Referensi Materi Mekflu Kelompok

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 16
VI. KINEMATIKA ZAT CAIR 61. Pendahuluan Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Dalam hal ini dipelajari kecepatan di setiap titik dalam medan aliran pada setiap saat. Di dalam aliran zat cair gerak partikel sulit diikuti, oleh karena itu biasanya ditentukan kecepatan pada suatu titik sebagai fungsi waktu, Setelah kecepatan didapat maka dapat diperoleh distribusi tekanan dan kemudian gaya yang bekerja pada zat cair. 6.2. Macam Aliran Aliran zat cair dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam seperti berikut : 1. aliran invisid dan viskos 2. aliran kompresibel dan tak kompresibel 3. aliran Jaminer dan turbulen 4, aliran mantap (steady flow) dan tak mantap (unsteady flow) 5. aliran seragam dan tak seragam 6. aliran satu, dua dan tiga dimensi 7. aliran rotasional dan tak rotasional 126 HIDRAULIKA1 6.2.1, Aliran invisid dan viskos Aliran invisid adelah aliran di mana kekentalan zat cair, y., dianggap nol (zat cair ideal). Sebenamnya zat cair dengan kekentalan nol tidak ada di alam, tetapi dengan anggapaa tersebut akan sangat menyederhanakan permasalahan yang sangat kompleks dalam hidraulike. Karena zat cair tidak mempunyai kekentalan maka tidak terjadi tegangan geser antara partikel zat cair dan anta- ra zat cair dan bidang batas. Pada kondisi tertentu, anggapan bahwa 1=0 da- pat diterima untuk zat cair dengan kekentalan kecil seperti air, Aliran viskos adalah aliran di mana kekentalan diperhitungkan (zat cair riil). Keadaan ini menyebabkan timbulnya tegangan geser antara partikel zat cair yang bergerak dengan kecepatan berbeda. Apabila zat cair riil mengalir melalui bidang batas yang diam, zat cair yang berhubungan langsung dengan bidang batas tersebut akan mempunyai Kecepatan nol (diam). Kecepatan zat cair akan bertambah sesuai dengan jarak dari bidang tersebut. Apabila medan aliran sangat dalam/letar, di luar suatu jarak tertentu dari bidang batas, aliran™ tidak lagi dipengarubi oleh hambatan bidang batas. Pada daerah tersebut ecepatan aliran hampir seragam. Bagian aliran yang berada dekat dengan bidang batas, di mana terjadi perubahan kecepatan yang besar dikenal dengan lapis batas (boundary iayer). Di daerah lapis batas ini tegangan geser terben- tuk di antara lapis-lapis zat cair yang bergerak dengan kecepatan berbeda karena adanya kekentalan zat cair dan turbulensi yang menyebabkan partikel zat cai bergerak dari lapis yang satu ke lapis lainnya. Di Iuar lapis batas tersebut pengaruh tegangan geser yang terjadi karena adanya bidang batas dapat diabaikan dan zat cair dapat dianggap sebagai zat cair ideal. 6.2.2. Aliran kompresibel dan tak kompresibel Semua fluida (termasuk zat cair) adalah kompresibel sehingga rapat mas- sanya berubah dengan perubahan tekanan. Pada aliran mantap dengan peru- bahan rapat massa kecil, sering dilakukan penyedethanaan dengan mengang- gap bahwa zat cair adalah tak kompresibel dan rapat massa adalah Konstan, Oleh Karena zat cair mempunyai kemampatan yang sangat kecil, maka dalam analisis aliran mantap sering dilakukan anggapan zat cair tak kompresibel. Tetapi pada aliran tak mantap melalui pipa di mana bisa terjadi perubahan tekanan yang sangat besar, maka kompresibilitas zat cair harus diperhitung- kan. ‘Untuk gas di mana kemampatannya besar, maka perubahan rapat massa karena adanya perubahan tekanan harus diperhitungkan VL KINEMATIKA ZAT CAIR 27 6.2.3. Alin Aliran viskos dapat dibedakan dalam aliran laminer dan turbulen. Aliran adalah laminer apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan ‘membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan, Apabila zat wama diinjeksikan pada suatu titik dalam aliran, maka zat wama tersebut akan mengalir menurut garis aliran yang teratur seperti benang tanpa terjadi difusi atau penyebaran, Pada aliran di saluran/pipa yang mempunyai bidang batas sejajar, garis-garis lintasan akan sejajar. Sedang di dalam saluran yang mempunyai sisi tidak sejajar, garis aliran akan menguncup atau mengem- bang sesuai dengan bentuk saluran. Kecepatan partikel zat cair pada masing-masing garis lintasan tidak sama tetapi bertambah dengan jarak dari dinding saluran, Aliran laminer dapat terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil dan zat cair mempunyai kekentalan besar. Gambar 6.1. adalah contoh dari aliran laminer di dalam pipa dengan penampang konstan dan tidak Konstan, n Jaminer dan turbulen Zat ware Lintasen gerak partikel Gambar 6.1. Aliran laminer dalam pipa Pada aliran turbulen (gambar 6.2.) partikel-partikel zat cair bergerak tidak teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. Zat warma yang dima- sukkan pada suatu titik dalam aliran akan terdifusi dengan cepat ke scluruh aliran, Aliran turbulen terjadi apabila kecepatan aliran besar, saluran besar dan zat cait mempunyai kekentalan kecil. Aliran di sungai, saluran irigasi/drainasi dan di laut adalah contoh dari aliran turbulen. 42.4, iran mantap dan tak mantap Aliran mantap (steady flow) terjadi jika variabel dari aliran (seperti kecepatan V, tekanan p, rapat massa p, tampang aliran A, debit Q, dsb.) di 128 HIDRAULIKAI Lintasan gerak partikel ————= = eS =~ Gambar 6.2. Aliran turbulen dalam pipa sebarang titik pada zat cair tidak berubah dengan waktu. Keadaan ini dapat dinyatakan dalam bentuk matematis berikut : OV_» . 9P_9 . 20_, . @h_, | 2Q_ BeWO § BHO § Be=O s BeHO 5 Bem O Dalam aliran turbulen, gerak partikel zat cair selalu tidak beraturan. Di sebarang titik selalu terjadi fluktuasi kecil dari kecepatan. Tetapi jika nilai reratanya pada suatu periode adalah konstan maka aliran tersebut adalah permanen. Gambar 6.3.2 menunjukkan kecepatan sebagai fungsi waktu pada suatu titik dalam aliran turbulen. Kecepatan reratanya adalah : Ve yang ditunjukkkan pada gambar tersebut sebagai garis horisontal yang konstan terhadap waktu. Aliran melalui pipa dengan tekanan tetap dan aliran melalui saluran irigasi adalah contoh dari aliran mantap. Gambar 6.3. Kecepatan fungsi waktu untuk aliran mantap (a) dan tak mantap (b) VI. KINEMATIKA ZAT CAIR 129 Aliran tak mantap (unsteady flow) terjadi jika variabel aliran pada setiap titik berubah dengan waktu, oreo 3 eo 3 Peo 3 geo : 2240 Contoh dari aliran tak mantap adalah perubahan debit di dalam pipa atau saluran, aliran banjir di sungai, aliran di estuari (muara sungai) yang dipenga- ruhi pasang surut, dsb. Gambar 6.3.b. menunjukkan kecepatan sebagai fungsi ‘waktu pada suatu titik dalam aliran turbulen dan tak mantap. Analisis dari aliran ini adalah sangat kompleks, biasanya penyelesaiannya dilakukan secara numerik dengan menggunakan komputer. 6.2.5. Aliran seragam dan tak seragam Aliran disebut serazam (uniform flow) apabila tidak ada perubahan besar dan arah dari kecepatan dari satu titik ke titik yang lain di sepanjang aliran (gambar 6.4.2). Demikian juga dengan variabel-variabel lainnya seperti tekan- an, rapat massa, kedalaman, debit, dsb. aV_y , Po , 2 ah ag as + os > ose 3 ger 3 Ger? ‘Aliran di saluran panjang dengan debit dan penampang tetap adalah contoh dari aliran seragam. ‘Alliran tak seragam (rion uniform flow) terjadi jika semua variabel aliran berubah dengan jarak, atau : oVig . oP dp.) . ahi, . 22 Shoo ; Seo ; Zoeo ; gee0 s Geeo tens hyeh ° Gambar 6.4. Aliran seragam (a) dan tak seragam (b) 130 HIDRAULIKA I Contoh dari aliran tak seragam adalah aliran di sungai atau di saluran di dae- rah dekat terjunan atau bendung. Gambar 6.4. menunjukkan aliran beraturan dan tak beraturan. 6.2.6. Aliran satu, dua dan tiga dimensi Dalam aliran satu dimensi (1-D), kecepatan di setiap titik pada tampang lintang mempunyai besar dan arah yang sama. Sebenamya jenis aliran sema- cam ini sangat jarang terjadi. Tetapi dalam analisa hidraulika, aliran tiga di- ‘mensi dapat disederhanakan menjadi aliran satu dimensi berdasarkan bebera- pa anggapan, misalnya mengabaikan perubahan kecepatan vertikal dan me- lintang terhadap kecepatan pada arah memanjang. Keadaan pada tampang fintang adalah nilai rerata dari kecepatan, rapat massa, dan sifat-sifat lainnya. Aliran di dalam pipa atau saluran kecil adalah salah satu contoh dari aliran yang dapat diangeap sebagai aliran satu dimensi. Di dalam aliran tak seragam seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.5.2. kecepatan aliran pada tampang 4 dan BB adalah merata. Perubahan kecepatan hanya terjadi pada arah aliran. Dalam aliran dua dimensi (2-D), semua partikel dianggap mengalir da- Jam bidang sepanjang aliran, schingga tidak ada aliran tegak lurus pada bi- dang tersebut (gambar 6.5.b). Bidang tersebut bisa mendatar atau vertikal ter- gantung pada masalah yang ditinjau. Apabila distribusi vertikal dari kecepatan atau sifat-sifat yang lain adalah penting daripada pada arah_melintang maka aliran dapat dianggap dua dimensi vertikal. Sedang aliran di saluran yang sangat lebar, misalnya di pantai, maka anggapan aliran dua dimensi mendatar adalah lebih sesuai. Kebanyakan aliran di alam adalah tiga dimensi, di mana komponen kece- patan w, v, dan w adalah fungsi dari koordinat ruang x, y, dan z. Analisa dari aliran ini adalah sangat sulit. Gambar 6,5.c. menunjukkan aliran tiga dimensi @-D). 6.2.7. Aliran rotasional dan tak rotasional Aliran adalah rotasional bila setiap partikel zat cair mempunyai kece- patan sudut terhadap pusat massanya. Gambar 6.6.2. menunjukkan distribusi kecepatan suatu aliran turbulen dari zat cair riil melalui dinding batas lurus. Karena distribusi kecepatan yang tidak merata, partikel zat cair akan berotasi. Suatu partikel yang semula kedua sumbunya saling tegak lurus setelah mengalami rotasi akan terjadi perubahan sudut. Pada aliran tak rotasional, distribusi kecepatan di dekat dinding batas adalah merata (gambar 6.6.b.). Suatu partikel zat cair tidak berotasi terhadap pusat massanya. ‘VI KINEMATIKA ZAT CAIR BI @ ©) Gambar 6.6. Aliran rotasional (a) dan tak rotasional (b) 132 HIDRAULIKA! 6.3. Garis Arus dan Tabung Arus Garis arus (stream line) adalah Kurva Khayal yang ditarik di dalam aliran zat cair untuk menunjukkan arah gerak di berbagai titik dalam aliran, dengan mengabaikan fluktuasi sekunder yang terjadi akibat turbulensi. Garis sing- gung yang dibuat di sebarang titik pada kurva tersebut menunjukkan arah kecepatan partikel zat cair. Garis arus tidak akan saling berpotongan atau ber- temu. Gambar 6.7. meaunjukkan garis arus pada aliran melalui bidang batas yang mengecil. Garis arus SS Gambar 6.7. Garis arus Oleh Karena vektor kecepatan di setiap titik pada garis arus adalah me- nyinggung garis arus tersebut, maka tidak ada komponen kecepatan yang tegak lurus padanya, Dengan demikian tidak ada aliran tegak lurus garis arus; sehingga bidang batas juga merupakan garis arus. Mengingat aliran tidak bisa ‘memotong garis arus maka jumlah aliran antara dua garis arus adalah sama. Apabila sejumlah garis arus ditarik melalui setiap titik di sekeliling sua- tu Tuasan kecil maka akan terbentuk suatu tabung arus. Oleh karena tidak ada aliran memotong garis arus, zat cair di dalam tabung arus tidak akan keluar melalui dinding tabung. Aliran hanya masuk dan keluar melalui kedua ujung, tabung arus. Gambar (6.8) menunjukkan tabung arus. aA, Pusat garis aliran Gambar 6.8. Tabung arus VI. KINEMATIKA ZAT CAIR 133 6.4, Percepatan Partikel Zat Cair Percepatan partikel zat cair yang bergerak didefinisikan sebagai Iaju pe- rubahan kecepatan. Laju perubahan kecepatan ini bisa disebabkan oleh peru- bahan geometri medan alizan atau karena perubahan waktu. Dipandang suatu aliran melalui curat dengan tampang lintang mengecil dari sebuah tangki se- pertiditunjukkan dalam gambar 6.9. Apabila tinggi muka air dari sumbu curat adalah Konstan, aliran melalui curat akan mantap dan kecepatan pada suatu titik adalah konstan terhadap waktu. Tetapi Karena adanya pengecilan tam- pang curat, maka aliran di sepanjang curat akan dipercepat. Perubahan kece- patan karena adanya perubahan tampang aliran disebut dengan percepatan konveksi. Apabila tinggi muka air berubah (bertambah atau berkurang) maka kecepatan aliran di suatu titik dalam curat akan berubah dengan waktu, yang berarti aliran di suatu tik mengalami percepatan. Percepatan ini disebut dengan percepatan lokal yang terjadi karena adanya perubahan aliran menurut waktu. Dengan demikian apabila permukaan zat cair selalu berubah maka aliran di dalam curat akan mengalami percepatan konveksi dan lokal. Gabungan dari kedua percepatan tersebut dikenal dengan percepatan total, dan aliran adalah tak mantap. Gambar 6.9. Aliran melalui Curat Gambar 6.10. menunjukkan lintasan dari gerak partikel zat cair. Partikel tersebut bergerak dari titik O sampai ke titik P. Panjang lintasan OP adalah ds, Di titik O kecepatan partikel adalah V dan di titik P kecepatannya menjadi Vsd¥. Selama gerak tersebut kecepatan partikel tidak Konstan, tetapi berubah dengan waktu dan ruang. Secara matematis dapat ditulis: v=VG,s) (6.1) Ba HIDRAULIKA 1 veo Gambar 6.10. Lintasan gerak partikel zat cair Percepatan partikel selama gerak tersebut adalah = wv a= (6.2) Diferensial dV ditulis dalam bentuk diferensial parsiil, av. a = Sp dt + Fe ds (6.3) Substitusi persamaan (6.3) ke dalam persamaan (6,2) dan karena V = dsidt maka didapat : a _av a a= (6.4) di mana dV/dt disebut percepatan total yang terdiri dari percepatan lokal (@¥/01) dan percepatan konveksi (V 8V/2s) 6.5. Debit Aliran Jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu satuan waktu disebut debit aliran dan diberi notasi Q. Debit aliran biasanya diukur dalam volume zat cair tiap satuan waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik per detik (m/d) atau satuan yang lain (liter/detik, liter/menit, dsb). Di dalam zat cair ideal, di mana tidak terjadi gesekan, kecepatan aliran adalah sama di setiap titik pada tampang lintang. Gambar 6.11. menunjukkan distribusi Kecepatan aliran untuk zat cair ideal dan zat cair rill melalui pipa dan saluran terbuka VI KINEMATIKA ZAT CAIR 135 an Gambar 6.11.a, Kecepatan aliran melalui pipa Fateair ideal sat eair i Gambar 6.11.b. Kecepatan aliran melalui saluran terbuka Apabila tampang aliran tegak lurus pada arah aliran adalah 4, maka debit aliran diberikan oleh bentuk berikut: Q=AV (txm/d=m'/d) Untuk zat cair riil, kecepatan pada dinding batas adalah nol, dan bertam- bah dengan jarak dari dinding batas. Untuk aliran melalui pipa, kecepatan maksimum terjadi di sumbu pipa. Apabila v adalah kecepatan di pias setebal dr dan berjarak r dari sumbu, maka debit aliran melalui pias adalah : dQ= dA v=2nrdrv Integrasi dari persamaan tersebut menghasilkan debit aliran total melalui seluruh tampang pipa 4, Q=2n fe rdr Apabila terdapat hubungen antara v dan r, maka debit aliran dapat dihitung. Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya sama dengan kecepatan rerata V, sehingga debit aliran adalah : Q=AV 65) 136 HIDRAULIKA1 Contoh 1 Pipa dengan diameter 0,25 m mengalirkan air dengan kecepatan | m/d, Berapakah debit aliran. Apabila debit aliran dinaikkan menjadi 75 Ua, bera- pakah kecepatan aliran. Penyelesaian a. Debit aliran dihitung dengan rumus berikut : Q=A VaqrD V = 4% (025) x1,0=0,0491 m@/d=49,1/d b. Kecepatan aliran untuk Q = 75 I/d Q=75 1/d=0,075 m/d Q=AV Q__ 0,075 v=. = 1,53 m/d 4 q n(0,25) 6.6. Persamaan Kontinuitas Apabila zat cair tak kompresibel mengalir secara kontinyu melalui pipa atau saluran terbuke, dengan tampang aliran Konstan ataupun tidak konstan, maka volume zat cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama di semua tampang. Keadaan ini disebut dengan hukum kontinyuitas aliran zat cair. Dipandang tabung aliran seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.12. Untuk aliran satu dimensi dan mantap, kecepatan rerata dan tampang lintang, pada titik 1 dan 2 adalah Vi, dA; dan V2, dd. ‘Volume zat cair yang masuk melalui tampang | tiap satuan waktu : ¥ 44, ‘Volume zat cair yang keluar dari tampang 2 tiap satuan waktu —: V2 dp Oleh karena tidak ada zat cair yang hilang di dalam tabung aliran, maka : Vi dA, = Vaday Integrasi dari persamaan tersebut pada seluruh tampang aliran, akan didapat volume zat cair yang melalui medan aliran, nf ann) dAn h bn VL KINEMATIKA ZAT CAIR, 137 Z au “? Gambar 6.12. Tabung aliran untuk menurunkan persamaan Kontinuitas Vi Ay = Va Ar (6.6) atau Q=AV=konstan 61) Persamaan (6,6) dan (6.7) disebut dengan persamaan kontimuitas untuk zat cair tak kompresibel. Apabila pipa bercabang seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.13, berdasarkan persamaan Kontinuitas, debit aliran yang menuju titik cabang hharus sama dengan debit yang meninggalkan titik tersebut. Gambar 6.13.Persamaan kontinuitas pada pipa bercabang Q1=O2+ Os Ay Vi = Az V2 + Ay V3 138 HIDRAULIKA1 Biasanya debit aliran menuju titik cabang diberi tanda positif dan yang meninggalkan diberi tanda negatif, sehingga jumlah aliran pada percabangan adalah nol, LQ=0 (6.8) Contoh 2 ‘Air mengalir di dalam pipa berdiameter 50 cm dengan kecepatan 1 mid. Berapakah debit aliran. Jika diameter pada wjung yang lain dari pipa tersebut adalah 100 cm (pipa berubah dengan teratur), berapakah kecepatan aliran pada uujung tersebut. Penyelesaian Hitungan debit, Diameter pipa : Dy = 50 cm=0,5 m Luas tampang pipa : Ai =4 x Di? = } (0,5)? =0,1963 m? mid 1 Vy = 0.1963 mm? x 1 mid = 0,1963 mid Kecepatan aliran : Debit aliran Perhitungan kecepatan pada ujung yang lain. Diameter pipa di ujung: D2= 100 cm= 1m 1 (1,0) = 0,7854 m? Dengan menggunakan persamaan kontinyuitas, Q=A NW =A: V2 Luas tampang pipa : y= 3 Ds? = maka : Jadi kecepatan aliran di ujung pipa yang lain : ¥2=0,25 m/d Contoh 3 Air mengalir melalui pipa 1,2,3 dan 4 seperti tergambar. Air mengalir melalui pipa I dengan diameter D; = 50 mm yang dihubungkan dengan pipa 2 berdiameter Dy=75 mm di mana kecepatan reratanya V2=2 mid. Ujung pipa 2 bercabang menjadi pipa 3 dan pipa 4. Kecepatan aliran pipa 3 adalah V3=1,5 mid. Diameter pipa 4 adalah Ds~30 mm. Debit aliran pipa 4 adalah setengah debit pipa 3, Q1=0,50s, Hitung Qi, Vi, Qo, Qs, Ds, Ox dan Vs VI KINEMATIKA ZAT CAIR, 139 Penyelesaian eK Gambar 6.14. Parameter yang diketahui adalah : Diameter pipa 1 : Dy = 50 mm= 0,05 m ,075 m m/d Diameter pipa 2: D.=75 mm Kecepatan aliran di pipa 2 : V2 Kecepatan aliran di pipa 3 : V5 = 1,5 m/d Diameter pipa 4 : Dy=30 mm = 0,03 m Debit aliran di pipa 4: Q4=0,5 Qs Parameter yang ditanyakan : a=? n=? Q= 7 Ds=? eee Debit pipa 2. Pipa 2 sudah diketahui diameter dan kecepatan aliran sehingga dapat dihitung debit aliran. Q=Ar Vy=4n De Vi= 4x 0.0752 = 0,008836 m?/d = 8,836 I/d. Karena Q) sudah didapat maka Q; dapat dihitung berdasarkan persamaan kontinuitas. Qi = Q2 = 8,836 Nd. 140 HIDRAULIKAT Kecepatan aliran pipa 1, Q __0,008836 W=p= =4, Jd =a 57a 05 8 ™ Persamaan kontinuitas dititik cabang antara pipa 2 dengan pipa 3 dan 4, Q2= 3+ Oe 0,008836 = Q; +0,5 Qs Q3 = 0,005891 m?/d = 5,89 I/d Debit aliran di pipa 4, Qs = 0,5 Qs = 0002946 m*/d = 2,95 I/d Diameter pipa 3 dapat dihitung dengan rumus berikut : Qs=AsVs 0,005891 =4"De x15 071 m= 71 mm Kecepatan aliran di pipa 4 dapat dihitung dengan rumus berikut : a= Aas 0,002946 = 3 m (0,03)? Vs V4=4,17 m/d 6.7. Soal Latiban 1. Air mengalir melalui pipa berdiameter 1,0 m dan kecepaptan 1,5 m/d. Hi- tung debit aliran. 2. Aliran melalui pipa dengan debit 1,5 m?/d dan kecepatan 2 m/d. Hitung diameter pipa. 3. Air mengalir melalui pipa 1 dengan diameter 25 cm yang kemudian berca- bang menjadi dua pipa, yaitu pipa 1 dan pipa 3 yang masing-masing ber- diameter 10 cm dan 5 cm. Kecepatan aliran di pipa 2 adalah 0,5 kali kece~ patan di pipa 1. Hitung debit aliran melalui pipa 2 dan 3.

You might also like