Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Hukum Pidana

PELAKSANAAN HAK-HAK NARAPIDANA PEREMPUAN DI LAPAS KELAS IIB


GUNUNGSITOLI

Fransiska Kristiani Harefa1, Sri Rahayu Zebua2, Berkat Iman Jaya Gea3, Filipus Halawa4,
Mariana Mei Artati Zega5, Agus Rato Gea6, Fidelis Waruwu7, Jeni Firman Gea8,

Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Nias

fransiskakharefa@gmail.com

srirahayuzebua@gmail.com

berkatijgea@gmail.com

lpuhalll@gmail.com

meizega990@gmail.com

geaagus2021@gmail.com

fideliswaruwu7@gmail.com

geaf534@gmail.com

ABSTRACT

This study aims at finding how the implementation of the granting of rights for murder
convicts in Gunung Sitoli Class II B Prison, Nias and the training process at the Gunung
Sitoli Class II B Penitentiary, Nias towards murder convicts. In carrying out the development
of prisoners, correctional instutions are guided by the provisions of Law No.12 of 1995
concerning corrections. Prisoners are not people who are not people who are ostracized for
acts committed as a result of violating the law. In the law has regulated the rights of
prisoners, especially female prisoners. As the formulation of the problem in this journal,
namely how is the implementation of the granting of rights and how is the process of
fostering these female prisoners. The method used is juridical empirical or juridical
empirical research where the legal materials used are primary legal materials, secondary
legal materials and tertiary legal materials. The results of the study concluded that the
implementation of the graning of the rights of female prisoners in the prison class IIB
Gunungsitoli, Nias has been implemented in accordance with the law. The game process
begins when the female inmate is detained at the police, then in the Gunungsitoli detention
center at the stage of undergoing trial and continues at the IIB Gunungsitoli, Nias until the
inmate is free.

Keywords : Prisoner’s Rights, female prisoners, Law No.12 of 1995.

ABSTRAK

Lembaga Pemasyarakatan sebagai tempat terakhir dari sistem pemasyarakatan


pidana,tugasnya adalah melaksanakan pembinaan narapidana. Di dalam melaksanakan
pembinaan narapidana, Lembaga pemasyarakatan berpedoman kepada ketentuan Undang-
undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan. Narapidana bukanlah orang yang
dikucilkan atas perbuatan yang dilakukan akibat melanggar hukum. Di dalam undang-undang
tersebut telah mengatur hak-hak narapidana, terutama narapidana perempuan. Adapun
rumusan masalah dalam jurnal ini yaitu bagaimanakah pelaksanaan pemberian hak-hak dan
bagaimanakah proses pembinaan narapidana perempuan tersebut. Metode yang digunakan
yaitu yuridis empiris atau penelitian yuridis empiris yang bahan hukum nya adalah bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Hasil penelitian disimpulkan
bahwa pelaksanaan pemberian hak-hak narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Klass IIB Gunungsitoli, Nias telah dilaksanakan sesuai dengan undang-undang. Adapun
proses pembinaannya yaitu dimulai pada saat narapidana perempuan tersebut ditahan di
kepolisian yang selanjutnya di Rutan Gunungsitoli pada tahap sedang menjalani persidangan
dan dilanjutkan di lembaga pemasyakatan Kelas IIB Gunungsitoli, Nias sampai narapidana
tersebut tersebut bebas.

Kata Kunci : Hak-hak narapidana, narapidana perempuan, Undang-undang No.12


Tahun 1995

PENDAHULUAN hubungan kemasyarakatan agar tidak terjadi


kekacauan. Adapun normanya yaitu norma
Manusia adalah makluk makhluk
hukum yang berifat memaksa yang wajib
sosial yang tidak akan pernah dapat
ditaati dan dipatuhi, karena apabila norma
dipisahkan dari masyarakat. Untuk itu
hukum tersebut dilanggar maka diberikan
manusia membuat norma atau aturan yang
sanksi.
berguna dalam melakukan hubungan-
Perkembangan globalisasi saat ini yang Pada umumnya tindak pidana yang
semakin berkembang dengan pesat dilakukan oleh perempuan yang berada di
menimbulkan masalah yang kompleks baik Lapas Klas II B Gunungsitoli adalah
dari segi tindakan maupun pikiran. Tindakan penipuan (Pasal 38 KUHP) dan narkotika
tersebut tidak hanya tindakan yang positif (UU No. 22 Tahun 1977).
melainkan ada juga yang negatif yang sering
Tindakan kriminal tersebut
kali disalah gunakan oleh manusia.
mengundang kekhawatiran dari sejumlah
Tindakan negatif tersebut berupa pihak, tak terkecuali pemerintah. Berbagai
kriminalitas yang bisa dikaitkan dengan cara dan upaya pun dilakukan untuk
pelanggaran norma-norma sosial, agama, meminimalisir tingkat kriminalitas terutama
maupun aturan pemerintah. Biasanya terhadap perempuan. Lembaga
pelanggaran aturan pemerintah tersebut pemasyarakatan merupakan tempat
termasuk dalam kategori tindakan ditahannya orang-orang yang melakukan
kriminalitas. Dalam Kamus Besar Bahasa tindakan kriminalitas serta yang melanggar
Indonesia, kriminalitas adalah suatu aturan-aturan sekaligus sebagai tempat
upaya/tindakan pelanggaran hukum yang dibina dan di didiknya kepribadian orang
merugikan, baik untuk diri sendiri atau untuk tersebut.
orang lain (Sugono, et, al. : 2008. Hal: 819).
Namun pembinaan di Lembaga
Undang-Undang Dasar Negara Pemasyarakatan yang menekan di unsur
Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1) balas dendam dan efek jera, dianggap tidak
menyebutkan bahwanegara Indonesia adalah sejalan dengan konsep rehabilitasi dan
Negara hukum.Maka dengan ketentuan itu, reintegrasisosial yang dimana narapidana
salah satu prinsip Negara hokum yaitu dan tersebut dapat diterima oleh masyarakat serta
jaminan kesederajatan bagi setiap orang tidak lagi melakukan perbuatannya. Di
dihadapan hukum. dalam Lembaga Pemasyarakatan,
Narapidana mempunyai hak yang diatur
Tujuan pemidanaan didalam hukum
didalamUndang-Undang No. 12 Tahun 1995
pidana dikenal dengan adanya salah satu
seperti mendapat perawatan, mendapat
teori pembalasan. Teori pembalasan yaitu
pendidikan, dan lain-lain.
dimana menekan di unsur balas dendam dan
efek jera terhadap narapidana di Lembaga Jane . C .Ollenburger dan Hellen A.
Pemasyarakatan. Moore dalam bukunya buku Sosiologi
Wanita menjelaskan bahwa perempuan
jarang melakukan tindak kejahatan dan penelitian berupa observasi dan
sedangkan laki-laki sering melakukan tindak wawancara.
kejahatan. 2. Sumber hukum sekunder yaitu
sumber hukum yang diperoleh
Penyebab angka rata-rata kejahatan
melalui studi kepustakaan.
bagi wanita lebih rendah dari pada laki-laki
disebabkan karena beberapa hal antara lain : Metode pengumpulan data penulisan
1) Terlindung oleh lingkungan, karena jurnal ini dilakukan dengan cara Penelitian
biasanya tempat wanita yaitu dirumah yang Lapangan (FieldResearch) Data atau
kurang bergaul dengan minuman-minuman informasi yang diperoleh langsung melalui
keras wawancara atau pembicaraan langsung dan
terbuka dalam bentuk tanya jawab terhadap
2) Wanita secara fisik kurang kuat dan ada
narasumber. Penelitian kepustakaan
kelainan-kelainan psikis yang khas.
( Librang Research) Data yang didapati dari

Pelaksanaan pemberian hak terhadap kajian atau penelaahan berbagai sumber

narapidana perempuan terlaksana dengan kepustakaan, dokumen, laporan-laporan.

baik, tanpa terkecuali juga terhadap


Metode analisis data yang akan
narapidana pelaku tindak pidana narkotika di
dilakukan dengan secara kumulatif yuridis.
Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Data primer yang didapat dari sebuah hasil
Gunungsitoli, Nias terutama bagi yang
penelitian disusun dengan sedemikian rupa
perempuan.
kemudian dianalisis secara deskriptif serta

METODE PENELITIAN dikaitkan dengan data sekunder dengan


menggunakan metode berpikir deduktif
Penelitian ini menggunakan metode
induktif yang berpedoman pada hukum
penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian
pidana dan peraturan perundang – undangan
lapangan yang di lakukan dengan
yang berhubungan dengan permasalahan
wawancara. Metode pendekatan masalah
yang diteliti guna menjawab permasalahan.
dilakukan dengan cara pendekatan
Perundang-undangan (StatuteApproach). HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber bahan hukum adalah sebagai


Narapidana wanita merupakan
berikut:
narapidana yang harus dilindungi dan

1. Sumber hukum primer yaitu sumber diberikan haknya dengan kodrat yang ia

hukum yang di dapat dari objek miliki, diantaranya menstruasi, hamil,


melahirkan dan menyusui. Dengan kodrat
inilah menjadi landasan utama perlu ada Nomor 12 Tahun 1995 tentang
perlindungan hukum terhadap narapidana Pemasyarakatan. Di Lembaga
wanita. Dengan adanya perlindungan hukum, Pemasyarakatan Kelas IIB Gunungsitoli
maka selanjutnya akan diterapkan dalam telah di fasilitasi ruang untuk mengecek
Lembaga Pemasyarakatan. kesehatan, gereja, mesjid dan tempat yang
layak serta nyaman untuk ditempati. Mereka
Hasil penelitian ini menunjukkan
juga mendapatkan perlakuan yanglayak dari
bahwa Implementasi Hak-Hak Narapidana
para petugas yang bekerja di Lapas tersebut.
Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
B Gunungsitoli sudah terlaksana secara
A. A. Pelaksanaan Pemberian Hak-hak
maksimal, sehingga narapidana wanita
Narapidana Perempuan di Lembaga
merasa sepenuhnya puas dengan pelayanan
Permasyarakatan Klas IIB Gunungsitoli,
yang diberikan. Hal tersebut dikarenakan
Nias
beberapa kegiatan yang cukup maksimal
Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilaksanakan di Lembaga
dilakukan penulis pada tanggal 28 Juni 2022
Pemasyarakatan Kelas II B Gunungstoli,
di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Nias.
Gunungsitoli, Nias dengan Bapak Yunus M.
Petugas Lembaga Pemasyarakatan Simangunsong selaku Kepala Lembaga
Kelas II B Gunungsitoli sangat baik dan Pemasyarakatan Klas II B Gunungsitoli,
antusias dalam memberikan pelayanan, Nias beliau mengemukakan bahwa:
pembimbingan dan pembinaan kepada ”Pada pelaksanaan pemberian hak-hak
narapidana wanita sama dengan narapidana di Lembaga
pelayanannya terhadap narapidana laki-laki. Pemasyarakatan Klas II B
Pegawai memberikan pembinaan demi Gunungsitoli, Nias terutama
kebutuhan narapidana wanita seperti narapidana perempuan kami selaku
pembinaan keagamaan (pengajian) dan petugas Lembaga Pemasyarakatan
kemandirian (berupa pelatihan tidak membeda-bedakan atau
keterampilan). mendiskriminasikan dalam
memberikan hak-hak kepada
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
narapidana, semua narapidana
Gunungsitoli merupakan Lembaga
mendapatkan hak sesuai dengan
Pemasyarakatan umum, untuk itu, dalam
peraturan yang berlaku tanpa
pemberian pelayanan terhadap narapidana
terkecuali.”
tetap berpedoman pada Undang-Undang
Menurut Bapak Yunus M. Lembaga Pemasyarakatan merupakan rumah
Simangunsong, pelaksanaan pemberian hak- bagi mereka narapidana untuk belajar hingga
hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dapat berguna bagi masyarakat dan dapat
Klas II B Gunungsitoli, Nias untuk pula diterima setelah keluar dari lembaga
narapidana khususnya pelaku tindak pidana pemasyarakatan.
pembunuhan berdasarkan pasal/perkara 112
KUHP, 114 KUHP, 81 KUHP, dan 362
KUHP yang berjumlah 16 orang
dilaksanakan sesuai dengan Pasal 14 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan. Ada beberapa hak-
hak narapidana perempuan pelaku tindak
pidana narkotika, penipuan, pencurian, dan
perlindungan anak yang sudah terpenuhi
Gambar diatas adalah hasil dari
seperti tetap diberikan remisi, menerima
kerajinan tangan narapidana berupa kain
asimilasi, pembebasan bersyarat, menerima
batik yang di motif sendiri oleh para
kunjungan dari keluarga, mengikuti ibadah,
narapidana perempuan. Para narapida
olahraga, menerima informasi dari luar dan
perempuan tersebut telah dibekali ilmu
hak-hak lainnya.
keterampilan oleh orang-orang yang ahli
Sejalan dengan perkataan Bapak
dibidangnya dan itu semua di biayai oleh
Yunus M. Simangunsong diatas, Bapak
Lembaga Permasyarakatan tersebut. Untuk
Yamansudi Harefa selaku Kepala Sub
itu, pemasyarakatan haruslah mengayomi
Bagian Tata Usaha, mengatakan kepada
dan berikan bekal hidup agar mereka dapat
penulis, bahwa:
menjalankan peranannya sebagai warga
“Pelaksanaan pemberian hak-hak
masyarakat yang baik dan berguna. Negara
narapidana perempuan pelaku tindak
tidak berhak membuat seseorang lebih buruk
pidana tetap diberikan remisi, asimilasi
atau lebih jahat daripada sebelum dijatuhi
dan cuti menjelang bebas dengan syarat
pidana. Pekerjaan yang diberikan kepada
narapidana tersebut, khususnya
narapidana dan anak didik tidak boleh
narapidana perempuan yang berkelakuan
bersifat sekedar mengisi waktu, atau
baik selama di dalam Lembaga
kepentingan negara sewaktu saja.
Pemasyarakatan.”
Ketertiban adalah merupakan prinsip
kerja pegawai Lembaga Pemasyarakatan
Tabel nama pelaku tindak pidana
Kelas II B Gunungsitoli. Untuk menjaga Untuk mengatasi hambatan atau
ketertiban tersebut, ada beberapa aturan yang kendala dalam pelaksanaan pemberian hak-
kemudian dibuat dalam selebaran kertas lalu hak narapidana perempuan tersebut, Bapak
ditempatkan pada pintu masuk sel Yunus M. Simangunsong mengatakan
narapidana wanita. Aturan tersebut bahwa: “Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
diantaranya: Gunungsitoli, Nias melakukan upaya dengan
1) Taat dan patuh pada semua aturan cara pelaksanakan pembinaan di Lembaga
yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan lebih dioptimalkan melalui
Pemasyarakatan. pembinaan yang terstruktur dan
2) Wajib bekerja sesuai dengan berkesinambungan agar narapidana
arahan petugas. menyadari kesalahannya dan tidak akan
3) Memelihara kebersihan dan mengulangi lagi kesalahan tersebut.”
keindahan dalam lingkungan serta
barang inventaris yang B. Proses Pembinaan Di Lembaga
dipinjamkan Lembaga Pemasyarakatan Terhadap
Pemasyarakatan. Narapidana Perempuan Di
4) Menjaga sopan santun kepada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II
petugas dan sesama penghuni. B Gunungsitoli, Nias
5) Menjaga tata karma sesama
penghuni Lembaga Berdasarkan hasil wawancara yang
Pemasyarakatan. dilakukan penulis pada tanggal 28 Juni 2022
Selanjutnya, Bapak Yunus M. di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Simangunsong mengungkapkan bahwa:” Gunungsitoli, Nias dengan Bapak Yosua
Dalam pelaksanaan pemberian hak-hak Zebua selaku Kepala Seksi Bimbingan
narapidana perempuan di Lembaga Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja,
Pemasyarakatan Klas II B Gunungsitoli ada beliau mengemukakan bahwa: ”Proses
hambatan atau kendala yang timbul, yaitu pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
perilaku yang berasal dari diri narapidana itu Klas II B Gunungsitoli, Nias terhadap
sendiri. Perilaku narapidana itu seperti narapidana perempuan, yaitu dimulai pada
terlibat atau melakukan tindakan indisipliner, saat narapidana tersebut dititipkan di
contohnya melanggar peraturan Lembaga Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Pemasyarakatan Klas II B Gunungsitoli, Gunungsitoli. Proses pembinaannya
Nias atau melawan petugas. dilaksanakan melalui kegiatan kerohanian,
olahraga, pembinaan keterampilan,
pemberian remisi, pemberian asimilasi, cuti keluarga, mengikuti ibadah, olahraga,
menjelang bebas, dan pembebasan bersyarat. menerima informasi dari luar dan hak-hak
Beliau juga mengatakan bahwa dalam proses lainnya.
pembinaan, ada beberapa tahap-tahap 2. Proses Pembinaan Di Lembaga
pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Terhadap Narapidana
Pemasyarakatan Klas II B Gunungsitoli, Perempuan Di Lembaga Pemasyarakatan
Nias yaitu: Klas II B Gunungsitoli, Nias yaitu dimulai
1. Tahap Awal pada saat narapidana tersebut ditahan di
2. Tahap Lanjutan Kepolisian yang selanjutnya di Rutan
3. Tahap Akhir Gunungsitoli pada tahap sedang menjalani
Bapak Yosua Zebua juga menuturkan bahwa persidangan dan di lanjutkan di Lembaga
di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Pemasyarakatan Klas II B Gunungsitoli,
Gunungsitoli, Nias ada beberapa bentuk- Nias sampai narapidana tersebut bebas.
bentuk pembinaan yaitu:
1. Pembinaan Kepribadian
2. Pembinaan Kemandirian. DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU
KESIMPULAN
Fadjar, Abdul Mukthie.
2016.Sejarah, Elemen dan Tipe
Berdasarkan penelitian yang
Negara Hukum, Malang: Setara
dilakukan oleh penulis mengenai
Press
Pelaksanaan Pemberian Hak-Hak
Narapidana Perempuan Di Lembaga
B. UNDANG-UNDANG
Pemasyarakatan Klas II B Gunungsitoli,
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Nias. Penulis menyimpulkan bahwa:
1995 Kitab Undang-Undang Hukum
1. Pelaksanaan Pemberian Hak-Hak
Pidana
Narapidana Perempuan Di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Gunungsitoli,
C. INTERNET
Nias telah dilaksanakan sesuai dengan Pasal
 https://jurnal.iain-bone.ac.id/
14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
index.php/aldustur/article/
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, antara
download/357/271
lain tetap diberikan remisi, menerima
 http://jurnal.usahid.ac.id/
asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
index.php/hukum/article/view/285
menjelang bebas, menerima kunjungan dari
DOKUMENTASI DI LAPAS KLAS II B GUNUNGSITOLI

You might also like