Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

KUALITAS TIDUR PADA PASIEN TENSION - TYPE HEADACHE

DI POLI SARAF RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG

Kresna Denta E1, Budhi Suwarma2, Lutfhi Nurlaela3


1
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, 2Bagian
Saraf Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi, 3Bagian Parasitologi Fakultas
Kedokteran Unjani Cimahi

ABSTRACT
Tension type headache is the most common type of primary headache compared to
the other types. Tension-type headache is known to be influenced by several factors,
including sleep disorders. The purpose of this study was to determine sleep quality
assessed based on the PSQI questionnaire in tension-type headache type headache
patients. The method in this study was observational with cross sectional design.
The subjects of the study were patients in the Neurology Clinic at the Advent
Bandung Hospital who filled out a questionnaire containing the classification of
tension-type headaches based on The International Clasification of Headache
Disorders (ICHD) and filled the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) to determine
sleep quality. The results of 35 patients consisted of 14 men and 21 women, the
highest age was 41-50 years, the highest quality of sleep is poor quality of 77.14%
and the most type of tension-type headache was frequent episodic tension type
headaches (48,57%). Based on this study, most people with tension type headache
have poor sleep quality. This is in accordance with several previous studies. There
have been many studies that prove the relationship between the quality of sleep and
tension type headaches. This is due to hormonal factors, work, and habits of patients
who often treat themselves. Stress also plays an important role in the onset of sleep
disorders.
Key Word: Quality of sleep, Tension-Type Headache

ABSTRAK
Tension-type headache merupakan jenis nyeri kepala primer yang paling umum
ditemukan daripada jenis yang lainnya. Tension-type headache diketahui
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah gangguan tidur. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas tidur yang dinilai berdasarkan
kuesioner PSQI pada pasien tension-type headache. Metode dalam penelitian ini
adalah observasional dengan design cross sectional. Subjek penelitian merupakan
pasien di poliklinik Saraf RS Advent Bandung yang mengisi kuesioner berisi
klasifikasi tension-type headache berdasarkan The International Clasification of
Headache Disorders (ICHD) dan mengisi Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
untuk mengetahui kualitas tidur. Hasil penelitian dari 35 pasien yang terdiri dari 14
laki-laki dan 21 perempuan, usia terbanyak adalah 41-50 tahun, kualitas tidur
terbanyak adalah kualitas tidur buruk sebesar 77,14 % dan tipe tension type
headache terbanyak adalah frequent episodic tension type headache (48,57%).
Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar penderita tension type headache memiliki
kualitas tidur yang buruk. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian telah dilakukan
sebelumnya. Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara
kualitas tidur dengan tension type headache. Hal ini disebabkan faktor hormonal,
pekerjaan, dan kebiasaan pasien yang sering mengobati diri sendiri. Stress juga
cukup berperan penting dalam timbulnya gangguan tidur.
Kata kunci: Kualitas Tidur, Tension-Type Headache

PENDAHULUAN
Tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis bagi manusia atau kebutuhan
paling bawah dari piramida kebutuhan dasar. Tercukupinya kebutuhan tidur dapat
membuat seseorang aktif dan segar dalam menjalankan aktivitasnya.1 Tidur yang
tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan fisiologis dan psikologis. Seseorang yang mempunyai pola tidur-
bangun yang teratur lebih menunjukan performa yang lebih baik daripada orang
yang mempunyai pola tidur-bangun yang berubah-ubah. Carpenito mendefinisikan
gangguan pola tidur sebagai kondisi ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami perubahan pada kualitas dan kuantitas pola istirahat yang menimbilkan
ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.2
Nyeri kepala merupakan gangguan neurologis yang paling sering dijumpai
dan dikeluhkan diantara semua gejala gangguan kesehatan secara umum. Menurut
International Association for the Study of Pain tahun 2011 sebanyak 50% populasi
dunia mengalami nyeri kepala setiap tahun dan lebih dari 90% penduduk dunia
mempunyai riwayat nyeri kepala selama hidupnya. Penelitian epidemiologi
internasional menemukan bahwa prevalensi dari nyeri kepala primer adalah 96%
dimana 70% dari jumlah dari tersebut dilaporkan mengalami nyeri kepala tipe
Tension-Type Headache (TTH), 16% tipe kluster dan 10% tipe migrain.3
Gangguan pola tidur dan nyeri kepala merupakan dua fenomena yang sering
dialami oleh masyarakat dalam praktik sehari-hari. Gangguan pola tidur dan nyeri
kepala telah lama menjadi perhatian. Kedua hal tersebut berhubungan secara timbal
balik. Nyeri kepala dapat timbul karena pola tidur yang tidak sehat, sedangkan
gangguan tidur biasa terjadi karena nyeri kepala.4 Penelitian Paiva dkk
mengidentifikasikan adanya gangguan tidur yang spesifik pada 55% populasi
penderita nyeri kepala.5 Boardman dkk, menunjukan data pada populasi umum
bahwa terdapat hubungan antara meningkatnya gangguan tidur dengan derajat
keparahan nyeri kepala.6 Menurut Broadman, menemukan bahwa masalah tidur
berkaitan dengan semua jenis nyeri kepala dan meningkatnya masalah gangguan
tidur berhubungan dengan meningkatnya frekuensi dan beratnya nyeri kepala.7
Penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada lima rumah sakit besar di
Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi pasien Episodic Tension-Type Headache
31%, Chronic Tension-Type Headache 24%, migrain tanpa aura 10%, migrain
dengan aura 1,8%, cluster headache 0,5%, dan mixed headache 14%. Menurut hasil
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa TTH merupakan nyeri kepala yang
paling banyak dialami oleh masyarakat.8 Penelitian Rasmussen mengatakan bahwa
pada wanita ditemukan lebih banyak kasus TTH dibandingkan dengan pria dengan
perbandingan 5 : 4. Kelompok usia 18-65 tahun paling banyak mengalami nyeri
kepala ini daripada kelompok usia lainnya.9 Penelitian yang dilakukan Rasmusen
dkk menunjukan bahwa gangguan tidur berhubungan dengan timbulnya Tension-
Type Headache (TTH) akan tetapi tidak untuk tipe migraine.10 Penyebabnya antara
lain waktu tidur yang singkat, bangun tidak segar, dan kelelahan. Pencetus TTH
antara lain: lapar, dehidrasi, pekerjaan/ beban yang terlalu berat (overexertion),
perubahan pola tidur, caffeine withdrawal, dan fluktuasi hormonal wanita.10
Berdasarkan The International Classification of Headache Disorders edisi ke
3 membedakan TTH menjadi 3 subklasifikasi yaitu (1) TTH episodik yang jarang (2)
TTH episodik yang sering (3) TTH kronik. Diantara ketiga jenis TTH tersebut, TTH
episodik merupakan nyeri kepala primer yang paling umum terjadi, dengan
prevalensi 1 tahun sekitar 38–74%. Suatu survei populasi di USA menemukan
prevalensi tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan TTH kronis sebesar 2,2%.11
Penilaian pola tidur dapat dinilai berdasarkan kuesioner The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). PSQI dapat digunakan dalam penelitian klinis dan studi
epidemiologis serta mengidentifikasi kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan
dalam kualitas tidur.12 PSQI menyediakan ukuran kuantitatif kualitas tidur yang
cepat dalam mengidentifikasikan kualitas tidur yang baik dan buruk. Peneliti
melakukan penelitian di RS Advent Bandung karena RS Advent Bandung
merupakan salah satu rumah sakit swasta di Bandung yang memiliki fasilitas poli
saraf yang cukup lengkap serta jumlah pasien yang cukup banyak. Berdasarkan
latar belakang dan berbagai penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengetahui kualitas tidur berdasarkan kuesioner PSQI pada pasien tension type
headache di poliklinik Saraf RS Advent Bandung.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan
penelitian Cross Sectional dimana subjek diobservasi pada saat yang sama,
kemudian data yang diperoleh akan dianalisis. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas tidur pada pasien Tension-Type Headache di Poli saraf RS
Advent Bandung. Penelitian akan dilakukan selama bulan September sampai
dengan Desember 2018 dengan menggunakan kuesioner PSQI yang akan diberikan
kepada pasien tension type headache yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis
saraf rumah sakit advent bandung.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di poliklinik saraf Rumah Sakit Advent Bandung mulai dari
tanggal 25 September 2018 sampai dengan 29 Desember 2018. Jumlah subjek
yang didapatkan dalam penelitian ini berjumlah 35 responden yang merupakan
pasien poliklinik saraf Rumah Sakit Advent Bandung dengan diagnosis Tension
Type Headache (TTH) yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Karakteristik responden pada penelitian ini adalah berupa distribusi subjek
penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin responden yang menjalani
pemeriksaan atau pengobatan di poliklinik RS Advent Bandung. Karakteristik data
tersebut disajikan dalam Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3.
Tabel 4.1 Distribusi kelompok umur subjek
Karakteristik Usia
Frekuensi (n) Persentase(%)
20–30 tahun 6 17,1
31–40 tahun 9 25,7
41–50 tahun 10 28,6
51–60 tahun 5 14,3
61–70 tahun 5 14,3
Total 35 100

Usia pasien TTH yang menjadi subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok
dekade usia. kelompok Dari Tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil penelitian yang
dilakukan pada pasien TTH untuk karakteristik usia, rentang usia responden
terbanyak yang menderita TTH ialah usia 41–50 tahun dengan persentase 29%
diikuti dengan usia 31–40 tahun dengan persentase 26%. Hasil penelitian didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Kandil RM et al, dari total 640 sampel, 63
sampel (9,84%) berusia < 20 tahun, 191 sampel ( 29,84%) berusia ≥ 20 tahun
sampai ≤ 40 tahun dan 386 sampel (60,31%) berusia ≥ 40 tahun.18 Pada penelitian
lain yang dilakukan oleh Schwartz et al juga dijelaskan bahwa prevalensi terbanyak
di usia 30 sampai 39 tahun baik perempuan maupun laki-laki.14
Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian lain yang mendukung, dapat
disimpulkan bahwa pasien TTH yang yang terbanyak berusia 30–50 tahun. Pada
usia tersebut, tingginya beban tanggung jawab keluarga, kekhawatiran, dan
peningkatan usia adalah diyakini menjadi penyebab utama meningkatnya frekuensi
dari TTH.14

Tabel 4.2 Distribusi jenis kelamin subjek


Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 40,0
Perempuan 21 60,0
Total 35 100,0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin pasien
terbanyak yang menderita TTH adalah jenis kelamin perempuan dengan persentase
60,0%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lyngberg et al dimana
dari 207 orang sampel, 115 diantaranya adalah perempuan (55,6%) dan laki-laki 92
orang (44,4%).15,16 Pada penelitian yang dilakukan oleh Kandil RM et al juga
didapatkan bahwa jenis kelamin yang paling banyak yang menderita TTH adalah
perempuan, ini terbukti dari 640 sampel, 410 berjenis kelamin perempuan (64,06%)
dan 230 sisanya adalah laki-laki (35,93%).17
Berdasarkan hasil penelitian dan banyak penelitian lain yang mendukung, dapat
disimpulkan bahwa pasien TTH yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki. Hipotesis sementara yang menjelaskan hal ini yaitu
secara fisiologi/hormonal, pada tubuh perempuan, hormon ovarium seperti estrogen
dan progesteron dapat mempengaruhi berbagai sistem neurotransmitter yaitu
serotonergik, noradrenergic, glutamatergik, sistem GABAergik dan opiatergik.
Hormon seks ini akan mempengaruhi transmisi nyeri perifer dan sentral. Sejumlah
bukti juga menunjukkan adanya efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh estrogen
dalam sel vaskular, begitu pula dengan progesteron.17 Ini dianggap memainkan
peran penting dalam patogenesa berbagai nyeri kepala.

Tabel 4.3 Distribusi kelompok umur laki-laki dan perempuan


Jenis Kelamin
Usia Laki-Laki Perempuan Total
n % n %
17–30 5 83,3 1 16,7 6
tahun
31–40 0 0 9 100,0 9
tahun
41–50 6 60,0 4 40,0 10
tahun
51–60 0 0 5 100,0 5
tahun
61–70 3 60,0 2 40,0 5
tahun
Total 14 40,0 21 60,0 35

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui bahwa jenis kelamin perempuan dengan
kelompok umur 31–40 tahun, dengan persentase 29% adalah yang terbanyak
menderita TTH Pada penelitian kandil dkk juga menemukan hasil yang serupa,
dimana wanita paling banyak ditemukan pada usia 20–40 dan pada usia >60.18
Frekuensi tension-type headache juga relatif meningkat di kalangan perempuan
setelah pubertas. Hal ini mungkin dapat dapat dijelaskan karena adanya stress
karena larangan sosial pada hak kebebasan individu, lingkungan kerja, pernikahan,
faktor emosional, kecemasan, depresi dan tekanan pendidikan.18 Menurut penelitian
Rasmussen didapatkan prevalensi TTH meningkat sampai dekade ke lima dengan
penurunan kecil selama penambahan usia.19
4.1.1. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Berdasarkan PSQI
Data distribusi frekuensi kualitas tidur pada pasien tension type headache disajikan
dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kualitas tidur pasien TTH


Kualitas Tidur Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 10 22,86%
Buruk 25 77,14%
Total 35 100%

Dari Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa kualitas tidur terbanyak pada pasien
TTH adalah kualitas tidur buruk berjumlah 25 orang (77,14%) .
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kikuchi et al, dimana
mayoritas subjek memilki kualitas tidur yang buruk.20 Dijelaskan juga dalam
penelitian Rumaisya di RSUDZA Banda Aceh mayoritas pasien mengalami kualitas
tidur yang buruk sebanyak 78,8%.21 Dalam penelitian yang dilakukan oleh de
Tommaso et al menjelaskan bahwa waktu tidur yang kurang dapat mempengaruhi
tension headache, selain itu dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan
durasi tidur yang pendek/tidak cukup dengan TTH kronis.24
Tingginya kejadian nyeri kepala dan masalah tidur pada orang yang sama
diperkirakan karena masalah anatomi atau psikologis. Beberapa hipotesa telah
dikemukakan didasarkan pada pengetahuan saat ini yaitu: 1) nyeri kepala dapat
membuat seseorang terjaga dan mengganggu proses memulai dan
mempertahankan tidur; 2) tidur yang buruk dan disertai kelelahan berefek pada
sensitivitas nyeri dan mungkin juga kemampuan untuk mengatasi masalah dan
stress. Dalam masalah ini, tidur yang buruk adalah pemicu atau berkontribusi
sebagai faktor penyebab nyeri kepala TTH. Meskipun demikian, penjelasan
lanjutnya belum diketahui.13

Tabel 4.5 Distribusi Kualitas tidur berdasarkan kelompok umur


Kualitas Tidur
Usia Baik Buruk Total
n % n %
20–30 tahun 1 16,7 5 83,3 6
31–40 tahun 1 11,1 8 88,9 9
41–50 tahun 5 50,0 5 50,0 10
51–60 tahun 2 40,0 3 60,0 5
61–70 tahun 1 20,0 4 80,0 5
Total 10 28,6 25 71,4 35

Dari Tabel 4.4 diatas didapatkan bahwa kelompok usia 31–40 tahun adalah yang
terbanyak mengalami kualitas tidur buruk.
Usia terbanyak terjadi perburukan kualitas tidur yang ditemukan pada penelitian
ini adalah usia 31–40 tahun. Usia 31–40 tahun merupakan usia produktif dimana
pekerjaan masih mendominasi aktivitas sehari-hari, dari penelitian juga ditemukan
bahwa responden sering tidur terlambat dikarenakan mengerjakan pekerjaan yang
tertunda dan memaksa tubuh menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu sebelum
tidur. Semakin tua umur akan terjadi pengurangan dari fase tidur yaitu REM dan
NREM sehingga waktu tidur lelap pun menjadi berkurang menyebabkan saat
bangun pagi seseorang tidak mendapat kesegaran yang optimal. Timbulnya fase
REM dan NREM yang singkat juga dapat menimbulkan terbangunnya seseorang
pada tengah malam atau pada waktu yang terlalu pagi, padahal waktu tidurnya
hanya sebentar dihitung sejak dimulainya tidur.22
4.1.2. Distribusi Frekuensi TTH
Data distribusi TTH dibagi berdasarkan jenis TTH yang diderita oleh pasien. Data
distribusi tersebut disajikan dalam Tabel 4.5

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi jenis TTH


Jenis TTH Frekuensi (n) Persentase (%)
Jarang (infrequent) 5 14,29
Sering (frequent) 17 48,57
Kronis 13 37,14
Total 35 100%

Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari total responden jenis TTH terbanyak
yang dialami adalah tension type headache tipe frequent yaitu 17 orang (48,57%)
dan yang paling sedikit adalah tipe jarang (Infrequent) yang berjumlah 5 orang
(14,29%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rumaisya dari 33 subjek, 7 pasien
menderita TTH Infrequent (21,2%), 9 pasien penderita TTH Frequent (27,3%), dan
17 pasien penderita TTH Kronis (51,5%).21 Pada penelitian yang dilakukan oleh
Machfoed et al juga dijelaskan bahwa dari 60 sampel, 1 sampel menderita TTH
infrequent (1,7%), 22 sampel menderita TTH frequent (36,7%) dan 37 sampel
menderita TTH Kronis (61,7%). Hasil penelitian tersebut sesuai dengan temuan dari
penelitian ini dimana jenis TTH terbanyak yang ditemui adalah TTH Frequent dan
paling sedikit TTH infrequent. Pada penelitian ini melibatkan pasien TTH baru atau
pasien follow up, sehingga data yang didapatkan merupakan data prevalensi dan
bukan data insidensi secara luas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kandil RM
dijelaskan juga bahwa mayoritas dari penderita nyeri kepala (99,6%) tidak
mengobati nyeri kepala mereka secara benar atau beberapa diantaranya mengobati
sendiri dengan obat pereda nyeri (50,4%).18 Dengan melihat fakta bahwa
kebanyakan orang yang menderita TTH tipe infrequent tidak mengobati dengan
benar dalam hal ini konsultasi dengan dokter namun melakukan pengobatan sendiri
dengan obat pereda nyeri kepala, dapat menjelaskan mengapa pasien TTH tipe
frequent dan Chronic lebih banyak ditemukan di rumah sakit. Dalam penelitian
Spierings et al juga dijelaskan bahwa faktor pencetus yang paling umum dari pasien
nyeri kepala TTH adalah stres, tidak makan tepat waktu, kelelahan, dan kurang
tidur.23

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan data analisis dari penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar kualitas tidur pada pasien Tension-Type
Headache, baik tipe frequent, infrequent, maupun Chronic, memiliki kualitas tidur
yang buruk yaitu berjumlah 25 pasien (77,4%). Kualitas tidur yang buruk paling
banyak ditemukan pada pasien TTH Chronic. Kelompok TTH yang paling banyak
ditemukan yaitu ditemukan yaitu tipe Frequent. Kelompok laki-laki ditemukan paling
banyak pada kelompok usia 41–50 tahun sedangkan wanita paling banyak pada
kelompok usia 31-40. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan Penelitian
selanjutnya diharapkan menggunaan instrumen/parameter penelitian yang subjektif
dan objektif secara bersama-sama dalam suatu penelitian. Bagi peneliti selanjutnya
yang ingin meneliti mengenai hubungan durasi dan kualitas tidur dengan tension
type headache agar dapat memperbesar jumlah sampel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Potter, P.A., & Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktis. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2005.
2. Carpenito-Moyet, Lynda Juall, ed. Nursing diagnosis: Application to clinical
practice. Lippincott Williams & Wilkins, 2006.
3. World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational
Use of Medicine. Geneva, 2011.
4. Doufas, A., Panagiotou, O., Ioannidis, J. Concordance of Sleep and Pain
Outcomes of Diverse Interventions: An Umbrella Review. PLoS One on line
journal 2012; 7(7).
5. Paiva, Teresa, et al. "The relationship between headaches and sleep
disturbances." Headache: The Journal of Head and Face Pain 35.10 (1995):
590-596.
6. Boardman, Helen F., et al. "Psychological, sleep, lifestyle, and comorbid
associations with headache." Headache: The Journal of Head and Face Pain
45.6 (2005): 657-669.
7. Spitzer, A. Robert, and Melissa Broadman. "Treatment of the narcoleptiform
sleep disorder in chronic fatigue syndrome and fibromyalgia with sodium
oxybate." Pain Practice 10.1 (2010): 54-59.
8. Sjahrir, H. Nyeri Kepala & Vertigo. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press; 2008.
9. Gorelick PB, Testai FD, Hankey GJ, Wardlaw JM. (eds.). Hankey’s Clinical
Neurology. Edisi ke-2. Florida: CRC Press; 2014.
10. Rasmussen, Birthe Krogh. Migraine and tension-type headache in a general
population: precipitating factors, female hormones, sleep pattern and relation to
lifestyle. Pain 1993; 53: 65-72.
11. Headache Classification Committee of the International Headache Society
(IHS). The international classification of headache disorders, (beta version).
Cephalalgia 2013; 33.9: 629-808.
12. Buysse, D. J., Reynolds, C. F., Monk, T. H., dkk. The Pittsburgh Sleep Quality
Index: A new instrument for psychiatric practice and research. Psychiatry
Research. 1989: 28(2); p.193-213.
13. Bendtsen, Lars, and Rigmor Jensen. "Tension-type headache." Neurologic
clinics 27.2 (2009): 525-535.
14. Schwartz, Brian S., et al. "Epidemiology of tension-type headache." Jama 279.5
(1998): 381-383.
15. Lyngberg, Ann Christine, et al. "Has the prevalence of migraine and tension-
type headache changed over a 12-year period? A Danish population survey."
European journal of epidemiology 20.3 (2005): 243-249.
16. Lyngberg AC, Rasmussen BK, Jørgensen T, Jensen R: Incidence of primary
headache: a Danish epidemiologic follow-up study. Am J Epidemiol 2005; 161:
1066–73.
17. Lieba-Samal, Doris, and Christian Wöber. "Sex hormones and primary
headaches other than migraine." Current pain and headache reports 15.5
(2011): 407-414
18. Kandil RM, Hamed AS, Fadel AK, Youssef AH,Hamed AM, Mohamed
O.K.Epidemiology of tension-typeheadache (TTH) in Assuit Governorate,
Egypt.Journal of Neurology and Neuroscience Vol.5.2014
19. Rasmussen BK, Jensen R, Schroll M, Olesen J. Epidemiology of headache in a
general population-a prevalence study. J Clin Epidemiol 1991; 44: 1147–57
20. Kikuchi, Hiroe, et al. "Does sleep aggravate tension-type headache?: An
investigation using computerized ecological momentary assessment and
actigraphy." BioPsychoSocial medicine 5.1 (2011): 10.
21. Rumaisya, Reza. "Hubungan Durasi Dan Kualitas Tidur Dengan Tension Type
Headache Di Poliklinik Saraf Rsudza Banda Aceh." ETD Unsyiah (2017).
22. Prayitno, A. "Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan
penatalaksanaannya." Jurnal Kedokteran Trisakti 21.1 (2002): 23-30.
23. Spierings, Egilius LH, Anniek H. Ranke, and Peter C. Honkoop. "Precipitating
and aggravating factors of migraine versus tension‐type headache." Headache:
The journal of head and face pain 41.6 (2001): 554-558.
24. de Tommaso, Marina, et al. "Sleep features and central sensitization symptoms
in primary headache patients." The journal of headache and pain 15.1 (2014):
64.

You might also like