Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 46

MAKALAH

ASKEPPERDARAHAN POST PARTUM’N DAN ASKEP


POSPARTUM BLUES

DI SUSUN OLEH KELMPOK 4:


SUNIYYAH ANGGRAINI 2102165

FARA LORENZA DEFAIS 2002021

MEGA ARDIANTI KAMAL 2002027

MARIANA GUSTI ELINA N

AHMAD FARHAN 2002012

DOSEN PEMIMBING:

PROGRAM SI KEPERAWATAN 2A

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahma, karunia, sera taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perdarahan postpartum. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datan, menginggat tidak ada
sesuau yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

a. defenisi..............................................................................................................................

b.etiologi...............................................................................................................................

c.patofisiologi.......................................................................................................................

d.padway...............................................................................................................................

e. manifasi kelinik..................................................................................................................

f.pemeriksaan penunjang.....................................................................................................

g.kompikasi....................................................................................................................

h.penatalaksanaan...............................................................................................................

i.pengkajin....................................................................................................................

BAB III............................................................................................................................14

PENUTUP.......................................................................................................................14

Daftar Pustaka..................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendarahan post partum adalah peradarah lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Pendarahan postpartum adalah pendarahan dalam kala IV lebih
dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Istilah
perdarahan postpartum dalam arti luas mencangkup semua perdarahan
yang terjadi setelah kelaihan bayi, sebelum, selama dan sesudah keluarnya
plasenta(Kurniati, 2013).
Penyebab kematian Ibu di Indonesia yaitu; perdarahan, pre eklamsi
dan infeksi. Perdarahan obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan
kasus gawat darurat yang kejadinnya berkisar 3% dari semua persalinan,
penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan
yang belum jelas sumbernya (Departemen Kementerian Kesehatan RI,
2015).
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (<500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah,
haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan
darah rendah, ekstremitas dingin, mual. Efek pendarahan banyak
bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia
saat kelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang dapat mengecohkan
adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai
terjadi kehilangan darah sangat banyak. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perdarahan postpartum antaralain : Pembesaran uterus
lebih dari normal selama kehamilan yang disebabkan karena jumlah air
ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi besar, Kala satu dan atau
kala dua yang lama atau memanjang, Persalinan cepat, Persalinan yang
diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin(Oxorn : 2010).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perdarahan Postpartum ?
2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari Perdarahan Postpartum ?
3. Bagaimana petalaksanaan pada pasien perdarahan postpartum?
4. Bagaimana asuhan keperawatan gawatdarurat dari perdarahan
postpartum?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami perdarahan postpartum.
2. Tujuan Khusus :
a) Untuk mengetahui Definisi, Etiologi, Patofisiologi, manifestasi
klinis, komplikasi dari perdarahan postpartum.
b) Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan postpartum.
c) Mengetahui askep kegawatdaruratan perdarahan postpartum.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINIS
A. Perdarahan Postpartum
Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencangkup semua
perdarahan yang terjadi setelah kelaihan bayi, sebelum, selama dan
sesudah keluarnya plasenta. Definisinya adalah hilangnya darah lebih dari
500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum. Setelah
24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late
postpartum hemorrhage. Insiden pedarahan postpartum sekitar 10 persen
(Oxorn : 2010).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui
vagina yang berlebihan kapanpun setelah melahirkan atau aborsi sampai
dengan 6 minggu. Perdarahan terjadi dalam 24jam disebut perdarahan
postpartum primer. Kehilangan darah pada persalinan adalah normal dan
ibu telah memiliki persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi, kehilangan
lebih dari 500mL menjadi perunjuk pertimbangan kemungkinan
perdarahan postpartum (Kurniati, 2013).
Perdarahan pasca persalinan menurut Astutik (2018) didefinisikan
sebagai kehilangan 500ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam
atau 1000ml atau lebih setelah seksiosesaria. Menurut waktu terjadinya
dibagi atas dua bagian, yaitu :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah
perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan
lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah
perdarahan lebih dari 500 cc setelah 24 jam pasca persalinan.
Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan
jalan lahir dan sisa plasenta.

6
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak
kurang lebih 200 ml. episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100ml
dan kadang – kadang lebih banyak lagi. Wanita hamil mengalami
peningkatkan jumlah darah dan cairan sehingga kehilangan 500 ml darah
pada wanita sehat setelah melahirkan tidak mengakibatkan efek yang lebih
serius. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang lebih
kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.

B.Post partum blues


Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau depresi
sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale & Harlow, (2003). Post
partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan,
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan
hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu,
yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in,
cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung
dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Post-partum blues
ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu
sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan,
tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi
wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-
salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan
perkawinan dengan suami dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu
yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang
mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit.

7
B. Etiologi
1. Etiologi perdarahan postpartum secara umum (4T) :
a. Tone – atony uteri yaitu penyebab utama perdarahan
postpartum serius
b. Trauma sering karena sobekan vagina akibat trauma
melahirkan, perinium, dan rectum.
c. Tissue : produk konsepsi yang tertinggal
d. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat
terjadi sebagai konsekuensi dari abrupsi plasenta,
eklampsia, atau emboli air ketuban.
2. Etiologi
A . perdarahan postpartum secara khusus :
Perdarahan postpartum menurut Oxorn (2010) dan Astutik (2018) bisa
disebabkan karena :
a. Atonia uteri
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana
mestinya setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat – serat myometrium
terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai
darah pada tempat perlekatan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika
myometrium tidak dapat berkontraksi. Faktor predisposisi yang
mempengaruhi perdarahan postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang
disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan
kembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
b. Retensio plasenta
Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belumlahir atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan

8
karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta
sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Terdapat jenis retensio
plasenta antaralain :
1) Plasenta adhesive adalah o,plantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan myometrium
3) Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus
4) Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam
kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
Pada kasus retensio plasenta, plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan perdarahan, infeksi karena plasenta sebagai
benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip
plasenta dan terjadi degenerate sel ganas korio karsinoma.
c. Laserasi jalan lahir
Perdarahan yang terjadi karena adanya robekan pada jalan lahir
(perineum, vulva, porsio, atau uterus). Robekan pada perineum,
vulva, vagina dan persio biasanya terjadi pada persalinan
pervaginam.
d. Koagulopati
Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan
darah. Sebab tersering perdarahan postpartum adalah atonia uteri,
yang disusui dengan tertinggalnya sebagian plasenta. Namun,
gangguan pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan
postpartum. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan
dan atau penghancuran fibrin yang berlebih. Gejala – gejala
kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
1) Hipofibrinogemia

9
2) Trombositopeni
3) Idiopathic trimbocytopeny purpura
4) HELP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and los
platetet count)
5) Disseminated intravaskuler coagulation
6) Dilutional coagulppathy bisa terjadi pada tranfusi darah lebih
dari 8 unit karena darah donor biasanya tidak segar shingga
komponen fibrin dan trombosit sudah rusak.
Afibrinogenemia atau hipofibrinogemia dapat terjadi setelah
abruption plasenta, retio jalan janin – mati yang lama didalam
rahim, dan pada emboli cairan ketuban.

B .post partum blues


Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai
saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga
berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain: 1.
Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar
estrogen,

progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen


setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional
pascapartum. karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi.

2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan,


status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat

10
gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan
dukungan sosial dan lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami,
keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan
membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat
ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa
kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang
tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun
persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan
mertua, problem dengan si sulung.

C. Patofisiologi
A. perdarahan postpartum
Patofisiologi dari perdarahan postpartum menurut Rukiyah (2012)
dan Astutik (2018) antara lain karena kontraksi rahim yang lemah setelah
anak lahir meningkat insidennya pada kehamilan dengan pembesaran
rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion, anak
terlalu besae ataupun pada rahim yang melemah daya kontraksinya seperti
pada grandemultipara, interval kehamilan yang pendek, atau pada
kehamilan usia lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu
kuat sehingga anak dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya. Perdarahan
postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang
kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan pendarahan pada
akhir masa nifas,. Kadang – kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang
obstetric membuat batas – batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai
upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta sehingga pendarahan akibat
terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Efek pendarahan
banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat
anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang dapat
mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas
normal sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Faktor predisposisi

11
yang mempengaruhi perdarahan postpartum antaralain : Pembesaran
uterus lebih dari normal selama kehamilan yang disebabkan karena jumlah
air ketuban yang berlebih, kehamilan kembar, bayi besar, Kala satu dan
atau kala dua yang lama atau memanjang, Persalinan cepat, Persalinan
yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin.

B. Post partum blues


Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya
baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti
kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua,
kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu
dan factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya merupakan penyebab utama
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian
depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami
perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam
resons psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang
dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada
post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang
mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab
yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan

12
13
D. Pathway
Trombin -
Antoni uterus Laserasi jalan lahir Produk tertinggal disseminated

Uterus tidak Menghambat Kontraksi


berkontraksi & Plasma beku
Robekan jalan Robekan
lembek lahir dinding vagina

 Hipofibrinoge
Suply darah mia
histerektomi Nyeri  Trombositope
nia
Kekurangan  Idiopathic
Luka insisi
volume cairan HB turun  HELP
Pendarahan >500cc  Disseminated
Anemia  Dilutional
Syok hipovalemia

Kelelahan Psikologis
Penurunan
Suhu tubuh curah jantung Perfusi
jaringan otak Trauma
Perubahan
perfusi jaringan Resiko cidera
Hipertermi Ketakutan
ginjal
Pola nafas
tidak efektif 14
Ansietas
B.post partum blues

15
E. Manifestasi Klinik
A. Pendarahan postpartum
Manifestasi klinik menurut Astutik (2018) antara lain :
1. Manifestasi klinis perdarahan postpartum secara umum :
a. Darah berwarna terang mengalir terus-menerus
b. Mual, haus, pusing, letih gelisah
c. Pucat, kulit basah berkeringat, ekstremitas dingin
d. Palpasi uterus lembek
e. Tanda hypovolemi dan syok perdarahan
f. Kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
g. Nadi lemah, tekanan darah rendah
h. Lochea berwarna merah
2. Manifestasi perdarahan postpartum berdasarkan penyebabnya :

Etiologi Manifestasi Klinis


Atonia uteri  Uterus tidak berkontraksi, lembek
dan perdarahan segera setelah anak
lahir (perdarahan postpartum
primer)
 Syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, gelisah, dan mual.
Robekan jalan lahir  Perdarahan segar, darah segera
mengalir setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik, plasenta baik
 Pucat, lemah, menggigil
Retensio plasenta  Plasenta belum lahir setelah 30
menit, perdarahan segera, kontraksi
uterus baik
 Tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat

16
tarikan, perdarahan lanjutan
Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)  Plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembulu darah) tidak
lengkap dan perdarahan segera
 Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus uterus berkurang

B.Post partum blues


Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang
ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah
melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering
tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan,
tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah,
khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai
ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan, insomnia yang
berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa
bulan itu dapat disebut postpartum depression.

F. Pemeriksaan Penunjang
A. Pendarahan postpartum
Pemeriksaan penunjang perdarahan postpartum menurut Achadiat (2004)
antaralain :
1. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Hematokrit, golongan darah, masa
pembekuan, masa perdarahan
b. Urine lengkap
2. USG

17
c. Post partum blues

Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat


disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria
gejala yang ada. Kekurangan hommon tyroid yang ditemukan pada individu yang
mengalami kelelahan luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang
mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat
rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan


pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal
Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang
dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.
Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum
blues. Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap
pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban. yang mempunyai nilai skor dan
harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin
saat itu.

G. Komplikasi
A. Pendarahan post partum
Komplikasi persalinan post partum sangat bervariasi, dari yang
ringan sampai berat. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi
ortostastik, kelelahan, animia (transfusi darah), depresi (post partum
blues), sindroma sheecha (iskemia kelenjar hipofisis anterior), edema
paru, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan faal pembekuan darah, dan
syok perdarahan sampai kematian (Hidayat, 2018).

18
H. Penatalaksanaan
A. Pendarahan post partum
1. Penatalaksaan pendarahan postpartum berdasarkan penyebabnya
menurut (Damayanti, 2014) dan Manuaba (2004) antara lain :
a. Penanganan Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
a) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk
tanda vital.
c) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika
tanda-tanda syok tidak terlihat ingatlah saat melakukan
evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk
dengan cepat
d) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok,
oksigenasi dan pemberian cairan cepat. Pemeriksaan
golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan tranfusi darah.
e) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
f) Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan
darah.Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif .berikan 10
unit oksitosin IM
g) Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk
h) Periksa kelengkapan plasenta, Periksa kemungkinan
robekan serviks , vagina dan perineum.
i) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah
j) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan
berhenti), periksa kadar Hemoglobin.
2) Penanganan khusus
a) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri

19
b) Teruskan pemijatan uterus massase uterus akan
menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan
perdarahan
c) Oksitoksin dapat diberikan bersamaan atau beruntutan
d) Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus
berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsusng, periksa
apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi
dan jahit atau rujuk segera.
e) Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkanlah bekuan
darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks.
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Antisipasi
dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan.
f) Jika perdarahan terus berlangsung
g) Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap, jika terdapat
tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan
maternal atau robeknya membrane dengan pembuluh
darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.
b. Penanganan Retensio Plasenta
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk
mengejan, jika merasa adanya plasenta dalam vagina,
keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan.
Lakukan katerisasi kandung kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berian oksitoksin 10 unit IM,
jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III
4) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian
oksitoksin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan
penarikan tali pusat terkendali
5) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual, jika
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembedahan

20
darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembentukuan
setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah
dengan menunjukan koagulapati.
c. Penanganan Robekan Jalan Lahir

Bentuk robekan penatalaksanaan

Episiotomi  Menjahit mudah


 Denominatornya jahitan hlmen
 Bentuk seperti semula rapi

Perluasan episiotomi –  Tergantung luasnya


robekan spontan  Teknik menjahit :
 Upayakan menjahit mukosa
rectum sehingga melipat kearah
luman
 Jahit submukosa rectum berlapis
 Jahit sfingter ani ekstermum
 Jahit dindin vagina dengan
denominator hymen sehingga rapi

Robekan serviks  Serviks yang robek, ditarik dengan dua


tena lulom sehingga perlukaan tampak
 Teknik menjahitnya
 Dengan jarum besar, seluruh lapisan
seviks
 Tidak perlu terlalu keras asalkan
perdarahan berhenti
 Terlalu keras menyebabkan nekrosis

Amputasi serviks  Bekas amputasi serviks dapat


menimbulakan perdarahan
 Dijahit secara jelujur terkunci sehingga
perdarahan terhenti

21
Robekan vagina bagian  Jahit dengan tuntunan spekulom sehingga
bawah ujung perlukaan dapat dijahit
 Dapat dari bawah, seluruh lapisan
 Benangya dapat dipakai untuk menuntun
jahitan luka vagina ke bagian atasanya

d. Penangan koagulasi darah


Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset
terjadinya perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan
penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan post partum,
seperti solutio plasenta, sindroma HELLP (hemolysis, elevnted
liver enzim, trombositopenia, pre dan eklamsia), fatty liver pada
kehamilan, IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil
langkah spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari
dan kelainan hemostatic. Penggunaan DIC identic dengan klien
yang mengalami koagulopati delusional. Restorasi dan
penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah
bersifat sangat esensial. Perlu saran dari para ahli hematologi
pada kasus transfusi masih dan koagulopati (Yulianti, 2019).
e. Penanganan robekan serviks
1) Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena
serviks yang terjulur akan mengalami robekan pada posisi
spina isiadika tertekan oleh kepala bayi
2) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi
terjadi pendarahan banyak maka segera lihat bagaian lateral
bawah kiri dan kanan dari portio
3) Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek
sehingga perdarahan dapat segera dihentikan, jika setelah
eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan
penjahitan. Jahitan dimulai dari ujung atas robekan

22
kemudian kea rah luar sehingga semua robekan dapat
dijahit.
4) Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan
5) Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-
tanda infeksi
6) Bila terdapat deficit cairan, lakukan restorasi dan bia kadar
Hb < 8 g% berikan transfusi darah.
f. Penanganan sisa plasenta
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuratase. Dalam kondisi tertentu apabila memungkinkan, sisa
plasenta dapat dikeluarkan secara manual. Kuretase harus
dilakukan dirumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim
relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus
(Manuaba, 2004).
g. Penanganan manual plasenta
1) Setelah 15 menit pemberian oksitoksin 10 IU IM, plasenta
belum lepas, ulangi pemberian oksitoksin 10 IU IM, tunggu
15 menit
2) Bila sudah 15 menit belum ada tanda-tanda pelepasan,
tidak ada perdarahan pasang infus segera rujuk
3) Bila ada tanda perdarahan lakukan plasenta manual
(Yulianti, 2019).

23
2. Terapi penanganan perdarahan post partum secara umum antara lain :
a. Infus dan transfusi darah
b. Tergantung dari sumber perdarahannya :
1) Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka
a) Dijahit kembali
b) Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma
2) Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :
a) Lakukan anestesi dengan demikian kuretase dapat dilakukan
dengan aman dan bersih
b) Jaringan yang didapatkan harus dilakukan pemeriksaan
untuk memperoleh kepastian
3) Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
a) Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
b) Berikan antibiotika
c) Berikan pengobatan suportif:
 Gizi yang baik
 Vitamin dan praparat Fe
4) Hasil patologi anatominya
B. Post partum bules

24
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Dukungan
yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit
penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta
penanganannya.

Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan
menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga
ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis
dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu
ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues

dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling


emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang
pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,
dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman
dekatnya.

I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan kritis menurut Kurniati (2013) dan
Novialiantoko (2019) antara lain :
1. Pengkajian primer
a. Danger :
Periksa situasi dan kondisi bahaya, pastikan lingkungan aman bagi
pasien dan perawat , sebelum melakukan pertolongan.
b. Response :

25
Kaji respon pasien, apakah pasien berespons ketika ditanya : Untuk
menentukan kesadaran pasien, gunakan skala AVPU (Alert, Verbal,
Pain, Unresponsive)
c. Airways :
Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan Airways : Jalan
nafas paten, tidak ada benda asing, darah, sputum, lendir, tidak ada
snouring (ngorok), tidak ada gurgling (kumur – kumur), tidak ada
stridor.
d. Breathing :
Cek pernafasan, dan cek apakah ventilasinya adekuat
Pertimbangkan : Oksigen, assist ventilation
Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan breathing :
penggunaan otot tambahan, Frekuensi meningkat, Irama nafas
tidak teratur, Kedalaman pernafasan dalam, penggunaan nafas
cuping idung, terdapat bunyi tambahan Wheezing, pasien
terpasang O2,
Diagnosa yang mungkin muncul :
i. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia
e. Circulation :
i. Kaji denyut nadi (pols) pasien apakah nadi positif, tentukan
apakah nadi adekuat
ii. Cek capillary refill.
iii. Pertimbangkan : defibrillator, RJP, control perdarahan, elevansi
kaki (kecuali pada spinal injury)
Hasil yang akan muncul pada pemeriksaan Circulation : Turgor
kulit menurun, akral dingin, CTR > N, adanya perdarahan
postpartum, mukosa kering, pucat hingga sianosis, curah jantung
masih adekuat sampai sekitar 15% hingga 20% dari volume darah
total ibu hilang. Kemudian, nadi dan tekanan darah dapat berubah
secara tiba – tiba ketika curah jantung dan volume isi sekuncup
menurun. Pada saat takikardi (100 – 120 kali/menit) dan hipotensi (
sistolik kurang dari 90 – 100 mmHg) terjadi, wanita telah

26
kehilangan darah sekitar 25% sampai 32% dari volume darahnya,
adanya syok hipovolemik
Diagnosa yang mugkin muncul :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
darah yang berlebihan
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia
3) Perubahan perfusi jaringan, otak berhubungan dengan
hipovolemia
4) Perubahan perfusi jaringan, ginjal berhubungan dengan
hipovolemia
5) Syok berhubungan dengan hipovolemia
f. Disability :
Kaji singkat trauma neurologis, cek kemampuan gerak
ekstermitas, cek GCS, latelarisasi pupil/reflek pupil : isokor,
reflek cahaya, dilatasi, lakukan stabilisasi.
Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan disability : adanya
kelemahan, reflek patologis, dilatasi pupil, adanya keluhan nyeri
Diagnosa yang mungkin muncul :
1) Resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan perfusi
jaringan otak
2) nyeri berhubungan dengan prosedur dan terapi
g. Exposure/Envirnmental control :
Kaji pasien dari kepala sampai kaki, lepaskan pakaian pasien agar
dapat mengkaji lebih baik untuk mencari trauma ditempat lain.
Hasil pemeriksaan exposure didapatkan peningkatan suhu tubuh
pasien karena kehilangan cairan.
Diagnosa yang mungkin muncul :
1) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
2. Secondary survey
Secondary survey menurut Herdman, T. Heather. (2015) dan Kurniati
(2013) adalah pengkajian yang terstruktur dan sistematis, bertujuan untuk
mengidentifikasi kondisi pasien lebih detail yang berokus pada :
a. Identas Klien

27
1) Identitas klien meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya,
tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat
rumah
2) Identitas suami meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan
b. Riwayat kesehatan
Pengkajian terhadap riwayat kesehatan pasien menjadi sangat
penting untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan keluhan
saat ini atau kondisi saat ini.
c. Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan
yang direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal (ANC), dan
imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil
d. Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan,
posisi partus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan,
jahitan pada perineum dan perdarahan.
e. Data bayi
Kesulitan dalam melahirkan, APGAR SCOR, untuk menyusui atau
pemberian susu formula dan kelaian kongenitas, yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian
f. Pengkajian masa postpartum
Pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan umum. Tingkat
aktivitas setelah melahirkan, gambaran locea, keadaan perineum,
abdomen, payudara, episiotomy, kebersihan menyusui, dan respon
orang terhadap bayi
g. Pengkajian keperawatan
Perawat mengevaluasi riwayat klien dan data pemeriksaan fisik
untuk mengidentifikasi kemungkinan faktor resiko terjadinya
perdarahan. Kondisi fundus uterus, jumlah perdarahan, dan aliran
lokea diamati secara saksama pada klien selama periode pascapartum.

28
Perdarahan dapat ditandai dengan keluarnya darah dalam jumlah
yang sangat banyak dan tiba – tiba dari vagina atau genangan darah
yang sangat banyak ditemukan dibawah panggul ibu. Sering kali
perdarahan berlangsung terus, lebih banyak dari perdarahan yang
biasa terjadi pervaginam yang berlanjut selama beberapa jam. Kondisi
ini mungkin tidak dapat dikenali dengan segera sebagai perdarahan,
terutama jika fundus uterus kontraksi dengan baik. Aliran darah yang
terus menerus dari vagina ketika uterus berkontraksi kuat menandakan
perdarahan akibat laserasi pada serviks atau vagina. Adanya bekuan
darah dalam vagina ibu menandakan terjadinya perdarahan berat atau
penggenangan darah di vagina. Kegelisahan, kecemasan, dan rasa
haus juga dapat menunjukkan adanya perdarahan yang berlebihan.
Seiring dengan kehilangan darah bertambah banyak, tanda dan gejala
syok hipovolemik menjadi semakin jelas.
Karena mekanisme kompensasi kardiovaskular, perubahan
frekuensi nadi dan tekanandarah mungkin tidak terjadi sampai
kehilangan darah berjumlah besar (1500 mL). Curah jantung masih
adekuat sampai sekitar 15% hingga 20% dari volume darah total ibu
hilang. Kemudian, nadi dan tekanan darah dapat berubah secara tiba –
tiba ketika curah jantung dan volume isi sekuncup menurun. Pada saat
takikardi (100 – 120 kali/menit) dan hipotensi ( sistolik kurang dari 90
– 100 mmHg) terjadi, wanita telah kehilangan darah sekitar 25%
sampai 32% dari volume darahnya.
Ketika diduga ada perdarahan, perawat harus memantau frekuensi
nadi dan tekanan darah setiap 5 sampai 10 menit. Tanda – tanda
perubahan frekuensi nadi dan tekanan darah pada awal terjadinya syok
hipovolemik tidak tampak ketika klien berbaring telentang, perawat
dapat membantu klien untuk duduk. Tindakan ini dapat menyebabkan
pusing, dan takikardi, yang menandakan adanya kehilangan darah
yang signifikan dan syok. Perawat harus waspada terhadap wanita
yang menderita hipertensi yang diinduksi kehamilan (PH, pregnancy
induced hypertension) yang mungkin tekanan darahnya tampak

29
normal pada awal syok hipovolemik. Namun, wanita tersebut
mengalami gejala syok lebih awal daripada wanita dengan ukuran
tekanan darah normal karena PIH menyebabkan perpindahan cairan
interstisial yang dengan cepat menyebabkan hipovolemia.
h. Pengkajian faktor resiko perdarahan postpartum tertunda atau lambat

Riwayat Sebelumnya Terkait dengan kehamilan dan


persalinan saat ini
1. Paritas tinggi (grand 1. Distensi uterus yang
multipra) berlebihan (kehamilan
2. Pernah mengalami multiple, polihidroamin, bayi
perdarahan pascapartum baru lahir dengan
3. Fibroid uterus makrosomia)
4. Penyakit sistemik 2. Masalah perdarahan (plasenta
(leukemia, trombositopenia previa, solusio plasenta)
idiopatik, defek koagulasi) 3. Trauma persalinan atau
pelahiran (forsep letak
sedang, pelahiran dengan
seksio sesaria, manipulasi
intrauterus)
4. Kontraksi hipertonik –
hipotonik (presipitatus,
disfungsional, persalinan
lama)
5. Anestesi mendalam
6. Hipertensi yang diinduksi
kehmilan
7. Korioamnionitis
8. subinvolusi

i. pengkajian luasnya perdarahan

Tanda dan gejala Volume darah yang hilang

30
Uterus lembek Penurunan sebanyak 15% - 20%
Tekanan darah normal atau agak (750 – 1.250 ml)
menurun
Frekuensi nadi normal atau agak
naik
Vasokontriksi ringan (tangan, kaki
dingin)
Haluan urine normal
Sadar, waspada, mungkin
mengalami kecemasan
Antoni uterus Penurunan sebanyak 25% - 35%
Tekanan darah sistolik < 90 (1.250 – 1.750ml)
sampai 100 mmHg
Takikardi sedang 100 sampai 120
kali/menit
Vasokontriksi sedang (kulit pucat,
ekstremitas dingin dan lembab)
Penurunan haluan urine
(oliguaria)
Peningkatan kegelisahan, dapat
mengalami disorientasi
Atoni uterus Penurunan sebanyak 35% - 50%
Tekanan darah sistolik < 60 (1. 800 – 2.500ml)
mmHg, bahkan dapat tidak teratur
oleh menset
Takikardi berat > 120 kali/menit
Vasokontriksi berat (bbir dan jari
– jari tangan pucat, dingin, lembab
dan sianosis)
Haluaran urine berhenti (anuria)
Kondisi mental stupor, letargi,
semikoma

31
3. Secondary survey menurut Queensland Ambulance Service (2016)
dilakukan seperti berikut :
1) History, dilakukan meliputi poin penting mencakup SAMPLE, sebagai
berikut:
- S : signs/symtoms (tanda & gejala)
- A : Allergies (Alergi)
- M : Medications (pengobatan)
- P : Past Medical history (riwayat penyakit)
- L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi)
- E : Events prior to the illness or injury (kejadian sebelum
injuri/sakit)
2) Poin penting tersebut dikembangkan, OPQRST, sebagai berikut :
- O : Onset
- P : Provication
- Q : Quality
- R : Radiation
- S : Serverity
- T : timing

B.post partum blues

Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak (2004) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya
meliputi: 1. Identitas klien

Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain..

2. Dampak pengilaman melahirkant

32
Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana
tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam
persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya; induksi, anestesi
epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa
mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka
untuk menjadi orang tua.

3. Citra diri ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tu. Konsep diri dan
cita tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.

4. Interaksi Orang tua-Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi
perilaku adaptif dan perilaku maladatif 5. Perilaku Adaptif dan Perilaku
Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon
social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan
perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran
bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya,
saat mereka memahami yang dikatakan bayinya. melalui ekspresi emosi yang
diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka
dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku
maladaptif terlihat ketika

4. Interaksi Orang tua-Bayi

33
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi
perilaku adaptif dan perilaku maladatif. 5. Perilaku Adaptif dan Perilaku
Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon
social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan
perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran
bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya,
saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang
diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka
dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku
maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak
mereka. Bayi - bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar.

6. Struktur dan fungsi keluarga Komponen penting lain dalam pengkajian pada
pasien post partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga.
Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi
oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-
anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah
tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

J. Diagnosa Keperawatan
a. Pendarahan post partum

34
Diagnosa Keperawatan yang akan muncul pada pasien dengan
perdarahan postpartum menurut Herdman, T. Heather. (2015) dan Reeder,
Sharon J. (2011) antara lain :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
yang berlebihan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia
4. Perubahan perfusi jaringan, otak berhubungan dengan hipovolemia
5. Perubahan perfusi jaringan, ginjal berhubungan dengan hipovolemia
6. Syok berhubungan dengan hipovolemia
7. Resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan perfusi jaringan
otak
8. Nyeri berhubungan dengan prosedur dan terapi
9. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
10. Ketakutan berhubungan dengan kondisi yang mengancam atau
kemungkinan kematian
11. Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan bayi baru lahir,
dampak jangka panjang pada perawatan diri dan perawatan bayi,
kebutuhan tranfusi darah.

b. Post partum blues

Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.

2. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan


pengaruh komplikasi fisik dan emosional.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

K. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOS TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

35
DX A DAN
KEPERAW KRITERIA
ATAN HASIL

1. Pola nafas Setelah 1. Pantau 1. Memantau


tidak efektif dilakukan kecepatan, pernapasan
tindakan irama, pasien
keperawatan kedalaman 2. Mengetahui
selama jam dan upaya vital sign dan
diharapkan pernapasan pola napas
pasien efektif 2. Monitor vital 3. Mengetahui
dengan kriteria sign dan pola pola napas
hasil: napas pasien
3. Pantau pola 4. Memberikan
 Suara
napas posisi nyaman
nafas
4. Atur posisi pasien
normal
pasien untuk 5. Membantu
 Tanda-
mengoptimal pasien secara
tanda vital
kan farmakologik
normal
pernapasan
5. Kolaborasi
pemberian
obat

2. Kekurangan Setelah 1. Pantau 1 Mengetahui


volume dilakukan perdarahan perdarahan
cairan tindakan 2. Pantau pada
keperawatan status postpartum
selama jam hidrasi 2 Mengetahui
diharapkan 3. Pertahankan status
kekurangan catatan dehidrasi
volume cairan intake dan pasien
akan teratasi output yang 3 Menjaga

36
dengan kriteria akurat balance cairan
hasil : 4. Anjurkan pasien
pasien untuk 4 Menjaga
 Balance
menginform masukan
cairan
asikan cairan pasien
seimbang
perawat bila 5 Menambah
 Tidak ada
haus darah pada
tanda-
5. Atur pasien
tanda
ketersediaan 6 Memantau
dehidrasi
produk intake dan
 Intake oral
darah untuk output pasien
dan
transfuse
intravena
bila perlu
adekuat
6. Monitor
intake dan
urin output
setiap 8 jam

3. Penurunan Setelah 1 Monitor TTV 1 Mengetahui


curah dilakukan 2 Evaluasi TTV pasien
jantung tindakan adanya nyeri
2 mengetahui
keperawatan dada
adanya nyeri
selama jam 3 Catat adanya
dada
diharapkan distritmia
penurunan jantung 3 mengetahui
curah jantung 4 Monitor adanya distritmia
akan teratasi status jantung
dengan kriteria pernafasan
4 mengetahui
hasil : 5 Monitor
status pernafasan
status
 TTV dalam
kardiovaskul 5 mengetahui
rentang
er status
normal

37
 Tidak ada kardiovaskuler
penurunan
kesadaran

4. Perubahan Setelah 1 Monitor TTV 1. mengetahui


perfusi dilakukan 2 Monitor TTV pasien
jaringan tindakan adanya
2. mengetahui
keperawatan daerah
adanya daerah
selama jam tertentu yang
tertentu yang
diharapkan hanya peka
peka terhadap
penurunan terhadap
panas/dingin/taja
perfusi panas/dingin/
m/tumpul
jaringan akan tajam/tumpul
teratasi dengan 3 Batasi 3. membatasi
kriteria hasil : gerakan pada gerakan leher
kepala, leher,
 TTV dalam 4. membantu
dan
rentang mengatasi
punggung
normal penurunan
4 Kolaborasi
 Tidak ada
pemberian perfusi jaringan
tanda tanda
analgetik
peningkata 5. mengetahui
5 Instruksikan
n tekanan kulit jika ada
keluarga
intracranial laserasi
untuk
(tidak lebih
mengobserva
dari 15
si kulit jika
mmHg)
ada laserasi

5. Syok Setelah 1 Membatasi 1 Untuk


Hipovolemi dilakukan jumlah pengurangan
k tindakan perdarahan perdarahan

38
keperawatan dari uterus postpartum
selama jam postpartum 2 Untuk
diharapkan 2 Mendeteksi pencegahan
pasien tidak dan syok
akan menangani 3 Pemantauan
mengalami pasien yang TTV
syok dengan beresiko 4 Mengetahui
kriteria hasil : mengalami TTV pasien
syok 5 Membantu
TTV dalam
3 Mengumpul pasien
rentang normal
kan dan mengurangi
Asupan dan menganalisi syok
haluaran cairan s data
seimbang kardiovasku
lar,
Kulit hangat
pernafasan,
dan kering
dan suhu
tubuh untuk
menentukan
dan
mencegah
komplikasi
4 Pantau
tanda-tanda
vital
5 Berikan
oksigen, jika
gejala
mengindikas
i
perkembang
an ke syok

39
actual atau
jika
diperlukan
untuk
pengobatan
tanpa henti
faktor resiko

6. Resiko Setelah 1. Sediakan 1. Memberikan


cedera dilakukan lingkungan lingkungan
tindakan yang aman aman untuk
keperawatan untuk pasien pasien
selama jam 2. Menghindarka 2. Mengindari
diharapkan n lingkungan lingkungan
resiko cidera yang yang
pasien teratasi berbahaya berbahaya
dengan kriteria 3. Memberikan untuk pasien
hasil : menerangan 3. Meminimalisi
yang cukup r resiko cedera
 Klien
4. Menganjurkan pasien
terbebas
keluarga 4. Mengurangi
dari resiko
untuk resiko cedera
cedera
menemani pasien
 Klien
pasien 5. Menjaga
mampu
5. Mengontrol ketenangan
menggunak
lingkungan lingkungan
an fasilitas
dari
kesehatan
kebisingan
yang ada

7. Nyeri Setelah 1 Kaji nyeri 1. Mengetahui


dilakukan secara nyeri pasien
tindakan komprehensi 2. Mengetahui
keperawatan reaksi nyeri

40
selama jam f pasien
diharapkan 2 Observasi 3. Mengurangi
nyeri pasien reaksi nyeri pasien
teratasi dengan nonverbal 4. Membantu
kriteria hasil : dari mengurangi
ketidakmamp nyeri secara
 Nyeri
uan farmakologis
berkurang
3 Ajarkan 5. Mengetahui
 Ekspresi
pasien teknik pengalaman
rileks
relaksasi nyeri pasien
nafas dalam
4 Kolaborasi
pemberian
analgetik
5 Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik

8. Hipertermia Setelah 1 Monitor suhu 1. Memantau


dilakukan setiap 2 jam suhu pasien
tindakan 2 Monitor TD, 2. Mengetahui
keperawatan nadi, dan RR mengetahui
selama jam pasien status
diharapkan 3 Monitor dehidrasi
hipertermia dehidrasi pasien
pasien teratasi seperti turgor 3. TTv pasien
dengan kriteria kulit, 4. Membantu
hasil : kelembaban menurunkan
membran suhu pasien
 Suhu
mukosa 5. Memberikan
dalam
4 Kompres sirkulasi
rentang
pasien pada

41
normal lipat paha udara pasien
36,5-37,5 dan aksila
C 5 Tingkatkan
 Nadi dan sirkulasi
RR dalam udara
rentang
normal

9. Ketakutan Setelah 1 Gunakan 1. Memberikan


dilakukan pendekatan ketenangan
tindakan yang pada pasien
keperawatan menenangkan 2. Memberikan
selama jam 2 Jelaskan informasi
diharapkan semua kepada
ketakutan prosedur dan pasien
pasien teratasi apa yang 3. Memberikan
dengan kriteria dirasakan pengetahuan
hasil : selama pasien
prosedur 4. Menambah
 Ekspresi
3 Berikan ketenangan
wajah
informasi pasien
rileks
factual 5. Memberikan
 Pasien
menegnai perhatian
dapat
diagnosis dan pada pasien
mengungka
tindakan
pkan
prognosis
ketakutann
4 Dorong
ya
keluarga
untuk
menemani

42
pasien
5 Dengarkan
dengan penuh
perhatian

10. Ansietas Setelah 1 Kaji tingkat 1. Mengetahui


dilakukan ansietas tingkat
tindakan pasien ansietas
keperawatan 2 Instruksikan pasien
selama jam kepada 2. Memberika
diharapkan pasien n
ansietas pasien penggunaan ketenangan
teratasi dengan teknik pasien
kriteria hasil : relaksasi 3. Memberika
3 Informasikan n
 Wajah
tentang gejala informasik
rileks
ansietas tentang
 Ansietas
4 Gunakan gejala
berkurang
pendekatan ansietas
yang tenang 4. Memebrika
dan n rasa
meyakinkan nyaman
5 Berikan pada pasien
penguatan 5. Memberika
positif ketika n penilaian
pasien positif
mampu untuk
meneruskan pasien
akyivitas
sehari-hari

43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui
vagina yang berlebihan kapanpun setelah melahirkan atau aborsi sampai
dengan 6 minggu. Perdarahan terjadi dalam 24jam disebut perdarahan
postpartum primer. Kehilangan darah pada persalinan adalah normal dan
ibu telah memiliki persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi,
kehilangan lebih dari 500mL menjadi perunjuk pertimbangan
kemungkinan perdarahan postpartum. Klasifikasi perdarahan postpartum
adalah perdarahan postpartum primer dan sekunder. Perdarahan post
pasrtum disebabkan oleh 4T yaitu tone atau atonia uteri, trauma atau
sobekan vagina, tissue atau adanya produk konsepsi yang tertinggal, dan
thrombin atau koagulopati.

44
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana
hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada
saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin,
progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan
dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, M.Chrisdiono. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta:EGC

45
Astutik, Reni Yuli dan Dwi Ertiana.(2018).Anemia dalam Kehamilan.Jawa
Timur : CV.Pustaka Abadi
Damayanti, I. P. ( 2014). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin
Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Herdman, T. Heather. (2015).Nanda International Inc. diagnosis
keperawatan:definisi & klasifikasi. Jakarta : EGC
Hidayat, A. N. (2018). Gawat Darurat Medis Dan Bedah . Surabaya: Airlangga
University Press.
Oxorn, Harry dan William R.Forte.(2010).Ilmu Kebidanan : Patologi &
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : ANDI
Rukiyah, Yeyeh Ai, dkk.(2012).Asuhan Kebidanan 4 (Patologi) bagian
2.Jakarta : TIM
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. (2018).Asuhan Kebidanan pada Masa Ibu
Nifas Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi diSertai dnegan contoh
– contoh soal. Jakarta : CV. Trans Info Media
Kurniati Amelia, dkk. (2013). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy, Ist Indonesia.Elsevier Singapore : ELSEVER
Kamitsuru, Shigemi dan Herdman, Heather. 2017. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi Edisi 10. Jakarta:Kedokteran EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004.Penutun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi Ed2.Jakarta : EGC
Novialiantoko, Dwi. 2019.Buku Ajar Asuhan Keperawatan PostPartum
dilengkapi dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa
Keperawatan.Yogyakarta : IKAPI
Reeder, Sharon J. (2011).Keperawatan Martenitas: kesehatan wanita,
bayi&keluarga.Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith. 2017. Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta:Kedokteran
EGC
Yulianti, N. T. (2019). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir .
Makkasar: Cendekia Publisher

46

You might also like