®@@@
SIARAN PERS
PERNYATAAN SIKAP TERHADAP RUU KESEHATAN (OMNIBUS LAW)
Assalammu’alaikum Wr Wb, Salam Sejahtera, Salam Sehat Selalu
Kesehatan merupakan hak setiap warga negara menjadi hak universal di dalam
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) tahun 1948 dan hak yang dilindungi serta
diamanahkan oleh Konstitusi Negara UUD RI tahun 1945 Pasal 28H ayat (1) “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Jaminan hak
warga negara atas kesehatan diamanahkan kepada Negara sebagaimana tercantum dalam
UUD RI tahun 1945 pasal Pasal 34 ayat (3) “Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”. Negara dalam hal
ini pemerintah menjadi aktor utama dalam menjalankan tanggung jawab ini. Namun dalam
perubahan paradigma government menjadi governance, maka pemerintah memerlukan
aktor lain yaitu pemangku kebijakan lainnya (stakeholders) dan masyarakat. Dalam konsep
governance menitikberatkan pada perimbangan peran-peran stakeholders dalam lahirnya
kebijakan-kebijakan publik. Situasi pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran dan
peringatan kepada semua pihak bahwa permasalahan kesehatan tidak bisa diselesaikan
sendiri oleh pemerintah, kolaborasi dan sinergisitas semua pemangku kesehatan harus
dikedepankan untuk memperbaiki sistem kesehatan saat ini dan di masa depan.
Sehubungan dengan penetapan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas
oleh DPR RI dimana salah satu Rancangan Undang-Undang (RUU) yang menjadi agenda
pembahasan adalah RUU Kesehatan (Omnibus Law), kami organisasi kesehatan yang
telah diakui dan menjalankan fungsi serta peran berdasarkan amanah di beberapa Undang-
Undang Jex specialis bidang kesehatan (a1 UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, UU No.36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, UU No.38 tahun 2014
tentang Keperawatan, UU No.4 tahun 2019 tentang Kebidanan) serta organisasi yang
mewakili lembaga konsumen kesehatan menyatakan sikap sebagai berikut1
Kebijakan kesehatan harus mengedepankan jaminan hak kesehatan terhadap
masyarakat. Dalam menjamin praktik dari tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya,
harus dipastikan kompetensi dan kewenangannya agar keselamatan pasien dapat tetap
dijaga. Keberadaan organisasi profesi beserta seluruh perangkatnya yang memiliki
kewenangan dalam menetapkan kompetensi profesi kesehatan, seharusnya tetap
dilibatkan oleh pemerintah dalam merekomendasikan praktik keprofesian di suatu
wilayah.
Hal paling urgent yang saat ini harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki sistem
kesehatan yang secara komprehensif berawal dari pendidikan hingga ke pelayanan
Sekian banyak tantangan seperti persoalan penyakit-penyakit yang belum tuntas diatasi
(mis. TBC, gizi buruk, kematian ibu-anak/KIA, penyakit-penyakit triple burden yang
memerlukan pembiayaan besar), pembiayaan kesehatan melalui sistem JKN, dan
pengelolaan data kesehatan di era kemajuan teknologi serta rentannya kejahatan siber,
haruslah dihadapi dengan melibatkan stakeholder dan masyarakat
Pada 2016 WHO menerbitkan dokumen Global Strategy on Human Resources for
Health Workforce 2030 sebagai acuan bagi pembuat kebijakan negara-negara anggota
dalam merumuskan kebijakan tenaga Kesehatan. Pemangku kepentingan yang
dimaksud dalam dokumen ini bukan hanya pemerintah, tetapi juga pemberi kerja,
asosiasi profesi, institusi pendidikan, hingga masyarakat sipil. Hal ini sejalan dengan
prinsip governance, dimana pemerintah melibatkan secara aktif pemangku kebijakan
lain. lsu pemerataan dan kesejahteraan tenaga kesehatan haruslah menjadi prioritas
‘saat ini,
Dari data yang kami peroleh di halaman DPR RI (Link website
httes://www. dpr.go .id/dokakd/dokumen/BALEG-SK-PROLEGNAS-RUU-PRIORITAS-
TAHUN-2022-1642658467.pdf) dan sesuai dengan lampiran Surat Keputusan DPR RI
No.8/DPR RI/II/2021-2022 bahwa RUU Kesehatan (Omnibus Law) tidak ada dalam
daftar tersebut. RUU ini baru termuat dalam berita “Baleg DPR Bahas Daftar Usulan
Prioritas Prolegnas Prioritas 2023" pada tanggal 29 Agustus 2022 (Link berita
Ih r.go.id/berita/de leg DPR+Bahas+Daftar+Usulan+Prol
gnas+Prioritas+2023) yang merupakan RUU usulan DPR. Lalu kami mendapatkan
informasi RUU ini telah ditetapkan oleh Baleg DPR dalam daftar Prolegnas Prioritas
tahun 2022 (Link _ berita 8: hukumonline.com/berita/a/melihat-daftar-roleqnas-prioritas-2022-perubahan-It632af956cd2a7) pada tanggal 21 September
2022. Tertulis bahwa RUU ini dalam Prolegnas Perubahan Ketiga Tahun 2020-2024
tertulis RUU tentang Sistem Kesehatan Nasional. Dalam penelusuran kami RUU Sistem
Kesehatan Nasional diusulkan pada 17 Desember 2019 (informasi dari halaman DPR:
RI pt www.dpr.go. i detail/id/319P), namun terkait draft Naskah Akademik
maupun RUUnya belum pernah kami dapati.
5. Demi mengedepankan kepentingan masyarakat dan keselamatan pasien yang lebih
luas, kami bersepakat dalam pembahasan RUU Kesehatan (Omnibus Law) tidak
menghapuskan UU yang mengatur tentang Profesi kesehatan yang sudah ada dan
mendorong penguatan UU Profesi Kesehatan lainnya dan mendesak agar Pemerintah
maupun DPR lebih aktif melibatkan organisasi profesi kesehatan dan unsur masyarakat
lainnya dalam memperbaiki sistem kesehatan untuk masa depan Indonesia yang lebih
sehat atas dasar pertimbangan dibawah in!
a. Pengaturan Omnibus/aw harus mengacu pada kepentingan masyarakat
b. Penataan dibidang kesehatan agar tidak mengubah yang sudah berjalan dengan
baik
c. Mengaharapkan adanya partisipasi yang bermakna dalam penyusunan Omnibus law
di bidang Kesehatan.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga Tuhan YME selalu memberikan kesehatan
dan kebijaksanaan kepada kita semuan. Aamiin,
Jakarta, 26 September 2022
Yang bertanda tangan,
Ketua Umum PB.
Ketua Umum PB PDGI
se