Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

STUDI KOMPREHENSIF PENGARUH DAN PENGOPTIMALAN

DEAKTIVASI KATALIS TERHADAP PROSES PADA ALAT PRIMARY


REFORMER (101-B) DI PABRIK AMONIA PUSRI-IV

THE INFLUENCE AND OPTIMIZATION OF CATALYST


DEACTIVATION TOWARD PROCESS IN PRIMARY REFORMER (101-
B) AT REFORMING UNIT AMMONIA PLANT PUSRI-IV

Muhammad Rafli Firmansyah*1, Idha Silviyati1, Endang Supraptiah1


1
Program Studi DIII Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Poilteknik Negeri Sriwijaya

Jalan Srijaya Negara, 30139 Palembang, Indonesia


Email : *muhfirmansyahrafli@gmail.com

ABSTRACT

PT Pupuk Sriwidjaja Palembang is one of the industries that utilize ammonia to produce urea and NPK
fertilizers. To be able to produce ammonia, synthesis gas is needed. Processing natural gas into synthesis gas
using a Primary Reformer is never free from a problem. Among these problems, catalyst deactivation is a
problem that is sure to occur. The deactivation process, in some cases, can be worsened by the presence of
carbon deposits in the catalyst. This can cause a decrease in the ability of the catalyst to convert natural gas,
which contains a lot of methane, into synthesis gas. As a result, methane slip occurs. This study aims to review
the effect of carbon deposit on methane slip and how to optimize it. The review was carried out using the micro-
kinetic analysis method, which first studied the reaction mechanism on the catalyst surface, then evaluated the
general reaction kinetics and the reaction of carbon deposits. Based on this, it is concluded that carbon deposit
worsens the catalyst deactivation process with many active sites of the catalyst being covered by carbon.
However, this condition can still be anticipated by adjusting and maintaining operating conditions at a
temperature of 777ºC and a pressure between 27 – 30,5 kg/cm2.

Key words: Carbon Deposit, Katalis, Primary Reformer, Steam Reforming

1. PENDAHULUAN Reaksi steam reforming merupakan reaksi


yang terjadi antara gas alam dan uap a ir
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah bertekanan (steam). Pada alat Primary Reformer
industri yang bergerak dalam bidang pupuk, (101-B), reaksi ini terjadi pada tube yang
khususnya pupuk urea. Untuk dapat memproduksi berjumlah sebanyak 378 buah dan dibantu dengan
pupuk urea, dibutuhkan bahan baku utama, yaitu katalis berbasis nikel pada suhu 780-820ºC.
gas alam. Gas alam ini kemudian akan diolah pada Reaksi ini bersifat endotermik, sehingga
unit Amonia dan dikonversi menjadi amonia dibutuhkan suplai panas agar reaksi dapat
(NH 3 ) dan karbon dioksida (CO2 ). Sebelum berlangsung dengan baik. Panas tersebut disuplai
menjadi amonia, gas alam tersebut akan oleh pembakaran pada burner yang terletak pada
dikonversi terlebih dulu menjadi gas sintesa (syn- bagian atap primary reformer (Azhari, 2011).
gas) pada Reforming Unit. Terkhusus di pabrik Dalam operasinya, alat Primary Reformer
PUSRI-IV, Reforming Unit terdiri dari 3 proses (101-B) tidak mampu dengan sempurna
utama, yaitu pada alat Saturator (301-E), Primary mengkonversi gas alam, yang banyak
Reformer (101-B), dan Secondary Reformer (103- mengandung CH 4 , menjadi syn-gas. Oleh karena
D). Syn-gas merupakan gas yang terdiri dari unsur itu, agar didapatkan konversi metana yang lebih
H 2 , CO, dan CO2 . Syn-gas diproduksi pada alat tinggi, proses yang sama dilakukan kembali pada
Primary Reformer (101-B) dan Secondary alat Secondary Reformer (103-D). Kondisi
Reformer (103-D) melalui reaksi steam reforming dimana metana tersebut banyak yang tidak
(Kelompok Teknik Proses Pabrik P-IV PT Pupuk bereaksi atau masih terkandung dalam syn-gas
Sriwidjaja Palembang, 2020). biasa disebut methane slip atau CH4 leakage
(Kelompok Teknik Proses Pabrik P-IV PT Pupuk Namun, hanya fouling yang banyak terjadi pada
Sriwidjaja Palembang, 2020). proses steam reforming (Behnam dan Dixon,
Suatu kondisi dimana terjadi penyimpangan 2017). Selain itu, pada katalis padat, sintering
nilai pada parameter yang diukur tentu dapat juga dapat menga ncam performa dari katalis
menyebabkan masalah yang berdampak pada tersebut. Secara umum, fenomena ini dipengaruhi
proses. Hal ini dapat terjadi karena adanya oleh kondisi operasi dan lebih cenderung
penurunan kinerja alat. Secara spesifik, dianggap proses fisis dibanding kimiawi, karena
penurunan kinerja alat tersebut juga tentu dapat dipengaruhi oleh aktivitas termal (Butt dan
dipengaruhi oleh adanya penurun kinerja Petersen, 1988).
komponen pendukung pada alat tersebut. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu analisa khusus untuk 2. METODOLOGI
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Menurut process engineer (PE) pabrik Penelitian ini menerapkan metode micro-kinetic
PUSRI-IV, katalis yang digunakan pada alat analysis. Menurut Istadi dkk., (2011) micro-
Primary Reformer (101-B) untuk membantu kinetic analysis adalah sebuah analisa yang
proses steam reforming, telah memasuki end of mengevaluasi suatu reaksi kimia pada permukaan
run (EOR) dari sejak pertama kali digunakan atau katalis dan pengaruhnya terhadap permukaan
yang berarti katalis tersebut akan mengalami katalis tersebut.
deaktivasi dan memerlukan penanganan khusus.
1) Mekanisme Reaksi
Kondisi ini tentu akan menyebabkan penurunan
Analisa dimulai dengan memahami mekanisme
kemampuan katalis untuk mengkonversi metana
reaksi yang terjadi. Berkaitan dengan ini, Xu dan
menjadi syn-gas. Hal ini dibuktikan dengan
Froment (1989) berhasil mengembangkan
kondisi dimana pada periode bulan Januari –
mekanisme reaksi steam methane reforming pada
April 2021, nilai methane slip mendekati atau
permukaan katalis berbasis nikel. Walaupun
berada pada batas desain sebanyak 4 kali. Bahkan,
dalam percobaannya, digunakan katalis yang
sebanyak 2 kali berada diatas batas desain yang
berbeda dengan katalis yang digunakan pada
telah ditetapkan. Hal ini tentu memberikan
Primary Reformer (101-B), yaitu Ni/MgAl2 O4 ,
dampak pada proses selanjutnya, seperti
mekanisme reaksi yang mereka kembangkan
peningkatan beban kinerja pada alat Secondary
sangat populer dalam proses reforming gas alam
Reformer (103-D) untuk mengkonversi sisa
dan banyak dijadikan sebagai dasar pemodelan
metana yang belum bereaksi dan juga berpotensi
kinetika pada berbagai penelitian di bidang yang
meningkatkan kadar gas inert pada proses sintesa
sama. Sehingga, analisa yang dilakukan akan
amonia. Kondisi yang sama juga dapat terjadi
berdasarkan dengan mekanisme reaksi tersebut.
pada proses reforming gas alam di pabrik PUSRI-
IB, PUSRI-IIB, dan PUSRI-III. 2) Perhitungan Laju Reaksi
Hipotesa yang dirumuskan terkait masalah Metode perhitungan kinetika reaksi yang akan
adalah proses deaktivasi katalis diperburuk digunakan adalah model matematika yang
dengan a danya pembentukan carbon deposit pada ditemukan oleh Xu dan Froment (1989) lalu
permukaan katalis dan carbon deposit tersebut dikembangkan oleh Abbas dkk., (2016) dalam
dapat dibersihkan dari permukaan katalis melalui pemodelan matematika dari reaksi steam methane
reaksi kimia dengan reaktan tertentu. Studi ini reforming dengan kata lis berbasis nikel
bertujuan untuk menguji hipotesa yang (NiO/Al2 O3 ). Berdasarkan pemodelan tersebut,
dirumuskan, menentukan laju pembentukan disimpulkan bahwa dalam menentukan laju reaksi
carbon deposit yang terdapat pada permukaan proses steam reforming, hanya 3 dari 21 reaksi
katalis, menentukan pengaruh temperatur dan S/C utama yang dipertimbangkan sebagai penentu laju
ratio terhadap methane slip, dan menentukan cara secara keseluruhan (rate-determining step). Hal
pengoptimalan proses pada alat Primary ini dikarenakan 3 reaksi tersebut berjalan dengan
Reforrmer (101-B) sesuai dengan kondisi alat lebih lambat dibandingkan dengan reaksi yang
terkini. lain. Persamaan laju tersebut dapat dilihat seperti
Deaktivasi katalis pada dasarnya dapat berikut:
menyebabkan penurunan performa katalis yang k1 p3H2 pCO 1
kemudian menuntut untuk adanya proses R1 = 2.5 ( pCH4 pH2O − )
p H2 KI (DEN) 2
regenerasi agar performa katalis dapat kembali
maksimal (Levenspiel, 1999). Proses deaktivasi k2 pH2 pCO 2 1
katalis umumnya disebabkan oleh 3 penyebab R2 = (p CO pH2O − )
utama, yaitu poisoning, fouling, dan sintering. p H2 K II (DEN)2
k3 p 4H2 pCO 2 1 c. Gas inert, berupa N2 dan Ar, tidak menjadi
R3 = (p CH4 p2H2O − ) pertimbangan dalam analisa.
p3.5
H2 K III (DEN) 2
4) Perhitungan Laju Pembentukan Karbon
(DEN) = 1 + K CO pCO + K H2 pH2
Analisa utama pada penelitian ini difokuskan
K H2 O pH2O
+ K CH4 pCH4 + pada evaluasi kinetika reaksi pembentukan
pH2 carbon deposit pada permukaan aktif katalis.
Dimana: Kinetika tersebut dapat diuji dengan
pCO p3H2 menggunakan rumus yang dirumuskan oleh
KI = Snoeck dkk., (2002):
pC H4 pH2O
1 ' c O-1
pH2 pCO 2 k+ (
M K CH4 pCH4 - * p2 ) + (k -O K CO pCO -k + )
K II = K M,av H2 O c
1
pH2O pCO rc,net =
1 1 cO-1
(1+ K CH4 pCH4 + " p3/2 + )
Kr H2 K O,H2 O c1
K III = K I K II
1 1 1
−Ej k− + ′
O = kO
k j = k oj exp ( ) K ∗H2O K O,H2O K CO
RgT
cO−1 1 pH2 O
−ΔHi =( )
K i = k oi exp ( ) c1 K O,H2O p H2
RgT
Penggunaan parameter “(DEN)” pada pemodelan K ∗H2O = K ∗CO 2 k WGS = k stref /K ∗M
ini adalah karena menurut Xu dan Froment
(1989), katalis dengan ukuran partikel yang lebih K ∗M,av = exp (142.5/R)exp (−123226/R/T)
besar dari 0,25 mm, perlu mempertimbangkan
faktor difusi pada permukaan katalis dalam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemodelan kinetika nya. Oleh karena itu,
“(DEN)” merepresentasikan faktor difusi Proses deaktivasi katalis, dalam beberapa kasus,
tersebut. Hal ini juga didukung dengan penelitian dapat diperburuk dengan adanya kumpulan
oleh Chen dkk., (2020) yang menyimpulkan senyawa C (carbon) pada katalis. Proses ini
bahwa pada proses steam methane reforming, secara umum dapat disebut sebagai fouling
faktor difusi pa da permukaan katalis hanya dapat (coking), yaitu kondisi dimana sisi aktif katalis
diabaikan apabila ukuran partikel katalis lebih tertutupi oleh adanya endapan karbon. Endapan
kecil dari 150 µm atau 0,15 mm. tersebut biasa disebut carbon deposit.
Carbon deposit sendiri merupakan permasalahan
3) Batasan-Batasan Penelitian yang umum pada reaksi katalitik dengan
Analisa juga akan dibatasi oleh asumsi bahwa melibatkan senyawa hidrokarbon, seperti gas
senyawa hidrokarbon berat yang terdapat dalam alam. Carbon deposit terbentuk sebagai akibat
gas alam akan habis bereaksi dan tidak akan dari reaksi cracking senyawa hidrokarbon yang
keluar sebagai produk pada gas sintesa. Hal ini tidak sempurna, sehingga meninggalkan senyawa
dikarenakan menurut Abdurrakhman dkk., (2012) C tunggal dengan konsentrasi tertentu yang
dalam temperatur yang rendah dan waktu proses cenderung dapat berdifusi ke dalam partikel-
yang cepat, senyawa -senyawa hidrokarbon berat partikel penyusun katalis yang memiliki
tidak terdeteksi lagi pada produk gas sintesa. konsentrasi lebih rendah. Apabila hal ini terjadi,
Sehingga, analisa ini hanya akan maka senyawa C tersebut dapat mengisi ruang-
mempertimbangkan senyawa CH 4, CO, CO2 , H 2, ruang kosong yang seharusnya menjadi sisi aktif
dan inert pada produk gas. Selain itu, terdapat katalis, dan memblokir interaksi antara reaktan
asumsi-asumsi yang akan menjadi batasan pada dengan permukaan katalis yang akhirnya
analisa ini, yaitu: menyebabkan banyak reaktan tidak bereaksi
a. Tekanan parsial dan fraksi mol dari masing- (unreacted reactant). Dengan kondisi katalis yang
masing komponen akan mengacu pada data sudah jenuh, seperti yang digunakan pada alat
aktual dari aliran mixed feed gas. Primary Reformer (101-B), yang memiliki
b. Temperatur gas yang dimaksud adalah lifetime mencapai 8 tahun 5 bulan 13 hari sejak
temperatur dari outlet gas yang tertera pada pertama kali digunakan pada bulan Januari 2013,
data aktual. hal ini dapat mempercepat penurunan aktifitas
katalis dan memperburuk kemampuan katalis
tersebut untuk mengkonversi gas alam, yang gas alam menjadi gas sintesa ataupun
banyak mengandung metana, menjadi gas sintesa. termodinamika reaksi pembentukan carbon
Akibatnya, metana tersebut ikut terba wa dalam deposit. Pada awal start-up, bulan Desember
produk gas sintesa. Kondisi ini, oleh process 2020, sebelum dapat mencapai temperatur normal
engineer (PE) PT PUSRI, disebut sebagai operasi, 780 – 800ºC, alat Primary Reformer
methane slip. (101-B) dikontrol untuk terlebih dulu mencapai
Carbon deposit tentu memiliki pengaruh yang suhu 500ºC. Mekanisme ini dilakukan dengan
sangat signifikan terhadap tinggi atau rendahnya menghidupkan auxiliary burner yang terdapat
methane slip. Salah satu cara yang dapat pada bagian bawah alat, sebelum kemudian
dilakukan untuk menguji hal ini adalah dengan menghidupkan main burner yang terdapat pada
mengevaluasi laju pembentukan carbon deposit bagian atas/atap dari alat. Dalam fase ini, diduga
dengan menggunakan data operasi yang ada, telah terjadi pembentukan carbon deposit dan
untuk melihat trend yang selama ini terjadi. methane slip yang tinggi karena temperatur
Berdasarkan evaluasi tersebut, didapatkan nilai operasi yang masih rendah serta waktu operasi
laju pembentukan carbon deposit yang tinggi dan yang masih singkat. Hal ini didukung oleh
secara langsung juga mengkonfirmasi hipotesa termodinamika reaksi yang menurut Appl (1999),
yang telah dirumuskan, bahwa kondisi katalis dengan kondisi operasi sekitar 28 – 30 kg/cm 2,
yang sedang dalam masa deaktivasi, diperburuk dibutuhkan setidaknya temperatur operasi sekitar
dengan adanya carbon deposit. Berikut ini adalah 760 – 800ºC untuk mendapatkan methane slip
hasil perhitungan laju pembentukan carbon yang dibawah batas desain operasi PUSRI -IV,
deposit mulai dari Januari 2021 – Mei 2021. yaitu 13%. Selain itu, juga didukung dengan teori
yang dikembangkan oleh Rostrup-Nielsen dkk.,
Tabel 1. Hasil Perhitungan Laju Pembentukan (1984), bahwa temperatur yang rendah dapat
Carbon Deposit mempercepat laju pembentukan carbon deposit
Laju Pembentukan Coke karena kecenderungan pembentukan endapan
Data*
(mol C/gr cat.hr) carbon dengan jenis encapsulating carbon,
M1 23.0883 filamentous carbon, dan pyrolytic carbon, yang
M2 23.1051 ketiganya dapat mulai terbentuk pada 440ºC.
M3 23.2144
M4 23.3436
M5 22.8136
M6 22.8957
M7 22.9176
M8 23.2077
M9 23.5705
M10 23.0008
M11 23.1666
M12 23.3065
M13 22.7062
M14 22.9145 Gambar 1. Grafik Laju Carbon Deposit pada
M15 22.6214 Berbagai Kondisi Operasi
M16 22.4590
M17 22.9758 Selain itu, S/C ratio juga dapat mempengaruhi
M18 23.3409 methane slip melalui carbon deposit. S/C ratio
M19 23.0748
merupakan perbandingan antara jumlah steam
M20 23.1467 terhadap jumlah senyawa karbon yang masuk
*M = Minggu ke- proses. Selain menjadi reaktan untuk reaksi steam
methane reforming (SMR), steam juga bertindak
1) Pengaruh Kondisi Operasi sebagai penyuplai oksigen untuk melepas carbon
Kondisi operasi alat Primary Reformer (101-B) deposit yang ada di permukaan katalis melalui
yang setiap saat selalu berubah tentu menjadi reaksi reduksi CO (reaksi 6). Kemudian, H 2 yang
penyebab dalam mendorong terjadinya dihasilkan dapat mengkonversi senyawa C
pembentukan carbon deposit pada permukaan menjadi CH 4 melalui reaksi methane cracking
katalis. Dalam hal ini, temperatur menjadi faktor (reaksi 4). Hal ini sebagaimana mekanisme reaksi
utama. Hal ini dikarenakan temperatur akan yang sebelumnya sudah dirumuskan pada bagian
mempengaruhi termodinamika reaksi konversi metodologi. Sehingga, S/C ratio yang semakin
tinggi dapat meningkatkan keefektifan reaksi permukaan aktif katalis sudah banyak tertutupi
gasifikasi, namun S/C ratio yang rendah dapat oleh endapan carbon. Sedangkan, menurut Twigg
menurunkan keefektifan tersebut dan akhirnya dkk., (1989), katalis proses steam reforming
dapat meningkatkan kadar methane slip. Namun, (basis Ni) dengan kondisi operasi yang tinggi,
reaksi steam methane reforming yang tidak seperti 500 – 800ºC dan 30 bar, hanya dapat
sempurna juga dapat kembali menuntun pada digunakan dalam rentang waktu antara 2 – 4
pembentukan carbon deposit. Sehingga, hal ini tahun. Namun, diduga pada masa start of run
merupakan sesuatu yang wajar dalam proses yang (SOR) katalis, laju pembentukan carbon deposit
berlangsung terus-menerus. Meskipun pada berada pada level yang tidak terlalu tinggi karena
akhirnya, carbon deposit tersebut dapat katalis masih berada pada performa yang
dibersihkan dengan bantuan steam, melalui reaksi maksimal dan belum mengalami deaktivasi. Hal
gasifikasi, hal ini tidak secara langsung dapat ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menghilangkan keseluruhan carbon deposit yang dilakukan Istadi dkk., (2011) dan Snoeck, dkk.,
telah terbentuk. (2002), dengan model operasi yang hampir sama
dengan alat Primary Reformer (101-B) dan waktu
2) Laju Pembentukan Carbon Deposit operasi yang terbatas (sekitar 1 – 2 jam). Hasil
Setelah melakukan perhitungan laju pembentukan penelitian mereka menunjukkan laju
carbon deposit dengan menggunakan data aktual pembentukan carbon deposit mengalami
berupa tekanan, temperatur, flow rate, dan kenaikan yang cukup signifikan pada rentang 0 –
komposisi, maka didapatkan perbandingan antara 1 jam, sebelum akhirnya konstan hingga 1 jam
nilai laju pembentukan carbon deposit dengan berikutnya dengan angka dibawah 1 mol C/gr cat.
nilai methane slip. Hasil ini menunjukkan hr, bahkan menunjukkan nilai negatif. Nilai
hubungan yang relevan antara carbon deposit dan negatif ini menunjukkan bahwa carbon deposit
nilai methane slip yang dalam beberapa waktu tidak terbentuk pada penelitian yang
berada diatas batas desain. Selain itu, trend yang dikembangkan oleh mereka .
terlihat juga cenderung berbanding lurus dengan Namun, dalam hal ini pertimbangan ekonomis
nilai methane slip. menjadi alasan yang dapat diterima, karena secara
alami, carbon deposit juga dapat dihilangkan
melalui reaksi gasifikasi oleh steam, yang dapat
mengkonversi senyawa carbon tersebut menjadi
produk gas sintesa . Meskipun, carbon tersebut
dalam kembali terbentuk akibat dinamika kondisi
operasi yang terus-menerus berubah pada alat
Primary Reformer (101-B). Hal inilah yang
menjadi bagian dari proses kontinyu seperti yang
ada di pabrik PUSRI-IV.
Fase deaktivasi katalis yang diperburuk
Gambar 2. Grafik Laju Carbon Deposit dan dengan tingginya carbon deposit ini juga
Methane Slip terhadap Waktu mempengaruhi proses selanjutnya. Carbon
Hipotesa bahwa permasalahan methane slip deposit yang menyebabkan tingginya methane
yang tinggi pada alat Primary Reformer (101-B) slip dapat memperberat kinerja alat Secondary
disebabkan oleh adanya pembentukan carbon Reformer (103-D) untuk kembali mengkonversi
deposit atau coke pada permukaan katalis, dan gas alam menjadi gas sintesa. Semakin banyak
berdasarkan hasil evaluasi, hipotesa tersebut metana yang tidak bereaksi di Primary Reformer
dibenarkan dengan laju pembentukan carbon (101-B) akan menyebabkan peningkatan
deposit yang cukup tinggi, yaitu berada di atas kebutuhan energi untuk dapat mengkonversi gas
angka 20 mol C/gr cat. hr. Laju pembentukan alam menjadi gas sintesa hingga kadar standar
carbon deposit yang tinggi ini dapat dipengaruhi methane slip pada alat ini, yaitu kurang dari 1%.
oleh faktor kejenuhan katalis. Kondisi katalis Selain itu, methane slip yang tinggi juga dapat
yang sudah memasuki fase deaktivasi menjadikan meningkatkan kadar gas inert, berupa metana,
katalis lebih rentan terhadap pembentukan carbon pada proses sintesa amonia di alat Ammonia
deposit. Hal ini dibuktikan dengan umur katalis Converter (105-D). Kadar gas inert yang tinggi
yang sudah cukup lama, yaitu terhitung 8 tahun 5 dapat menyebabkan penurunan yield produk gas
bulan 13 hari sejak pertama kali digunakan pada amonia. Oleh karena itu, untuk mengatasi semua
bulan Januari 2013. Pada fase ini, katalis akan permasalahan ini, pengoptimalan proses
berada di kondisi yang sangat jenuh karena dilakukan pada titik pertama pengolahan gas alam
menjadi gas sintesa, yaitu alat Primary Reformer DAFTAR NOTASI
(101-B). Pengoptimalan proses ini dapat
dilakukan dengan melihat Gambar 10, yang Notasi Keterangan Satuan
merupakan grafik fungsi temperatur dan tekanan Energi aktivasi dari
terhadap laju pembentukan carbon deposit. Ej J/mol
reaksi j
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa
Panas adsorbs dari
kondisi terbaik untuk dapat mengurangi laju ΔHi J/mol
pembentukan carbon deposit adalah pada komponen I
temperatur 777ºC, dan rentang tekanan antara 27 Konstanta laju kinetik
– 30,5 kg/cm 2 . Hal ini juga didasarkan pada sisi kj -
dari reaksi j
ekonomis dimana dengan kondisi operasi
Konstanta laju kinetik
tersebut, alat Primary Reformer (101-B) tetap
dapat dengan baik mengkonversi gas alam dari komponen j
koj -
menjadi gas sintesa tanpa disertai dengan methane berdasarkan
slip yang tinggi atau melewati batas desain. temperatur referensi
Konstanta
4. KESIMPULAN Kj kesetimbangan -
Kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah termodinamik
sebagai berikut. Konstanta adsorbsi
1. Semua hipotesa berhasil dibuktikan dengan Koi komponen i -
hasil penelitian. Hipotesa pertama berhasil
berdasarkan referensi
didukung dengan hasil perhitungan, berupa
nilai laju pembentukan carbon deposit yang Tekanan parsial dari
pi bar
cukup tinggi, yaitu diatas angka 20 mol C/gr komponen i
cat.hr. Sedangkan, hipotesa kedua dapat Ptot Tekanan total bar
didukung dengan kondisi dimana terjadinya Fraksi mol komponen
reaksi gasifikasi oleh steam sebagai agen xi -
i
penyuplai oksigen, sehingga carbon deposit
dapat terlepas dari permukaan katalis dan T Temperatur K
terkonversi menjadi produk gas hidrogen. Mol (kg-
Rj Laju reaksi j
2. Laju pembentukan carbon deposit yang cat/s)
didapat dari hasil perhitungan dapat dilihat Laju pembentukan
pada Gambar 10, dan dibandingkan dengan Mol (kg-
ri atau konsumsi dari
nilai methane slip untuk dapat melihat cat/s)
pengaruh carbon deposit tersebut terhadap komponen i
permasalahan yang terjadi pada alat Primary Rg Konstanta gas ideal J/mol K
Reformer (101-B). Konstanta pada reaksi
3. Temperatur dapat mempengaruhi nilai methane gasifikasi oleh CO 2
slip melalui termodinamika reaksi konversi gas K*CO2 -
berdasarkan hasil
alam menjadi gas sintesa ataupun
termodinamika reaksi pembentukan carbon eksperimen
deposit. Sedangkan, S/C ratio dapat Konstanta pada reaksi
mempengaruhi nilai methane slip melalui gasifikasi oleh steam
mekanisme reaksi gasifikasi yang akhirnya K*H2 O -
berdasarkan hasil
akan membersihkan sisi aktif dari carbon
eksperimen
deposit dan meningkatkan potensi interaksi
antara reaktan dan permukaan katalis. Konstanta pada reaksi
4. Berdasarkan kondisi katalis yang telah methane cracking
K*M -
memasuki fase deaktivasi, maka berdasarkan hasil
pengoptimalan proses pada alat Primary eksperimen
Reformer (101-B) dapat dilakukan dengan
Nilai rata-rata dari
mengatur dan menjaga temperatur operasi pada
angka 777ºC dan rentang tekanan operasi K *M,av konstanta pada reaksi -
antara 27 – 30,5 kg/cm 2 . methane cracking
Simbol yang Azhari, 2011. Laporan Amonia: Feed Treating,
digunakan untuk Reforming, Purification, Ammonia Synthesis. PT
K - Pupuk Sriwidjaja Palembang, Palembang.
menandakan koefisien
kesetimbangan Behnam, M., & Dixon, A. G. (2017). 3D CFD
Konstanta Simulations of Local Carbon Formation in Steam
Methane Reforming Catalyst Particles.
K wgs kesetimbangan untuk - International Journal of Chemical Reactor
reaksi WGS Engineering, 15(6), 1–17.
Konstanta
Kstref kesetimbangan untuk - Butt, B, J., Petersen E, E., 1988. Activation,
Deactivation, and Poisoning of Catalysts.
reaksi SMR Academic Press, Inc., San Diego, California.
Simbol yang
digunakan untuk Chen, K., Zhao, Y., Zhang, W., Feng, D., & Sun, S.
k - (2019). The Intrinsic Kinetics of Methane Steam
menandakan koefisien Reforming over a Nickel-Based Catalyst in a
laju Micro Fluidized Bed Reaction System.
Koefisien laju dari International Journal of Hydrogen Energy.
reaksi reverse dan
Istadi, I. (2013). Thermodynamic Analysis of Synthesis
k+O ,k-O forward reaksi - Gas and Higher Hydrocarbons Production from
gasifikasi oleh Methane. Syngas: Production Applications and
oksigen Environmental Impact. Nova Science Publishers,
Koefisien laju dari Inc., 99-120.
reaksi reverse dan
k+M ,k-M - Istadi, I., Anggoro, D. D., Amin, N. A. S., & Ling, D.
forward reaksi H. W. (2011). Catalyst Deactivation Simulation
methane cracking Through Carbon Deposition in Carbon Dioxide
Sisi katalis yang Reforming over Ni/Cao-Al2o3 Catalyst. Bulletin of
L - Chemical Reaction Engineering and Catalysis,
kosong 6(2), 129–136.
Mol
Laju reaksi C/gr Kelompok Teknik Proses, (2020). Manual Operating
rc,net Ammonia Pabrik P-IV. PT Pupuk Sriwidjaja
pembentukan karbon katalis
Palembang.
Jam
Rate-determining step Levenspiel, O., (1999). Chemical Reaction
(reaksi yang Engineering Third Edition. John Wiley & Sons,
rds - Inc., New York, NY.
menentukan laju
reaksi) Rostrup-Nielsen, J, R., 1984. Catalytic Steam
Reforming; Editor: Anderson R, J., dan Boudart,
M., Catalysis: Science and Technology, Springer-
DAFTAR PUSTAKA Verlag, Berlin, Heidelberg.

Abbas, S. Z., Dupont, V., & Mahmud, T. (2017). Rostrup-Nielsen, J, R., Dybkjaer, I., Christiansen, J,
Kinetics Study and Modelling of Steam Methane L., 1993. Steam Reforming Opportunities and
Reforming Process over a NiO/Al 2 O3 Catalyst in Limits of the Technology. Chemical Reactor
an Adiabatic Packed Bed Reactor. International Technology for Environmentally Safe Reactors
Journal of Hydrogen Energy, 42(5), 2889–2903. and Products: 249-281.
Abdurrakhman, S., & Hidayat, M. (2014). Studi Snoeck, J. W., Froment, G. F., & Fowles, M. (2002).
Simulasi pada Unit Reformer Primer di PT Pupuk Steam/CO2 Reforming of Methane. Carbon
Sriwidjaya Palembang. Jurnal Rekayasa Proses, Formation and Gasification on Catalysts with
6(2), 30–36. Various Potassium Contents. Industrial and
Engineering Chemistry Research, 41(15), 3548–
Appl, M. (2011). Ammonia, 3. Production Plants. 3556.
Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry.
Snoeck, J., & Fowles, M. (2003). Evaluation of
Carbon Formation in Steam/CO-Natural Gas
Reformers: Influence of the Catalyst Activity and
Alkalinity Kinetic. International Journal of
Chemical Kinetic, 1.

Twigg, M, V., 1989. Catalyst Handbook Second


Edition. Wolfe Publishing Ltd, England.

Xu, J., & Froment, G. F. (1989). Methane Steam


Reforming, Methanation and Water‐Gas Shift: I.
Intrinsic Kinetics. AIChE Journal, 35(1), 88–96.

You might also like