Professional Documents
Culture Documents
DL Uttuk Literasi Sains - Utami
DL Uttuk Literasi Sains - Utami
5, September 2019
Received:29 June, 2019 Accepted: July 11, 2019 Online published: September 1, 2019
77
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu berdasarkan karakteristik sosial budaya
proses pengembangan potensi dan dan harus cakap untuk mengembangkan
pembangunan karakter setiap peserta kontek pembelajaran (untuk kehidupan
didik sebagai hasil dari sinergi antara peserta didik) secara signifikan agar
pendidikan yang berlangsung disekolah, peserta didik dapat bersaing di
keluarga dan masyarakat. Proses tersebut masyarakat secara terintegrasi. Literasi
memberikan kesempatan kepada peserta sains memberikan kontribusi yang
didik untuk dapat mengembangkan konkrit pada pembentukan life skills
potensi mereka menjadi kemampuan (Wasis, 2013).
yang semakin lama semakin meningkat Berdasarkan hasil studi PISA, skor
dalam sikap (spiritual dan sosial), dan peringkat yang dicapai peserta didik
pengetahuan, dan keterampilan yang Indonesia dari tahun 2000, 2003, 2006,
diperlukan dirinya untuk hidup dan 2009, dan 2012 berturut-turut adalah
untuk bermasyarakat, berbangsa, serta sebesar 393, 395, 393, 383, dan 382
berkontribusi pada kesejahteraan hidup dengan rata-rata skor secara umum untuk
umat manusia. (Kemendikbud Nomor keseluruhan negara dalah 500 dan
103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran peringkatnya berturut-turut 38 dari 41,
Dikdas dan Dikmen). 38 dari 40, 53 dari 57, 57 dari 65, dan 64
Pembelajaran IPA Biologi dari 65 negara (OECD,2013). Rata-rata
memerlukan strategi yang tepat dan kemampuan sains peserta didik
bermakna. Hal ini dikarenakan Indonesia masih pada tahap mengenali
penggunaan strategi pembelajaran IPA sejumlah fakta dasar, tetapi mereka
yang tepat akan meningkatkan dan belum mampu untuk dapat
memaksmimalkan hasil belajar peserta mengkomunikasikan dan mengaitkan
didik. Menurut Sabilu (2008: 3) strategi kemampuan itu dengan berbagai topik
pembelajaran IPA pada hakekatnya tidak sains, apalagi menerapkan konsep-
sama dengan ilmu pengetahuam lainnya. konsep yang kompleks dan abstrak
Strategi pembelajaran IPA secara umum (Hayat dan Yusuf, 2010).
diarahkan agar peserta didik dapat Berdasarkan hasil studi
“menemukan” sendiri ilmu dan akhirnya pendahuluan pada SMPN 35 Bandar
akan dapat menerapkannya di kehidupan Lampung yang dilaksanakan dengan
sehari-hari. Selanjutnya menurut cara wawancara dengan pendidik IPA
Kristiani (2009: 61) bahwa IPA sebagai yang mengajar dikelas VII diperoleh
bagian dari sains merupakan hasil bahwa pada SMPN 35 Bandar
pengetahuan yang diperoleh melalui Lampung masih belum sepenuhnya
tahapan yang sistematis atau yang menerapkan literasi sains karna peserta
dikenal dengan metode ilmiah. Dengan didik secara tidak langsung baru
demikian pembelajaran pembelajaran dikenalkan literasi sains sehingga
IPA merupakan salah satu strategi kemampuan literasi sains peserta didik
pembelajaran yang tepat untuk pada sekolah ini masih terbilang rendah.
memberdayakan kemampuan literasi Hal ini dapat terlihat berdasarkan tugas-
sains peserta didik di samping strategi tugas yang diberikan oleh pendidik
pembelajaran lain. sudah mulai dikaitkan dengan kehidupan
Dragos dan Mih (2015: 167–172) sehari-hari, sehingga dengan adanya
menyatakan pendidik IPA harus tugas tersebut perserta didik secara
mendukung program latihan untuk perlahan mulai terarah untuk
membentuk literasi sains peserta didik menerapkan pengetahuan yang dimiliki
78
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
79
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
pada peserta didik terlebih dahulu untuk Lembar angket berisi tanggapan
diuji kelayakannya dengan uji validitas, peserta didik terhadap model
dan reliabilitas. Kemudian menganalisis pembelajaran yang telah dilakukan
hasil uji coba instrumen penelitian, serta dengan cara memberi tanda checklist
melakukan revisi instrumen penelitian. pada lembar angket. Adapun analisis
Pada pelaksanaan penelitian, yang dilakukan untuk data kuantitatif
langkah awal dilakukan yaitu peserta (pretes-postes) yaitu menggunakan N-
didik mengerjakan soal pretes yang gain, yang kemudian data nilai pretes
diberikan sebelum diberikan perlakuan; postes dan N-gain tersebut dianalisis
kemudian memberikan perlakuan pada dengan uji-t menggunakan SPSS 17.0.
kelas eksperimen yaitu dengan cara Sedangkan untuk data kualitatif (lembar
menerapkan model pembelajaran angket tanggapan peserta didik)
discovery learning; Pendidik dianalisis menggunakan teknik deskriptif
melaksanakan kegiatan pembelajaran persentase.
pada kelas kontrol dengan metode
diskusi; memberikan tes akhir (postes) HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengukur kemampuan literasi Penelitian yang telah dilakukan
sains peserta didik. terhadap kelas eksperimen dan kelas
Pada tahap akhir penelitian yaitu kontrol diperoleh data berupa pretes,
mengolah data hasil tes awal (pretes) dan postes, dan N-gain Peserta didik. Hasil
tes akhir (postes) dan instrumen uji statistik dapat dilihat pada Tabel 1.
pendukung lainnya. Kemudian Berdasarkan Tabel 1 terlihat
membandingkan hasil analisis data tes bahwa nilai sig. (2-tailed) 0.00 < 0.05
antara sebelum perlakuan dan setelah yang berarti N-gain rata-rata
diberi perlakuan untuk menentukan kemampuan literasi sains antara kelas
apakah terdapat pengaruh yang eksperimen dengan kelas kontrol
signifikan antara model pembelajaran berbeda signifikan. Selain itu, rata-rata
discovery learning dan metode diskusi N-gain kemampuan literasi sains kelas
terhadap kemampuan literasi sains eksperimen lebih tinggi dibandingkan
peserta didik. kelas kontrol dengan interpretasi
Jenis data dalam penelitian ini kenaikan sedang adapun kelas kontrol
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Data rendah. Adapun nilai rata-rata pretes,
kuantitatif diperoleh berdasarkan postes indikator Literasi Sains pada
engumpulan data menggunakan pretes, aspek konten disajikan pada Gambar 1.
postes dalam bentuk pilihan jamak
beralasan serta data kualitatif diperoleh 50 44,97
dari lembar tanggapan peserta didik 38,37
Nilai Rata-Rata
40
terhadap model pembelajaran yang telah
30
dilakukan. Pretes
20 15,81
Teknik pengambilan data pada 9,91 Postes
penelitian ini diperoleh dari pretes, 10
postes dan angket tanggapan peserta 0
didik. Nilai pretes diambil pada awal E K
kegiatan sebelum proses pembelajaran
Gambar 1. Rata-Rata Nilai Pretes,
dilakukan, sementara nilai postes
Postes Literasi Sains Pada Aspek
diambil pada akhir kegiatan yaitu pada
Konten.
akhir pembelajaran.
80
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
Tabel 1. Hasil uji statistik data pretes, postes, dan N-gain peserta didik.
Independent
Uji Uji
Nilai Kelas Rerata ± Sd sample t-
Normalitas Homogenitas
test
E 10.28±7.40 0.623
Pretes 0.441
K 15.1 ± 8.28 0.386
E 45.97 ±13.73 0.613
Postes 28.33 ± 0.721
K 0.941
14.47 sig.(2-tailed)
0.40 ± 0.12 0.00 < 0.05
E 0.222
(Sedang)
N-gain
0.15 ± 0.13 0.424
K 0.832
(Rendah)
0,39 rendah.
0,4
Literasi Sains Pada Aspek Konten
0,16
0,2 Pengaruh dari pembelajaran yang
menggunakan model discovery learning
0
Eksperimen Kontrol
di kelas eksperimen memiliki
interpretasi “sedang” dan tanpa
Gambar 2 . Rata-Rata Nilai N-gain menggunakan model discovery learning
di kelas kontrol memiliki interpretasi
Nilai rerata pretes, postes, dan N- “rendah”, yang dapat diartikan bahwa
gain pada aspek konten menunjukan peningkatan kemampuan literasi sains
bahwa penggunaan model discovery pada kelas eksperimen lebih tinggi
learning memberikan pengaruh yang dibandingkan pada kelas kontrol
lebih tinggi dibandingkan pada (Gambar 2). Selanjutnya nilai rata-rata
pengunaan metode diskusi terhadap pretes, postes Indikator Literasi Sains
kemampuan literasi sains pada materi pada aspek Proses disajikan Gambar 3.
ekosistem (Gambar 1 dan Gambar 2).
Nilai pretes, postes literasi sains pada
aspek konten secara keseluruhan kelas
eksperimen yang menggunakan model
discovery learning lebih tinggi
81
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
0,42
0,4 yang meliputi konten/pengetahuan dan
kompetensi/proses, serta mampu
0,16
0,2 memotivasi peserta didik untuk
mengembangkan suatu konsep
0 berdasarkan penemuan sendiri.
Eksperimen Kontrol Pencapaian literasi sains secara tidak
Gambar 4. Rata-Rata Nilai N-gain langsung didukung dan diakomodasi
Literasi Sains Pada Aspek Proses. oleh sintaks model pembelajaran
discovery learning selama proses
Pengaruh dari pembelajaran yang pembelajaran. Pada tahap stimulation
menggunakan model discovery learning peserta didik diberikan suatu paragraf
di kelas eksperimen memiliki tentang fenomena yang berhubungan
interpretasi “sedang” dan tanpa dengan ekosistem dalam kehidupan
menggunakan model discovery learning sehari-hari agar timbul keinginan untuk
di kelas kontrol memiliki interpretasi menyelidiki sendiri, sedangkan pada
“rendah”, yang dapat diartikan bahwa tahap generalization peserta didik
peningkatan kemampuan literasi sains diarahkan untuk menarik sebuah
pada kelas eksperimen lebih tinggi kesimpulan berdasarkan fenomena yang
dibandingkan pada kelas kontrol. ada. Kedua tahap ini dinilai dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains
82
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
83
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
Hakim, Lukmannul. 2011. Perencanaan Norris SP, Phillips LM. 2003. How
Pembelajaran. Bandung: CV Literacy in its Fundamental
Wacana Prima. Sense in Central to Scientific
Literacy. Science Education
Hayat, B dan Suhendra, Y. 2010. Journal. (87): 224-240.
Benchmark International Mutu
Pendidikan. Jakarta: Bumi OECD. 2013. Program forInternational
Aksara. Student Assesment (PISA 2013
Result). (Online),
84
Jurnal Bioterdidik, Vol.7 No.5, September 2019
85