157 812 1 PB Dikonversi

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 20

THE EXPERIENCE OF TEMS NURSES IN HANDLING TRAFFIC ACCIDENT VICTIMS

IN RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG

Maria Wisnu Kanita1, Retty Ratnawati2, Retno Lestari2


1,2
Master of Nursing Program, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya

ABSTRACT
Emergency Medical Services (EMS) in Indonesia has not been developed comprehensively. EMS service
that has been running is in RSUD dr. Iskak Tulungagung named Tulungagung Emergency Medical
Services (TEMS) with the most incident call are traffic accidents. Nurses experienced some obstacles
when handling the traffic accident victims which made it cannot be done optimally. This study aims
to explore the experience of nurses in conducting EMS on the handling of traffic accident victims in
RSUD dr. Iskak Tulungagung. The research was using qualitative method with interpretive
phenomenology approach by using data analysis process based on Interpretative Phenomenological
Analysis (IPA). Nine themes were obtained from 9 participants: 1) Assuming the importance of providing
the best treatment, 2) Encourage team cohesiveness to facilitate handling, 3) Feel the contradictions in
the self when dealing with victims, 4) Feeling the emergence of spirit in self, 5) Serving with
wholeheartedly embodied with the priority of the victim, 6) Experiencing poor acceptance from the
community, 7) Experiencing the limited, 8) Craving accurate service by a competent team, and 9)
Feeling increasing public trust who knowing TEMS. Establishing EMS from the beginning to the current
process, based on the awareness of the nurse and the relevant parties regarding the appropriate and
best handling of traffic accident victims to achieve patient safety. Regular evaluation is needed from
all related parties and education for community for handling of traffic accident victims in EMS service
so it can be given maximally by the nurse.
Keywords: TEMS Nurse, Handling of Traffic Accident Victims

ABSTRAK
Pelayanan Emergency Medical Services (EMS) di Indonesia belum dikembangkan secara komprehensif.
Pelayanan EMS yang sudah berjalan berada di RSUD dr. Iskak Tulungagung yang dinamai dengan
Tulungagung Emergency Medical Services (TEMS) dengan panggilan kejadian terbanyak adalah
kecelakaan lalu lintas. Penanganan korban kecelakaan lalu lintas oleh perawat TEMS mengalami
adanya hambatan sehingga penanganan belum dapat dilakukan secara maksimal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat dalam melakukan EMS pada penanganan
korban kecelakaan lalu lintas di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif dengan menggunakan proses analisa
data berdasarkan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Sembilan tema berhasil didapatkan
dari 9 partisipan, yaitu: 1) Menganggap sangat penting memberikan penanganan yang terbaik, 2)
Mengupayakan kekompakan tim untuk mempermudah penanganan, 3) Merasakan pertentangan
dalam diri ketika menangani korban, 4) Merasakan munculnya semangat dalam diri, 5) Melayani
dengan sepenuh hati yang diwujudkan dengan mengutamakan korban, 6) Mengalami penerimaan
yang buruk dari masyarakat, 7) Mengalami adanya keterbatasan sumber daya, 8) Mendambakan
pelayanan yang akurat oleh tim yang kompeten dan 9) Merasa meningkatnya kepercayaan masyarakat
yang mengetahui TEMS. Membentuk EMS sejak dari awal hingga proses yang berjalan saat ini,
didasarkan pada kesadaran perawat TEMS serta pihak-pihak terkait tentang adanya penanganan
korban kecelakaan lalu lintas yang sesuai dan yang terbaik guna tercapainya keselamatan pasien.
Diperlukan adanya evaluasi secara berkala dari seluruh pihak terkait serta edukasi kepada masyarakat
luas agar penanganan korban kecelakaan lalu lintas pada layanan EMS dapat diberikan secara
maksimal oleh perawat.
Kata kunci: Perawat TEMS, Penanganan Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 6, No.1 Mei 2018; Korespondensi : Maria Wisnu Kanita.
Universitas Brawijaya. Jalan Veteran, Ketawanggede, Lowokwaru, Ketawanggede, Kec.
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145. maria_wisnu@yahoo.co.id. 089673305582.

www.jik.ub.ac.id
67
PENDAHULUAN serta pengambilan keputusan yang berbeda
Pelayanan EMS di Indonesia belum serta adanya hambatan di tempat kejadian
dikembangkan secara komprehensif (Boyle, kecelakaan saat memberikan penanganan
Wallis, & Suryanto, 2016). Selain itu pada korban kecelakaan lalu lintas.
kejadian cedera yang serius seperti akibat Tim EMS yang terdiri dari multidisipliner
kecelakaan lalu lintas hanya sedikit yang akan memiliki tanggungjawab serta persepsi
menggunakan ambulans untuk transportasi yang berbeda sehingga dapat menyebabkan
ke layanan kesehatan terdekat (WHO, hambatan dalam komunikasi (Berben et al.,
2015). 2012). Berdasarkan Aminizadeh (2014)
Sistem layanan EMS dikembangkan perawat juga akan merasakan adanya
sesuai dengan keadaan serta kebutuhan dari tekanan akibat adanya permasalah kultural
masing-masing negara. Di Indonesia perawat yang ada di masyarakat. Beberapa tenaga
ikut dilibatkan dalam layanan pra rumah kesehatan yang bertugas di EMS juga
sakit karena tidak adanya pendidikan pra menyatakan memiliki pengalaman
rumah sakit bagi perawat (Boyle, Wallis, & menerima adanya gangguan berupa verbal
Suryanto, 2016). Pelayanan EMS yang sudah di tempat kejadian sehingga
berjalan di Indonesia berada di RSUD dr. mempengaruhi penanganan (Bigham,
Iskak Tulungagung yang dinamai dengan 2014).
Tulungagung Emergency Medical Services
Penelitian mengenai “Pengalaman
(TEMS). TEMS menerima panggilan kejadian
Perawat dalam Melakukan EMS pada
terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas.
Penanganan Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Korban kecelakaan lalu lintas di negara
di RSUD Dr. Iskak Tulungagung” diharapkan
berkembang rata-rata masih belum
dapat menunjang pengembangan
merasakan adanya layanan EMS karena
penanganan korban kecelakaan lalu lintas
belum memiliki adanya sistem transportasi
di pelayanan TEMS khususnya oleh perawat
dari tempat kejadian hingga ke layanan
di Indonesia.
kesehatan terdekat yang didukung dengan
adanya tenaga yang terlatih, ambulans dan
peralatan yang lengkap didalamnya (Nielsen METODE
et al., 2012; WHO, 2015). Keterbatasan Penelitian ini menggunakan desain
dalam layanan EMS akan menyebabkan penelitian kualitatif dengan pendekatan
penanganan yang kurang optimal. fenomenologi interpretif. Partisipan yang
Tertundanya pemberian penanganan oleh terlibat dalam penelitian ini berjumlah 9
EMS dapat menyebabkan cedera sekunder orang yang ditentukan melalui purposive
pada korban kecelakaan lalu lintas sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi
(Gonzales et al., 2009; Newgard et al., yaitu: 1) Memiliki pengalaman dalam
2010). melakukan penanganan korban kecelakaan,
Penanganan korban kecelakaan lalu 2) Sehat jasmani dan rohani, 3) Mampu
lintas oleh perawat TEMS memiliki beberapa menceritakan pengalamannya secara lisan
hambatan. Adanya keterbatasan sumber dengan baik, 4) Bersedia menjadi
daya manusia, adanya batasan kewenangan
68
partisipan.

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 6, No. 1 Mei 2018

www.jik.ub.ac.id
69
Keseluruhan partisipan merupakan perawat 1. Menganggap sangat penting
laki-laki dengan kisaran umur antara 25 – memberikan penanganan yang
33 tahun dan telah melakukan pelatihan terbaik
Ambulance Protocol. Pengumpulan data Tema ini terdiri dari dua sub tema. Sub
dilakukan dengan indepth interview dan
tema pertama adalah berpikir penanganan
field note. Wawancara dilakukan dengan
yang sesuai kepada korban adalah hal yang
kisaran waktu 30 – 60 menit yang direkam
utama, dengan pernyataan partisipan
dengan alat perekam. Setelah data
sebagai berikut:
tersaturasi, data dianalisis menggunakan
proses analisa data berdasarkan Interpretative “… tapi dari sisi pokoknya orang
itu tertolong dulu dan selamat
Phenomenological Analysis (IPA), yaitu:
sampai IGD sambil kita
Reading and Re-reading, Initial Noting,
melakukan penanganan di dalam
Developing Emergent Themes, Searching for
ambulan. … Ya pokoknya
connection a cross emergent themes,
keselamatan nyawa si korban itu
Moving the next cases, dan Looking for
yang kita utamakan terlebih
patterns across cases. dahulu selain semua. Pokoknya
selamat, … ” (P1)

HASIL PENELITIAN Pernyataan di atas menunjukkan bahwa

Hasil penelitian yang didapatkan partisipan menganggap bahwa penanganan


berdasarkan tujuan penelitian diperoleh pasien itu harus diutamakan supaya korban
sembilan tema, yaitu: 1) Termotivasi untuk dapat melewati masa gawat dan dapat
memberikan penanganan yang terbaik, 2) tertolong.
Mengupayakan kekompakan tim untuk Sub tema kedua adalah memahami
mempermudah penanganan, 3) Merasakan untuk menolong dengan segala kemampuan
pertentangan dalam diri ketika menangani yang dimiliki, dengan pernyataan partisipan
korban, 4) Merasakan munculnya semangat sebagai berikut:
positif dalam diri, 5) Melayani dengan
“Kan sudah ada di RS, walaupun
sepenuh hati yang diwujudkan dengan bukan RS semestinya, tapi ini kan RS
mengutamakan korban, 6) Mengalami berjalan.” (P1)
penerimaan yang buruk dari masyarakat, 7)
“Jadi sangat membantu sekali bagi
Mengalami adanya keterbatasan sumber
pasien yang sangat perlu
daya yang membuat penanganan menjadi
penanganan medis.” (P7)
lebih sulit, 8) Mendambakan pelayanan yang
akurat oleh tim yang kompeten, dan 9) Pernyataan diatas menunjukkan bahwa
Merasa meningkatnya kepercayaan masyarakat partisipan menganggap bahwa kehadiran
yang mengetahui TEMS partisipan dapat membantu bagi pasien

Tema-tema tersebut dijelaskan sebagai kecelakaan lalu lintas di lokasi kejadian

berikut: yang membutuhkan penanganan dari


layanan kesehatan seperti di RS.
2. Mengupayakan kekompakan tim dingonokke uwong-uwong (ya
untuk mempermudah penanganan jengkel sih mbak, lha gimana lagi
Tema ini terdiri dari sub tema meyakini sini sudah tergesa-gesa masih
kesepahaman itu penting, dengan digitukan juga sama warga)..” (P5)
pernyataan partisipan sebagai berikut:
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
“Yang penting koordinasi antar kru, partisipan merasa kesal dengan warga yang
sudah saling memahami…” (P3) kurang paham sehingga memberikan
tekanan kepada partisipan dalam berusaha
“Ketika saya sudah memasang ini,
menangani korban kecelakaan lalu lintas.
inisiatif dari temen itu pegang yang
lainnya. Dengan saling melengkapi 4. Merasakan munculnya semangat
seperti itu pasien cepet tertangani, dalam diri
kemudian pasien sampai di RS itu Tema ini terdiri dari dua sub tema.
tindakan sudah selesai.” (P2) Sub tema pertama adalah tulus dalam
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa melakukan penanganan, dengan pernyataan
partisipan menganggap bahwa perawat partisipan sebagai berikut:
TEMS yang saling memahami dan “Gak usah golek jeneng neng kono,
berkoordinasi akan mampu menangani gak usah pamer(tidak usah cari
korban dengan cepat. nama disana, tidak usah pamer)
3. Merasakan pertentangan dalam diri …”(P1)
ketika menangani korban Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
Tema ini terdiri dari dua sub tema. Sub partisipan tulus dalam melakukan tindakan.
tema pertama adalah merasa menyalahkan Sub tema kedua adalah berpuas diri
diri sendiri karena kematian korban, dengan atas penanganan yang dilakukan, dengan
pernyataan partisipan sebagai berikut: pernyataan partisipan sebagai berikut:
“…Kita menyayangkan sekali kalau “…ketika sudah menyampaikan
korban tidak dapat selamat..” (P4) Beliaunya sampai di IGD dengan
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa keadaan selamat… Itu sudah puas.”
partisipan sangat menyayangkan ia tidak (P1)
dapat menyelamatkan korban.
“Perasaan seneng itu ya ada bisa
Sub tema kedua adalah merasakan menyampaikan pasien dengan
gangguan akibat masyarakat dan polisi
selamat ke IGD…” (P4)
yang tidak mendukung, dengan
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa
pernyataan partisipan sebagai berikut:
partisipan merasa puas dan senang dapat
“Kita menangani … ada tekanan dari
menolong dan menyelamatkan korban.
masyarakat..” (P6)
5. Melayani dengan sepenuh hati yang
“Ya mangkel sih mbak, lha piye diwujudkan dengan mengutamakan
maneh kene wis tergesa-gesa kok korban
Tema ini terdiri dari tiga sub tema. Sub
tema pertama adalah berusaha fokus pada

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 6, No. 1 Mei 2018


penanganan pasien, dengan pernyataan polisi di lokasi kejadian serta perawat di
partisipan sebagai berikut: call center atas keadaan pasien.

“…penanganannya yang pertama 6. Mengalami penerimaan yang buruk


kita lakukan primary survey … dari masyarakat
kemudian kita bawa ke ambulan,
Tema ini terdiri dari dua sub tema. Sub
load and go … dalam perjalanan
tema pertama adalah mengalami gangguan
kita lakukan secondary survey …
akibat masyarakat tidak mengerti, dengan
kita berpatokan pada response
pernyataan partisipan sebagai berikut:
time itu” (P1)
“Kalau pendidikan masyarakat
“Untuk yang lainnya saya sampingkan
semakin rendah mungkin dengan
dulu, yang penting keselamatan
dijelaskan kondisinya seperti ini,
pasien itu sendiri sampai tiba di RS
yang gawat yang ini, yang enggak
bagaimana untuk mendapatkan
yang ini, yang ditangani yang ini
perawatan lanjutan…” (P1)
dulu, kan masih kurang paham..”
Pernyataan di atas menunjukkan (P2)
bahwa partisipan melakukan tindakan Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
kepada korban sesuai dengan prosedur partisipan menjelaskan ke masyarakat
yang harus dilakukan dan berfokus kepada tentang penanganan yang tepat tetapi
penanganan agar keselamatan pasien masyarakat tidak paham.
dapat teraih.
Sub tema kedua adalah merasa tidak
Sub tema kedua adalah menyesuaikan dipercaya oleh masyarakat untuk menangani
peran dalam penanganan, dengan korban, dengan pernyataan partisipan
pernyataan partisipan sebagai berikut: sebagai berikut:
“…Kita disitu tetap sebagai
“…Pernah datang ke lokasi kejadian,
leader…” (P1)
sampai sana pasien sudah dibawa
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa warga” (P3)
partisipan di lokasi kejadian tetap
“… mereka cenderung
menjalankan perannya saat menangani meremehkan, “kon iku sopo?”
korban kecelakaan lalu lintas, yaitu sebagai (Anda itu siapa?). Masio
leader. (walaupun) daerah sepi kalau ada
Sub tema ketiga adalah melakukan kecelakaan…” (P1)
koordinasi selama penanganan, dengan Pernyataan diatas menunjukkan bahwa
pernyataan partisipan sebagai berikut: mendapati adanya masyarakat yang tidak
“…Kita berkoordinasi dengan polisi mempercayai TEMS sehingga korban dibawa
di tempat kejadian” (P7) sendiri oleh masyarakat ke RS dan adanya
warga yang meremehkan di lokasi kejadian.
“Menginformasikan gimana keadaan
pasien sekarang, terjadi apa, 7. Mengalami adanya keterbatasan
kepada call center…”(P1) sumber daya

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Tema ini terdiri dari tiga sub tema. Sub
partisipan melakukan koordinasi dengan tema pertama adalah menemukan adanya
kekurangan dari dalam tim, dengan sendiri sudah sanggup untuk ETT,
pernyataan partisipan sebagai berikut: tapi kalau enggak ada dokternya kan
“…Ya mungkin sebagai manusia kita enggak...ya berani sih
kekurangan dari kami kurang up- berani, tapi untuk yang
date.” (P1) bertanggungjawab itu yang menjadi
kendala..…”(P1)
“Ya mungkin dari tenaganya yang
terbatas,”(P1) Pernyataan diatas menunjukkan
bahwa partisipan tidak dapat
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa
bertanggungjawab untuk tindakan yang
partisipan merasa tidak memiliki ilmu yang
bukan menjadi kewenangan perawat
terbarukan dan merasakan adanya
walaupun korban sebenarnya
keterbatasan tenaga.
membutuhkan penanganan tersebut.
Sub tema kedua adalah menemukan
8. Mendambakan pelayanan yang
kesulitan akibat keterbatasan lahan, dengan
akurat oleh tim yang kompeten
pernyataan partisipan sebagai berikut:
Tema ini terdiri dari empat sub tema.
“…tindakan infus yang menjadi
Sub tema pertama adalah menginginkan
kendala itu. Waktu ambulan
terciptanya layanan yang meningkat bagi
berjalan itu waktu kita nginfus itu,
ya walau sudah distiweng (di masyarakat, dengan pernyataan partisipan
torniket) dengan teman-teman … sebagai berikut:
namanya ambulan berjalan goyang “…Nanti kalau sudah berjalan
kan ya itu kesulitan kita disitu.” sebagai mana mestinya karena ini
(P1) program baru, kalau sudah berjalan,
kita bisa tingkatkan ke arah itu.”
“Kalau di jalan raya itu tidak ada
(P1)
masalah ya mbak ya, kalau di jalan
yang kayak jalan kelinci yang njepit- “Pengennya semua pasien kecelakaan
njepit, jalanan kecil gitu. Ketika khususnya di daerah Tulungagung
ada kecelakaan, masuk got, dapat ditangani oleh orang-orang
masuk sungai, nah itu hambatan yang kompeten dibidangnya…”
kita.…” (P7) (P3)
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
partisipan kesulitan melakukan penanganan partisipan menginginkan adanya peningkatan
di ambulan yang sempit dan lokasi kejadian pelayanan yang dilakukan dalam TEMS serta
yang tidak terlalu luas. seluruh korban kecelakaan lalu lintas dapat
Sub tema ketiga adalah mengalami ditangani oleh TEMS secara keseluruhan.
adanya batasan kewenangan tindakan Sub tema kedua adalah berharap adanya
dengan pernyataan partisipan sebagai peningkatan kompetensi tim, dengan
berikut: pernyataan partisipan sebagai berikut:
“…Walaupun enggak menutup
“…Jadi harapanya enggak hanya
kemungkinan dari perawatnya itu
ambulan protokol, jadi secara
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 6, No. 1 Mei 2018
kontinyu kita bisa melakukan 9. Merasa meningkatnya kepercayaan
pelatihan bersama. Jadi, lebih masyarakat yang mengetahui TEMS
mematangkan atau lebih memantapkan
Tema ini terdiri dari dua sub tema. Sub
pengananan di lokasi…” (P2)
tema pertama adalah mendapati adanya
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan layanan TEMS,
partisipan menginginkan adanya pelatihan
dengan pernyataan partisipan sebagai berikut:
yang dilakukan secara bersama mengenani
“…Dan saat ini pun sudah sampai
penanganan korban kecelakaan lalu lintas
80 sampai 100 pun ada panggilan
di lokasi kejadian.
setiap bulannya.” (P2)
Sub tema ketiga adalah berharap baik
korban maupun penolong dapat selamat, “Sekarang ini sudah banyak korban
dengan pernyataan partisipan sebagai yang dibawa oleh TEMS ke RS
berikut: daripada masyarakat awam…” (P8)

“…Yang penting kita harapannya Pernyataan di atas menunjukkan bahwa


pasien itu selamat dan penolong. … partisipan mendapati adanya peningkatan
supaya korban kita itu, teman kita telepon masyarakat dan peningkatan korban
itu selamat sampai IGD. Tidak ada kecelakaan lalu lintas yang dibawa oleh
yang lain.” (P1) perawat TEMS.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Sub tema kedua adalah merasa


partisipan berharap pasien dan perawat dipercaya oleh masyarakat, dengan
dapat selamat sampai di IGD. pernyataan partisipan sebagai berikut:

Sub tema keempat adalah enginginkan “…banyak juga lho Mbak yang kalau
adanya perubahan persepsi masyarakat daerah sini itu sampai bilang ke
tentang TEMS, dengan pernyataan kita, waktu itu bilang “Koyo nang
partisipan sebagai berikut: Amerika Amerika yo...” (“Seperti di
Amerika Amerika ya…”)..” (P1)
“… jadi dilihat masyarakat, “oh
ternyata ini kita memang safety, “Kalau ngerti ya tetep nunggu kita.
dari ambulan datang, ditangani … Dilihat dari waktu kita ke TKP itu
seperti itu, wah ternyata aman masyarakat “Awas, awas, awas..” ya
daripada kita angkut” kan seperti maksudnya itu biar cepat
itu. Harapannya konsep warga atau ditangani…” (P1)
masyarakat kan seperti itu.” (P6)
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
“Harapannya kedepannya masyarakat partisipan merasa dianggap mampu oleh
enggak mindah pasien, tapi masyarakat dan memberikan kesempatan
langsung nelfon kita.” (P9) kepadanya untuk menangani korban
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas.
partisipan berharap masyarakat tidak Sub tema ketiga adalah usaha
memindah korban dan menunggu perawat peningkatan penanganan korban, dengan
TEMS datang untuk melakukan penanganan. pernyataan partisipan sebagai berikut:

www.jik.ub.ac.id

73
“sudah koordinasi dengan membuat penanganan menjadi lebih sulit.
manajemen,“ (P1) Hal tersebut mengakitbatkan adanya
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pertentangan dalam diri ketika menangani
partisipan sudah melakukan adanya usaha korban. Masyarakat yang mengerti bahwa
untuk melakukan peningkatan dalam pelayanan yang tulus diberikan oleh
penanganan korban dengan dilakukannya perawat TEMS kemudian berimbas pada
koordinasi dengan pihak manajemen. meningkatnya kepercayaan yang mengerti
Sub tema keempat adalah masyarakat bagaimana perawat TEMS menangani
memberikan tanggapan positif, dengan korban kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut
pernyataan partisipan sebagai berikut: memunculkan adanya semangat positif
dalam diri sehingga perawat TEMS
“banyak juga lho Mbak yang kalau
mendambakan adanya pelayanan yang
daerah sini itu sampai bilang ke
kita, waktu itu bilang “Koyo nang akurat oleh tim yang kompeten. Hal

Amerika Amerika yo...” (“Seperti di tersebut kemudian kembali lagi kepada


Amerika Amerika ya…”) (P1) motivasi perawat TEMS untuk dapat
memberikan penanganan yang terbaik bagi
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
masyarakat terutama korban kecelakaan
masyarakat mempercayai dan beranggapan
lalu lintas.
bahwa layanan EMS yang dilakukan
partisipan seperti layanan EMS yang ada di
Amerika.

10. Interaksi Antar Tema


Perawat TEMS memahami untuk dapat
memberikan penanganan yang terbaik bagi
korban kecelakaan lalu lintas. Disamping itu
perawat TEMS juga selalu mengutamakan
kekompakan tim untuk mempermudah
penanganan. Hal itu dilandasi karena
perawat TEMS menyadari bahwa ia bekerja
didalam tim dan dituntut untuk mampu
memberikan penanganan yang cepat dan
tepat agar keselamatan korban dapat
dicapai. Mengutamakan keadaan korban
juga selalu dipegang teguh oleh perawat
TEMS dalam memberikan pelayanan sepenuh
hati. Perawat TEMS juga merasakan adanya
beberapa kendala dalam penanganan.
Mendapatkan penerimaan yang buruk dari
masyarakat yang belum mengetahui TEMS
serta adanya keterbatasan sumber daya
Skema 1. Interaksi Antar Tema
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 6, No. 1 Mei 2018
PEMBAHASAN dalam capaian utama layanan, sehingga
Penanganan korban kecelakaan lalu hal tersebut harus dipertimbangkan
lintas memerlukan suatu mekanisme yang dalam pengembangan layanan EMS
terintegrasi dari tempat kejadian hingga ke (Gondocs et al., 2009).
layanan kesehatan seperti bentuk pelayanan Perawat yang tergabung dalam layanan
EMS (Djaja et al., 2016). Perawat yang EMS akan menjumpai berbagai macam hal
tergabung pada layanan EMS sepenuhnya di lokasi kejadian yang terkadang tidak
sadar jika tindakan yang dilakukan di EMS ditemukan pada layanan intra RS. Perawat
merupakan tindakan penanganan kepada merasakan kecewa terhadap diri sendiri
korban kecelakaan lalu lintas yang harus karena tidak mampu menolong korban,
dilakukan secara fokus pada penanganan kasihan ketika mendapati korban
bagi pasien dan memberikan penanganan kecelakaan sudah tidak bernyawa dan
yang terbaik pula. merasa kasihan saat menemukan rekan
sejawat menjadi korban kecelakaan itu
Penelitian lain menyatakan bahwa
sendiri. Selain itu perawat merasakan
perawat yang tergabung dalam layanan EMS
adanya kepanikan, merasa mendapat
merasa harus mempersiapkan diri dan
tekanan, dan merasa terganggu karena
menciptakan kondisi untuk perawatan yan
masyarakat yang tidak paham.
baik. Selain itu perawat merasa harus
mencapai perawatan yang terbaik yang Aminizadeh (2014) menyatakan ketika
melakukan penanganan kepada pasien akan
dekat dengan pasien yang membutuhkan
merasakan adanya tekanan akibat adanya
penanganan gawat darurat di luar rumah
permasalah kultural yang ada di
sakit (Holmberg & Fagerberg, 2010).
masyarakat. Beberapa tenaga kesehatan
Perawat yang tergabung dalam layanan
yang bertugas di EMS juga menyatakan
EMS akan memerlukan adanya koordinasi
memiliki pengalaman menerima adanya
dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam
gangguan berupa verbal maupun intimidasi
melakukan penanganan korban kecelakaan
ketika sedang melakukan penanganan di
lalu lintas. Penelitian menyatakan bahwa
tempat kejadian sehingga
partisipan merasa memerlukan adanya
mempengaruhi penanganan (Bigham,
kerjasama tim yang terwujud dengan
2014).
adanya kerjasama dengan tim.
Adanya koordinasi yang baik dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Bigham pihak lain seperti polisi saat melakukan
et al. (2010) menyatakan bahwa personel penanganan di tempat kejadian akan
yang melakukan layanan EMS yang membuat perawat merasa nyaman
mengaplikasikan sebuah urutan prosedur melakukan tindakan seperti di RS. Perawat
akan merasakan adanya hambatan terkait juga merasa senang melakukan tindakan di
dengan pengambilan keputusan karena EMS karena dapat menemui berbagai macam
bekerja sama dengan banyak pihak terkait. kasus yang ada dan merasa bersyukur dapat
Latar belakang pendidikan personel juga dipercaya oleh masyarakat untuk dapat
menjadi hal yang dapat mempengaruhi membantu orang lain, khususnya korban
kecelakaan lalu lintas.
www.jik.ub.ac.id
Romanzini dan Bock (2010) menyatakan masyarakat yang meremehkan perawat
bahwa perawat yang bekerja di EMS merasa TEMS.
aman, siap dan termotivasi untuk bekerja
Aminizadeh (2014) menyatakan ketika
dan mereka juga mengalami perasaan yang
melakukan penanganan kepada pasien akan
beragam seperti kasih sayang, rasa syukur,
merasakan adanya tekanan akibat adanya
marah, kasihan, kesedihan dan kecemasan.
permasalah kultural yang ada di
Aminizadeh (2014) menyatakan ketika
masyarakat. Beberapa tenaga kesehatan
melakukan penanganan kepada pasien akan
yang bertugas di EMS juga menyatakan
merasakan adanya tekanan akibat adanya
memiliki pengalaman menerima adanya
permasalah kultural yang ada di
gangguan berupa verbal maupun intimidasi
masyarakat.
ketika sedang melakukan penanganan di
Perawat TEMS berusaha melakukan tempat kejadian sehingga
tindakan kepada korban kecelakaan lalu mempengaruhi penanganan (Bigham,
lintas dengan selalu memperhatikan 2014).
keselamatan korban. Tujuan utama EMS Kementerian Kesehatan Republik Indo-
adalah memberikan perawatan darurat nesia sedang mengembangkan layanan pra
kepada pasien yang membutuhkan rumah sakit untuk keadaan gawat darurat
penanganan dengan segera dan maupun trauma. Tetapi tidak ada jaminan
memindahkan mereka ke layanan kesehatan yang pasti bahwa layanan pra rumah sakit
yang tepat yang dibutuhkan (Al-Shaqsi, tersebut dapat diaplikasikan dengan baik
2010). karena adanya kekurangan di infrastuktur
EMS harus mampu memberikan maupun sumber daya yang mampu
penanganan yang sesuai dengan keadaan mengelola keadaan gawat darurat (Boyle,
korban. Tetapi peningkatan waktu tanggap Wallis, & Suryanto, 2016).
dari EMS, peningkatan penanganan di Adanya kesulitan dalam melakukan
tempat kejadian, serta semakin jauhnya koordinasi dengan tim maupun diluar tim.
tempat kejadian, dapat berkontribusi pada Merasakan adanya kesulitan dalam
kematian korban kecelakaan lalu lintas melakukan tindakan selama di dalam
(Gonzalez, et al., 2009). Perawat merasa perjalanan karena. Selain itu juga
bahwa penanganan yang cepat dan sesuai terdapat dilema etik dalam melakukan
harus diberikan dengan segera kepada penanganan pada korban, yaitu disaat
korban kecelakaan lalu lintas. korban membutuhkan penanganan yang
Kendala-kendala juga dirasakan oleh bukan kewenangan perawat sebagai
perawat dalam melakukan tindakan. Adanya perawat.
kendala karena kebiasaan masyarakat ketika Tim EMS memiliki banyak tuntutan dan
terdapat kejadian kecelakaan lalu lintas tantangan. Maragh-Bass, Fields, McWilliams,
dengan mengerumuni korban dan Knowlton (2017) menyatakan bahwa
ketidakmampuan masyarakat menerima personel EMS mengakui adanya keterbatasan
penjelasan dari perawat untuk menangani waktu serta sumber daya yang membuat
korban yang lebih gawat. Selain itu adanya penanganan EMS menjadi lebih sulit. Selain
itu personel EMS juga

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 6, No. 1 Mei 2018


menyatakan bahwa prosedur praktik klinik Dengan adanya penanganan korban
terkadang sulit untuk diterapkan di setting kecelakaan oleh tim EMS yang mulai
EMS yang kejadiannya tidak dapat diduga berjalan, masyarakat dapat melihat adanya
(Bigham et al., 2010). usaha dari tim kesehatan untuk dapat
Harapan-harapan atas pelayanan EMS melakukan penanganan korban kecelakaan
yang diberikan perawat kepada korban lalu lintas secara tepat dan cepat. Hal
kecelakaan lalu lintas muncul dalam hasil tersebut menimbulkan masyarakat
penelitian. Hal tersebut berupa adanya memberikan tanggapan positif berupa
keinginan untuk meningkatkan pelayanan merasa tenang dan mempercayai
yang diberikan kepada masyarakat, penanganan yang diberikan oleh tim EMS.
keinginan untuk lebih meningkatkan
kompetensi diri dengan adanya pelatihan
SIMPULAN
yang dilakukan secara berkala.
Personel yang terlatih yang melakukan Berdasarkan hasil penelitian dapat

layanan EMS merupakan hal yang wajib disimpulkan bahwa perawat TEMS

dilakukan. Hal tersebut dikarenakan termotivasi untuk memberikan


penanganan yang terbaik bagi korban
pasien yang dihadapi adalah pasien
kecelakaan lalu lintas. Keinginan untuk
dengan keadaan yang mungkin
memberikan pelayanan pra rumah sakit
mengancam nyawa. Mengingat hal
oleh perawat TEMS menimbulkan adanya
tersebut maka personel EMS yang terlatih
usaha untuk dengan kesungguhan hati
merupakan hal yang selalu dijumpai sejak
agar korban dapat selamat. Perawat EMS
dari awal perkembangan EMS (Al-Shaqsi,
menginginkan adanya peningkatan-
2010).
peningkatan yang diberikan dalam
Keinginan yang muncul dari perawat
layanan EMS. Hal tersebut didasari pada
tersebut merupakan perwujudan dari rasa
keinginan kuat untuk dapat
tanggung jawab perawat dalam bertugas.
memberikan penanganan yang maksimal
Dimana hal tersebut merupakan sebuah
agar dapat menyelamatkan nyawa korban
fenomena yang kompleks, dengan
kecelakaan lalu lintas.
perspektif caring, yang muncul dari
Perlu dilakukan evaluasi secara berkala
pertemuan dengan keadaan manusia yang
dari seluruh pihak terkait agar dapat
unik (Holmberg & Fagerberg, 2010).
menangani kendala yang dirasakan oleh
Beberapa tahun lalu, EMS adalah istilah
perawat. Diperlukan pula sosialisasi kepada
yang lebih digunakan untuk pengawasan
masyarakat secara menyeluruh dan berkala
dan transportasi pasien ke layanan
agar permasalahan terkait kebiasaan
kesehatan yang tepat. Saat ini EMS mengacu
masyarakat, pendidikan dan kesadara
pada penanganan pra-rumah sakit yang
masyarakat yang masih beragam dapat
diberikan kepada pasien darurat dan
tertangani sehingga layanan EMS yang
dilakukan transportasi ke fasilitas kesehatan
diberikan oleh perawat kepada korban
yang sesuai dengan keadaan pasien
kecelakaan lalu lintas dapat diberikan
(Sánchez-Mangas et al., 2010).
secara maksimal.
www.jik.ub.ac.id
DAFTAR PUSTAKA time affect patient mortality in rural
Al-Shaqsi, S. (2010). Models of International motor vehicle crashes? A statewide
Emergency Medical Service (EMS) analysis, The American journal of
Systems, Oman Medical Journal. 25 (4): surgery. 197 (1): 30-34.
320-323. Holmberg, M., & Fagerberg, I. (2010). The
Aminizadeh, M., et al. (2014). Experiences of encounter with the unknown: Nurses

emergency medical service personnel: (A lived experiences of their responsibility

qualitative study), J Nov. Appl Sci. 3 (9): for the care of the patient in the

967-970. Swedish ambulance service, Int J Qual


Stud Health Well-being. 5 (2) : 1-9.
Berben, S.A.A., et al. (2012). Facilitators and
Maragh-Bass, A.C., Fields, J.C., McWilliams,
barriers in pain management for trauma
J., dan Knowlton, A.R. (2017). Challenges
patients in the chain of emergency care,
and Opportunities to Engaging Emergency
Injury, Int. J. Care Injured. 43: 1397-1402.
Medical Service Providers in Substance Use
Bigham, B.L., et al. (2010). Knowledge
Research: A Qualitative Study, Prehosp
translation in emergency medical
Disaster Med. 26:1-8.
services: A qualitative survey of barriers
Newgard, C. D., et al. (2010). Emergency
to guideline implementation, J.
medical services intervals and survival in
Resuscitation. 81: 836-840.
trauma: assessment of the “Golden Hour”
Bigham, B.L., et al. (2014). Paramedic Self-
in a North American Prospective Cohort,
reported Exposure to Violence in the
Annals of Emergency Medicine. 55 (3):
Emergency Medical Services (EMS)
235-240.
Workplace: A Mixed-methods Cross-
Nielsen, K., et al. (2012). Assessment of the
sectional Survey, Journal Prehospital
Status of Prehospital Care in 13 Low and
Emergency Care. 18 (4) : 489-494.
Middle-Income Countries, Journal
Boyle, M., Wallis, J., & Suryanto. (2016). Pre- Prehospital Emergency Care. 16 (3):
hospital care in developing countries,
Romanzini, E. M., & Bock, L. F. (2010).
Australasian Journal of Paramedicine. 13
Conceptions and feelings of nurses
(3) : 1-2.
working in emergency medical services
Djaja, S., et al. (2016). Gambaran about their professional practice and
Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia training, Rev Lat Am Enfermagem. 18
Tahun 2010- 2014, Jurnal Ekologi (2)
Kesehatan. 15 (1): : 240-246.
30 – 42. Sánchez-Mangas, R., et al. (2010). The
Gondocs, Z., et al. (2010). Prehospital probability of death in road traffic
Emergency Care in Hungary: What can accidents. How important is a quick
we learn from the past?,The Journal of medical response?,Accident Analysis and
Emergency Medicine. 39 (4): 512-518. Prevention. 42 (2010): 1048-1056.
Gonzalez, R.P., et al. (2009). Does WHO. (2015). Global status report on road
increased emergency medical services safety 2015. WHO: Switzerland.
prehospital
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 6, No. 1 Mei 2018

You might also like