Professional Documents
Culture Documents
IPI
IPI
Kelas : Extention 4B
1. Sains
Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) ialah semua objek yang empiris. Jujun S.
Suriasumantri (Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, 1994 : 105) menyatakan bahwa objek kajian
sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman
di sini ialah pengalaman indera.
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali : alam, tetumbuhan, hewan dan manusia, serta
kejadian-kejadian sekitar alam, tetumbuhan, hewan dan manusia itu ; semuanya dapat diteliti oleh sain.
Perkembangan sain didorong oleh paham Humanisme. Humanisme adalah paham filsafat yang
mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme telah muncul pada zaman
Yunani lama (kuno).
Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan.
Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula.
Empirisisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti
empiris. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yamg
terukur. “terukur” inilah sumbangan penting positivisme. Metode ilmiah mengatakan, untuk
memperoleh yang benar dilakukan langkah berikut : logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya, mula-
mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (berdasarkan logika itu), kemudian lakukan
pembuktian hipotesis itu secara empiris.
Ada teori sain ekonomi : bila penawaran sedikit, permintaan banyak, maka harga akan naik. Teori ini
sangat kuat, karena kuatnya maka ia ditingkatkan menjadi hukum, disebut hukum penawaran dan
permintaan. Jika jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik tingkat keberadaannya
menjadi hukum atau aksioma.
Hipotesis (dalam sain) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti
empirisnya.
2. Filsafat
a. Objek Filsafat.
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika hasil pemikiran itu disusun ,
maka susuna itulah yang kita sebut sistematika filsafat. Sistematika atau struktur filsafat dalam garis
besar terdiri atas ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti objek yang ada,
sedangkan filsafat meneliti abjek yang ada dan mungkin yang tidak ada. Sebenarya masih ada objek lain
ayng disebut objek forma yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat.
Berfilsafat adalah berfikir, berfikir itu tentu menggunakan akal. Yang menjadi persoalan itu apa itu
sebenranya akal. Jika kita ingin mengetahui sesuatu yang tidak empiric, yang kita gunakan adalah akal,
bahkan akal sekalipun sangat diragukan hakikat kebenarannya.
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ni menjelaskan bahwa
kebenaran fisalafat ialah logis tidakanya pengetahuan itu, bila logis benara, bila tidak logis salah.
Ada hal yang patut anda ingat, anada tidak boleh menutut bukti empiric untut menutut kebenaran
filsafat. Pengetahun filsafat adalah pengetahuan yang logisa dan hanya logis. Bila logis dan empiris, itu
adalah pengetahuan sain.
Kebenaran dalam filsafat ditentukan oleh logis tidakanya teorai itu. Ukuran logis tidaknya tersbut akan
telihat pada argument yang menghasilkan kesimpulan itu.
3. Mistik
Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti alam gaib
termasuk Tuhan, Malaikat, surga, neraka, jin dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui
melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek
supra-natural (supra-rasional), seperti kebal, debus, pelet, penggunaan jin dan santet.
Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan mistik ialah latihan yang disebut juga riyadhah. Dari
riyadhah itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut
ma’rifah.