Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.

5, September 2019

Pengaruh Model Discovery Learninng Terhadap Kemampuan


Literasi Sains Peserta Didik

Wulan Aprilia Utami *, Rini Rita T. Marpaung*, Berti Yolida


Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Univeritas Lampung, Jl. Prof. Dr.
Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandarlampung
*e-mail: wulanutami29@gmail.com, Telp.: +6289631308668

Received:29 June, 2019 Accepted: July 11, 2019 Online published: September 1, 2019

Abstract: The Effect Of Discovery Learning Model On Students Science Literation


Ability In The Ecosystem Match Material. The purpose of this study was to
determine the effect of Discovery Learning Models On Students Science Literacy
skills on VII grade students of SMP Negeri 35 Bandar Lampung in "Ecosystems”
topic. The samples were students of class VII A and VII C which were selected from
the population by random cluster sampling technique. The study used pretest-posttest
questions and student response sheets. The design used was nonequivalent pretest-
posttest control group design. Data were analyzed by the Independent Sample t-Test
using the SPSS 17.0 program. The results of students' responses on Discovery
learning model had a significant effect on scientific literacy skills with a significance
value of 0.00 (p <0.05). The results of the students' responses on ecosystem learning
with the Discovery Learning model have an average percentage 81,9 %.

Keywords: discovery learning, ecosystem, science literacy ability

Abstrak: Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan


Literasi Sains Peserta Didik Pada Materi Pokok Ekosistem. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan pengaruh model discovery learning terhadap
kemampuan Literasi Sains peserta didik kelas VII semester genap SMP Negeri 35
Bandar Lampung pada pembelajaran IPA Biologi materi “Ekosistem”. Sampel
penelitian adalah kelas VII A dan VII C yang dipilih dari populasi dengan teknik
cluster random sampling. Desain yang digunakan yaitu non-equivalent pretest-
posttest control group design. Data dianalisis secara statistik dengan uji
Independent Sample t-Test menggunakan bantuan program SPSS 17.0. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery learning
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan literasi sains dengan nilai
signifikansi 0,00 (p < 0,05). Hasil analisis tanggapan peserta didik terhadap
pembelajaran ekosistem dengan model discovery learning memiliki persentase
rata-rata 81,9 %.

Kata Kunci : discovery learning, ekosistem, kemampuan literasi sains

77
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu berdasarkan karakteristik sosial budaya
proses pengembangan potensi dan dan harus cakap untuk mengembangkan
pembangunan karakter setiap peserta kontek pembelajaran (untuk kehidupan
didik sebagai hasil dari sinergi antara peserta didik) secara signifikan agar
pendidikan yang berlangsung disekolah, peserta didik dapat bersaing di
keluarga dan masyarakat. Proses tersebut masyarakat secara terintegrasi. Literasi
memberikan kesempatan kepada peserta sains memberikan kontribusi yang
didik untuk dapat mengembangkan konkrit pada pembentukan life skills
potensi mereka menjadi kemampuan (Wasis, 2013).
yang semakin lama semakin meningkat Berdasarkan hasil studi PISA, skor
dalam sikap (spiritual dan sosial), dan peringkat yang dicapai peserta didik
pengetahuan, dan keterampilan yang Indonesia dari tahun 2000, 2003, 2006,
diperlukan dirinya untuk hidup dan 2009, dan 2012 berturut-turut adalah
untuk bermasyarakat, berbangsa, serta sebesar 393, 395, 393, 383, dan 382
berkontribusi pada kesejahteraan hidup dengan rata-rata skor secara umum untuk
umat manusia. (Kemendikbud Nomor keseluruhan negara dalah 500 dan
103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran peringkatnya berturut-turut 38 dari 41,
Dikdas dan Dikmen). 38 dari 40, 53 dari 57, 57 dari 65, dan 64
Pembelajaran IPA Biologi dari 65 negara (OECD,2013). Rata-rata
memerlukan strategi yang tepat dan kemampuan sains peserta didik
bermakna. Hal ini dikarenakan Indonesia masih pada tahap mengenali
penggunaan strategi pembelajaran IPA sejumlah fakta dasar, tetapi mereka
yang tepat akan meningkatkan dan belum mampu untuk dapat
memaksmimalkan hasil belajar peserta mengkomunikasikan dan mengaitkan
didik. Menurut Sabilu (2008: 3) strategi kemampuan itu dengan berbagai topik
pembelajaran IPA pada hakekatnya tidak sains, apalagi menerapkan konsep-
sama dengan ilmu pengetahuam lainnya. konsep yang kompleks dan abstrak
Strategi pembelajaran IPA secara umum (Hayat dan Yusuf, 2010).
diarahkan agar peserta didik dapat Berdasarkan hasil studi
“menemukan” sendiri ilmu dan akhirnya pendahuluan pada SMPN 35 Bandar
akan dapat menerapkannya di kehidupan Lampung yang dilaksanakan dengan
sehari-hari. Selanjutnya menurut cara wawancara dengan pendidik IPA
Kristiani (2009: 61) bahwa IPA sebagai yang mengajar dikelas VII diperoleh
bagian dari sains merupakan hasil bahwa pada SMPN 35 Bandar
pengetahuan yang diperoleh melalui Lampung masih belum sepenuhnya
tahapan yang sistematis atau yang menerapkan literasi sains karna peserta
dikenal dengan metode ilmiah. Dengan didik secara tidak langsung baru
demikian pembelajaran pembelajaran dikenalkan literasi sains sehingga
IPA merupakan salah satu strategi kemampuan literasi sains peserta didik
pembelajaran yang tepat untuk pada sekolah ini masih terbilang rendah.
memberdayakan kemampuan literasi Hal ini dapat terlihat berdasarkan tugas-
sains peserta didik di samping strategi tugas yang diberikan oleh pendidik
pembelajaran lain. sudah mulai dikaitkan dengan kehidupan
Dragos dan Mih (2015: 167–172) sehari-hari, sehingga dengan adanya
menyatakan pendidik IPA harus tugas tersebut perserta didik secara
mendukung program latihan untuk perlahan mulai terarah untuk
membentuk literasi sains peserta didik menerapkan pengetahuan yang dimiliki

78
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

pada kehidupan sehari-hari meskipun peserta didik dilatih untuk menemukan


strategi yang digunakan pendidik masih konsep langsung melalui
belum sepenuhnya diterapkan oleh pengalamannya sehingga beberapa
peserta didik. indikator literasi sains dapat dilatihkan.
Pendapat yang dikemukakan oleh Berdasarkan pada masalah yang
pendidik tentang pencapaian literasi telah diuraikan, dan mengingat
sains peserta didik di sekolah tersebut pentingnya kemampuan literasi sains
oleh peneliti, pendidik kurang maka perlu dilakukan penelitian untuk
memahami arti literasi sains sehingga untuk menentukan pengaruh model
proses pembelajaran IPA selama ini discovery learning terhadap kemampuan
belum berorientasi pada pencapaian literasi sains peserta didik. Hal inilah
literasi sains. Kompetensi literasi sains yang memotivasi saya sebagai peneliti
yang rendah salah satunya disebabkan untuk melakukan penelitian dengan
karena kurangnya ketertarikan peserta judul “Pengaruh Model Discovery
didik dalam pembelajaran sehingga Learning terhadap kemampuan Litetasi
berdampak pada rendahnya keinginan Sains pada Materi “Ekosistem”.
peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dalam memecahkan METODE
masalah pada kehidupan sehari-hari atau Penelitian ini bertempat di SMP
dikenal dengan kemampuan literasi Negeri 35 Bandar Lampung Provinsi
sains. Kurangnya ketertarikan peserta Lampung. Penelitian ini dilaksanakan
didik dalam pembelajaran ini disebabkan selama 2 minggu yaitu bulan Maret
karena strategi pembelajaran yang tahun pelajaran 2018/2019.
diterapkan oleh pendidik masih belum Desain pada penelitian ini
menarik perhatian dari peserta didik. mengunakan desain quasi experiment
Model yang sering digunakan oleh dengan teknik Pretest Postest Non
pendidik IPA di SMPN 35 Bandar Equivalent Control Grup Design.
Lampung adalah model kooperatif Dimana sebelum diberi perlakuan,
berbagai tipenya dan pendekatan 5 M terlebih dahulu sampel diberikan tes
yang masih belum maksimal di kelas awal (pretes) dan diberikan tes akhir
sehingga banyak peserta didik masih (postes) pada akhir pembelajaran.
pasif dalam pembelajaran. Prosedur penelitian ini terdiri atas
Hasil penelitian terdahulu yang tiga tahapan, yaitu (1) tahap pra
dilakukan oleh Yaumi (2017: 38-45) penelitian; (2) tahap pelaksanaan
dengan judul Penerapan Perangkat penelitian, dan (3) tahap akhir. Pada
Model Discovery Learning Pada Materi tahap pra penelitian, peneliti membuat
Pemanasan Global Untuk Melatihkan surat observasi sebagai pengantar
Kemampuan Literasi Sains Siswa Smp penelitian; kemudian melakukan
Kelas VII. Penelitiannya menunjukan observasi ke sekolah tempat penelitian
bahwa penerapan model discovery dan menentukan sampel; setelah itu
learning memberikan pengaruh dalam peneliti menyusun instrumen penelitian
peningkatan literasi sains peserta didik. yang berupa perangkat pembelajaran
Penelitian lainnya, dilakukan oleh seperti Rencana Pelaksanaan
Dahlia (2013: 78) yang menyatakan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
bahwa penerapan model pembelajaran Peserta Didik (LKPD); soal pretes dan
discovery learning memberikan postes, serta lembar angket tanggapan
pengaruh pada hasil peningkatan peserta didik, kemudian melakukan uji
literasi sains peserta didik di antaranya, coba instrumen tes sebelum diujikan

79
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

pada peserta didik terlebih dahulu untuk Lembar angket berisi tanggapan
diuji kelayakannya dengan uji validitas, peserta didik terhadap model
dan reliabilitas. Kemudian menganalisis pembelajaran yang telah dilakukan
hasil uji coba instrumen penelitian, serta dengan cara memberi tanda checklist
melakukan revisi instrumen penelitian. pada lembar angket. Adapun analisis
Pada pelaksanaan penelitian, yang dilakukan untuk data kuantitatif
langkah awal dilakukan yaitu peserta (pretes-postes) yaitu menggunakan N-
didik mengerjakan soal pretes yang gain, yang kemudian data nilai pretes
diberikan sebelum diberikan perlakuan; postes dan N-gain tersebut dianalisis
kemudian memberikan perlakuan pada dengan uji-t menggunakan SPSS 17.0.
kelas eksperimen yaitu dengan cara Sedangkan untuk data kualitatif (lembar
menerapkan model pembelajaran angket tanggapan peserta didik)
discovery learning; Pendidik dianalisis menggunakan teknik deskriptif
melaksanakan kegiatan pembelajaran persentase.
pada kelas kontrol dengan metode
diskusi; memberikan tes akhir (postes) HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengukur kemampuan literasi Penelitian yang telah dilakukan
sains peserta didik. terhadap kelas eksperimen dan kelas
Pada tahap akhir penelitian yaitu kontrol diperoleh data berupa pretes,
mengolah data hasil tes awal (pretes) dan postes, dan N-gain Peserta didik. Hasil
tes akhir (postes) dan instrumen uji statistik dapat dilihat pada Tabel 1.
pendukung lainnya. Kemudian Berdasarkan Tabel 1 terlihat
membandingkan hasil analisis data tes bahwa nilai sig. (2-tailed) 0.00 < 0.05
antara sebelum perlakuan dan setelah yang berarti N-gain rata-rata
diberi perlakuan untuk menentukan kemampuan literasi sains antara kelas
apakah terdapat pengaruh yang eksperimen dengan kelas kontrol
signifikan antara model pembelajaran berbeda signifikan. Selain itu, rata-rata
discovery learning dan metode diskusi N-gain kemampuan literasi sains kelas
terhadap kemampuan literasi sains eksperimen lebih tinggi dibandingkan
peserta didik. kelas kontrol dengan interpretasi
Jenis data dalam penelitian ini kenaikan sedang adapun kelas kontrol
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Data rendah. Adapun nilai rata-rata pretes,
kuantitatif diperoleh berdasarkan postes indikator Literasi Sains pada
engumpulan data menggunakan pretes, aspek konten disajikan pada Gambar 1.
postes dalam bentuk pilihan jamak
beralasan serta data kualitatif diperoleh 50 44,97
dari lembar tanggapan peserta didik 38,37
Nilai Rata-Rata

40
terhadap model pembelajaran yang telah
30
dilakukan. Pretes
20 15,81
Teknik pengambilan data pada 9,91 Postes
penelitian ini diperoleh dari pretes, 10
postes dan angket tanggapan peserta 0
didik. Nilai pretes diambil pada awal E K
kegiatan sebelum proses pembelajaran
Gambar 1. Rata-Rata Nilai Pretes,
dilakukan, sementara nilai postes
Postes Literasi Sains Pada Aspek
diambil pada akhir kegiatan yaitu pada
Konten.
akhir pembelajaran.

80
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

Tabel 1. Hasil uji statistik data pretes, postes, dan N-gain peserta didik.
Independent
Uji Uji
Nilai Kelas Rerata ± Sd sample t-
Normalitas Homogenitas
test
E 10.28±7.40 0.623
Pretes 0.441
K 15.1 ± 8.28 0.386
E 45.97 ±13.73 0.613
Postes 28.33 ± 0.721
K 0.941
14.47 sig.(2-tailed)
0.40 ± 0.12 0.00 < 0.05
E 0.222
(Sedang)
N-gain
0.15 ± 0.13 0.424
K 0.832
(Rendah)

Berdasarkan data nilai rata-rata dibandingkan pada kelas kontrol yang


pretes dan postes kemampuan literasi menggunakan metode diskusi. Pada
sains ada aspek konten pada setiap kelas eksperimen dan kontrol yang
kelas diperoleh N-gain yang terdapat memiliki kenaikan yang paling tinggi
pada Gambar 2. yaitu terdapat pada konten 3 yaitu
memahami fenomena alam tertentu
berdasarkan sejumlah konsep kunci
N-gain dengan interpretasi N-gain pada kelas
0,6 eksperimen sedang dan kelas kontrol
Nilai Rata-Rata

0,39 rendah.
0,4
Literasi Sains Pada Aspek Konten
0,16
0,2 Pengaruh dari pembelajaran yang
menggunakan model discovery learning
0
Eksperimen Kontrol
di kelas eksperimen memiliki
interpretasi “sedang” dan tanpa
Gambar 2 . Rata-Rata Nilai N-gain menggunakan model discovery learning
di kelas kontrol memiliki interpretasi
Nilai rerata pretes, postes, dan N- “rendah”, yang dapat diartikan bahwa
gain pada aspek konten menunjukan peningkatan kemampuan literasi sains
bahwa penggunaan model discovery pada kelas eksperimen lebih tinggi
learning memberikan pengaruh yang dibandingkan pada kelas kontrol
lebih tinggi dibandingkan pada (Gambar 2). Selanjutnya nilai rata-rata
pengunaan metode diskusi terhadap pretes, postes Indikator Literasi Sains
kemampuan literasi sains pada materi pada aspek Proses disajikan Gambar 3.
ekosistem (Gambar 1 dan Gambar 2).
Nilai pretes, postes literasi sains pada
aspek konten secara keseluruhan kelas
eksperimen yang menggunakan model
discovery learning lebih tinggi

81
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

60 Kedua, berdasarkan Gambar 3


51,72
Nilai Rata-Rata
50
dan Gambar 4, hasil analisis nilai rerata
38,09 pretes, postes, dan N-gain pada aspek
40
proses menunjukkan bahwa penggunaan
30 Pretes
model pembelajaran discovery learning
20 Postes memberikan pengaruh yang lebih tinggi
10 dibandingkan pada pengunaan metode
0 diskusi terhadap kemampuan literasi
E K sains pada materi ekosistem. Nilai
pretes, postes literasi sains pada aspek
Gambar 3. Rata-Rata Nilai Pretes,
proses secara keseluruhan kelas
Postes Literasi Sains Pada Aspek Proses
eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran discovery learning lebih
Penggunaan model discovery
tinggi dengan interpretasi sedang
learning pada kelas eksperimen dan
dibandingkan pada kelas kontrol yang
metode diskusi pada kelas kontrol
menggunakan metode diskusi dengan
diperoleh hasil yaitu mengalami
interpretasi rendah. Pada kelas
peningkatan kemampuan literasi sains
eksperimen dan kontrol yang memiliki
peserta didik pada aspek proses
kenaikan yang paling tinggi yaitu
(Gambar 3). Berdasarkan data nilai rata-
terdapat pada proses yaitu
rata pretes dan postes kemampuan
mengidentifikasi pertanyaan ilmiah.
literasi sains pada aspek proses pada
Peningkatan kemampuan literasi
setiap kelas diperoleh N-gain yang
sains peserta didik dipengaruhi oleh
terdapat pada Gambar 4.
beberapa faktor salah satunya adalah
model pembelajaran yang menggunakan
N-gain model pembelajaran discovery learning,
yang mampu melatih peserta didik
0,6
sesuai dengan tuntutan literasi sains
Nilai Rata-Rata

0,42
0,4 yang meliputi konten/pengetahuan dan
kompetensi/proses, serta mampu
0,16
0,2 memotivasi peserta didik untuk
mengembangkan suatu konsep
0 berdasarkan penemuan sendiri.
Eksperimen Kontrol Pencapaian literasi sains secara tidak
Gambar 4. Rata-Rata Nilai N-gain langsung didukung dan diakomodasi
Literasi Sains Pada Aspek Proses. oleh sintaks model pembelajaran
discovery learning selama proses
Pengaruh dari pembelajaran yang pembelajaran. Pada tahap stimulation
menggunakan model discovery learning peserta didik diberikan suatu paragraf
di kelas eksperimen memiliki tentang fenomena yang berhubungan
interpretasi “sedang” dan tanpa dengan ekosistem dalam kehidupan
menggunakan model discovery learning sehari-hari agar timbul keinginan untuk
di kelas kontrol memiliki interpretasi menyelidiki sendiri, sedangkan pada
“rendah”, yang dapat diartikan bahwa tahap generalization peserta didik
peningkatan kemampuan literasi sains diarahkan untuk menarik sebuah
pada kelas eksperimen lebih tinggi kesimpulan berdasarkan fenomena yang
dibandingkan pada kelas kontrol. ada. Kedua tahap ini dinilai dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains

82
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

pada aspek konten sains. Pengetahuan memiliki tujuan untuk menjadikan


dalam konten sains tidak hanya dibatasi masyarakat yang berliterasi sains.
pada pengetahuan yang menjadi materi Model pembelajaran discovery learning
kurikulum IPA di sekolah tetapi juga yaitu suatu pembelajaran yang
termasuk pengetahuan yang dapat menekankan bahwa pada setiap
diperoleh dari sumber-sumber konsep kegiatan penilaian harus benar-benar
yang dapat digunakan secara integratif diperhatikan agar tujuan dari
dalam mengembangkan gagasan untuk pembelajaran yang dilakukan di kelas
menjelaskan fenomena alam yang terutama untuk melihat aktivitas dan
terjadi di sekitar (PISA, 2010). Hasil ini hasil belajar yang telah dilaksanakan.
juga sejalan dengan penelitian Mustofa, Peserta didik akan merasa termotivasi
Kuswanti, dan Hidayati (2017: 27-32) untuk mempelajari materi yang akan
yang mengemukakan bahwa pada aspek diajarkan oleh pendidik, Karena peserta
konten literasi sains mengalami didik terlibat langsung dalam kegiatan
peningkatan. Kemudian pada aspek penemuan yang akan membuat peserta
proses sains kemampuan peserta didik didik lebih aktif dalam kegiatan
juga mengamali peningkatan. Hasil pembelajaran. Hal ini didukung dengan
penelitian ini selaras dengan penelitian penelitian Ulfa, Saptaningrum,
yang dilakukan oleh Niswatuzzahro, Kurniawan yang menunjukan Faktor
Fakhriyah, Rahayu (2018:278) yang penerapan discovery learning
menunjukkan hasil bahwa penerapan memberikan pengaruh pada hasil
model pembelajaran discovery learning peningkatan literasi sains siswa
dan minat belajar berpengaruh terhadap diantaranya, siswa dilatih untuk
kemampuan literasi sains peserta didik. menemukan konsep langsung melalui
Peningkatan kemampuan literasi sains pengalamannya sehingga beberapa
jug dapat dilihat dengan kemampuan indikator literasi dapat tercapai.
peserta didik menjelaskan fenomena Literasi sains adalah kemampuan
alam secara ilmiah. Jika peserta didik seseorang untuk memahami sains, dan
mampu menjelaskan fenomena alam kemampuan seseorang untuk
secara ilmiah maka dapat dikatakan menerapkan pengetahuan sains untuk
bahwa siswa telah mampu menerapkan memecahkan masalah dalam kehidupan
kemampuan literasi sains (Syarifah, sehari-hari berdasarkan fakta dan data
Listiani, Aidil(2018:115-120) yang menyatakan bahwa seseorang
Model pembelajaran discovery yang memiliki literasi sains adalah
learning pada setiap tahapannya mampu seseorang yang mampu bertanya,
menyisipkan aspek-aspek literasi sains, menemukan atupun menjawab
selain itu proses pembelajaran lebih pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari
bermakna sehingga tujuan pembelajaran rasa keingintahuan yang tinggi yang
dapat tercapai dengan baik. Hakim berasal dari pengalaman sehari-hari. Hal
(2011:106) menjelaskan bahwa ini juga berarti bahwa seseorang yang
pembelajaran yang bermakna memiliki literasi sains akan mampu
memberikan kualitas belajar tinggi pada mendeskripsikan, menjelaskan, dan
aspek kognitif peserta didik. memprediksi fenomena ilmiah. Hasil
Terwujudnya masyarakat berliterasi Penelitian ini didukung oleh Yaumi,
sains (scientific literacy) adalah salah Wisanti, dan Admoko (2017: 38-45)
satu tujuan utama pendidikan sains menujukkan bahwa model pembelajaran
(Norris & Philips, 2003:22). Begitu pula discovery learning dapat meningkatkan
dengan pendidikan di Indonesia, kemampuan literasi sains peserta didik

83
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

kelas VII. Sehingga berdasarkan uraian Kemendikbud. 2014. Peraturan Menteri


tersebut, pembelajaran discovery Pendidikan dan Kebudayaan
learning dirasa tepat dan memiliki No. 103 Tahun 2014 pasal 2
pengaruh dalam meningkatkan ayat 7 dan 8 tentang
kemampuan literas sains peserta didik pembelajaran Pada Pendidikan
dan meningkatkan kemampuan peserta dasar dan Penddikan
didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan Menengah. Jakarta:
pembelajaran. Kemendikbud.

SIMPULAN Kristiani, N. 2009. Pengaruh Strategi


Model pembelajaran discovery Pembelajaran dan Kemampuan
learning berpengaruh berpengaruh Akademik Serta Interasksinya
signifikan terhadap kemampuan literasi terhadap Kemampuan
sains pada materi Ekosistem peserta Metakognitif dan Hasil Belajar
didik kelas VII SMP Negeri 35 Bandar Kognitif Peserta didik Kelas X di
Lampung. Hal ini di dukung dengan SMA Negeri 9 Malang. Tesis.
data tanggapan peserta didik terhadap Program Pascasarjana. Malang:
model pembelajaran yang telah Universistas Negeri Malang.
dlakukan. Selanjutnya, terjadinya
peningkatan rata-rata nilai pretes, Mustofa, Kuswanti dan Hidayati. 2017.
postest dengan nilai n-Gain yang Keefektifan LKS Berbasis
berkriteria sedang. Model Pembelajaran Discovery
Learning untuk Meningkatkan
DAFTAR RUJUKAN Kemampuan Literasi Sains
Peserta didik. E-Journal Pensa.
Dahlia, F. 2013. Pengaruh 5(1): 27-32.
Pembelajaran Discovery
Learning terhadap Peningkatan Niswatuzzahro, Fakhriyah, Rahayu.
Literasi Sains dan Sikap Ilmiah 2018. The Application Of
Peserta didik SMP pada Materi Discovery Learning Model
Ekosistem. Skripsi. (Online), Assisted By Audio Visual Media
(http://repository.upi.edu, To Improve Science Literacy Of
diakses 24 Maret 2019). Elementary Students. Penerapan
Model Discovery Learning
Dragos dan Mih. 2015. Scientific Berbantuan Media Audio Visual
Literacy in School. Procedia- Untuk Meningkatkan Literasi
Social and Behavioral Sciences Sains Peserta didik Kelas 5 SD.
209: 167 – 172. 8(3): 273-284.

Hakim, Lukmannul. 2011. Perencanaan Norris SP, Phillips LM. 2003. How
Pembelajaran. Bandung: CV Literacy in its Fundamental
Wacana Prima. Sense in Central to Scientific
Literacy. Science Education
Hayat, B dan Suhendra, Y. 2010. Journal. (87): 224-240.
Benchmark International Mutu
Pendidikan. Jakarta: Bumi OECD. 2013. Program forInternational
Aksara. Student Assesment (PISA 2013
Result). (Online),

84
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019

(https://www.oecd.org/pisa/pisa Sains Peserta didik SMP Kelas


products/PISA%202012%20Tec VII. E-Journal Pendidikan
hnical%20Report_Chapter%201. Sains. 5(2): 38 – 45.
pdf, diakses 24 Desember 2018).

PISA. 2010. Assesment Framework Key


Competencies In Reading,
Mathematics and Science.
OECD, (Online),
(http://www.erc.ie/documents/p0
9erc_technical_report.pdf,
diakses 24 desember 2018).

Sabilu, M. 2008. Pengaruh penggunaan


Jurnal Belajar dalam
Pembelajaran Multristrategi
terhadap Kemampuan Kognitif
dan Metakognitif Peserta didik
SMA Negeri 9 Malang. Tesis
tidak diterbitkan. Malang:
Universistas Negeri Malang.

Syarifah N M, Listiani, Aidil A. 2018.


Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains. Kemampuan Literasi
Sains Siswa Pada Materi
Ekosistem Di SMA Negeri 3
Tarakan Kalimantan Utara. 9(2):
115-120

Ulfa, U. Saptaningru, E dan Kurniawan


A. 2017. Pengaruh Model
Discovery Learning Pada Mata
Pelajaran IPA Terpadu Terhadap
Penguasaan Literasi Sains
Siswa. Seminar Nasional Fisika
dan Aplikasinya Tahun 2017.

Wasis. 2013. Merenungkan Kembali


Hasil Pembelajaran Sains.
Seminar Nasional FMIPA
UNDIKSHA III Tahun 2013.

Yaumi, Wisanti, Admoko. 2017.


Penerapan Perangkat Model
Discovery Learning Pada Materi
Pemanasan Global Untuk
Melatihkan Kemampuan Literasi

85

You might also like