Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT JIWA
Jalan Kolonel Masturi KM. 7 Telepon : (022) 2700260 Faksimil: (022)
2700304 Website : www.rsj.jabarprov.go.id email : rsj@jabarprov.go.id
KABUPATEN BANDUNG BARAT – 40551
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR : /KP G.02.02/RSJ/VII/2022

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN HIV – AIDS

PADA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT


DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT,

Menimbang a. bahwa dengan adanya peningkatan angka


kejadian HIV dan AIDS di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat baik yang berasal dari rawat inap maupun dari rawat
jalan, perlu dilakukan upaya penanganan secara terpadu,
menyeluruh dan berkualitas;
b. bahwa di pandang perlu diterbitkan Kebijakan secara
komprehensif sesuai dengan sarana dan prasarana yang
ada di rumah sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu
menetapkan Peraturan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat tentang Pedoman Pelayanan HIV/AIDS di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2OO4 tentang Praktek


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO4 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor aa3l); Undang-undang Nomor 25 Tahun
2OO9 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor ll2, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
2. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2OO9 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO9 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062);
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OO9 Nomor L64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2OO9 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 597211;
5. Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Nomor 02/MenkolKesrall/2OO7 tentang Kebijakan
Nasional Penanggulangan HIV/AIDS melalui Pengurangan
Dampak Buruk Penggunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 021 Tahun 20 I 2
tentang Penanggulangan HIV/AIDS;
7. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR
12 TAHUN 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED
IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS)
8. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGGULANGAN HIV
AIDS

MEMUTUSKAN

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN


PASIEN HIV/AIDS DI Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat;

Kesatu : Keputusan Pedoman Pelayanan Hiv/Aids Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Jawa Barat
Kedua : Pedoman pelayanan HIV/AIDS di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini
Ketiga : Pedoman ini dijabarkan lebih lanjut dalam panduan dan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
Keempat :Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan
ditinjau kembali untuk diperbaiki

Ditetapkan di : Bandung Barat


pada tanggal : 22 Juli 2022

DIREKTUR
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT,
 
 

dr. ELLY MARLIYANI, Sp.KJ., M.K.M.


Pembina Utama Madya
NIP. 196608141991022004
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
A. Latar belakang ..............................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................
C. Ruang lingkup ................................................................................
D. Batasan operasional ......................................................................
E. Landasan hukum ...........................................................................
BAB II. Standar ketenagaan
A. Kualifikasi sumber daya manusia ...................................................
B. Distribusi ketenagaan .....................................................................
C. Pengaturan jaga .............................................................................
BAB III. Standar fasilitas
A. Denah ruangan ..............................................................................
B. Standar fasiltas ..............................................................................
BAB IV. Tata laksana pelayanan
A. Konseling pretesting .......................................................................
B. Inform consent ...............................................................................
C. Testing HIV dalam VCT .................................................................
D. Konseling pasca testing .................................................................
E. Pelayanan dukungan berkelanjutan ...............................................
BAB V. Logistik......................................................................................
BAB VI. Keselamatan pasien.....................................................................
BAB VII. Keselamatan kerja .....................................................................
BAB VIII. Pengendalian mutu .................................................................
BAB IX. Penutup ....................................................................................
Daftar pustaka i

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program penanggulangan AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar,
yang semuanya menuju pada paradigma Zero new infection, Zero
AIDS-related death dan Zero Discrimination. Empat pilar tersebut
adalah:
1. Pencegahan (prevention); yang meliputi pencegahan penularan
HIV melalui transmisi seksual dan alat suntik, pencegahan di
lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan, pencegahan HIV
dari ibu ke bayi (Prevention Mother to Child Transmission, PMTCT),
pencegahan di kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-lain.
2. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP); yang meliputi
penguatan dan pengembangan layanan kesehatan, pencegahan
dan pengobatan infeksi oportunistik, pengobatan antiretroviral
dan dukungan serta pendidikan dan pelatihan bagi ODHA.
Program PDP terutama ditujukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan rawat inap, angka kematian yang berhubungan
dengan AIDS, dan meningkatkan kualitas hidup orang terinfeksi
HIV (berbagai stadium). Pencapaian tujuan tersebut dapat
dilakukan antara lain dengan pemberian terapi antiretroviral
(ARV).
3. Mitigasi dampak berupa dukungan psikososio-ekonomi.
4. Penciptaan lingkungan yang kondusif (creating enabling
environment) yang meliputi program peningkatan lingkungan yang
kondusif adalah dengan penguatan kelembagaan dan manajemen,
manajemen program serta penyelarasan kebijakan dan lain-lain.
Kajian eksternal pengendalian HIV-AIDS sektor kesehatan
yang dilaksanakan pada tahun 2011 menunjukan kemajuan program
dengan bertambahnya jumlah layanan tes HIV dan layanan
perawatan, dukungan dan pengobatan tes HIV- AIDS, yang telah
terdapat di lebih 300 kabupaten/kota di seluruh Provinsi dan secara
aktif melaporkan kegiatannya. Namun dari hasil kajian ini juga
menunjukan bahwa tes HIV masih terlambat dilakukan, sehingga
perawatan ODHA yang diketahui statusnya dan masuk dalam
perawatan sudah dalam stadium AIDS.
Kementrian Kesehatan terus berupaya meningkatkan jumlah
layanan konseling dan tes HIV (KTHIV) untuk meningkatkan cakupan
tes HIV sehingga semakin banyak orang yang mengetahui status HIV
nya dan dapat segera mendapatkan akses layanan lebih lanajut yang
dibutuhkan. Tes HIV sebagai satu – satunya pintu masuk untuk
akses layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan
harus terus ditingkatkan baik jumlah maupun kualitasnya.

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 5
Perluasan jangkauan KTHIV akan menimbulkan normalisasi
HIV di masyarakat. Tes HIV akan menjadi seperti tes untuk penyakit
lainnya. Peningkatan cakupan tes HIV dilanjutkan dengan
penyediaan akses pada layanan selanjutnya yang dibutuhkan.,
dimana salah satunya adalah terapi ARV. Terapi ARV selain berfungsi
sebagai pengobatan juga berfungsi sebagai pencegahan (treatment as
prevention). Setiap rumah sakit rujukan ARV di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota harus dapat menjamin akses layanan bagi ODHA
yang membutuhkan termasuk pengobtan ARV, sementara fasilitas
pelayanan kesehatan primer dapat melakukan deteksi dini HIV dan
secara bertahap juga bisa memulai inisiasi terapi ARV.

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai fasilitas


pelayanan kesehatan masyarakat berupaya mendukung program
pengendalian HIV-AIDS khususnya di Jawa Barat dengan pelayanan
komprehensif dan berkelanjutan melalui upaya pelayanan
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif dengan lingkup layanan
VCT,pemberian ARV,Rujukan klinis pasien ODHA dengan
komplikasi,serta pencatatan dan pelaporan . Konseling dan Tes HIV
(KTHIV) adalah suatu layanan untuk pendekatan konseling dan tes
HIV yang dilakukan pada seseorang yang memiliki inisiatif ingin
mengetahui status HIV nya yang dikenal dengan konseling dan Tes
HIV Sukarela (KTS) dan juga dilakukan pendekatan konseling dan tes
HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan (KTIP). Konseling dan
Tes HIV dilakukan dalam rangka penegakan diagnosis HIV dan AIDS,
untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau
peningkatan kejadian infeksi HIV dan pengobatan lebih dini.
Berdasarkan latar belakang tersebut , Tim HIV/AIDS yang
dibentuk di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat membuat
Pedoman pelayanan HIV/AIDS yang akan dijadikan acuan dalam
menyelenggarakan pelayanan menyeluruh pada pasien HIV/AIDS.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien
HIV/AIDS melalui upaya promotif,preventif,kuratif, dan
rehabilitatif melalui peningkatan pemanfaatan layanan,SDM,dan
sapras di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

b. Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Konseling dan
Tes HIV di klinik HIV/AIDS RS Jiwa Provinsi Jawa Barat
2. Sebagai pedoman dalam melakukan layanan pemberian
Antiretroviral (ARV) di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 6
3. Sebagai pedoman dalam pelayanan rujukan pada pasien
HIV/AIDS
4. Sebagai pedoman dalam pencatatan dan pelaporan layanan
5. Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumber daya
manusia ( petugas layanan yang bersertifikat ) ,pemenuhan
sarana prasarana yng memadai dan mutu keselamatan
petugas serta pasien

C. Ruang Lingkup
Pelayanan HIV di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat meliputi
Konseling dan Tes HIV sukarela dan inisiasi petugas, pemberian
Antiretroviral (ARV),sistem rujukan klinis pada pasien ODHA dengan
komplikasi IO pada stadium 3 dan 4,serta upaya monitoring evaluasi
pelayanan dengan pencatatan dan pelaporan.

D. Batasan Operasional
1. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah suatu
kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang
disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang
2. Anti Retroviral Therapy atau Terapi Antiretroviral (ART) adalah
pengobatan untuk menghambat replikasi virus dalam tubuh orang
yang terinfeksi HIV
3. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, sector
swasta dan / atau masyarakat
4. Hasil tes diskordan adalah istilah laboratorium yang merujuk
kepada hasil tes yang positif pada suatu tes namun negative pada
tes lainnya
5. Hasil tes Indeterminan adalah hasil tes HIV yang belum jelas
positif atau negative
6. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
7. Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluargaterdekatnyasetelah mendapat
penjelasan secara lengkaptentang tidakan kedokteranyang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut
8. Klien adalah seseorang yang mencari atau mendapatkan
pelayanan konseling dan atau tes HIV
9. Konselor HIV adalah seseorang yang memberikan konseling
tentang HIV dan telah terlatih

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 7
10.Konseling HIV adalah proses dialog antara konselor dengan
pasien/klien atau antara petugas dengan pasien yang bertujuan
untuk memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti oleh
pasien atau klien. Konselor memberikan waktu dan perhatian
untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali
dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang
diberikan lingkungan
11.Periode jendela atau Window period adalah periode atau masa
sejak orang terinfeksi HIV sampai badan orang tersebut
membentuk antibody melawan HIV yang cukup untuk dapat
dideteksi dengan pemeriksaan rutin tes HIV
12.Rujukan adalah pengiriman klien/pasien, sampel darah atau
informasi kepada institusi lain atas dasar kebutuhan klien untuk
mendapatkan layanan yang lebih memadai.
13.Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan / atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan
14.Tes HIV adalah pemeriksaan terhadap antibodi yanag terbentuk
akibat masuknya HIV kedalam tubuh, atau pemeriksaan antigen
yang mendeteksi adanya virus itu sendiri atau komponennya
15.Tes cepat HIV/ Rapid Diagnostic Test adalag suatu metode
pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi antibody HIV
16.Tes Ulang adalah tes HIV pada orang yang pernah melakukan tes
sebelumnya dan memperoleh hasilnya
17.Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi oleh bakteri tuberkulosa.
TB seringkali merupakan infeksi yang menumoang pada mereka
yang telah terinfeksi HIV.

E. Landasan Hukum

1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Tambahan Lampiran II
Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor: 340/Menkes/Per/III/2010 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor: 1221;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor:
420/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Pelayanan Terapi dan
Rehabilitasi Komprehensif pada pengguna Napza berbasis
RumahSakit;

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 8
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:1285/Menkes/SK/X/2002 tentang pedoman
penanggulangan HIV/AIDS dan penyakit seksual;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS ( Berita Negara
Republik Indonesia tahun 2013 Nomor 654 );
8. Perda Provinsi Jawa Barat Nomor: 23 tahun 2008 tentang
berlakunya Stuktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
Barat;
9. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor; 59 Tahun 2009
tentang Tugas pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat
10. Pengangkatan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor
821.2/Kep.117-BKD/2010 tentang Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat.
11. Keputusan Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Nomor
821.27/Kep.0007A-RSJ/2015 tentang Kebijakan Pelayanan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
12. Keputusan Direktur RS Jiwa Provinsi Jawa Barat Nomor 12660/PH
02.01.05/RSJ/VII/RSJ tentang TIM Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan HIV-AIDS pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

No. Jenis SDM Kualifikasi Personil


1. Ketua TIM HIV Seseorang yang memiliki keahlian
manajerial dan program terkait
dengan pengembangan layanan VCT
dan penanganan program perawatan
2. Konselor Dokter , perawat atau tenaga
kesehatan lainnya yang telah
mengikuti Pelatihan VCT yang
bertanggung jawab secara medis
dalam penyelenggaraan layanan
Konseling dan Tes HIV
3. Pengelola Asuhan Perawat yang telah mengikuti
Keperawatan pelatihan dukungan dan perawatan
HIV yang bertanggung jawab mengenai
asuhan keperawatan pasien
4. Pengelola Promosi Perawat atau Tenaga non kesehatan
Kesehatan yang telah mengikuti pelatihan
manajemen kasus dan edukasi HIV-
AIDS
5. Pengelola Laboratorium Analis kesehatan yang telah memiliki
STR dan telah mengikuti pelatihan Tes
HIV
6. Pengelola farmasi HIV Tenaga farmasi yang telah memiliki
STR dan telah mengikuti pelatihan tes
HIV
6. Petugas Pencatatan dan Tenaga kesehatan yang memiliki
Pelaporan kecakapan dalam pengadministrasian
dan telah mengikuti pelatihan
pencatatan dan pelaporan kegiatan
Konseling dan Tes HIV

Kualifikasi sumber daya manusia ini perlu dipenuhi oleh setiap


petugas yang bertugas klinik HIV agar pelaksanaan pelayanan sesuai
ketentuan sehingga pelayanan komprehensif berkelanjutan bisa
berjalan.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan di klinik HIV sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya. yaitu :

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 10
Penanggung jawab Klinik HIV

Ketua TIM HIV

Perawat Petugas Pencatatan dan Petugas Farmasi Petugas Promosi dan


Laboratorium Pelaporan Edukasi

Berdasarkan kebutuhan klinik HIV /AIDS pada saat ini maka


dibutuhkan :

No. Jenis Sumber Daya Manusia Jumlah Keterangan

Mengetahui
dan memahami
1. Ketua TIM HIV 1 orang program kerja
dan pelayanan
HIV/AIDS
2. Asuhan Keperawatan 1 orang Bersertifikat
3. Pencatatan dan Pelaporan 1 orang Bersertifikat
4. Petugas Laaboratorium 1 orang Bersertifikat
5. Petugas Farmasi 1 orang Bersertifikat
6. Petugas Promosi dan Edukasi 2 Orang Bersertifikat

C. Jam Kerja Layanan


Klinik HIV/AIDS di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat diberi
nama ruang/klinik “ MELATI membuka pelayanan untuk umum dan
intern Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dengan waktu pelayanan
satu minggu sekali kali yaitu pada hari Rabu mulai pukul 08.00 WIB
s.d. 14.00 WIB.

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 11
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Klinik HIV/AIDS

Ruang Pemeriksaan
HIV dan VCT

Masuk

Ruang KIE

Keluar

Ruang Tunggu

B. Standar Fasilitas
1. Sarana
Fasilitas atau sarana yang tersedia pada klinik HIV/AIDS terdiri
dari :
1. Papan Nama /Petunjuk
Papan petunjuk lokasi dipasang ditempat yang memudahkan
akses klien ke layanan konseling dan tes HIV. Demikian juga di
depan ruang konseling dipasang papan bertuliskan pelayanan
konseling dan tes HIV serta jadwal layanan
2. Ruang klinik HIV
Ruang untuk pemeriksaan fisik,memiliki perlengkapan antara lain
:
- Meja dan kursi
- Tempat pemeriksaan fisik (tempat tidur)
- Stetoskop dan tensimeter
- Kondom dan alat peraga penggunaannya
- KIE HIV-AIDS dan infeksi oportunistik
- Blanko resep
- Alat timbang badan
3. Ruang Tunggu

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 12
Di ruang tunggu tersedia :
- Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi bahan
pengetahuan tentang HIV-AIDS, IMS, KB, ANC, TB, Hepatitis,
Penyalahgunaan NAPZA, perilaku sehat. Nutrisi, pencegahan
penularan dan seks yang aman
- Informasi prosedur konseling dan tes
- Kotak Saran
- Tempat Sampah, kertas tissue dan persediaan air minum
- Bila mungkin ada sebuah televisi, video dan mainan anak
- Buku tamu untuk perjanjian klien/pasien, kalau mungkin
computer untuk mencatat data
- Meja dan kursi yang nyaman
- Kalender
Bila jam layanan sudah selesai ruang tunggu dapat digunakan
untuk dinamika kelompok, diskusi, proses edukasi, pertemuan
para konselor, pertemuan pengelola layanan konseling dan
jejaringnya
4. Ruang Konseling
Persyaratan ruang konseling adalah harus nyaman, terjaga
konfidensialitasnya dan terpisah dari ruang tunggu. Pintu masuk
klien/pasien harus berbeda dengan pintu keluar klien/pasien
sehingga setiap klien/pasien yang selesai konseling tidak bertemu
dengan klien/pasien lainnya.
Ruang konseling memiliki luas yang cukup untuk 2 – 3 orang,
dengan penerangan dan ventilasi udara yang cukup
Perlengkapan ruang konseling :
- Meja dan kursi
- Buku catatan perjanjian klien/pasien dan catatan kegiatan
harian/layanan, buku rujukan, formulir rujukan, kalender
dan alat tulis
- Kondom dan alat peraga penis, jika mungkin alat peraga alat
reproduksi perempuan
- Alat peraga lain seperti lembar balik, gambar berbagai
penyakit oportunistik dll
- Buku resep gizi seimbang
- Tisue
- Air minum
- Kartu rujukan
- Lemari arsip atau lemari dokumen yang dapat dikunci
- Sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir

5. Ruangan pengambilan darah dan Ruangan Laboratorium


Ruang pengambilan darah untuk pemeriksaan penunjang dan
test HIV di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dilakukan di
Instalasi Laboratorium.dengan tetap memegang konfidensialitas

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 13
klien. Adapun sarana prasarana kelengkapan pemeriksaan
berdasarkan pedoman pelayanan laboratorium.
2. Prasarana

Tabel Standar Fasilitas Klinik HIV dan VCT


No Jenis Fasilitas Standar

1. Ruang Klinik HIV dan VCT Sementara masih


menggunakan/menempati
ruang di Instalasi Napza
2. Tata Ruang Klinik HIV/AIDS
- Ruang tunggu 6 x 7 M2
- Ruang pemeriksaan pasien / 3 x 4 M2
ruang VCT
- Ruang KIE 3 x 3 M2
- Toilet Pasien 1,5 x 1,5 M2

3. Penerangan / lampu Watt


4. Ventilasi Ventilasi udara hanya
dari aliran ventilasi udara
ruangan
5. Air mengalir / air bersih Air untuk keperluan cuci
tangan mengalir dari
wastafel cuci tangan
6. Tempat penampungan limbah Tempat sampah dipisah
- Medis ( padat dan cair ) antara sampah infeksius
- Non medis dan non infeksius,alat
medis habis pakai
dibuang ke safety box
7. Daya Listrik /aliran listrik Aliran listrik
menggunakan
pengelolaan sumber
listrik dari RSJ

Prasarana diperlukan untuk menunjang layanan konseling dan tes


HIV berjalan dengan baik yaitu :
1. Aliran listrik untuk penerangan yang cukup baik untuk membaca
dan menulis
2. Air bersih yang mengalir untuk hand clean hygiene dan toileting
3. Sambungan telepon untuk berkomunikasi dengan layanan lain
yang terkait
4. Pembuangan limbah padat dan limbah cair sebagai bagian dari
universal precaution
5. Toilet terpisah untuk klien/pasien dan petugas
BAB IV

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 14
TATA LAKSANA

A. Pelayanan VCT

(1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary
Conseling and Testing (VCT) dan prouider Initioted Testing and
Counseling (PITC) :

a. pemeriksaan dilakukan berdasarkan prinsip konfidensia,litas,


persetujuan, konseling pencatatan, pelaporan dan rujukan

b. pelayanan konseling HIV/AIDS adatah konseling dan tes HIV secara


sukarela atas inisiatif individu yang bersangkutan.

c. pelayanan PITC adalah tes yang dilakukan pada pasien yang


terindikasi secara medis mengidap HIV/AIDS atau mempunyai faktor
resiko HIV.

d. pelayanan KTS dilakukan baik lewat rawat jalan maupun pasien yang
berasal dari rawat inap.

(2) Konseling Tes Sukarela (KTS) dilakukan oleh seorang konselor


HIV/AIDS rumah sakit yang sudah terlatih yang meliputi :

a. jenis konseling meliputi: pre test, post test, dan konseling


berkelanjutan

b. konseling HIV/AIDS dilaksanakan digabung di ruang Poliklinik


VCT/CST.

(3) Prinsip kon{idensial sebagaimana dimaksud di atas hasil


pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat dibuka kepada:

a. yang bersangkutan

b. tenaga kesehatan yang menangani

c. keluarga tedekat dalam hal yang bersangkutan dinilai tidak cakap

d. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

B Pelayanan Provider Initiatif Testing and Conseling (PITC)

(1) Pemeriksaan dan pelayanan pasien HIV bisa melalui VCT atau PITC
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
atas persetujuan pasien

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana pada ayat (2) dalam hal:

a.semua pasien yang didiagnosis/suspect riwayat Tuberculosis

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 15
b. penugasan tertentu dalam kedinasan tentara/polisi

c. keadaan gawat darurat medis untuk tujuan pengobatan pada pasien


yang secara klinis telah menunjukkan gejala yang mengarah kepada
AIDS

d. perrnintaan pihak yang berwenang sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.

C. Rujukan HIV

(1) Pelayanan pada Semua ibu hamil dan ODGJ dalam kehamilan yang
berobat ke rumah sakit jiwa baik melalui rawat inap maupun rawat jalan
agar disarankan dan dilakukan pemeriksaan HIV, bila status HIV reaktif
maka dilakukan rujukan untuk tatalakana lebih lanjut.

(2) Untuk Pasien HIV dengan IO stadium 3 dan 4

D. Pelayanaa Terapi ARV

(1) Pelayanan Anti Retroviral (ARV) diberikan kepada pasien yang


terdiagnosis HIV/AIDS : pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi
resiko penularan HIV dan menghambat perburukan Infeksi Oportunistik
dan meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV/AIDS

(2) Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan cara :

a. terapeutik yang meliputi : pengobatan ARV, pengobatan IMS dan


pengobatan terapi Oportunistik

b. profilaksis

c. penunjang meliputi pengobatan suportif dan perbaikan gizi

(3) Pengobatan profilaksis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b


meliputi : a. pemberian ARV pasca pajanan

b. kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis

(4) Indikasi pemberian ARV harus atas indikasi :

a. ARV diberikan segera pada semua ODHA tanpa melihat nilai CD4

b. Pada ODHA yang datang tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV


dimulai segera dalam 7 hari setelah diagnosis dan penilaian klinis. Pada
ODHA yang sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan untuk
memulai ARV pada hari yang sama.

c. Pada ODHA dengan TB, pengobatan TB dimulai terlebih dahulu,


kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV sesegera mungkin dalam
8 minggu pertama pengobatan TB

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 16
d. ODHA dengan TB yang dalam keadaan imunosupresi berat (CD4< 50
sel/Ul harus mendapat therapy ARV dalam 2 minggu pertama
pengobatan TB

E Kolaburasi TB-HIV

(1) Adalah pelayanan bersama pada pasien TB dan pasien HIV/AIDS


agar dilakukan skrening.

(2) Pelayanan kepada semua pasien yang terdiagnosis HIV/AIDS untuk


dilakukan skrening penyakit TB nya.

(3) Pelayanan pada pasien TB yang diduga atau mempunyai faktor


resiko HIV dilakukan skrening HIV.

(4) Pemberian ARV dimulai setelah Terapi TB sudah diberikan .

F. Pemeriksaan Laboratorium

(1) Dalam rangka untuk memastikan dan menegakkan pasien yang


didiagnosis HIV/AIDS akan dilakrrkan pemeriksaan virologi (Rapid Test)
3 (tiga) parameter

(2) Untuk skrening pasien HIV pemeriksaan laboratorium menggunakan


1 (satu) reagen rapid test lini pertama

(3) Hasil pemeriksaan akan dibuka bersama antara konselor dan pasien
apabila pasien sudah siaP

(4) Hasil pemeriksaan sebagaimana ayat (3) meliputi : reaktif, non reaktif
, dan indeterminate.

(5) Pemeriksaan pemintaan HIV untuk pemeriksan laboratorim dapat


dari luar rumah sakit atau dari fasilitas kesehatan lainnya dengan alur
sebagai berikut :

a. iampel darah yang dikirim langsung ke Instalasi Patologi Anatomi


dengan dilampiri pengantar pemeriksaan HIV

b. keluarga pasien didampingi petugas pengirim menyerahkan sampel


ke rumah sakit ..

c. Pemeriksaan membutuhkan waktu kurang lebih 2 (dua) jam ietelah


sampel diterima petugas laboratorium rumah sakit

d. setelah naiit laai hasil dikirim ke Klinik VCT untuk mengetahui status
HIV sekaligus dilakukan konseling pasca/ post test

e. hasil akan dibuka bersama dengan Konselor HIV.

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 17
(6) Untuk pemeriksaan laboratorium menggunakan reagen rapid test
tidak dikenakan biaya

(7) Untuk pemeriksaan CD 4 dan Anti HIV ELLISA di rujuk ke


laboratorium Rujukan.

Pencatatan dan PelaPoran

(1) Semua pasien yang yang berkunjung ke Klinik VCT dan pasien yang
di PITC pada rawat inap harus dicatat dalam buku registrasi pasien HIV
sebagai bahan laporan

(2) Registrasi sebagaimana pada ayat (1) meliputi :

a. nama pasien

b. tanggal lahir

c. nomor Register Nasional HIV/AIDS {tgl lahir, bulan dan 4 huruf nama
pertarna)

d. alamat dan nomor telepon

e. factor resiko tertular/pekerjaan

f. hasil pemeriksaan (reaktif, non reaktif dan indeterminate)

g. status pernikahan

(3) Pencatatan dan Registrasi ditutup setiap tanggal 25 (dua puluh lima)
tiap bulannya untuk dibuat pelaporan ke Kementerian Kesehatan
dengan menggunakan SIHA (Sistem Informasi HIV AIDS) yang meliputi:
a. SIHA VCT

b. SIHA penggunaan obat ARV

c. SIHA pasien yang berkunjung ke klinik CST

d. Kohort

(4) Pelaporan secara rutin dilaksanakan tiap bulan mulai tanggal 26


(dua puluh enam) sampai tanggal 5 (lima) bulan berikutnya

(5) Evaluasi dan Pelaporan akan dilakukan oleh Tim HIV/AIDS secara
rutin tiap akhir tahun sebagai bahan evaluasi kegiatan pelayanan HIV
(6) Bahan evaluasi juga digunakan dalam membuat Perencanaan
Program Kerja untuk tahun berikutnya.

Penyelenggaraan (1) Setiap rumah sakit harus melaksanakan Program


penatalaksanaan pasien HIV secara optimal

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 18
(2) Pelaksanan Program HIV/AIDS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pembentukan tim pelaksana program HIV/AIDS di
rumah sakit

(3) Susunan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (21 terdiri atas :

a. dokter

b. konselor

c. keperawatan

d. petugas farmasi (Instalasi Farmasi)

e. staff Rekam Medis

f. petugas laboratorium

(4) Tim pelaksana program HIV/AIDS mempunyai tugas dan fungsi :

a. membantu direktur dalam menetapkan kebijakan tentang


penatalaksanaan HIV/AIDS

b. membantu direktur dalam menetapkan Pedoman dan Panduan


penatalaksanaan HIV/AIDS

c. membantu direktur dalam pelaksanaan penatalaksanaan HIV/AIDS d.


membantu direktur dalam mengawasi dan mengevaluasi
penatalaksanaan HIV/AIDS

e. melakukan koordinasi baik interna,l maupun eksternal rumah sakit


yang berkaitan dengan HIV/AIDS f. melaporkan kegiatan pelaksanaan
prograrn HIV/AIDS ke direktur

BAB V

LOGISTIK

A. Jenis Logistik
Logistik klinik HIV/AIDS dikelola oleh petugas yang ditempatkan
di klinik HIV/AIDS sebagai penunjang pelayanan. Barang-barang yang
dikelola di klinik HIV/AIDS terdiri dari :
1. Kit Pemeriksaan Fisik

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 19
2. Leaflet, lembar balik dan alat konseling lainnya
3. Formulir – formulir pencatatan dan pelaporan
4. Alat tulis Kantor untuk kegiatan administrasi
5. Alat Kebersihan
Peralatan laboratorium dan tes Rapid HIV dikelola di Instalasi
laboratorium sedangkan obat – obatan dikelola oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

B. Pengadaan Logistik
Pengadaan logistic klinik HIV direncanakan pada program kerja
tahunan Tim HIV. Untuk Kit pemeriksaan tes HIV direncanakan di
Instalasi Laboratorium.
Pengadaan obat – obatan disuplai dari Dinas Kesehatan Bandung
Barat dan direncanakan juga pada program kerja Tim HIV/AIDS dengan
mengajukan pada anggaran Instalasi Farmasi RS Jiwa Provinsi Jawa
Barat
Pengadaan alat tulis kantor dan alat kebersihan direncanakan
pada program kerja Tim HIV/AIDS dan diajukan ke Bidang Umum dan
Perlengkapan Rumah Tangga RS Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Formulir – formulir pencatatan dan pelaporan kegiatan disediakan
dengan memperbanyak formulir yang telah disediakan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Barat berdasarkan pola pencatatan dan
laporan sesuai program nasional dengan sistem online.

C. Pengadaan obat ARV dan Reagen Rapid Test


Pengadaan obat ARV dan reagen Rapid Test disediakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat melelui Dinas Kesehatan Kabupaten
Bnadung Barat. Penyediaan obat di rumah sakit oleh Instalasi Farmasi
RS, sedangkan untuk penyimpanan Reagen Rapid Test oleh Instalasi
Laboratorium RS

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 20
BAB VI
Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien diutamakan untuk mencegah resiko


penularan HIV di sarana pelayanan kesehatan dimana HIV dapat
ditularkan melalui berbagai cara seperti alat kesehatan yang tercemar
yang dipakai ulang tanpa didesinfeksi atau disterilisasi secara memadai,
tranfusi dengan donor HIV positif , cangkok kulit, cangkok organ dan
melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari petugas
kesehatan yang HIV positif.

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk keselamatan


pasien :

1. Penerapan standar universal precaution di sarana pelayanan


kesehatan terutama klinik HIV/AIDS
2. Identifikasi pasien sesuai Standar Operasional Prosedur setiap
tindakan dan pemeriksaan yang dilakukan
3. Pencatatan dan pelaporan hasil konseling dan tes HIV yang benar
dan akurat serta terjamin kerahasiaanya (prinsip konfidensialitas)
4. Melakukan konseling dasar infeksi HIV dan penyakit penyertanya ,
cara penularan dan pengobatan dan perubahan perilaku beresiko
yang disertakan dalam assesmen awal pasien rawat inap.
5. Melakukan konseling pasca pajanan kepada petugas,pasien dan
keluarga dan koordinasi dengan tim PPI untuk penatalaksanaan
lanjutan kejadian pasca pajanan

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 21
BAB VII
Keselamatan Kerja

Upaya Menurunkan resiko penularan di tempat kerja dapat


dilakukan dengan cara :

1. Memahami dan selalu menerapkan kewaspadaan universal setiap saat


kepada semua pasien, di semua tempat pelayanan atau ruang
perawatan tanpa memandang status infeksi pasiennya
2. Menghindari tranfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif lain yang
tidak perlu, seperti misalnya episiotomy dan tindakan operatip lain
yang tidak jelas indikasinya
3. Mengupayakan ketersediaan sarana agar dapat selalu menerapkan
pengendalian infeksi secara standar meskipun dalam keterbatasan
sumber daya
4. Mematuhi kebijakan,pedoman,panduan dan SPO yang sesuai tentang
penggunaan bahan dan alat baik alat medis maupun penggunaan alat
pelindung diri ( APD ) secara baik dan benar.
5. Menilai dan menekan resiko melalui pengawasan yang teratur di
sarana pelayanan kesehatan

Upaya untuk mendukung dan meningkatakan lingkungan kerja


yang aman dilakukan melalui :

1. Pendidikan petugas kesehatan tentang resiko kerja, cara pencegahan


infeksi HIV dan tata cara pelaporan pajanan berkoordinasi dengan
tim dan instalasi terkait
2. Penyediaan alat pelindung diri
3. Penanganan limbah medis dan non medis
4. Menerapkan upaya kewaspadaan universal
5. Memberikan konseling pasca pajanan, pengobatan tindak lanjut dan
perawatan
6. Menyediakan sarana dan prasarana kesehatan dan keselamatan
kerja

Kewaspadaan universal umum yang dilakukan,telah


disosialisasikan juga oleh tim PPI diantaranya adalah :

1. Lima moment cuci tangan dengan sosialisasi dan evaluasi


pelaksanaan di tempat kerja oleh Tim PPI
2. Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan seperti
misalnya sarung tangan, gaun pelindung, celemek. Masker. Kacamata
pelindung untuk setiap kontak langsung dengan darah atau cairan
tubuh lainnya

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 22
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi dengan benar
4. Pengelolaan limbah yang tercemar dengan darah atau cairan tubuh
dengan aman
5. Pengelolaan linen yang tercemar dengan benar
6. Membuat prosedur – prosedur yang berkaitan dengan kesehatan,
keselamatan dan kecelakaan kerja di klinik/tempat kerja

6.

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 23
BAB VIII

PENINGKATAN MUTU DAN JAMINAN LAYANAN HIV/AIDS

Perangkat jaminan mutu konseling dalam VCT merupakan


kendali mutu dalam kegiatan konseling dan tes HIV yaitu terdiri dari :
a. Perangkat rekaman saat konseling dengan klien samaran atau klien
sungguhan yang telah memberikan persetujuan untuk direkam
b. Formulir kepuasan pelanggan
Nomor dan nama klien dicatat. Formulir dimasukkan dalam kotak
yang aman dan terkunci. Semua komentar dikumpulkan dan dinilai
pada pertemuan dengan seluruh petugas. Klien yang tidak dapat
menulis/membaca dapat dibantu oleh relawan. Petugas yang bekerja
pada institusi tidak diperkenankan membantu pengisian. Baca lebih
dahulu petunjuk dan isi formulir, kemudian baru diisi. Klien sama
sekali tidak boleh dipengaruhi pendapatnya, administrasi
memastikan apakah jawaban klien sudah lengkap dan benar.
c. Syarat minimal pelayanan VCT
Penilaian internal atau eksternal dapat menggunakan daftar
sederhana dibawah ini untuk melihat apakah pelayanan VCT
memenuhi persyaratan standar minimal yang ditentukan oleh
Departemen Kesehatan dan WHO

Perangkat jaminan mutu testing :


a. Supervisi laboratorium
Untuk melakukan supervisi atas proses pemeriksaan laboratorium
harus dilakukan oleh seorang teknisi laboratorium senior yang
mahir dan telah dilatih penanganan pemeriksaan laboratorium .
Hal – hal yang dilakukan meliputi :
 Pengamatan akan proses kerja pemeriksaan sampel, sesuaikan
dengan SOP yang telah ditetapkan.
 Periksa dan dukung proses dan kualitas pemeriksaan sampel
 Validasi lokal peralatan testing HIV
b. Monitoring dan Evaluasi
Aspek yang perlu dimonitoring dan dievaluasi :

 Kebijakan,tujuan dan sasaran mutu


 Sumber daya manusia
 Sarana,prasarana,peralatan
 Standar minimal pelayanan VCT
 Prosedur pelayanan VCT
 Hambatan Pelayanan VCT

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 24
 Uraian rincian pelayanan dengan menilai ketersediaan petugas
diberbagai tingkat layanan, kepatuhan terhadap protokol,
ketersediaan materi pengajaran, ketersediaan dan penggunaan
catatan terformat, layanan medik, kepatuhan petugas terhadap
peran dan tanggung jawab dan aspek umum dari operasional
layanan
 Pengelolaan yang profesional dan efektif
 Akuntabilitas dan sustainibilitas
 Kepuasan dan evaluasi klien secara langsung atau melalui kotak
saran

c. Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan pelayanan dan konseling dan testing
dilakukan oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Madya
setempat.Layanan konseling dan testing bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Madya setempat.Aspek
pembinaan dan pengawasan meliputi :
1. Pencatatan dan Pelaporan
2. Perizinan
3. Pelatihan Konselor VCT
4. Registrasi Konselor VCT
5. Dukungan bagi konselor

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 25
BAB IX

PENUTUP

Konseling dan Tes HIV merupakan pintu gerbang ke semua akses


layanan HIV/AIDS yang diperlukan, termasuk pencegahan, penularan
kasus baru HIV. Layanan konseling dan tes HIV juga merupakan salah
satu kegiatan utama dalam pengendalian HIV/AIDS yang bertujuan
untuk memberikan informasi tentang HIV dan mengubah perilaku
beresiko tertular HIV.

Layanan konseling dan tes HIV di rumah sakit dapat


diselenggarakan dengan komitmen dari manajemen rumah sakit
terhadap penyelenggaraan program nasional pengendalian penyakit
menular khususnya HIV dan kerja sama antar unit layanan di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penurunan angka kesakitan dan
kematian pada pasien HIV/AIDS dapat dilakukan dengan upaya
pelayanan komprehensif dan berkelanjutan dengan pemberian terapi
ARV,perawatan,dukungan dan pengobatan ( PDP ) pada pasien
HIV/AIDS dengan komplikasi IO,IMS, dan PMTCT. Layanan berjenjang
dengan sistem rujukan juga dapat memberikan pilihan pelayanan yang
dibutuhkan oleh pasien HIV/AIDS dan keluarga untuk meningkatkan
kwalitas hidupnya sebagai bagian dari pelayanan Bio,Psiko,Sosio dan
Spiritual yang komprehensif.

Dengan dukungan kebijakan rumah sakit,kinerja dan komitmen


tim HIV/AIDS dalam pelayanan Klinik Melatinya serta konsolidasi
internal dan eksternal diharaphan dapat meningkatkan kwalitas
pelayanan pasien HIV/AIDS .

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 26
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI : Pedoman Konseling dan Tes HIV,2011

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


HK.01.07/MENKES/90/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL
PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA HIV

Pedoman Pelayanan Konseling Dan Tes HIV


Rumah Sakit Jiwa Prov.Jawa Barat 27

You might also like