Cardiologi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

Case Report

HYPERTENSIVE HEART DESEASE DENGAN CONGESTIVE


HEART FAILURE

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada bagian/SMF Ilmu Kesehatan Jantung dan Vaskular di Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa Banda Aceh Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Oleh :

Bagus Laksono Samudro

20174017

Pembimbing :

dr. Muhammad Muqsith, Sp.JP(K)-FIHA

BAGIAN / SMF ILMU KESEHATAN JANTUNG DAN VASKULAR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam penulis junjungkan
keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga laporan kasus yang berjudul
“Hypertensive Hearth Desease dengan Congestive Heart Failure” ini dapat
diselesaikan.
Laporan kasus ini merupakan salah satu pemenuhan syarat Kepaniteraan
Klinik Senior Program Studi Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Jantung dan
Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penulisan referat ini, khususnya kepada dr. M. Muqsith, Sp.Jp(K)-
FIHA sebagai pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, dukungan moral
dan materi dalam menyusun laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang banyak membantu dalam
menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran sebagai masukan untuk
perbaikan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Banda Aceh, 20 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
1 PENDAHULUAN...................................................................................................................1
2 KASUS....................................................................................................................................3
3 DISKUSI.................................................................................................................................8
4 KESIMPULAN.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
Hypertensive Heart Desease Dengan Congestive Heart Failure

Bagus Laksono Samudro

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Jantung dan Vaskular Fakultas Kedokteran


Universitas Abulyatama Banda Aceh

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan data World Health Organization tahun 2016 menunjukkan 17,5 juta
orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta
kematian di seluruh dunia. Lebih dari 75% kematian akibat penyakit kardiovaskuler
terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Di
lndonesia, penyakit kardiovaskuler masih menjadi penyakit tidak menular utama
penyebab kematian saat ini. Pada 2018 diperkirakan 17,3 juta kematian disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler dan lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi pada usia
di bawah 60 tahun. Penyakit kardiovaskuler termasuk di antaranya adalah penyakit
jantung koroner, gangguan irama jantung (aritmia), gagal jantung, hipertensi, dan
stroke.1,2,3
Sebanyak 50-60% penderita hipertensi akan mengalami risiko gagal jantung dan
kondisi ini meningkat dua kali lipat pada pria. Jumlah penderita dengan Hypertensive
Heart Disease (HHD) belum diketahui dengan pasti, namun pada beberapa studi
disebutkan pada penderita hipertensi akan berkembang menjadi penyakit jantung.
Secara umum risiko terjadinya HHD meningkat dua kali lipat pada penderita obesitas.
Hypertensive Heart Disease (HHD) adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan
dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan
berkepanjangan.1,2,4
HHD merujuk pada suatu keadaan yang disebabkaan oleh peningkatan
(hipertensi) berkepanjangan dan tidak terkendali yang dapat mengubah struktur
miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini
dapat mengakibatkan komplikasi berupa Left Ventricle Hypertrophy (LVH), penyakit
arteri koroner, gangguan sistem konduksi jantung, disfungsi sistolik dan diastolik
miokard yang akan bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark miokard,
aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung kongestif.1,3,5

1
Gagal jantung (heart failure) merupakan sindroma klinis komplek yang
disebabkan gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga mempengaruhi
kemampuan jantung untuk memompakan darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kondisi ini ditandai dengan gangguan hemodinamik berupa penurunan curah jantung
dan peningkatan tekanan pengisian ventrikel. Diagnosis gagal jantung ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan hasil rontgen torak. Kardiomegali pada
rontgen torak merupakan tanda penting gagal jantung. Pada bayi dan anak, gagal
jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung kongenital maupun didapat dengan
overload volume atau tekanan atau dari insufisiensi miokard.
CHF mengakibatkan kegagalan fungi pulmonal sehingga terjadi penimbunan
cairan di alveoli, hal ini menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi dengan maksimal
dalam memompa darah. Apabila CHF tidak segera di tangani dapat muncul masalah
lain diantaranya: Edema paru, Syok Kardiogenik, efusi perkardial dan tanponade
jantung. Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun 2016
menunjukan bahwa terdapat 23 juta atau sekitar 54% dari total kematian disebabkan
oleh CHF. Benua Asia menduduki tempat tertinggi akibat kematian penyakit jantung
dengan jumlah 712,1 ribu jiwa Di Amerika serikat penyakit jantung hampir terjadi
550.000 kasus/tahun, sedangkan dinegara-negara berkembang didapatkan kasus
sejumlah 400.000-700.000/bulan.
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gagal jantung di Indonesia
sebanyak 0,3 % dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 yaitu sebanyak 1,5%.
Klien terbanyak dengan gagal jantung terdapat di Kalimantan Utara yaitu dengan
prevalensi sebanyak 2,2% sedangkan Nusa Tenggara Timur prevalensi paling sedikit
0,7%. CHF menimbulkan berbagai gejala klinis diantaranya; dipsnea, ortopnea,
pernapasan Cheyne-Strokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND), ansietas, piting
edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering di jumpai adalah sesak
nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba dan menyebabkan penderita
terbangun.

2
2. KASUS

Identitas Pasien
Nama : Faridah
No.CM : 049524
Tanggal Lahir : 12-10-1956
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 66 tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Lam Ara, Banda Raya, Banda Aceh
Tanggal Pemeriksaan : 11- 04- 2022

Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak napas
Keluhan Tambahan : Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit dan mulai memberat sejak 2 hari kebelakang. Pasien juga merasakan
sesak napas memberat saat ia akan berbaring lurus. Selama ini, pasien mengaku pada
saat tidur ia menggunakan 3 bantal agar bisa tidur dan sering terbangun dimalam hari
akibat sesak.
Pasien juga mengeluhkan lemas sejak 1 minggu ini. Pasien juga mengalami diare
dan adanya rasa mual tanpa muntah. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada
perut dan batuk kering sesekali. Pasien juga mengaku mengalami bengkak pada kedua
kaki dan tidak dapat digerakkan

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien memiliki riwayat Stroke, CHF, Hipertensi dan DM tipe 2

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengaku bahwa anggota keluarga tidak memiliki keluhan serupa serta tidak
ada riwayat penyakit jantung.
Riwayat Penggunaan Obat :

3
Disangkal

Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 170/107 mmHg
Nadi : 104 x/i
Pernapasan : 24x/i
Suhu : 36,5o C
SpO2 : 95%

Status General
 Kepala dan Leher
Ukuran : Normocephali
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-), edema (-).
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil
bulat isokor 3mm/3mm, RCL (+/+), dan RCTL(+/+)
Telinga : Normotia, sekret (-/-), massa (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Mulut : Bibir tidak pucat, mukosa bibir tidak sianosis
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-)

 Aksila
Pembesaran KGB tidak dijumpai
 Thorax
Paru Anterior Posterior
Statis & dinamis : Simetris Statis & dinamis : Simetris
Inspeksi Normochest, retraksi (-) Normochest, retraksi (-)
Palpasi Nyeri (-) Nyeri (-)
Perkusi Sonor (+/+) Sonor (+/+)
Auskultasi Vesikuler (+/+), Rhonki Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-) di
(+/-), wheezing (-/-) basal paru dextra, wheezing (-/-)

4
 Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung

- Atas : ICS II linea midclavicularis sinistra


- Kanan : ICS IV linea parasternal dextra
- Kiri : ICS V linea axillaris anterior
Auskultasi : S1 > S2 pada apeks jantung, murmur (-), gallop (-).

 Abdomen

Inspeksi : Simetris, soepel (+), distensi (-), jejas (-)


Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Renal tidak teraba
Perkusi : Timpani (+), Shifting dullness (-), Undulasi (-)
Auskultasi : Peristaltik usus normal (4 kali per menit)
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

 Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis (-) (-) (-) (-)
Edema (-) (-) (+) (+)
Pucat (-) (-) (-) (-)
Hangat (+) (+) (+) (+)

Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium (21/10/2021)
Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil
Hematologi
Hemoglobin 12,0-16,0 gr/dl 10,3
Hematokrit 36-45 % 32,9
Trombosit 150-450 x103/ul 403
Eritrosit 3,8-5,2 x106/mm3 4,01
Leukosit 4,0-10,0 x103/mm3 9,3

5
MCV 80-96 fL 82
MCH 28-33pg 25,7
MCHC 33-36% 31,3
RDW 11,5-14,5% 15,4
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2-4% 2,6
Basofil 0-1% 0.5
Netrofil 40-70% 70,1
Limfosit 20-40% 20,4
Monosit 2-8% 5,6
Diabetes
Gula Darah Sewaktu 70-160 mg/dL 239
Ginjal-Hipertensi
Ureum 10-50 mg/dL 101
Creatinin 0,5-0.9 mg/dL 1,9
Elekrolit – Serum
Natrium 135-148 mmol/L 140
Kalium 3,5-5,3 mmol/L 3,9
Klorida 98-107 mmol/L 107

1.1 Gambar EKG 13/04/2022

6
- EKG (13/04/2022)
Interpretasi hasil EKG :
1. Irama : Sinus rhythm
2. Rate : 100 bpm
3. Aksis : Normo Aksis
4. Gelombang P : Durasi 0,08 s (Normal)
5. Interval PR : 0,12 s (Normal)
6. QRS : 0,08 s
7. Q Patologis : tidak ditemukan
8. ST Elevasi : tidak ditemukan
9. ST Depresi : tidak ditemukan
10. T Inverted : tidak ditemukan
11. T-Tall : Tidak ditemukan
12. LVH : ditemukan, Hasilnya 25 mm (cornell voltage)
Kesan : Left Ventricel Hypertrophy (LVH)
Hasil Interpretasi EKG pada 11 April 2022 didapatkan irama sinus Rhytm dengan
HR 100 kali/menit, pada poto thorax didapatkan kesan Kardiomegali
 Ecocardiography (13-04-2022)

Kesimpulan :
- Early Phase of Ischemic Cardiomyopathy with EF 27-44%
- Diastolic Dysfunction, Grade II
- Katup – katup : MR Ringan ; TR : Ringan; PR Ringan
- Dimensi ruang- ruang jantung : RV-LV Dilatasi
- Tidak tampak thrombus/ vegetasi intrakardiak
- Fungsi sistolik LV menurun
- Fungsi sitolik RV normal
- Fungsi Diastolik LV Pseudonormal
- Terdapat LVH Eksentrik
-
Diagnosis
- CHF ec HHD

7
- AKI Stage III

Tatalaksana
- Bedrest
- Furosemid bolus 2 amp (iv) dan dilanjutkan dengan drip 10 mg/jam (iv)
- Spironolacton 25 mg
- Valsartan 160 mg
- Nitrokaf Retard 2x1
- Clopidogrel 75 mg
- Injeksi Novorapid 4-4-4 (s.c)

8
3. DISKUSI

Pasien wanita 66 tahun diantar keluarganya ke IGD RSUD Meuraxa karena sesak
nafas sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas memberat sejak
2 hari kebelakang. Pasien juga merasakan sesak napas memberat saat ia akan
berbaring lurus. Selama ini, pasien mengaku pada saat tidur ia menggunakan 3 bantal
agar bisa tidur dan sering terbangun dimalam hari akibat sesak., karena keluhan
semakin memberat akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya.
Kondisi yang pasien alami adalah Hypertensive Heart Disease (HHD) yaitu suatu
penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi
sistemik yang lama dan berkepanjangan. HHD merujuk pada suatu keadaan yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan darah, hipertensi berkepanjangan dan tidak
terkendali yang dapat merubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem
konduksi jantung. HHD meliputi beberapa keadaan, seperti LVH, aritmia jantung,
penyakit jantung coroner dan penyakit jantung kronis yang disebabkan karena
peningkatan tekanan darah baik secara langsung maupun tidak langsung.1,2,3
Penyebab utama HHD adalah tekanan darah yang meningkat dan berlangsung
kronik. Sedangkan penyebab hipertensi sendiri sangat beragam, pada orang dewasa
dapat disebabkan oleh hipertensi primer/ esensial/ idiopatik yang terjadi pada 90%
kasus hipertensi. Sedangkan hipertensi sekunder, 10% dari kejadian hipertensi pada
orang dewasa disebabkan oleh penyakit ginjal, kelainan endokrin, dan penyebab
lainnya.2,3
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi Sistolik Terisolasi ≥ 140 < 90

Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi JNC VIII

9
Mekanisme terjadinya HHD adalah satu hal kompleks yang melibatkan banyak
faktor yang saling mempengaruhi, yaitu hemodinamik, struktural, neuroendokrin,
seluler, dan faktor molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor ini memegang peranan dalam
perkembangan hipertensi dan komplikasinya, di sisi lain peningkatan tekanan darah
itu sendiri dapat memodulasi faktor-faktor tersebut. Peningkatan tekanan darah dapat
menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi jantung melalui 2 cara yaitu secara
langsung melalui peningkatan afterload dan secara tidak langsung melalui
nuerohormonal terkait dan perubahan vaskular. Efek hipertensi terhadap jantung
berbeda-beda, dapat terjadinya hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas atrium kiri,
penyakit katup, gagal jantung, iskemik miokard, dan aritmia kardia.1,2,3
Tanda dan gejala fisik HHD tergantung dari durasi, tingkat keparahan dan tipe
dari penyakitnya sendiri. Sebelum menegakkan diagnosis HHD harus ditemukan
adanya hipertensi, faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi dan etiologi untuk
hipertensi sekunder. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala dari HHD :3,4
1. Gagal jantung
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat ditegakkan berdasarkan kriteria
Framigham seperti berikut :
A. Kriteria mayor
 Paroksimal noktural dipsnea
 Distensi vena leher
 Ronki paru
 Kardiomegali
 Edema paru akut
 Gallop S3
 Peninggian tekanan vena jugularis
 Retluks hepatojugular
B. Kriteria minor
 Edema ekstremitas
 Batuk malam hari
 Dispnea d'effort
 Hepatomegali
 Efusi pleura
 Penurunan kapasitas vital paru 1/3 dari normal
 Takikardia (>120/menit)
10
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor. Sedangkan pada pasien ini dijumpai adanya sesak nafas yang memberat saat
berbaring (menandakan ke arah edema paru akut), serta edema ektremitas.3,4
Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association (NYHA) biasanya
digunakan untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik.
Berdasarkan klasifikasi NYHA, pasien ini berada pada kelas 2 yaitu terdapat sedikit
keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik normal menimbulkan gejala gagal jantung,
tetapi nyaman saat beristirahat.2,5

Kelas 1 Tidak terdapat keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik normal tidak
menimbulkan gejala gagal jantung
Kelas 2 Terdapat sedikit keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik normal
menimbulkan gejala gagal jantung, tetapi nyaman saat beristirahat
Kelas 3 Terdapat keterbatasan yang cukup signifikan pada aktivitas fisik. Aktivitas
fisik di bawah normal menimbulkan gejala gagal jantung, tetapi nyaman
saat beristirahat
Kelas 4 Tidak dapat melakukan segala aktivitas fisik tanpa gejala gagal jantung,
atau gejala HF muncul saat beristirahat

Tabel 2.2 Klasifikasi NYHA

2. Aritmia
Aritmia jantung dapat menyebabkan berbagai gejala seperti palpitasi, sinkop.
fibrilasi atrium, ventrikular takikardi, dan sudden cardiac death.3,4

Pada anamnesis, biasanya pasien dengan HHD mengeluhkan :1,3,4


 Rasa berdebar, melayang, impotensi sebagai akibat dari peninggian tekanan
darah.
 Mudah lelah, sesak napas, sakit dada, bengkak pada kedua kaki atau perut.

 Terdapat gangguan vaskular seperti epistaksis, hematuria, pandangan kabur


karena perdarahan retina, transient cerebral ischemic.

Sedangkan pada pemeriksaan fisik, umumnya dijumpai :1,3,4


 Batas-batas jantung melebar

11
 TDS 140 - 159 mmHg atau TDD 90 - 99 mmHg atau TDS >160 mmHg atau
TDD > 100 mmHg

 Bunyi jantung S2 meningkat akibat kerasnya penutupan katup aorta

 Kadang-kadang ditemukan murmur diastolik akbat regurgitasi aorta

 Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik) dapat ditemukan akibat peninggian


tekanan atrium kiri

 Bunyi S3 (gallop ventrikel atau protodiastolik) ditemukan bila tekanan akhir


diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dilatasi ventrikel kiri

 Suara napas tambahan seperti ronkhi basah atau kering

 Pemeriksaan perut untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa, ginjal,


dan ascites

 Auskultasi bising sekitar kiri dan kanan umbilicus (renal artery stenosis)

Untuk pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan :1,3,4

A. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan sebelum memulai pengobatan
hipertensi meliputi urinalisis, glukosa darah dan hematokrit, potassium serum,
kreatinin, kalsium dan profil lipid. Pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL, HDL,
dan trigliscrida (pasien dipuasakan selama 9-12 jam). Selain pemeriksaan
laboratorium untuk hipertensi, juga perlu dilakukan pemeriksaan kimia darah untuk
pcnyakit jantung seperti CKMB, CK, LDH, SCOT, SGPT.3,4
B. Elektrokardiografi
Pada pasien dengan HHD umumnya dijumpai LVH pada sekitar 20-50% kasus,
dan metode pemeriksaan ini masih menjadi metode standar.3,4
C. Foto Thoraks
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terdapatnya cardiomegali. Hasil
foto radiologi diukur dengan Cardio Thorax Ratio (CTR). CTR adalah suatu cara
pengukuran besarnya jantung dengan mengukur perbandingan antara ukuran jantung
dengan lebarnya rongga dada pada foto thorax proyeksi PA. Apabila nilai rationya
melebihi 50%, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan kardiomegali.3,4
D. Ekokardiografi
Echocardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolik (gangguan
fungsi relaksasi ventrikel kiri). Ekhokardiografi digunakan untuk melihat fungsi,

12
ketebalan dinding, serta dimensi ruang ventrikel kiri dan atrium kiri. Selain itu
ekhokardiografi ini juga digunakan untuk meilihat ada tidaknya gangguan katup
jantung. Temuan pada ekhokardiografi tergantung dari gangguan pada jantungnya.3,4
Indikasi Echocardiografi pada pasien hipertensi adalah: 2,5
 Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
 Hipertensi dengan kelainan katup
 Hipertensi pada anak atau remaja
 Hipertensi saat aktivitas, tetapi normal saat istirahat
 Hipertensi disertai sesak napas yang belum jelas sebabnya (gangguan fungsi
diastolik atau sistolik)

Pada pasien dalam kasus ini pasien menerima tatalaksana berupa clopidogrel 1x75
mg yang merupakan golongan antiplatelet yang bekerja dengan cara mengurangi
agregasi platelet sehingga dapat menghambat pembentukkan trombus pada sirkulasi
arteri Kemudian diberikan furosemid golongan diuretik intravena yang bekerja
dengan cara blok transpoter Na/K/Cl, sehingga akan terjadi peningkatan volume urin
dengan cara meningkatkan ekskresi air, garam, dan ion lainnya. Obat ini memiliki
peran penting dalam sekresi cairan dan garam.

Kemudian diberikan spironolacton 25 mg yang mana Spironolakton merupakan


obat hemat kalium yang dapat dikombinasikan dengan furosemide. Mekanisme kerja
obat spironolakton adalah dengan cara memblokade ikatan aldosteron pada reseptor
sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cldan H2O) dan menurunkan
sekresi K+ yang diperkuat oleh listrik. Dan diberikan valsartan yang mana valsartan
ini menghambat secara langsung reseptor angiotensin II tipe I (AT1) yang dapat
memediasi efek angiotensin II yang sudah diketahui pada manusia yaitu memiliki
efek vasokontriksi dan pelepasan aldosteron. Dan diberikan nitrokaf retard yang mana
obat ini melebarkan vasodilator atau pembuluh darah dan mempertahankan aliran
darah ke jantung.

Penatalaksanaan pada pasien hipertensi meliputi dua aspek yaitu pengobatan


untuk hipertensi, serta pencegahan dan pengobatan untuk HHD. Berdasarkan JNC
VIlI, bagi populasi umum usia ≥ 60 tahun terapi farmakologi dimulai pada tekanan
darah sistolik > 150 dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg dengan target tekanan
darah < 150/90 mmHg. Pada populasi umum usia ≥ 60 tahun jika terapi farmakologi

13
berhasil mencapai tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan dapat ditoleransi secara
baik tanpa efek samping maka terapi tidak perlu diubah. Pada populasi umum < 60
tahun terapi farmakologi dimulai untuk mencapai target tekanan darah diastolik < 90
mmHg dan tekanan darah sistolik < 140 mmHg. Pada populasi usia ≥ 18 tahun
dengan CKD atau diabetes, terapi farmakologi bertujuan mencapai tekanan darah
sistolik < 140 mmHg dan tekanan darah diastolic < 90 mmHg.4,5

Pengobatan hipertensi meliputi non farmakoterapi seperti penerapan pola dietary


approaches to stop hypertension (DASH), penurunan berat badan, mengurangi asupan
garam berlebih, olahraga teratur dan mengurangi konsumsi alkohol. Sedangkan
farmakoterapi menggunakan obat-obat antihipertensi seperti thiazide, beta blocker,
calcium channel blockers, ACE inhibitor/ARB, MRA, Central blocker, Alpha –
blocker, angiotensin reseptor blocker, dan direct vasodilator seperti hidralazin.4,5
Farmakoterapi pada HHD tergantung dari gangguan yang ditemukan pada
jantung. Berikut ini beberapa penjelasan farmakoterapi HHD berdasarkan gangguan
pada jantung.4,5
 Farmakoterapi hipertrofi ventrikel kiri : ACE-inhibitor lebih bermanfaat dari
pada obat golongan lainnya.
 Angiotensin reseptor blocker : candesartan terbukti dapat menurunkan lama
rawat inap penderita gagal jantung diastolik.
 Digoxin : dapat meningkatkan kekuatan ventrikel kiri karena meningkatnya
kadar kalium intraseluler.
Pasien ini juga mengalami iskemik kardiomiopati, yang diperoleh dari
pemeriksaan ekokardiografi. Kardiomiopati iskemik adalah istilah yang mengacu
pada penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah dengan baik, karena
kerusakan miokard yang disebabkan oleh iskemia. ICM memiliki spektrum perubahan
klinis yang akhirnya mengarah pada gagal jantung kongestif (CHF). Awalnya,
terdapat hilangnya fungsi kontraktil jantung yang reversibel karena penurunan suplai
oksigen ke otot jantung; namun, bila terjadi iskemia untuk waktu yang lama, akan
terjadi kerusakan otot jantung yang ireversibel yang mengakibatkan remodeling
jantung.

14
4. KESIMPULAN

Hypertensive heart desease (HHD) atau penyakit jantung hipertensi adalah istilah
yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari
LVH, aritmia jantung, penyakit jantung coroner dan penyakit jantung kronis yang
disebabkan karena peningkatan tekanan darah, Efek hipertensi terhadap jantung
berbeda-beda, pada jantung dapat terjadi hipertropi ventrikel kiri, abnormalitas atrium
kiri, penyakit katup, gagal jantung, iskemik miokard, dan aritmia kardia.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Ningrum AJ. Penatalaksanaan Holistik Pada Pasien Hypertensive Heart


Disease. JIMKI. 2020;8(1):104-115.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisis VI.; 2014.
3. PERKI. Panduan Praktik Klinis (Ppk) Dan Clinical Pathway (Cp) Penyakit
Jantung Dan Pembuluh Darah.; 2016.
4. Moningka BLM, Rampengan SH, Jim EL. Diagnosis dan Tatalaksana Terkini
Penyakit Jantung Hipertensi. e-CliniC. 2021;9(28):96-103.

5. Yulanda G, Lisiswanti R. Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Majority.


2017;6(1):25-33.

6. Wijaya AS, Putri YM. Keperawatan Medikal Bedah 2 Keeperawatan Dewasa


Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
7. WHO. Prevention of cardiovascular disease. Genewa: WHO; 2016.
8. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Epidemiologi CHF. Indonesia; 2020.
9. Udjianti W. Keperawatan Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika; 2018.
10. Guyon AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.
11. Kabo P. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara Rasional.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.

16

You might also like