Kampung Pulo beragama Islam tetapi taksonomik (nama ilmiah dan familia),
mereka juga tetap melaksanakan bagian yang digunakan, cara penggunaan
sebagian upacara ritual Hindu. dan manfaatnya.
Metode analisis
Materi dan metode
Data yang diperoleh dianalisis berada di tengah-tengah sebuah danau
secara deskriptif mengenai bernama Situ Cangkuang (Gambar 1).
keanekaragaman tumbuhan, Kawasan ini terdapat di Desa Cangkuang
pemanfaatan, bagian yang dimanfaatkan, Kecamatan Leles Kabupaten Garut Jawa
dan cara penggunaanya oleh masyarakat Barat dan dikenal dengan nama Situs
adat Kampung Pulo. Cangkuang. Situs Cangkuang terdiri dari
perairan dan daratan, pada bagian
Hasil dan pembahasan
daratan terdiri dari beberapa pulau yaitu
Keadaan Umum Lokasi Masyarakat Adat Pulau Panjang, Pulau Leutik, Pulau
Kampung Pulo Wedus, Pulau Katanda dan Pulau Masigit,
namun pulau-pulau ini sudah tidak berupa
Kampung Pulo merupakan suatu
pulau lagi karena sudah terhubung satu
perkampungan adat dengan luas areal ±
sama lain oleh pematang atau jalan akibat
2,5 ha yang terdapat pada suatu kawasan
erosi yang dibawa arus sungai.
berbentuk pulau kecil bernama Pulau
Panjang dengan luas ± 16,5 ha dan

Gambar 1. Situ Cangkuang (kiri) dan Candi Cangkuang (kanan)


Figure 1. Cangkuang Site (left) and Cangkuang Temple (right)
Pulau Panjang terdiri dari kawasan percabangan monopodial. Daun tunggal,
pemakaman, pemukiman, candi, kebun memeluk batang, lanset, tepi bergerigi,
dan hutan. Candi yang terdapat kawasan ujung lancip dan pangkal membulat,
ini merupakan candi peninggalan budaya pertulangan sejajar, panjang 75-90 cm,
Hindu dan diberi nama Candi Cangkuang lebar 3-5 cm, berwarna hijau. Bunga
(Gambar 1). Pemakaman di kawasan ini majemuk, berbentuk bongkol berkelamin
dianggap keramat dan sering dijadikan dua, terletak di ketiak daun, bakal buah
sebagai tempat ziarah (Gambar 2). Nama berjejal rapat dan berwarna hijau keputih-
“Cangkuang” berasal dari nama tumbuhan putihan. Buah buni, bulat, berwarna hitam.
yang banyak tumbuh di lokasi ini yaitu Biji kecil berwarna coklat. Akar serabut
Pandanus furcatus Roxb. yang dikenal berwarna coklat. Pohon cangkuang
oleh masyarakat sekitar dengan nama banyak tumbuh di kawasan Situs
pohon cangkuang (Gambar 2). Cangkuang, daun dari tumbuhan ini
Pandanus furcatus. merupakan dimanfaatkan untuk membuat tudung
tumbuhan yang termasuk ke dalam familia penutup makanan, tikar atau pembungkus
Pandanaceae. Habitus berupa pohon, gula aren.
tinggi ± 6 m. Batang tegak, bulat,
Gambar 2. Makam Keramat dan pohon cangkuang (Pandanus furcatus)
Figure 2. Sacred Grave and cangkuang tree (Pandanus furcatus)
Situs Cangkuang juga merupakan dari tumbuh-tumbuhan. Rumah yang telah
suatu kawasan wisata yang banyak mengalami perubahan sebagian besar
didatangi oleh wisatawan lokal maupun hanya pada bagian pintu dan atap saja,
mancanegara. Perkampungan adat yang tetapi pada bagian lainnya masih sama
ada dikawasan ini bernama Kampung dengan rumah adat yang belum
Pulo yang merupakan salah satu dari mengalami perubahan.
sekian banyak perkampungan adat yang Tumbuhan khas yang dimanfaatkan oleh
ada di Indonesia. Kampung Pulo dihuni Masyarakat Adat Kampung Pulo
oleh suatu masyarakat adat yang masih
memegang teguh adat istiadat serta Berdasarkan hasil penelitian yang
aturan yang ada secara turun temurun. dilakukan, ditemukan 93 spesies
Masyakat adat ini hanya terdiri dari 6 tumbuhan yang termasuk dalam 42 familia
kepala keluarga saja, hal ini merupakan dimanfaatkan oleh masyarakat adat
aturan yang sudah ada sejak dulu dan jika Kampung Pulo. Banyaknya jumlah
peraturan ini dilanggar maka akan ada spesies tumbuhan yang dimanfaatkan
bencana yang melanda perkampungan ini. dikarenakan kehidupan masyarakat masih
Perkampungan adat ini terdiri dari 6 bergantung dengan alam baik sebagai
rumah tinggal dan satu tempat ibadah dan bahan pangan, papan, perlengkapan,
5 dari 6 rumah adat telah mengalami ritual, obat, kosmetika dan upacara adat.
perubahan dan hanya tinggal satu saja Selain itu kawasan Kampung Pulo masih
rumah adat yang masih original atau alami dan terjaga, sehingga
belum mengalami perubahan. Meskipun 5 keanekaragaman tumbuhannnya masih
rumah telah mengalami perubahan dan tinggi. Data spesies tumbuhan yang
renovasi, rumah tinggal ini masih berupa dimanfaatkan oleh masyarakat adat
rumah panggung dan hampir keseluruhan Kampung Pulo dapat dilihat pada Tabel 1.
bahan bangun yang digunakan berasal

Tabel 1. Tumbuhan khas yang dimanfaatkan oleh masyarakat adat Kampung Pulo
Table 1. Special plants used by the ethnic group at Kampung Pulo

No Familia Spesies Pemanfaatan Bagian yang


Dimanfaatkan
1 Anacardiaceae Mangifera foetida Lour. Bahan Pangan Buah
(Limus)
No Familia Spesies Pemanfaatan Bagian yang
Dimanfaatkan
Mangifera indica L. Bahan Pangan Buah
(Mangga)
Spondias dulcis Soland.ex.Park. Bahan Pangan, Ritual Buah
(Kedondong)
2 Agavaceae Polyanthes tuberosa L. Ritual, Upacara adat Bunga
(Sedap malam)
Pleomele angustifolia (Roxb.) Bahan Pewarna Daun
N.E.Br. - (Suji)
3 Alliaceae Allium cepa L. Bahan Pangan, Obat Umbi
(Bawang merah)
Allium sativum L. Bahan Pangan, Obat Umbi
(Bawang putih)
4 Annonaceae Annona muricata L. Bahan Pangan, Obat Buah
(Manalika/sirsak)
Cananga odorata (Lmk.) Upacara adat Bunga
Hook.f.& Thoms. - (Kenanga)
5 Apiaceae Apium graveolens L. Kosmetika Daun
(Seledri)
Centella asiatica (L.) Urb. Obat Daun
(Antanan gede)
6 Apocynaceae Alstonia scholaris (L.) R. Br. Obat Batang
(Lame)
Catharanthus roseus (L.) G. Don
(Tapak dara) Obat Daun
Plumeria acuminata W.T.Ait
(Kamboja) Obat Batang
7 Araceae Caladium bicolor (W.Aint.)Vent. Obat Daun
(Talas hitam)
Colocasia esculenta (L.) Schott Bahan pangan Umbi
(Taleus)
8 Arecaceae Areca catechu L.* Obat Akar, Buah
(Jambe/pinang) Upacara adat Buah, Bunga
Arenga pinnata (Wurmb) Merr. * Kosmetika Daun
(Aren/kawung)
Bahan pangan Buah
Papan Daun
Cocos nucifera L. * Obat, Bahan Pangan, Buah
(Kelapa) Ritual
Papan Batang
Perlengkapan Buah, Daun
Cocos nucifera var. Eburnea Ritual Buah
(Kelapa hijau)
9 Asteraceae Ageratum conyzoides L. Obat Daun
(Bandotan)
Blumea balsamifera (L.) DC. Obat Daun
(Sembung)
Pluchea indica (L.) Less. Obat Daun
(Baruntas)
10 Bombacaceae Durio zibethinus Murr. Obat Daun
(Kadu/durian)
Bahan Pangan Buah
11 Boraginaceae Laurentia longiflora (L.) Peterm. Obat Bunga
(Korejat)
No Familia Spesies Pemanfaatan Bagian yang
Dimanfaatkan
12 Caricaceae Carica papaya L. * Bahan Pangan, Ritual Buah
(Gedang/pepaya)
Obat Akar, Buah,
Daun
Kosmetika Buah, Batang

13 Cucurbitaceae Cucumis sativus L. Buah


(Bonteng/mentimun) Obat, Bahan Pangan
Cucurbita moschata (Duch.) Poir. Obat, Bahan Pangan, Buah
(Waluh/labu besar) Upacara Adat
Sechium edule (Jacq.) Swartz Obat, Bahan Pangan Buah
(Labu siam)
14 Convolvulaceae Ipomoea batatas (L.) L. Ritual Umbi
(Hui/ubi jalar)
Obat Daun
15 Euphorbiaceae Euphorbia hirta L. Obat Batang
(Nanangkaan)
Manihot esculenta Crantz Obat Umbi
(Sampeu/singkong)
Bahan Pangan Umbi, Daun
Phyllanthus acidus (L.) Skeels. Bahan Pangan, Obat Buah
(Cereme)
Ricinus communis Linn. Obat Buah
(Jarak)
Sauropus androgynus (L.) Merr. * Bahan Pangan, Obat, Daun
(Katuk) Bahan Pewarna
16 Fabaceae Abrus precatorius L. Upacara adat Daun
(Saga)
Albizia falcataria (L.) Fosberg Papan Batang
(Albasia)
Erythrina lithosperma Miq. Obat Batang
(Dadap)
Laucena leucocephala Lmk. Bahan Pangan Buah
Dewit
(Petai cina)
Tamarindus indica L. Kosmetika Batang
(Asam jawa)
Ritual, Pangan Buah
Parkia speciosa Hassk. Bahan Pangan Buah
(Petai)
Pithecellobium lobatum Bth. Obat Daun
(Jengkol) Bahan Pangan Buah
17 Labiatae Orthosiphon aristatus (BI.) Miq. Obat Daun
(Kumis kucing)
18 Lauraceae Eusideroxylon zwageri T. & B. Papan Batang
(Borneo)
Persea americana P. Mill. Bahan Pangan Buah
(Alpukat) Obat Daun
Papan, Perlengkapan Batang
19 Liliaceae Aloe vera (L.) Webb Kosmetika Daun
(Lidah buaya)
No Familia Spesies Pemanfaatan Bagian yang
Dimanfaatkan
20 Magnoliaceae Michelia alba DC. Upacara adat, Ritual Bunga
(Cempaka)
21 Meliaceae Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Obat Buah
(Mahoni) Papan Batang
22 Moraceae Artocarpus integer (Thunb.) Merr. Bahan Pangan, Obat Buah
(Nangka)
23 Musaceae Musa brachycarpa Back. Bahan Pangan, Ritual Buah
(Pisang batu)
M. paradisiaca L. Bahan Pangan Buah
(Pisang) Perlengkapan Daun, Batang
Obat Batang
24 Myrtaceae Syzygium aqueum (Burm f) Bahan Pangan, Ritual Buah
Alston
(Jambu air) Perlengkapan Daun
Psidium guajava L. Obat Daun, Buah
(Jambu biji)
Ritual, Pangan Buah
Syzygium aromaticum (L.) Merr. Obat/kosmetika Buah
& Perry
(Cengkeh)
S. polyanthum (Wight) Walp. Obat, Bahan Pangan Daun
(Salam)
25 Myristicaceae Myristica fragrans Houtt. Bahan Pangan Buah
(Pala)
26 Nyctaginaceae Bougainvillea glabra Chois. Ritual, Upacara Adat Bunga
(Bunga kertas)
27 Nymphaeaceae Nymphaea rubra Roxb. Obat/kosmetika Bunga
(Teratai merah)
28 Oleaceae Jasminum sambac (L.) W. Ait. Upacara adat, Ritual Bunga
(Melati)
29 Orchidaceae Arachnis flos-aeris (L.) Rchb. f. Upacara adat Bunga
(Anggrek Kalajengking)
30 Oxalidaceae Averrhoa carambola L. Obat, Bahan Pangan Buah
(Belimbing)
31 Pandanaceae Pandanus amarylifolius Roxb. Bahan Pangan, Bahan Daun
(Pandan wangi) Pewarna
Pandanus furcatus Roxb. Perlengkapan Daun
(Cangkuang)
32 Piperaceae Piper betle L. Obat, Upacara Adat Daun
(Sirih)
33 Poaceae Schizostachyum latifolium Perlengkapan Batang
Gamble (Bambu suling)
B. vulgaris Schrad. Papan, perlengkapan Batang
(Bambu kuning)
Cymbopogon nardus (L.) Rendle Bahan Pangan Daun
(Sereh)
Gigantochloa apus (Bl. ex Papan Batang
Schult.f.) Kurz
(Bambu tali)
G. verticillata (Willd) Munro* Obat, Bahan Pangan, Papan, Batang,
(Bambu besar) Ritual Daun
Perlengkapan Batang,
Daun
No Familia Spesies Pemanfaatan Bagian yang
Dimanfaatkan
Imperata cylindrica (L.) Beauv. Obat Akar
(Alang-alang)
Oryza sativa L. * Bahan Pangan, Obat, Upacara Buah
(Padi) adat, Ritual
Saccharum officinarum L. Bahan Pangan, Ritual Batang
(Tebu)
Zea mays L. Bahan Pangan Buah
(Jagung)
34 Punicacea Punica granatum L. Bahan Pangan, Buah
(Delima) Ritual
35 Rosaceae Rosa Sp. Upacara adat, Bunga
(Mawar) Ritual
36 Rubiaceae Morinda citrifolia L. Obat Buah
(Mengkudu)
37 Rutaceae Citrus aurantifolia (Christm.&Panz.) Obat Buah
Swingle
(Jeruk nipis)
C. hystrix DC Bahan Pangan Buah
(Jeruk purut)
C. maxima (Burm. f.) Merr. Bahan Pangan Buah
(Jeruk bali)
Obat Daun
38 Sapindaceae Nephelium lappaceum L. Bahan pangan Buah
(Rambutan)
39 Sapotaceae Manilkara zapota (L.) van Royen Bahan Pangan Buah
(Sawo)
40 Solanaceae Capsicum annuum L. Bahan Pangan Buah
(Cabe merah)
Capsicum frutescens L. Bahan Pangan, Buah
(Cabe rawit) Ritual
Physalis peruviana L. Obat/kosmetika Buah
(Cecendet)
Solanum aculeatissimumJacq. Obat/kosmetika Buah
(Terong kori)
Solanum lycopersicum L. Bahan Pangan Buah
(Tomat)
Solanum nigrum L. Bahan Pangan, Buah
(Leunca) Obat
41 Sterculiaceae Theobroma cacao L. Obat Buah
(Coklat)
42 Zingiberaceae Curcuma domestica L. * Bahan Pewarna, Rimpang
(Kunyit) Upacara adat,
Bahan pangan,
Obat
Kaempferia galanga L. * Obat, Bahan Rimpang
(Kencur) pangan
Languas galanga L. Bahan Pangan Rimpang
(Lengkuas)
Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm. Bahan Pangan Bunga
(Kecombrang)
Zingiber officinale Roscc. * Bahan Pangan, Rimpang
(Jahe) Obat

Keterangan: *) Spesies tumbuhan yang banyak dimanfaatkan.


Adapun spesies yang paling banyak dan persatuan. Tidak mungkin sebatang
dimanfaatkan adalah Areca catechu, lidi mampu membersihkan sampah bila lidi
Arenga pinnata, Cocos nucifera., Carica itu tidak digabung dengan beberapa lidi
papaya, Sauropus androgynus, lainnya sehingga membentuk sebatang
Gigantochloa verticillata, Oryza sativa., sapu.
Curcuma domestica, Kaempferia galanga, Selain kelapa tumbuhan dari familia
dan Zingiber Officinale. Arecaceae yang sering dimanfaatkan
Cocos nucifera banyak adalah Arenga pinnata (aren/kawung).
dimanfaatkan oleh masyarakat adat Aren dimanfaatkan sebagai bahan
Kampung Pulo dalam kehidupan sehari- kosmetika, bahan papan, perlengkapan
hari. Karenanya tumbuhan ini banyak dan bahan upacara adat serta sebagai
memiliki manfaat mulai dari akar hingga bahan pangan. Sebagai bahan kosmetika,
daunnya. Misal sebagai obat, bahan aren dimanfaatkan untuk penghilang noda
pangan, papan, perlengkapan, dan juga hitam pada kulit. Bagian yang
sebagai bahan ritual. dimanfaatkan adalah daunnya, daun aren
Daging buah kelapa yang masih dibakar lalu diambil abu dari pembakaran
muda dapat digunakan sebagai penghalus yang berwarna putih, setelah itu abu yang
suara. Cara pemanfaatannya yaitu daging diperoleh dioleskan pada noda yang ingin
buah yang masih muda dibakar lalu dihilangkan.
dimakan. Selain sebagai obat, juga Nia (2009) menyatakan bahwa
dimanfaatkan sebagai bahan pangan. tangkai daun atau pelepah aren yang
Buah kelapa dapat dimakan secara dibakar (sarerang kawung) biasa
langsung ataupun diolah terlebih dahulu. digunakan untuk bahan kosmetik
Air buahnya dapat langsung dikonsumsi tradisional, yaitu untuk menghaluskan
sebagai pengganti ion tubuh. Hal ini kulit, menghilangkan jerawat, mengobati
sesuai dengan pendapat Fesya (2008)b penyakit cacar, dan luka bakar. Hasil
bahwa selain karbohidrat dan protein, air pembakaran pelepah aren berupa abu
kelapa juga mengandung unsur mikro berwarna keputih-putihan itulah yang
berupa mineral yang dibutuhkan tubuh. dinamakan sarerang kawung. Para wanita
Mineral tersebut antara lain kalium (K), Sunda zaman dulu konon menggunakan
natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium sarerang kawung sebagai bedak sehari-
(Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), hari agar kulitnya tetap halus dan
dan sulfur (S). Kandungan mineral dalam bercahaya.
air kelapa dibutuhkan sebagai pengganti Aren juga dimanfaatkan sebagai
ion tubuh. bahan papan atau perlengkapan, bagian
Kelapa juga dimanfaatkan sebagai yang dimanfaatkan adalah daunnya, yaitu
bahan papan dan perlengkapan oleh diambil tulang daun dan kemudian
masyarakat adat Kampung Pulo. Bagian digunakan sebagai sapu (gambar 3.13).
yang dimanfaatkan adalah batang, buah Tulang daun aren juga dimanfaatkan pada
dan daun. Batang kelapa dimanfaatkan upacara pernikahan yang disebut harupat.
sebagai bahan bangunan ataupun bahan Harupat dalam upacara pernikahan adat
pembuatan alat-alat rumah tangga. Sunda adalah lambang sifat lelaki yang
Bagian buah yang dimanfaatkan sebagai gampang patah, keras dan hitam. Sikap
perlengkapan adalah batok dan sering pemarah lelaki yang digambarkan dengan
digunakan sebagai bahan pembuatan alat nyala lidi harupat pada akhirnya harus
rumah tangga seperti gayung (gambar bertekuk dengan sikap lembut wanita. Api
3.9) dan centong (gambar 3.10). Selain dari lidi harupat menggambarkan sifat
batoknya, serabut kelapa juga sering amarah lelaki dan menjadi padam ketika
digunakan sebagai spons pencuci piring disiram dengan air yang melambangkan
atau sebagai bahan bakar. Sedangkan kelembutan seorang wanita. Sedangkan
daun kelapa sering dimanfaatkan sebagai sebagai bahan pangan, buah dari aren ini
alat pembungkus makanan tradisional. berupa kolang-kaling yang dapat
Tulang daunnya juga dimanfaatkan dikonsumsi.
sebagai sapu lidi (gambar 3.11). Sapu lidi
memiliki makna filosofis berupa kerjasama Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Bagian tumbuhan yang tumbuhan dimanfaatkan bagian
dimanfaatkan berbeda tergantung spesies batangnya. Sedangkan spesies tumbuhan
dan pemanfaatannya. Terdapat 45 yang dimanfaatkan bunganya sebanyak
spesies tumbuhan yang digunakan 11 spesies tumbuhan. Jumlah spesies
buahnya, baik sebagai bahan pangan, tumbuhan yang dimanfaatkan bagian
obat dan kosmetika. Selain itu 31 spesies umbi, rimpang dan akar hanya sedikit
tumbuhan dimanfaatkan daunnya yaitu yaitu sebagai bahan pangan dan obat.
sebagai bahan pangan, obat, papan, Jumlah spesies dan bagian tumbuhan
perlengkapan dan kosmetika. Batang yang dimanfaatkan dapat dilihat dari
tumbuhan dimanfaatkan sebagai bahan histogram (Gambar 3).
papan, perlengkapan dan obat, 17 spesies

45
40
35
30
Jumlah spesies

Buah
25 Daun
Batang
20
Bunga
15 Umbi
10 Rimpang
Akar
5 Buah
0
Bagian tumbuhan

Gambar 3. Histogram jumlah spesies dan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan


Fiigure 3. Species number and parts of plants used
Dari histogram diatas dapat pada jenis pemanfaatannya. Bagian
diketahui bahwa bagian tumbuhan yang tumbuhan yang sering dimanfaatkan
paling banyak dimanfaatkan secara secara berturut-turut adalah buah, daun,
berturut turut adalah bagian buah, daun, batang, bunga, umbi, rimpang dan akar.
batang, bunga, umbi, rimpang dan akar.
Daftar Pustaka
Simpulan Backer C. A. and B.V.D. Brink. 1963. Flora
of Java (Spermatophytes Only) Vol.
Keanekaragaman tumbuhan yang
I. Wolters-Noordhoff N. V. Goninger,
dimanfaatkan oleh masyarakat Adat
Netherlands.
Kampung Pulo yaitu sebanyak 93 spesies
tumbuhan yang termasuk ke dalam 42 Backer C. A. and B.V.D. Brink. 1965.
familia. Flora of Java (Spermatophytes
Masyarakat adat Kampung Pulo Only) Vol. II. Wolters-Noordhoff N.
memanfaatkan tumbuhan dalam berbagai V. Goninger, Netherlands.
macam seperti bahan pangan, papan, Backer C. A. and B.V.D. Brink. 1968. Flora
perlengkapan, obat, kosmetika, ritual, of Java (Spermatophytes Only) Vol.
bahan pewarna, dan upacara adat. III. Wolters-Noordhoff N. V.
Bagian tumbuhan yang Goninger, Netherlands.
dimanfaatkan oleh masyarakat Adat
Kampung Pulo berbeda-beda tergantung
Cotton. C. M. 1999. Ethnobotany: Nia. 2009. Manfaat Pohon Aren.
Principles and Application. John http://niahidayati.net/manfaat-pohon-
Wiley and Sons Ltd. England. aren.html#more-6. Diakses tanggal
20 Desember 2010.
Effendi, S. 1982. Ensklopedi Tumbuh-
Tumbuhan. Karya Anda. Surabaya. Pemerintah Kabupaten Garut. 2010.
b Gambaran Umum Desa Cangkuang.
Fesya. 2008 . Manfaat Air Kelapa.
Kantor Desa Cagkuang. Garut.
http://masenchipz.com/manfaat-air-
kelapa. Diakses tanggal 12 Purnama. 1995. Kaitan antara Kajian
Desember 2010. Etnobotani dengan Pelestarian
Sumber Daya Hayati Tumbuhan.
Hasan. 2009. Arif Muhamad: Kampung
Seminar dan Lokakarya Nasional
Pulo dan Karya Tulisnya (Sebuah
Etnobotani II. Yogyakarta.
Rihlah Historis Mengungkap Naskah
Kuno. Risanto, E. 2009. Uniknya Kampung Pulo
http://duniakatakata.wordpress.com/ Cangkuang.
2009/06/16/arif-muhammad- http://ekorisanto.blogspot.com/2009/
kampung-pulo-dan-karya-tulisnya- 07/uniknya-kampung-pulo
sebuah-rihlah-historis-mengungkap- cangkuang.html. Diakses tanggal 26
naskah-kuno/. Diakses tanggal 26 Januari 2011.
Januari 2011.
Saringendyanti, E. 2008. Pola Tata Ruang
Irwan, Z. D. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi. Situs Cangkuang, Leles, Garut:
Bumi Aksara. Jakarta. Kajian Keberlanjutan Budaya
Masyarakat Sunda. Hasil penelitian
Jain, S. K. 1989. Methods and
(tidak dipublikasikan) Fakultas
Approaches in Ethnobotany.
Sastra Universita Padjajaran.
Lucknow: Society of Ethnobotanists.
Bandung.
Lande, M. L. Suratman, U. Bambang, I
Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat
dan Joko, G. 2008. Pemetaan dan
Tradisional dengan Pertimbangan
Potensi Ekonomi Tanaman Obat di
Manfaat dan Keamanannya.
Desa Sumber Agung Gunung
Majalah Ilmu Kefarmasian.
Betung Tahura Wan Abdul
Rachman. Prosiding Seminar Setyowati, F M dan Wardah. 2007.
Nasional Sains dan Teknologi-II Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Universitas Lampung. Masyarakat Talang Mamak di
http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202 Sekitar Taman Nasional Bukit
009/SATEK%202008/VERSI%20PD Tigapuluh, Riau. Biodiversitas.
F/bidang%203/15.pdf. Diakses
Sukarman dan S. Riswan. 1992. Status
tanggal 24 Mei 2010.
Pengetahuan Etnobotani di
Marliana, I. 2008. Profil Peninggalan Indonesia. Prosiding Seminar dan
Sejarah dan Purbakala di Lokakarya Nasional Etnobotani.
Kabupaten Garut. Dinas Pariwisata Cisarua, Bogor.
dan Kebudayaan Kabupaten Garut.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi
Garut.
Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah
Munawar, Z. 2002. Cagar Budaya Candi Mada University Press, Yogyakarta.
Cangkuang dan Sekitarnya. Dinas
Yuniarti, T. 2008. Ensiklopedi Tanaman
Pariwisata dan Kebudayaan
Obat Tradisional. Med Press,
Kabupaten Garut. Garut.
Yogyakarta.
Nasution, R.E. 1992. Prosiding Seminar
dan Lokakarya Nasional Etnobotani.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI-LIPI. Perpustakaan
Nasional RI. Jakarta.

You might also like