Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK X

KAMAL
Alfatihaturrohmah
Dewi Mayangsari
Muhammad Busyro Karim
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Trunojoyo Madura
Email: Alfa.alexandria@yahoo.com, mayangsarie@gmail.com, busyrokarim.dz@gmail.com

Received August 2018, Accepted September 2018, Published October 2018

Abstract: This research has a purpose to describe of the ability to speak children aged 5-6 years in school.This
research uses qualitative approach descriptive method. Data analysis is done through three stages: data reduction,
display data, and conclusions: drawing / verifying. Subjects in this study 1 girls aged 5-6 years. The results of this
study indicate that 1) the characteristics of the ability to speak children aged 5-6 years in X Kindergarten of Kamal
ie children are able to participate in the conversation without monopolizing, but the child has not been able to use
words related to the sequence of events, not able to use the word tomorrow and yesterday, the child is only able
to say 6 to 7 syllables, the child has not been able to answer the question regularly group activities for 10-15
minutes, the child is only able to use sentences 3 to 4 words. The child also has not been able to answer the question
"when", the child is more often silent when others ask because the child has problems speaking. 2) There are
obstacles that arise in the ability to speak of children is the phonological process constraints.

Keywords: Speech Skills, Children Aged 5-6 Years, phonological process

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di
sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Analisis data dilakukan melalui tiga
tahapan: data reduction, data display, dan conclusions: drawing/verifying. Subjek dalam penelitian ini 1 anak
perempuan usia 5-6 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) karakteristik kemampuan berbicara anak
usia 5-6 tahun di TK X Kamal yaitu anak sudah mampu turut serta dalam percakapan tanpa memonopoli, namun
anak belum mampu menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan urutan kejadian, belum mampu
menggunakan kata besok dan kemarin, anak hanya mampu mengucapkan 6 sampai 7 suku kata, anak belum
mampu menjawab pertanyaan secara rutin kegiatan kelompok selama 10-15 menit, anak hanya mampu
menggunakan kalimat 3 sampai 4 kata. Anak juga belum mampu menjawab pertanyaan “kapan”, anak lebih sering
diam ketika orang lain bertanya karena anak mengalami kendala berbicara. 2)Terdapat kendala yang muncul pada
kemampuan berbicara anak yaitu kendala proses fonologis.

Kata Kunci: Kemampuan Berbicara, Anak Usia 5-6 Tahun, proses fonologis

PENDAHULUAN Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk


Program pendidikan ke depan harus satuan pendidikan anak usia dini pada jalur
menjawab dan menghadapi tantangan sehingga pendidikan formal yang menyelenggarakan
sumber daya manusia kita mempunyai program pendidikan bagi anak usia empat tahun
keunggulan dan mampu bersaing di bidang sampai enam tahun. (Hapidin;dkk, 2011: 14).
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi Anak usia dini adalah individu yang
dengan wawasan lingkungan (Nisa’ dan sedang mengalami proses pertumbuhan dan
Luthfiyah, 2014:8). Pendidikan anak usia dini perkembangan yang sangat pesat, bahkan
merupakan suatu upaya pembinaan yang dikatakan sebagai lompatan perkembangan.
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai Anak usia dini memiliki rentang usia yang
dengan usia enam tahun yang dilakukan sangat berharga dibanding usia – usia
melalui pemberian rangsangan pendidikan selanjutnya karena perkembangan
untuk membantu pertumbuhan dan kecerdasannya sangat luar biasa. Usia tersebut
perkembangan jasmani, maupun rohani agar merupakan fase kehidupan yang unik, dan
anak memiliki kesiapan dalam memasuki berada pada masa proses perubahan berupa
pendidikan lebih lanjut. (Suyadi, 2014: 23). pertumbuhan, perkembangan, pematangan dan
101
102 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia
Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109

penyempurnaan, baik pada aspek jasmani pendengaran. Kemampuan berbahasa yang


maupun rohaninya yang berlangsung seumur berkembang setelah kemampuan mendengar
hidup, bertahap dan berkesinambungan. adalah kemampuan berbicara. Ketika mengajak
(Mulyasa, 2012: 16). anak berbicara, ia akan menyerap semua kata –
Setiap peserta didik memiliki perbedaan kata yang diucapkan orang lain. Anak memiliki
yang unik, mereka memiliki kekuatan, kemampuan menulis dipengaruhi oleh
kelemahan, minat dan perhatian yang berbeda- kemampuan sebelumnya dalam hal ini
beda. Latar belakang keluarga, latar belakang kemampuan berbicara, sehingga dapat di
sosial ekonomi dan lingkungan membuat tuangkan dalam bentuk tulisan. Kemampuan
peserta didik berbeda dalam aktivitas, membaca termasuk kegiatan yang kompleks
kreatifitas, intelegensi dan kompetensinya. dan melibatkan berbagai keterampilan seperti
Berdasarkan Permendikbud nomor 137 tahun mengenali huruf dan kata, menghubungkan
2014, ruang lingkup aspek perkembangan dengan bunyi, maknanya serta menarik
pembelajaran di TK yang saling terkait adalah kesimpulan mengenai maksud bacaan. (Dhieni,
pengembangan moral dan nilai-nilai agama, 2013: 1.14).
pengembangan sosial-emosional, Melihat pentingnya perkembangan bahasa
pengembangan kemampuan berbahasa, pada anak, maka Pemerintah mengerahkan agar
kognitif, fisik/motorik, dan seni. Apabila salah para guru dan juga orang tua dapat memotivasi
satu dari aspek perkembangan tersebut anak, agar anak sejak dini memiliki
mendapat masalah, maka tujuan pendidikan di kemampuan berbahasa yang baik, terutama
TK tidak tercapai. kemampuan berbicara agar anak dapat
Salah satu aspek yang perlu dikembangkan mengekspresikan minat dan kemampuannnya
sejak dini adalah kemampuan bahasa. sesuai dengan tingkat perkembangan pada
Berbahasa sebagai kegiatan komunikasi dalam usianya. Tetapi pada kenyataan yang ada, tidak
setiap aktivitas anak. Oleh karenanya, betapa semua anak memiliki kemampuan berbicara
pentingnya kemampuan berbahasa tersebut yang baik. Ada beberapa kendala yang dialami
dimiliki oleh anak. Menurut Jamaris, anak dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun kehidupan sehari-hari anak, terutama dalam hal
sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 berkomunikasi. Kemampuan berbicara
kosakata, lingkup kosakata yang dapat merupakan suatu kemampuan untuk
diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, berkomunikasi dengan orang lain, dimana
bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam
perbedaan, perbandingan, jarak, dan bentuk lambang atau simbol seperti lisan,
permukaan (kasar-halus), anak usia 5-6 tahun tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, maupun
sudah dapat berpartisipasi dalam suatu mimik yang digunakan untuk mengungkapkan
percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan sesuatu kepada orang lain. (Santrock, 2008:67).
orang lain berbicara dan menanggapi Allen dan Marotz mengungkapkan
pembicaraan tersebut. Percakapan yang mengenai kemampuan berbicara anak usia 5-6
dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah tahun, menurut mereka anak usia 5-6 tahun
menyangkut berbagai komentarnya terhadap sudah mampu dalam beberapa hal yaitu: 1)
apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan Menceritakan cerita yang sudah dia kenal
orang lain, serta apa yang dilihatnya. (Jamaris, ketika melihat gambar pada buku, 2)
2015: 116). Menyebutkan kegunaan sesuatu: sendok untuk
Menurut Bromley dalam Dhieni, makan, gelas untuk minum, 3) Menyebutkan
menyebutkan bahwa Ada 2 aspek kemampuan empat sampai delapan warna, 4) Mengucapkan
bahasa yaitu kemampuan berbahasa reseptif kalimat dengan lima sampai tujuh kata atau
(dimengerti, diterima), seperti: menyimak dan lebih panjang, 5) Menyebutkan data pribadi,
membaca, kemudian kemampuan berbahasa nama anak, tempat tinggal, 6) Menjawab
ekspresif (dinyatakan/diungkapkan), seperti: telepon, memanggil orang yang ditelepon, 7)
berbicara dan menulis. Kemampuan menyimak Mengucapkan kalimat-kalimat yang dapat
merupakan kemampuan anak untuk dapat dipahami orang lain, 8) Menggunakan kata
menghayati lingkungan sekitarnya dan “bolehkah saya” dengan tepat, 9) Berbicara
mendengar pendapat orang lain dengan indera tanpa henti seperti orang mengoceh, 10)
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini,
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109 103

Bercakap-cakap seperti orang dewasa, banyak seharusnya sudah dapat menjawab pertanyaan
bertanya, 11) Menggunakan bentuk kata kerja, dari orang lain, mengajak berbicara kepada
urutan kata dan struktur kalimat yang tepat, 12) orang lain malah justru pendiam. Hal inilah
Berbicara sendiri sambil menentukan langkah- yang membuat peneliti tertarik melakukan
langkah yang diperlukan untuk memecahkan penelitian yang berjudul “Kemampuan
masalah, dan 13) Menceritakan lelucon dan Berbicara Anak Usia 5-6 tahun di TK X
teka-teki (Allen dan Marotz, 2010: 151). Kamal”. Penelitian ini menggunakan
Mencermati harapan pendidikan dengan pendekatan kualitatif dengan metode deskrptif.
kenyataan yang ada, tampak masih ada Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini
kesenjangan antara harapan dan kenyataan adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
yang perlu mendapat perhatian secara seksama. kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di
Sehubungan dengan hal di atas, peneliti telah TK X Kamal.
melakukan observasi awal pada 5 Oktober 2016 Sejak lahir anak menjalani perkembangan
di TK X Kamal. Dari hasil observasi pada anak, secara bertahap. Susanto yang menjelaskan
peneliti menemukan 1 anak usia 4,5 tahun dan lima aspek perkembangan anak usia dini
pada November 2017 anak sudah berusia 5,5 sebagai berikut: a) Perkembangan fisik,
tahun. Anak tersebut hanya diam saja di kelas. merupakan hal yang menjadi dasar bagi
Ketika peneliti mendekati anak dan kemajuan perkembangan berikutnya. Ketika
mengajaknya berbicara, anak hanya diam saja fisik berkembang dengan baik kemungkinan
tidak menjawab dan ketika jam istirahat, anak anak untuk dapat lebih mengembangkan
menyendiri tidak bermain bersama teman- keterampilan fisiknya, dan eksplorasi
temannya. Kemudian pada saat proses belajar lingkungannya dengan tanpa bantuan dari
mengajar berlangsung, anak lebih sering diam. orang lain. b) Perkembangan intelegensi,
Ketika guru bertanya, anak hanya menggeleng merupakan suatu fiksi ilmiah untuk
dan mengangguk. Terkadang anak mau mendeskripsikan perilaku individu yang
menjawab, namun pengucapannya kurang berkaitan dengan kemampuan intelektual. c)
jelas. Anak juga jarang mau saat guru meminta Perkembangan bahasa, bahasa yang dimiliki
anak untuk maju ke depan untuk menyanyi atau oleh anak adalah bahasa yang telah dimiliki dari
memimpin barisan. hasil pengolahan dan telah berkembang. Anak
Hasil wawancara dengan guru pada TK X telah banyak memperoleh masukan dan
Kamal. Peneliti mendapat keterangan bahwa pengetahuan tentang bahasa ini dari
memang anak tersebut pasif saat di kelas, anak lingkungan, baik lingkungan keluarga,
hanya diam saja ketika guru bertanya. Selain masyarakat, juga lingkungan pergaulan teman
itu, anak juga tidak mau bernyanyi apabila guru sebaya, atau berkembang didalam keluarga atau
memerintahkanya, terkadang anak mau bahasa ibu. d) Perkembangan sosial,
mengikuti perintah guru bernyanyi dan berdo’a merupakan pencapaian kematangan dalam
tetapi hanya komat-kamit tidak bersuara, hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai
apabila bersuarapun suaranya tidak jelas proses belajar untuk menyesuaikan diri
sehingga guru sulit memahami apa yang terhadap norma-norma kelompok, moral dan
diucapkan anak. Sedangkan hasil wawancara tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
pada orang tua anak, peneliti mendapatkan dan saling berkomunikasi, dan bekerja sama. e)
keterangan bahwa anak belum mampu Perkembangan moral, moral berasal dari kata
berbicara dengan jelas. Keseharian anak Latin mos (moris), yang berarti adat sitiadat,
tersebut jarang bergaul dengan teman kebiasaan, peraturan/nilai, atau tata cara
sebayanya di rumah, jarang berkomunikasi kehidupan. Adapun moralitas merupakan
dengan lingkungan sekitar karena lebih sering kemauan untuk menerima dan melakukan
sendiri di dalam rumah dan kedua orang tua peraturan, nilai-nilai dan prinsip
anak sibuk bekerja. moral.(Susanto, 2011: 33).
Apabila ditinjau dari karakteristik Salah satu aspek perkembangan anak
kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun oleh adalah perkembangan bahasa. Bahasa
para pakar, maka kenyataan yang ada sangatlah merupakan penggunaan sistematis dan
bertolak belakang dengan kasus yang peneliti konvensional suara-suara (atau tanda-tanda
temukan di lapangan. Anak usia dini yang atau simbol-simbol tertulis) untuk tujuan
104 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia
Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109

komunikasi atau ekspresi diri. (Hoff, 2009: 4). pertanyaan secara rutin selama kegiatan
Ada beberapa teori perkembangan bahasa kelompok (10-15 menit). b) Usia 6 tahun:
daintaranya konsep perkembangan bahasa anak menggunakan kalimat yang terdiri dari 6 kata,
menurut teori nativistik, konsep pandangan menghubungkan pengulangan atau berbagi
behavioris, konsep perkembangan bahasa anak benda dengan kelompoknya di kelas, menjawab
menurut teori kognitif dan konsep pertanyaan “kapan”, mengulangi kalimat yang
perkembangan bahasa anak menurut teori terdiri dari 10 dan 11 suku kata. (Dhieni, 2013:
interaksionis. Berdasarkan pendapat tersebut, 1.14).
maka konsep perkembangan bahasa yang Dyer mengungkapkan bahwa ada kendala
digunakan yaitu teori interaksionis, dimana atau masalah yang umum terjadi dalam
bahasa dipengaruhi oleh faktor genetik dan berbicara anak yaitu: cadel, kendala proses
lingkungan. Peran orang dewasa dalam proses fonologis, penggunaan suara berlebihan dan
komunikasi juga sangatlah penting untuk gagap. (Dyer, 2004: 84). Cadel adalah salah
mendukung perkembangan bahasa anak. Orang satu kesalahan bicara yang lazim dan dapat
dewasa menjadi pembantu kedua dalam digolongkan menjadi dua jenis dasar yaitu cadel
komunikasi sebagai tenaga ahli yang mampu sentral (interdental) dan cadel lateral. Cadel
menciptakan kondisi efektif dalam percakapan. sentral terjadi apabila lidah seorang anak
Bromley dalam Dhieni menyebutkan menonjol keluar dari antara gigi-gigi depan dan
empat aspek bahasa yaitu menyimak, berbicara, aliran udara diarahkan ke depan dan kebawah
membaca, dan menulis. Kemampuan menuju tengah lidah. Banyak anak yang
menyimak dan membaca merupakan mengalami cadel sentral sampai mereka berusia
keterampilan berbahasa reseptif (dimengerti, 4,5 tahun, dan banyak juga yang sembuh
diterima), sedangkan kemampuan berbicara dengan sendirinya. Sedangkan cadel lateral
dan menulis masuk dalam kategori terjadi apabila udara keluar dari sekitar sisi-sisi
keterampilan berbahasa ekspresif (dinyatakan). lidah, bukannya dari tengah. Jenis cadel ini
(Dhieni 2013: 1.14). Menurut Kamus Besar bukan merupakan bagian dari urutan
Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan berasal perkembangan normal dan cenderung tidak
dari kata mampu yang berarti yang pertama menghilang dengan sendirinya.
kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan Dalam proses fonologis, anak-anak
kedua berada. Kemampuan sendiri memiliki menyederhanakan bunyi-bunyi bahasa yang
arti kesanggupan; kecakapan; kekuatan. kompleks ketika mempelajari bahasa. Istilah
Sedangkan bicara artinya (akal budi; pikiran) yang tepat untuk penyederhanaan ini adalah
dan berbicara artinya berkata; bercakap; proses fonologis. Kendala proses fonologi ini
berbahasa. Santrock mengemukakan ditandai dengan adanya penggantian bunyi-
kemampuan berbicara merupakan suatu bunyi tertentu atau penghilangan pada bunyi
kemampuan untuk berkomunikasi dengan tertentu suatu kata yang dicapkan oleh anak
orang lain, dimana pikiran dan perasaan antara lain: 1) Anak mengulang suku kata yang
individu dinyatakan dalam bentuk lambang sama dua kali. 2) Anak mengganti sebuah bunyi
atau simbol seperti lisan, tulisan, isyarat, yang disuarakan dengan bunyi yang tidak
bilangan, lukisan, maupun mimik yang disuarakan diawal kata. 3)Anak mengganti
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu bunyi yang disuarakan dengan bunyi yang tidak
kepada orang lain. (Santrock, 2008: 67). disuarakan di posisi akhir sebuah kata. 4) Anak
Menurut Dhieni, ada beberapa menghapus konsonan terakhir dalam suatu kata
karakteristik perkembangan kemampuan (seperti tas, menjadi ta). 5) Anak mengganti
berbicara anak usia 5-6 tahun, antara lain: a) bunyi-bunyi yang dihasilkan bagian belakang
Usia 5 tahun: turut serta dalam percakapan mulut (k, g, dan ng) dengan bunyi yang dibuat
tanpa memonopoli, menggunakan kata-kata di depan mulut. 6) Anak mengubah suatu
yang berhubungan dengan urutan kejadian, konsonan dalam sebuah kata untuk
menggunakan kata besok dan kemarin, membuatnya serupa dengan konsonan lain
menggunakan kalimat yang terdiri dari 5 kata dalam kata tersebut (cat menjadi tat). 7) Anak
menjawab telepon, menyampaikan pesan mengganti bunyi-bunyi tertentu seperti (f, v, s,
sederhana, dapat mengulang kalimat yang z, sh, zh, th, h, j, ch) yang sulit diucapkan
terdiri dari dari 9 dan 10 suku kata, menjawab menjadi bunyi yang mudah diucapkan seperti
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini,
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109 105

(t, d, k, dan g). 8)Anak mengganti bunyi-bunyi yang digunakan untuk meneliti status kelompok
r dan l dengan w ata r (seperti ALLAH menjadi manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
Awoh). 9)Anak menghilangkan semua sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
konsonan dalam suatu kelompok, menghapus pada masa sekarang”. Sedangkan Arikunto
satu saja, atau mengganti suatu konsonan yang dalam Prastowo juga menegaskan bahwa
lain dengan yang lebih mudah diucapkan penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk
seperti (krayon, menjadi ayon). menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
Penggunaan suara yang berlebihan. menggambarkan apa adanya tentang suatu
Kondisi ini yaitu dimana anak-anak terlalu variabel, gejala atau keadaan. (Prastowo, 2011:
banyak mengeluarkan suara yang berlebihan 186). Penelitian ini menggunakan metode
seperti berteriak, mengeram atau menirukan deskriptif karena peneliti ingin
suara sesuatu, bernyani, berbicara tanpa henti menggambarkan bagaimana perkembangan
yang dapat mengakibatkan parau yang kronis. berbicara anak usia 5-6 tahun di TK X Kamal.
Gagap. Gagap adalah suatu kondisi Sedangkan prosedur penelitian kualitatif
dimana aliran ucapan terputus oleh jeda-jeda terdiri dari beberapa tahap. Menurut Moleong,
yang abnormal (tanpa suara), pengulangan- terdapat tiga tahapan dalam penelitian kulitatif
pengulangan, atau perpanjangan-perpanjangan. yaitu Tahap pra lapangan, tahap pekerjaan
Hal ini dapat melibatkan gerakan-gerakan lapangan, dan tahap analisis data (Moeleong,
wajah dan tubuh yang tidak lazim yang 2014: 127). Penelitian ini menggunakan ketiga
berkaitan dengan upaya untuk berbicara. tahap tersebut. Tahap pertama yaitu tahap pra
lapangan dimana peneliti berkunjung ke tempat
METODE PENELITIAN penelitian dan menemukan topik yang diteliti,
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dan peneliti memilih informan yaitu guru kelas,
untuk mengamati dan mendeskripsikan kepala sekolah dan orang tua anak sekaligus
bagaimana kemampuan berbicara anak usia 5 – mengamati keadaan lapangan. Setelah peneliti
6 tahun di sekolah yaitu di TK X Kamal. memutuskan untuk memilih sekolah tersebut,
Penelitian ini dilakukan di TK X Kamal, peneliti kemudian meminta izin kepada
Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. informan yaitu pihak sekolah untuk melakukan
Waktu observasi awal dimulai pada 5 penelitian. Peneliti juga melakukan penjajakan
September 2016 dan penelitian ini dilaksanakan lapangan kembali untuk memilih informan
pada bulan bulan Oktober sampai Desember yang dibutuhkan. Selanjutnya peneliti
2017 atau selama 2 bulan. Alasan utama memberikan surat pengantar dari pihak kampus
peneliti memilih TK X Kamal sebagai tempat untuk melakukan penelitian di tempat yang
pengambilan data serta pusat wawancara adalah telah terpilih ada anak yang mengalami kendala
karena peneliti menemukan anak yang dalam kemampuan berbicaranya yaitu di TK X
mengalami kendala dalam kemampuan Kamal.
berbicaranya, sehingga peneliti tertarik untuk Tahap kedua yaitu tahap pekerjaan
melakukan penelitian tentang kemampuan lapangan. Pada tahap ini peneliti melakukan
berbicara anak usia 5-6 tahun di sekolah. persiapan observasi dengan menggunakan
Berdasarkan pandangan tersebut, maka latar pedoman lembar observasi dan wawancara
penelitian yang ditentukan dalam penelitian ini untuk mengamati bagaimana kemampuan
adalah lingkungan sekolah di TK X Kamal. berbicara anak di TK X Kamal, serta
Metode yang digunakan dalam penelitian melakukan persiapan wawancara dengan guru
ini yaitu metode penelitian kualitatif dengan kelas, kepala sekolah dan orang tua anak
mengguanakan pendekatan deskriptif. Menurut menggunakan catatan pertanyaan yang sudah
Dezin dan Lincoln dalam Moleong mengatakan disediakan. Setelah semua persiapan terpenuhi,
bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian peneliti memasuki lapangan dan berperan serta
yang menggunakan latar alamiah, dengan dalam kegiatan pembelajaran untuk
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan mengumpulkan data.
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai Tahap ketiga yaitu analisis data. Pada
metode yang ada”(Moeleong, 2014: 5). tahap ini peneliti menganalisis data yang telah
Nazir dalam Prastowo mengungkapkan diperoleh dari lapangan, kemudian mengolah
bahwa “metode deskriptif adalah suatu metode data tersebut. Pemilihan data yang peneliti
106 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia
Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109

ambil di sini yaitu data yang terkumpul dari b. Teknik Wawancara. Peneliti
catatan lapangan observasi dan catatan menggunakan teknik wawancara semi
lapangan wawancara sesuai dengan fokus terstruktur dalam melakukan penelitian
penelitian yaitu fokus karakteristik kemampuan agar lebih fleksibel dan mudah dalam
berbicara anak usia 5-6 tahun dan fokus kendala melakukan wawancara. Wawancara semi
berbicara anak usia 5-6 tahun. Selanjutnya terstruktur ini bersifat bebas dimana untuk
peneliti melakukan analisis data dan menarik menemukan permasalahan secara lebih
kesimpulan dari data yang telah diperoleh dari terbuka, informan diajak wawancara
subyek dan informan di TX Kamal kemudian dengan dimintai pendapat atau ide-idenya.
menyajikan data dalam bentuk deskripsi. Peneliti melakukan wawancara kepada
Penelitian ini menggunakan data primer guru kelas, kepala sekolah dan orang tua
dan data sekunder. Data primer dalam anak.
penelitian ini adalah objek yang diamati secara c. Teknik Dokumentasi. Dalam hal ini
langsung oleh peneliti yaitu data hasil observasi peneliti menggunakan dokumen berupa
pada anak yang mengalami kendala dalam hasil catatan lapangan observasi dan
kemampuan berbicaranya dan wawancara catatan lapangan wawancara. Foto juga
dengan guru kelas, kepala sekolah serta orang digunakan sebagai pelengkap lampiran
tua anak. Sedangkan data sekunder yang dalam penelitian ini.
peneliti gunakan pada penelitian ini yaitu Prosedur analisis data dalam penelitian ini
dokumentasi berupa hasil catatan lapangan menggunakan prosedur analisis data Miles and
observasi dan catatan lapangan wawancara, huberman. Menurut Miles dan Huberman
juga dilengkapi dengan foto sebagai lampiran dalam Sugiyono, “aktivitas dalam analisis data
tambahan. Sumber data yang dikumpulkan kualitatif dilakukan secara interaktif dan
dalam penelitian ini yaitu kata-kata dan berlangsung secara terus menerus sampai
tindakan. Kata-kata diperoleh dari narasumber, tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”
serta tindakan dari anak yang diteliti. Data yang (Moeleong, 2014: 127). Adapun aktifitas dalam
diperoleh dari kata-kata dan tindakan akan analisis data, yaitu: 1) data reduction (reduksi
didokumentasikan dalam bentuk catatan data), 2) data display (penyajian data), 3)
lapangan observasi dan catatan lapangan conclussiondrawwing (verifikasi). Langkah
wawancara, juga foto sebagai penunjang awal yang dilakukan peneliti untuk
kelengkapan. menganalisis data yaitu dengan melakukan
Teknik pengumpulan data lapangan, reduksi data. Pada tahap ini peneliti memilih
dalam penelitian ini menggunakan beberapa dan memilah data-data penting yang sesuai
teknik antara lain: dengan fokus penelitian. Langkah berikutnya
a. Teknik observasi. Peneliti yaitu menyajikan data. Penyajian data
menggunakan teknik observasi dilakukan menggunakan tabel dan teks naratif
tersamar dalam penelitian ini, dimana untuk menyusun pola hubungan setiap fokus
peneliti dalam melakukan sehingga data semakin mudah dipahami.
pengumpulan data secara tidak terus Langkah terakhir dalam analisis data ini yaitu
terang atau tersamar dalam observasi, penarikan kesimpulan. Peneliti menarik
alasan peneliti menggunakan teknik kesimpulan dari data-data yang telah disajikan
melalui teks naratif untuk menjawab rumusan
observasi ini yaitu untuk menghindari masalah bagaimana karakteristik kemampuan
kalau suatu data yang dicari merupakan berbicara anak usia 5-6 dan bagaimana kendala
data yang masih dirahasiakan. berbicara anak usia 5-6 tahun di TK X Kamal.
Kemungkinan kalau dilakukan dengan Uji keabsahan data dalam penelitian ini
terus terang, maka peneliti tidak akan meliputi beberapa uji diantaranya yaitu: uji
diijinkan untuk melakukan observasi. kredibilitas, uji transferability, uji
Observasi ini dilakukan di sekolah dependability dan uji confirmability. Pada uji
untuk mengamati bagaimana kredibilitas, peneliti menggunakan triangulasi
kemampuan berbicara anak di TK X sumber. Peneliti mengambil data melalui
Kamal. beberapa sumber yang berbeda yaitu guru,
kepala sekolah dan orang tua murid untuk
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini,
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109 107

mendapatkan hasil yang valid. Uji mengulang kalimat saya mau roti bakar, anak
transferability juga digunakan peneliti dengan hanya mampu mengucapkan ta ya au lo ti a kal
cara membuat laporan secara jelas dan rinci dan atau hanya 7 suku kata.
dapat dipercaya oleh pembaca. Uji Menjawab pertanyaan secara rutin selama
dependability digunakan peneliti yaitu dengan kegiatan kelompok (10-15 menit), Anak belum
melakukan audit terhadap keseluruhan proses mampu menjawab pertanyaan secara rutin
yang dilakukan dosen pembimbing. Penelitian selama 10 sampai 15 menit. Anak hanya
ini juga menggunakan uji confirmability yaitu mampu menjawab 2 pertanyaan saja, tidak
dengan menguji hasil penelitian yang sudah sampai 5 menit. Menggunakan kalimat yang
dilakukan dengan ujian sidang skripsi. terdiri dari 6 kata. Anak belum mampu
menggunakan kalimat yang terdiri dari 6 kata,
HASIL DAN PEMBAHASAN hanya mampu menggunakan 2 sampai 3 kata
dalam sekali ucap. Namun anak pernah
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mengucapkan 4 kata dalam sekali ucap dan itu
gambaran bahwa: Anak masih belum sudah maksimal. Menjawab pertanyaan
memenuhi semua karakteristik kemampuan “kapan”, anak belum mampu menjawab
berbicara anak usia 5-6 tahun. karakteristik pertanyaan kapan. Ketika guru bertanya kapan
kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun anak akan mengembalikan rapotnya anak hanya
yang muncul disini yaitu Turut serta dalam diam saja. Pertanyaan kapan yang lain juga
percakapan tanpa memonopoli. Kondisi dimana pernah ditanyakan namun anak hanya
anak mampu ikut serta dalam percakapan, tidak menggeleng.
memonopoli percakapan atau menguasai Kendala berbicara yang terjadi pada anak
percakapan. Disini anak menunjukkan bahwa usia dini dapat mempengaruhi kemampuan
sudah mampu turut serta dalam percakapan di berbicara anak. Kendala atau masalah yang
dalam kelas meskipun terkadang harus ditanya umum terjadi pada kemampuan berbicara anak
terlebih dahulu oleh guru. Anak juga yaitu cadel, kendala proses fonologis,
menunjukkan tidak menyela pembicaraan penggunaan suara berlebihan dan gagap (Dyer
orang lain, anak baru akan bicara saat 2004: 84). Cadel adalah salah satu kesalahan
gilirannya telah tiba. bicara yang lazim dan dapat digolongkan
Menggunakan kata-kata yang menjadi dua jenis dasar yaitu cadel sentral
berhubungan dengan urutan kejadian. Kondisi (interdental) dan cadel lateral. Cadel sentral
dimana anak seharusnya sudah mampu terjadi apabila lidah seorang anak menonjol
menggunakan kata yang menunjukkan urutan keluar dari antara gigi-gigi depan dan aliran
kejadian seperti urutan aktivitasnya di pagi hari udara diarahkan ke depan dan kebawah menuju
sebelum berangkat sekolah yaitu mandi, gosok, tengah lidah. Banyak anak yang mengalami
gigi, memakai baju, dan lain-lain. Namun disini cadel sentral sampai mereka berusia 4,5 tahun,
anak belum mampu menggunakan kata yang dan banyak juga yang sembuh dengan
menunjukkan urutan kejadian, ketika guru sendirinya. Sedangkan cadel lateral terjadi
bertanya anak hanya diam, lalu menggelengkan apabila udara keluar dari sekitar sisi-sisi lidah,
kepala. bukannya dari tengah. Jenis cadel ini bukan
Menggunakan kata besok dan kemarin. merupakan bagian dari urutan perkembangan
Usia 5-6 tahun seharusnya anak sudah mampu normal dan cenderung tidak menghilang
mengucapkan kata besok dan kemarin, namun dengan sendirinya. Namun disini anak tidak
disini anak belum mampu melakukan hal menunjukkan kendala cadel, lidah anak normal
tersebut. Pada saat guru meminta anak seperti biasanya ketika berbicara.
mengucapkan kata besok dan kemarin anak Kendala proses fonologis. Anak-anak
hanya diam saja. menyederhanakan bunyi-bunyi bahasa yang
Dapat mengulang kalimat yang terdiri dari kompleks ketika mempelajari bahasa. Istilah
dari 9 dan 10 suku kata. Kalimat yang terdiri yang tepat untuk penyederhanaan ini adalah
dari 9 sampai 10 suku kata contohnya yaitu sa proses fonologis. Kendala proses fonologi ini
ya ma u ma kan ro ti ba kar. Namun disini anak ditandai dengan adanya penggantian bunyi-
hanya mampu mengulang 6 sampai 7 suku kata bunyi tertentu atau penghilangan pada bunyi-
saja. Ketika guru meninta anak untuk bunyi tertentu suatu kata yang dicapkan oleh
108 Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia
Dini, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109

anak antara lain: Anak mengulang suku kata tidak ada pengulangan kata, tidak ada
yang sama dua kali, anak menghapus konsonan perpanjangan kata dan tidak terputus-putus
terakhir dalam suatu kata, mengganti bunyi- ketika mengucapkan kata.
bunyi yang dihasilkan bagian belakang mulut
dengan bunyi yang dibuat di depan mulut. SIMPULAN
Anak juga mengubah suatu konsonan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
dalam sebuah kata untuk membuatnya serupa gambaran bahwa anak masih belum memenuhi
dengan konsonan lain dalam kata tersebut, semua karakteristik kemampuan berbicara anak
mengganti bunyi-bunyi tertentu seperti yang usia 5-6 tahun. Kemampuan berbicara anak
sulit diucapkan menjadi bunyi yang mudah yang muncul disini yaitu anak sudah mampu
diucapkan, mengganti bunyi-bunyi r dan l turut serta dalam percakapan tanpa
dengan bunyi w atau r, menghilangkan dua memonopoli, namun anak belum mampu
konsonan atau lebih yang muncul bersamaan menggunakan kata-kata yang berhubungan
dalam satu kata, menghapus satu saja, atau dengan urutan kejadian, anak belum mampu
mengganti suatu konsonan yang lain dengan menggunakan kata besok dan kemarin.
yang lebih mudah diucapkan. Selanjutnya anak juga belum mampu
Kendala yang muncul pada anak disini mengulang kalimat yang terdiri dari dari 9 dan
yaitu anak mengganti bunyi-bunyi huruf yang 10 suku kata, anak belum mampu menjawab
dihasilkan bagian belakang mulut dengan bunyi pertanyaan secara rutin kegiatan kelompok
yang dibuat di depan mulut yaitu huruf (g selama 10-15 menit, anak belum mampu
menjadi d , k menjadi t, dan ng menjadi n), anak menggunakan kalimat yang terdiri dari 6 kata,
juga mengubah suatu konsonan dalam sebuah anak juga belum mampu menjawab pertanyaan
kata untuk membuatnya serupa dengan “kapan”.
konsonan lain dalam kata tersebut yaitu huruf t Terdapat kendala pada kemampuan
dan c, Anak mengganti bunyi-bunyi huruf berbicara pada anak yaitu kendala pada proses
tertentu yang sulit diucapkan menjadi bunyi fonologis. Kendala yang muncul diantaranya
yang mudah diucapkan yaitu (f menjadi p, s adalah anak mengganti bunyi-bunyi huruf yang
menjadi t, h menjadi a, j menjadi d, z menjadi dihasilkan bagian belakang mulut dengan bunyi
d), Anak mengganti bunyi-bunyi r dan l dengan yang dibuat di depan mulut, anak mengubah
bunyi w atau r seperti kata ALLAH menjadi suatu konsonan dalam sebuah kata untuk
awoh , Anak menghilangkan dua atau lebih membuatnya serupa dengan konsonan lain
konsonan yang muncul bersamaan dalam satu dalam kata tersebut. Selain itu, anak mengganti
kata, menghapus satu saja, atau mengganti bunyi-bunyi huruf tertentu yang sulit diucapkan
suatu konsonan yang lain dengan yang lebih menjadi bunyi yang mudah diucapkan, anak
mudah diucapkan yaitu (krayon, menjadi ayon). mengganti bunyi-bunyi r dan l dengan bunyi w
Penggunaan suara yang berlebihan. atau r, dan anak juga menghilangkan dua atau
Kondisi ini yaitu dimana anak-anak terlalu lebih konsonan yang muncul bersamaan dalam
banyak mengeluarkan suara yang berlebihan satu kata, menghapus satu saja, atau mengganti
seperti berteriak, mengeram atau menirukan suatu konsonan yang lain dengan yang lebih
suara sesuatu, bernyani, berbicara tanpa henti mudah diucapkan.
yang dapat mengakibatkan parau yang kronis.
Kendala ini tidak muncul pada subjek yang
Saran
diteliti. Anak tidak berteriak ketika berbicara,
tidak menggeram dan tidak berbicara tanpa Adapun saran yang dapat diberikan oleh
henti, justru anak malah jarang berbicara. penulis dari hasil penelitian ini adalah: bagi
Gagap. Suatu kondisi dimana aliran orang tua diharapkan dapat lebih
ucapan terputus oleh jeda-jeda yang abnormal memperhatikan tumbuh kembang anak,
(tanpa suara), pengulangan-pengulangan, atau menstimulasi perkembangan bahasa anak
perpanjangan-perpanjangan kata-kata. Hal ini terutama pada kemampuan berbicaranya,
dapat melibatkan gerakan-gerakan wajah dan mengetahui kendala berbicara yang dialami
tubuh yang tidak lazim yang berkaitan dengan anak baik di rumah maupun di sekolah sehingga
upaya untuk berbicara. Disini anak tidak memudahkan untuk mencari cara
menunjukkan gejala gagap, ketika berbicara menanganinya, juga diharapkan agar orang tua
Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini,
Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018, hal 101-109 109

membawa anak ke ahli tumbuh kembang anak. dan Pembelajaran Anak Usia Dini.
Bagi guru, guru hendaknya lebih mendekatkan Vol. 1, No. 1: 8-13.
diri kepada anak, menciptakan suasana kelas Prastowo, A. 2011. Metode Penelitian
yang nyaman sehingga anak dapat lebih Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
semangat bermain sambil belajar, menstimulasi Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
kemampuan berbicara anak dengan media- Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak
media yang menarik, dan juga melakukan Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta:
hubungan kerja sama antara guru dan orang tua Penerbit Erlangga.
di rumah dengan baik. Bagi peneliti Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
selanjutnya, penelitian ini jauh dari kata Kualitatif dan R&D. Bandung:
sempurna, oleh karena itu peneliti selanjutnya Alfabeta.
diharapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi Sunaryanto, M. 2017. Upaya Meningkatkan
permasalahan tentang kemampuan berbicara Kemampuan Berbicara Anak
anak usia dini, seperti faktor yang Usia 5-6 Tahun Dengan Media Poster
mempengaruhi kemampuan berbicara anak usia Di Tk Aba Wonotingal Poncosari
dini, dampak yang terjadi dalam proses belajar Srandakan Bantul Yogyakarta. Skripsi
mengajar jika ada kendala berbicara pada anak Universitas Yogyakarta.
usia dini, dan juga menambahkan jumlah anak (online),(http://eprints.uny.ac.id/22060
yang diteliti agar dapat mengetahui perbedaan /1/skripsi%20pdf%20muhammad%20s
kemampuan berbicara anak yang satu dengan unaryanto.pdf, diakses pada 2 Oktober
yang lain. 2017).
Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia
DAFTAR RUJUKAN Dini Pengantar Dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana
Dhieni, N.; dkk. 2013. Metode Pengembangan
Prenamedia Group.
Bahasa. Tangerang Selatan:
Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia
Universitas Terbuka.
Dini Dalam Kajian Neurosains.
Dyer, L. 2009. Meningkatkan Kemampuan
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bicara Anak. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Hoff, E. 2009. Language Development, USA:
Florida Atlantic University. Edisi
keempat.
Jamaris, M. 2015. Kesulitan Belajar Bagi Anak
Usia Dini dan Pra Sekolah. Bogor:
Penerbit Ghalia Indah Indonesia.
KBBI. 2017. Kemampuan. (Online).
https://kbbi.web.id/mampu. diakses
pada 18 Oktober 2017.
KBBI. 2017. Berbicara. (Online).
https://kbbi.web.id/bicara. diakses pada
18 Oktober 2017.
Moleong, L J. 2014. Metodologi Penelitian
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Anak
Usia Dini. Bandung: Rineka
Rosdakarya.
Nisa’, T. F. & Luthfiyah, K. 2014. Media
Gambar untuk Meningkatkan
Perbendaharaan Kata pada Siswa TK B
Bahrul Ulum Lamongan. Jurnal PG
PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan

You might also like