Professional Documents
Culture Documents
1artikel Uswatun Hasanah Neneng Tsani Uas
1artikel Uswatun Hasanah Neneng Tsani Uas
Sofyan Sauri
sofyansauri@upi.edu
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Sebagai pendidik, kita dituntut untuk menjadi panutan bagi khususnya
peserta didik, serta masyarakat pada umumnya. Siapakan pendidik utama
bagi umat islam?.
1
Kosa kata uswatun Hasanah berasal dari Bahasa Arab yang kemudian
mengalami asimilasi ke dalam bahasa Indonesia. Menurut Ahsin W. al-
Hafidz, Kamus Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2005). Uswatun Hasanah
berasal dari dua kata yaitu uswah yang berarti teladan, sedangkan hasanah,
berasal dari kata hasuna, yahsunu, husnan wa hasanatan, berarti sesuatu
yang baik, pantas dan kebaikan.
Menurut Raghib al-Asfahani (seorang pakar bahasa), hasanah adalah segala
sesuatu kebaikan atau kenikmatan yang diperoleh manusia bagi jiwa, fisik,
dan kondisi perasaannya. Maka Uswatun Hasanah adalah suatu perilaku
yang mulia yang menjadi teladan bagi umat manusia.
2
Contoh sederhana dari teladan yang baik adalah dengan bertutur kata yang
baik karena Sofyan Sauri mengatakan bahwa bahasa bukan hanya sebagai
alat komunikasi namun sekaligus sebagai identitas dari diri
penutur (Sauri: 2006)
B. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini dilaksanakan dengan cara studi kepustakaan atau
studi literatur. Studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan
pustaka, kajian teoritis, landasan teori, telaah putsaka (literature review),
dan tinjauan teoritis. Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah
penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk
hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan
(Embun, 2012).
C. PEMBAHASAN
3
[Al-Anbiyâ’/21:107]. Ayat rahmat yang sangat agung dan bersifat
umum ini telah menjelaskan kepada manusia beberapa hal :
Pertama: Bahwa Allâh Jalla Dzikruhu telah mengutus hamba-Nya dan
Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam yang terdiri dari kelompok-kelompok
mahluk seperti alam manusia, alam Malaikat, alam Jin, alam hewan.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai rahmat bagi
mereka semua.
Ketiga: Bahwa Agama yang beliau bawa :Islam semua ajarannya adalah
rahmat bagi jin dan manusia yang terkena taklif (beban) dari Rabbul
‘alamin.
Keenam: Bahwa ayat yang mulia ini menjadi bukti terbesar kenabian
dan kerasulan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
4
yang kafir ? Maka jawabannya apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu
Jarîr…” (kemudian beliau rahimahullah membawakan sebagian dari
apa yang ditafsirkan oleh al-Imam Ibnu Jarir yang telah saya kutip
sebagiannya).
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh
[al-Ahzâb/33:21] Walaupun ayat ini turun ketika di dalam keadaan
perang Ahzâb, akan tetapi hukumnya umum meliputi keadaan kapan
saja dan dalam hal apa saja. Atas dasar itu, Imam Ibnu Katsîr
rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Ayat yang mulia ini merupakan
fondasi/dalil yang agung dalam meneladani Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan
beliau. Orang-orang diperintahkan meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam perang Ahzâb, dalam kesabaran, usaha bersabar,
istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau terhadap pertolongan dari
Rabbnya.
Kata “uswatun hasanah” pada Q.S. Al-Ahzab ayat 21, ditujukan pada
pribadi Nabi Muhammad ﷺ. Pada tersebut artinya bisa saja sama
yakni, teladan yang baik. Uswatun hasanah baik pada diri Nabi
Muhammad ﷺmerupakan kecerdasan profetik (kenabian) yang
bertumpu pada nurani yang bersih dari segalapenyakit ruhaniah, seperti
syirik, kufur, nifaq dan fasik. Dalam kondisi nurani yang sehat
Kecerdasan profetik tersebut juga sebagai potensi atau kemampuan
berinteraksi, menyesuaikan diri, memahami dan mengambil manfaat
5
dan hikmah dari kehidupan langit dan bumi, ruhani dan jasmani, serta
dunia dan akhirat dengan senantiasa mengharap bimbingan dari Allah
Swt.
Untuk menyebut apa yang berasal dari nabi Muhammad, setidaknya ada
dua istilah populer di kalangan masyarakat Islam yakni as-sunnah dan
al-hadits. Pengertian sunnah menurut rumusan definisi itu adalah
mencakup semua riwayat yang bersumber dari Rasulullah saw selain al-
Qur’an, yang wujudnya berupa perkataan, perbuatan dan taqrir
(ketetapan) beliau yang dapat dijadikan dalil hukum syar’i. M. Syuhudi
Ismail (1995).
6
pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain. Suasana lembaga
pesantren hendaknya ijadikan sebagai uswah oleh dunia pendidikan
modern saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dari keteladanan. Untuk
menciptakan anak yang shaleh, pendidik tidak cukup hanyamemberikan
prinsip saja, karena yang lebih penting bagi peserta didik adalah figur
yang memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut.
Sehingga sebanyak apapun prinsip yang berikan tanpa disertai dengan
contoh tauladan hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak
bermakna. Menurut Prof. Brodjonegoro dan Drs. Soetedjo:
7
b) pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada
mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
Rasul terakhir Muhammad SAW sebagai petunjuk, merupakan
pedoman bagi seluruh kehidupan manusia dan merupakan satu-satunya
kitab samawi yang dijaga kesucian dan easliannya. Al-Quran
diturunkan sebagai ajaran yang paling sempurna, dan dijaga
kesempurnaannya oleh Allah. Sehingga ketaatan maupun ketidaktaatan
manusia untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah
merupakan tanggung jawab bagi tiap diri manusia. Karena Allah tidak
memberikan perbedaan/pengecualian pada setiap makhluk ciptaannya
untuk beribadah dan taat kepada-Nya.
Perintah “taatlah kamu kepada Allah” adalah perintah untuk taat yang
bernilai menyembah (ibadah) karena Allah SWT. adalah ma’bud (yang
disembah). Allah SWT. selanjutnya memberikan imbalan kepada yang
taat dan sanksi kepada yang berbuat maksiat. Di waktu yang sama,
Allah juga kuasa mengampuni atau bahkan tidak menghisab sekalipun
seorang hamba yang berbuat maksiat, dan itulah urusan dan
otoritasNya. Maka wajib mentaati dan mematuhi semua perintah Allah
tanpa why dan tanpa mengapa!.
8
Adapun perintah “taatlah kepada Rasul”, maka Rasulullah SAW.
bukanlah ma’bud (yang disembah), melainkan beliau seorang
muballigh risalah yang jujur dan amanat, sehingga wajib pula ditaati
dan dipatuhi. Maka beliau adalah matbu’ dan ketaatan kepada beliau
dinamakan ittiba’. Taat sepenuhnya kepada Rasul merupakan perintah
dari Allah sendiri dalm banyak firmanNya, antara lain :
Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada tauladan yang baik bagi
orang yang mengharapkan (bertemu dengan) Allah dan hari kemudian
dan yang mengingat Allah sebanyakbanyaknya. (Q.S. Al Ahzab, 21).
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim
dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata
kepada kaum mereka, “sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu
dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah
saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya; “sungguh aku benar-
benar akan memohonkan ampun untuk ayah tetapi aku tidak kuasa.
9
(Q.S. Al Mumtahannah, 4). Menurut penafsiran ibnu katsir bahwa ayat
tersebut Allah SWT berfirman kepada orang-orang yang beriman yang
bermusuhan dengan orang-orang kafir untuk melepaskan diri dari
mereka, “sesungguhyate lah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya,”yaitu para pengikut beliau
yang beriman (kepadaAllah)”. Kecuali soal permohonan ampunan
Ibrahim untuk ayahnya, karena permohonan itu hanyalah karena
Ibrahim terlanjur berjanji untuk meminta ampun bagi ayahnya. Namun
setelah Ibrahim mengetahui bahwa ayahnya musuh Allah kemudian ia
melepaskan diri dari padanya.
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, “Aku tidak meminta upah
kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an).” Al Quran itu tidak lain
hanyalah peringatan untuk segala umat.(Al-An’am: 90)
10
pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka Surga-
surga yang mengalir sungaisungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selamalamanya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah :
100)
Dan Allah menjadikan pahala yang amat mulia bagi mereka, yaitu sorga
Jannatun Na’im yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, dan di sana
mereka akan memperoleh kenikmatan yang tak terhingga. Mereka akan
kekal di sana selama-lamanya. Itulah kemenangan besar yangakan
mereka peroleh. Dilihat dari istilah keteladanan (uswatun hasanah)
dalam Al Qur’an. Yakni “Uswah, Iqtida’,Ittiba’”, yang kesemuanya
memiliki arti mencontoh atau mengikuti perilaku orang lain, di mana
para Rasul danpara sahabatnya menjadi sentral modeling, maka
keteladanan mereka tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
11
musuh dari orang-orang kafir dan lain sebagainya. Dan sesungguhnya
Allah memerintahkan pada keselamatan dan kemenangan dalam
peperangan. Senada dengan itu Ibnu katsir menafsirkan ayat tersebut
bahwaAllah menyuruh Rasul saw.untuk bersabar atas pendustaan
kaumnya itu, maka bersabarlah kamu seperti orang yang mempunyai
keteguhan hati dari rasul-rasul atas pendustaan yang telah dilakukan
oleh mereka. Dari ayat dan penafsiran para mufasir dapat diketahui
bahwa kesabaran merupakan kunci kekuatan iman.
12
yang ditanamkan oleh ajaran agama. Hal tersebut akan membekas dan
tertanam pada jiwa anak bila bila pendidikan beribadah dimulai sejak
kecil.
3. Keteladanan dalam Akhlaq Karimah
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S.
Al Qalam : 4) Ayat di atas menurut para, mufasir menunjukkan
keutamaan akhlaq Nabi Muhammad saw. sebagaimana keutamaan
akhlak Rasul maka dikatakan bahwa akhlak beliau adalah qur’an.
Sebagaimanasabda Rasulullah :
Dari Sa’id ibn Hisyam berkata saya bertanya kepada ‘Aisyah ceritakan
kepadaku tentang akhlak Rasulullah Saw., maka ‘Aisyah menjawab
akhlak beliau adalah Al-Qur’an. (H.R.Ahmad). Dari hadits tersebut
dapat dijelaskan bahwa nabi Muhammad merupakan manusia yang
sangat mulia dan patut dijadikan suri tauladan dalam akhlaknya.
Sebagaimana dikatakan bahwa Rasulullah berakhlak qur’an, maka
segala tindakan beliau merupakan pilar ajaran moral. Dengan berakhlak
karimah sebagaimana yang dicontohkan nabi akan membentuk jiwa
yang suci.
13
Bersikap rendah hati kepada orang lain maksudnya menghormati orang
lain dengan ikhlas. Orang lain diperlakukan dengan penuh rasa hormat,
dijaga perasaannya, dan ia menampakkan tingkah laku yang
menyenangkan. Siapapun yang dihadapinya selalu diperlakukan dengan
hormat. Bila berbicara dengan orang lain selalu dihargai lawan
bicaranya. Kalau bertemu dengan orang yang lebih rendah tingkat
sosialnya ia akan tetap berlaku hormat dan memuliakan martabatnya.
14
bersikap adil. Seperti bila anak menumpahkan air teh ke lantai, maka
yang bersangkutan harus membersihkan lantai yang dikotorinya, bukan
menyuruh saudara yang lain untuk membersihkan karena ia menjadi
anak kesayangan orang tuanya. Pada hakekatnya proses menanamkan
perilaku adil pada anak dapat dimulai oleh orang tua sejak timbulnya
kasus anak dengan saudaranya atau dengan teman sepermainannya.
Dari ayat dan dan penafsiran mufasir bila dikaitkan dengan profil
pendidik, maka seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan, baik
ilmu dunia maupun akhirat, harus mengarah kepada tujuan hidup
muridnya yaitu mencapai hidup bahagia dunia akhirat. Guru harus
membimbing muridnya agar ia belajar bukan
karena ijazah semata, hanya bertujuan menumpuk harta, mengapai
kemewahan dunia, pangkat dan kedudukan, kehormatan
dannpopularitas.
Dalam mengajar pendidik haruslah meneladani rasul,bukan bertujuan
mencari harta benda dan kemewahan duniawi,nmelainkan mencari
ridha Allah, ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.
15
mengalahkan mereka, maka tawanlah mereka san setelah itu boleh
kamu bebaskan atau kamu menerima tebusan sampai perang berhenti”.
(Q.S.Muhammad : 4 ).
Menurut Ibnu Katsir ayat ini turun setelah peristiwa Badar.Allah telah
mengecam orang-orang yang beriman yang terlalu banyak membawa
tawanan dan selalu sedikit membunuh, agar mereka berhasil mengambil
tebusan dari tawanan itu.
Bila kita hendak menghitung satu persatu akhlak beliau, niscaya kita
akan menghadapi kesulitan, oleh karena itu Aisyah memberikan
gambaran yang sangat jelas akan akhlak beliau dengan
mengatakan:“Akhlak beliau adalah Al Quran.”
16
memiliki kandungan makna yang sangat luas. Kita akan mendapatkan
penjelasan kewajiban berakhlak hasanah dengan Allah ‘azza wa jalla,
berakhlak hasanah dengan sesama manusia dengan berbagai macam
bentuk dan keyakinan mereka,, berakhlak hasanah dengan diri sendiri,
dan berakhlak hasanah dengan makhluk lain, seperti malaikat, jin,
binatang dan lain sebagainya.
D. KESIMPULAN
17
dalam perilaku kehidupan sehari-hari yang dijiwai dengan nilai-nilai al-
Qur’an. Kehidupan Nabi Muhammad dan para sahabatnya merupakan
bagian dari pribadi yang mendapat integritas sosial yang pantas
dijadikan suri tauladan dalam membentuk jiwa yang beriman, bertaqwa
dan berlimu pengetahuan serta berwawasan luas. Dengan demikian,
fungsi pendidikan keteladanan dalam hal ini sama dengan tujuan tujuan
pendidikan Islam yaitu membentuk pribadi yang bertaqwa dan berilmu
yang berakhlak karimah.
E. Referensi
Al Quran Al Karim
Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Lukman Nul Hakim (2019). Uswatun Hasanah Dalam Al Quran (Studi
Komparatif Makna Uswatun Hasanah di Q.S. al-Ahzab Ayat 21
dengan Q.S. al-Mumtahanah Ayat 4 dan 6) Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang. JSA/Desember 2019/Th. 3/no 2
Ginda (2011). Profil Orang Tua Sebagai Pendidik Dalam Perspektif
Alqur’an. Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8 No. 02 Juli-Desember
2011.
https://media.neliti.com/media/publications/40453-ID-profil-orang-tua-
sebagai-pendidik-dalam-perspektif-alquran.pdf
Sauri, S & Hufad, A. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT. IMTIMA.
Sauri, S. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak: Kajian Filosofis Dan
Teosofis Tentang Akhlak,Karakter, Nilai, Moral, Etika, Budi
Pekerti, Tatakrama, dan Sopan Santun. Bandung: RIZQI Press.
(2018). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung:
RIZQI Press.
(2017). Nilai Kearifan Pesantren. Bandung: RIZQI Press.
(2019) Manajemen Pendidikan Karakter Di Sekolah Dalam
Lingkungan Pondok Pesantren Untuk Membina Akhlakul
Karimah. Jurnal: Nusantara Education Review
18
Qadariyah, Lailatul. (2015). Peran Pesantren Dalam Melestarikan Bhesa
Alos Bhesa Madhureh (Studi Pesantren Di Kabupaten Sumenep).l
, Jurnal Volume 8, No. 2, Oktober 2015 Hlm. 85-94.
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
Marimba,Ahmad D.(1981). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Cet.
V. Bandung: al-Ma‟arif.
Nasution, Harun. (1985). Islam Ditinjau Dari Beberapa aspek. Jakarta:
UI Press. hal. 9
Saifudin Anshari, Endang. (1983) Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya:
Bina Ilmu hal.122.
Zakiyah Daradjat (1996), Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang,
hal. 60.
Moh. Sonhadji, at.al., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid IV, (Yogyakarta:
PT. Dana
Bhakti Wakaf, (1995), hlm.213.
19