Professional Documents
Culture Documents
Pedoman Pelayanan Hivaids
Pedoman Pelayanan Hivaids
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT JIWA
Jalan Kolonel Masturi KM. 7 Telepon : (022) 2700260 Faksimil: (022)
2700304 Website : www.rsj.jabarprov.go.id email : rsj@jabarprov.go.id
KABUPATEN BANDUNG BARAT – 40551
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR : /KP G.02.02/RSJ/VII/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN HIV – AIDS
MEMUTUSKAN
DIREKTUR
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT,
A. Latar Belakang
Program penanggulangan AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar,
yang semuanya menuju pada paradigma Zero new infection, Zero
AIDS-related death dan Zero Discrimination. Empat pilar tersebut
adalah:
1. Pencegahan (prevention); yang meliputi pencegahan penularan
HIV melalui transmisi seksual dan alat suntik, pencegahan di
lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan, pencegahan HIV
dari ibu ke bayi (Prevention Mother to Child Transmission, PMTCT),
pencegahan di kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-lain.
2. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP); yang meliputi
penguatan dan pengembangan layanan kesehatan, pencegahan
dan pengobatan infeksi oportunistik, pengobatan antiretroviral
dan dukungan serta pendidikan dan pelatihan bagi ODHA.
Program PDP terutama ditujukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan rawat inap, angka kematian yang berhubungan
dengan AIDS, dan meningkatkan kualitas hidup orang terinfeksi
HIV (berbagai stadium). Pencapaian tujuan tersebut dapat
dilakukan antara lain dengan pemberian terapi antiretroviral
(ARV).
3. Mitigasi dampak berupa dukungan psikososio-ekonomi.
4. Penciptaan lingkungan yang kondusif (creating enabling
environment) yang meliputi program peningkatan lingkungan yang
kondusif adalah dengan penguatan kelembagaan dan manajemen,
manajemen program serta penyelarasan kebijakan dan lain-lain.
Kajian eksternal pengendalian HIV-AIDS sektor kesehatan
yang dilaksanakan pada tahun 2011 menunjukan kemajuan program
dengan bertambahnya jumlah layanan tes HIV dan layanan
perawatan, dukungan dan pengobatan tes HIV- AIDS, yang telah
terdapat di lebih 300 kabupaten/kota di seluruh Provinsi dan secara
aktif melaporkan kegiatannya. Namun dari hasil kajian ini juga
menunjukan bahwa tes HIV masih terlambat dilakukan, sehingga
perawatan ODHA yang diketahui statusnya dan masuk dalam
perawatan sudah dalam stadium AIDS.
Kementrian Kesehatan terus berupaya meningkatkan jumlah
layanan konseling dan tes HIV (KTHIV) untuk meningkatkan cakupan
tes HIV sehingga semakin banyak orang yang mengetahui status HIV
nya dan dapat segera mendapatkan akses layanan lebih lanajut yang
dibutuhkan. Tes HIV sebagai satu – satunya pintu masuk untuk
akses layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan
harus terus ditingkatkan baik jumlah maupun kualitasnya.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien
HIV/AIDS melalui upaya promotif,preventif,kuratif, dan
rehabilitatif melalui peningkatan pemanfaatan layanan,SDM,dan
sapras di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Konseling dan
Tes HIV di klinik HIV/AIDS RS Jiwa Provinsi Jawa Barat
2. Sebagai pedoman dalam melakukan layanan pemberian
Antiretroviral (ARV) di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat
C. Ruang Lingkup
Pelayanan HIV di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat meliputi
Konseling dan Tes HIV sukarela dan inisiasi petugas, pemberian
Antiretroviral (ARV),sistem rujukan klinis pada pasien ODHA dengan
komplikasi IO pada stadium 3 dan 4,serta upaya monitoring evaluasi
pelayanan dengan pencatatan dan pelaporan.
D. Batasan Operasional
1. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah suatu
kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang
disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang
2. Anti Retroviral Therapy atau Terapi Antiretroviral (ART) adalah
pengobatan untuk menghambat replikasi virus dalam tubuh orang
yang terinfeksi HIV
3. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, sector
swasta dan / atau masyarakat
4. Hasil tes diskordan adalah istilah laboratorium yang merujuk
kepada hasil tes yang positif pada suatu tes namun negative pada
tes lainnya
5. Hasil tes Indeterminan adalah hasil tes HIV yang belum jelas
positif atau negative
6. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
7. Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluargaterdekatnyasetelah mendapat
penjelasan secara lengkaptentang tidakan kedokteranyang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut
8. Klien adalah seseorang yang mencari atau mendapatkan
pelayanan konseling dan atau tes HIV
9. Konselor HIV adalah seseorang yang memberikan konseling
tentang HIV dan telah terlatih
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan di klinik HIV sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya. yaitu :
Mengetahui
dan memahami
1. Ketua TIM HIV 1 orang program kerja
dan pelayanan
HIV/AIDS
2. Asuhan Keperawatan 1 orang Bersertifikat
3. Pencatatan dan Pelaporan 1 orang Bersertifikat
4. Petugas Laaboratorium 1 orang Bersertifikat
5. Petugas Farmasi 1 orang Bersertifikat
6. Petugas Promosi dan Edukasi 2 Orang Bersertifikat
Ruang Pemeriksaan
HIV dan VCT
Masuk
Ruang KIE
Keluar
Ruang Tunggu
B. Standar Fasilitas
1. Sarana
Fasilitas atau sarana yang tersedia pada klinik HIV/AIDS terdiri
dari :
1. Papan Nama /Petunjuk
Papan petunjuk lokasi dipasang ditempat yang memudahkan
akses klien ke layanan konseling dan tes HIV. Demikian juga di
depan ruang konseling dipasang papan bertuliskan pelayanan
konseling dan tes HIV serta jadwal layanan
2. Ruang klinik HIV
Ruang untuk pemeriksaan fisik,memiliki perlengkapan antara lain
:
- Meja dan kursi
- Tempat pemeriksaan fisik (tempat tidur)
- Stetoskop dan tensimeter
- Kondom dan alat peraga penggunaannya
- KIE HIV-AIDS dan infeksi oportunistik
- Blanko resep
- Alat timbang badan
3. Ruang Tunggu
A. Pelayanan VCT
(1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary
Conseling and Testing (VCT) dan prouider Initioted Testing and
Counseling (PITC) :
d. pelayanan KTS dilakukan baik lewat rawat jalan maupun pasien yang
berasal dari rawat inap.
a. yang bersangkutan
(1) Pemeriksaan dan pelayanan pasien HIV bisa melalui VCT atau PITC
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
atas persetujuan pasien
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana pada ayat (2) dalam hal:
C. Rujukan HIV
(1) Pelayanan pada Semua ibu hamil dan ODGJ dalam kehamilan yang
berobat ke rumah sakit jiwa baik melalui rawat inap maupun rawat jalan
agar disarankan dan dilakukan pemeriksaan HIV, bila status HIV reaktif
maka dilakukan rujukan untuk tatalakana lebih lanjut.
b. profilaksis
a. ARV diberikan segera pada semua ODHA tanpa melihat nilai CD4
E Kolaburasi TB-HIV
F. Pemeriksaan Laboratorium
(3) Hasil pemeriksaan akan dibuka bersama antara konselor dan pasien
apabila pasien sudah siaP
(4) Hasil pemeriksaan sebagaimana ayat (3) meliputi : reaktif, non reaktif
, dan indeterminate.
d. setelah naiit laai hasil dikirim ke Klinik VCT untuk mengetahui status
HIV sekaligus dilakukan konseling pasca/ post test
(1) Semua pasien yang yang berkunjung ke Klinik VCT dan pasien yang
di PITC pada rawat inap harus dicatat dalam buku registrasi pasien HIV
sebagai bahan laporan
a. nama pasien
b. tanggal lahir
c. nomor Register Nasional HIV/AIDS {tgl lahir, bulan dan 4 huruf nama
pertarna)
g. status pernikahan
(3) Pencatatan dan Registrasi ditutup setiap tanggal 25 (dua puluh lima)
tiap bulannya untuk dibuat pelaporan ke Kementerian Kesehatan
dengan menggunakan SIHA (Sistem Informasi HIV AIDS) yang meliputi:
a. SIHA VCT
d. Kohort
(5) Evaluasi dan Pelaporan akan dilakukan oleh Tim HIV/AIDS secara
rutin tiap akhir tahun sebagai bahan evaluasi kegiatan pelayanan HIV
(6) Bahan evaluasi juga digunakan dalam membuat Perencanaan
Program Kerja untuk tahun berikutnya.
(3) Susunan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (21 terdiri atas :
a. dokter
b. konselor
c. keperawatan
f. petugas laboratorium
BAB V
LOGISTIK
A. Jenis Logistik
Logistik klinik HIV/AIDS dikelola oleh petugas yang ditempatkan
di klinik HIV/AIDS sebagai penunjang pelayanan. Barang-barang yang
dikelola di klinik HIV/AIDS terdiri dari :
1. Kit Pemeriksaan Fisik
B. Pengadaan Logistik
Pengadaan logistic klinik HIV direncanakan pada program kerja
tahunan Tim HIV. Untuk Kit pemeriksaan tes HIV direncanakan di
Instalasi Laboratorium.
Pengadaan obat – obatan disuplai dari Dinas Kesehatan Bandung
Barat dan direncanakan juga pada program kerja Tim HIV/AIDS dengan
mengajukan pada anggaran Instalasi Farmasi RS Jiwa Provinsi Jawa
Barat
Pengadaan alat tulis kantor dan alat kebersihan direncanakan
pada program kerja Tim HIV/AIDS dan diajukan ke Bidang Umum dan
Perlengkapan Rumah Tangga RS Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Formulir – formulir pencatatan dan pelaporan kegiatan disediakan
dengan memperbanyak formulir yang telah disediakan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Barat berdasarkan pola pencatatan dan
laporan sesuai program nasional dengan sistem online.
6.
PENUTUP