Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED


LEARNING ) BERBANTU MEDIA FLASH CARD FUN THINKERS
TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA KELAS II SDN TLOGOSARI KULON 04

Ainurrozaq1
1
Universitas PGRI Semarang

Abstract
The basic problem of this research is the low level of mathematic problem
solving for second grade of SD Negeri Tlogosari Kulon 04. It occurs since less
learning stimulates students to gain knowledge. The formulation of the problem in
this research is "Is the learning model of PBL (problem based learning) assisted by
flash card fun thinkers media against problem solving ability for second grade
students of SDN Tlogosari Kulon 04 Semarang city academic year 2016/2017" ?.
The purpose of this research is about knowing the effectiveness of learning model of
PBL assisted by flash card fun thinkers media against problem solving ability for
second grade students of SDN Tlogosari Kulon 04 Semarang City Academic Year
2016/2017.
The research type is a quasi experiment with research design using pre
experimental in one group pretest posttest design. Analysis of baseline data and final
data use the normality test. For examining the hypothesis in this study uses the
analysis of problem solving ability and problem solving appeal test. Population in
this research is second grade of SD Negeri Tlogosari Kulon 04. Used sampling is
purposive sampling by taking second grade as sample of research. Research data
obtained from observation, documentation, and test.
Based on the tests are done by the students, in this research obtained the
average pretest 61.4, on the other hand, posttest 78.3. Based on the data analysis, the
result of t test is obtained tcount = 2,487, then with dk = 32 at 5% significance level
obtained ttable value = 1,695, thitung> ttabeld thus Ho rejected and Ha accepted. As
a result, the average math problem solving skills of second grade students of SD
Negeri Tlogosari Kulon 04 reached completeness of 70. In the appeal test of problem
solving ability obtained tcount = 3,353, then with dk = 32 at 5% significance level
obtained ttable = 2,030, then tcount > Ttable thus Ho is rejected and Hi accepted
which indicate that the posttest value of math problem solving ability of students
using PBL learning model assisted flash card fun thinkers better than pretest value
using conventional model.

1297
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Abstrak
Permasalaan yang mendasari penelitian ini adalah rendahnya kemempuan
pemecahan masalah matemati kelas II SD Negeri Tlogosari Kulon 04. Hal tersebut
disebabkan pembelajaran kurang merangsang siswa untuk memperoleh pengetahuan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
PBL(problem based learning) berbantu media flash card fun thinkers efektif
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas II SD Negeri
Tlogosari Kulon 04 Pelajaran 2016/2017”?. Tujuan penelitian adalah mengetahui
keefektifan model pembelajaran PBL berbantu media flash card fun thinkers terhadap
kemempuan pemecahan masalah matematika kelas II SD Negeri Tlogosari Kulon 04
Kota Semarang Tahun Ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain penelitian
menggunakan pre eksperimental dengan one group pretest posttest design. Analisis
data awal dan data akhir menggunakan uji normalitas. Untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan analisis uji kemampuan pemecahan masalah dan uji
banding kemempuan pemecahan masalah. Populasi dalam penelitian adalah kelas II
SD Negeri Tlogosari Kulon 04. Sampling yang digunakan adalah purposive sampling
dengan mengambil kelas II sebagai sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dari
observasi, dokumentasi, dan tes.
Berdasarkan tes yang dikerjakan siswa, dalam penelitian ini diperoleh rata-
rata pretest 61,4 sedangkan posttest 78,3. Berdasarkan analisa data diperoleh hasil
pada uji t didapatkan thitung = 2,487, kemudian dengan dk = 32 pada taraf signifikansi
5% diperoleh nilai ttabel = 1,695, maka thitung > ttabeldengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas II
SD Negeri Tlogosari Kulon 04 mencapai ketuntasan sebesar 70. Pada uji banding
kemampuan pemecahan masalah didapatkan thitung = 3,353, kemudian dengan dk = 32
pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel = 2,030, maka thitung > ttabel dengan
demikian Ho ditolak dan Hi diterima yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan model
pembelajaran PBL berbantu media flash card fun thinkers lebih baik dari nilai Pretest
yang menggunakan model konvensiaonal.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan peranan penting bagi kehidupan manusia. Kualitas


sumber daya manusia suatu bangsa dapat ditinjau dari pendidikan. Apabila
pendidikan suatu bangsa baik maka kualitas sumber daya manusia bangsa tersebut
baik. Sebaliknya, apabila pendidikan suatu bangsa belum baik maka kualitas sumber
daya manusia
tersebut belum baik. Maka dari itu, pemerintah Indonesia menyelenggarakan
pendidikan formal dengan mendirikan sekolah-sekolah formal untuk

1298
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang


bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian
sumber daya manusia bangsa Indonesia terarah pada kualitas sumber daya manusia
yang baik.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 dalam Soegeng
(2015: 55) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Proses pembelajaran yang baik disekolah tidak lepas dari peran guru, dimana
guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Belajar efektif ini
diperlukan perencanaan yang matang agar dalam proses pembelajaran mendapatkan
hasil yang maksimal. Pembelajaran yang efektif ini dapat dilakukan dengan
kemampuan guru dalam menggunakan metode, model, teknik maupun media
pembelajaran.
Kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang efektif salah
satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang
baik yaitu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran sehingga siswa mampu dan paham akan apa yang disampaikan
oleh guru. Namun saat ini banyak guru yang belum menggunakan model
pemebelajaran tetapi guru hanya menggunakan metode pembelajaran, Salah satunya
adalah metode pembelajaran ceramah.
Menurut Majid (2013: 194) metode pembelajaran ceramah merupakan metode
yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru. Hal ini selain disebabkan oleh
beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun
siswa. Guru biasanya kurang merasa puas jika dalam proses pengolahan pembelajaran
tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar jika ada
guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah sehingga timbul persepsi
jika ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar, sedangkan tidak ada guru
yang berceramah berarti tidak belajar. Metode pembelajaran ceramah ini bersifat
membosankan karena siwa hanya mendengar apa yang disampaikann guru tanpa
siswa ikut serta dalam kegiatan proses pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki peran penting dalam proses kegiatan
pembelajaran karena model pembelajran akan meningkatkan minat siswa dalam
proses kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yaitu Problem Based
Learning (PBL). Dimana pada model ini merupakan suatu proses pembelajaran yang
dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan di dunia
nyata secara terstuktur. Lebih lanjut Ngalimun (2014: 93), menyatakan bahwa PBL
juga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inspirasi siswa
dalam berkerja, memotivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam berkerja kelompok sehingga siswa diharapkan mampu
menyelesaikan masalah sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

1299
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Yanti rahmawati dkk (2013) dimana peningkatan Berfikir Kritis IPA Siswa Kelas V
SD yang ditinjukkan dengan adanya peningkatan berfikir kritis IPA pada siklus I,II
dan III. Presentase peningkatan model PBL pada siklus I adalah 78,3% pada siklus II
82% dan pada siklus III 93,25%. Persentase peningkatan berfikir kritis siswa pada
siklus I adalah 76,54% pada siklus II 82,55% dan pada siklus III 92,75%.
Berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBL
dapat meningkatkan berfikir kritis IPA kelas V dibuktikan dengan penerapan langkah
PBL pada siklus III yang mencapai persentase 87,6% mampu meningkatkan berfikir
kritis IPA sebesar 92,75%. Penggunaan model pembelajaran misalnya PBL sangatlah
diperlukan dalam pembelajaran, tetapi penggunaaan model PBL dalam pembelajaran
lebih efisien apabila dibantu dengan menggunakan media pembelajaran.
Media ini berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang secara harfiah berarti
„tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟ (Arsyad, 2014: 3). Lebih lanjut Gerlach dan
Ely (1971) dalam (Cecep Kustandi, 2011: 7) juga mengatakan bahwa media adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Media pembelajaran ini
merupakan suatu upaya guru menciptakan situasi proses kegiatan pembelajaran yang
efektif. Salah satu media pembelajaran yaitu media flash card fund thinkers dimana
media ini merupakan pengembangan madia flash card yang dikembangakan menjadi
media yang menarik dan mampu memenuhi kebutuhan dari siswa, media flash card
fun thinkers merupakan pengembangan media yang dikembangkan pada skripsi oleh
Imah Saroh pada tahun 2015/2016. Media ini diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman siswa dalam memecahakan masalah khususnya masalah dalam
matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dan selalu
diajarkan pada bidang pendidikan baik pendidikan dasar maupun pendidikan
menengah. Pelajaran matematika di SD memuat tentang materi dasar matematika
misalnya operasi hitung. Operasi hitung meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian. Materi dasar harus dikuasai oleh seorang siswa jika ingin
melanjutkan ke jenjang berikutnya (Depdiknas, 2007: 4), beberapa tujuan
mempelajari matematika antara lain agar siswa memiliki kemampuan memahami
konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan
masalah, serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
sikap ulet dan percaya diri dalam menyelesaikan pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui
melalui soal-soal. Dengan adanya soal-soal matematika tersebut, dapat dilihat
langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Berdasarkan hasil ulangan harian matematika terdapat tujuh belas siswa yang
memiliki nilai dibawah KKM. Sementara itu data dari PISA (Programme for
International Student Assessment) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa literasi
matematika siswa Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara yang ikut
berpartisipasi. Berada dalam peringkat ke-64 menunjukkan bahwa matematika di

1300
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Indonesia dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi siswa. Penalaran yang
cukup dan kemampuan mengingat yang baik dibutuhkan dalam belajar materi
matematika. Oleh karena itu matematika dianggap hanya dapat dipelajari oleh siswa
dengan kemampuan intelegensi tinggi yang dapat menguasainya. Sehingga
kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika di SD tersebut
masih rendah. Akan tetapi kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika ini sangat penting.
Untuk itu guru berperan penting dalam setiap kegiatan pembelajaran yaitu
memuulai menyiapkan model pembelajaran dan media yang digunakan pada
pembelajaran tersebut. Sehingga kemampuan pemecahan masalah pada siswa SD
meningkat dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan pemaparan permasalahan
yang telah disampaikan, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian eksperimen
dengan judul “ Keefektifan pembelajaran model PBL (problem based learning )
berbantu media flash card fun thinkers terhadap pemecahan masalah matematika
siswa kelas II SDN Tlogosari Kulon 04 ”

METODE PENELITIAN
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Tlogosari Kulon 04
yang berlokasi di Kelurahan Tlogosari, Kota Semarang. Populasi dalam penelitian
ini yaitu semua siswa kelas II SD Negeri Tlogosari kulon 04 Kota Semarang dengan
jumlah 33 siswa maka sempel penelitian adalah siswa Kelas II SD Negeri Tlogosari
Kulon 04 sebanyak 33 siswa yaitu 19 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Desain pada penelitian eksperimen ini peneliti menggunakan Pre-
Experimental Design dengan bentuk One Group Pretest Posttest Design. Bentuk
desain penelitian ini memberikan tes awal terlebih dahulu kepada sampel penelitian
sebelum diberi perlakuan. Kemudian melakukan tes akhir setelah diberi perlakuan.
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Gambaran desain ini
sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Nilai tes awal (sebelum menggunakan model dan media).
O2 = Nilai tes akhir (setelah menggunakan model dan media).

Sugiyono (2015: 207) mengemukakan “Dalam penelitian kuantitatif, analisis


data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul”. Sugiyono (2015: 207) melanjutkan “Kegiatan dalam analisis data adalah:
Mengelompokkan data berdasarkan data dari seluruh responden, mentabulasi data
berdasarkan berdasakan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

1301
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan


atau kesahihan suatu instrumen” Arikunto, (2015: 211). Perhitungan validitas
menggunakan rumus product moment, setelah rxy didapatkan kemudian
dikonsultasikan dengan rtabel yang didapat harga kritis r product moment dengan N=
33 untuk taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0,344 yang berarti valid. Kemudian
hasil dari 5 butir soal didapat 5 soal yang valid
Reliabilitas bagi sebuah instrumen merupakan taraf kepercayaan suatu
instrumen untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Instrumen yang dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Hasil yang diperoleh r11 = 0,64195. Pada α = 5% dengan n = 33
diperoleh tabel = 0,344, karena r11 > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut reliabel.
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal essay sebagai alat untuk
mengumpulkan data. Arikunto (2015: 222) menyatakan “soal yang baik adalah soal
yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Berdasarkan analisis data terdapat
5 soal berkategori mudah. Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Berdasarkan analisis data terdapat 4 soal berkategori baik
sekali, 1 soal berkategori baik.
Pada uji prasyarat analisis pengujian data dilakukan sebelum perlakuan dan
setelah perlakuan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas ini digunakan
untuk mengetahui apakah data hasil pretest dan posttest siswa berasal dari kelas yang
berdistribusi normal atau tidak.
Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui sampel berdistribusi normal
atau tidak, dilakukan menggunakan uji lilliefors.
Uji kemampun pemecahan masalah digunakan untuk megetahui keefektifan
pembelajaran dengan menggunakan kriteria ketuntasan belajar siswa baik nilai
pretest maupun nilai posttest.
Rumus yang digunakan dalam uji ketuntasan belajar adalah rumus uji banding
satu sampel (one sampel t test).
Uji banding kemampuan pemecahan masalah digunakan untuk
membandingkan kemampuan pemecahan masalah nilai pretest sebelum mendapat
perlakuan dengan nilai posttest yang telah mendapat perlakuan dan menggunakan
model problem based learning berbantu media flash card fun thinkers.
Rumus yang digunakan dalam uji ketuntasan belajar adalah rumus uji banding
satu sampel (two sampel t test).
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Matematika
Interval Frekuensi Persentase
10 – 24 3 9,1%
25 – 39 1 3%

1302
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

40 – 54 9 27,3%
55 – 69 3 9.1%
70 – 84 14 42,4%
85 – 99 2 6,1%
100 – 114 1 3%
Jumlah 33 100%

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Matematika
Interval Frekuensi Persentase
20 – 32 1 3%
33 – 45 2 6,1%
46 – 58 0 0%
59 – 71 7 21,2%
72– 81 10 30,2%
85 – 94 6 18,2%
95 – 107 7 21,3 %
Jumlah 33 100%

Tabel. 3
Data Hasil Pretest dan Posttest Matematika
Keterangan Pretest Posttest

Nilai terendah 10 20

Nilai tertinggi 100 100

Rata-rata 61,4 78,3

Simpangan Baku 22,5 18,4

Siswa tuntas 17 28

Tabel 4
Uji Normalitas Awal

Hasil
N L0 Ltabel Kesimpulan
Tes

Awal 33 0,1328 0,154233 Berdistribusi


normal

1303
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Tabel 5
Uji Normalitas Akhir
Hasil
N L0 Ltabel Kesimpulan
Tes

Awal 33 0,1446 0,154233 Berdistribusi


normal

PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan tujuan untuk
mengetahui keefektifan model pembelajarab PBL berbantu media Flash card fun
thinkers terhadap pemecahan masalah matematika siswa Kelas II SD Negeri
Tlogosari Kulon 04 Tahun Ajaran 2016/2017. Model pembelajaran PBL berbantu
media flash card fun thinkers merupakan model berbasis masalah dan memberi
pengalaman langsung bagi siswa sedangkan media flash card fun thinkers
merupakan media yang dapat menampilkan gambar (foto) sehingga siswa dapat
menghitung jumplah gambar yang berada dalam foto. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 33 siswa.
Trianto (2013: 51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam totarial. Salah satunya adalah model pembelajaran PBL. PBL (
Problem Based learning ) adalah model pembelajaran yang berbasis masalah yang
melibatkan lingkungan belajar untuk mendapatkan pembelajaran yang inovatiaf
(Ngalimun, 2014: 131) PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa sementara itu media menurut
Arsyad (2014: 3) mengemukakan bahwa “kata media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar”. Sehingga media adalah
perantara untuk menyampaikan sesuatu. Dalam pembelajaran media digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran. salah satunya media flash card fun thinkers
merupakan media yang berupa buku yang terdapat kuis, dimana kuis tersebut
disesuaikan dengan materi. Materi .flash card fun thinkers dibentuk berupa kuis-kuis
dengan level bertingkat dari mudah ke sukar sehingga siswa harus menemukan
jawaban yang sesuai dengan kuis yang ada dalam media pembelajaran tersebut yang
dilengkapi flash card bergambar ( Saroh: 2016).
Peneliti menggunakan rancangan penelitian pre eksperimental dengan jenis one
group pretest posttest design. Dalam desain ini subyek dikenakan perlakuan dengan
dua kali pengukuran, penilaian yang pertama dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran model PBL berbantu media flash card fun thinkers diberikan (pretest)
dan penilaian kedua dilakukan setelah kegiatan pembelajaran model PBL berbantu
media flash card fun thinkers kepada subyek penelitian (posttest).

1304
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Model pembelajaran PBL ( problem based learning ) berbantu Media flash card
fun thinkrs terhadap kemempuan pemecahan masalah matematika siswa kelas II SD
Negeri Tlogosari Kulon 04. Hal tersebut berdasarkan hasil dari analisis data, yaitu
data tes yang digunakan adalah dalam bentuk pretest dan posttest. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest siswa ialah 61,364. Simpangan baku dalam
pretest adalah 22,5095 sedangkan varians = 506,678 diperoleh Lo sebesar 0,1328
kemudian dikonsultasikan dengan Ltabel sebesar 0,154233. Karena L0 < Ltabel maka Ho
diterima bahwa sampel berasal dari data yang berdistribusi normal. Setelah itu
peneliti melakukan perlakuan kepada siswa dengan melaksanakan pembelajaran
menggunakan model PBL berbantu media flash card fun thinkers selama tiga kali
pertemuan, diperoleh hasil nilai rata-rata posttest ialah 78,333 Simpangan baku dalam
posttest adalah 18,4842 sedangkan varians = 341,666 diperoleh Lo sebesar 0,1446
kemudian dikonsultasikan dengan Ltabel sebesar 0,1542333. Karena L0 < Ltabel maka
Ho diterima bahwa sampel berasal dari data yang berdistribusi normal.
Dari data pretest dan posttest dilakukan uji kemampuan pemecahan masalah
untuk mengetahui perbedaan hasil kemampuan pemecahan masalah metematika
siswa kelas II SD Negeri Tlogosari Kulon 04. Dalam perhitungan pada lampiran
dapat diketahui Rata-rata nilai yang diperoleh siswa ialah 78,3. Nilai yang
dihipotesiskan (µ) mata pelajaran matematika adalah 70. Simpangan baku ialah
18,484. Sedangkan jumlah anggota sampel penelitian adalah 33 siswa. Berdasarkan
data tersebut, maka t hitung dapat diketahui dengan uraian seperti pada lampiran
.Berdasarkan perhitungan didapat nilai thitung = 2.487. Sedangkan ttabel didapatkan
dengan menggunakan rumus derajat kebebasan yaitu N– 1 = 33 – 1 = 32 kemudian
pada taraf signifikansi 5% untuk uji satu pihak diperoleh ttabel = 1.695. Dengan
demikian thitung> ttabel, maka H0 ditolak. Sehingga Ha diterima yang menunjukkan
bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas II mencapai
ketuntasan sebesar 70. Selanjutnya menghitung perbandingan kemampuan
pemecahan masalah sebelum dan sesudah diberi perlajuan dengan menggunakan uji
banding kemampuan pemecahan masalah matematika. Dari rata-rata nilai pretest
yang diperoleh siswa ialah 61,3 dan nilai posttest ialah 78.3. pada mata pelajaran
Matematika. Simpangan baku nilai pretest ialah 22,5095 dan pada nilai posttest ialah
18,4842. Sedangkan jumlah anggota sampel penelitian adalah 33 siswa. Berdasarkan
data tersebut, maka t hitung dapat diketahui dengan uraian seperti pada lampiran.
Selanjutnya menghuitung perbandingan kemampun pemecahan masalah
matematika siswa nilai pretest dengan nilai posttest menggunakan uji t dua sempel.
Berdasarkan perhitungan didapat nilai thitung = 3,353 Sedangkan ttabel didapatkan
dengan menggunakan rumus derajat kebebasan yaitu N-1 = 33 – 1 = 32 kemudian
pada taraf signifikansi 5% untuk uji dua pihak diperoleh ttabel = 2,030. Dengan
demikian thitung> ttabel, maka H0 ditolak. Sehingga Hi diterima yang menunjukkan
bahwa nilai posttest kemempuan pemecahan masalah matematika siswa yang
menggunakan model PBL (problem based learning) berbantu media flash card fun
thinkers lebih baik dari nilai pretest yang menggunakan model konvensional.

1305
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Dari hasil pengamatan selama penelitian siswa lebih perhatian dan aktif dalam
mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model PBL berbantu
media flash card fun thinkers. Dimana siswa mampu mengidentifikasi permasalan
sendiri dengan memahami permasalahan yang diberikan, siswa mampu menangkap
permasalahan yang diberikan dengan siswa merencanakan permasalahan dengan
mencoba, memecahkan masalah atau siswa megambil solusi dan mengevaluasi hasil
dari pekerjaanya. Hal ini menunjukkan pengguanaan model PBL berbantu media
flash card fun thinkers efektif menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa selama di kelas.
Kelebihan dan kekurangan model dan media dalam penelitian ini model PBL
adalah model pembelajaran berbasis masalah sehingga siswa tertarik dalam mengikuti
pembelajaran karena merupakan pengalaman sehari-hari sedangkan media flash card
fun thinkers media ini berbentuk buku dan didesain semenarik mungkin sehingga
memudahkan siswa dalam memecahkan suatu maslah matematika. Kekurangan
model PBL ini yaitu guru harus menguasai materi dan pandai membuat soal cerita
sedangkan media flash card fun thinkers pembuatan media membutuhkan waktu yang
lama dan membutuhkan banyak biaya.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian didapatkan hasil
bahwa penggunaan model pembelajaran PBL berbantu media flash card fun thinkers
efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas II SDN
Tlogosari Kulon 04 Kota Semarang. Hal ini sesuai hasil perhitungan uji kemampuan
pemecahan masalah didapatkan thitung = 2,487 dan ttabel = 1,695 maka thitung > ttabel
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang menyatakan rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas II mencapai ketuntasan sebesar 70.
Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata pretest 61,4 sedangkan posttest 78,3.
Berdasarkan hasil display data, uji t dan uji ketuntasan di atas maka dapat
disimpulkan model pembelajaran PBL berbantu flash card fun thinkers efektif
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas II SDN Tlogosari Kulon 04
Tahun Ajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan ada perbedaan yang signifikan antara
kemampuan pemasalah siswa yang dicapai pada pretest dengan hasil belajar siswa
yang dicapai pada posttest . Hal ini juga diperkuiat dengan uji banding kemampuan
pemecahan masalah, berdasarkan perhitungan didapatkan thitung = 3,303 dan ttabel =
2,030 maka thitung > ttabel dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa pada menggunakan
model problem based learning berbantu media flash card fun thinkers lebih baik dari
pada tidak menggunakan model problem based learning berbantu media flash card
fun thinkers.

SARAN

1306
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat memberikan saran sebagai


berikut:
1. Bagi sekolah, perlu menyediakan sarana dan prasarana yang baik dalam upaya
memberikan pelayanan belajar di sekolah dengan baik agar kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan lancar dan nyaman.
2. Diharapkan guru dapat memanfaatkan model yang baik dan media dengan
tujuan agar siswa dapat aktif dan semangat dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidika. Jakarta: Reka Cipta

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Kustandi, Cecep dan Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Majid, Abdul. 2013. Stretegi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Ngalimun. 2014.Strategi dan Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Rakhmawati, dkk. (2012). Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) dalam
Peningkatan Berpikir Kritis IPA Siswa Kelas V SD. Kebumen: jurnal
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/view/3546/2484.
pukul 20.06 WIB

Saroh, Imah. 2016. Skiripsi berjudul “PENGEMBANGAN MEDIA FLASH CARD


FUN THINKERS TEMATIK SEBAGAI PENDUKUNG PEMBELAJARAN
SAINTIFIKPADA SISWA KELAS II SD N KARANGTEMPEL”. Semarang:
UPGRIS

Soegeng, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: IKIP PGRI Semarang
Press.

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Transito

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfaeta.

. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatid, kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

1307
Seminar Nasional PGSD 2017 tema "Menyiapkan Generasi Unggul Melalui Pembelajaran Bermakna"

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdayakarya

Trianto.2013.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Bumi Aksara

1308

You might also like