Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No.

Analisa Potensi Sampah Di TPSA Cilowong Sebagai Bahan


Baku Refuse Derived Fuel (RDF)

Sayid Bahri Sriwijaya*


PT. Krakatau Posco, Jawa Barat

ABSTRACT

Waste as a resource that has economic value and can be used eg biomass energy,
compost, recyclable materials. The research objective measure of the potential for waste
generation in TPSA Cilowong 831 m3/day as a raw material refuse derived fuel (RDF) for the
development of sustainable waste management infrastructure. RDF can be used to substitute coal,
RDF power plant.
Garbage measured characteristics is the category of mixed paper and newsprint, wood,
textiles, rubber and plastic. Method used for moisture ASTM E 955-88, ASTM 5142-02a to
volatile, ash and fixed carbon. ASTM D 5856 for calorific value. Indicators of financial feasibility
of the project is the NPV, IRR, Net B/C, PBP and switching value.
The result shows (abd), 46.41 tons / day of garbage in TPSA Cilowong potentially be
used as a raw material with the characteristics of RDF per kg: 5.49% moisture, volatile 33.06%,
6.40% ash, 0,77% fixed carbon, 6267 kcal/kg of calorific value of. Project processing waste into
RDF as feasible, in which Rp 509 998 065 NPV (NPV> 0), IRR 19.13% (IRR> 14%), Net B / C
1.03 (Net B/C > 1) and PBP 9,25 years. The most influential component in the analysis of
switching value is the price increase variable costs, fixed costs rising prices, falling prices and
declining RDF public service fee. The analysis shows the value of 6.47%; 9.59%; 4; 32% and
8.53%.

Keywords: waste, RDF, characteristics, financial feasibility

I. PENDAHULUAN adalah daur ulang energi, dimana sampah


1.1 Latar Belakang didaur ulang menjadi energi biomassa
Pertambahan penduduk berimplikasi seperti sampah tersebut diolah menjadi
pada peningkatan timbulan sampah. refused derived fuel (RDF).

Tabel 1.1 Potensi timbulan sampah Kota 1.2 Tujuan Penelitian


Serang 1) Mengukur karakteristik sampah bahan
baku RDF di TPSA Cilowong.
2) Mengukur besarnya potensi dari sampah
TPSA Cilowong yang dapat
Sumber: DTK-Serang, diolah kembali dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF.
TPSA Cilowong merupakan tempat 3) Menganalisis kelayakan usaha
pembuangan akhir sampah penduduk Kota pengolahan sampah di TPSA Cilowong
Serang dan Kabupaten Serang yang terletak sebagai bahan baku RDF.
di Desa Cilowong Kecamatan Taktakan,
Kota Serang. TPSA Cilowong memiliki luas 1.3 Parameter Penelitian dan Variabel
14,2 Ha dengan daya tampung ± 6 juta m3. Bebasnya.
Sistem pengelolaan sampah di Kota
Serang saat ini menggunakan sistem Tabel 1.2 Variabel penelitian
pengelolaan campuran kumpul-angkut-
kelola-buang dan kumpul-angkut-buang.
Oleh sebab itu banyak sampah yang masih
belum terolah yang masuk ke TPSA
Cilowong.
Upaya pengurangan timbulan sampah
tanpa menghilangkan nilai guna dan nilai
ekonominya menjadi alternatif. Salah
satunya pendekatan yang bisa dilakukan

174
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

1.4 Batasan Penelitian dan Ruang


Lingkup Penelitian
1) Lokasi penelitian di TPSA Cilowong,
Kota Serang.
2) Kategori sampah TPSA Cilowong yang
dimaksud adalah sampah yang sudah
siap untuk ditimbun pada lahan urug.
3) Karakteristik sampah hanya meliputi
moisture , volatile, ash, fixed carbon,
calorific value.
4) Karakteristik kimia sampah hanya
meliputi sampah kategori mixed paper
& newsprint, wood, tekstil, rubber dan
plastic.
Sumber : ASTM D 5231, 2003:3
5) Umur ekonomis proyek 10 tahun.
6) Harga dan biaya-biaya pada analisis ini
2.2 Refuse Derived Fuel (RDF)
mengacu pada Proyek Pelayanan
Menurut ASTM E 856-83 (2004:2),
Kebersihan (UPK) Kec. Cietereup yang
terdapat tujuh jenis tipe RDF yaitu:
memproduksi RDF untuk PT X
1) RDF-1
7) Tanah tidak diperhitungkan dalam
Berasal dari sampah yang digunakan
analisis ini, karena tanah yang
langsung langsung dari bentuk terbuangnya.
digunakan milik Pemerintah Kota
2) RDF-2
Serang.
Berasal dari sampah yang diproses
8) Bahan baku RDF adalah sampah yang
menjadi partikel kasar dengan atau tanpa
ditimbun di TPSA Cilowong (RDF-2).
logam besi (ferrous metal) dimana 95%
9) Harga sampah dianggap nol dan
berat awal melewati saringan berukuran 6
perhitungan produksi RDF dalam
inchi persegi (disebut juga sebagai Ciarse
penelitian ini diasumsikan dilakukan
RDF).
diawal proses dan seterusnya sama yaitu
3) RDF-3
25 ton/hari atau 749 ton/bulan.
Bahan bakar yang dicacah yang berasal
10) Sumber pendapatan proyek adalah dari
dari MSW dan diproses untuk memisahkan
penjualan produk RDF ke pabrik semen
logam, kaca, dan bahan anorganik lainnya,
seharga Rp 225.000/ton dan public
dengan ukuran partikel 95% berat awal yang
service fee seharga Rp 114.000/ton.
dapat melewati saringan berukuran 2 inchi
11) Biaya operasional terdiri dari biaya
persegi (disebut juga sebagai Fluff RDF).
tetap dan biaya variable. Biaya tetap dan
4) RDF-4
biaya variabel diasumsikan dikeluarkan
Fraksi sampah mudah terbakar
pada tahun ke-1, biaya operasional dan
(combustible) yang diolah menjadi serbuk,
biaya variabel mengalami kenaikan
95% berat awal dapat melalui saringan 10
10% per dua tahun.
mesh (0,035 inchi persegi). RDF-4 disebut
12) Pendanaan proyek bersumber dari 70%
juga sebagai dust RDF atau p-RDF.
kredit bank dan 30% modal sendiri.
5) RDF-5
13) Biaya tidak langsung investasi
Dihasilkan dari fraksi sampah yang
diasumsikan 5% dari biaya modal.
dapat dibakar yang kemudian dipadatkan
14) Cadangan biaya investasi diasumsikan
menjadi 600 kg/m3 menjadi bentuk pellet,
sebesar Rp 50.000.000
slag, cubettes, briket, dan sebagainya
15) Residu dari investasi 10%.
(disebut juga sebagai densified RDF atau d-
16) Discount factor 14%
RDF).
17) Pajak pertambahan nilai 10%.
6) RDF-6
18) Pajak penghasilan adalah sebesar 50% x
RDF dalam bentuk cair atau liquid RDF
25% x PKP (pendapatan kena pajak).
(disebut juga sebagai RDF slurry).
7) RDF-7
II. STUDI LITERATUR
Berasal dari sampah yang dapat dibakar
2.1 Sampah
(disebut juga sebagai RDF synthetic gas).
Tabel 2.1 Klasifikasi sampah perkotaan

175
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

2.3 Pemanfaatan RDF Sebagai Bahan dimana:


Bakar Qvadb gross calorific value pada volume
(gross) konstan “as-determined basis”,
J/g (cal/g)
Ee heat capacity dari calorimeter,
J/ºC (cal/ºC)
t kenaikan temperature terkoreksi,
ºC
e1 koreksi acid, J
e2 koreksi fuse, J
e3 koreksi sulfur, J
e4 koreksi bantuan pembakaran, J
m berat dari analysis sampel

Gambar 2.1 Skema pemanfaatan RDF 2.5 Analisis Kelayakan Finansial


Sumber: Grammelis, 2011 Pengolahan Sampah Sebagai Bahan
Baku RDF
2.4 Analisis Karakteristik Sampah 1) Net Present Value (NPV)
1) Air Dry Loss (ASTM E 949)

(2.1) (2.6)
dimana: dimana:
ADL air dry loss, % NPV Net Present Value (Rp)
B berat laboratory sample sebelum NB Net Benefit = Benefit – Cost
proses air drying, g Bi Benefit yang telah didiskon
C berat laboratory sample setelah air Ci Cost yang telah didiskon
drying, g n tahun ke-
i diskon faktor (%)
2) Volatile (ASTM E 897-88)
) 2) Internal Rate of Return (IRR)
(2.2)
dimana:
(2.7)
Vad volatile “as-determined basis”, %
dimana:
A berat sampel yang digunakan, g
IRR Internal Rate of Return (%)
B berat sampel setelah dipanaskan, g
iP tingkat diskonto yang
M(adb) moisture “as-determined basis”, %
menghasilkan NPV positif
iN tingkat diskonto yang
3) Ash (ASTM E 830-8)
menghasilkan NPV negatif
NPVP NPV dari iP
(2.3) NPVN NPV dari iN
dimana:
A berat container dan residu abu, g 3) Nett Benefit Cost Ratio (B C/R)
B berat container kosong, g
C berat abu dari sampel analisis, g
(2.8)
4) Fixed carbon (ASTM D 5142-02a) dimana:
BCR Benefit Cost Ratio
kadar abu “as Bk Keuntungan (benefit) pada tahun k
determined”)
(Rp)
(2.4) Ck Biaya (cost) pada tahun k (Rp)
5) Gross calorific Value (ASTM D 5865– N Periode proyek (tahun)
04) k Tahun ke-

(2.5)

176
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

4) Pay Back Periode (PBP)


2) Pengukuran Air Dry Moisture (ASTM
E 949)
(2.9) a) Lakukan proses mixing-dividing pada
macro sample (sampel sampah dari
dimana:
PBP Pay Back Periode TPSA Cilowong) hingga tersisa 1 kg.
b) Tempatkan macro sample sekitar 1 kg
Tp-1 Tahun sebelum terdapat PBP
Ii Jumlah investasi yang telah pada wadah kemudian timbang.
Gunakan timbangan dengan ketelitian
didiskon
Bicp-1 Jumlah benefit yang telah 0,5 gram.
c) Tempatkan wadah dan macro sample
didiskon sebelum PBP
Bp Jumlah benefit pada PBP pada dry oven dengan temperature 30 -
40ºC hingga berat sampel konstan.
Berat konstan adalah apabila perubahan
berat dari sampel kurang dari 0,1% per
5) Analisis Switching Value
Analisis dilakukan pada perubahan jam dari berat awal.
d) Apabila berat sampel sudah konstan,
harga input dan output yang terdiri dari
empat perubahan, yaitu: keluarkan dari oven kemudian timbang.
e) Hitung air dry loss dengan
 Penurunan harga output
menggunakan persamaan 2.1.
 Kenaikan biaya total
 Kenaikan biaya investasi, dan 3) Pengukuran Residual Moisture,
 Kenaikan biaya operasional. Volatile, Ash dan Fixed Carbon
(ASTM D 5142-02a)
III. METODE PENELITIAN a. Lakukan proses mixing-dividing pada
3.1 Sistematika Penelitian air-dried laboratory sample (sampel
Mulai yang sudah dilakukan pengujian kadar
air).
Studi Literatur:
Sampah, RDF, Pengelolaan sampah,
b. Lakukan proses milling untuk
TPSA Cilowong mereduksi ukuran dari air-dried
laboratory sample.
Persiapan Penelitian c. Siapkan 1 gram analysis sample
(sampel yang sudah direduksi
ukurannya hingga 0,5 mm atau lebih
Pengumpulan Data
 Karakteristik Sampah kecil dari itu) pada wadah porselin.
 Biaya Investasi d. Masuk wadah dan analysis sample pada
 Operasional
 Proyeksi Pendapatan alat Thermogravimetric. Alat tersebut
akan secara otomatis menghitung kadar
Analisis Data dan Pembahasan volatile, ash dan fixed carbon yang
 Potensi sampah TPSA menjadi RDF terkandung pada analysis sample.
 Kelayakan finansial pengolahan sampah
menjadi RDF e. Analysis sample akan dipanaskan pada
temperature 107±3ºC hingga berat
konstan untuk mengukur residual
Kesimpulan
moisture, lalu 950±20ºC selama 7 menit
untuk menguji kadar volatile. Setelah
Selesai
itu akan dilakukan analyisis sample
akan dipanaskan kembali pada
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian temperature 700-750ºC hingga berat
sampel konstan untuk menguji kadar
3.2 Teknik Pengumpulan Dan ash.
Pengolahan Data
1) Pengukuran Timbulan, Berat Jenis 4) Pengukuran Calorific Value (ASTM D
dan Komposisi Sampah 5865-04)
Pengukuran timbulan, berat jenis dan a. Siapkan 1 gram analysis sample dalam
komposisi sampah mengacu pada SNI 19- wadah.
3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan b. Masukkan wadah dan analysis sample
Pengukuran Contoh Timbulan dan pada alat Calori Meter. Alat tersebut
Komposisi Sampah. akan secara otomatis menghitung gross

177
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

calorific value yang terkandung pada


analysis sampel dalam 8 menit. 4.3 Karakteristik Sampah
Tabel 4.1 Hasil proximate analysis sampah

IV. ANALISA DATA DAN


PEMBAHASAN
4.1 Timbulan Sampah
1000

800
213
600

400
618
200 Dari data yang diperoleh maka, dapat
ditampilkan Gross Calorific Value setiap
0
bahan sebagai berikut:
Kota Serang Kabupaten Serang 6753
5972
4784

(kcal/kg)
3
Grafik 4.1 Timbulan sampah (m /hari) 3944 3912

Potensi timbulan sampah dari aktivitas


masyarakat Kabupaten Serang dan Kota
Serang adalah 1754 m3/hari (DTK Serang, Plastic Rubber Tekstil Wood Mixed
2015). Sampah terangkut ke TPSA paper &
newsprint
Cilowong rata-rata 831 m3/hari. Artinya
Gross CV (adb)
hanya sekitar 47% dari total potensi
timbulan sampah.
Grafik 4.3 Hasil pengukuran calorific value
4.2 Komposisi Sampah komponen sampah
Other Glass Ferous &
inorganic/n 2% aluminium
on- -1%
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui urutan
combustibl sampah dengan kandungan calorific value
es
2% Plastic Food terbesar adalah 1) plastic; 2) rubber; 3)
Rubber
28% waste,
yard
tekstil; 4) wood dan terakhir 5) mixed paper
1% waste, & newsprint.
Tekstil other
3% organic
Wood Mixed 57%
2% paper &
Residual
newsprint Moisture
5%
Volatile
Grafik 4.2 Presentase komposisi sampah
(ton/hari)
Ash

Grafik 4.2 menunjukkan urutan


komposisi terbesar dari sampah adalah
kategori 1) food waste, yard waste & other Grafik 4.4 Hubungan residual moisture
organic (473,67 m3/hari); 2) plastic (232,68 terhadap ash, volatile dan fixed carbon
m3/hari); 3) Mixed paper & newsprint (41,55
m3/hari); 4) tekstil (24,93 m3/hari); 5) wood Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa
(16,62 m3/hari); dan terakhir 6) other residual moisture berpengaruh terhadap
inorganic/non-combustibles seperti glass, kandungan ash, volatile, fixed carbon.
rubber ferous, aluminium (16,62 m3/hari). Semakin berkurang kadar moisture,
Sampah kategori food waste, yard waste kandungan ash, volatile, fixed carbon seperti
& other organic merupakan kompisisi yang ditampilkan grafik 4.4. Total moisture
sampah terbesar di TPSA Cilowong sudah juga mempengaruhi juga mempengaruhi
terlihat sejak awal peneliti mengambil data. calorific value.
Indikatornya jumlah kehadiran lalat dalam
sampel sampah. Semakin besar timbulan dan
komposisi sampah makanannya, jumlah
kehadiran lalat semakin besar.

178
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

7000
baku RDF. Moisture yang tinggi akan
mempersulit pembakaran RDF dan
6500
memperbesar energi yang dibutuhkan untuk
Gross Calorific Value (kcal/kg)
6000
membakar RDF. Hal ini dikarenakan panas
5500 yang dihasilkan lebih banyak terpakai untuk
5000
menguapkan moisture yang terkandung
4500
dalam sampah sehingga jumlah bahan bakar
yang diperlukan akan lebih besar. Kemudian
4000
gas CO2 yang ditimbulkan akan lebih besar
0 10 20 30 40 50
Total Moisture (% ) pula. Gas CO2 yang tinggi akan mempunyai
dampak negatif terhadap lingkungan dengan
Grafik 4.5 Hubungan total moisture
timbulnya efek rumah kaca yang dapt
terhadap calorific value
menyebabkan pemanasan global.
Gross calorific value sampah di TPSA
Grafik 4.5 menunjukkan total moisture
Cilowong pun lebih tinggi bila dibandingkan
berpengaruh terhadap menurunnya calorific
ambang batas PT X yaitu di atas 3000
value. Dengan menggabungkan dan
kcal/kg.
mengkombinasi persentase dari setiap
bahan, maka akan di dapat nilai kalori yang 5972
6753

paling besar serta campuran yang paling 4784

(kcal/kg)
3912 3944
memungkin untuk dipergunakan dalam 3000
proses pembentukan RDF.
Mixed Wood Tekstil Rubber Plastic
paper &
newsprint
4.4 Potensi Sampah di TPSA Cilowong
sebagai Bahan Baku RDF TPSA Cilowong Standar PT X
Berikut adalah perbandingan
karakteristik kimia komponen sampah di
TPSA Cilowong (as determined basis) Grafik 4.7 Perbandingan Gross Calorific
dibandingkan dengan standar RDF PT X. Value sampah di TPSA Cilowong dengan
PT X sudah menggunakan RDF sebagai standar PT Indocement
subsitusi batu bara dan menetapkan
maksimal total moisture adalah 20%. Untuk melihat seberapa besar potensi
sampah yang dapat dijadikan bahan baku
RDF, komposisi sampah dapat diklasifikasi
menjadi dua yaitu sampah kategori organik
dan anorganik. Sampah organik terdiri dari
kategori food waste, yard waste, & other
organic. Sedangkan sampah anorganik
terdiri dari kategori bahan baku RDF (mixed
paper & newsprint, wood, tekstil, rubber dan
plastic), sampah yang bisa didaur ulang
(ferous dan aluminium) dan sampah residu.
Sampah residu adalah sampah yang tidak
dapat dimanfaatkan lagi dan dibuang (other
inorganic/non-combustibles).
Grafik 4.6 Perbandingan total moisture
Diasumsikan 10% atau sekitar 14
sampah di TPSA Cilowong dengan standar
ton/hari dari sampah yang terangkut ke
PT X
TPSA Cilowong tereduksi secara informal
(diambil pemulung) dan sisanya ditimbun,
Grafik 4.6 di atas menunjukkan bahwa
potensi sampah yang dapat dijadikan bahan
sampah di TPSA Cilowong yang
baku RDF adalah 46,61 ton/hari atau 39%
dikeringkan, persentase total moisture di
dari sampah yang ditimbun di TPSA
bawah ambang batas yang ditetapkan PT
Cilowong setiap hari, yaitu 119 ton.
Indocement. Semua kategori sampah
Berdasarkan data-data di atas, potensi
berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku
karakteristik produk RDF dari sampah di
RDF. Sebaliknya, jika tidak dikeringkan
TPSA adalah sebagai berikut:
hanya sampah kategori rubber dan plastic
Tabel 4.2 Karakteristik RDF per kilogram
yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan

179
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

Parameter Nilai Melalui perhitungan coba-coba (trial


and error), diketahui i1 = 15% diperoleh
Moisture (adb), % 5,49 NPV1 = 392.519.721dan i2 = 20% diperoleh
Volatil (adb), % 33,06 NPV2 = (69.519.667).
Ash (adb), % 6,40
Fixed Carbon(adb), % 0,77 IRR 15% + 392.519.721/392.519.721–
Gross calorific value(adb), kcal/kg 6267 (-69.519.667) x (20% - 15%)
15% + 4,13%
Tabel 4.2 di atas menunjukkan 46,41 19,13%
ton/hari atau 39% dari sampah yang
ditimbun di TPSA Cilowong berpotensi
dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF. 3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Terdiri dari 5,95 ton sampah kategori mixed Net B/C Bi/Ci
paper & newsprint, 2,38 ton wood, 3,57 ton Rp 16.101.355.137/ Rp
tekstil, 1,19 rubber, 33,32 ton plastic. 15.616.622.862
Dengan karakteristik kadar moisture 5,49%, 1,03
volatile 33,06%, ash 6,40, fixed carbon
0,77% dan calorific value 6267 kcal/kg. Nilai Net B/C diperoleh adalah 1,03,
yang berarti setiap Rp 1,- yang dikeluarkan
4.5 Analisis Kelayakan Proyek proyek ini akan menambah manfaat bersih
Pengolahan Sampah Menjadi Bahan sebesar Rp 1,03.
Baku RDF
Penyusunan performa cashflow 4) Payback Period (PBP)
menggunakan asumsi dasar sebagaimana PBP 9 + (1.902.960.000 -
tertera pada point 1.4. 1.735.044.083) / 677.913.982
Tabel 4.3 Proyeksi Cashflow 9 +0,25
No Uraian
0 1
Tahun
10
9,25 tahun
A Arus Masuk (Inflow)
1. Total Penjualan RDF 1.987.200.000 2.702.592.000
2. Tipping Fee 1.006.848.000 1.369.313.280 Nilai PBP diperoleh adalah 9,25, yang
2. Kredit
a. Investasi (1.332.072.000) berarti biaya investasi akan kembali setelah
b. Modal Kerja 191.805.600
3. Modal Sendiri proyek ini beroperasi selama 9,25 tahun.
a. Investasi (570.888.000)
b. Modal Kerja 82.202.400
4. Nilai Sisa Proyek (Residu) 64.280.000
Total Arus Masuk (1.902.960.000) 3.268.056.000 4.136.185.280 Tabel 4.4 Hasil analisis kelayakan finansial
B Arus Keluar (Outflow)
proyek
dst
1. Biaya Investasi (1.902.960.000) - ANALISIS KELAYAKAN USAHA Hasil Kriteria Kesimpulan
2. Biaya Variabel 1.365.072.000 -
3. Biaya Tetap 869.913.000 1.261.373.850 NPV (14%) Rp 509.998.065 >0 Layak
4. Depresiasi 144.577.000 144.577.000
5. Angsuran Pokok 152.387.760 152.387.760 IRR 19,13% >14% Layak
6. Angsuran Bunga 203.564.649 11.556.072
7. Pajak - 53.113.436
Net B/C 1,03 >0 Layak
Total Arus Keluar (1.902.960.000) 2.735.514.409 1.623.008.118 PBP 9,25 tahun
D Arus Bersih (NCF) (1.902.960.000) 532.541.591 2.513.177.162
Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,2697
Present Value (1.902.960.000) 467.141.746 677.913.982 Berdasarkan hasil evaluasi ini proyek
F CUMMULATIVE (1.902.960.000) (1.435.818.254) 509.998.065
pengolahan sampah menjadi RDF
memenuhi kriteria kelayakan.
1) Net Present Value (NPV) 5) Analisis Switching Value
NPV Bi- Ci Diasumsikan faktor yang digunakan
16.101.355.137–15.616.622.862 dalam analisis switching value tidak saling
Rp509.998.065 terkait dengan faktor-faktor lain, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Nilai NPV yang diperoleh adalah Rp Tabel 4.5 Switching value proyek
509.998.065. Berdasarkan kriteria NPV, pengolahan sampah menjadi RDF
usulan proyek tersebut layak diterima karena
nilai NPV positif (lebih besar dari 0). Parameter Persentase
Artinya dana sebesar 1.902.960.000 yang Kenaikan biaya variabel 6,47%
diinvestasikan selama 10 tahun dalam
Kenaikan biaya tetap 9,59%
proyek ini dapat menghasilkan presenta
value cashflow sebesar Rp 509.998.065. Penurunan harga produk RDF 4,32%
Penurunan tipping fee 8,53%
2) Internal Rate of Return (IRR)

180
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 2 Anonim. American Society of Testing


bahwa kenaikan maksimal biaya variabel Material (ASTM) D 5142-02a.
adalah sebesar 6,47%, kenaikan maksimal Standard Test Method for Proximate
biaya tetap sebesar 9,59%. Sedangkan Analysis of the Analysis Sample of Coal
penurunan maksimal produk RDF adalah and Coke by Instrumental Procedure.
sebesar 4,32% dan penurunan public service 3 Anonim. American Society of Testing
fee sebesar 8,53%. Apabila kenaikan atau Material (ASTM) D 5231 – 92
penurunan salah satu faktor melebihi batas (Reapproved 2003). Standar Test
maksimalnya, maka proyek pengolahan Method for Determination of the
sampah di TPSA Cilowong tidak layak Composition of Unprocessed Municipal
untuk dijalankan. Solid Waste.
4 Anonim. American Society of Testing
Material (ASTM) D 5373-02. Standard
V. KESIMPULAN Test Method for Instrumental
1. Karakteristik sampah di TPSA Determination of Carbon, Hydrogen,
Cilowong and Nitrogen in Laboratory Samples of
a. Timbulan sampah yang terangkut ke Coal and Coke.
TPSA Cilowong adalah 831 m3/hari 5 Anonim. American Society of Testing
atau 141,28 ton/hari. Material (ASTM) D 5865-04. Standard
b. Komposisi sampah di TPSA Cilowong Test Method for Gross Calorific Value
terdiri dari 57% food waste, yard of Coal and Coke.
waste, other organic, 28% plastic, 5% 6 Anonim. American Society of Testing
mixed paper & newsprint, 3% Tekstil, Material (ASTM) E 711 – 87
2% other inorganic/non-combustible, (Reapproved 2004). Standard Gross
1,5% 1% rubber, dan 0,5% ferous & Calorific Value of Refuse-Derived Fuel
aluminium. by the Bomb Calorimeter.
c. Karakteristik kimia rata-rata sampah 7 Anonim. American Society of Testing
bahan baku RDF per kg adalah 5,49 % Material (ASTM) E 791 – 90
moisture, 33,06% volatile, 6,40% ash, (Reapproved 2004). Standard Test
0,77 fixed carbon dan calorific value Method for Calculating Refuse-Derived
sebesar 6267 J/g. Fuel Analysis Data from As Determined
2. Potensi sampah yang bisa dijadikan to Different Bases.
bahan baku RDF adalah 46,41 ton/hari 8 Anonim. American Society of Testing
atau 39% dari total timbulan sampah per Material (ASTM) E 830 – 87
hari di TPSA Cilowong dengan potensi (Reapproved 2004). Standard Test
energi yang dihasilkan sebesar Method for Ash in the Analysis Sample
256.420.479 kcal/hari atau 6267 of Refuse-Derived Fuel.
kcal/kg. 9 Anonim. American Society of Testing
3. Proyek pengolahan sampah di TPSA Material (ASTM) E 856 – 83
Cilowong menjadi RDF-2 layak (Reapproved 2004). Standard
dijalankan, dimana diperoleh NPV Rp Defenition of Term and Abbreviations
509.998.065 (NPV >0), IRR 19,13% Relating to Physical and Chemical
(IRR >14%), Net B/C 1,03 (Net B/C Characteristic of Refuse Derived Fuel.
>1) dan Payback period 9,25 tahun. 10 Anonim. American Society of Testing
Komponen yang paling berpengaruh Material (ASTM) E 897 – 88
pada analysis switching value adalah (Reapproved 2004). Standard Test
kenaikan harga biaya variable, kenaikan Method for Volatile Matter in the
harga biaya tetap, penurunan harga RDF Analysis Sample of Refuse-Derived
dan penurunan public service fee. Hasil Fuel.
analisa menunjukkan nilai 6,47%; 11 Anonim. American Society of Testing
9,59%; 4;32% dan 8,53%. Material (ASTM) E 955 – 88
(Reapproved 2004). Standard Test
Method for Thermal Characteristics of
DAFTAR PUSTAKA
Refuse-Derived Fuel Macrosamples.
1 Anonim. American Society of Testing
12 Anonim. Kementerian Energi Sumber
Material (ASTM) D 4687 – 95
Daya Mineral Republik Indonesia
(Reapproved 2001). Standard Guide for
(2011). Kebijakan Energi Baru, Energi
General Planning of Waste Sampling.

181
Jurnal Ilmiah TEKNOBIZ Vol. 6 No. 3

Terbarukan, dan Konservasi Energi. 26 Himawanto, Dwi Aries., et al, Agustus


Bandung. 2010, “Pengolahan Sampah Kota
13 Anonim. Keputusan Menteri Menjadi Refuse Derived Fuel Sebagai
Perindustrian dan Perdagangan Bahan Bakar Padat Alternatif”. Jurnal
Republik Indonesia No. 23 Tahun 97. Teknik Industri. Volume 11 No. 2.
Prosedur Impor Limbah. 27 Newman, Donald G., Eshenbach, Ted
14 Anonim. United Nation Environment G., Lavelle, Jerome P. (2004).
Program (UNEP) (2006). Pedoman Engineering Economic Analysis. New
Efisiensi Energi di Asia. Bahan Bakar York: Oxford University Press.
dan Pembakaran. 28 Sari, Anugrah Juwita (2012). Potensi
15 Anonim. Standard Method 2540 E. Sampah TPSA Cipayung Sebagai Bahan
Fixed and Volatile Solid. Baku Refuse Derived Fuel (RDF).
16 Anonim. Standar Nasional Indonesia
Nomor SNI-19-2454-2002 (2002). Tata
Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan. Badan Standar
Nasional (BSN).
17 Anonim. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah.
18 Anonim. United Nation Environment
Programme (UNEP). (2006). Pedoman
Efisiensi Energi di Asia. Bahan Bakar
dan Pembakaran.
19 Beckmann, M., Ncube, S. (2007).
Characterisation of Refuse Derived
Fuels (RDF) in reference to the Fuel
Technical Properties. Journal of IT3-
Conference 2007.
20 Bimantara, Cahya Ardi (2012). Analisa
Potensi Refuse Derived Fuel (RDF)
dari Sampah Unit Pengolahan Sampah
(UPS) di Kota Depok (Studi Kasus UPS
Grogol, UPS Permata Regency, UPS
Cilangkap).
21 Firman, T.A., Widiyanto, A.W. &
Pratama, B. (2009). Pemanfaatan
Refuse Derived Fuek (RDF) sebagai
Raw Material Pengganti Batubara
Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU). Semarang: Universitas
Diponegoro.
22 Gendebien, A., et al. (2003). Refuse
Derived Fuel, Current Practice and
Prespective. European Commission-
Directorate General Environment.
23 Global Alllance for Incinerator
Alternatives (2013). Understanding
Refused Derived Fuel.
24 Gramelis, Panagiotis (2011). Report on
RDF/SRF ulitization applizations and
technical specifications. Yunani:
CERTH/ISFTA.
25 Gray C, P. Simajuntak, LK. Sabur, dan
PFL, Maspaitela (1992). Pengantar
Evaluasi Proyek, Edisi Kedua. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Umum.

182

You might also like