Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

SOSOK NABI MUHAMMAD ‫ﷺ‬

SEBAGAI USWATUN HASANAH


oleh:
Neneng Tsani
neneng.tsani@upi.edu

Sofyan Sauri
sofyansauri@upi.edu

SPS Universitas Pendidikan Indonesia


Bandung

ABSTRAK

This article converses an explanation of the figure of the Prophet Muhammad as


uswatun hasanah. The scope of the study includes the definitions, sayings, actions
and approval of the Prophet as well as the concept of education in society. As
educators, we are required to be role models for students, especially students, as
well as society in general. Who is the main educator for Muslims?
Based on the terminology of educators in Islamic education, it is known that
Islamic education has its starting point from its original sources, namely the al-
Qur'an and Hadith, which place Allah and the Prophet as educators for humans.
A simple example of a good role model is to speak well. This shows that language
is not only a means of communication but also as an identity for the speaker.
Based on the terminology of educators in Islamic education, it is known that
Islamic education has its starting point from its original sources, namely the al-
Qur'an and Hadith, which place Allah and the Prophet as educators for humans.
This understanding can be referred to in the word of Allah ‫ ﷻ‬himself who calls
himself an educator, among others in Surah Al-Baqoroh.
The method used is literature study. Its activity begins with a library search by
reading books, journals and other publications related to this research. The result
of this research is an understanding of the concept of education based on the
socio-cultural conditions of the community.

Kata kunci: Nabi Muhammad, teladan, akhlak.

A. PENDAHULUAN
Sebagai pendidik, kita dituntut untuk menjadi panutan bagi khususnya
peserta didik, serta masyarakat pada umumnya. Siapakan pendidik utama
bagi umat islam?.

1
Kosa kata uswatun Hasanah berasal dari Bahasa Arab yang kemudian
mengalami asimilasi ke dalam bahasa Indonesia. Menurut Ahsin W. al-
Hafidz, Kamus Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2005). Uswatun Hasanah
berasal dari dua kata yaitu uswah yang berarti teladan, sedangkan hasanah,
berasal dari kata hasuna, yahsunu, husnan wa hasanatan, berarti sesuatu
yang baik, pantas dan kebaikan.
Menurut Raghib al-Asfahani (seorang pakar bahasa), hasanah adalah segala
sesuatu kebaikan atau kenikmatan yang diperoleh manusia bagi jiwa, fisik,
dan kondisi perasaannya. Maka Uswatun Hasanah adalah suatu perilaku
yang mulia yang menjadi teladan bagi umat manusia.

Dalam pembelajaran istilah uswatun Hasanah berarti metode pembelajaran


dengan ”keteladanan yang baik”. Melalui Keteladanan yang baik maka akan
menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya.
Sebenarnyalah bahwa dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan serta
tingkah laku yang baik dalam suatu amaliyah akan berkesan dan dan
menduduki posisi penting baik bagi pendidikan anak maupun dalam
kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari. (Abdul Majid, Perencanaan
Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (PT. Remaja
Rosdakarya).

Seorang Karen Armstrong, berkebangsaan Inggris, mantan Biarawati, yang


mengaku dirinya monoteis namun tak ingin memilih satu agama yang
dianutnya menulis buku Muhammad ‫ ﷺ‬Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis.
Dalam pengantarnya ia menyatakan bahwa “saya percaya bahwa
Muhammad ‫ ﷺ‬memiliki pengalaman Monoteistik”. Oleh karena itu ia
menulis buku tentangnya untuk bertindak adil pada tetangga-tetangga yang
muslim. Tulisannya diawali dengan sumber-sumber buku sebellumnya
yakni karya W. Montgomery Watt, “Muhammad ‫ﷺ‬ at Mecca”,
Muhammad ‫ ﷺ‬at Medina. Karya Martin Lings “Muhammad ‫ ﷺ‬His Life
Based on The Earliest Sources”. Karya lain adalah “Mohammad”, ditulis
oleh Maxime Rodinson.

2
Contoh sederhana dari teladan yang baik adalah dengan bertutur kata yang
baik karena Sofyan Sauri mengatakan bahwa bahasa bukan hanya sebagai
alat komunikasi namun sekaligus sebagai identitas dari diri
penutur (Sauri: 2006)

Dari uraian diatas maka muncul permasalahan tentang mengapa Nabi


Muhammad ‫ﷺ‬ dianggap sebagai teladan yang baik. Bagaimana Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬ dapat dijadikan teladan? Serta bagi siapa saja teladan
tersebut. Ulama mengatakan bahwa Nabi adalah seorang yang diberi wahyu
oleh Allah dengan suatus syari’at namun tidak diperintah untuk
menyampaikannya, akan tetapi mengamalkannya sendiri tanpa ada
keharusan untuk menyampaikannya.

B. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini dilaksanakan dengan cara studi kepustakaan atau
studi literatur. Studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan
pustaka, kajian teoritis, landasan teori, telaah putsaka (literature review),
dan tinjauan teoritis. Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah
penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk
hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan
(Embun, 2012).

C. PEMBAHASAN

(1) Misi Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

َ ‫اك ِإاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِم‬


‫ين‬ َ َ‫َو َما َأرْ َس ْلن‬

“Dan tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat


bagi sekalian alam”

3
[Al-Anbiyâ’/21:107]. Ayat rahmat yang sangat agung dan bersifat
umum ini telah menjelaskan kepada manusia beberapa hal :
Pertama: Bahwa Allâh Jalla Dzikruhu telah mengutus hamba-Nya dan
Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam yang terdiri dari kelompok-kelompok
mahluk seperti alam manusia, alam Malaikat, alam Jin, alam hewan.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai rahmat bagi
mereka semua.

Kedua: Bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah


diciptakan dan disifatkan serta dihiasi pada diri beliau dengan rahmat.

Ketiga: Bahwa Agama yang beliau bawa :Islam semua ajarannya adalah
rahmat bagi jin dan manusia yang terkena taklif (beban) dari Rabbul
‘alamin.

Keempat: Bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di


utus dan datang kepada manusia dan jin dengan segala kebaikan dunia
dan akherat.

Kelima: Bahwa al-Qur’ân yang diturunkan kepada beliau Shallallahu


‘alaihi wa sallam menjadi rahmat terbesar bagi mereka.

Keenam: Bahwa ayat yang mulia ini menjadi bukti terbesar kenabian
dan kerasulan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka barangsiapa menerima rahmat ini dan mensyukuri nikmat ini,


pasti dia akan berbahagia di dunia dan di akherat. Tetapi barangsiapa
menolak rahmat ini dan menentangnya, pasti dia akan merugi di dunia
dan di akherat. al-Hâfizh Ibnu Katsir rahimahullah juga mengatakan,
“Jika ada yang bertanya, ‘Rahmat apakah yang diraih oleh orang-orang

4
yang kafir ? Maka jawabannya apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu
Jarîr…” (kemudian beliau rahimahullah membawakan sebagian dari
apa yang ditafsirkan oleh al-Imam Ibnu Jarir yang telah saya kutip
sebagiannya).

(2) Pribadi Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬Saw

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh
[al-Ahzâb/33:21] Walaupun ayat ini turun ketika di dalam keadaan
perang Ahzâb, akan tetapi hukumnya umum meliputi keadaan kapan
saja dan dalam hal apa saja. Atas dasar itu, Imam Ibnu Katsîr
rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Ayat yang mulia ini merupakan
fondasi/dalil yang agung dalam meneladani Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan
beliau. Orang-orang diperintahkan meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam perang Ahzâb, dalam kesabaran, usaha bersabar,
istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau terhadap pertolongan dari
Rabbnya.

(3) Makna Uswatun Hasanah

Kata “uswatun hasanah” pada Q.S. Al-Ahzab ayat 21, ditujukan pada
pribadi Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Pada tersebut artinya bisa saja sama
yakni, teladan yang baik. Uswatun hasanah baik pada diri Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬merupakan kecerdasan profetik (kenabian) yang
bertumpu pada nurani yang bersih dari segalapenyakit ruhaniah, seperti
syirik, kufur, nifaq dan fasik. Dalam kondisi nurani yang sehat
Kecerdasan profetik tersebut juga sebagai potensi atau kemampuan
berinteraksi, menyesuaikan diri, memahami dan mengambil manfaat

5
dan hikmah dari kehidupan langit dan bumi, ruhani dan jasmani, serta
dunia dan akhirat dengan senantiasa mengharap bimbingan dari Allah
Swt.

(4) Ucapan, Perbuatan Dan Takrir Nabi

Untuk menyebut apa yang berasal dari nabi Muhammad, setidaknya ada
dua istilah populer di kalangan masyarakat Islam yakni as-sunnah dan
al-hadits. Pengertian sunnah menurut rumusan definisi itu adalah
mencakup semua riwayat yang bersumber dari Rasulullah saw selain al-
Qur’an, yang wujudnya berupa perkataan, perbuatan dan taqrir
(ketetapan) beliau yang dapat dijadikan dalil hukum syar’i. M. Syuhudi
Ismail (1995).

(5) Dakwah Nabi

Dakwah mengajak kepada agama Allah merupakan tugas para nabi,


maka cukuplah sebagai kemuliaan bahwa para da’i mengemban tugas
para nabi. Allah Azza wa Jalla memerintahkan RasulNya untuk
mengatakan, dakwah merupakan jalan Beliau, dengan firmanNya:

“Katakanlah: “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang


mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata
(ilmu dan keyakinan). Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-
orang yang musyrik”. [Yusuf:108].

(6) Konsep pedagogik


Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan
yang baik kepada peserta didik agar mereka dapat berkembang baik
fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar.
Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam

6
pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain. Suasana lembaga
pesantren hendaknya ijadikan sebagai uswah oleh dunia pendidikan
modern saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keteladanan. Untuk
menciptakan anak yang shaleh, pendidik tidak cukup hanyamemberikan
prinsip saja, karena yang lebih penting bagi peserta didik adalah figur
yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut.
Sehingga sebanyak apapun prinsip yang berikan tanpa disertai dengan
contoh tauladan hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak
bermakna. Menurut Prof. Brodjonegoro dan Drs. Soetedjo:

Ilmu pendidikan atau pedagogik adalah teori pendidikan, perenungan


tentang pendidikan. Dalam arti yang luas pedagogik adalah i1mu
pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek
pendidikan (Suwarno, 1982:11). Menurut Driyarkara (1980) ilmu
pendidikan adalah pemikiran tentang iImiah realitas yang kita sebut
pendidikan (mendidik dan dididik)" (1980:66).

Dari penjelasan definisi tersebut, disimpulkan bahwa iImu pendidikan


dapat dijelaskan dalam teori pendidikan dapat dilihat dari 3 segi yaitu
bentuk, isi, dan asumsi pokok (Mudyahardjo, 2001:91-92).

Dari segi bentuk, teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep


yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa
pendidikan.

Isi sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep


tentang peristiwa pendidikan. Konsep ini ada yang berperan sebagai
asumsi atau titik tolak pendidikan dan ada yang berperan sebagai
definisi atau keterangan yang menyatakan makna.

Sedang, asumsi pokok pendidikan meliputi:

a) pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-


kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;

7
b) pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada
mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam

c) pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya


pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi
aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang
diharapkan..

(Sumardi, Ade. Makalah Kajian Ilmu Pendidikan sebagai Teori Khusus


Deskriptif. 2020).

(7) Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬Sebagai Uswatun Hasanah dalam Al Quran

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
Rasul terakhir Muhammad SAW sebagai petunjuk, merupakan
pedoman bagi seluruh kehidupan manusia dan merupakan satu-satunya
kitab samawi yang dijaga kesucian dan easliannya. Al-Quran
diturunkan sebagai ajaran yang paling sempurna, dan dijaga
kesempurnaannya oleh Allah. Sehingga ketaatan maupun ketidaktaatan
manusia untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah
merupakan tanggung jawab bagi tiap diri manusia. Karena Allah tidak
memberikan perbedaan/pengecualian pada setiap makhluk ciptaannya
untuk beribadah dan taat kepada-Nya.

Perintah “taatlah kamu kepada Allah” adalah perintah untuk taat yang
bernilai menyembah (ibadah) karena Allah SWT. adalah ma’bud (yang
disembah). Allah SWT. selanjutnya memberikan imbalan kepada yang
taat dan sanksi kepada yang berbuat maksiat. Di waktu yang sama,
Allah juga kuasa mengampuni atau bahkan tidak menghisab sekalipun
seorang hamba yang berbuat maksiat, dan itulah urusan dan
otoritasNya. Maka wajib mentaati dan mematuhi semua perintah Allah
tanpa why dan tanpa mengapa!.

8
Adapun perintah “taatlah kepada Rasul”, maka Rasulullah SAW.
bukanlah ma’bud (yang disembah), melainkan beliau seorang
muballigh risalah yang jujur dan amanat, sehingga wajib pula ditaati
dan dipatuhi. Maka beliau adalah matbu’ dan ketaatan kepada beliau
dinamakan ittiba’. Taat sepenuhnya kepada Rasul merupakan perintah
dari Allah sendiri dalm banyak firmanNya, antara lain :

1. Keteladanan dalam uswah


(1) Q.Surat Al-Ahzab ayat 21.

Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada tauladan yang baik bagi
orang yang mengharapkan (bertemu dengan) Allah dan hari kemudian
dan yang mengingat Allah sebanyakbanyaknya. (Q.S. Al Ahzab, 21).

Ayat ini merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah ‫ﷻ‬.


baik dalam ucapan, perbuatan maupun perlakuannya. Ayat ini
merupakan perintah Allah kepada manusia agar meneladani Nabi
Muhammad dalam peristiwa Al Ahzab, yaitu meneladani kesabaran,
upaya dan penantiannya atas jalan keluar yang diberikan oleh Allah
Azza wa jalla. Yakni, ujian dan cobaan Allah akan membuahkan
pertolongan dan kemenangan sebagaimana yang Allah janjikan
kepadanya.

(2) Q.S. Al-Muntahinnah ayat 4 dan 6

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim
dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata
kepada kaum mereka, “sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu
dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah
saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya; “sungguh aku benar-
benar akan memohonkan ampun untuk ayah tetapi aku tidak kuasa.

9
(Q.S. Al Mumtahannah, 4). Menurut penafsiran ibnu katsir bahwa ayat
tersebut Allah SWT berfirman kepada orang-orang yang beriman yang
bermusuhan dengan orang-orang kafir untuk melepaskan diri dari
mereka, “sesungguhyate lah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya,”yaitu para pengikut beliau
yang beriman (kepadaAllah)”. Kecuali soal permohonan ampunan
Ibrahim untuk ayahnya, karena permohonan itu hanyalah karena
Ibrahim terlanjur berjanji untuk meminta ampun bagi ayahnya. Namun
setelah Ibrahim mengetahui bahwa ayahnya musuh Allah kemudian ia
melepaskan diri dari padanya.

2. keteladanan dengan Term Iqtida’


Q.Surat Al-An ‘Am ayat 90

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, “Aku tidak meminta upah
kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an).” Al Quran itu tidak lain
hanyalah peringatan untuk segala umat.(Al-An’am: 90)

Allah memerintahkan kepada Rasulullah supaya megikuti para nabi


terdahulu dan meneladani mereka dalam akhlak yang terpuji dan sifat
yang luhur, seperti bersabar terhadap penganiayaan orang-orang yang
bodoh dan memberi maaf kepada mereka. Perintah Allah kepada
Rasulullah supaya megikuti para nabi terdahulu dan meneladani mereka
dalam akhlak yang terpuji dan sifat yang luhur, seperti bersabar
terhadap penganiayaan orang-orang yang bodoh dan memberi maaf
kepada mereka.

3. Keteladanan dengan term Ittiba’


Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orangorang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka

10
pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka Surga-
surga yang mengalir sungaisungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selamalamanya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah :
100)

Dan Allah menjadikan pahala yang amat mulia bagi mereka, yaitu sorga
Jannatun Na’im yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, dan di sana
mereka akan memperoleh kenikmatan yang tak terhingga. Mereka akan
kekal di sana selama-lamanya. Itulah kemenangan besar yangakan
mereka peroleh. Dilihat dari istilah keteladanan (uswatun hasanah)
dalam Al Qur’an. Yakni “Uswah, Iqtida’,Ittiba’”, yang kesemuanya
memiliki arti mencontoh atau mengikuti perilaku orang lain, di mana
para Rasul danpara sahabatnya menjadi sentral modeling, maka
keteladanan mereka tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Keteladanan dalam kesabaran


Keteladanan dalam kesabaran ini tercermin pada diri rasul.
Sebagai mana firman Allah SW Al Ahqaf : 35 Maka bersabarlah kamu
seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati seperti orang-
orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar
dan jaganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari
mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-
olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah)
suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkankaum
yang fasik.( Q.S. Al-Ahqaf: 35).
Menurut Dr. Wahbah az-Zahiliyi, ayat ini turun pada hari Uhud. Allah
memerintahkan pada nabi untuk bersabar atas segala musibah.
Sebagaimana sabarnya para nabi yang mendapat gelar ulul Azmi.
Karena keutamaan sabar merupakan keutamaan akhlak yang akan
mengangkat derajat di sisi Allah. Dan sabar di sini tidaklah harus
mencegah dari berjihad, dan lari dari musuh, dan membunuh para

11
musuh dari orang-orang kafir dan lain sebagainya. Dan sesungguhnya
Allah memerintahkan pada keselamatan dan kemenangan dalam
peperangan. Senada dengan itu Ibnu katsir menafsirkan ayat tersebut
bahwaAllah menyuruh Rasul saw.untuk bersabar atas pendustaan
kaumnya itu, maka bersabarlah kamu seperti orang yang mempunyai
keteguhan hati dari rasul-rasul atas pendustaan yang telah dilakukan
oleh mereka. Dari ayat dan penafsiran para mufasir dapat diketahui
bahwa kesabaran merupakan kunci kekuatan iman.

2. Keteladanan dalam Beribadah

Firman Allah SWT dalam al-Quran sebagai berikut:


Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatanyang mungkar dan
bersabarlah terhadap yang menimpa kamu sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh (Allah). (Q.S.
Luqman : 17).

Menurut Musthafa al-maraghi ayat tersebut memiliki makna Hai


anakku, dirikanlah shalat, yakni kerjakanlah shalat dengan sempurna
sesuai dengan cara yang diridhai. Karena dalam shalat itu terkandung
ridha Tuhan, sebab orang yang mengerjakan berarti menghadap dan
tunduk pada-Nya. Dan di dalam shalat itu ter dapat hikmah dapat
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Orang tua dalam keluarga merupakan orang yang sangat berpengaruh


terhadap perkembangan jiwa anak. Untuk itu keteladanan beribadah
perlu ditanamkan pada anak mulai sejak kecil. Dengan mempraktekkan
ibadah seperti mengajak anak shalat berjamaah, berpuasa dibulan
Ramadhan merupakan bentuk ibadah

12
yang ditanamkan oleh ajaran agama. Hal tersebut akan membekas dan
tertanam pada jiwa anak bila bila pendidikan beribadah dimulai sejak
kecil.
3. Keteladanan dalam Akhlaq Karimah
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S.
Al Qalam : 4) Ayat di atas menurut para, mufasir menunjukkan
keutamaan akhlaq Nabi Muhammad saw. sebagaimana keutamaan
akhlak Rasul maka dikatakan bahwa akhlak beliau adalah qur’an.
Sebagaimanasabda Rasulullah :

Dari Sa’id ibn Hisyam berkata saya bertanya kepada ‘Aisyah ceritakan
kepadaku tentang akhlak Rasulullah Saw., maka ‘Aisyah menjawab
akhlak beliau adalah Al-Qur’an. (H.R.Ahmad). Dari hadits tersebut
dapat dijelaskan bahwa nabi Muhammad merupakan manusia yang
sangat mulia dan patut dijadikan suri tauladan dalam akhlaknya.
Sebagaimana dikatakan bahwa Rasulullah berakhlak qur’an, maka
segala tindakan beliau merupakan pilar ajaran moral. Dengan berakhlak
karimah sebagaimana yang dicontohkan nabi akan membentuk jiwa
yang suci.

Nabi Muhammad merupakan perwujudan semua kebajikan. Dia tidak


hanya merupakan orang yang terbaik, tetapi juga nabi yangterbesar.
Akhlaknya adalah qur’an demikian kata Aisyah istri nabi.
Kesederhanaan, tutur bahasa yang halus, pemaaf merupakan inti akhlak
nabi. Beliau mencintai kebajikan untuk kepentinganakhlak itu sendiri.
Moral yang tinggi merupakan gambaran yang menarik dari akhlaknya.
Dengan demikian patutlah bila beliau dijadikan sumber teladan dalam
segala kebajikan. .

4. Keteladanan dalam Tawadu’

13
Bersikap rendah hati kepada orang lain maksudnya menghormati orang
lain dengan ikhlas. Orang lain diperlakukan dengan penuh rasa hormat,
dijaga perasaannya, dan ia menampakkan tingkah laku yang
menyenangkan. Siapapun yang dihadapinya selalu diperlakukan dengan
hormat. Bila berbicara dengan orang lain selalu dihargai lawan
bicaranya. Kalau bertemu dengan orang yang lebih rendah tingkat
sosialnya ia akan tetap berlaku hormat dan memuliakan martabatnya.

Rasul mempraktikkan sikap ini dalam kehidupan sehariharinya. Beliau


tidak pernah marah terhadap orang yang menghina beliau. Bahkan
beliau bila bertemu dengan para sahabat terlebih dahulu mengucapkan
salam. Dan bila di tengah jalan beliau disapa oleh sahabat beliau
menoleh dengan seluruh badannya.
Akhlak rasul ini merupakan suri tauladan bagi kaum muslimin. Orang
tua pun dapat melatih anak-anaknya memiliki sifat rendah hati kepada
sesamanya bila sejak kecil ditanamkan sifat-sifat yang baik seperti tutur
kata yang lembut, kasih sayang dan penghargaan terhadap mereka.
Dengan didididk kasih sayang dan sikap rendah diri (tawadu’) akan
menjadikan kelak diwaktu dewasa memiliki akhlak yang mulia.

5. keteladanan dalam keadilan.


Bersikap adil merupakan hakekat Islam itu sendiri karenaIslam itu
berisikan ajaran yang menegakan keadilan. Setiap dalam Islam,
misalnya; hal ibadah, pergaulan dimasyarakat, dan tata tertib kehidupan
keluarga, umat maupun negara, selaulu didasarkan pada prinsip
keadilan. Adapun adilnya seorang guru adalah dalam memberikan nilai
kepada murid-muridnya sesuai dengan tingkat kemampuan dan
kepandaian seorang murid, tidak karena pilih kasih.
Begitu juga dalam keluarga orang tua dapat membimbing anak-anaknya
untuk

14
bersikap adil. Seperti bila anak menumpahkan air teh ke lantai, maka
yang bersangkutan harus membersihkan lantai yang dikotorinya, bukan
menyuruh saudara yang lain untuk membersihkan karena ia menjadi
anak kesayangan orang tuanya. Pada hakekatnya proses menanamkan
perilaku adil pada anak dapat dimulai oleh orang tua sejak timbulnya
kasus anak dengan saudaranya atau dengan teman sepermainannya.

6. Keteladanan dalam Zuhud

Q.S. Al-Furqan ayat 57. Katakanlah, Aku tidak meminnta upah


sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan
(mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambiljalan
kepada Tuhannya. 38(Q.S. al-Furqan: 57)

Dari ayat dan dan penafsiran mufasir bila dikaitkan dengan profil
pendidik, maka seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan, baik
ilmu dunia maupun akhirat, harus mengarah kepada tujuan hidup
muridnya yaitu mencapai hidup bahagia dunia akhirat. Guru harus
membimbing muridnya agar ia belajar bukan
karena ijazah semata, hanya bertujuan menumpuk harta, mengapai
kemewahan dunia, pangkat dan kedudukan, kehormatan
dannpopularitas.
Dalam mengajar pendidik haruslah meneladani rasul,bukan bertujuan
mencari harta benda dan kemewahan duniawi,nmelainkan mencari
ridha Allah, ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.

7. Keteladanan dalam berpolitik

Q.S. Muhammad ayat 4.


“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di dalam perang)
maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah

15
mengalahkan mereka, maka tawanlah mereka san setelah itu boleh
kamu bebaskan atau kamu menerima tebusan sampai perang berhenti”.
(Q.S.Muhammad : 4 ).

Ayat ini menerangkan cara menghadapi orang-orang kafir dalam


peperangan. Allah swt menerangkan, apabila kamu, wahai kaum
muslimin, menghadapi orang-orang kafir dalam peperangan, maka
curahkanlah kesanggupan dan kemampuanmu untuk menghancurkan
musuh-musuhmu, penggallah leher mereka di mana saja kamu temui
dalam peperangan. Utamakan kemenangan yang akan dicapai pada
setiap medan pertempuran dan janganlah kamumengutamakan
penawanan dan harta rampasan dari pada mengalahkan mereka.

Menurut Ibnu Katsir ayat ini turun setelah peristiwa Badar.Allah telah
mengecam orang-orang yang beriman yang terlalu banyak membawa
tawanan dan selalu sedikit membunuh, agar mereka berhasil mengambil
tebusan dari tawanan itu.

(8) Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬Sebagai Uswatun Hasanah dalam Al Hadits


(1) Allah telah memberikan persaksian-Nya akan hal ini dengan
berfirman:

“Dan sungguh-sungguh engkau berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al


Qalam: 4)

Bila kita hendak menghitung satu persatu akhlak beliau, niscaya kita
akan menghadapi kesulitan, oleh karena itu Aisyah memberikan
gambaran yang sangat jelas akan akhlak beliau dengan
mengatakan:“Akhlak beliau adalah Al Quran.”

Kalau kita mempelajari makna “akhlak” lebih mendalam, dengan


mengumpulkan dalil-dalil Al Quran dan As Sunnah yang berhubungan
dengan akhlak hasanah, maka kita akan dapatkan bahwa kata “akhlak”

16
memiliki kandungan makna yang sangat luas. Kita akan mendapatkan
penjelasan kewajiban berakhlak hasanah dengan Allah ‘azza wa jalla,
berakhlak hasanah dengan sesama manusia dengan berbagai macam
bentuk dan keyakinan mereka,, berakhlak hasanah dengan diri sendiri,
dan berakhlak hasanah dengan makhluk lain, seperti malaikat, jin,
binatang dan lain sebagainya.

Inilah hakikat agama islam, yang tidak diketahui oleh kebanyakan


manusia, sehingga banyak dari mereka beranggapan, bahwa agama
islam identik dengan kekerasan, teroris, kaku, dll. Dan untuk lebih
jelasnya, mari kita renungkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berikut.

“Kaum mukminin yang paling sempurna imannya, adalah orang yang


paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Al Hakim dll)

(2) Salah satu cara meneladani beliau adalah dengan mencintainya


melebihi cinta kita kepada kedua orang tua, anak, dan semua manusia.
Rasulullah bersabda : “Tidak sempurna keimanan seseorang di antara
kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orang tuanya,
anaknya, dan manusia semuanya.” (HR. Bukhari).

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/452-reformasi-


akhlak-melalui-ibadah-haji-1.html

D. KESIMPULAN

Keteladanan merupakan sebuah metode pendidikan Islam yang sangat


mempengaruhi terhadap jiwa anak, terhadap jiwa anak, maka fungsi
pendidikan keteladanan di sini adalah memberikan contoh yang baik
kepada anak didik. Dengan keteladanan diharapkan anak didik dapat
menghayati pelajaran yang disampaikan oleh guru di dalam kelas, dan
melaksanakan apa yang telah disampaikan dan menjadi kebiasaan

17
dalam perilaku kehidupan sehari-hari yang dijiwai dengan nilai-nilai al-
Qur’an. Kehidupan Nabi Muhammad dan para sahabatnya merupakan
bagian dari pribadi yang mendapat integritas sosial yang pantas
dijadikan suri tauladan dalam membentuk jiwa yang beriman, bertaqwa
dan berlimu pengetahuan serta berwawasan luas. Dengan demikian,
fungsi pendidikan keteladanan dalam hal ini sama dengan tujuan tujuan
pendidikan Islam yaitu membentuk pribadi yang bertaqwa dan berilmu
yang berakhlak karimah.

E. Referensi
Al Quran Al Karim
Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Lukman Nul Hakim (2019). Uswatun Hasanah Dalam Al Quran (Studi
Komparatif Makna Uswatun Hasanah di Q.S. al-Ahzab Ayat 21
dengan Q.S. al-Mumtahanah Ayat 4 dan 6) Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang. JSA/Desember 2019/Th. 3/no 2
Ginda (2011). Profil Orang Tua Sebagai Pendidik Dalam Perspektif
Alqur’an. Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8 No. 02 Juli-Desember
2011.
https://media.neliti.com/media/publications/40453-ID-profil-orang-tua-
sebagai-pendidik-dalam-perspektif-alquran.pdf
Sauri, S & Hufad, A. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT. IMTIMA.
Sauri, S. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak: Kajian Filosofis Dan
Teosofis Tentang Akhlak,Karakter, Nilai, Moral, Etika, Budi
Pekerti, Tatakrama, dan Sopan Santun. Bandung: RIZQI Press.
(2018). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung:
RIZQI Press.
(2017). Nilai Kearifan Pesantren. Bandung: RIZQI Press.
(2019) Manajemen Pendidikan Karakter Di Sekolah Dalam
Lingkungan Pondok Pesantren Untuk Membina Akhlakul
Karimah. Jurnal: Nusantara Education Review

18
Qadariyah, Lailatul. (2015). Peran Pesantren Dalam Melestarikan Bhesa
Alos Bhesa Madhureh (Studi Pesantren Di Kabupaten Sumenep).l
, Jurnal Volume 8, No. 2, Oktober 2015 Hlm. 85-94.
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
Marimba,Ahmad D.(1981). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Cet.
V. Bandung: al-Ma‟arif.
Nasution, Harun. (1985). Islam Ditinjau Dari Beberapa aspek. Jakarta:
UI Press. hal. 9
Saifudin Anshari, Endang. (1983) Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya:
Bina Ilmu hal.122.
Zakiyah Daradjat (1996), Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang,
hal. 60.
Moh. Sonhadji, at.al., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid IV, (Yogyakarta:
PT. Dana
Bhakti Wakaf, (1995), hlm.213.

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-


Qur’an,Volume 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. hlm. 590.
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1-2004-
aqrobulloh-696-BAB2_319-6.pdf

19

You might also like