Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 195

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Mata Kuliah / Kode MK : Perencanaan Sistem Tenaga Listrik / ECP 723


Program / Sem / Kredit : S1 / 7 (tujuh) atau 8 (delapan) / 2 (dua) SKS
Buku Ajar : Belum ada (ada tayangan tiap tatap muka)
Dosen : Dr. Santosa Gitosusastro
Buku Referensi:
• H. Stoll, “Least-Cost Electric Utility Planning,” Wiley, 1989.
• Arthur Mazer: “Electric Power Planning for regulated and deregulated markets”, Wiley Interscience, 2007.
• Lectures notes / Paper / Seminar. Akan dibagikan soft copy-nya.
No. Hari / Tanggal / Pertemuan Modul Kuliah
1. Pertemuan 1 Pengenalan Sistem Tenaga Listrik PLN dan Regulasi
Ketenagalistrikan
2. Pertemuan 2 Refreshing Analisa Keekonomian / Ekonomi Tehnik
3. Pertemuan 3 Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik
4. Pertemuan 4 Operasi Ekonomis STL dan Keandalan
5. Pertemuan 5 Operasional Planning
6. Pertemuan 6 Perencanan Pembangkitan
7. Pertemuan 7 Perencanaan Pembangkitan Deterministik
Ujian Tengah Semester - UTS
8. Pertemuan 8 Perencanaan Pembangkitan Probabilistrik
9. Pertemuan 9 Perencanaan Pembangkitan Pada Deregulated Market
10. Pertemuan 10 Perencanaan Transmisi
11. Pertemuan 11 Perencanaan Gardu Induk
12. Pertemuan 12 Perencanaan Distribusi
13. Pertemuan 13 Latihan Soal
14. Pertemuan 14 Review
Minggu Tenang
1
Ujian Akhir Semester - UAS
ECP 723 Mata Kuliah Perencanaan Sistem Tenaga Listrik - 2 SKS
Tujuan: Memahami tata cara merencanakan sistem tenaga listrik, mampu
merencanakan kebutuhan tambahan pembangkit pada sistem kecil.

Tata Tertib Kuliah


1. Kuliah 1 kali tiap minggu 2 x 50 menit.
2. Ada quiz yang akan diberikan secara random, dikerjakan selama sekitar 30 - 50 menit.
3. Akan ada Tugas kelompok sekitar 2 Tugas.
4. UTS dan UAS bersifat closed book.
Mahasiswa boleh membuat rangkuman dari bahan kuliah sebanyak 1 (satu) lembar
kertas A4 polos bolak-balik.
5. Bobot perkuliahan adalah:
10% absen
10% quiz / Tugas Individu / Tugas kelompok
30% UTS
50% UAS
6. Email sgito54@gmail.com
7. Tata tertib kuliah
• Tidak boleh pindah kelas
• Matikan HP
• Boleh terlambat maksimum 15 menit
• Tidak boleh keluar – masuk kelas
2
Minggu -1 Pengenalan Sistem Tenaga Listrik PLN
dan Regulasi Ketenagalistrikan

1. Pengenalan Pasar Tenaga Listrik


2. Pengenalan PLN
3. Ilustrasi RUPTL PLN tahun 2012 – 2021
4. Proses Perencanaan

3
Pasar Tenaga Listrik
Regulated Market
Bersifat monopolistik. Pada pasar ini, tenaga listrik dapat dikatakan masih menjadi
bagian dari infrastruktur, umumnya rasio elektrifikasi masih jauh dari 100%, dan
perusahaan listrik masih milik Pemerintah. Bentuk perusahaannya masih menganut
verical integrated company . Tarif listrik ditentukan Pemerintah.

Deregulated market
Bersifat kompetitif. Pada pasar ini, tenaga listrik sudah dikategorikan sebagai komoditi,
umumnya rasio elektrifikasi sudah atau mendekati 100%, dan perusahaan listrik
sebagian besar sudah bukan milik Pemerintah. Bentuk perusahaannya masih menganut
unbundling , ada perusahaan pembangkit, perusahaan transmisi, perusahaan distribusi
dan perusahaan retail . Tarif listrik ditentukan oleh suplai dan kebutuhan pasar,
meskipun ada juga yang menganut pada konsumen akhir tarif masih ditentukan oleh
Pemerintah.

Indonesia pada tahun 2002 sudah mempunyai Undang-undang no 20 tahun 2002, yang
sudah meletakkan dasar-dasar kompetisi dengan deregulated market. Namun undang-
undang ini pada tahun 2004, dicabut oleh Mahkamah Konstitusi, sehingga kembali ke
regulated market berdasar UU No. 15/1985. Pada tahun 2010 ini sudah diundangkan UU
no 30/2010 yang mengatur mengenai ketenagalistrikan.
4
Pengenalan PLN (1)
Dasar Hukum
PLN sesuai UU no 15/1985 tentang ketenagalistrikan, adalah PKUK (Pemegang Kuasa Usaha
Ketenagalistrikan) yang bertugas menyediakan listrik di Indonesia. Namun, di lain pihak, PLN
sesuai UU no 19 tahun 2003 adalah BUMN Persero yang juga mempunyai tugas menghasilkan profit
bagi Pemerintah. Tarif listrik, TDL (Tarif Dasar Listrik), ditentukan oleh Pemerintah. Terakhir TDL
ditentukan oleh Pemerintah sesuai Permen ESDM No 30 Tahun 2012 tentang Tarif Tenaga Listrik
Yang disediakan oleh PLN.
Pengorganisasian PLN
Secara umum PLN terdiri atas unit-unit, selain itu PLN juga mempunyai beberapa anak perusahaan
yang bergerak pada bidang pembangkitan, jasa konsultan, jasa konstruksi dan perusahaan listrik
dengan wilayah terintegrasi.
Unit-unit PLN dapat dikategorikan sebagai berikut:
• Wilayah PLN dibagi ke dalam 2 Direktorat Operasional, yaitu Jawa – Sumatra - Bali; dan
Indonesia Timur.
• Masing-masing Direktorat Operasional terdiri atas beberapa Unit wilayah/distribusi, Unit
pembangkitan/Penyaluran, Unit Pusat Pengaturan Beban, dan Unit pengelolaan proyek
• Di luar itu ada Unit penunjang, antara lain Puslitbang, Pusdiklat, Jasa Engineering, dan
Manajemen Konstruksi.

5
Pengenalan PLN (2)
PLN Kantor Pusat
Manajemen PLN, terdiri atas DIRUT dan 8 Direktur, yaitu: Direktur Perencanaan
Strategis, Direktur Keuangan, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum, Direktur
Pengadaan Strategis, Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko, Direktur Operasi Jawa-
Sumatra-Bali, Direktur Operasi Indonesia Bagian Bagian Timur. Direksi PLN didukung
oleh Satuan Pengawasan Intern, dan Satuan Manajemen Kinerja. Masing-masing
Direktur mempunyai beberapa Kepala Divisi.

Anak Perusahaan PLN


PLN memiliki 6 Anak perusahaan, yaitu:
• PT. Indonesia Power, dan PT. PJB yang bergerak di bidang pembangkitan
• PT. PLN-E bergerak dalam bidang jasa konsultasi
• PT. PLN-Batam dan PLN-Tarakan bergerak dalam penyediaan tenaga listrik pada
wilayah yang terintegrasi.
• PT. COMNET Plus bergerak dalam bidang telekomunikasi.
• PT. PLN-Geothermal bergerak dalam bidang pembangkitan panasbumi.
• PT. PLN-Batubara bergerak dalam bidang penyediaan batubara.

6
Proses Perencanaan di PLN

Slide ini dan slide-slide berikut diambilkan dari:


RUPTL PLN 2012 - 2021

7
Proses Perencanaan di PLN

8
9
10
11
12
13
13
14
15
16
17
17
18
18
19
19
20
21
22
23
Sebelum Krisis:
1980 porsi • Penjualan tetap tumbuh
listrik BBM • Pembangkit relatif tak
Pada 1993
77% bertambah
porsi listrik
BBM 54% • Pertumbuhan dicover BBM

Pada 2005
Sebelum 1980: porsi listrik
Pada 1997 Pada 2010
• Sebagian besar listrik BBM naik
porsi listrik porsi listrik
dari BBM lagi: 30%
BBM 21% BBM 5%
• PLTA sebagian kecil
saja
• Belum ada PLTU
Batubara

1980 1993 1998 2005 2010


Inisiatif Diversifikasi 1980-an: Inisiatif Diversifikasi 1990-an: Inisiatif Diversifikasi 2000-an:
• Membangun PLTU Batubara • Membangun PLTU Batubara • Membangun PLTU Batubara
• Membangun PLTA besar • Membangun PLTGU gas • Membangun PLTGU Gas Alam
• Membangun PLTP Kamojang • Membangun beberapa PLTP • Membangun PLTGU LNG
• Listrik swasta non BBM • Listrik swasta non BBM
• Konversi pembangkit BBM ke gas

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Peta Jaringan Transmisi
Kalimantan
N

Electricity W E

For
A Better S

Life

Sebakung
A 2x200 MW, 2011, 2012

Sesayap
2x200 MW, 2011, 2012
A A

A GI.T.Selor
Kayan
2x200 MW, 2011, 2012

A GI. TJ.Redep
Kelai
2x200 MW, 2011, 2012
Sambas
A Boh I
Seuas 2x200 MW, 2011, 2012
wang Bengkayang Sintang 1 & 2
Singkawang Baru 1 & 2 2x7 MW, 2011, 2012
U 2x25 MW, 2009, 2010 GI.Sanggatta
GI.Ngabang GI.Sanggau U A Boh II
Mempawah
GI.Sintang 2x200 MW, 2011, 2012
Parit Baru 1 & 2-Pontianak
U 2x25 MW, 2009, 2010
U Parit Baru 1 & 2 GI.Kotabaru GI.PurukCahu
Baras DPP
ianak D Siantan
2x55 MW, 2009, 2010 U
Sei Raya Siantan Kotabaru 1 & 2 PLTGU Bontang
Pontianak 1, 2 & 3 1x8 MW, 2008
2x3 MW, 2019 G Samarinda Baru
3x50 MW, 2014, 15, 16 GI.Sandai Samarinda
Pontianak Baru 1 & 2 Karang Asam
2x50 MW, 2009, 2010
Pa ara
GI.KualaKurun Karang Joang
GI.M.Teweh
GI.Tanjung G Batakan
Balikpapan PT PLN (Persero)
(
G. Malang DIREKTORAT TRANSMISI DAN DISTRIBUSI Edit
GI.Buntok KANTOR PUSAT Mei 2007
GI.Ketapang
Kuaro

Sampit U
Palangkaraya 1 & 2
2x60 MW, 2009, 2010
Tanjung PETA JARINGAN 500 kV Sub DIREKTORAT
DPP
U U SISTEM KALIMANTAN PERENCANAAN SISTEM
Sampit 1 & 2 Barikin

U 2x7 MW, 2009 Transmisi 500 kV Trans Eksisting


Pangkalan Bun Sampit Baru 1 & 2
K Kapuas
Kusan U PLTU D PLTD
1x14 MW, 2009 2x7 MW, 2009 Seb Barito
S.Empat A 2x200 MW, 2011, 2012 Trans Rencana
Batu Licin Transmisi 275 kV
Trisakti
Cempaka KOTA BARU
DPP G PLTG A PLTA Kit Eksisting
A M Noor Transmisi 150 kV
Banjarmasin 1 & 2 GMantuil 2x200 MW, 2011, 2012
2x35 MW, 2014
GU PLTGU P PLTP Kit37
Rencana
Pelaihari
U Asam-asam Transmisi 70 kV
2x65 MW, 2009, 2010
38
39
40
41
Proses Perencanaan

42
Proses Perencanaan

Definisi dan proses

The planning process is the systematic assembly and analysis of information about
electric energy supply, transport, and demand, and the presentation of this information
to decision-makers who must choose an appropriate course of action.
The plan is a statement of the choices made by decision-makers at any one point in
time in order to meet specific goals and objectives.

Pendekatan PSTL dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun semuanya minimal
harus mencakup tahapan berikut ini:
• Tentukan sasaran
• Tentukan kategori PSTL
• Identifikasikan informasi yang dibutuhkan untuk proses perencanaan
• Tentukan proses analisa dan tools yang dibutuhkan
• Lakukan analisa
• Sampaikan hasilnya ke pembuat keputusan
• Dokumentasikan seluruh informasi, hasil analisa, pengambilan keputusan, dan
alasan utama pengambilan keputusan
43
Proses Perencanaan
Sasaran PSTL
PSTL mempunyai sasaran utama untuk memberikan informasi kepada pengambil
keputusan tentang investasi yang dibutuhkan terkait pengembangan STL. Ini bisa terjadi
pada tingkat lokal, regional dan nasional. Misalnya:
• Local (sistem isolated) : Wilayah harus bisa mengidentifikasi Rencana untuk
memenuhi kebutuhan listrik jangka 10 tahun ke depan.
• Regional (sistem terinterkoneksi): Pada sistem terinterkoneksi mulai diidentifikasikan
efisiensi dalam investasi dengan memanfaatkan sumber energi yang murah dengan
memperhatikan investasi pada transmisi interkoneksi terutama aspek reliabilitas.
• Nasional: sisi perusahaan, integrasi dari perencanaan regional dan wilayah. Sisi
Pemerintah: kebijakan pengembangan sistem kelistrikan, arah masa depan.
Sasaran yang lebih kuantitatif yaitu objektif, antara lain:
• Meminimalkan biaya investasi dan produksi
• Memaksimalkan reliabilitas, diversifikasi energi, dan kestabilan harga
• Meminimalkan ketergantungan dari luar
• Memaksimalkan pemakaian energi renewable, mengurangai emisi CO2, Sox, NOx
Mulai kelihatan, bahwa perencanaan sistem pada akhirnya adalah optimisasi dengan
multi objektif.

44
Proses Perencanaan
Kategori perencanaan
Dapat digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu:
• Kerangka waktu: jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
• Subsistem: pembangkitan, transmisi dan distribusi.
• Level entitas: perusahaan tunggal atau multi perusahaan / unbundling.
• Geografis: lokal, regional dan nasional.
• Paradigma: sasaran reliabilitas atau tuntutan pasar yang sudah deregulated
• Skala desain: inkremental / bertahap atau skala besar
Tahapan perencanaan:
• Prakiraan beban / kebutuhan listrik
• Metoda: ekonometrik
• Pertumbuhan ekonomi: GDP, elastisitas
• 3 driving force: natural growth, program elektrifikasi dan pengambilalihan
pembangkit captive
• Mempertimbangkan prakiraan spasial
• Perencanaan penambahan kapasitas pembangkit untuk memenuhi kebutuhan beban
• Deterministik, dengan reserves margin ditentukan atau cadangan ditentukan
• Simulasi produksi
• Reliabilitas: LOLP (lost of load probability), LOLE (lost of Load Expectation)
• Transmission constraint
• Perencanaan transmisi
• Prakiraan pembebanan gardu induk dan transmisi
45
• Studi hubung singkat, load flow, stability
46
47
GRAFIK
REALISASI PENJUALAN TENAGA LISTRIK TRIWULANAN TAHUN 1990-2000
25

20

15

TWh

10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

'90 '91 '92 '93 '94 '95 '96 '97 '98 '99 '00

48
49
U.S. GW Capacity

1,000

100
200
300
400
500
600
700
800
900

0
1949
1951
1953
1955
1957
1959
1961
1963
1965
1967
1969
1971
1973
1975
1977

Year
1979
1981
1983
1985
1987
1989
1991
1993
1995
1997
1999
2001
2003
2005
2007
Total

Wind
Hydro
Fossil

50
Nuclear

Nat Gas
Minggu ke -2
Refreshing Tentang Evaluasi Keekonomian

1. Perlunya Evaluasi Keekonomian dari suatu Proyek


2. Time Value of Money
3. Analisa Ekonomi
4. Analisa Finansial
Perlunya Evaluasi Keekonomian

2 hal penting dalam perencanaan adalah:

1. Berapa nilai investasi tiap alternatif penambahan sarana tenaga listrik.


2. Berapa biaya produksi dari tiap-tiap alternatif.

Biaya produksi dapat dikategorikan dalam 2 kelompok berikut ini:


1. Biaya operasi, terdiri atas
• Biaya bahan bakar (untuk sarana pembangkitan)
• Biaya O&M variable: umumnya barang-barang yang habis pakai, seperti
minyak pelumas, bahan kimia, sebagai fungsi dari GWh
• Biaya O&M tetap: biaya personil, spare part, jasa pemasangan, Biaya asuransi
2. Biaya tetap / Biaya kapital / Biaya pengembalian kapital
• Biaya depresiasi
• Pajak-pajak
• Keuntungan / pembayaran bunga pinjaman
2 kategori biaya diatas pada dasarnya dipakai untuk menentukan berapa harga listrik
yang harus dibayar oleh konsumen. Biaya produksi tadi bisa dihitung dengan
pendekatan ekonomik atau finansial.
Time Value of Money - refreshing
Sejumlah uang dalam kurun waktu yang berbeda tidak sama nilainya sehingga tidak bisa
dibandingkan secara langsung karena adanya perubahan nilai uang terhadap waktu. 1 juta rupiah
hari ini nilainya nilainya lebih besar dibanding 1 juta rupiah pada tahun 2020 nanti, karena 1 juta
rupiah jika kita taruh di bank akan mendapat bunga sehingga totalnya akan bertambah besar. Oleh
karena itu untuk membandingkan nilai uang tadi diperlukan cara-cara untuk membawa nilai uang
ke dalam kurun waktu yang sama.

Istilah-istilah yang perlu diperhatikan:


• Discounting : membawa nilai uang ke masa sebelumnya
• Compounding : membawa nilai uang ke masa depan
• Annuity : jumlah uang yang sama tiap periode untuk mendapatkan suatu
nilai uang di masa sekarang atau di masa depan.

Di bawah ini besaran/variable yang digunakan :


1. i : bunga bank per periode, atau discount rate / discount factor
2. N : jumlah periode
3. P : nilai sekarang (present value) dari sejumlah uang
4. F : nilai masa depan (future value) dari sejumlah uang pada akhir dari N periode
5. A : jumlah uang yang sama (yang diterima, atau dibayar) selama N periode dengan bunga
i atau discount rate i.
Digunakan konvensi, bahwa pengeluaran kapital terjadi pada awal tahun, pengeluaran biaya-biaya
dilakukan pada akhir tahun, dan annuity dikeluarkan pada akhir tahun.
Sejumlah uang berubah nilainya sesuai persamaan berikut

present worth factor (PWF)


Digunakan untuk menentukan suatu ekivalent nilai sekarang (present value) dari
suatu pengeluaran di masa depan.

compound amount factor (CAF)


Digunakan untuk menentukan suatu ekivalent nilai pengeluaran di masa depan
(future value) dari suatu pengeluaran di masa sekarang
Sederetan annuity berubah ke sejumlah uang sesuai persamaan berikut:

Series present worth factor (SPWF)


Digunakan untuk menentukan suatu ekivalent nilai sekarang (present value) dari suatu
pengeluaran sederetan annuity.

Series compound amount factor (SCAF)


Digunakan untuk menentukan suatu ekivalent nilai masa depan (future value) dari
suatu pengeluaransederetan annuity.
Sederetan annuity berubah menjadi sejumlah uang sesuai persamaan berikut:

Sinking fund factor (SFF)


Digunakan untuk menentukan suatu ekivalent nilai sederetan annuity dari suatu
pengeluaran sejumlah uang di masa depan

Capital recovery factor (CRF)


Digunakan untuk menentukan suatu ekivalent sederetan annuity dari suatu
pengeluaran sejumlah di masa sekarang.
Contoh Soal

• Untuk keperluan penambahan pembangkit di tahun 2012, direncanakan


pembangunan tambahan pembangkit sebesar 2.5 MW dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut.
• Harga unit PLTD untuk kelas tersebut lengkap sampai terpasang di tempatnya pada
tahun 2012 adalah Rp. 6 juta/kW. Untuk membangun PLTD tersebut didapat
bantuan pinjaman dari Bank Komersial dengan bunga 15% per tahun dan masa
pengembalian 5 tahun. Pinjaman tersebut diperoleh pada tahun 2011 dan tahun
2012 tambahan PLTD tersebut sudah beroperasi dan tahun 2012 pinjaman dan
bunganya sudah harus mulai dibayar,
• Jika pinjaman tersebut dikembalikan dengan pola pengembalian annuiatas rata
(total cicilan + bunga dibayar tetap tiap tahun), berapakah angsuran yang harus
dibayarkan per tahun?

Jawaban:
• P =2500 x Rp 6 juta = Rp 15 Milyar; i = 15%; n = 5 tahun
• A = Rp 15 Milyar x [0,15x(1+0,15)5] / [(1+0,15)5 – 1] = Rp 4,47 M pa
Contoh Soal
Contoh Soal
Metoda Evaluasi Ekonomi
Kita perlu memahami perbedaan antara suatu perusahaan mendapatkan penghasilan
dari suatu lingkungan yang kompetitif, dibandingkan dengan suatu perusahaan dalam
lingkungan yang regulated mempunyai suatu hak keuntungan yang ditentukan oleh
badan pengatur (regulator).

Dalam lingkungan yang kompetitif, ummnya perusahaan menerapkan suatu evaluasi


ekonomik berdasarkan suatu metoda yang disebut “discounted cash-flow rate of return
”.
Apabila “discounted cash-flow rate of return ” suatu melebihi cost of money dari
perusahaan tersebut maka proyek itu akan menguntungkan.

Cost of money suatu perusahaan dicerminkan oleh suatu WACC (weighted average cost
of capital), yang merupakan rata-rata tertimbang dari bunga pinjaman dari berbagai
jenis pinjaman dan rate of return yang diharapkan.

Sebaliknya pada perusahaan yang regulated, rate of return-nya ditentukan oleh


regulator, oleh karena itu perusahaan tersebut tidak dapat menggunakan metoda
tersebut. Biasanya menggunakan pola membandingkan beberapa alternatif proyek dan
mencari biaya yang termurah, oleh karenanya umum disebut sebagai least cost utility
planning. Atau menggunakan pendekatan revenue requirement, bila biaya yang
dikeluarkan melebihi pendapatan maka didapatkan subsidi.
Metoda Evaluasi Ekonomi
Metoda Evaluasi Ekonomi
Tabel di bawah ini ilustrasi besaran-besaran yang dibutuhkan untuk
membandingkan biaya operasional dan investasi yang dibutuhkan untuk
membangun, PLTU batubara, PLTGU gas dan PLTN.
Metoda Evaluasi Ekonomik

Hitung dan buatlah grafiknya.

1. Buatlah prakiraan harga ketiga jenis bahan bakar, dengan


asumsi harga berawal di tahun 2010 dan ada inflasi terhadap
harga bahan bakar,
2. Biaya operasi ketiga jenis pembangkit dengan asumsi masing-
masing beroperasi penuh 8760 jam per tahun,
3. Biaya tetap tahunan dari ketiga pembangkit, dengan asumsi
levelized fixed charge,
4. Total biaya tahunan dari ketiga pembangkit

Hitunglah juga
1. Present value dari biaya investasi dan biaya operasi,
2. Nilai levelized dari investasi dan biaya operasi
1. Biaya bahan bakar
2. Biaya operasi:

OpCost(t) = Cap*Capfactor*8760*Heatrate*Fuelprice(t)
= 1000*1*8760*Heatrate*Fuelprice(t)
3. Biaya tetap tahunan, levelized
FixedCharges(t) = FixedChargeRate*Investment
4. Biaya total tahunan
TotalCost(t) = OpCost(t)+FixedCharges(t)
1. Present value dari biaya investasi dan biaya operasi

Dimana i = 8%, maka


1. PLTU batubara 6.26 milyar USD,
2. PLTGU gas 10.40 milyar USD
3. PLTN 6.95 milyar USD

2. Nilai levelized dari investasi dan biaya operasi,

Dimana i = 8%, maka


1. PLTU batubara 525 juta USD per tahun,
2. PLTGU gas 873 juta USD per tahun,
3. PLTN 582 juta USD per tahun.
Tahapan analisa ekonomi (1)

Dalam melakukan analisa ekonomi akan selalu ada perbedaan tahapan,


sesuai asumsi yang digunakan, namun paling tidak ada beberapa kesamaan
tahapan yang umum, yaitu:
 Nyatakan obyektifnya
 Tentukan beberapa aternatif, termasuk alternatif “do-nothing”.
Masing-masing alternatif yang diterima harus (a) layak dan (b)
memenuhi obyektif
 Identifikasi incremental cost yang timbul dari tiap alternatif: ini adalah
biaya yang kadang-kadang tidak muncul pada semua alternatif.
Demikian juga biaya yang telah terjadi di masa lalu juga tidak relevan
lagi bagi analisa ekonomi karena tidak ada tindakan di masa depan
yang bisa merubah fakta bahwa biaya tersebut telah timbul, ini
biasanya disebut sebagai sunk cost.
 Pilihlah periode studi: menggambarkan periode dimana pada masa itu
seluruh biaya dilakukan analisa. Periode ini harus cukup panjang
sehingga mencakup seluruh incremental cost yang timbul untuk setiap
alternatif yang dianalisa.
Tahapan analisa ekonomi (2)

Satu kesulitan yang sering timbul memerlukan perhatian, yaitu bahwa


alternatif-alternatif yang dibandingkan berdasarkan total project cost, maka
alternatif harus didefinisikan sedemikian sehingga memberikan:
• Pelayanan yang setara (energi, kapasitas)
• Jangka waktu yang setara.
• Jika tidak, alternatif yang memberikan pelayanan yang lebih sedikit, atau
pelayangan yang sama tetapi wakltunya lebih singkat, ini kelihatannya
memberikan biaya yang rendah, makanya bisa saja dipilih sebagai best
alternatif yang terbaik, namun ternyata faktanya memberikan biaya yang
lebih tinggi dibandingkan alternatif yang lain.
Tahapan analisa ekonomi (3)

Memilih periode studi


2 cara untuk memilih periode studi, yang mempertimbangkan beberapa
alternatif yang mempunyai masa pelayanan yang berbeda:
• Pendekatan salvage value (nilai sisa): pada pendekatan ini, periode studi
diset sama dengan alternatif dengan masa pelayanan paling pendek.
Kemudian kita masukkan salvage value pada akhir periode alternatif yang
mempunyai masa pelayanan lebih lama dari masa studi. Salvage value
tersebut mencerminkan hilangnya pelayanan selama sisa periode studi
dari alternatif ini, karena umur pelayanannya lebih pendek dan fasilitas
tersbut harus ditutup.
• Pendekatan additional service (tambahan pelayanan): Periode studi diset
pada alternatif yang mempunyai umur pelayanan paling panjang.
Kemudian masukkan tambahan dari sumber lain bagi alternatif yang
mempunyai umur pelayanan lebih pendek.
Contoh:
Sebuah pembangkit baru diperlukan untuk memenuhi tambahan kapasitas
di masa depan. Alternatifnya ada 2:

Alternative A:
Umur pelayanan : 30 tahun
Kapasitas : 100 MW
Alternative B:
Umur pelayanan : 20 tahun
Kapasitas : 100 MW
• Pendekatan 1: Pilih periode studi 20 tahun, dengan salvage value dari
Alternative A
• Pendekatan 2: Pilih periode studi 30 tahun, asumsikan ada kontrak 10
tahun untuk membeli energi dari listrik swasta atau dari perusahaan lain.
Contoh:
Sebuah pembangkit baru diperlukan untuk memenuhi tambahan kapasitas
di masa depan. Alternatifnya ada 2:

Alternative A:
Umur pelayanan : 20 tahun
Kapasitas : 100 MW
Alternative B:
Umur pelayanan : 20 tahun
Kapasitas : 50 MW
• Pendekatan 1: Asumsikan Alternatif B dengan 2 unit.
• Pendekatan 2: Asumsikan Alternatif B hanya 1 unit, sisanya membeli dari
swasta dengan 20 tahun kontrak.
Kelayakan Proyek
(Penekanan kepada Finansial Analysis)

Kelayakan suatu proyek dilihat dari beberapa patokan, dalam


pelatihan ini akan dibahas penggunaan analisa IRR dan NPV.
 NPV suatu proyek mencerminkan total gain yang didapatkan
proyek tersebut selama umur-nya.
• Aliran Revenue
• Aliran Biaya
• Aliran Net Cashflow
• Discount Rate
 IRR suatu proyek mencerminkan rate dari benefit yang didapatkan
atas investasi yang dikeluarkan proyek tersebut.
• Aliran Net Cashflow
• Aliran Biaya
:
Aliran Biaya
Aliran biaya (per suatu perioda triwulanan, semesteran, atau tahunan) mulai dari awal
investasi, masa konstruksi dan masa operasi.
 Biaya investasi (mencakup masa pengembangan dan masa konstruksi, namun pada
masa operasi juga masih mengalir apabila menggunakan pinjaman)
• Biaya Pengembangan
• Biaya Pendanaan
• Initial Working Capital
Untuk simplifikasi total biaya investasi tersebut biasanya dilihat drawdown-nya selama
masa konstruksi.
 Biaya Operasi / Produksi
• Biaya General & Administration (overhead cost)
• Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan
Untuk simplifikasi biasanya diasumsikan biaya tahunan O&M adalah 2 – 5% dari biaya
proyek (EPC cost)
• Biaya Bunga
• Biaya Depresiasi
• Biaya Pajak (dari taxable income)
Taxable income = revenu – biaya - depresiasi
: • Biaya bahan bakar (untuk PLTMH ekivalen-nya pajak air (water charge))
NPV, IRR, Aliran Pendapatan, Benefit / Net
Cashflow

Aliran benefit / Net Cashflow (per suatu perioda triwulanan,


semesteran, atau tahunan) mulai dari awal investasi, masa
konstruksi dan masa operasi.
Net Cashflow adalah
 Pendapatan
dikurangi
 Biaya
NPV adalah PV dari Net Cashflow pada suatu discount rate tertentu.
IRR adalah discount rate yang menyebabkan NPV = 0.

:
Perhitungan NPV dan IRR
Tabel di bawah ini, memberikan dasar perhitungan NPV dan IRR.

Investasi 20000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Investasi 1 -10000 -10000
Pendapatan 2 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
Biaya Operasi 3 500 500 500 500 500 500 500 500 500
Depresiasi 4 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Taxable income 5 2-5-4 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500
Tax 6 5 x 25% 25% 625 625 625 625 625 625 625 625 625
Net Casflow 7 5-6+4 -10000 -10000 3875 3875 3875 3875 3875 3875 3875 3875 3875

NPV 5,123.32
IRR 11%
Discount Rate 6%
Bunga bank 6%

Total Net Cashflow Nominal 34875


Total Keuntungan Nominal 14875
:
Perhitungan NPV dan IRR
Tabel di bawah ini, memberikan dasar perhitungan NPV dan IRR.
Investasi 20000
Umur Peralatan 10 tahun

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Investasi 1 -10000 -10000
Pendapatan 2 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500 5500
Biaya Operasi 3 500 500 500 500 500 500 500 500 500
Depresiasi 4 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Taxable income 5 2-5-4 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
Tax 6 25% 750 750 750 750 750 750 750 750 750
Net Casflow 7 5 - 6 + 4 -10000 -10000 4250 4250 4250 4250 4250 4250 4250 4250 4250

NPV Profit 2873


IRR 14%
Discount Rate 10%
Bunga Bank Deposit 4%
20000 20800 21632 22497 23397 24333 25306 26319 27371 28466 29605

Total Net Cashflow Nominal 38250


Total Keuntungan Nominal 18250

:
Minggu ke - 3

1.Prakiraan Beban
2.Karakteristik Jenis-jenis pembangkit
3.Keandalan Pembangkit
4.Metode Perencanaan Pembangkitan
PRAKIRAAN BEBAN

1. Ekonometri pra-kiraan beban


2. Metoda-metoda pra-kiraan beban
3. Model pra-kiraan beban di PLN
4. Contoh-contoh
Ekonometri dari prakiraan beban (1)

Metoda sederhana

Berdasarkan statistik kebutuhan masa lalu, kemudian dihitung berapa rata-rata


pertumbuhannya, kemudian rata-rata pertumbuhan tersebut dipakai untuk
memperkirakan pertumbuhan di masa depan, dengan menggunakan persamaan umum
berikut:

Catatan:
L (hjk) = kebutuhan listrik jam ke j pada tahun k
r = pertumbuhan kebutuhan listrik tahunan
L (hj0) = adalah kebutuhan lisrik tiap jam dari tahun lalu

Model ini mempunyai kekurangan/ketidakcukupan, yaitu antara lain:


1. Seluruh proyeksi didasarkan hanya kepada data tahun lalu, bisa saja terjadi anomali dari tahun
lalu, misalnya adanya krisis ekonomi, cuaca yang ekstrem, dsb-nya
2. Kurva beban dianggap statik, ini jelas tidak benar, karena selalu akan terjadi perubahan
karakteristik pelanggan, serta antara wilayah satu dengan lainnya pasti berbeda
Ekonometri dari prakiraan beban (2)

Metoda regresi terhadap GDP/PDB dan populasi


Mencari regresi dari total beban tahunan terhadap PDB dan populasi. Masukkan data
prakiraan PDB dan populasi ke dalam formula regresi untuk membuat prakiraan
kebutuhan total beban tahunan. Kemudian buatlah kurva jam-jaman dengan
menggunakan data tahun lalu. Persamaan umum untuk metoda ini adalah sebagai
berikut:

Catatan:
Lk = prakiraan total beban tahunan pada tahun k
PDBk = prakiraan PDB pada tahun k
Pendk = prakiraan jumlah penduduk pada tahun k
a, b, c = koefisien regresi berdasarkan data historis

Setelah prakiraan total tahunan didapatkan, maka dicari beban jam-jaman berdasarkan
kurva beban typical, sesuai persamaan berikut:

Dimana:
Ljk = prakiraan beban pada jam j dari tahun k
Sjk = koefisien kurva beban pada jam j dari tahun k
Ekonometri dari prakiraan beban (3)

k Tahun GWh per Income per


Regresi dengan variabel tunggal pelanggan - Y pelanggan - X
1 1980 40 100
2 1981 45 200
3 1982 50 300
4 1983 65 400
5 1984 70 500
6 1985 70 600
7 1986 80 700

Secara umum hubungan antar Y dan X dapat dituliskan melalui persamaan berikut:

Dengan rata-rata X adalah

Sedangkan A dan B dapat dicari dari persamaan berikut


Ekonometri dari prakiraan beban (5)

Dengan data pada tabel, dapat dihitung

A = 60 B = 0.0678
Sehingga kita bisa memperkirakan harga Y dari harga X sebagai berikut:

Y = 60 + 0.0678 * X
Ekonometri dari prakiraan beban (5)

k Tahun GWh per Income per Harga minyak per


Regresi dengan 2 variabel pelanggan - Y pelanggan - X barrel - Z
1 1980 40 100 36
2 1981 45 200 33
3 1982 50 300 37
4 1983 65 400 37
5 1984 70 500 34
6 1985 70 600 32
7 1986 80 700 36

Secara umum hubungan antara Y terhadap X dan W dapat dituliskan melalui persamaan berikut:

Dengan rata-rata X dan Z adalah

Sedangkan A selalu merupakan Y rata-rata

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana menghitung B dan C


• TINJAUAN TERHADAP PROPORSI SASARAN PENJUALAN TENAGA LISTRIK PER
TRIWULANAN DAN PRAKIRAANNYA PADA TAHUN 2001
• Proporsi Sasaran Triwulanan
• Evaluasi terhadap penjualan tenaga listrik per triwulanan selama 10 tahun terakhir,
menunjukkan angka yang cenderung naik, dan pada triwulan I selalu menunjukkan angka
yang lebih rendah dibandingkan Triwulan IV tahun sebelumnya.
• Pola tersebut tetap terjadi pada masa krisis moneter (tahun 1997 s.d. sekarang), meskipun
kenaikannya tidak sebesar pada masa sebelum terjadinya krisis, seperti gambar berikut.

GRAFIK
REALISASI PENJUALAN TENAGA LISTRIK TRIWULANAN TAHUN 1990-2000
25

20

15

TWh

10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

'90 '91 '92 '93 '94 '95 '96 '97 '98 '99 '00
• Penggunaan model dekomposisi (merupakan dasar penghitungan suatu deret waktu berdasarkan 3 faktor,
yaitu : trend, season dan siklus) untuk memperkirakan proporsi penjualan tenaga listrik per triwulanan
yang dimulai pada RKAP tahun 1997 terbukti dapat memperkecil penyimpangan realisasi terhadap
sasaran, dibandingkan dengan sebelum menerapkan model dekomposisi tersebut.

• Sampai dengan RKAP tahun 2000, prakiraan proporsi penjualan tenaga listrik dari triwulan I sampai
dengan triwulan IV yang digunakan dalam RKAP Triwulanan berturut-turut adalah :
• Triwulan I = 23%
• Triwulan II = 24%
• Triwulan III = 26%
• Triwulan IV = 27%.
• Angka proporsi sebesar 23%, 24%, 26% dan 27% tersebut, dihitung berdasarkan data realisasi penjualan
tenaga listrik dari tahun 1990 s.d. 1996.

• Dengan terjadinya krisis moneter sejak tahun 1997, penjualan tenaga listrik yang sebelum masa krisis
tumbuh antara 10 – 15 %, sejak tahun 1998 hanya tumbuh di bawah 2 digit menjadi sebesar 1,5%; 8,5%;
9,8% dan 9,9% per tahun. Perbedaan pertumbuhan penjualan tenaga listrik sebelum dan sesudah
terjadinya krisis moneter, perlu diperhitungkan dalam memperkirakan sasaran tahunan berikut proporsi
per triwulanan-nya. Dengan menggunakan data realisasi selama 10 tahun terakhir (1990 s.d. 2000),
diperoleh prakiraan proporsi penjualan tenaga listrik pada tahun 2001, yaitu :

• Triwulan I = 23,1 %
• Triwulan II = 24,6 %
• Triwulan III = 25,9 %
• Triwulan IV = 26,4 %
• Prakiraan Penjualan Tenaga Listrik Tahun 2001

• Dengan pendekatan model dekomposisi :

• X = f (trend, musim, siklus) + error

• Xt = f (Tt, St, Ct, It)

• dimana :
• Xt = nilai deret waktu pada periode ke t
• Tt = komponen trend pada periode ke t
• St = komponen musiman pada periode ke t
• Ct = komponen siklus pad periode ke t
• It = komponen irregular atau error pada periode ke t
• t = periode

• diperoleh prakiraan penjualan tenaga listrik tahun 2001 sebesar 87,711 TWh atau tumbuh
sebesar 9,87% terhadap realisasi tahun 2000 sebesar 79,055 TWh, seperti pada tabel
perhitungan berikut.
PRAKIRAAN PENJUALAN TENAGA LISTRIK TAHUN 2001
BERDASARKAN DATA REALISASI TAHUN 1990-2000

Tahun Triwulan TWh Moving f.trend f.musim f.siklus Nilai Ramalan


Average
1990 I 6,2
II 6,4
III 6,9
IV 7,2
1991 I 7,2 6,7 6,00 1,03 1,11
II 7,4 6,9 6,33 1,06 1,09
III 7,9 7,2 6,66 1,09 1,08
IV 8,0 7,4 6,99 1,09 1,06
1992 I 8,1 7,6 7,32 1,03 1,04
II 8,3 7,9 7,65 1,06 1,03
III 8,9 8,1 7,99 1,09 1,01
IV 9,0 8,3 8,32 1,09 1,00
1993 I 8,8 8,6 8,65 1,03 0,99
II 9,3 8,8 8,98 1,06 0,97
III 9,7 9,0 9,31 1,09 0,97
IV 10,1 9,2 9,65 1,09 0,95
1994 I 9,9 9,5 9,98 1,03 0,95
II 10,5 9,8 10,31 1,06 0,95
III 11,1 10,1 10,64 1,09 0,94
IV 11,6 10,4 10,97 1,09 0,95
1995 I 11,5 10,8 11,31 1,03 0,95
II 12,1 11,2 11,64 1,06 0,96
III 13,0 11,6 11,97 1,09 0,97
IV 13,2 12,1 12,30 1,09 0,98
1996 I 12,7 12,5 12,63 1,03 0,99
II 13,3 12,8 12,97 1,06 0,98
III 14,9 13,1 13,30 1,09 0,98
IV 15,4 13,5 13,63 1,09 0,99
1997 I 14,5 14,1 13,96 1,03 1,01
II 15,8 14,5 14,29 1,06 1,02
III 16,7 15,1 14,63 1,09 1,04
IV 17,3 15,6 14,96 1,09 1,04
1998 I 15,5 16,1 15,29 1,03 1,05
II 16,1 16,3 15,62 1,06 1,05
III 16,7 16,4 15,95 1,09 1,03
IV 17,0 16,4 16,29 1,09 1,01
1999 I 16,3 16,3 16,62 1,03 0,98
II 17,8 16,5 16,95 1,06 0,97
III 18,4 16,9 17,28 1,09 0,98
IV 18,9 17,4 17,61 1,09 0,99
2000 I 18,5 17,8 17,95 1,03 0,99
II 19,7 18,4 18,28 1,06 1,01
III 20,4 18,9 18,61 1,09 1,01
IV 20,5 19,4 18,94 1,09 1,02
2001 I 20,4 19,8 19,27 1,03 1,03 20,40
II 21,5 20,2 19,61 1,06 1,03 21,54
III 22,7 20,7 19,94 1,09 1,04 22,65
IV 23,1 21,3 20,27 1,09 1,05 23,12
TOTAL 87,711
RKAP 2001 = 86,735
Proyeksi Kebutuhan Listrik Sistem Sumatra Utara – ref RUPTL
Proyeksi Kebutuhan Listrik Sistem Sumatra Utara – ref RUPTL
Proyeksi Kebutuhan Listrik Sistem Sumatra Utara – ref RUPTL
Proyeksi Kebutuhan Listrik Sistem Bali – ref RUPTL
Proyeksi Kebutuhan Listrik Sistem Bali – ref RUPTL
Karakteristik Jenis-jenis pembangkit
PLTU Batubara
PLTU Batubara
Efisiensi
1. Untuk model konvensional pada kisaran 30 – 35 %
2. Untuk model mutakhir, super critical / ultra critical bisa mencapai 40 – 45 %
3. Boiler merubah air dingin menjadi air panas dan uap. Rugi-rugi pada boiler
relatif masih bagus. Efisiensi boiler pada kisaran antara 80 – 90 %
4. Rugi-rugi pada turbin. Efisiensi yang paling rendah adalah konversi dari
panas ke mekanik. Hanya pada kisaran 50 – 60 %.
5. Generator. Merubah energi mekanik menjadi listrik. Efisiensi paling bagus
diatas 95%.
6. Biasanya dinyatakan dalam heat rate / net plant heat rate
7. Kelas > 600 MW pada kisaran 2300 kcal/kWh
8. Kelas 100 – 300 MW pada kisaran 2500 – 2800 kcal/kWh
9. Kelas kecil < 25 MW pada kisaran > 3500 kcal/kWh
10.Nilai kalor batubara yang biasa digunakan antara 4000 kcal/kg – 5500
kcal/kg. Harga batubara berkisar 40 – 70 USD/Ton
11.Biaya bahan bakar pada kisaran 2 – 3 cent USD/kWh
Pengoperasian
1. Ramp rate rendah. Ramp rate adalah kecepatan menaikkan beban.
2. Berfungsi sebagai base plant. Pada beban konstant
PLTN
PLTN Uranium (2)

Teknologi
1. Menggunakan reaksi fisi
2. Uranium biasanya dalam bentuk U-235 dan U-238, U-235 lebih tidak setabil
cenderung terjadi reaksi fisi, ini yang digunakan sebagai bahan bakar.
3. Ada juga yang menggunakan breeder reactor, penetrasi U-235 dalam U-238
membentuk U-239 (plutonium) sebagai bahan bakar
4. Yang paling kritis adalah mengkiontrol reaksi fisi dan menjaga temperatur dalam core
Efisiensi
1. Mirip efiensi PLTU batubara
2. Harga uranium relatif lebih murah
3. Biaya bahan bakar pada kisaran < 1 cent USD/kWh
4. Investasi tinggi sekali > 2500 USD/kW
PLTG
PLTGU
PLTG/PLTGU nahan bakar gas/minyak

Teknologi
1. Udara dipanaskan, dengan membakar gas/minyak
2. Ekspansi udara panas dan bertekanan tinggi memutar turbin
Efisiensi
1. PLTG efisiensi sangat rendah pada kisaran < 30%
2. Heatrate pada kisaran 12000 BTU/kWh
3. Improvement untuk skala kecil (sampai 30 MW) menggunakan turbine
aeroderivative, heatrate bisa mencapai kisaran 9000 BTU/kWh
4. Untuk meningkatkan efisiensi, memanfaatkan udara panas yang dibuang untuk
memanaskan air, menjadi uap sebagai PLTU
5. Heatrate bisa membaik sampai 7000 BTU/kWh, umumnya pada kisaran 8500
BTU/kWh
6. Harga gas dulu pada kisaran 2 – 3 USD/MMBTU
7. Harga gas sekarang pada kisaran 5 – 8 USD/MMBTU
8. Biaya bahan bakar pada kisaran 3 – 5 Cent USD/kWh untuk PLTGU
9. Biaya bahan bakar pada kisaran 6 – 8 Cent USD/kWh untuk PLTG
Pengoperasian
1. Ramping rate tinggi
2. Berfungsi sebagai peak plant atau medium plant
PLTA
PLTA PUMP STORAGE
PLTA

Teknologi
1. E = h X Q
2. Energi air memutar turbin
3. PLTA Waduk, PLTA run of river , Pump storage
Pengoperasian
1. PLTA Waduk. Umumnya sebagai peaking plant / medium plant
2. PLTA run of river. Umumnya sebagai base plant
3. PLTA pumped stored. Sebagai peaking plant
PLT-Bayu
PLT Bayu

Teknologi
Bagian-bagian dari PLT bayu terdiri atas
1. Internal komputer: (i) diagnostik windmill komponen dan mengoreksi atau
mematikan, (ii) komunikasi dengan operator di luar, merekam data, status, dan
melakukan instruksi operator, (iii) monitoring arah dan kecepatan angin, monitor dan
kontrol sudu-sudu turbin.
2. Turbine: blade (sudu-sudu) dan locking mechanism.
3. Gearing mechanism: menyambungkan turbin dengan generator, menaikkan
kecepatan turbin dari 10 – 20 rpm menjadi 1200 rpm, sesuai putaran generator.
4. Generator. Bagian yang terkecil. Paling besar daya 3 MW.
5. Output control system: mengatur listrik yang keluar supaya bisa interkoneksi dengan
system
Pengoperasian
1. Isolated
2. Hybrid dengan PLTD/PLTM
3. Masuk ke system besar, rumit pengaturan-nya
Keandalan (Reliability) Pembangkit

1. Keandalan dari sistem pembangkitan


2. Istilah-istilah
3. Contoh-contoh
Beberapa istilah yang perlu dipahami (2)

1. AF (Availability Factor) = [AH/PH] x 100 (%)


Jumlah Jam Kapasitas Pembangkitan yang tersedia dibandingkan dengan Jumlah Jam dalam satu
perioda.

2. EAF (Equivalent AF) = [(AH - (EUDH + EPDH + ESEDH))/PH] x 100 (%)


Jumlah Jam Kapasitas Pembangkitan yang tersedia dikurangi dengan ketidaktersediaan lainnya
dibandingkan dengan Jumlah Jam dalam satu perioda.

3. FOR (forced outage rate)


Tingkat kegagalan beroperasi dari suatu peralatan (pembangkit) dalam suatu perioda,
didefinisikan sebagai:

4. POF (planned outage factor) menunjukkan tingkat ketidaktersediaan (unavailability) dari suatu
pembangkit karena dilakukan pemeliharaan pada suatu perioda, didefinisikan sebagai:

5. EFOR (equivalent forced outage rate) menunjukkan ekivalen tingkat kegagalan beroperasi dari
suatu peralatan (pembangkit) dalam suatu perioda, didefinisikan sebagai.

4. EPOF (Equivqlent planned outage factor) menunjukkan ekivalen tingkat ketidaktersediaan


(unavailability) dari suatu pembangkit karena dilakukan pemeliharaan pada suatu perioda,
didefinisikan sebagai:
Beberapa istilah yang perlu dipahami (3)

4. LOLP (loss of load probability) menunjukkan probabilitas terjadinya kehilangan beban pada
suatu perioda tertentu, biasanya ditunjukkan dalam hari per tahun.

6. LOLE (Loss Of Load Expectation), menunjukkan perkiraan jumlah hari per tahun, dimana
kapasitas pembangkitan yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beban
puncak harian.
7. Expected Unserved Energy (EUE)
8. Value of Service (VOS)
Contoh Perhitungan

1. Availability = available hours / period hours


= (PH – POH – MOH – FOH)/PH

2. Equivalent Availability = (PH – POH – MOH – FOH – EUDH – EPDH)/PH

Contoh data PLTU kelas 200 – 299 MW pada tahun 1984


PH = 8784
SH = 6331
RSH = 1106
Available hours = 7438
FOH = 457
POH = 729
MOH = 159

AF = 7438/8784 = 84.7 %
FOR = 457/(457 + 6331) = 6.7 %
Planned and maintenance outage rate = (729 + 159)/8784 = 10.1 %
Maksimum availability = (1-0.067)x(1-0.101) = 83.9 %
Data PLTU batubara kelas 400 – 599 MW tahun 1975 – 1984
Data NERC Derating Outage

% available % unavailable Unplanned Planned derating


derating hours hours
0 – 20 80 – 100 10 1
20 – 30 70 – 80 11 1
30 – 40 60 – 70 35 4
40 – 50 50 – 60 73 14
50 – 60 40 – 50 161 22
60 – 70 30 – 40 178 20
70 – 80 20 – 30 307 24
80 – 90 10 – 20 587 71
90 – 100 0 – 10 756 60

Total hours 3118 217


Equivalent derating outage hours 434 (EUDH) 55 (EPDH)
Semua outage data untuk PLTU kelas 400 – 599 MW dari tahun 1975 – 1984 adalah:
PH = 8574
SH = 6323
FOH = 738
MOH = 288
POH = 944

EFOR = (FOH + EUDH)/(FOH + SH)


= (738 + 434)/(738 + 6323)
= 16.7 %
FOR = (FOH)/(FOH + SH)
= 738 / (738 + 6323)
= 10.5 %
Metodologi Perencanaan
Pembangkitan

1. Perencanaan Sederhana Dengan Reserve Margin


(pendekatan deterministik)
2. Perencanaan Mempertimbangkan Reliabilitas Sistem
(pendekatan probabilistik)
Perencanaan Pembangkitan
Ilustrasi
1. Sistem Jawa-Bali tahun 2008 mempunyai beban puncak beban puncak
15000 MW dan produksi energi sebesar 120 TWh, dengan jumlah
pembangkit sekitar 100 unit dan total kapasitas terpasang sebesar 18000
MW dengan kapasitas unit terbesar adalah 660 MW. Tahun 2012
diperkirakan beban puncak akan bertambah menjadi 18000 MW dan
produksi energi diperkirakan sebesar 140 GWh.
2. Sistem isolated di pulau Sumbawa tahun 2008 mempunyai beban puncak 25
MW dan produksi energi sebesar 120 GWh, dengan jumlah pembangkit
sekitar 10 unit dan kapasitas terpasang sebesar 40 MW dengan kapasitas
unit terbesar adalah 5 MW. Tahun 2012 diperkirakan beban puncak akan
bertambah menjadi 35 MW dan produksi energi diperkirakan sebesar 140
GWh.
Pendekatan
1. Untuk kasus sistem Jawa-Bali, jelas pendekatan reserve margin tidak lagi
tepat untuk digunakan, sudah harus menggunakan pendekatan probabilistik
dengan kriteria LOLP, meskipun kadang-kadang berapa besarnya reserve
margin masih dipakai sebagai cross check.
2. Untuk kasus sistem Sumbawa pendekatan deterministik dengan kriteria
reserve margin masih bisa digunakan.
Metodologi Perencanaan Pembangkitan (1)

1. Proyeksi kebutuhan listrik.


Dari program rasio elektrifikasi carilah berapa pertambahan keluarga yang
mempunyai listrik.
Kemudian hitunglah kebutuhan listrik per keluarga. Kebutuhan listrik proporsional
dengan pertumbuhan GDP yang ditunjukkan dengan elastisitas. Untuk tambahan
keluarga baru yang berlistrik, masih menggunakan konsumsi listrik tahun
sebelumnya. Untuk tambahan keluarga baru yang berlistrik, masih menggunakan
konsumsi listrik tahun sebelumnya. Kebutuhan listrik proporsional dengan
pertumbuhan GDP yang ditunjukkan dengan elastisitas. Sedangkan untuk penduduk
lama yang sudah berlistrik ada juga pertambahan kebutuhan listrik karena kenaikan
GDP. Jumlahkan kebutuhan listrik dari keluarga lama yang sudah berlistrik dan
keluarga yang baru berlistrik, ini merupakan kebutuhan listrik total dari tahun
depannya.
2. Perencanaan tambahan kapasitas pembangkitan.
Dari proyeksi kebutuhan listrik (kWh) carilah berapa beban puncak dengan
memperhitungkan load faktor.
LF = kebutuhan listrik (kWh)/(BP x 8760)
Hitunglah cadangan yang diperlukan = 2 x unit terbesar.
Hitunglah kebutuhan tambahan kapasitas agar kebutuhan cadangan tetap terpenuhi,
dan bulatkan sesuai jenis unit yang tersedia.
Metodologi Perencanaan Pembangkitan (2)

Metoda-metoda yang ada dapat dirangkum ke dalam 4 kategori:


1. Levelized busbar cost.
Perioda perencanaan pembangkitan mencakup masa 10 – 20 tahun ke
depan. Oleh karena itu diperlukan suatu levelized biaya yang telah
mempertimbangkan inflasi yang akan terjadi. Perhitungan levelized cost
2. Setelah mempertimbangkan levelized cost, dilakukan screening curve untuk
mencari pembangkit mana yang lebih effisien dan memberikan biaya
terendah.
3. Evaluasi atas reliabilitas sistem, biaya produksi dan biaya investasi.
1. Evaluasi reliabilitas sistem secara deterministik, reserves margin
2. Evaluasi reliabilitas sistem secara probabilistik, LOLP, LOLE
4. Butir 3 di atas menggunakan simulasi computer
Reserve Margin / Keandalan sistem Pembangkitan (1)
Operasional Reserve margin =
(generation capacity in service at time of peak load (MW) – peak load) / peak
load
Reserve Margin = (Install generation capacity – peak load)/peak load
Sebagai ilustrasi, suatu sistem dengan peak load 10.000 MW dan daya
terpasang 12.000 MW, maka Reserve Margin = 20%

Berapa reserve margin yang diperlukan ? Bagaimana menentukannya ?

Metoda berdasarkan pengalaman masa lalu


Pengalaman 15 % - 25 % barangkali cukup.
Metoda deterministik: Loss of the largest generating unit, biasanya digunakan
untuk sistem kecil dimana jumlah pembangkit tidak terlalu banyak.
Sebagai ilustrasi, suatu sistem dengan peak load 5000 MW, kapasitas
pembangkit terbesar 500 MW.
Misalnya ditentukan kebutuhan reserve adalah 15% + unit terbesar, maka
Reserve margin = 15% + 500/5000 = 25%
Kadang-kadang digunakan kebutuhan reserve untguk 2 unit terbesar, maka
RM = 2x500/5000 = 20%
Reserve Margin / Keandalan sistem Pembangkitan (2)

Metoda probabilistik: loss pf load probability, untuk sistem besar dan


kompleks. Sebagai ilustrasi, untuk sistem Jawa-Bali indeks LOLP adalah 1 hari
per tahun, untuk luar Jawa Bali biasanya digunakan 4 hari per tahun.
Bandingkan di AS, NERC mensyaratkan 1 hari per 10 tahun, atau 0,1 hari per
tahun, bisa juga 2.4 jam per tahun.

Ke 3 metoda tadi dipakai untuk mengevaluasi berapa tambahan pembangkit


yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan kebutuhan listrik.

Metoda berdasarkan pengalaman masa lalu


Misalnya gunakan 25 % reserve margin. Maka tambahan sebuah unit
pembangkit dengan kapasitas 600 MW, akan dapat mendukung kenaikan
beban sebesar :
600/1.25 = 480 MW
Metoda deterministik: Loss of the largest generating unit.
Jika dalam sistem unit terbesar adalah 400 MW, maka tambahan unit sebesar
600 MW hanya akan menopang pertumbuhan beban sebesar 400 MW.
Menggunakan probabilstik, LOLP atau LOLE, memerlukan kajian / perhitungan
yang lebih kompleks.
Ilustrasi Perencanaan Deterministik
Prakiraan Konsumsi Kebutuhan Listrik

Diketahui dari statistik masa lalu di kota kecil Purwaka, elastisitas antara pertumbuhan listrik
dengan pertumbuhan ekonomi (GDP) adalah 1.6. Jika prediksi pertumbuhan jumlah keluarga
dan pertumbuhan GDP serta program pencapaian rasio ektrifikasi adalah seperti pada Tabel di
bawah ini, berapa MWh prakiraan konsumsi listrik kota tersebut pada tahun 2010, dan 2011.
Asumsikan bahwa untuk tambahan keluarga baru yang berlistrik menggunakan konsumsi listrik
per pelanggan dari tahun lalu.

Merencanakan Kebutuhan Tambahan Pembangkit


Diketahui bahwa Load Factor kota Purwaka dari tahun ke tahun kira-kira adalah sebesar 0.6
dan pembangkit yang terpasang pada tahun 2008 adalah 3 unit PLTD masing-masing
berkapasitas 2 MW dan 3 unit PLTD masing-masing berkapasitas 1 MW.
Untuk mengantisipasi pertambahan konsumsi listrik pada soal no 1 tersebut, direncanakan
penambahan unit baru PLTD. Berapa MW penambahan yang diperlukan masing-masing untuk
tahun 2009 dan 2010. Penambahan tersebut sudah mempertimbangkan cadangan 2 unit
terbesar terganggu dan batasi penambahan hanya dengan unit ukuran 2 MW dan 1 MW.
Tidak perlu dipertimbangkan bahwa unit terbesar tidak boleh melebihi 10% dari beban puncak.
Prakiraan Konsumsi Kebutuhan Listrik

Jml GDP Kons. Istilah-istilah


Tahun RE Kel2008 = jumlah keluarga tahun 2008
Kel. Growth Listrik
(MWh) RE2008 = rasio elektrifikasi tahun 2008
2008 25000 50% 4% 20000 Kel-Lis2008 = jumlah keluarga berlistrik
2009 26000 60% 5% - tahun 2008
2010 27500 65% 6% - Kons-Kel2008 = konsumsi listrik per keluarga
2011 30000 70% 7% - tahun 2008
Kons2008 = total konsumsi listrik tahun
2008
TKel-Lis2009 = tambahan keluarga berlistrik
tahun 2009
E = elastisitas pertumbuhan GD
Tahun 2008
Kel-lis2008 = RE2008 x Kel2008 = 50% x 25.000 = 12.500 kel
Kons2008 = 20.000 MWh

Tahun 2009
Kons-Kel2008 = Kons2008 / Kel-lis2008 = 20.000 MWh / 12.500 kel
= 1,6 MWh/kel
Kel-lis2009 = RE2009 x Kel2009 = 60% x 26.000 = 15.600 kel
TKel-Lis2009 = Kel-lis2009 - Kel-lis2008 = 15.600 kel – 12.500 kel = 3100 kel
Kons2009 = Kons2008 x (1 + ExGDP2009) + TKel-Lis2009 x Kons-Kel2008
= 20.000 x (1+1.6 *5/100) + 3.100 x 1,6
= 26.560 MWh
Tahun 2010
Kons-Kel2009 = Kons2009 / Kel-lis2009 = 26.560 MWh / 15.600 kel = 1,7026 MWh/kel
Kel-lis2010 = RE2010 x Kel2010 = 65% x 27.500 = 17.875 kel
TKel-Lis2010 = Kel-lis2010 - Kel-lis2009 = 17.875 kel – 15.600 kel = 2275 kel
Kons2010 = Kons2009 x (1 + E x GDP2010) + TKel-Lis2010 x Kons-Kel2009
= 26.560 x (1+1.6 *6/100) + 2275 x 1,7026
= 32.983,17 MWh
Tahun 2011
Kons-Kel2010 = Kons2010 / Kel-lis2010 =32.983,17 MWh / 17.875 kel = 1,8452 MWh/kel
Kel-lis2011 = RE2011 x Kel2011 = 70% x 30.000 = 21.000 kel
TKel-Lis2011 = Kel-lis2011 - Kel-lis2010 = 21.000 kel - 17.875 kel = 3125 kel
Kons2011 = Kons2010 x (1 + E x GDP2011) + TKel-Lis2011 x Kons-Kel2010
= 32.983,17 x (1+1.6 *7/100) + 3125 x 1,8452
= 42443.54 MWh
Merencanakan Tambahan Kapasitas Pembangkit

Istilah-istilah
Cap2008 = total kapasitas terpasang tahun 2008
BP2008 = beban puncak tahun 2008
Cad2008 = cadangan terpasang tahun 2008
Kcad2008 = kebutuhan cadangan 2008, yaitu = 2 x unit
terbesar
LF = Load Factor
= total konsumsi listrik /(BP x 8760)
BP = total konsumsi listrik / (LF x 8760)
Cad2009awal = Cadangan pada awal 2009, sebelum ada
penambahan kapasitas
= Cap2008 – BP2009
Tcap2009 = Kcad2009 – Cad2009awal
Tahun 2008
Cap2008 = 3 x 2 MW + 3 x 1 MW = 9 MW
BP2008 = Kons2008 / (LF x 8760)
= 20000 / (0,6 x 8760)
=3,80 MW
Kcad2008 = 2 x 2 MW = 4 MW
Cad2008 = Cap2008 – BP2008
= 9 MW – 3,80 MW
= 5,2 MW
Cadangan terpasang memenuhi kebutuhan cadangan.
Tahun 2009
BP2009 = Kons2009 / (LF x 8760)
= 26.560 / (0,6 x 8760)
=5,05 MW
Kcad2009 = 2 x 2 MW = 4 MW
Cad2009awal = Cap2008 – BP2009
= 9 MW – 5,05 MW
= 3,95 MW
Cadangan pada awal 2009 lebih kecil dari kebutuhan cadangan 2009, sehingga
diperlukan tambahan kapasitas pada tahun 2009.

Tcap2009 = Kcad2009 – Cad2009awal


= 4 MW – 3,95 MW
= 0,05 MW, dibulatkan ke unit pilihan yang terkecil
( 1 atau 2 MW), menjadi
= 1 MW
Jadi tambahan kapasitas yang diperlukan tahun 2009 adalah 1 MW.
Tahun 2010
Cap2009 = Cap2008 + Tcap2009
= 9 MW + 1 MW
= 10 MW
BP2010 = Kons2010 / (LF x 8760)
= 32.983,17 / (0,6 x 8760)
=6,28 MW
Kcad2010 = 2 x 2 MW = 4 MW
Cad2010awal = Cap2009 – BP2010
= 10 MW – 6,28 MW
= 3,72 MW
Cadangan pada awal 2010 lebih kecil dari kebutuhan cadangan 2010, sehingga
diperlukan tambahan kapasitas pada tahun 2010.

Tcap2010 = Kcad2010 – Cad2010awal


= 4 MW – 3,72 MW
= 0,28 MW, dibulatkan ke unit pilihan yang terkecil
( 1 atau 2 MW), menjadi
= 1 MW
Jadi tambahan kapasitas yang diperlukan tahun 2010 adalah 1 MW.
Konsep Perencanaan Probabilistik
Pengaruh perubahan peak load pada LOLP
Pengaruh Kenaikan Beban Puncak pada LOLP

1. Sistem didesain pada LOLP 0.1 hari per tahun, ditunjukkan pada kurva pada
Gambar-1.
2. Pada tahun 1990, beban puncak sekitar 6.4 GW, sehingga sistem masih
memenuhi kriteria 0.1 hari pa.
3. Pada tahun 1991 beban puncak naik menjadi 7.5 GW, sehingga LOLP jadi
naik menjadi 0.8 hari pa.
4. Untuk itu diperlukan penambahan kapasitas sehingga LOLP tetap dibawah
0.1 hari pa.
5. Gambar-2 menunjukkan bahwa penambahan daya pada tahun 1991
menyebabkan kurva LOLP bergeser ke kanan, oleh karena itu LOLP turun
menjadi 0.01 hari pa.
6. Gambar-3 menunjukkan bahwa pergeseran kurva ke kanan ini menunjukkan
juga adanya kemampuan penambahan beban sebesar kurang lebih 1.4 GW
dimana LOLP tetap 0.1 hari pa.
Gambar-2 Kemampuan penambahan beban pada
LOLP tetap
Kapasitas pemenuhan Beban (Load-carrying capability).
Load Carrying capability (LCC )atau kapasitas effectif (Ceff)dapat didekati dengan
formula berikut:

Ceff = C – M x Ln[(1-R) + R x e(C/M)]


Dimana
C = kapasitas
R = FOR
M = M-slope
Proses Perencanaan Tambahan Kapasitas Pembangkit Secara
Probabilistik
Tahap 1
Buatlah forecast dan load duration curves.
Tahap 2. Siapkan variable cost untuk pembangkit eksisting dan pembangkit baru
yang direncanakan.
Tahap 3. Siapkan fixed (biaya konstruksi) dan variable cost (biaya operasi) untuk
seluruh pembangkit baru yang direncanakan.
Simulasi Produkasi
Tahap 4. Tentukan tingkat pembebanan pada titik pergantian jenis pembangkit.
Tahap 5. Buatlah merit order seluruh pembangkit, mulai dari yang termurah,
termasuk eksisting dan yang direncanakan.
Tahap 6. Isikan pembangkit sesuai merit order di atas kedalam load duration
curves. Pembebanan masing-masing unit mengikuti titik pergantian.
Tahap 7. Dengan mendefinisikan incremental load sebagai beban dimana
pemlihan jenis pembangkit yang diisikan ke dalam LDC, maka pembebanan pada
tahap 6 menjadi solusi optimisasi.
Cek Keandalan LOLP / LOLE
Perencanaan Pembangkitan Probabilistik:

Tahun Tambahan Kit


1990 400 MW PLTU
1991 400 MW PLTU
20 Annual
1992 300 MW LTGU reliability
1993 400 MW PLTU evaluations
1994 300 MW PLTGU
NO Apakah LOLP
Perbaiki Plan terpenuhi pada
tiap tahun
YES

Present Worth USD Sistem 20 th


simulasi
+ produksi

Present Worth USD Biaya investasi


untuk unit baru
Biaya 20 tahun PW USD
Minggu ke - 4
Perencanaan Mempertimbangkan
Keandalan Sistem (pendekatan
probabilistik)
1. Menghitung LOLP
2. Keekonomian Dispatch
3. Unit Komitmen
Menentukan LOLP

Kondisi sistem

Kapasitas (MW) FOR Innage rate


Unit A 50 0.05 0.95
Unit B 100 0.07 0.93
Unit C 200 0.10 0.90
Total sistem 350
Menentukan LOLP

Outage state enumeration

Unit terganggu MW outage Unit probabilitas


(MW) operasi
Tidak ada 0 A, B, C 0.95x0.93x0.90 = 0.79515
A 50 B, C 0.05x0.93x0.90 = 0.04185
B 100 A, C 0.95x0.07x0.90 = 0.05985
C 200 A, B 0.95x0.93x0.10 = 0.08835
A, B 150 C 0.05x0.07x0.90 = 0.00315
A, C 250 B 0.05x0.93x0.10 = 0.00465
B, C 300 A 0.95x0.07x0.10 = 0.00665
A, B, C 350 Tidak ada 0.05x0.07x0.10 = 0.00035
Menentukan LOLP

Units on outage based on monotonically increasing order

MW in MW on probabilitas
service (MW) outage
350 0 0.79515
300 50 0.04185
250 100 0.05985
200 150 0.00315
150 200 0.08835
100 250 0.00465
50 300 0.00665
0 350 0.00035
Menentukan LOLP

Cumulative outage probability

.... MW atau lebih yang Probabilitas dari ....


terganggu MW atau lebih yang
terganggu
0 1
50 0.20485
100 0.16300
150 0.10315
200 0.10000
250 0.01165
300 0.00700
350 0.00035
Menentukan LOLP

Indeks mingguan

Beban Harian Kapasitas ... Probabilitas


( MW) MW atau lebih Beban tidak
terganggu terpenuhi
Minggu 140 210 0.01165
Senin 280 70 0.16300
Selasa 240 110 0.10315
Rabu 220 130 0.10315
Kamis 260 90 0.16300
Jumat 290 60 0.16300
Sabtu 130 220 0.01165

total 0.71860
hari/minggu
Keekonomian Dispatch Pembangkit Thermal

Penyelesaian Analitik
Pengaruh Rugi-rugi Jaringan
Metoda Lamda Iteration
Penyelesaian Analitik
Pengaruh Rugi-rugi Jaringan
Metoda Lamda Iteration
1. Tentukan λ hitung P1, P2 dan P3
P1 = (λ-7.92)/0.003124
P2 = (λ-7.85)/0.00388
P3 = (λ-7.97)/0.00964
2. Hitung selisih ε = 850 MW –(P1 + P2 + P3)
3. Tentukan λ iterasi berikutnya dengan asumsi naik/turun 10%, hitung
lagi P1, P2 dan P3 sampai ketemu ε yang berubah tanda (+ ke -, atau –
ke +)
4. Tentukan λ iterasi berikutnya yang merupakan rata-rata dari 2 λ iterasi
sebelumnya yang mempunyai tanda ε yang berbeda
5. Teruskan iterasi sampai ε minimum
Iterasi Pada λ awal = 8

Iterasi λ P1 P2 P3 Total ε ε (%) Ftotal F1 F2 F3


1 8.0000 25.61 38.66 3.11 67.38 782.62 92.07% 1,484.07 764.84 616.38 102.85
2 8.8000 281.69 244.85 86.10 612.64 237.36 27.93% 6,064.21 2,915.93 2,348.34 799.95
3 9.6800 563.38 471.65 177.39 1,212.42 -362.42 -42.64% 11,606.18 5,518.75 4,444.01 1,643.43
4 9.2400 422.54 358.25 131.74 912.53 -62.53 -7.36% 8,769.22 4,186.35 3,371.22 1,211.65
5 9.0200 352.11 301.55 108.92 762.58 87.42 10.28% 7,400.22 3,543.39 2,853.54 1,003.29
6 9.1300 387.32 329.90 120.33 837.55 12.45 1.46% 8,080.60 3,862.94 3,110.82 1,106.84
7 9.1850 404.93 344.07 126.04 875.04 -25.04 -2.95% 8,423.88 4,024.16 3,240.63 1,159.09
8 9.1575 396.13 336.98 123.18 856.30 -6.30 -0.74% 8,251.98 3,943.43 3,175.63 1,132.92
9 9.1438 391.73 333.44 121.76 846.92 3.08 0.36% 8,166.23 3,903.15 3,143.20 1,119.87
10 9.1506 393.93 335.21 122.47 851.61 -1.61 -0.19% 8,209.09 3,923.28 3,159.41 1,126.39
11 9.1472 392.83 334.33 122.11 849.27 0.73 0.09% 8,187.65 3,913.21 3,151.31 1,123.13
12 9.1489 393.38 334.77 122.29 850.44 -0.44 -0.05% 8,198.37 3,918.25 3,155.36 1,124.76
13 9.1480 393.10 334.55 122.20 849.85 0.15 0.02% 8,193.01 3,915.73 3,153.33 1,123.95
14 9.1485 393.24 334.66 122.25 850.15 -0.15 -0.02% 8,195.69 3,916.99 3,154.35 1,124.35
15 9.1483 393.17 334.60 122.23 850.00 0.00 0.00% 8,194.35 3,916.36 3,153.84 1,124.15

λ iterasi kedua selalu diset ±10% dari iterasi pertama, berikutnya sesuai
proyeksi. Bila terlalu jauh dibatasi ±10%
Unit Komitmen
Komitmen Unit Pembangkit (1)

1. Dalam suatu sistem dengan banyak pembangkit, dari termal yang mahal ke hidro
yang murah, dan dengan luasnya variasi perubahan beban, perlu direncanakan
dengan cermat bagaimana mengatur unit-unit pembangkit, mulai dari bagaimana
memilih unit yang siap untuk dioperasikan sampai unit yang harus sudah menjalani
pemeliharaan. Proses ini biasanya disebut sebagai unit komitmen.
2. Keekonomian yang menjadi dasar memutuskan, berapa lama suatu unit harus
shutdown, kemudian selanjutnya dioperasikan untuk berapa lama. Yang perlu
diperhatikan juga adalah policy utility, adanya constraint baik pembangkitnya
maupun transmisi serta reliabilitas sistem yang inigi dicapai.
3. Pertimbangan keekonomian dari komitmen unit.
Prinsip dasar keekonomian pembentukan komitmen awal (preliminary comitment),
adalah bahwa pengoperasian yang paling ekonoms adalah jika sesedikit mungkin
unit yang beroperasi. Biaya operasi rata-rata tercermin dari harga bahan bakar
dikalikan heat rate rata-rata ditambah dengan biaya O&M. Daya per kWh yang
dibangkitkan akan lebih mahal pada saat pembangkit dioperasikan pada output daya
yang rendah. Banyaknya jumlah unit, tidak bisa dihindari akan menyebabkan ada
unit yang beroperasi pada beban rendah sehingga berbiaya mahal. Sehingga harus
diusahakan sesedikit mungkin pembangkit yang beroperasi, sehingga unit
dioperasikan pada beban tinggi dengan biaya lebih murah. Jadi policy komitmen
pada biaya minimum adalah komit untuk sesedikit mungkin mengoperasikan unit.
Komitmen Unit Pembangkit (2)

3. Pertimbangan keekonomian dari komitmen unit.


Jadi sekarang kita harus unit mana yang paling baik dioperasikan untuk suatu jam
tertentu. Step pertama adalah membuat daftar prioritas komitmen yang diurutkan
dari yang paling ekonomis. Salah satu kriterianya adalah biaya operasi per MW tiap
jam pada beban penuh, jadi di-rangking yang biaya Rp/kWh nya paling rendah.
Selanjutnya dilakukan penghalusan dengan mempertimbangkan biaya start-up, ini
menentukan unit mana yang boleh berhenti lama atau unit hanya boleh berhenti
sebentar untuk meminimalkan biaya start up. Untuk keperluan perencanaan jangka
panjang biasanya penghalusan dengan cara ini tidak terlalu diperhatikan, mengingat
pengurangan biaya tidak terlalu signifikan, namun untuk perencanaan operasional ini
menjadi prasyarat least cost.
4. Pertimbanan keandalan dari unit komitmen
Diatas pertimbanan ekonomi, adalah perlunya menjaga keandalan dengan
mempertimbangkan kecukupan jumlah unit beroperasi untuk menghindari
kekurangan pembangkitan apabila terjadi kegagalan pembangkit, kegagalan transmisi
dan adanya kebutuhan beban emergency pada sistem yang terinterkoneksi.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menjaga keandalan, adalah:
• Mempersiapkan model proyeksi kebutuhan dalam beberapa kurun waktu, (i)
beberapa jam ke depan untuk memastikan jadwal unit komitmen, (ii) 1-2 hari ke
depan, untuk memastikan jadwal unit yang akan start-up atau shut down, dan
(iii) 1 minggu ke depan, ini terutama untuk menetapkan jadwal pembangkit
hidro.
Komitmen Unit Pembangkit (3)

4. Pertimbanan keandalan operasi dari unit komitmen


• Dengan adanya forcast kebutuhan, maka pertama-tama jadwal pembangkit hidro
dapt ditetapkan terlebih dahulu
• Selanjutnya jadwal pembangkit termal dapat direncanakan untuk memastikan
keandalan sistem. Yang paling mendasar dalam memastikan keandalan adalah
tersedianya cadangan yang cukup, adanya ketersediaan tambahan MW di atas
kebutuhan beban. Cadangan harus segera bisa memenuhi kapasitas yang
dibutuhkan dalam interval waktu yang singkat, biasanya dalam orde 10 menit.
Cadangan ini besarnya antara 3% sampai 8% dari beban, biasanya dibagi 2,
cadangan panas dan cadangan pembangkit yang siap dioperasikan (biasanya
dengan ramp rate yang tinggi). Cadangan ini untuk memastikan kecukupan
pembangkitan dalam hal terjadi gangguan, kegagalan pembangkit, transmisi atau
kesalahan forecasting serta kebutuhan emergency dari sistem yang
terinterkoneksi.
5. Pertimbangan kendala operasi dari unit komitmen
Adanya beberapa kendala pengoperasian pembangkit, perlu diperhatikan:
• Unit minimum up time rule. Pembangkit hanya boleh di-start up, kalau dipastikan
bahwa dia akan beroperasi terus menerus melebihi suatu batas jam minimal.
• Unit down time rule. Pembangkit hanya boleh di-shut down, kalau dipastikan
bahwa dia akan berhenti terus menerus melebihi suatu batas jam minimal
Skema Priority List dibangun dengan menggunakan algoritma shut – down sebagai
berikut:
• Pada setiap jam dimana beban turun, tentukan apakah unit berikutnya dalam priority
list masih tetap dapat men-suplai beban kebutuhan dan spinning reserves. Jika tidak,
teruskan pengoperasian unit seperti sebelumnya, jika ya, lanjutkan ke step
berikutnya.
• Tentukan jumlah jam, H, sebelum unit yang dimatikan akan diperlukan untuk
dioperasikan kembali. (dalam hal ini, beban turun, kemudian beberapa jam kemudian
naik kembali.
• Jika H kurang dari minimum down time yang diperlukan unit, tetap gunakan unit
komitmen sebelumnya (jangan matikan unit tersebut).
• Hitung 2 jenis biaya yang mungkin timbul. Biaya pada H jam berikutnya dengan unit
dimaksud beroperasi dan biaya dengan unit dimaksud shut down ditambah biaya
start up unit lainnya yang paling murah. Jika biaya dimana unit dimaksud shut down
lebih murah, maka matikan unit dimaksud.
• Ulangi seluruh prosedur ini untuk unit berikutnya pada priority list.
Simulasi Unit Komitmen

Dalam pemodelan unit komitmen, untuk perencanaan sistem jangka panjang, perlu
diperhatikan: (i) memilih unit dengan komitmen meminimalkan biaya operasi, (ii)
memperhatikan prosedur yang melindungi unit dalam pengoperasian, (iii) menjaga
cadangan panas, dan (iv) memperhatikan unit minimum down time rule.
Pendekatan dengan 4 langkah, biasanya digunakan:
• Unit yang siap beroperasi mingguan dibuat daftar dengan ranking sesuai biaya
operasi Rp/kWh.
• Prosedur pengamanan area dengan mempertimbangkan adanya must run unit
untuk tiap pusat listrik.
• Dari daftar rangking unit yang siap, tiap-tiap jam dipilih unit-unit yang
mencukupi: (i) kebutuhan beban, dengan memperhatikan continous rating-nya,
(ii) kebutuhan beban dan cadangan panas, dengan memperhatikan maximum
rating.
• Komitmen jam-jaman di atas, di-review kembali dengan memperhatikan
minimum down time rule. Yang tidak memenuhi minimum down time rule,
dikeluarkan dari daftar.
Contoh Proses Unit Komitmen

Data beban seperti Tabel di bawah. Jam Beban (MW)


Cadangan panas 10%. 10.00 – 14.00 1790
Area protection rules mensyartakan , 14.00 – 18.00 1500
bahwa 1 pembangkit City dan 1 pem- 18.00 – 22.00 1200
bangkit River harus selalu beroperasi. 22.00 – 02.00 1100
02.00 – 06.00 900
06.00 – 10.00 1500
10.00 – 14.00 1790

Data pembangkit seperti Tabel di bawah:


Unit Cap Cont . (MW) Cap Max. (MW) $/MWh at FL Min DT (jam)
City-1 400 440 9.0 50
City-2 200 200 30.0 2
City-3 100 110 10.0 6
River-1 200 200 32.0 2
River-2 400 430 6.0 50
River-3 200 220 6.5 10
River-4 200 220 9.5 10
Shore-2 200 200 31.0 2
Shore-3 100 100 31.0 2
Contoh Proses Unit Komitmen

Buat daftar prioritas komitmen:

Daft Unit Cap Cont . Kumulatif Cap Max. Kumulatif $/MWh at Min DT
Prioritas (MW) cont (MW) max FL (jam)
1 River-2 400 400 430 430 6.0 50
2 City-1 400 800 440 870 9.0 50
3 River-3 200 1000 220 1090 6.5 10
4 River-4 200 1200 220 1310 9.5 10
5 City-4 100 1300 110 1420 10.0 6
6 City-2 200 1500 200 1620 30.0 2
7 Shore-2 200 1700 200 1820 31.0 2
8 Shore-3 100 1800 100 1920 31.0 2
9 River-1 200 2000 200 2120 32.0 2
Contoh Proses Unit Komitmen

Modifikasi daftar prioritas dengan area protection rule, dimana 1 kit City dam 1 kit
River harus selalu beroperasi. Kemudian hitung minimum jumlah unit untuk tiap
beban sehingga:
(i) Jumlah komited unit maks rating >= beban + cadangan panas (10%)
(ii) Jumlah komited unit continous rating >= beban

Jam Beban Jumlah Unit Beban + cad. Jumlah unit Jumlah unit yg
(MW) pada cont. (MW) pada Max diperlukan
10.00 – 14.00 1790 8 1969 9 9
14.00 – 18.00 1500 6 1650 7 7
18.00 – 22.00 1200 4 1320 5 5
22.00 – 02.00 1100 4 1210 4 4
02.00 – 06.00 900 3 990 3 3
06.00 – 10.00 1500 6 1650 7 7
10.00 – 14.00 1790 8 1969 9 9
Contoh Proses Unit Komitmen

Memperhatikan unit down time:

No. komitmen Unit Min DT (jam) Down time


minimum dari
step-3 kolom-6
(jam)
1 River-2 50 Must run
2 City-1 50 Must run
3 River-3 10 Beroperasi terus
4 River-4 10 4
5 City-4 6 8
6 City-2 2 12
7 Shore-2 2 12
8 Shore-3 2 20
9 River-1 2 20

Membandingkan kolom 4 dengan kolom 3, komitmen no. 4, yaitu River-4 shut down
hanya 4 jam, sementara seharusnya minimal 10 jam, sehingga River-4 harus tetap
beroperasi pada periode berikutnya, jam 02.00 – 04.00.
Contoh Proses Unit Komitmen

Sehingga unit komitmen final menjadi

Jam Unit Komitmen Junit Komitmen


Awal Final
10.00 – 14.00 9 9
14.00 – 18.00 7 7
18.00 – 22.00 5 5
22.00 – 02.00 4 4
02.00 – 06.00 3 4
06.00 – 10.00 7 7
10.00 – 14.00 9 9
MINGGU 5
CONTOH-CONTOH SOAL

Kelas A
karoh38@yahoo.com

Kelas B
nurmaini.putri@yahoo.co.id
Soal No 1
Diketahui dari statistik masa lalu di kota kecil Purwaka, elastisitas antara pertumbuhan listrik
dengan pertumbuhan ekonomi (GDP) adalah 1.6. Jika prediksi pertumbuhan jumlah keluarga
dan pertumbuhan GDP serta program pencapaian rasio ektrifikasi adalah seperti pada Tabel di
bawah ini, berapa MWh prakiraan konsumsi listrik kota tersebut pada tahun 2010, dan 2011.
Asumsikan bahwa untuk tambahan keluarga baru yang berlistrik menggunakan konsumsi listrik
per pelanggan dari tahun lalu.

Jml GDP Kons. Jawaban:


Tahun RE Hitung jumlah keluarga berlistrik, konsumsi per
Kel. Growth Listrik
(MWh) keluarga, masing-masin tahun dan tambahan
2008 25000 50% 4% 20000 keluarga berlistrik tahun berikutnya, untuk
2009 26000 60% 5% - menghitung konsumsi tahun berikutnya.
2010 27500 65% 6% - Istilah-istilah
2011 30000 70% 7% - Kel2008 = jumlah keluarga tahun 2008
RE2008 = rasio elektrifikasi tahun 2008
Kel-Lis2008 = jumlah keluarga berlistrik
tahun 2008
Kons-Kel2008 = konsumsi listrik per keluarga
tahun 2008
Kons2008 = total konsumsi listrik tahun
2008
TKel-Lis2009 = tambahan keluarga berlistrik
tahun 2009
E = elastisitas pertumbuhan GD
Tahun 2008
Kel-lis2008 = RE2008 x Kel2008 = 50% x 25.000 = 12.500 kel
Kons2008 = 20.000 MWh

Tahun 2009
Kons-Kel2008 = Kons2008 / Kel-lis2008 = 20.000 MWh / 12.500 kel
= 1,6 MWh/kel
Kel-lis2009 = RE2009 x Kel2009 = 60% x 26.000 = 15.600 kel
TKel-Lis2009 = Kel-lis2009 - Kel-lis2008 = 15.600 kel – 12.500 kel = 3100 kel
Kons2009 = Kons2008 x (1 + ExGDP2009) + TKel-Lis2009 x Kons-Kel2008
= 20.000 x (1+1.6 *5/100) + 3.100 x 1,6
= 26.560 MWh
Tahun 2010
Kons-Kel2009 = Kons2009 / Kel-lis2009 = 26.560 MWh / 15.600 kel = 1,7026 MWh/kel
Kel-lis2010 = RE2010 x Kel2010 = 65% x 27.500 = 17.875 kel
TKel-Lis2010 = Kel-lis2010 - Kel-lis2009 = 17.875 kel – 15.600 kel = 2275 kel
Kons2010 = Kons2009 x (1 + E x GDP2010) + TKel-Lis2010 x Kons-Kel2009
= 26.560 x (1+1.6 *6/100) + 2275 x 1,7026
= 32.983,17 MWh
Tahun 2011
Kons-Kel2010 = Kons2010 / Kel-lis2010 =32.983,17 MWh / 17.875 kel = 1,8452 MWh/kel
Kel-lis2011 = RE2011 x Kel2011 = 70% x 30.000 = 21.000 kel
TKel-Lis2011 = Kel-lis2011 - Kel-lis2010 = 21.000 kel - 17.875 kel = 3125 kel
Kons2011 = Kons2010 x (1 + E x GDP2011) + TKel-Lis2011 x Kons-Kel2010
= 32.983,17 x (1+1.6 *7/100) + 3125 x 1,8452
= 42443.54 MWh
Soal No. 2
Diketahui bahwa Load Factor kota Purwaka dari tahun ke tahun kira-kira adalah sebesar 0.6
dan pembangkit yang terpasang pada tahun 2008 adalah 3 unit PLTD masing-masing
berkapasitas 2 MW dan 3 unit PLTD masing-masing berkapasitas 1 MW.
Untuk mengantisipasi pertambahan konsumsi listrik pada soal no 1 tersebut, direncanakan
penambahan unit baru PLTD. Berapa MW penambahan yang diperlukan masing-masing untuk
tahun 2009 dan 2010. Penambahan tersebut sudah mempertimbangkan cadangan 2 unit
terbesar terganggu dan batasi penambahan hanya dengan unit ukuran 2 MW dan 1 MW.
Tidak perlu dipertimbangkan bahwa unit terbesar tidak boleh melebihi 10% dari beban puncak.

Jawaban:
Istilah-istilah
Cap2008 = total kapasitas terpasang tahun 2008
BP2008 = beban puncak tahun 2008
Cad2008 = cadangan terpasang tahun 2008
Kcad2008 = kebutuhan cadangan 2008, yaitu = 2 x unit
terbesar
LF = Load Factor
= total konsumsi listrik /(BP x 8760)
BP = total konsumsi listrik / (LF x 8760)
Cad2009awal = Cadangan pada awal 2009, sebelum ada
penambahan kapasitas
= Cap2008 – BP2009
Tcap2009 = Kcad2009 – Cad2009awal
Tahun 2008
Cap2008 = 3 x 2 MW + 3 x 1 MW = 9 MW
BP2008 = Kons2008 / (LF x 8760)
= 20000 / (0,6 x 8760)
=3,80 MW
Kcad2008 = 2 x 2 MW = 4 MW
Cad2008 = Cap2008 – BP2008
= 9 MW – 3,80 MW
= 5,2 MW
Cadangan terpasang memenuhi kebutuhan cadangan.
Tahun 2009
BP2009 = Kons2009 / (LF x 8760)
= 26.560 / (0,6 x 8760)
=5,05 MW
Kcad2009 = 2 x 2 MW = 4 MW
Cad2009awal = Cap2008 – BP2009
= 9 MW – 5,05 MW
= 3,95 MW
Cadangan pada awal 2009 lebih kecil dari kebutuhan cadangan 2009, sehingga
diperlukan tambahan kapasitas pada tahun 2009.

Tcap2009 = Kcad2009 – Cad2009awal


= 4 MW – 3,95 MW
= 0,05 MW, dibulatkan ke unit pilihan yang terkecil
( 1 atau 2 MW), menjadi
= 1 MW
Jadi tambahan kapasitas yang diperlukan tahun 2009 adalah 1 MW.
Tahun 2010
Cap2009 = Cap2008 + Tcap2009
= 9 MW + 1 MW
= 10 MW
BP2010 = Kons2010 / (LF x 8760)
= 32.983,17 / (0,6 x 8760)
=6,28 MW
Kcad2010 = 2 x 2 MW = 4 MW
Cad2010awal = Cap2009 – BP2010
= 10 MW – 6,28 MW
= 3,72 MW
Cadangan pada awal 2010 lebih kecil dari kebutuhan cadangan 2010, sehingga
diperlukan tambahan kapasitas pada tahun 2010.

Tcap2010 = Kcad2010 – Cad2010awal


= 4 MW – 3,72 MW
= 0,28 MW, dibulatkan ke unit pilihan yang terkecil
( 1 atau 2 MW), menjadi
= 1 MW
Jadi tambahan kapasitas yang diperlukan tahun 2010 adalah 1 MW.
Soal No. 3
Untuk keperluan penambahan pembangkit di tahun 2009, direncanakan pembangunan
tambahan pembangkit tersebut dengan mempertimbangkan hal-hal berikut.
Harga unit PLTD untuk kelas 2 MW atau 1 MW lengkap sampai terpasang di tempatnya
sekarang adalah Rp. 5 juta/kW. Untuk membangun PLTD tersebut didapat bantuan pinjaman
dari Bank Komersial dengan bunga 15% per tahun dan masa pengembalian 5 tahun.
Pinjaman tersebut diperoleh pada tahun 2008 dan tahun 2009 tambahan PLTD tersebut sudah
beroperasi dan mulai tahun 2009 pinjaman dan bunganya sudah harus dibayar.
Jika pinjaman tersebut dikembalikan dengan pola pengembalian annuality rata (total cicilan +
bunga dibayar tetap tiap tahun), berapakah angsuran yang harus dibayarkan per tahun?
Jawaban:
Tambahan kapasitas yang diperlukan pada tahun 2009 adalah 1 MW.= 1000 kW
Biaya yang diperlukan = 1000 x Rp 5 juta
= Rp 5000 juta
Mendapatkan pinjaman sebesar Rp 5000 juta, dengan bunga 15%, dengan masa pinjaman 5
tahun, sehingga:

P = 5000 juta
i = 15%
N = 5,
Maka angsuran yang harus dibayarkan pertahun, adalah:
A = 5000 juta x [0,15x(1+0,15)5] / [(1+0,15)5 – 1]

= Rp 1491,58 juta

Jadi angsuran adalah Rp 1491,58 juta per tahun


Contoh Proses Unit Komitmen

Data beban seperti Tabel di bawah. Jam Beban (MW)


Cadangan panas 10%. 10.00 – 14.00 1790
Area protection rules mensyartakan , 14.00 – 18.00 1500
bahwa 1 pembangkit City dan 1 pem- 18.00 – 22.00 1200
bangkit River harus selalu beroperasi. 22.00 – 02.00 1100
02.00 – 06.00 900
06.00 – 10.00 1500
10.00 – 14.00 1790

Data pembangkit seperti Tabel di bawah:


Unit Cap Cont . (MW) Cap Max. (MW) $/MWh at FL Min DT (jam)
City-1 400 440 9.0 50
City-2 200 200 30.0 2
City-3 100 110 10.0 6
River-1 200 200 32.0 2
River-2 400 430 6.0 50
River-3 200 220 6.5 10
River-4 200 220 9.5 10
Shore-2 200 200 31.0 2
Shore-3 100 100 31.0 2
Contoh Proses Unit Komitmen

Buat daftar prioritas komitmen:

Daft Unit Cap Cont . Kumulatif Cap Max. Kumulatif $/MWh at Min DT
Prioritas (MW) cont (MW) max FL (jam)
1 River-2 400 400 430 430 6.0 50
2 City-1 400 800 440 870 9.0 50
3 River-3 200 1000 220 1090 6.5 10
4 River-4 200 1200 220 1310 9.5 10
5 City-4 100 1300 110 1420 10.0 6
6 City-2 200 1500 200 1620 30.0 2
7 Shore-2 200 1700 200 1820 31.0 2
8 Shore-3 100 1800 100 1920 31.0 2
9 River-1 200 2000 200 2120 32.0 2
Contoh Proses Unit Komitmen

Modifikasi daftar prioritas dengan area protection rule, dimana 1 kit City dam 1 kit
River harus selalu beroperasi. Kemudian hitung minimum jumlah unit untuk tiap
beban sehingga:
(i) Jumlah komited unit maks rating >= beban + cadangan panas (10%)
(ii) Jumlah komited unit continous rating >= beban

Jam Beban Jumlah Unit Beban + cad. Jumlah unit Jumlah unit yg
(MW) pada cont. (MW) pada Max diperlukan
10.00 – 14.00 1790 8 1969 9 9
14.00 – 18.00 1500 6 1650 7 7
18.00 – 22.00 1200 4 1320 5 5
22.00 – 02.00 1100 4 1210 4 4
02.00 – 06.00 900 3 990 3 3
06.00 – 10.00 1500 6 1650 7 7
10.00 – 14.00 1790 8 1969 9 9
Contoh Proses Unit Komitmen

Memperhatikan unit down time:

No. komitmen Unit Min DT (jam) Down time


minimum dari
step-3 kolom-6
(jam)
1 River-2 50 Must run
2 City-1 50 Must run
3 River-3 10 Beroperasi terus
4 River-4 10 4
5 City-4 6 8
6 City-2 2 12
7 Shore-2 2 12
8 Shore-3 2 20
9 River-1 2 20

Membandingkan kolom 4 dengan kolom 3, komitmen no. 4, yaitu River-4 shut down
hanya 4 jam, sementara seharusnya minimal 10 jam, sehingga River-4 harus tetap
beroperasi pada periode berikutnya, jam 02.00 – 04.00.
Contoh Proses Unit Komitmen

Sehingga unit komitmen final menjadi

Jam Unit Komitmen Junit Komitmen


Awal Final
10.00 – 14.00 9 9
14.00 – 18.00 7 7
18.00 – 22.00 5 5
22.00 – 02.00 4 4
02.00 – 06.00 3 4
06.00 – 10.00 7 7
10.00 – 14.00 9 9
Soal No. 5
Suatu kota mempunyai 2 pembangkit besar, yaitu:
Unit – 1
Kapasitas kontinyu 400 MW
Biaya bahan bakar F1(P1) = 500 + 8 P1 + 0.0017 P12 USD/jam
Unit – 2
Kapasitas kontinyu 200 MW
Biaya bahan bakar F2(P2) = 600 + 8.4 P2 + 0.002 P22 USD/jam
Untuk suatu hari, karakteristik beban selama 24 jam adalah sebagai berikut:
Periode-I : Jam 06.00 – 17.00 beban 550 MW
Periode-II : Jam 17.00 – 22.00 beban 450 MW
Periode-III : Jam 22.00 – 06.00 beban 300 MW
Asumsi:
Tidak ada cadangan panas
Tidak ada kriteria down time minimum
Tidak ada pengamanan regional / tidak ada must run unit
Tidak perlu di-test melewati batas maksimum/minimum

Pertanyaan:
a. Berapa USD/MWh biaya dari masing-masing unit pada pembebanan dengan
kapasitas kontinyu.
b. Buatkan unit komitmen untuk masing-masing periode.
c. Buatkan pembebanan optimum menggunakan economic dispatched dengan metoda
Lagrange murni (penyelesaian persamaan linier), untuk mendapatkan biaya terendah,
untuk masing-masing periode.
d. Hitung berapa biaya total pada 1 hari penuh tersebut (24 jam)
Jawaban 5a)
Berapa USD/MWh biaya dari masing-masing unit pada pembebanan dengan kapasitas
kontinyu.
Unit – 1, pada beban P1 = 400 MW, maka
Biaya bahan bakar F1(400) = 500 + 8x400 + 0.0017X4002 USD/jam = 3972 USD per jam
Dalam 1 jam, energi yang keluar = 400 x 1 = 400 MWh
Jadi biaya bahan bakar Unit 1 = 3972/400 USD/MWh = 9.93 USD/MWh
Unit – 2, pada beban P2 = 200 MW, maka
Biaya bahan bakar F2(200) = 600 + 8.4x200 + 0.002X2002 = 2360 USD per jam
Dalam 1 jam, energi yang keluar = 200 x 1 = 200 MWh
Jadi biaya bahan bakar Unit 2 = 2360/200 USD/MWh = 11.80 USD/MWh

Jawaban No 5b)
Buatkan unit komitmen untuk masing-masing periode.

Step-1 Urutkan pembangkit dari yang termurah dan buat kumulatif beban
Kapasitas Kumulatif
Unit Kapasitas Biaya ($/MWh)
(MW)
1 400 400 9.93
2 200 600 11.80
Untuk masing-masing periode buatkan unit komitmennya
Periode Beban jumlah unit
06.00 - 17.00 550 2
17.00 - 22.00 450 2
22.00 - 06.00 300 1
Jawaban 5 c). Buatkan pembebanan optimum menggunakan economic dispatched dengan
metoda Lagrange murni (penyelesaian persamaan linier), untuk mendapatkan biaya terendah,
untuk masing-masing periode.
Step-1 Buat differensial parsial dari masing-masing persamaan bahan bakar.
dF1/dP1 = 8 + 0.0034 P1
dF2/dP2 = 8.4 + 0.004 P2
Step-2 Buatlah persamaan Lagrange-nya dan carilah P1, P2 dan λ, dengan metoda
eliminasi
Beban = 550 MW
8 + 0.0034 P1 = λ pers 1)
8.4 + 0.004 P2 = λ pers 2)
P1 + P2 =550 pers 3)
Substitusikan P2 = 550 – P1 ke persamaan 2):
8.4 - 0.004 P1 + 2.2 = λ pers 2)
10.6 – 0.004 P1 =λ
8 + 0.0034 P1 = λ pers 1)
Eliminasi λ, maka:
2.6 - 0.0074 P1 =0
P1 = 2.6/0.0074 = 351.35
Sehingga: P1 = 351.35 MW, dan P2 = 550 – 351.35 = 198.65 MW,
serta λ = 8 + 0.0034x351.35 = 9.1946

Dengan cara yang sama, maka:


Beban = 450,
P1 = 297.30 MW, P2 = 152.79 MW, dan λ = 9.0108
Untuk Beban = 300 MW.
Karena hanya ada 1 unit beroperasi, maka: P1 = 300 MW dan P2 = 0 MW
Jawaban 5d). Hitung berapa biaya total pada 1 hari penuh tersebut (24 jam)
Untuk masing-masing beban, hitunglah biaya per jam masing-masing
pembangkit, menggunakan persamaan biaya bahan bakar F1 dan F2,
kemudian kalikan jumlah jam untuk masing-masing perioda, sehingga
didapatkan biaya selama 24 jam. Resume seperti pada Tabel di bawah.

Beban 550 MW
P1 = 351.35 MW
Biaya bahan bakar F1(P1) = 500 + 8 P1 + 0.0017 P12 USD/jam
= 500 + 8 x 351.35 + 0.0017 x (351.35)2
= 3,520.67 USD/jam
P2 = 198.65 MW
Biaya bahan bakar F2(P2) = 600 + 8.4 P2 + 0.002 P22 USD/jam
= 600 + 8.4 x 198.65 + 0.002 x (198.65)2
= 2,347.57 USD/jam
Total biaya pada beban 550 MW = 5868.27 USD/jam
Total biaya pada beban 550 MW dalam 1 periode (11 jam)
= 11 jam x 5868.27 USD/jam
= 64,550.68 USD
Resume untuk selama 24 jam.

Beban Beban Beban Biaya unit-1 Biaya unit-2 Biaya Notes


Perioda (MW) Unit-1 (MW) Unit-2 (MW) per jam ($) per jam ($) Total ($)
06.00 – 17.00 x 11 jam
(11 jam) 550 351.35 198.65 3,520.67 2,347.57 64,550.68
17.00 – 22.00 x 5 jam
(5 jam) 450 297.30 152.70 3,028.63 1,929.34 24,789.86
22.00 – 06.00 x 8 jam
(8 jam) 300 300.00 0.00 3,053.00 24,424.00

Total 24 jam 113,764.54


Soal No. 4
Pada awalnya kota Baruna hanya mempunyai 3 unit pembangkit dengan
komposisi dan perkiraan FOR (Forced Outage Rate) dan Innage Rate adalah
sebagai pada Tabel berikut:
Unit Kapasitas FOR Innage Rate
PLTD A 2 MW 0.05 0.95
PLTD B 5 MW 0.05 0.95
PLTD C 4 MW 0.10 0.90
Jika beban puncak mingguan adalah seperti pada Tabel di bawah, berapakah
LOLP (Loss of Load Probability / Probabilitas beban tidak terpenuhi) dalam
satuan hari/minggu pada sistem Purwaka tersebut.
Hari Beban
Puncak
(MW)
Senin 5.10
Selasa 4.90
Rabu 4.80
Kamis 5.20
Jumat 6.40
Sabtu 4.50
Minggu 4.40
Step-1
Hitunglah probabilitas dari terjadinya gangguan dari seluruh
kombinasi dari ke-3 pembangkit tersebut.
Probabilitas terjadinya gangguan beberapa unit adalah perkalian
antara FOR unit yang terganggu dengan Innage Rate unit yang
tidak terganggu.

Tabel Probabilitas Terjadinya Gangguan

Unit Yang Kapasitas Unit Yang Probabilitas Terjadinya


Terganggu Terganggu (MW) beroperasi Gangguan
Tidak ada 0 A, B dan C 0,95x0,95x0,90 = 0.81225
A 2 B dan C 0,05x0,95x0,90 = 0.04275
B 5 A dan C 0,95x0,05x0,90 = 0,04275
C 4 A dan B 0,95x0,95x0,10 = 0,09025
A dan B 7 C 0,05x0,05x0,90 = 0,00225
A dan C 6 B 0,05x0,95x0,10 = 0,00475
B dan C 9 A 0,95x0,05x0,10 = 0,00475
A, B dan C 11 Tidak ada 0,05x0,05x0,10 = 0,00025
Step-2
Urutkanlah tabel di atas dengan kapasitas yang terganggu mulai dari
yang terkecil

Tabel Urutan Kenaikan Gangguan

Unit Yang Kapasitas Unit Yang Probabilitas Terjadinya


Terganggu Terganggu (MW) beroperasi Gangguan
Tidak ada 0 A, B dan C 0.81225
A 2 B dan C 0.04275
C 4 A dan B 0,09025
B 5 A dan C 0,04275
A dan C 6 B 0,00475
A dan B 7 C 0,00225
B dan C 9 A 0,00475
A, B dan C 11 Tidak ada 0,00025
Step-2
Urutkanlah tabel di atas dengan kapasitas yang terganggu mulai dari
yang terkecil

Tabel Probabilitas Kumulatif Gangguan

Unit Yang Kapasitas Unit Yang Probabilitas Terjadinya


Terganggu Terganggu (MW) beroperasi Gangguan
Tidak ada 0 A, B dan C 1
A 2 B dan C 0.18775
C 4 A dan B 0.14500
B 5 A dan C 0.05475
A dan C 6 B 0.012
A dan B 7 C 0.00725
B dan C 9 A 0.005
A, B dan C 11 Tidak ada 0,00025
Step-4
Buatlah Tabel Probabilitas tidak terpenuhinya beban harian,
kemudian jumlahkan sehingga ketemu LOLP mingguan.

Tabel Probabilitas Tidak Terpenuhinya Beban Terlayani


Hari Beban Puncak Kapasitas atau Probabilitas
(MW) Lebih Yang Beban Tidak
Kerganggu (MW) Terpenuhi
Senin 5.10 5.90 0,012
Selasa 4.90 6.10 0.00725
Rabu 4.80 6.20 0.00725
Kamis 5.20 5.80 0.012
Jumat 6.40 4.60 0.05475
Sabtu 4.50 6.50 0.00725
Minggu 4.40 6.60 0.00725

Total 1
minggu 0.10775

Jadi sistem kota Purwaka tersebut mempunyai


LOLP = 0,10775 hari/minggu
= 0,10775 x 52 = 5,603 hari/tahun
Minggu – 6

1. Model Simulasi Produksi


1. Dengan Tehnik Load Duration Curve -
Deterministik
2. Tanpa Memperhitungkan FOR
3. Dengan Memperhitungkan FOR
2. Proses Simulasi Produksi
1. Deterministik Tanpa FOR
2. Deterministik Dengan FOR
3. Probabilistik
3. Perencanaan Pembangkit Sistem Besar

You might also like