24010-Article Text-50859-1-10-20180720

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

ECEJI 1 (1) (2018)

Early Childhood Education Journal of Indonesia

Optimalization of Interpersonal Intelligence of Early Childhoodin Integrated


State PAUD (Early Childhood Education) in Kutai Timur Regency

Budi Rahardjo 

PG PAUD FKIP Universitas Mulawarman, Kaltim, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Diterima Januari 2018 Thesestudy aimed:(1) To obtainin-depthinformationof theteachers’ approachin optimaliza-
Disetujui Mei 2018 tioninterpersonal intelligenceinearly childhoodin State PAUD (Early Childhood Education)
Dipubikasikan Juli 2018 inKutai TimurRegency, (2) To obtainin-depthinformation of themethodsandstrategiesused
Kata Kunci:
by the teachersinthe process of optimalizationof interpersonal intelligenceinearly childhoo-
Intelligence, Interpersonal, Early din State PAUD (Early Childhood Education)inKutai Timur Regency,and(3) To obtaina
Childhood, PAUD Kab. Kutim deepinformationon the development of interpersonal intelligence of early childhoodin State
PAUD (Early Childhood Education)inKutai TimurRegency.The method performedin the
collectingandrecordingof datainclude: (1) method ofparticipant observation(participant ob-
servation), used as theprimarymethodforcollectingdata ofearly childhoodinterpersonal intel-
ligencein Integrated State PAUD (Early Childhood Education)inEast Kutai Timur Regency,
(2) the method of significant interviewcommittedto the Principle, teachers, and students of
the Early Childhood Education (PAUD), and(3) documentation method, as asupporting-
methodtoobtain data/facts. Data analysis technique used were undergone several stages.
First, thedata which were obtainedfromvariousdah athecharacteristics of each. Data ob-
tained from therecording were transcribedand categorized. Secondly, the datawhichhad been-
transcribedand categorized then were analyzed byusing agroupedstageflowmodel analysis,
whichbeginswith(a) data reduction, (b) data presentation, and(c) drawing conclusionsand-
verification.The results showed are asfollows: (1) Teachers’ approachin the optimalizationof
early childhoodinterpersonal intelligenceare generally divided intotwotypes, namely classical'
and 'individual'., (2) Methodsandstrategies used in the process of optimalization interper-
sonal intelligence of early childhood in Integrated State Early Childhood Education (PAUD)
in Kutai TimurRegencyisstorytellingandplaying. and(3) Development of interpersonal intel-
ligence of early childhoodinIntegrated StateEarly Childhood Education (PAUD) of Kutai
TimurRegency, found a significant change which could be seen from thosewho were timid,
shy, could not cooperate, and neglectful toothers, become abrave, alwayscooperateandempathy.

© 2018 APGPAUD Indonesia



Korespondensi:
Jalan Kuaro, Gn. Kelua, Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kaltim, 75119
E-mail:-
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

PENDAHULUAN interpersonal untuk bertingkah laku sebaliknya.


May Lwin dalam Suyadi, mengemukakan bahwa
Kecerdasan merupakan salah satu faktor salah satu faktor yang mampu mengantarkan kesuk-
utama yang menentukan keberhasilan peserta didik sesan lebih tinggi adalah kecerdasan interpersonal
dalam belajar di sekolah. Peserta didik dengan ke- dan bukan kecerdasan akademik. Hal ini dikarekan
cerdasan kurang atau di bawah normal sukar diha- kesuksesan berkarir ditentukan oleh kecerdasan so-
rapkan mampu berprestasi tinggi. Namun demikian, sial (kecerdasan interpersonal).
tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan Penelitian ini diarahkan kepada optimaslisasi
tinggi seseorang secara otomatis akan sukses dalam kecerdasan interpersonal karena di PAUD Negeri
belajar di sekolah. Pembina Kabupaten Kutai Timur memiliki setidak-
Gadner mengemukakan bahwa delapan (8) nya tiga ciri utama dalam pengembangan pendidi-
aspek kecerdasan jamak yang perlu dikembangkan, kan, yaitu: (1) memiliki kekentalan hubungan an-
yaitu: kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan tara orang tua yang satu dengan orang tua lainnya,
logika-matematika, kecerdasan fisik/kinestetik, (2) telah dikembangkan program family gathering,
kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecer- dan (3) hari beramal (anak-anak berintaq setiap hari
dasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, Jumat) dan berbagi (makan bersama). Kegiatan ini
dan kecerdasan naturalis. Dari delapan kecerdas- bertujuan untuk melibatkan keeratan guru dan ke-
an tersebut, maka kecerdasan interpersonal me- luarga anak didik. Dengan demikian peneliti men-
rupakan salah satu aspek kecerdasan yang perlu dasarkan diri terhadap ketiga ciri utama untuk me-
dikembangkan bagi anak usia dini, karena bukan nelaah lebih dalam tentang optimalisasi kecerdasan
tidak mungkin apabila anak memiliki kecerdasan interpersonal anak usia dini di PAUD Terpadu Ne-
interpersonal, akan juga muncul kecerdasan yang geri Pembina Kabupaten Kutai Timur tersebut.
lainnya.
Ada beberapa alasan penting mengapa me- Rumusan Masalah
miliki kecerdasan interpersonal bukan hanya pen- Berangkat dari konteks penelitian di atas,
ting, tetapi juga merupakan dasar bagi kesejah- maka rumusan masalah penelitian ini adalah se-
teraan anak, khususnya ketika dia menjadi orang bagai berikut: (a) Bagaimana pendekatan guru
dewasa. Kecerdasan interpersonal sebagai salah dalam optimalisasi kecerdasan interpersonal
satu aspek kecerdasan jamak perlu mendapatkan anak usia dini di PAUD Terpadu Negeri Pembina
perhatian, karena kecerdasan interpersonal merupa- Kabupaten Kutai Timur? (b) Bagaimana metode
kan kemampuan untuk berhubungan dengan orang- dan strategi yang dilakukan guru dalam proses
orang di sekitar kita, kemampuan untuk memahami optimalisasi kecerdasan interpersonal anak usia
dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana dini di PAUD Terpadu Negeri Pembina Kabu-
hati, maksud, dan keinginan orang lain kemudian paten Kutai Timur? dan (c) Bagaimana perkem-
menanggapinya secara layak. Kecerdasan inilah bangan kecerdasan interpersonal anak usia dini
yang memungkinkan kita membangun kedekatan, di PAUD Terpadu Negeri Pembina Kabupaten
pengaruh, pimpinan dan membangun dengan sesa- Kutai Timur?
manya. Jadi kecerdasan interpersonal bukan suatu
yang dilahirkan, tetapi lebih tepatnya sesuatu yang METODe
harus dikembangkan melalui pembinaan dan penga-
jaran, sama seperti kecerdasan lainnya. Pendekatan yang digunakan dalam peneli-
Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah tian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
salah satu akar penyebab tingkah laku yang tidak di- kualitatif adalah sebuah pendekatan penelitian
terima secara sosial. Orang-orang dengan kecerdas- yang diselenggarakan dalam setting alamiah, me-
an interpersonal yang rendah cenderung tidak peka, merankan peneliti sebagai instrumen pengumpul
tidak peduli, egois, dan menyinggung perasaan data, menggunakan analisis induktif, dan berfo-
orang lain. Hal ini karena orang-orang dengan ke- kus pada makna menurut perspektif partisipan.
cerdasan interpersonal yang rendah dapat tercermin Selain itu, penelitian kualitatif merupakan pen-
bahwa mereka tidak mau mengerti perasaan orang elitian yang menggunakan multi teknik pengum-
lain dan bagaimana tindakan mereka berpengaruh pulan data dan multi sumber data, memilih data
pada orang lain. Karena itu, mereka menjadi anca- berupa kata-kata dan gambar2.
man sosial karena mereka kekurangan kecerdasan Sedangkan jenis penelitian ini ada-
2
M. Djauzi Moedzakir, Desain dan Model Penelitian Kualitatif (Biografi, fenomenologi, Teori Grounded, dan Studi Kasus),
(Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang), 2010, p.1
3
Robert K. Yin, Case Study Research: Design and Methods (terjemahan M. Djauzi Mudzakir). (Jakarta: Grafindo Persada),
2013.p.1

58
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

lah peneltian ‘studi kasus’. Penelitian studi kan data mengenai kecerdasan interpersonala-
kasus dipilih karena penelitian ini bertuju- nak usia dini di PAUD Terpadu Negeri Pembina
an mengkaji secara intensif dan mendalam Kabupaten Kutai Timur yang bersangkutan, (2)
suatu subjek atau objek tertentu. Oleh Yin3 metode wawancara mendalam yang dilakukan
menyebutkan bahwa studi kasus merupakan stra- terhadap Kepala PAUD, guru-guru PAUD, dan
tegi yang lebih sesuai digunakan bila pertanyaan anak didik, dan (3) metode dokumentasi, sebagai
suatu penelitian berkaitan dengan “how” atau metode penunjang untuk memperoleh data/fakta
“why” (bagaimana dan mengapa), dan fokus pen- di lapangan.
elitiannya terletak pada fenomena yang kontem- Teknik analisis data yang digunakan me-
porer (masa kini) dalam kehidupannyata. lalui beberapa tahapan. Pertama, data yang te-
Tempat penelitian ini dilaksanakan di lah diperoleh dari berbagai sumber, baik dari
PAUD Terpadu Negeri Pembina Kabupaten pengamatan, catatan lapangan, dan wawancara
Kutai Timur. Pemilihan PAUDTerpadu Negeri diklasifikasi sesuai dengan karakteristik masing-
Pembina Kabupaten Kutai Timurtidak dimak- masing. Data dari hasil perekaman ditranskripsi-
sudkan untuk mewakili kondisi-kondisi PAUD kan dan dikelompokkan. Kedua, data yang telah
lainnya, akan tetapi mempelajari situasi sosial ditranskripsikan dan dikelompokkan kemudian
yang ada di suatu lembaga PAUD tersebut. Se- dianalisis menggunakan tahapan analisis model
dangkan mengenai waktu pelaksanaan penelitian alir, yang dimulai dengan (a) reduksi data, (b)
ini adalahmulai bulan Januari sampai dengan penyajian data, dan (c) penarikan simpulan dan
Juni 2014. verifikasi.
Data yang digunakan dalam penelitian Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan
ini adalah data primer dan data sekunder. Data data dilakukan untuk mendapatkan penelitian
primer dalam penelitian ini adalah data langsung yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
yang diperoleh dari informan terkait dalam (1) Agar dapat menjamin keterpercayaan data yang
pendekatan optimalisasi kecerdasan interper- diperoleh dalam penelitian ini, peneliti melakukan
sonal anak usia dini di PAUD Terpadu Negeri pengecekan keabsahandata atau uji validitas dari
Pembina Kabupaten Kutai Timur, (2)metode dan empat kriteria, yang disarankan oleh Moleong4
strategi dalam optimalisasi kecerdasan interper- , yaitu: (1) kepercayaan (credibility); (2) keterali-
sonal anak usia dini di PAUD Terpadu Negeri han ((transferability), (3) Ketergantungan (dependa-
Pembina Kabupaten Kutai Timur, dan (3) per- bility), dan (4) Kepastian (confirmability).
kembangan kecerdasan interpersonal anak usia
dini di PAUD Terpadu Negeri Pembina Kabupa- HASIL DAN PEMBAHASAN
ten Kutai Timur. Data primer diperoleh berdas-
arkan hasil observasi partisipatif dan wawancara Pendekatan guru dalam optimalisasi kecerdasan
mendalam. interpersonal anak usia dini di PAUD Terpadu
Sedangkan data sekunder adalah data Negeri Pembina Kabupaten Kutai Timur
olahan yang sudah tersaji di lokasi penelitian. Berdasarkan kurikulum PAUD, indikator
Dalam hal ini adalah data dokumentasi yang di- kecerdasan interpersonal yang menjadi fokus
perlukan untuk menggambarkan keadaan umum perhatian dalam penelitian ini adalah sebagai
PAUD Terpadu Negeri Pembina Kabupaten Ku- berikut: (1) Mudah Berteman, (2) Bekerjasama,
tai Timur, seperti visi-misi sekolah, profil anak (3) Mau Berbagi, (4) Berempati, dan (5) Mampu
didik dan pendidik, silabus (kurikulum) dan se- Bermediasi.Terdapat berbagai pendekatan dalam
bagainya, yang terangkum dalam dokumen 1 dan upaya membelajarkan anak untuk menguasai
dokumen 2. indikator-indikator kecerdasan interpersonal.
Sumber data dalam penelitain ini adalah: Konsep pendekatan yang dianut oleh para guru
(1) Kepala PAUD Terpadu Negeri Pembina Ka- dapat ditularkan kepada orang tua sesuai dengan
bupaten Kutai Timur, (2) Guru Taman Kanak- konteks yang ada di rumah. Konsep pendekatan
Kanak B-2 PAUD Terpadu Negeri Pembina Ka- seorang guru secara umum terbagi atas dua jenis,
bupaten Kutai Timur, dan (3) Anak didik Taman yaitu ‘klassikal’dan‘individual’. Pendekatan klas-
Kanak-Kanak B-2 PAUD Terpadu Negeri Pembi- sikal konteksnya bersifat massal, disampaikan
na Kabupaten Kutai Timur. di kelas dimana semua anak mendengarkan in-
Metode yang dilakukan dalam pengum- formasi yang disampaikan guru dalam berbagai
pulan dan perekaman data meliputi: (1) metode bentuk. Pendekatan individual lebih mengarah
pengamatan berperanserta (observasi partisipa- pada kelompok atau individu anak dan bersesuai-
tif), sebagai metode utama untuk mengumpul- an dengan kapabilitas anak yang memang relatif
Moleong, op.cit., pp. 326-343.
4

59
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

berbeda satu sama lain. sebagai anak, sebagai ibu. Aktivitas bermain
Tampilan memikat yang diperlihatkan sederhana pada gilirannya berperan sebagai
oleh Guru PAUD Terpadu Negeri Pembina se- sarana(kendaraan) untuk aktivitas bermain yang
cara keseluruhan memberikan kesan mendalam lebih kompleks dan rumit. Hal ini dapat dilihat
bagi anak. Kesan anak terhadap tampilan guru pada jenjang usia remaja anak nantinya.
yang familiar, yang hangat menyambut kedatan-
gan setiap anak pada pagi hari menjelang masuk Metode dan strategi yang dilakukan guru dalam
sekolah, menyebabkan ketegangan anak mencair proses optimalisasi kecerdasan interpersonal
dan lebih rileks. Sikap guru juga tersajikan dalam anak usia dini di PAUD Terpadu Negeri Pem-
temuan penelitian ini, ditinjau dari beberapa sisi bina Kabupaten Kutai Timur
memiliki kelebihan. Dari sisi fokus perhatian, Metode dan strategi yang dikembangkan
anak terkesima. Bahkan anak terbawa alur ceri- guru PAUD Terpadu Negeri Pembina terkait
ta. Padahal anak di usia 4 - 6 tahun cenderung dengan upaya optimalisasi kecerdasan interper-
memiliki fokus perhatian tidak akan lebih dari sonal anak tidak dilakukan secara khusus. Me-
10 menit. Rentang waktu ini yang dimanfaatkan tode yang digunakan guru dalam mengoptimali-
oleh guru secara maksimal untuk menyampai- sasi kecerdasan interpersonal anak lebih terfokus
kan pesan-pesan moral, pesan-pesan pendidikan pada dua macam, yaitu metode ‘bercerita’ dan me-
tanpa harus menyebut anak harus melakukan ini tode ‘bermain’. Metode yang dipilih dimaksudkan
dan itu. untuk mengembangkan semua jenis kecerdasan
Anak sendiri secara individual atau klassi- yang ada, baik itu kecerdasan bahasa, kecerdasan
kal menyebutkan bahwa apa yang mereka lihat matematika/logika, kecerdasan sains, kecerdas-
dan saksikan di awal kegiatan main bukan sebagai an spiritual, kecerdasan emosi atau kecerdasan
pembelajaran. Mereka menganggap sebagai cerita lainnya. Apalagi dengan bentuk telling story pada
yang bagus. Hal ini makin ditunjang dengan dia- setiap awal pembelajaran anak di kelas. Anak
log dan berujung pada kegiatan bekerja yang sesu- makin asyik dan tersihir oleh semua ucapan,
ai dengan tema cerita yang diperdengarkan oleh langkah dan tindakan guru. Sisi menarik dari
guru.Secara perlahan, guru telah mempraktek- metode ini adalah tepatnya pemutusan perhatian
kan model psikologi kontemporer tentang belajar terhadap guru dengan mengajak anak berdialog,
(konstruktivisme) dimana belajar disebut sebagai melakukan tanya jawab terhadap isi cerita dan
pengkonstruksian pengetahuan yang from within. membahas mana contoh perilaku yang bagus dan
Bukan dituang oleh guru dalam bejana pemiki- mana perilaku yang kurang bagus.
ran anak, melainkan melalui dialog konstruktif. Semua metode tujuannya untuk kegiatan
Proses pembelajaran yang tepat untuk anak- bermain, dimana anak pada usia dini berkecen-
anak PAUD sesungguhnya melalui pendekatan derungan belajar melalui bermain atau bermain
konstruktivisme, terutama dalam upaya pembe- dengan konteks belajar. Berikut ini gambar ten-
lajaran perilaku positif. Cerita merupakan satu- tang ilustrasi metode dan strategi guru dalam
satunya jalan untuk ’memasuki dunia anak’ se- aktivitas pembelajaran di sentra bermain dalam
hingga terjadi keterlibatan emosi, pemahaman, mengoptimalisasi kecerdasan interpersonal anak.
dan keterlibatan mental antara yang bercerita Aktivitas tersebut, diawali dengan pijakan ling-
dan anak. Keasyikan dalam menyelami substan- kungan main, pijakan sebelum main, pijakan saat
si cerita, apalagi sesuai dengan minat anak akan main, dan pijakan setelah main. Pola yang dapat
memberikan penghayatan yang mendalam (peak ditangkap dari strategi guru PAUD Terpadu Ne-
experience) sebagaimana yang disebut Maslow. geri Pembina dalam upaya pengembangan semua
Konteks bermain yang tertangkap jenis kecerdasan dilakukan tergambar dalam dia-
oleh anak, sebagaimana yang disajikan da- gram alir di atas (gambar:4.1). Hulu dari pola
lam dialog peneliti dengan 5 orang anak ini adalah persiapan matang, baik alat/media
yang menjadi fokus pengamatan, memberi- bermain, tema, rencana kegiatan harian, pemili-
kan peluang yang sangat besar bagi para guru han cerita dan rincian pesan dalam cerita, serta
untuk mengembangkan otak kanan anak rincian kegiatan yang dipersiapkan untuk dipilih
. Melalui permainan, anak secara aman da- anak. Titik berat dalam upaya pencapaian tujuan
pat menyatakan kebutuhannya tanpa harus di- proses optimalisasi berasal dari telling story yang
hukum. Misalnya anak dapat bermain peran dipersiapkan secara matang oleh guru.
5
Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah dasar), PT Pren-
halindo, Jakarta, Maret 2002. hal 5.
6
Op.cit, Hal, 34
7
Clark, dalam Conny Semiawan, 2002, hal 21.

60
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

Gambar 4.1.Metode dan Strategi Guru PAUD Terpadu Negeri Pembina Kab. Kutim dalam Kecer-
dasan Interpersonal

61
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

a. Metode dan strategi guru agar anak mempunyai sar. Kepentingan guru adalah tujuan institusi ter-
kecerdasan interpersonal yang baik pada indikator capai. Melalui metode ini, berbagai tujuan proses
‘mudah berteman’ pengembangan atau konstruktif bagi pemikiran
Telah disebut sebelumnya bahwa, fitrah atau pola pikir anak dapat terbentuk dengan mu-
anak pada umumnya adalah senang berteman. dah. Membangun sikap kerja sama, kepedulian
Oleh sebab itu, aspek kecerdasan interpersonal ataupun berempati terhadap perasaan orang lain,
dasariah seorang anak, yang bersesuaian dengan serta kemampuan menjadi penengah akan lebih
fitrahnya perlu mendapat perhatian khusus pada mudah bila kemampuan ’memiliki banyak te-
awal anak masuk sekolah, dimana sebelumnya man’ telah dimiliki anak.
teman anak bekerja adalah orangtua, kakak atau Mudah berteman adalah salah satu prasy-
adek selama berada di rumah, atau teman-teman- arat dari indikator keberhasilan belajar anak usia
nya di lingkungan sekitar rumah. dini (usia 3 - 4 tahun) yang telah mengalami pro-
Metode atau strategi yang dilakukan guru ses dengan menekankan pada aspek kecerdasan
dalam proses pengembangan kompetensi ini pa- interpersonal. Proses yang dialami anak di kelas
tut diapresiasi, dimana guru menyambut anak (indoor) dan di luar kelas (outdoor) ini tercermin
dengan antusias dan hangat. Binar mata anak, dalam performance anak di keseharian mereka di
saat peneliti memperhatikan dengan seksama, sekolah.
pada umumnya terlihat senang dan bahagia.
Modal dasar anak senang bersekolah disebabkan b. Metode dan strategi guru agar anak mempunyai
sambutan guru yang hangat menjadi pemicu be- kecerdasan interpersonal yang baik pada aspek
sar bagi tumbuhnya kompetensi lain. ‘berbagi atau bekerjasama’
Kompetensi mencari teman bagi seorang Berbagi atau bekerjasama adalah kegiatan
anak usia dini bukan sesuatu yang sulit. Kadang atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang
kala mereka dapat memperoleh teman pada wak- atau pihak untuk mencapai tujuan bersama, atau
tu berada di sentra bermain yang ada di mall atau dalam arti yang lain bahwa bekerjasama adalah
super market. Namun strategi guru yang meminta interaksi sosial antara individu atau kelompok
anak turut menyambut atau menunggu teman yang secara bersama-sama mewujudkan kegiatan
mereka yang belum datang sambil bermain, men- untuk mencapai kegiatan bersama. Ciri utama
gakibatkan munculnya sikap peduli antar anak. bekerjasama adalah saling menghargai dan sa-
Sikap peduli ini selanjutnya dimunculkan guru ling berbagi rasa.
apabila ada anak yang tidak datang. Pada saat Anak usia dini (usia 3 – 4tahun) pada da-
anak yang ditunggu-tunggu datang ke sekolah, sarnya sudah mulai memperlihatkan keinginan-
mereka yang telah datang bertepuk tangan dan nya yang gencar untuk bersosialisasi. Namun
memanggil nama lalu menyalaminya. Apabila anak masih terbawa oleh suasana atau kebiasaan
ada yang belum datang, anak-anak yang telah da- rumah yang selalu berpusat pada dirinya. Seba-
tang ditanya oleh guru, siapa yang belum datang gai contoh, pada saat main ke tempat tetangga,
pagi ini? anak yang kurang terbimbing, terbiasa menga-
Latar belakang anak yang berbeda me- takan semua mainan tetangga adalah milik dia.
nyebabkan ada anak yang bersikap terbuka dan Bahkan menangis, apabila mainan itu tidak di-
bersikap tertutup (introvert). Anak introvert cen- bawa pulang. Sikap self centered anak ini kadang
derung menutup diri terhadap lingkungan baru, tidak diketahui oleh orangtua yang baru memiliki
orang baru, bahkan terhadap orang yang telah satu anak. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang
dikenalnya. Bagi anak yang introvert sentuhan biasa.
guru melalui strategi ’menyambut anak’ menye- Sikap orang tua yang demikian ini men-
babkan mereka dapat lebih terbuka dan terlatih gakibatkan penyikapan terhadap perilaku anak
untuk memiliki sense of belonging (rasa memiliki). yang self-centered tidak tertangani secara baik. Da-
Keterbukaan mereka adalah dengan menyambut lam arti anak secara langsung mendapat dukun-
teman-teman mereka yang belum datang atau gan dari orang tua terhadap sikapnya. Akibatnya
menerima teman-teman mereka sebagai bagian adalah munculnya pribadi anak yang mau ’me-
tak terpisahkan dari keseharian di sekolah. Sense nang sendiri’, ’paling duluan’, ’tidak mau men-
of belonging, rasa memiliki teman yang tumbuh galah’, semua mainan orang adalah ’milik saya’.
secara perlahan menimbulkan simpati terhadap Kepribadian ini terbentuk secara tidak sadar di-
adanya teman mereka yang tidak masuk. sebabkan orang tua yang mengabaikan sikap self-
Dengan demikian strategi ini sesungguh- centered (pusat perhatian ke diri sendiri) anak.
nya dapat disebut sebagai metode kreatif yang Kepribadian self-centered anak ini terbawa
dibangun guru untuk kepentingan yang lebih be- sampai di sekolah sehingga memberikan beban

62
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

bagi guru untuk mengatasinya agar tidak meng- Konon sejak awal kehidupan manusia di dunia,
ganggu proses optimalisasi yang disiapkan guru. mendongeng dan bercerita telah menjadi metode
Metode atau strategi menarik yang dikembang- dan media untuk menyampaikan sesuatu. Mulai
kan oleh guru sebagai nurturant (lanjutan/ikutan) dari sekadar memberi pengertian tentang benda
dari strategi menyambut anak pada setiap pagi, kongkrit, menyampaikan pesan sampai yang pa-
adalah dengan menetapkan anak secara bergilir ling abstrak menanamkan nilai-nilai kehidupan.
menjadi komandan berbaris sebelum masuk ke Bisa disebutkan bahwa kisah nabi, pahlawan
dalam kelas. Guru sendiri termasuk ikut berbaris kemerdekaan dan tentang pendekar silat adalah
dan berada dekat dengan anak yang memiliki pri- usaha untuk memberikan contoh dan teladan ter-
kait nilai-nilai kebaikan.
badi self centered. Selain itu, masuk nya guru Hingga saat ini metode telling story sadar-
sebagai anggota kelompok anak saat mereka be- tidak sadar terus dipakai oleh banyak orang. Tapi
lajar dan turut bekerja bersama anak memberi- ada yang terkesan berdampak mengubah sikap
kan contoh nyata bagaimana suasana bekerjasa- bahkan perilaku secara jelas dan ada yang terke-
ma dibangun. san gagal atau tak memberi dampak perubahan
Strategi di atas akan menempatkan anak sama sekali. Menurut para pakar tak adanya
yang self centered akan terbawa pada kultur beker- pengaruh itu bukan karena telling story sudah tak
jasama. Kultur ini akan makin melekat apabila manjur lagi. Namun kesan gagal dalam penggu-
guru, yang beralih peran menjadi teman kelom- naan metode ini di PAUD Negeri Pembina tidak
pok bermain anak, berada dekat mereka. Kadang terlihat, disebabkan ujung cerita mengarah pada
guru beralih nama menjadi nama baru, dan di- upaya pembentukan perilaku ‘berempati’ kepada
panggil oleh anak dalam kelompok dengan nama pihak lain melalui dialog konstruktif.
baru. Terjadi kelucuan, kekakuan sikap anggota Kehati-hatian penggunaan telling story,
kelompok karena guru dengan nama baru ini dalam penanaman perubahan perilaku, adalah
mengusulkan adanya aturan bermain, misalnya jangan sampai tujuan telling story tidak tercapai
tidak boleh memukul, mengejek dan lainnya. disebabkan begitu banyaknya pesan-pesan yang
Namun semua ini menjadi pemicu bagi muncul- terkandung di dalamnya. Kesan yang kuat, yang
nya sikap ’bekerjasama’ baik bagi anak yang self- dominan tidak akan tertangkap oleh anak. Peng-
centered ataupun tidak. gunaan telling story ini juga dilakukan oleh peru-
Kultur bekerjasama juga ditemukan dalam sahaan-perusahaan besar untuk memicu prestasi
hasil penelitian terdahulu terhadap 303 siswa karyawannya dengan mendatangkan berbagai
SLTA. Penelitian menunjukkan bahwa untuk- pakar psikologi. Nara sumber telling story kadang
mengidentifikasi keterampilan kerja tim yang kala adalah mereka yang telah meraih sukses
ditunjukkan siswa dalam kelompok belajar bersa- atau dikemas oleh trainer atas kisah sukses seseo-
ma dan menghargai siswa yang memiliki inisia- rang yang telah sangat dikenal publik.
tif untuk membantu temannya . Artinya bahwa Dengan demikian, telling story sesungguh-
unsur bekerjasama adalah ujud dari kecerdasan nya dapat dikemas bagi kepentingan siapapun
interpersonal. Dengan demikian dapat disimpul- dan tanpa batas usia. Hanya saja yang menjadi
kan bahwa belajar bekerjasama dengan teman ha- pertanyaan telling story yang bagaimana yang
ruslah dijadikan sebagai prioritas dalam sebuah mampu menggugah munculnya perubahan pe-
lingkungan yang saling terkait. Dengan demikian rilaku? Setting yang dilakukan guru PAUD Ter-
metode atau strategi ini dapat dipandang sebagai padu Negeri Pembina dengan menyesuaikan
metode yang cocok bagi semua jenis anak. Anak kemampuan pemusatan perhatian anak yang ti-
terpacu, anak termotivasi, anak terajak untuk dak lebih dari lima belas menit saat penggunaan
berbuat sesuatu yang baik, atau berperilaku po- metode telling story kiranya bisa menjadi kajian
sitif tanpa merasa bahwa mereka sedang belajar. menarik.
Pendidikan bagi orang dewasa sendiri apa-
c. Metode dan strategi guru agar anak mempunyai bila hanya bercerita terus dalam kurun waktu le-
kecerdasan interpersonal yang baik pada indikator bih dari 15 menit diperkirakan tidak akan efektif.
‘berempati’ Sebagai pemicu, sebagai penggugah, metode ini
Optimalisasi kecerdasan interpersonal layak digunakan. Sementara di PAUD Negeri
anak dalam indikator berempati terhadap pe- Pembina, metode ini dijadikan tolok ukurbagi
rasaan orang lain dikembangkan oleh guru lebih konstruktivitas perilaku yang bersesuaian dengan
banyak melalui telling story (bercerita). Metode kurikulum dan RKH yang telah dibuat guru.
ini dikatakan bisa dipakai untuk menggugah ke-
sadaran serta mengubah sikap dan perilaku anak.

63
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

d. Metode dan strategi guru agar anak mempunyai Metode guru PAUD Negeri Pembina un-
kecerdasan interpersonal yang baik pada indikator tuk mengembangkan kemampuan sebagai pe-
‘mampu bermediasi/penengah’ nengah diawali dengan berbagai kisah-kisah atau
Penengah menurut kamus bahasa Indone- cerita yang mengarah pada bangkitnya empati
sia sama artinya dengan menengahi (mengetenga- anak terhadap para pelaku yang ada dalam cerita
hi) artinya melerai, atau mendamaikan. Sheppard atau kisah tersebut. Selanjutnya dilakukan dialog
mendefinisikan si pendamai sebagai orang yang antara guru dan anak yang membahas bagaima-
paling terbuka dalam menerima keberadaan na perasaan para pelaku dalam cerita. Dialog ini
orang lain tanpa menghakimi. Sikap kalem yang mengutamakan terlontarnya pemikiran anak ber-
terbuka merupakan ciri khas orang ini.Si Pendamai dasarkan perasaan mereka
mampu menyelami ke dalam jalinan hubungan yang Selama berlangsungnya dialog ini peme-
mendalam dengan orang-orang lain lantaran bisa taan terhadap kemampuan anak dilakukan oleh
merasakan keadaan batiniah mereka.Melalui pema- guru secara seksama. Siapa yang sudah dan be-
hamannya ini muncullah kemampuan untuk melihat lum memiliki kemampuan berempatiakan ter-
semua sisi persoalan dan menjadi penengah di an- lihat. Setting cerita yang berujung pada kegiatan
tara pihak-pihak yang bertikai.Si Pendamai meng- anak dan bersesuaian dengan tema serta hasil pe-
hargai keberadaan (di atas perbuatan) dan biasanya metaan guru manjadi acuan bagi pengelompokan
hidup dalam kerangkawaktu masa kini. anak berdasarkan sentra bermain.
Uraian di atas menempatkan indikator kecer-
dasan interpersonal ini relatif lebih tinggi diban- Perkembangan Kecerdasan Interpersonal Anak
dingkan dengan sekedar memiliki banyak teman, Berdasarkan hasil observasi pertama dan
bekerjasama, atau berempati terhadap perasaan kedua, peneliti melakukan klasifikasi ulang terha-
orang lain. Hal ini dapat dilihat dari peran ’penda- dap justifikasi yang telah disebut di atas. Klasifi-
mai’ yang dituntut untuk mampu merasakan, meres- kasi ulang memperlihatkan terdapat peningkatan
api apa yang dirasakan orang lain. persentase jumlah indikator yang makin tampak
Metode yang dilakukan guru PAUD Negeri diperlihatkan anak. Tercatat, ada beberapa anak
Pembina dalam upaya mengoptimalisasi kecerdas- yang memperlihatkanpeningkatan kecerdasan in-
an interpersonal ini telah cukup mewakili. Pada terpersonal, khususnya berkaitan dengan5 (lima)
hakekatnya tidak ada metode tertentu yang dapat indikator(mudah berteman, bekerjasama, mau
digunakan untuk menghasilkan anak yang dapat berbagi, berempati, mampu bermediasi).
berperan sebagai penengah/pendamai secara Dari 23 orang anak yang diamati di kelom-
teoritis. Namun demikian terdapat strategi yang pok B-2, terdapat 5 orang anak yang memiliki
dapat membangkitkan atau mengembangkan kecenderungan perkembangan kecerdasan inter-
kemampuan anak untuk dapat berperan sebagai personal yang menarik untuk diamati. Mereka
penengah. Dari pembahasan di atas, kemampu- adalah Fila, Fira, Marta, Alan dan Adnan. Tiga
an anak untuk menjadi penengah akan dapat orang anak (yakni: Fila, Fira, dan Marta) telah
muncul apabila dia memiliki empati terhadap pe- memperlihatkan kecerdasan interpersonal pada 2
rasaan orang lain. – 3 indikator yang diamati (mudah berteman, be-
Tabel 4.1. Latar Belakang Subyek yang Menjadi Fokus Pengamatan
Jarak Anggota
Anak Sdr Sosial Ek Org Te m p a t
Nama Orang Tua Usia Usia dg Sdr Klg di
Ke ... kdg Tua Tinggal
terdekat Rumah
Fila Lengkap, ayah 1 - 5 th, 0 tahun M e n e n g a h Elite 3
yg kerja (PNS) 6bln Atas
Fira Lengkap, ayah 1 1 5 th, 5 2 tahunatas M e n e n g a h Elite 4
yg kerja (PNS) bln Atas
Marta Lengkap dan 1 - 5 th, 2 0 tahun M e n e n g a h Elite 5
kerja (swasta) bln Atas
Alan Lengkap, ayah 1 - 5 th, 9 0 tahun Menengah Peruma- 7
yg krj (PNS) bln han
Adnan Lengkap, ayah 1 - 5 th, 6 0 tahun Menengah Kontrak 5
yg krj (swasta) bln

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Depdikbud. (Jakarta: Balai Pustaka). p. 573.
8

Shepard, L., Sembilan Kepribadian Ideal, http://uk.geocities.com/muhshodiq/kepribadian


9

64
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

kerjasama, dan mau berbagi), sisanya hanya di- berkembang secara perlahan seiring dengan ber-
perlihatkan pada 1 - 2 indikator dan belum mem- jalannya waktu. Tabel berikut memperlihatkan
perlihatkan kemampuan berempati dan menjadi perkembangan kecerdasan interpersonal anak
mediator. Ke lima orang anak ini secara khusus te- dalam tahapan observasi bulan pertama, kedua
lah diwawancarai sesuai dengan pola pikir mereka. dan ketiga.
Latar belakang 5 orang anak yang telah menjadi
subyek wawancara secara rinci dapat dilihat dalam SIMPULAN DAN SARAN
tabel berikut ini.
Ke lima anak yang menjadi subyek wawan- Simpulan
cara ini pada awal masuk mengalami kegagapan 1. Pendekatan guru dalam optimalisasi ke-
dengan lingkungan di PAUD Terpadu ini, kecua- cerdasan interpersonal anak usia dini di PAUD
li Marta.Marta, sejak awal masuk sekolah sudah Negeri Pembina Kabupaten Kutai Timur (Taman
nampak mudah berteman, mandiri, berani, mau Kanak-Kanak), secara umum terbagi atas dua
berbagi dengan teman, dan bisa bekerjasama, jenis, yaitu ‘klassikal’dan‘individual’. Pendekatan
serta mampu mengkoordinir teman. Sedangkan klassikal konteksnya bersifat massal, disampai-
keempat anak lainnya masih takut berjalan sendi- kan di kelas dimana semua anak mendengarkan
ri ke halaman sekolah maupun ruang aula tempat informasi yang disampaikan guru dalam berba-
berkumpul anak-anak, dan minta ditemani oleh gai bentuk. Pendekatan individual lebih menga-
Ibunya. Selama 1 (satu) minggu pertama, kerap rah pada kelompok atau individu anak dan ber-
mereka menangis manakala orang tua/pengan- sesuaian dengan kapabilitas anak yang memang
tar mereka tidak turut masuk ke dalam halaman relatif berbeda satu sama lain. Akibat lanjut dari
sekolah. Ke lima anak yang menjadi subyek pendekatan guru yang seperti ini, anak menjadi
observasi dan wawancara ini pada bulan kedua mudah menerima pesan-pesan pendidikan yang
mengalami peningkatan yang cukup baik dengan disampaikan guru dengan berbagai cara.
lingkungan di PAUD Terpadu Negeri Pembina 2. Metode dan strategi yang dilakukan
ini. Kecerdasan interpersonal anak dilihat dari guru dalam proses optimalisasi kecerdasan inter-
5 (lima) indikator yang menjadi fokus penelitian personal anak usia dini di PAUD Negeri Pembina

Tabel 4.2. Perkembangan Kecerdasan Interpersonal Subyek Pengamatan

Kecerdasan Interpersonal
Observasi Mudah Ber- B e k e r j a - Mau Ber- Berempati Mampu Berme-
teman sama bagi diasi
Bulan Pertama
Fila V - - − -
Fira V - V − -
Marta V V V − -
Alan − V − − -
Adnan − − V − -
Bulan Kedua
Fila V V V V -
Fira V V V V -
Marta V V V V -
Alan V V V − -
Adnan V V V − -
Bulan Ketiga
Fila V V V V V
Fira V V V V V
Marta V V V V V
Alan V V V V -
Adnan V V V V V

65
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

Kabupaten Kutai Timur (Taman Kanak-Kanak) merumuskan tujuan dan kegiatan pengembangan
adalah bercerita dan bermain. Metode cerita (tel- kecerdasan interpersonal, menetapkan strategi
ling story) selama 5 menit dengan gaya bercerita dan sumber belajar yang relevan, menetapkan
yang sangat berkesan bagi anak. Pilihan cerita kebutuhan belajarnya serta mengevaluasi hasil-
yang bermakna disiapkan guru secara intensif hasil perkembangan anak.
dengan gaya bercerita atraktif dan demonstratif. Bagi para pendidik (guru) anak usia dini,
Melalui cerita ini, guru menyampaikan pesan ter- hasil-hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
tentu yang dibuat sangat kuat/dominan dan ber- rujukan guru untuk memperoleh informasi ten-
sesuaian dengan tema dalam rencana kegiatan tang indikator-indikator yang mempengaruhi ke-
harian. Selanjutnya, 5 menit kemudian dilakukan cerdasan interpersonal anak usia dini. Informasi
dialog yang ditujukan pada anak tertentu sesuai ini dapat dijadikan bahan masukan bagi guru Ta-
dengan peta perkembangan kecerdasan inter- man Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA),
personal yang dimiliki anak. Beberapa trik atau Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan
strategi mengoptimalisasi potensi kecerdasan Anak (TPA).
interpersonal anak untuk mudah berteman, be- Bagi para orang tua dan pendidik pada
kerjasama, mau berbagi, berempati, dan mampu umumnya, hasil-hasil penelitian ini dapat digu-
bermediasi dilakukan guru melalui proses belajar nakan untuk memahami sifat-sifat yang berkaitan
dan bermain di sentra bermain. Terdapat empat dengan pola optimalisasi kecerdasan interperso-
sentra bermain sebagai wahana belajar anak, yaiu nal anak usia dini dan dapat digunakan untuk
sentra persiapan, sentra balok, sentra seni kreati- membenahi iklim kehidupan keluarga, sekolah,
vitas, dan sentra main peran. Keempat sentra ini, dan masyarakat yang lebih banyak melibatkan
guru menerapkan metode dan strategi dalam pro- diri dalam memahami perilaku anak usia dini
ses optimalisasi kecerdasan interpersonal anak. pada umumnya, dan khususnya pemahaman ten-
3. Perkembangan kecerdasan interper- tang optimalisasi kecerdasan interpersonal anak
sonal anak usia dini di PAUD Negeri Pembina usia dini.
Kabupaten Kutai Timur (Taman Kanak-Kanak) Bagi peneliti, penelitian ini baru menemu-
adalah terdapat perubahan yang cukup berarti, kan sebagian kecil dari optimalisasi kecerdasan
dimana mereka yang tadinya penakut, pemalu, interpersonal anak usia dini di Taman Kanak-
atau tidak mau bekerjasama, serta tidak peduli Kanak, oleh karena itu bagi peneliti berikut dapat
dengan orang lain, menjadi anak yang berani, se- mengembangkan kembali sebagian temuan dari
lalu bekerjasama dan berempati. Perubahan ini penelitian ini. Misalnya, bagaimana merumus-
bukan hanya di sekolah (TK), tetapi juga ditun- kan model pengembangan multiple intelligence di
jukkan oleh anak di lingkungan rumah mereka. Taman Kanak-Kanak dan merumuskan standar
Khusus untuk indikator kecerdasan interperso- pelayanan pendidikan untuk anak usia dini.
nal ’mampu bermediasi/penengah’, hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang telah memiliki ke- DAFTAR PUSTAKA
mampuanmudah berteman, berempati, bekerja-
sama, dan mau berbagi. Campbell, Linda & Bruce Campbell. 2002. Multiple In-
telligences, Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan.
Saran Depok: Inisiasi Press.
Crain, William. 2007.Teori Perkembangan; Konsep dan
Dari hasil temuan penelitian ini, disaran-
Aplikas (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pe-
kan sebagai berikut: lajar.
Proses pembelajaran perlu direfleksi di Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Un-
dalamnya. Adanya refleksi setiap selesai pem- dang Sistem PendidikanNasional (UURI No. 20
belajaran yang dilakukan oleh guru dan teman Tahun 2003) dan Peraturan Pelaksanaannya. Ja-
sejawatnya, menunjukkan adanya kegiatan pen- karta: Departemen Pendidikan Nasional.
capaian inteligensi interpersonal berdasarkan Gardner, Howard. 2013. Multiple Intelligences: Memaksi-
Gardner, yaitu kemampuan bersosialisasi yang malkan Potensi & Kecerdasan Individua Dari Masa
akan dapat melengkapi perkembangan anak usia Kanak-Kanak Hingga Dewasa, (Penerjemah: Yel-
vi Andri Zainur). Jakarta: Daras Book.
dini secara utuh. Dimaksud secara utuh adalah
Hardiyana, Andri. 2010. Peningkatan Kecerdasan Inter-
perkembangan anak sesuai dengan teori Piaget personal Anak Usia Dini Melalui Bermain, Penili-
dalam perkembangan kecerdasan (kognitif) dan tian Tindakan di Pusat PAUD-TK Tunas Pertiwi
perkembangan sosial dari Vygotsky. Indramayu (Tesis), Jakarta: Pascasarjana-UNJ).
Optimalisasi kecerdasan interpersonal Hasan, Maimunah. 2009. PAUD (Pendidikan Anak Usia
anak usia dini dapat dipakai untuk membantu Dini): Panduan Lengkap Manajemen Mutu Pendi-
pendidik atau guru dan orang tua mendiagnosis, dikan Anak untuk Para Guru dan Orang Tua. Jog-

66
Budi Rahardjo / Early Childhood Education Journal of Indonesian 1 (1) (2018)

jakarta: DIVA Press. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta:


Hurlock Elizabeth. 1991. Perkembangan Anak, Jilid 1, Media Prenada.
Alih bahasa Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Er- Santoso,Soegeng. 2011. Konsep Pendidikan Anak Usia
langga. Dini: Menurut Pendirinya 2. Jakarta: UNJ.
Jackman, Hilda L. 2012. Early Education Curriculum: A Santrock, John W. 2002.Life-Span Development, 5 E
Child’s Connection To The World. Canada: Nel- (Perkembangan Masa Hidup). Alih Bahasa
son Education, Ltd Achmad. Chusairi & Juda Damanik. Jakarta:
Lwin,May, Adam Khoo, Kenneth Lyendan Caroline Penerbit Erlangga.
Sim. 2008. How  to  Multiply  Your  Child’s  In- Seefeldt, Carol & Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan
telegence Cara mengembangkan Berbagai Komponen Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga,
kecerdasan. Jakarta: Indeks. Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta:
Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Indeks.
Profesional: Pijakan Mahasiswa, Guru & Pengelola Schousboe, Ivy. 2013. Children’s Play and Development
TK/RA/KB/TPA. Jakarta: Penerbit PT Elex- (Cultural-Historical Perspectives). New York Lon-
Media Komputindo. dong: Springer Dordrecht Heidelberg.
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Soetjiningsih, Cristiana Hari. 2012. Perkembangan
Analisis data Kualitatif, Alih bahasaTjetjep Ro- Anak: Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-
hendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia. Kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sujiono, Yuliani Nurani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan
Bandung :Remaja Rosdakarya Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Morrison, George S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. 2010.
Anak Usia Dini (PAUD).(Pengalih Bahasa: Suci Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Ja-
Romadhona & Apri Widiastuti). Jakarta: PT karta: PT Indeks.
Indeks. Suyadi. 2009. Ternyata, Anakku Bisa Kubuat Genius!: Ini-
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas melalui Bermain lah Panduannya untuk Para Orang Tua dan Guru.
(Cara Mengasah Multiple Intelligence pada Anak Jogjakarta: Power Books (Ihdina).
Usia Dini). Jakarta: PT Grasindo. Triharso, Agung. 2013. Permainan Kreatif dan Edukatif
Moedzakir, M. Djauzi. 2010. Desain dan Model Pene- untuk Anak Usia Dini: 30 Permainan Matematika
litian Kualitatif (Biografi, fenomenologi, Teori dan Sains. Yogyakarta: Andi Offset.
Grounded, dan Studi Kasus), Malang: Fakultas Tri Winarti, Hepy. 2013. Pengembangan Kecerdasan
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Interpersonal dan Intrapersonal Anak Usia Dini
Uno, Hamzah B. dan Msri Kuadrat. 2009. Mengelola (Studi Etnografi di Kelompok Bermain Jannatul
Kecerdasan dalam Pembelajaran (Sebuah Kon- Athfaal Samarinda). Tesis. Samarinda: Program
sep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan). Jakarta: Pascasarjana Kependidikan Universitas Mula-
PT.Bumi Aksara. warman.
Rahardjo, Budi. 2013. Paradigma Baru untuk Pendidikan Yin, Robert K. 2013 Case Study Research: Desgn and
Anak Usia Dini: Makalah Disampaikan Dalam Methods (Terjemahan M. Djauzi Mudzakir).
Seminar Nasional Pendidikan. Samarinda: Un- Jakarta: Grafindo Persada.
mul.

67

You might also like