Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL

TERHADAP KETERAMPILAN PEMAHAMAN TEMATIK SISWA


SEKOLAH DASAR

Nita Agustina Nurlaila Eka Erfiana, Labib Muzaki Shobir, Muhammad


Luqman Hakim Abbas

IAIN Tulungagung
Jl. Mayor Sujadi No.46, Kudusan, Plosokandang, Kec. Kedungwaru, Kab.
Tulungagung
nitaagustina37@gmail.com, labib.hanik@gmail.com,
mluqman.abbas@gmail.com

Abstract: Currently there are still many obstacles faced by teachers in achieving
a suitable contextual learning environment for students and motivating them to
learn. However, the reality is that teachers still encounter many obstacles in
achieving a suitable contextual learning environment for students and motivating
them to learn. Judging from the results of the evaluation that has been carried out,
it is known that most of the teachers have not made full use of learning resources.
This then makes students' thematic comprehension skills low. Specifically, this
study aims to analyze the effect of using contextual-based teaching materials on
students' thematic comprehension skills. The research design used was
quantitative with the Paired Sample t-test as a basis for decision making. The
study was conducted in Kabupaten Tulungagung with the research subjects of
fifth grade students at two schools, that are SDN 1 Sobontoro and SDN 1 Beji. The
data collection method was carried out by using tests as a research instrument to
measure students' thematic comprehension skills before and after being taught
using contextual-based teaching materials. The results show a significance value
of 0.000 ≤ 5%, which means that the thematic comprehension skills of students
who are taught using contextual-based teaching materials are better than those
who are not taught using contextual-based teaching materials.
Key words: Teaching Materials; Contextual; Thematic Understanding.

Abstrak: Saat ini masih banyak kendala yang dihadapi guru untuk mencapai
lingkungan belajar kontekstual siswa yang sesuai dan memotivasi mereka untuk
belajar. Ditinjau dari hasil evaluasi yang telah dilakukan diketahui bahwa
sebagian besar guru belum memanfaatkan sumber belajar secara maksimal. Hal
tersebut yang kemudian membuat keterampilan pemahaman tematik siswa
rendah. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh
penggunaan bahan ajar berbasis kontekstual terhadap keterampilan pemahaman
tematik siswa sekolah dasar. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan uji Paired Sample t-test sebagai dasar pengambilan keputusan. Penelitian
dilakukan di Kabupaten Tulungagung dengan subjek penelitian siswa kelas V pada
dua sekolah yaitu di SDN 1 Sobontoro dan SDN 1 Beji. Metode pengambilan data
dilakukan dengan tes sebagai instrumen penelitian untuk mengukur
keterampilan pemahaman tematik siswa sebelum dan sesudah diajar
menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual. Hasil menunjukkan nilai
| PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP KETERAMPILAN
PEMAHAMAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

signifikansi sebesar 0,000 ≤ 5% yang berarti bahwa keterampilan pemahaman


tematik siswa yang diajar menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual lebih
baik daripada yang tidak diajar menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual.
Kata kunci : Bahan Ajar; Kontekstual; Pemahaman Tematik.

A. PENDAHULUAN
Kemajuan sebuah negara sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya
manusianya, terutama di bidang pendidikan. Dunia pendidikan berperan penting
dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten. Dengan adanya
pendidikan manusia dapat menjalankan kehidupannya secara terarah, tentunya
dibekali dengan ilmu pengetahuan. Pendidikan dapat memberikan pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan yang lebih untuk manusia. Hal tersebut tidak dapat
dipungkiri dengan memperhatikan sekolah, terutama di sekolah dasar. Di sinilah
anak sudah mulai dibentuk untuk menjadi siswa yang berkompeten.
Pembelajaran di sekolah dasar sangat berpengaruh besar terhadap karakter
setiap siswanya. Dijelaskan pula bahwa sekolah merupakan lembaga yang
berfungsi memenuhi kebutuhan siswa dalam hal pendidikan1.
Sistem pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal 1 menyebutkan
bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta pengendalian diri.
Pembelajaran di Sekolah Dasar sebagai dasar untuk mengembangkan
setiap potensi yang dimiliki oleh siswa. Di samping itu, untuk mengembangkan
potensi siswa diperlukan stimulus serta rangsangan supaya berkembang dengan
baik. Kompetensi ini dapat dimulai sejak pendidikan di sekolah dasar, salah
satunya dengan pemahaman tematik2.
Sekolah juga tidak dapat dijauhkan dari sosok seorang guru. Sekolah
dapat menjadi kualitas salah satunya ditandai dengan guru-guru yang
berkompeten dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Untuk saat ini guru harus mulai berinovasi dalam bahan ajar yang akan
disampaikan terhadap siswanya. Sebuah perencaan pembelajaran dapat
dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya. Ada tiga hal yang
mempengaruhi kualiatas sebuah pembelajaran di sekolah, tiga hal tersebut
meliputi perencanaan, proses pembelajaran, dan evalusi pembelajaran3.
Disamping hal itu, Permendikbud nomor 22 tahun 2016 menyatakan
bahwa Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk

1
Oemar Hamalik, 2017, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. h. 98
2
Puspita, A.M.I. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berbantuan Buku Teks Berbasis
Kontekstual Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Vol
1, No 10
3
Rusman, 2017. Belajar dan Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana. h. 75
928
Nita Agustina Nurlaila Eka Erfiana, Labib Muzaki Shobir, Muhammad Luqman Hakim Abbas |

berpartisipasi aktif. Guru juga dituntut untuk melakukan inovasi dalam menyusun
bahan ajarnya baik dari segi materui, model, maupun media pembelajarannya4.
Bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis
mencakup kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam proses pembelajaran5.
Selaras dengan pernyataan tersebut, dijelaskan bahwa bahan ajar merupakan
bagian dari materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran6. Sejalan dengan hal tersebut, dijelaskan bahwa bahan
ajar yang baik disusun berdasarkan lingkungan belajar siswa. Materi tersebut
diharapkan mampu menimbulkan kebermaknaan pada saat proses pembelajaran
berlangsung7.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, diantaranya
ketepatan pemilihan pendekatan yang digunakan oleh guru dalam menjelaskan
materi terhadap siswanya. Pada saat saya menanyakan delapan dari sepuluh
siswa terkait dengan proses pembelajaran yang sudah dilakukan, mereka
menyatakan bahwa pembelajaran di dalam kelas sangat membosankan. Siswa
ingin memperoleh cara pembelajaran yang berbeda dan berinovasi. Berangkat
dari latar belakang tersebut peneliti memilih salah satu pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, yakni menggunakan pendekatan
kontekstual.
Pendekatan kontekstual mengarahkan siswa untuk belajar langsung
dalam kehidupan nyata, tidak hanya belajar di sekolah melainkan langsung
diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya di rumah. Pembelajaran kontekstual
didefinisikan sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi
dengan situasi dunia nyata siswa8.
Sudah tidak dipungkiri lagi kemajuan teknologi berperan penting dalam
kemudahan mengakses internet, begitu juga dengan siswa saat ini sudah
dimudahkan dengan segala fasilitas internetnya. Maka dari itu, seorang guru
harus dapat beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan siswa. Setiap hari
siswa melihat informasi yang beranekan ragam, mulai dari informasi pendidikan
sampai informasi umum. Dengan pebelajaran kontekstual ini siswa diharapkan
memiliki keterbukaan tentang cara berfikirnya. Pembelajaran kontekstual ini
bertujuan untuk memahami makna materi pelajaran yang sedang dipelajari dalam
konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
siswa dapat menerapkan dari konteks satu ke konteks lainnya9.

4
Eko Purwanti dan Arista Rimsaningtyas. 2019. Pengembangan Bahan Ajar Tematik
Berbasis Kontekstual Bagi Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional PGSD “Peran Dasar
dalam Menyiapkan Generasi Unggul di Era Revolusi Industri 4.0. h. 116-126
5
Andi Prastowo. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press. h. 78.
6
Paulina Panen. 2001. Kontruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. h. 56
7
Ari Metalin Ika Puspita & Suciati Purwo. 2019. Pengaruh Bahan Ajar Berbasis Literasi
Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil belajar Siswa Sekolah Dasar. Al-Aulad: Journal
of Islamic Primary Education. Vol, 2. No, 1
8
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Surabaya: Cerdas
Pustaka. h. 10.
9
Zainal Aqib. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya. h. 4
929
| PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP KETERAMPILAN
PEMAHAMAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

Ada beberapa komponen terkait dengan pembelajaran kontekstual, yakni


1) kontruktivisme, 2) inkuiri, 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan,
6) refleksi, dan 7) penilaian nyata10. Pembelajaran kontekstual melatih siswa
untuk memperoleh pengetahuan sekaligus mempraktekkan langsung
keterampilannya dalam kehidupan sehari-harinya. Pembelajaran kontekstual
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari11.
Bahan ajar yang baik disusun dengan memperhatikan lingkungan belajar
siswa, hal itu bertujuan untuk merangsang kebermaknaan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh siswa
dengan pembelajaran kontekstual ialah menjadi bekal dalam memecahkan
masalah, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat12.
Pembelajaran tematik termasuk komponen yang terpenting dalam bahan
ajar. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan belajar yang menggunakan tema
dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bagi siswa13. Untuk meningkatkan keterampilan pemahaman tematik
siswa di sekolah dasar diperlukan konsep atau pendekatan kontekstual dalam
setiap memahami materi pelajaran. Melalui kegiatan pembelajaran kontekstual
yang diimbangi dengan pemahaman tematik siswa diharapkan memahami
langsung tema-tema yang terkait dengan kehidupan sehari-harinya. Seorang guru
akan lebih baik jika mengajarkan berbagai pengalaman langsung, karena ada
keterkaitan antara pembelajaran kontekstual dengan pemahaman tematik yaitu
sama-sama mengajarkan siswa mempraktikkan langsung mengenai materi yang
sudah diterangkan oleh gurunya.
Siswa diharapkan dapat memahami konsep pembelajaran tematik. Sesuai
dengan pernyataan Purwanto pemahaman ialah tingkatan kemampuan yang
mengharapkan seseorang mampu memahami arti konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Pada tingkatan ini, selain hafal siswa juga harus memahami makna
yang terkandung di dalamnya.
Sanjaya (2006) berpendapat bahwa pemahaman konsep merupakan
kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana
siswa tidak hanya mengetahui saja tetap juga mampu menerangkan kembali
dalam bentuk lain yang mudah dan dipahami. Hal ini diharapkan siswa dapat
memahami konsep tematik.
Sejalan dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pemahaman tematik
termasuk studi dimana siswa diberikan kesempatan langsung untuk
mengeksplorasi pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai mata
pelajaran yang saling berkaitan, serta menjadikan lingkungan masing-masing

10
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung: Kencana Pernada Media Group. h. 75
11
Nilasari, Efi. Djatmika, Ery Try & Santoso, Anang. 2016. Pengaruh Penggunaan Modul
Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian dan Pengembangan. Vol, 1. No, 7.
12
Eveline, S & Hartini, N, 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
h. 13
13
Hidayat Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Rosda Karya. h.
143
930
Nita Agustina Nurlaila Eka Erfiana, Labib Muzaki Shobir, Muhammad Luqman Hakim Abbas |

siswa sebagai sumber belajar langsung14. Adapun aspek-aspek yang berkaitan


yakni aspek bahasa, ilmu sosial & alam, aspek musik, aspek ilmu alam, aspek
berbagai keterampilan yang meninjau keaktifan siswa, aspek olahraga, dan
sebagainya. Di samping itu, guru juga perlu memiliki keterampilan mengajar, hal
itu merupakan kompetensi pedagogik seorang guru yang cukup kompleks15.
Penerapan pembelajaran kontekstual dengan pemahaman tematik di
sekolah dasar menuntut bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
antar satu pelajaran dengan pelajaran lainnya, selain itu juga harus berhubungan
langsung dengan kehidupan sehari-harinya.
Ada beberapa sistematika bahan ajar berbasis pembelajaran kontekstual,
hal tersebut meliputi 1) tinjauan mata pelajaran, tinjauan ini mencakup
keseluruhan isi materi pelajaran, 2) kompetensi yang akan dicapai, kompetensi
ini menunjukkan indikator kompetensi siswa setelah mempelajari modul, 3) isi
materi pelajaran, selain penjelasan secara terpernci, isi materi disajikan dengan
menghubungkan antara konsep dan implementasinya dalam kehidupan sehari-
hari, 4) latihan soal, pada bagian ini siswa ditugaskan untuk menyelesaikan
beberapa soal terkait materi yang sudah dipelajari, dan 5) evaluasi, ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa setelah mempelajari modul16.
Ada beberapa tahapan terkait dengan pemahaman tematik, yakni 1)
pemilihan tema dan unit-unit tema, hal ini harus dipertimbangka dengan
pemahaman dan keterampilan siswa, 2) tema disesuaikan dengan karakteristik
belajar siswa sekolah dasar sehingga perkembangan anak dapat dimaksimalkan,
dan 3) tema harus bersifat problematik, hal itu dilakukan untuk melatih siswa
mengungkakan apa yang ada dari dalam pikirannya.
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas peneliti merasa perlu
melakukan penelitian yang bertujuan untuk 1) mengetahui apakah penggunan
bahan ajar berbasis kontekstual berpengaruh terhadap keterampilan pemahaman
tematik siswa sekolah dasar; dan 2) untuk mengetahui keterampilan tematik
siswa sekolah dasar yang diajar menggunakan bahan ajar berbasis kontekstual
dan siswa yang diajar tanpa menggunakan bahan ajar.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang
disusun secara sistematis, yang menampilkan keseluruhan dari kompetensi yang
akan dikuasai siswa, sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa untuk
belajar tidak hanya mengetahui, tetapi juga melakukan (learning to do), menjadi
(learning to be), hidup bersama (learning to live together)dengan tujuan
perencanaan sekaligus implementasi kurikulum17.
National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for
Competency Based Training mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala

14
Muhammad Fathurrahman dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Penerbit Teras. h. 33
15
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya. h. 53
16
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta. h. 4
17
Akbar Sa’dun. 2013.Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset. h. 12
931
| PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP KETERAMPILAN
PEMAHAMAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

bentuk bahan yang digunakan guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan


belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis
maupun tidak tertulis. Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut18.
1) Prinsip Interdependen (The Principle of Interpendence)
Pembelajaran kontekstual merefleksikan prinsip interpenden.
Contohnya, ketika siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah dan ketila
guru berdiskusi dengan rekan-rekannya. Semuanya terliht nyata ketika
berbagai pihak yang berbeda saling bekerja sama dan ketika sekolah
melakukan kerjasama dengan dunia bisnis dan masyarakat.
2) Prinsip Perbedaan (The Principle of Differentiaton)
Pembelajaran kontekstual merefleksikan prinsip perbedaan.
Penerapan prinsip perbedaan ini nampak ketika siswa dituntut dapat
menghargau dan menghormati perbedaan antarsesamanya, kretif, kolaboratif,
untuk menumbuhkan berbagai ide baru yang beragam, dan menyadari bahwa
perbedaan itu merupakan suatu kekuatan.
3) Prinsip Pengaturan Diri (The Principle of Organization)
Pembelajaran kontekstual merefleksikan prinsip pengaturan diri.
Pengaturan diri terlihat ketika siswa mengeksplorasi dan menemukan
perbedaan kemampuan dan minat pribadi, mampu melakukan perbaikan diri
dari hasil evaluasi, mampu mengkaji ulang berbagai upaya yang dilakukan
untuk mencapai tujuan, dan berpartisipasi dalam kegiatan kesiswaan.
C. METODE
Model dalam penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode
ekperimen. Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dalam kondisi yang dikendalikan.
Jenis penelitian ini eksperimen dengan desain paired sample t-test19. Waktu
penelitian ini dilaksanakan di semester genap tahun ajaran 2020/2021 dengan
siswa kelas V SDN 1 Beji sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN 1
Sobontoro sebagai kelas kontrol dimana masing-masing kelas terdiri dari 27
siswa.
Variabel penelitian ini yang digunakan yaitu penggunaan bahan ajar berbasis
kontekstual sebagai variabel bebas dan pemahaman tematik sebagai variabel
terikat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
bahan ajar berbasis kontekstual dan tes pemah aman tematik berbentuk soal
objektif yang dibuat dan dikembangkan oleh peneliti, dan sebelumnya telah
melalui uji validitas materi dan uji reliabilitas.
Ada beberapa tahap dalam penelitian, meliputi 1) pengumpulan data, 2)
perencanaan dengan mengumpukan berbagai referensi, 3) mempersiapkan
bahan ajar berbasis kontekstual, 4) menyusun dan menguji validitas instrumen
pemahaman tematik siswa sekolah dasar, 5) penggunaan bahan ajar berbasis
kontekstual pemahaman tematik pada kelas ekperimen, dan 6) instrumen dalam
penelitian ini menggunakan tes pemahaman tematik siswa, hal tersebut dilakukan

18
Johnson Elaine B. 2014. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Media
Utama (MMU). h. 56
19
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. h. 74
932
Nita Agustina Nurlaila Eka Erfiana, Labib Muzaki Shobir, Muhammad Luqman Hakim Abbas |

untuk menganalisis data hasi penelitian. Data yang selanjutnya dianalisis ialah
pemahaman tematik siswa yang dimulai dengan perhitungan hasil pemahaman
tematik siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang diuji dengan SPSS.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN (Times New Roman 12, Bold, UPPERCASE)


1. Hasil
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai dari dua kelompok siswa, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun pemaparan skor keterampilan
pemahaman tematik siswa pada kedua kelas tersebut sebagai berikut.

a) Kelas Eksperimen

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 19 1 3,7 3,7 3,7
20 1 3,7 3,7 7,4
21 1 3,7 3,7 11,1
23 1 3,7 3,7 14,8
25 4 14,8 14,8 29,6
26 5 18,5 18,5 48,1
27 6 22,2 22,2 70,4
28 6 22,2 22,2 92,6
29 2 7,4 7,4 100,0
Total 27 100,0 100,0

933
| PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP KETERAMPILAN
PEMAHAMAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

Gambar 1. Histogram Kelas Eksperimen

b) Kelas Kontrol

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Vali 15 3 11,1 11,1 11,1
d 16 1 3,7 3,7 14,8
17 3 11,1 11,1 25,9
18 2 7,4 7,4 33,3
19 3 11,1 11,1 44,4
20 1 3,7 3,7 48,1
21 2 7,4 7,4 55,6
22 5 18,5 18,5 74,1
23 4 14,8 14,8 88,9
24 1 3,7 3,7 92,6
25 1 3,7 3,7 96,3
26 1 3,7 3,7 100,0
Total 27 100,0 100,0

934
Nita Agustina Nurlaila Eka Erfiana, Labib Muzaki Shobir, Muhammad Luqman Hakim Abbas |

Gambar 1. Histogram Kelas Kontrol

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa nilai


rata-rata kelompok siswa yang diajar menggunakan bahan ajar berbasis
kontekstual sebesar 25.96, dengan nilai tertinggi sebesar 29 dan nilai terendah
sebesar 19. Sedangkan nilai rata-rata pada kelompok siswa kelas kontrol, dimana
kelompok siswa tersebut diajar menggunakan bahan ajar konvensional sebesar
20.15, dengan perolehan nilai tertinggi sebesar 26, dan nilai terendah sebesar 16.
Selanjutnya, untuk mempertegas paparan data di atas, dilakukan pengujian
terhadap kedua kelompok siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol), dan
diperoleh hasil yang terdapat pada tabel berikut.
Tabel 3. Penghitungan Uji Efek
Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Deviat Error Sig. (2-
Mean ion Mean Lower Upper t df tailed)
Pair KelasEks 5,815 3,732 ,718 4,339 7,291 8,097 26 ,000
1 perimen
-
KelasKon
trol

935
| PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP KETERAMPILAN
PEMAHAMAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

Hasil pada tabel tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan dua kelas tersebut memberikan
pengertian bahwa penggunaan bahan ajar berbasis kontekstual berpengaruh
terhadap keterampilan pemahaman tematik siswa. Secara umum pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran ke
dalam satu tema secara secara holistik. Sedangkan pembelajaran kontekstual di
sini diartikan sebagai pembelajaran yang mengaitkan antara materi ajar dengan
dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pembahasan
Konsep bahan ajar berbasis kontekstual mengarahkan siswa untuk berpikir
secara realistik, terstruktur dengan segala hal yang ada di lingkungan sekitar.
Bahan ajar berbasis kontekstual diasumsikan sebagai sekumpulan materi yang
disusun dengan mengombinasikan berbagai pengalaman siswa. Tentu saja tidak
semua pengalaman siswa dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan potensi-
potensi akademiknya, tetapi hanya pengalaman konstruktivistik saja yang dapat
dikembangkan menjadi pemahaman secara menyeluruh di dalam ranah
pembelajaran. Inti dari konstruktivistik adalah kombinasi antara oengetahuan
dengan pengalaman. Pengetahuan tidak diperoleh dari transfer ilmu saja,
melainkan dibentuk dan dibangun sendiri oleh seseorang. Dalam kaitannya
dengan belajar, proses konstruksi pengetahuan diperoleh melalui interaksi dari
objek, fenomena, dan lingkungan. Pada dasarnya, keterampilan diperoleh melalui
pengetahuan-pengetahuan baru. Dasar dari pengetahuan bukanlah sesuatu yang
sudah jadi, melainkan sebuah proses yang berkembang terus-menerus.
Pemerolehan dan pengembangan, baik pengetahuan maupun keterampilan
belajar, ditentukan pula oleh keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal
ini secara jelas mengisyaratkan adanya keterkaitan antara media pembelajaran,
bahan ajar maupun dari sisi strategi pembelajaran dengan tingkat pemahaman
siswa.
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik dan pendekatan
kontekstual, maka bahan ajar berbasis kontekstual yang digunakan mendorong
siswa untuk saling bekerjasama, saling menunjang satu sama lain, dengan tidak
mengabaikan kompetisi pada setiap kegiatan pembelajaran. Materi yang terdapat
di dalam bahan ajar berbasis kontekstual dapat mengaktifkan siswa dan tidak
membosankan sehingga siswa lebih bergairah ketika melakukan kegiatan belajar.
Bahan ajar berbasis kontekstual akan terintegrasi dalam setiap tema yang diambil
dari kehidupan siswa sehari-hari. Materi yang terdapat di dalamnya mendorong
siswa secara aktif mencari berbagai sumber dan menjadikan siswa aktif dan kritis
untuk sharing dengan teman-temannya.
Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan adanya pengaruh
penggunaan bahan ajar berbasis kontekstual terhadap keterampilan pemahaman
tematik siswa. Hasil penghitungan uji dua kelompok membuktikan bahwa
keterampilan pemahaman tematik siswa yang diajar menggunakan bahan ajar
berbasis kontekstual lebih baik daripada kelompok siswa yang diajar
menggunakan bahan ajar konvensional. Perbedaan keterampilan pemahaman
tematik siswa tersebut disebabkan oleh penggunaan bahan ajar berbasis
kontekstual

936
Nita Agustina Nurlaila Eka Erfiana, Labib Muzaki Shobir, Muhammad Luqman Hakim Abbas |

E. KESIMPULAN
Dalam proses pembelajaran yang terpenting bukanlah transfer pengetahuan
dari guru ke siswa tetapi mendorong siswa secara aktif menemukan dan
membangun konsep yang dimilikinya dan mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari dengan lebih
ditekankan kepada suatu proses dimana siswa mendapatkan pengalaman
langsung dari suatu pembelajaran sehingga suatu pembelajaran lebih bermakna
terhadap siswa. Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar berbasis kontekstual menekankan pada proses
pembelajaran yang bermakna dengan pengalaman secara mendalam. Dari sini
muncul pemahaman baru atau proses belajar. Pembelajaran berbasis pengalaman
memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi pembelajar terhadap pengalamannya
untuk membangun pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan dan
sikap.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar Sa’dun. 2013.Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Johnson Elaine B. 2014. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan
Media Utama (MMU)
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Eveline, S & Hartini, N, 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Fathurrahman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Penerbit Teras.
Hamalik, Oemar. 2017. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya. h.
53.
Nilasari, Efi. Djatmika, Ery Try & Santoso, Anang. 2016. Pengaruh Penggunaan
Modul Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan.
Vol, 1. No, 7.
Panen, Paulina, dkk. 2001. Kontruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta:
Depdiknas.
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Puspita, A.M.I. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berbantuan Buku Teks
Berbasis Kontekstual Untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Teori,
Penelitian, dan Pengembangan. Vol 1, No 10.
Puspita, Ari Metalin Ika & Purwo, Suciati. 2019. Pengaruh Bahan Ajar Berbasis
Literasi Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil belajar Siswa
Sekolah Dasar. Al-Aulad: Journal of Islamic Primary Education. Vol, 2. No,
1.
937
| PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP KETERAMPILAN
PEMAHAMAN TEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

Purwanti, Eko dan Rimsaningtyas Arista. 2019. Pengembangan Bahan Ajar


Tematik Berbasis Kontekstual Bagi Siswa Sekolah Dasar. Prosiding
Seminar Nasional PGSD “Peran Dasar dalam Menyiapkan Generasi Unggul
di Era Revolusi Industri 4.0. Hal 116-126.
Rusman, 2017. Belajar dan Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: Kencana Pernada Medi Group.
Sholeh, Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Rosda Karya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta..
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Surabaya: Cerdas
Pustaka.

938

You might also like