Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

OPEN ACCESS

E-ISSN : 2549-6581
DOI: 10.21776/ub.JOIM.2019.003.03.2

Artikel Hasil Penelitian


Diterima : 2 Juli 2018
Direview : 16 Oktober 2019
Dimuat : Desember 2019 – Maret 2020

Pengaruh Riwayat Pemakaian Popok dan Metode Toilet


Training terhadap Keberhasilan Toilet Training pada Anak
Balita Usia 18-48 Bulan di Malang
Cindy Irmayanti 1*), Endang Sri Wahyuni2, Mustika Dewi3
1*)
Program Studi S1 Kebidanan, Email: cindyirmayanti1@gmail.com: Fakultas Kedokteran,
Universitas Brawijaya, Telp: +6289613153631
2
Laboratorium Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya,
Email: endang_sw46@yahoo.com
3
Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya,
Email: mustikadewi.eka@gmail.com

ABSTRACT
Toilet training is the challenging stages of development that all children are required to
successfully complete it to achieve independence and self-esteem. In the last few
decades, there has been a trend of late success on toilet training accompanied by a
change in diapering habit, which today tends to be more disposable diaper than cloth
diaper. In addition, toilet training method (parent oriented, child oriented and
combination of the two) is a training provided by parents also have an important aspect
in the success of toilet training. The research aim to know the effect of history of the
diaper usage and toilet training method to the success of toilet training in children aged
18-48 months in five Maternal and Child Health Center (Posyandu) Malang 2017. The
research used analytic observational with case-control approach by using chi square
and logistic regression test. The number of selected samples is 70 based on cluster
random sampling technique. The result is a history of diaper usage on the success of
toilet training (p = 0,003), as well as toilet training method (p = 0,003). In logistic
regression, the results of cloth diaper users have a tendency to reach toilet training
success of 4.6 times than disposable diaper users and who use parent oriented
methods tend to achieve successful toilet training of 5.6 times than those using child
oriented methods. The research conclude that there is a significant effect of the history
of diaper usage and toilet training method on the success of toilet training.
Key words: toilet training, disposable diaper, cloth diaper, toilet training method

ABSTRAK

Toilet training adalah salah satu tahap perkembangan yang menantang pada awal
kehidupan anak, yang semua anak diharuskan dapat berhasil menyelesaikannya untuk
mencapai kemandirian dan penghargaan diri. Beberapa dekade terakhir, terjadi tren
keterlambatan keberhasilan toilet training yang disertai dengan perubahan kebiasaan
pemakaian popok yang saat ini cenderung lebih banyak pemakaian popok sekali pakai
daripada popok kain. Oleh karena itu, pemakaian popok diduga menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan toilet training. Selain itu, metode toilet
training merupakan pelatihan yang diberikan oleh orang tua juga berperan penting

68
69 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

dalam keberhasilan toilet training. Metode toilet training yang paling sering digunakan
saat ini yaitu parent oriented, child oriented dan kombinasi antara keduanya. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh riwayat pemakaian popok dan metode
toilet training terhadap keberhasilan toilet training pada anak balita usia 18-48 bulan di
lima Posyandu Kota Malang Tahun 2017. Desain penelitian ini adalah observasional
analitik dengan pendekatan case-control dengan menggunakan uji chi square dan
regresi logistik. Jumlah sampel terpilih adalah 70 berdasarkan teknik cluster random
sampling. Hasilnya adalah riwayat pemakaian popok berpengaruh terhadap
keberhasilan toilet training (p = 0,003), begitu pula dengan metode toilet training (p =
0,003). Pada regresi logistik, didapatkan hasil pemakai popok kain memiliki
kecenderungan mencapai keberhasilan toilet training sebesar 4,6 kali daripada
pemakai popok sekali pakai dan yang menggunakan metode parent oriented
cenderung mencapai keberhasilan toilet training sebesar 5,6 kali daripada yang
menggunakan metode child oriented. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat
pengaruh yang bermakna dari riwayat pemakaian popok dan metode toilet training
terhadap keberhasilan toilet training.
Kata Kunci: toilet training, popok sekali pakai, popok kain, metode toilet training
*Korespondensi: Cindy Irmayanti. Surel: cindyirmayanti1@gmail.com
PENDAHULUAN menunggu kesiapan anak dan
dilakukan tanpa memaksa serta
Toilet training adalah salah tidak adanya peraturan yang mutlak
satu tahap perkembangan yang sedangkan parent-oriented
menantang pada kehidupan awal approach adalah metode
anak dan salah satu tugas yang pembelajaran toilet training yang
semua anak diharuskan dapat intensif dan terstruktur yang ditandai
berhasil menyelesaikannya untuk dengan adanya jadwal yang teratur.
memenuhi tuntutan masyarakat Sampai saat ini belum terdapat data
berdasarkan nilai dan norma yang yang menjelaskan metode yang
berlaku, serta untuk mencapai paling efektif dalam mencapai
kemandirian dan penghargaan diri keberhasilan toilet training [3].
[1]
. Toilet training dapat dimulai pada Menurut sebuah jurnal
usia anak 18-24 bulan. Pelaksanaan penelitian, disebutkan bahwa
toilet training harus disesuaikan beberapa dekade terakhir terjadi
dengan kematangan perkembangan keterlambatan keberhasilan toilet
anak karena toilet training training di negara-negara
membutuhkan persiapan dari berkembang [2]. Tren keterlambatan
berbagai aspek mulai dari fisik aitu keberhasilan toilet training tersebut
motorik, kognitif dan mental [2]. disertai dengan perubahan
Keberhasilan toilet training kebiasaan pemakaian popok
dipengaruhi oleh beberapa faktor, (diapering habits) yang saat ini
salah satunya adalah metode yang cenderung lebih banyak pemakaian
digunakan oleh pengasuh untuk popok sekali pakai (disposable
melakukan toilet training. Metode diapers) dengan daya serap yang
yang dideskripsikan beberapa tinggi (disposable absorbent
dekade terakhir ini ada dua yaitu diapers) daripada popok kain (cloth
child-oriented approach dan parent- diaper) [1].
oriented approach. Child-oriented Penggunaan popok sekali
approach adalah pendekatan toilet pakai (disposable diaper)
training yang dimulai dengan berhubungan dengan keterlambatan
70 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

pengenalan dan respon terhadap pemakai popok sekali pakai


sensasi penuh kandung kemih [4]. (disposable diaper) belum berhasil
Anak tidak menyadari bahwa telah dalam toilet training pada usia 3-3,5
buang air pada popoknya karena tahun.
daya serap yang tinggi pada popok Keterlambatan keberhasilan
sekali pakai (disposable diaper) toilet training pada anak
sehingga popoknya tetap kering. Hal menyebabkan keterlambatan kontrol
tersebut menyebabkan anak sulit buang air. Beberapa dampak akibat
mengontrol buang air kecil secara keterlambatan kontrol buang air
sadar yang akan berdampak pada adalah meningkatkan prevalensi
keberhasilan toilet training [5]. gangguan fungsi eliminasi, infeksi
Penggunaan popok kain (cloth saluran kemih, enuresis
diaper) semakin jarang ditemukan (mengompol), konstipasi, menolak
pada beberapa dekade terakhir ini. toileting, encorepsis (gangguan
Dalam hasil studi pendahuluan di kontrol buang air besar) dan
Posyandu RW 2 Kelurahan Lawang gangguan kepercayaan diri [2].
didapatkan data hanya 20% ibu Tujuan dari penelitan ini
yang memakaikan popok kain (cloth adalah untuk mengetahui pengaruh
diaper) tali kepada anaknya dan riwayat pemakaian popok dan
hanya sampai usia ≤5 bulan metode toilet training terhadap
kemudian dilanjutkan pemakaian keberhasilan toilet training pada
popok sekali pakai (disposable anak balita usia 18 bulan sampai 4
diaper) serta 30% anak belum tahun di Kota Malang tahun 2017.
berhasil toilet training pada usia 38-
43 bulan. Hal tersebut menunjukkan METODE PENELITIAN
bahwa pemakaian popok kain (cloth Rancangan/Desain Penelitian
diaper) semakin tergeser oleh popok
sekali pakai (disposable diaper) dan Desain penelitian ini adalah
terjadi keterlambatan keberhasilan penelitian observasional analitik
toilet training. yang menggunakan pendekatan
Popok kain (cloth diaper) harus case-control. Pembagian kelompok
lebih sering diganti karena daya didasarkan atas ada atau tidaknya
serap yang tidak sebaik popok efek/disease, dalam penelitian ini
sekali pakai (disposable diaper). Hal kelompok kasus adalah kelompok
tersebut menyebabkan anak dapat yang belum mencapai keberhasilan
lebih peka dan mengembangkan toilet training sedangkan kelompok
rasa tidak nyaman akibat popok kontrol adalah kelompok yang telah
yang basah sehingga lebih mudah mencapai keberhasilan toilet
diajarkan toilet training [6]. Studi training.
pendahuluan anak usia 2-4 tahun di Sumber Data
Kota Malang menunjukkan bahwa
10% balita merupakan pemakai Sumber data primer yaitu
popok kain (cloth diaper) dan telah karakteristik responden, riwayat
berhasil dalam toilet training dan pemakaian popok, penggunaan
sisanya (90%) merupakan pemakai metode toilet training dan
popok sekali pakai (disposable keberhasilan toilet training
diaper). Sebanyak 67% dari ditanyakan langsung oleh peneliti
71 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

(wawancara) berdasarkan kuisioner data melalui Komunitas Popok Kain


yang telah disediakan. Data di akun media sosial. Dengan teknik
sekunder meliputi gangguan total sampling, terdapat 10 ibu
perkembangan, disabilitas terpilih yang sesuai kriteria dan
intelektual dan catatan kesehatan bersedia berpartisipasi dalam
selama kelahiran dan posyandu penelitian.
didapatkan dari Buku KIA Selanjutnya peneliti mendata
(Kesehatan Ibu dan Anak). alamat dari 10 ibu tersebut untuk
mengetahui variasi tempat
Sasaran Penelitian tinggalnya (kelurahan). Selanjutnya
(Populasi/Sampel/Subjek dilakukan teknik cluster random
Penelitian) sampling. Berdasarkan pendataan
Populasi penelitian adalah Ibu alamat, ditemukan terdapat 7
atau bapak atau pengasuh beserta macam kelurahan tempat tinggal
dengan anak balita nya yang ibu-ibu tersebut.
berusia 18-48 bulan yang Kemudian dipilih 5 kelurahan
berdomisili di kelurahan-kelurahan secara acak. Dari 5 kelurahan
tempat tinggal pemakai popok kain tersebut, peneliti memilih satu RW
(cloth diaper) di Kota Malang tahun dari masing-masing kelurahan.
2017. Dengan demikian, peneliti
Dalam penelitian ini, skala melakukan pengambilan data di 5
variabel independen dan dependen posyandu yang berbeda.
adalah nominal sehingga Sampel yang dimaksud harus
menggunakan rumus sampel untuk memiliki kriteria sebagai berikut :
penelitian analitis kategorik yang
disebutkan oleh Dahlan [7] yang Kriteria inklusi :
menghasilkan jumlah sampel a. Ibu yang mengasuh balita yang
minimal adalah 62. berusia 18 bulan sampai 4
Dikarenakan perbandingan tahun selama 75% dari usia
pengguna popok kain (cloth diaper) anak atau ibu tersebut yang
dan popok sekali pakai (disposable melakukan pelatihan toileting
diaper) yang disebutkan dalam dan mengetahui riwayat
berita adalah 1:9 dan juga demikian pemakaian popok anaknya.
berdasarkan studi pendahuluan b. Bersedia menjadi responden
maka pengguna popok kain (cloth penelitian dan menandatangani
diaper) tidak dapat ditemukan lembar inform consent.
dengan mudah. Oleh karena itu, c. Ibu dan anak dalam kondisi
peneliti hanya akan menggunakan sehat saat penelitian.
tempat tinggal pengguna popok kain d. Ibu dapat membaca dan
(cloth diaper) sebagai acuan untuk menulis.
mempermudah menemukan sampel e. Ibu masih memiliki buku KIA
sesuai kriteria. atau catatan riwayat kesehatan
Pengambilan sampel dimulai anaknya.
dengan mendata ibu-ibu yang Kriteria eksklusi :
memakaikan popok kain (cloth a. Ibu yang memiliki balita dengan
diaper) pada anaknya yang tinggal gangguan perkembangan.
di Kota Malang. Peneliti mencari
72 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

b. Ibu yang memiliki balita dengan digunakan untuk menganalisis


disabilitas intelektual. karakteristik responden secara
c. Ibu yang memiliki balita dengan deskriptif. Analisis bivariat untuk
kelainan sistem perkemihan dan mengetahui pengaruh riwayat
pencernaan. pemakaian popok dan pengaruh
metode toilet training terhadap
Pengembangan Instrumen dan keberhasilan toilet training serta
Teknik Pengumpulan Data menggunakan Chi Square Test
Berikut adalah instrumen yang dengan tingkat kemaknaan 95% dan
digunakan peneliti untuk dikatakan bermakna jika nilai
mengumpulkan data: p<0,05. Setelah diketahui hasil
a. Buku KIA untuk mengetahui analisis bivariat, dilakukan analisis
riwayat kesehatan balita. multivariat dengan menggunakan
b. Kuisioner untuk mengetahui logistic regression test untuk
karakteristik sampel, riwayat mengetahui pengaruh kedua
pemakaian popok, metode toilet variabel bebas tersebut secara
training dan keberhasilan toilet bersama-sama terhadap
training. keberhasilan toilet training. Selain
Teknik Analisis Data itu, juga dapat diketahui nilai odds
ratio.
Data penelitan akan
dianalisis menggunakan SPSS for
Windows 16.0. Analisis univariat
HASIL PENELITIAN
Uji Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik N % d. >30-36 1 1,4
1. Usia Anak (bulan) e. Belum saat
a. 18-24 12 15 penelitian
b. >24-30 15 22 4. Keberhasilan Toilet
c. >30-36 14 21 Training 40 57,1
d. >36-42 9 13 a. Belum 30 42,9
e. >42-48 20 29 behasil
2. Usia Mulai Pelatihan b. Berhasil
BAB (bulan) 11 8,5 5. Riwayat Pemakaian
a. <18 15 21,4 Popok 56 80
b. 18-<24 34 48,5 a. Popok 14 20
c. 24-30 6 8,5 Sekali Pakai
d. >30-36 4 6 b. Popok Kain
e. Belum saat 6. Metode Toilet
penelitian Training 24 34,3
3. Usia Mulai Pelatihan a. Child 25 35,7
BAK (bulan) 10 14,3 oriented 21 30
a. <18 20 28,6 b. Parent
b. 18-<24 35 50 oriented
c. 24-30 4 5,7 c. Mix
73 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

Pada tabel 1 dapat diketahui sekali pakai jauh lebih banyak


bahwa jumlah anak yang belum daripada yang memakai popok kain
berhasil toilet training lebih banyak yaitu sebesar 80%. Metode toilet
daripada yang telah berhasil yaitu training yang paling sering
sebesar 57,1% dan anak balita yang diterapkan orang tua atau pengasuh
memiliki riwayat pemakaian popok adalah metode parent oriented yaitu
sebesar 35,7%.

Uji Bivariat
Tabel 2. Tabel Silang Pengaruh Riwayat Pemakaian Popok terhadap
Keberhasilan Toilet Training
Keberhasilan Toilet training
Belum Berhasil Total p
Berhasil
Popok Sekali 37 19 56 0,003
Riwayat Pakai 66,1% 33,9% 100%
Pemakaian Popok Kain 3 11 14
Popok 21,4% 78,6% 100%
40 30 70
Total 57,1% 42,9% 100%
Sumber : Data Penelitian Primer, 2017

Pada tabel 2 menunjukkan popok kain yang hanya sebesar


bahwa capaian keberhasilan toilet 21,4%. Hasil tersebut dianalisis
training lebih besar pada kelompok menggunakan chi square test dan
anak balita yang menggunakan menunjukkan nilai signifikansi
popok kain yaitu sebesar 78,6% p=0,003 (<0,05) sehingga dapat
daripada anak balita yang diinterpretasikan bahwa dalam
menggunakan popok sekali pakai penelitian ini terdapat pengaruh
yang hanya sebesar 33,9%. Namun yang bermakna dari riwayat
sebaliknya, persentase anak balita pemakaian popok terhadap
yang belum berhasil toilet training keberhasilan toilet training pada
lebih besar pada kelompok popok anak balita usia 18–48 bulan Kota
sekali pakai yaitu sebesar 66,1% Malang.
dibandingkan dengan kelompok
74 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

Tabel 3. Tabel Silang Pengaruh Metode Toilet Training terhadap


Keberhasilan Toilet Training
Keberhasilan Toilet training
Belum Berhasil Total p
Berhasil
19 5 24 0,003
Metode Child oriented 79,2% 20,8% 100%
Toilet Parent oriented 8 17 25
training 32,0% 68,0% 100%
13 8 21
Mix 61,9% 38,1% 100%
40 30 70
Total 57,1% 42,9% 100%
Sumber : Data Penelitian Primer, 2017
Pada tabel 3 menunjukkan Berdasarkan hasil analisis chi
bahwa capaian keberhasilan toilet square test menunjukkan nilai
training terbesar adalah pada signifikansi p (0,003) <0,05
kelompok yang menggunakan sehingga dapat disimpulkan H1
metode parent oriented yaitu diterima yang dapat
sebesar 68,0%, kemudian metode diinterpretasikan bahwa dalam
campuran antara parent oriented penelitian ini terdapat pengaruh
dan child oriented (mix) sebesar yang bermakna dari metode toilet
38,1% sedangkan persentase training terhadap variabel
terkecil adalah metode child dependen.
oriented yaitu sebesar 20,8%.
Uji Multivariat
Tabel 4. Analisis Regresi Logistik Pengaruh Riwayat Pemakaian Popok
dan Metode Toilet Training terhadap Keberhasilan Toilet training

Variabel B Sig Exp(B)* IK95%(1)


Min Maks
Popok 1.530 0.041 4.619 1.061 20.112
Metode TT(2) 0.035
Metode TT(1)(3) 1.732 0.012 5.651 1.467 21.787
Metode TT(2)(4) 0.628 0.370 1.874 0.475 7.390
Keterangan :
*Exp(B) : odds ratio Sumber : Data Penelitian Primer, 2017
(1)
IK : interval kepercayaan
TT : toilet training
TT(1) : metode parent oriented dibandingkan dengan metode child oriented
TT(2) : metode mix dibandingkan dengan metode child oriented
75 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

Dari analisis multivariat tersebut kain memiliki kecenderungan untuk


didapatkan hasil bahwa riwayat mencapai keberhasilan toilet training
pemakaian popok dan metode toilet sebesar 4,619 kali daripada anak
training secara bersama-sama balita yang memakai popok sekali
mempengaruhi keberhasilan toilet pakai. Hasil analisis pada metode
training. Pada tabel 4 didapatkan toilet training sehingga dapat
nilai signifikan untuk variabel riwayat diinterpretasikan bahwa anak balita
pemakaian popok 0,041 dan metode yang dilatih menggunakan metode
toilet training 0,035 karena parent oriented memiliki
keduanya memiliki nilai signifikan kecenderungan untuk mencapai
<0,05 maka variabel riwayat keberhasilan toilet training 5,651 kali
pemakaian popok dan metode toilet daripada anak balita yang dilatih
training signifikan mempengaruhi menggunakan metode child oriented
keberhasilan toilet training. sedangkan metode mix tidak
Kekuatan pengaruh dari kedua berbeda kecenderungannya dengan
variabel bebas dapat dilihat dari nilai metode child oriented dalam
OR (odds ratio). Berdasarkan tabel mempengaruhi keberhasilan toilet
4 dapat diinterpretasikan bahwa training karena nilai p>0,05 (0,37).
anak balita yang memakai popok
PEMBAHASAN sejalan dengan penelitian ini dimana
usia rata-rata dimulainya pelatihan
Perubahan tren keberhasilan BAB dan BAK pada anak adalah
toilet training yang terjadi beberapa usia 22 bulan.
dekade terakhir dapat dipengaruhi Beberapa temuan dari
oleh faktor murahnya harga diaper penelitian Homman et al. [9] di Iran
dan kurangnya ketersediaan waktu antara lain orang tua percaya bahwa
bagi orang tua atau pengasuh usia yang tepat untuk lepas dari
dalam melatih toileting anak- diaper adalah kurang dari 12 bulan
anaknya [8]. (21%), 12-24 bulan (70,2%) dan
Dalam penelitian ini, usia rata- lebih dari 24 bulan (8,8%). Hal
rata anak adalah 34,7 bulan tersebut tidak jauh berbeda dengan
sedangkan usia rata-rata hasil penelitian ini yaitu mayoritas
keberhasilan toilet training pada orang tua atau pengasuh memulai
penelitian ini adalah 36,6 bulan. pelatihan BAB dan BAK secara
Usia keberhasilan tersebut lebih mandiri pada usia 24-30 bulan
panjang daripada pada penelitian (48,5%;50%).
Homman et al. [9] yang menyatakan
25 bulan dan pergi ke toilet secara Pengaruh Riwayat Pemakaian
mandiri pada usia 31 bulan. Popok terhadap Keberhasilan
Usia anak saat dimulainya Toilet Training
toilet training saat ini mengalami Secara umum, popok
kemunduran, dimana sekitar 30 dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
tahun yang lalu anak memulai toilet popok sekali pakai (disposable
training sebelum mencapai usia 18 diaper) dan popok kain
bulan sedangkan saat ini usia rata- (cloth/reusable diaper). Popok sekali
rata anak memulai toilet training pakai memiliki produk absorbent
adalah 21-36 bulan [10]. Hal tersebut yang dapat menyerap dan menahan
76 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

cairan dalam rentang waktu tertentu keberhasilan toilet training. Hal


sehingga anak dapat terhindar dari tersebut semakin dikuatkan dengan
kontak langsung dengan kotorannya hasil analisis multivariat yang
dan membuat anak aman, nyaman menunjukkan anak balita yang
dan bebas iritasi [11]. memiliki riwayat pemakaian popok
Popok sekali pakai terdiri dari kain memiliki kecenderungan untuk
3 lapisan yaitu lapisan pertama atau mencapai keberhasilan toilet training
lapisan atas (top layer) yang terbuat sebesar 4,6 kali daripada anak
dari material polymer yaitu balita yang memakai popok sekali
polypropylene berfungsi untuk pakai.
penampungan awal cairan yang Penelitian Nunen et al. [1]
akan dilanjutkan ke bagian lapisan mendukung hasil tersebut yang
inti dan untuk mencegah kulit bayi menyatakan bahwa dua penyebab
agar tidak basah. Lapisan kedua utama keterlambatan keberhasilan
adalah lapisan inti (diaper core toilet training adalah kurangnya
layer) yang mengandung bubur waktu orang tua untuk melatih
kertas yang terbuat dari material buang air (39%) dan pemakaian
cellulose dan super absorbent popok sekali pakai (disposable
polymer atau Sodium Polyacrylate diaper) (36,4%). Dalam penelitian
(SAP) untuk menyerap dan Thaman et al. (2014) disebutkan
menahan cairan. Lapisan bawah bahwa bayi-bayi yang memakai
(bottom layer) yang terbuat dari popok kain (cloth diaper) lebih cepat
polyethylene untuk mencegah lepas popok dibandingkan dengan
terjadinya kebocoran cairan karena bayi-bayi yang memakai popok
lapisan ini tahan air. Sejak tahun sekali pakai (disposable diaper).
2011, berat dari popok sekali pakai Berdasarkan penelitian yang
menjadi lebih ringan yaitu dari 64,2 dilakukan oleh Koc et al. [13] usia
gram menjadi 36,3 gram [11]. inisiasi toilet training yang lebih
Meskipun terdapat berbagai jenis cepat pada anak-anak pengguna
merk dagang popok sekali pakai, popok kain dipengaruhi oleh
secara umum komposisinya adalah kecenderungan ibu yang
sama [12]. menggunakan popok kain (cloth
Jenis popok kedua yaitu popok diaper) merasa terbebani karena
kain adalah popok yang dapat harus mencuci popok kembali
digunakan kembali setelah dicuci. sehingga mereka cenderung
Bahan dasar dari popok kain dapat memulai toilet training pada usia
berupa kain katun, namun saat ini yang lebih muda. Hal tersebut juga
popok kain juga dibuat dengan kain didukung dengan penelitian oleh
microfilament seperti microfleece Thaman et al. [6] yang menyatakan
dan microfiber. Berat rata-rata frekuensi penggantian popok lebih
popok kain adalah 139,3 gram [11]. sering terjadi pada pemakaian
Berdasarkan hasil penelitian popok kain (cloth diaper) daripada
ini, menunjukkan bahwa popok popok sekali pakai. Hal tersebut
sekali pakai memiliki pengaruh kemungkinan berhubungan dengan
negatif terhadap keberhasilan toilet daya serap popok kain yang tidak
training sedangkan popok kain sebagus popok sekali pakai.
memiliki pengaruh positif terhadap
77 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

Popok sekali pakai (disposable terakhir ini yaitu parent oriented dan
diaper) memiliki 3 langkah child oriented [15].
penyerapan agar anak terbebas dari Pada penelitian ini, metode
kebasahan yaitu menampung urine parent oriented merupakan metode
secepatnya (catching urine), yang paling banyak digunakan
kemudian menyerapnya dengan orang tua atau pengasuh yaitu
kekuatan gel superabsorbent sebesar 35,7%. Hasil tersebut
(absorption urine), dan mengunci didukung oleh penelitian yang
cairan secara efisien dengan dilakukan di Iran oleh Homman et al.
[9]
mengubah urine yang terserap yang menunjukkan bahwa
menjadi gel yang tidak dapat keluar sebesar 3,4% orang tua tidak
kembali dari lapisan dalam (unable memiliki metode toilet training
re-exit) sehingga menghindarkan tertentu, 52,1% menggunakan
kulit anak dari kebasahan bahkan metode parent-structure oriented
saat popok tertekan oleh tubuh anak dan 44,4% menggunakan metode
(locking away) [14]. child oriented.
Daya serap yang tinggi pada Pada penelitian tentang
popok sekali pakai (disposable metode Brazelton child oriented
diaper) membuat anak tidak menunjukkan bahwa metode parent
menyadari dan tetap nyaman oriented memberikan manfaat untuk
setelah buang air pada popoknya menghindari disfungsi eliminasi.
karena popoknya tetap kering. Hal Metode ini juga terbukti berhasil
tersebut menyebabkan anak diterapkan di Belanda dengan usia
menjadi terbiasa dan terlambat anak 3-7 bulan. Namun demikian,
mengenal cara mengontrol buang keberhasilan metode ini bergantung
air secara sadar. Berbeda dengan pada cara orang tua menerapkan
popok kain yang memiliki metode toilet training. Belum
keterbatasan daya serap dan tidak terdapat penelitian yang
secara sempurna mengunci cairan membandingkan keefektifan antara
dikarenakan tidak terdapat gel metode child oriented dan parent
sehingga lebih mungkin anak untuk oriented [8].
mengembangkan sensitifitasnya Akan tetapi, metode toilet
terhadap kebasahan yang akan training yang merupakan bentuk
membantu anak dalam proses toilet pelatihan toileting yang diberikan
training. pengasuh terbukti mempengaruhi
keberhasilan toilet training. Semakin
Pengaruh Metode Toilet Training baik pelatihan yang diberikan maka
terhadap Keberhasilan Toilet semakin tinggi tingkat keberhasilan
Training toilet training (p = 0.002; OR=
Beberapa metode toilet 1.288). Meskipun pada penelitian
training telah disebutkan dalam tersebut tidak membandingkan
jurnal-jurnal internasional, namun metode toilet training secara
pengaruh dan keefektifannya dalam langsung[16].
keberhasilan toilet training masih
belum dijelaskan. Terdapat 2
metode yang dinyatakan paling
populer dalam beberapa dekade
78 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

SIMPULAN Quantitative Study to Identify


Berdasarkan hasil penelitian The Beliefs and Attitudes Of
dan analisis data serta kajian Parents Concerning TT.
Journal of Child and Health
pustaka yang telah dilakukan dapat
Care, 2015, 19 (2): 265-274.
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik pemakaian popok 2. Mota D.M. and Barros A.J.D,
sekali pakai (disposable Toilet Training: Situation at 2
diaper) dan popok kain (cloth Years of Age in A Birth
diaper) pada anak balita 18-48 Cohort. Journal de Pediatria,
bulan di Kota Malang tahun 2008, 84(5):455-462.
2017 adalah 80% dan 20%. 3. Vermandel A, Kampen M,
2. Karakteristik metode toilet Gorp C and Wyndaele J.J.,
training yang diterapkan orang How to Toilet Train Healthy
tua atau pengasuh pada Children? A Review of the
penelitian sebanyak 34,3% Literature. Neurology and
menggunakan metode child Urodynamics Wiley
oriented, 35,7% menggunakan InterScience, 2008, 27:162–
metode parent oriented dan 166.
30% menggunakan kombinasi
antara metode child oriented 4. Soetjiningsih, 2013. Tumbuh
dan parent oriented (mix). Kembang Anak Edisi 2, EGC,
3. Lebih banyak anak balita yang Jakarta.
belum berhasil dalam toilet
5. Vermandel A, Weyler J,
training yaitu sebesar 57,1%
daripada yang telah berhasil Wachter S.D. and Wyndaele
J.J., Toilet Training of Healthy
toilet training yaitu 42,9%.
4. Terdapat pengaruh negatif Young Toddlers: A
Randomized Trial Between a
riwayat pemakaian popok
sekali pakai (disposable Daytime Wetting Alarm and
Timed Potty Training. Journal
diaper) terhadap keberhasilan
toilet training. Development Behaviour
5. Terdapat pengaruh positif Pediatric, 2008, 29:191-196.
riwayat pemakaian popok kain 6. Thaman L.A. and Eichenfield
(cloth diaper) terhadap L.F., Diapering Habits:A
keberhasilan toilet training Global Perspective. Pediatric
6. Terdapat pengaruh metode Dermatology, 2014, 31:15-18.
toilet training terhadap
keberhasilan toilet training 7. Dahlan M.S., 2013. Besar
pada sampel yang diteliti. Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan, Salemba Medika,
1. Nunen K., Kaerts N., Jakarta.
Wyndaele J.J., Vermandel A., 8. Wu, Hsi-Yang. Can
and Hal G.V., Parents’ Views Evidence-Based Medicine
on Toilet Training (TT): A Change Toilet-Training
79 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 3 No. 3 Bulan Desember 2019 – Maret 2020, Halaman 68-79

Practice? Arab Journal of Groups. Child:Journal


Urology , 2013, 11:13–18. Compilation Blackwell, 2008.
9. Homman, N., Safaii, A., 14. Erasala, G.N., Romain, C,
Valavi, E., and Amini- dan Merlay, I., Diaper Area
Alavijeh, Z., Toilet Training in and Disposable Diapers. Curr
Iranian Children: A Cross- Probl Dermatol. Basel,
Sectional Study. Iran J Karger, 2011, 40:83–89.
Pediatric 2013, 23 (2): 154-
15. Russel, Kelly., Among
158.
healthy children, what toilet-
10. Kaerts N., Hal G.V., training strategy is most
Vermandel A., and Wyndaele effective and prevents fewer
J.J., Readiness Signs Used adverse events (stool
to Define the Proper Moment withholding and dysfunctional
to Start Toilet Training: A voiding)? Part A: Evidence-
Review of the Literature. based answer and summary.
Neurourology and Evidence for clinicians
Urodynamics Wiley Paediatr Child Health, 2008,
Periodocals, 2012, 31:437- 13:3
440.
16. Santoso, Ravinta L.C.P.,
11. Frency S.F. Ng , Ratnawati, Linda dan Mastuti,
Subramanian Senthilkannan Ni Luh Putu Herli. 2016.
Muthu , Yi Li and Patrick C.L. Faktor-Faktor yang
Hui., A Critical Review on Life Mempengaruhi Keberhasilan
Cycle Assessment Studies of Toilet Training di TK
Diapers. Institute of Textiles Kecamatan Turen Kabupaten
and Clothing, The Hong Kong Malang. Tugas Akhir. Tidak
Polytechnic University, Hung diterbitkan, Fakultas
Hom, Kowloon, Hong Kong, Kedokteran Universitas
China, 2013. Brawijaya, Malang.
12. Kosemund K., Schlatter H.,
Ochsenhirt J.L., Krause E.L.,
Marsman D.S., and Erasala
G.N., Safety evaluation of
superabsorbent baby diapers.
Regulatory Toxicology and
Pharmacology Elsevier,
2008, 53:81-89.
13. Koc I., Camurdan A.D.,
Beyazova U., Ilhan M.N., and
Shahin F., Toilet training in
Turkey: The Factors That
Affect Timing And Duration In
Different Sociocultural

You might also like