Professional Documents
Culture Documents
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Tempat tinggal merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, oleh karena
itu konstruksi bangunan gedung merupakan hal yang harus diperhatikan. Pada dunia
teknik sipil, merencanakan suatu bangunan seorang perencana harus memperhatikan
berbagai aspek, yaitu segi kekuatan struktur itu sendiri serta penggunaan materialnya.
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam melimpah salah satunya
adalah kayu, terdapat berbagai macam jenis kayu di Indonesia. Namun, seiring
berkembangnya zaman penggunaan kayu sebagai material utama struktur menjadi
kurang efisien dibanding material lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu
semakin berkurangnya produksi kayu dari hutan alam, latar belakang pemahaman
mengenai material kayu, dan terbatasnya kayu yang berdimensi besar (Pranata 2011).
Oleh karena itu penggunaan alternatif lain sangat dibutuhkan.
Salah satu jenis baja yang sering digunakan pada bidang konstruksi adalah
baja hollow. Baja hollow merupakan baja berbentuk batangan dengan adanya rongga
pada bagian tengah baja. Penggunaan baja hollow pada konstruksi non struktural
seperti pembuatan pagar dan railling tangga, sedangkan pada konstruksi struktural
sederhana seperti kolom dan balok sederhana serta rangka kanopi.
Material baja hollow sebagai bangunan struktural memiliki beberapa
kelebihan, yaitu mempunyai kekuatan lebih dalam menahan gaya tarik yang tinggi,
material lebih homogen, keawetan yang tinggi, memiliki elastisitas dan daktilitas
cukup tinggi, dan kemudahan penyambungan antar elemen menggunakan alat
sambung las atau baut. (Lukmansa, 2015). Namun, terdapat kekurangan pada
penggunaan baja hollow sebagai konstruksi struktural yaitu saat diberi tekanan, baja
hollow mudah megalami tekuk yang disebabkan dari rongga yang terdapat ditengah
1
baja hollow itu sendiri. Hal ini dapat diatasi dengan mengisi baja hollow dengan
mortar. Mortar ini dapat memban
2
3
baja hollow dalam menahan beban tekan sehingga mencegah terjadinya tekuk pada
badan baja hollow.
Mortar beton terbuat dari campuran pasir, semen dan air. Untuk mengetahui
mutu dari mortar beton maka dibuat benda uji kubus dengan ukuran 50 mm × 50 mm
× 50 mm dan diuji saat mencapai mutu yang direncanakan. Metode yang digunakan
untuk menyambung joint setiap batang pada rangka bidang maka akan disambungkan
dengan menggunakan metode las dan dibentuk sesuai rangka bidang yang sudah
didesain.
Rangka bidang merupakan salah satu elemen konstruksi yang dalam
pembuatannya sering menggunakan material kayu atau baja. Pada konstruksi rangka
bidang terdapat dua jenis elemen batang berdasarkan perilakunya dalam menahan
beban yaitu, batang tarik dan batang tekan. Terdapat empat buah benda uji yaitu baja
hollow yang di desain dimana memiliki variasi pada batang diagonal, penggunaan
batang diagonal memiliki fungsi dalam menahan beban monotonik seperti beban
gempa. Pembangunan rangka bidang sebagai dinding struktural telah di aplikasikan
pada pembangunan rumah sederhana berlantai satu, namun pada penelitian ini rangka
bidang yang diuji nantinya akan digunakan pada pembangunan gedung sederhana
berlantai dua sebagai dinding struktural yang mana diharapkan mampu menahan
beban monotonik seperti beban gempa.
Pada penelitian ini dimulai dengan pemotongan baja hollow sesuai dengan
ukurannya masing-masing. Setelah pemotongan baja hollow maka selanjutnya
dilakukan pengecoran mortar yang kemudian dimasukkan kedalam rongga yang
terdapat di bagian tengah baja hollow yang telah dipotong agar mudah dalam
pengerjaannya. Pengendalian mutu mortar dilakukan dengan membuat sampel mortar
dengan ukuran 50 mm × 50 mm × 50 mm yang menggunakan FAS 0,4, kemudian
bakal di uji pada saat sampel mencapai mencapai mutu yang direncanakan. Setelah
pengecoran selesai dilakukan pengerjaan perakitan rangka bidang yang disambung
menggunakan las. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah dari keempat benda uji
dapat menunjukkan variasi yang memiliki kapasitas dan daktilitas dimana dapat
4
2, dan RBD 3 secara berturut-turut 2,895 tf, 2,721 tf, 3,872 tf, 2,790 tf, dan 3,488 tf
sedangkan berdasarkan permodelan pada aplikasi ETABS, kapasitas desain secara
berturut-turut adalah 4,800 tf, 5,600 tf, 5,800 tf, 5,130 tf dan 6,340 tf. Sebagai
catatan, kapasitas desain pada ETABS yang dimaksud adalah asumsi nominal gaya
lateral yang diberikan pada model rangka bidang, tidak meyebabkan gaya-gaya
ultimit yang bekerja pada komponen tidak melebihi kapasitas komponen struktural
(desain LRFD).
Dari hasil observasi pengujian ekspertimental, disinyalir kegagalan
sambungan meyebabkan transfer gaya-gaya batang tidak optimal, sehingga nilai gaya
lateral pada pengujian eksperimental jauh berbeda dengan hasil desain pada model
analisis struktur.