Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Nama : Tresea

NIM : 07041181823027
Dosen Pengampu : Nurul Aulia, S.IP.,MA
Mata Kuliah : Isu-isu Perdagangan Global Kontemporer

UJIAN TENGAH SEMESTER

Identitas Jurnal yang dirangkum


Mostafa & Mojibul dkk. (2020). The Economic Contribution of Fish and Fish Trade in
Bangladesh. Aquaculture and Fisheries 5. Pp. 172-181
Isi Rangkuman
Dalam artikel yang ditulis oleh Mostafa & Mojibul dkk pada tahun 2020 yang
berjudul “The Economic Contribution of Fish and Fish Trade in Bangladesh” mencoba
untuk memetakan dan menjelaskan bagaimana dewasa ini sektor perikanan menjadi
salah satu sektor industri yang paling produktif dan dinamis. Adapun di dalam artikel
ini, Mostafa & Mojibul dkk menggambil contoh kasus sektor perikanan yang ada di
Bangladesh. Hal ini mengingat bahwa Bangladesh sendiri diberkahi sumber daya
perikanan yang begitu beragam. Bahkan menurut laporan dari FAO tahun 2018,
Bangladesh dalam sepuluh tahun terakhir pertumbuhan kinerjanya pada sektor ini
mencapai hingga 5,4%. Ikan juga menjadi komoditas ekspor yang penting bagi negara
Bangladesh dalam meningkatkan neraca perdagangannya mereka.
Tidak hanya sampai di situ, Bangladesh juga menduduki peringkat ke-3 sebagai
negara produsen ikan terbesar di dunia. Bangladesh juga pada sekarang ini telah
menjadi negara swasembada pada produksi ikan dunia. Oleh karena itu di perdagangan
ikan memiliki kontribusi yang amat besar. Melalui sektor perikanan juga telah
berkontribusi secara langsung dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai
sumber mata pencaharian bagi masyarakat Bangladesh. Namun di sisi lain, adanya
produksi ikan yang tinggi di Bangladesh ini telah mempengaruhi jumlah ikan di
Bangladesh. Sehingga belakangan ini, telah terjadi penurunan yang cukup drastis pada
sektor perikanannya Bangladesh. Pasalnya, adanya perdagangan ikan dan produksi ikan
di Bangladesh selama ini di satu sisi memang membawa keuntungan ekonomi, namun
di sisi lain pula dianggap dapat mengancam keamanan pangan.
Mengapa dinilai dapat mengancam pangan, hal ini dikarenakan adanya
eksploitasi secara besar-besaran terhadap industri perikanan. Sehingga hal tersebut
justru dinilai bisa mengancam industri perikanan Bangladesh kedepannya. Oleh sebab
itu untuk mempertahankan produksi dan perdagangan di industri perikanan ini bisa
berlanjut, maka menurut Mostafa & Mojibul dkk, industri perikanannya Bangladesh
memerlukan adanya pemanfaaran sumber daya yang lebih optimal, dengan konteks
agro-ekologi. Maka hal tersebut nantinya bisa meningkatkan ataupun mengembangkan
potensi dari sumber daya perikanan dengan lebih baik (Mostafa & Mojibul, 2020).
Hal ini dikarenakan mengingat bahwa perdagangan dan produksi ikan
memainkan peranan penting di Bangladesh. Oleh sebab itu agar tetap dapat menjaga
dan melindungi produksi ikan yang sifatnya berkelanjutan, maka dari pemerintah
Bangladesh membuat beberapa program yang ramah lingkungan. Selain itu juga
pemerintah Bangladesh melakukan tindakan dalam pengelolaan laut agar dapat
melindungi perikanan. Kemudian dari pemerintah Bangladesh juga membantu nelayan
dalam membudidayakan ikan, mempromosikan sektos swasta. Hal itu semua di lakukan
agar Bangladesh dapat mewujudkan target SDGs di dalam industri perikanan,
melindungi lingkungan maupun pangan, serta tetap mempertahankan perdagangan pada
industri perikanan mereka di pasar internasional.

Pertanyaan dan Jawaban :


1. Jika dewasa ini mulai muncul kesadaran dari pemerintah Bangladesh di
sektor perikanannya untuk mulai menggunakan konsep sustainability. Apakah
eco-labelling dalam industri perikanan atau perdagangan perikanan di
Bangladesh diperlukan? Jika iya, apa dampaknya bagi industri perikanan di
Bangladesh?

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya pasal global pada dewasa ini sudah
mulai menuntut adanya persyratan lingkungan di dalam konteks untuk
menumbuhkan kesadaran mengenai lingkungan. Kekhawatiran ini sendiri muncul
dari berbagai pihak, tidak hanya dari pihak produsen perikanan itu sendiri, maupun
dari pihak konsumen. Oleh sebab itu pula minat di dalam meningkatkan pelabelan
yang ramah lingkungan serta sustainabilty juga dewasa ini semakin banyak muncul
di pasar global (Hoque, 2021, p. 115).

Adapun eco-labelling ini sendiri kerap kali dianggap sebagai suatu alat
promosi bagi lingkungan internasional informal maupun formal. Maka dari itu
pertimbangan terkait perdagangan perikanan atau ekspor dan impor perikanan
sendiri perlu mempertimbangkan untuk mengadopsi hal ini. Adapun jika
seandainya Bangladesh menerapkan atau mengadopsi eco-labelling ini, maka akan
melibatkan proses dan modifikasi teknologi yang cukup mahal agar alat yang
dipergunakan untuk produksi perikanan tersebut menjadi ramah lingkungan.

Akan tetapi, di sisi lainnya, hal ini bisa dikompensasikan yang mana
akan berdampak pada perluasan pasar yang sifatnya ramah lingkungan. Khususnya
melalui pergerakan rantai nilai ke pasar global yang sifatnya lebih berkualitas.
Sederhananya, adanya eco-labelling ini sifatnya akan membawa dampak positif di
jangka panjang (Khatun, 2004, p. 60). Mulai dari bisa menjaga ketahanan pangan,
nilai dari produk perikanan yang bertambah, serta dapat memperluas pasar. Namun
di sisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa untuk sampai ke tahap eco-labelling itu
sendiri, Bangladesh harus melakukan penambahan biaya, dan perlu melakukan
beberapa rekonstruksi pada kebijakan produksi perikananya.

2. Apa dampak dari adanya penerapan yang ramah lingkungan di industri


perikanan bagi masyarakat Bangladesh yang menggantungkan hidup di
industri perikanan?
Adanya penerapan kebijakan yang raman lingkungan pada industri
perikanan di Bangladesh membawa dampak atau pengaruh yang begitu besar,
khususnya bagi masyarakat Bangladesh yang menggantungkan hidup di industri ini.
Adapun dampaknya sendiri bisa terjadi dikarenakan seperti yang telah dipahami
bahwasanya penggunaan peralatan produksi yang ramah lingkungan, tidak bisa
dijangkau oleh semua pihak dikarenakan biayanya yang cukup tinggi untuk
teknologi yang ramah lingkungan. Efeknya juga bisa mempengaruhi para nelayan
yang kurang mampu di Bangladesh.
Karena peralatan dalam industri perikanan yang ramah lingkungan, tidak
bisa dijangkau oleh semua nelayan. Sedangkan dalam hal ini masyarakat
Bangladesh sangat banyak yang menggantungkan hidupnya di industri ini. Bahkan
menurut laporan dari FAO sendiri, total pendapatan ikan dari Bangladesh di
dominasi oleh produksi masyarakat Bangladesh yang menggantungkan hidupnya di
sektor ini (FAO, 2018). Sehingga hal ini justru bisa mempengaruhi tingkat
kemiskinana dan penghidupan nelayan atau masyrakat miskin Bangladesh yang
menggantungkan hidup di sektor ini.
Adapun pernyataan saya ini juga di dukung oleh penelitiannya
menunjukan bagaimana adanya kebijakan yang seperti ini akan menciptakan
tekanan pada pasar tenaga kerja yang sudah padat di daerah pedesaan yang akan
memiliki implikasi mata pencaharian yang serius bagi orang-orang miskin yang
dikeluarkan dari industri tersebut (Khatun, 2004, p. 63). Namun hal ini bisa dapat
dicegah jika seandainya adanya bentuk intensif atau subsidi serta kerjasama dengan
pemerintah Bangladesh itu sendiri dalam memberikan wadah atau fasilitas bagi
nelayan atau masyarakat miskin Bangladesh yang menggantungkan hidup mereka
di sektor perdagangan perikanan.
Referensi
FAO. (2018). Introduction. Retrieved from Food and Agriculture Organization:
http://www.fao.org/3/AC372E/AC372E01.htm
Hoque, M. Z. (2021). Sustainability indicators for sustainably-farmed fish in
Bangladesh. Sustainable Production and Consuption 27, 115-127.
Khatun, F. (2004). Fish Trade Liberalization in Bangladesh: Implication of SPS
Measures and Eco-Labelling for the Export-Oriented Shrimp Sector. Retrieved
from Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nation:
http://projects.nri.org/fishtrade/bangladesh.pdf
Mostafa, & Mojibul. (2020). The Economic contribution of fish and fish trade in
Bangladesh. Aquaculture and Fisheris Vol 5, Issue 4, 174-181.

You might also like