Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

Cases Studies In Managing Exudate

In Pressure Injury

Ns. Muhammad Zaki, M.Kep.,Sp.KMB,ETN


Pendahuluan.
• Pressure Injury / pressure ulcer / luka tekan
merupakan kerusakan jaringan akibat adanya
penekanan antara jaringan lunak tipis dengan
daerah tulang menonjol pada permukaan
yang keras, dalam jangka waktu yang panjang
dan terus menerus di satu posisi menetap
(NPUAP.2014)
KLASIFIKASI DERAJAT LUKA TEKAN
• Stage I pressure
ulcer.
Intact skin with non-
blanching redness.
KLASIFIKASI DERAJAT LUKA TEKAN
• Stage II pressure ulcer.
Shallow, open ulcer
with red-pink wound
bed.
KLASIFIKASI DERAJAT LUKA TEKAN
• Stage III pressure ulcer.
Full-thickness tissue
loss with visible
subcutaneous fat.
KLASIFIKASI DERAJAT LUKA TEKAN
Stage IV pressure ulcer.
Full-thickness tissue loss
with exposed muscle and
bone.
WOUND EXUDATE
• Exudate from a variety of acute and chronic wounds
has been characterised and differences identified.
Exudate from acute wounds is rich in growth factors
(Chen et al, 1992), while that from chronic wounds
contains tissue-degrading enzymes (Rogers et al, 1995).
• In a leg ulcer study Trengrove et al (1996) found high
lactate and low glucose levels in the exudate.
WOUND EXUDATE
• Pressure ulcers often require filling as well as exudate control.
This, combined with the fact that they usually occur in difficult
areas to dress, makes management a challenge (Berry and
Jones, 1993).
• Absorbent fibrous dressings, such as alginate rope and
hydrofibre ribbon, are effective in filling as well as absorbing
exudate and maintaining a moist environment. Cavity foam
dressings have also demonstrated efficacy (Harding et al, 1986).
• Non-healing exuding cavity wounds may benefit from vacuum-
assisted closure (VAC). This system delivers negative pressure to
the wound, causing arteriole dilatation locally. Preliminary
reports suggest that healing is promoted even when exudate
levels are high (Collier, 1997).
WOUND EXUDATE
WOUND EXUDATE
WOUND EXUDATE
WOUND EXUDATE MANAGEMENT
Pembahasan Kasus
• Pasien Ny. P, 59 th. Dengan DX Medis : Combustio Grade 2B,
43%, DM tipe 2
• Pasien ketumpahan air panas saat merebus air, lalu terjadi
trauma luka bakar, dan pasien di rujuk ke RS Fatmawati ke burn
unit.
• Hasil Lab : Hb : 10,6 / Leko : 28.600 / Alb : 2,1 / Nat : 111 / Kal :
2,79 / Klor : 91 / GDS : 266.
• Perawatan selama di RS 25 hari, dan oleh karena tubuh pasien
termasuk obesitas, dengan kondisi luka bakar ada di regio kaki,
tangan, dan sedikit perut, maka, pasien lebih banyak istirahat
dalam posisi terlentang, sehingga muncul luka tambahan luka
tekan pada area sekitar bokong, yang akhirnya meluas, karena
ada ketidakseimbangan gula darah.
Pembahasan Kasus
• Pasien dilakukan perawatan luka bakar dan luka
di area bokong secara komprehensif dan
sistematis. Terkadang dilakukan di kamar operasi
dan bila perlu sekali ( situasional) juga bisa
dilakukan di ruang ganti balutan khusus pasien
luka bakar.
• Namun karena infeksi meluas dan area luka
bakar yang cukup luas, pasien sepsis dan
akhirnya meninggal dunia.
WOUND EXUDATE MANAGEMENT
Pembahasan Kasus
• Pasien Ny. I, 54 th. Dengan DX Medis : stroke iskemik, DM
tidak terkontrol,
• Pasien setalah menjalani proses perawatan di RS, Lalu
dirawat dirumah oleh keluarga, dan hanya beristirahat
diatas tempat tidur sekitar 6 bulan, dengan minimal
mobilisasi.
• Hasil Lab : Hb : 12,6 / Leko : 18.600 / Alb : 2,6 / Nat : 119 /
Kal : 2,99 / Klor : 101 / GDS : 326.
• Perawatan selama di RS 15 hari, dan karena saat di RS
kegawatan telah diatasi, lalu tidak ada tanda gejala akan
muncul secondary efect disease dari pasien. Maka
keluargapasien memutuskan pasien untuk dirawat
dirumah saja.
Pembahasan Kasus
• Pasien lebih banyak bedrest di tempat tidur, jarang
dilakukan mobilisasi dan massage punggung.
• Mulai muncul tanda kemerahan, luka lecet, hingga kulit
terkelupas, baru menghubungi perawat untuk dilakukan
perawatan.
• Namun, area inflamasi dan iskemik jaringan sudah cukup
luas sehingga sudah banyak jaringan nekrosis, dan harus
dilakukan autolitik debridement dengan sejumlah modern
dressing.
• Dilakukan wound bed preparation, analisa kebutuhan
modern dressing, lakukan ganti balutan sesuai indikasi,
dan kolaboratif bersama keluarga melakukan mobilisasi,
dan menjaga kestabilan gula darah dan nutrisi pasien.
WOUND EXUDATE MANAGEMENT
Pembahasan Kasus
• Pasien Tn. D 58 th. Dengan DX Medis : Ca Colon Asenden
T3N1M1, sejak tahun 2018. Awal pasien dirawat dan
dilakukan tindakan pembedahan adalah dengan keluhan
sulit BAB dan kotoran berbentuk seperti kotoran kambing.
• Pasien dilakukan operasi laparotomi eksplorasi colostomi
ileustomi.
• Hasil Lab : Hb : 10,6 / Leko : 17.300 / Alb : 2,8 / Nat : 118 /
Kal : 2,98 / Klor : 99 / GDS : 126.
• Perawatan selama di RS 12 hari, dan diperbolehkan rawat
jalan dengan kondisi luka laparotomi dehiscence, dan
ileustomi produksi moderate, dan colostomi produksi
normal.
Pembahasan Kasus
• Selama perawatan di rumah, luka laparotomi
mengeluarkan cairan serosa dan pus dalam jumlah
yang cukup banyak sekitar 100 – 150 cc.
• Dilakukan perawatan luka pasien dengan
menggunakan primary dressing sorbact rebown,
secondary dressing dengan foam cutimed siltec dan
tersier dressing menggunakan gauze dan hipavix.
• Perawatan luka dilakukan setiap 3 hari sekali, dan
perawatan stoma dilakukan tiap 5 hari sekali.
WOUND EXUDATE MANAGEMENT
WOUND EXUDATE MANAGEMENT
WOUND EXUDATE MANAGEMENT

You might also like